• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN PAIKEM BAGI ANAK TUNARUNGU DI KELAS V SEKOLAH DASAR DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN PAIKEM BAGI ANAK TUNARUNGU DI KELAS V SEKOLAH DASAR DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PAIKEM BAGI ANAK TUNARUNGU DI KELAS V SEKOLAH DASAR

DEWI SARTIKA KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh

RIZKI PANJI RAMDANA

0903902

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Pendekatan

PAIKEM bagi Anak Tunarungu di Kelas V Sekolah

Dasar Dewi Sartika Kota Bandung

Oleh

Rizki Panji Ramdana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rizki Panji Ramdana 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN PAIKEM BAGI ANAK TUNARUNGU DI KELAS V SEKOLAH DASAR DEWI SARTIKA KOTA

BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Drs. Endang Rusyani, M.Pd

NIP.19570510 198503 1 003

Pembimbing II

Dr. H. Dedy Kurniadi, M.Pd.

NIP. 19560322 198203 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Pendekatan PAIKEM Bagi Anak Tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung

Fokus penelitian ini adalah ”Bagaimana pembelajaran bagi anak tunarungu melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM di Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?”. Hasil temuan dari penelitian ini adalah : Pertama. (RPP) yang disusun hanya satu yaitu sama dengan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siswa pada umumnya. Kedua Pelaksanaan pembelajaran PAIKEM bagi siswa tunarungu yaitu dengan mengatur tempat duduk secara bervariasi. Kelas dikelola sedemikian rupa sehingga cahaya dan ventilasi ruang kelas termasuk pula alat-alat dan media sumber belajar ukuran dan warnannya disesuaikan dengan ketentuan. Di kelas disiapkan tempat pemajangan hasil karya siswa. Di kelas tersedia pojok belajar yang belum ada adalah perpustakaan kelas. Ketiga Hal-hal yang mendukung pembelajaran PAIKEM antara lain pendukung sarana dan prasarana seperti ruangan kelas, mebeuler, alat-alat perlengkapan lainnya atau sarana fisik/perangkat keras (hardware) dan non fisik atau perangkat lunak (software). Keempat Hambatan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran PAIKEM bagi siswa tunarungu antara lain penyusunan instrumen asesmen dan pelaksanaannya yang kurang dikuasai oleh Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran dan kemampuan bahasa ada yang sulit dimengerti oleh beberapa siswa tunarungu. Kelima Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran PAIKEM adalah dengan konsultasi dengan ahli pendidikan inklusif dan forum independent, membaca buku sumber, diskusi dan lesson study dan menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi dan kebutuhan khusus siswa tunarungu. Keenam Penilaian pembelajaran PAIKEM dilakukan disaat pembelajaran (penilaian proses) dan setelah selesai pembelajaran selesai (penilaian hasil belajar).

(5)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A.Anak Tunarungu ... 8

1. Pengertian Anak Tunarungu ... 8

2. Dampak Ketunarunguan ... ... 8

3. Klasifikasi Anak Tunarungu ... 10

B.PAIKEM ... 10

C.Pendidikan Inklusif ... 18

1. Pengertian Pendidikan Inklusif ... 18

2. Landasan Pendidikan Inklusif ... ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24

1. Lokasi Penelitian ... 24

2. Subjek Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian ... 25

C. Definisi Operasional ... 25

D. Instrumen Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi ... 31

2. Wawancara ... 31

3. Studi Dokumentasi ... 31

4. Teknik Analisis Data... 31

F. Pengujian Keabsahan Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan Penelitian... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia, tak

terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Semua anak berhak mendapatkan

pendidikan. Pendidikan menjadi satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil

dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. mengingat akan

pentingnya pendidikan, maka pemerintah pun mencanangkan program wajib

belajar 9 tahun dan melakukan perubahan kurikulum yang mampu

mengakomodasi kebutuhan siswa. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 mengemukakan bahwa:

(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat

adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

berhak memperoleh pendidikan khusus.

(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak pada

umumnya untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau

bakat istimewa disebut pendidikan khusus, seperti dijelaskan pada Pasal 32

ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, bahwa :

(8)

Saat ini muncul perubahan mendasar dalam dunia pendidikan khusus di

Indonesia. Perubahan tersebut lahirnya paradigma pendidikan inklusif yang

sarat dengan muatan kemanusiaan dan penegakan hak-hak asasi manusia.

Perubahan ini sesuai dengan Penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 sebagai berikut.

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Penyelenggaraan pendidikan khusus secara inklusif yang selanjutnya

disebut pendidikan inklusif menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang

Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa,

Pasal 1 sebagai berikut.

Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama dengan anak pada

umumnya dalam setting pendidikan inklusif, bertujuan untuk mengoptimalkan

potensi yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam

masyarakat terdapat anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus yang

tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Implementasi pendidikan

inklusif di Provinsi Jawa Barat berimplikasi terhadap penyelenggaraan

pendidikan di sekolah regular, antara lain sekolah harus lebih terbuka, ramah

terhadap anak, dan tidak diskriminatif. Oleh karena itu, setiap anak

berkebutuhan khusus termasuk anak tunarungu berhak mendapatkan

pendidikan dalam setting pendidikan inklusif.

Anak tunarungu memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar,

(9)

pendengaran, maka berpengaruh dalam penerimaan informasi, lambatnya anak

berbahasa, kosa kata anak yang kurang dan lain-lain. sehingga mereka

memerlukan pelayanan pendidikan yang bersifat khusus. .

Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan

perkembangan bahasa dan komunikasi, ini disebabkan karena kurangnya

stimulus sejak dini yang dapat ditangkap oleh anak, ketidak mampuan anak

untuk menerima informasi yaitu berupa suara, ini berdampak pada lambatnya

perkembagan bahasa dan komunikasinya sehingga berdampak juga pada

perkembangan yang lainnya seperti perkembangan sosial, kognitif dan

lain-lain. Didalam pembelajarannya tentunya anak tunarungu membutuhkan

beberapa modifikasi untuk menunjang kelancaran belajarnya.

Anak tunarungu yang bersekolah di sekolah inklusif tentunya akan

menemui beberapa permasalahan, baik dari aspek bahasa, komunikasi,

penerimaan informasi dari guru dan temannya. Persoalan tersebut bisa

diakibatkan karena beberapa hal, bisa dari ketidaktahuan pendidik tentang

bagaimana cara pembelajaran anak tunarungu, penyedian media pembelajaran

dan alat peraga yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak, penyampaian materi

yang tidak menggunakan metode yang sesuai dengan isi materi dan situasi

peserta didik. Untuk itu diperlukan beberapa penyesuaian untuk pembelajaran

anak tunarungu, baik dalam penyesuaian isi, penyesuaian cara dan penyesuaian

evaluasi. Dalam pembelajarannya diperlukan pendekatan yang dapat

merangsang motivasi dan stimulus anak untuk belajar. Kegiatan pembelajaran

dalam setting inklusif harus berpusat kepada anak (child centered), anak harus

aktif belajar (active learning). Maka seyogyanyalah kegiatan pembelajaran

menjadi fokus utama untuk terus menerus ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu

pendekatan pembelajaran PAIKEM harus dilaksanakan di dalam setting

pendidikan inklusif. PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif,

Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan

(10)

kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian

kompetensi peserta didik.

Kegiatan pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif harus aktif.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam kegiatan pembelajarannya guru perlu

menciptakan suasana sedemikian rupa, guru tidak hanya berdiri didepan, dan

kemudian menceramahi para siswa. Jika suasana yang tercipta kondusif, siswa

dapat lebih aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan pendapat.

Anak tidak menjadi pasif ketika berada dalam kelas. Peran aktif dari siswa

amat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu

menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovatif,

Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang

menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam

pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya

tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, anak dapat lebih leluasa ketika

sedang mengerjakan tugas dan anak tidak cepat merasa ketika sedang belajar.

Selain pembelajaran harus aktif dan inovatif pembelajaran pun harus kreatif,

efektif dan menyenangkan. Kreatif, dimaksudkan agar guru menciptakan

kegiatan belajar yang beragam, tidak hanya menggunakan satu metode

pembelajaran saja, sehingga memenuhi berbagai tingkat kompetensi siswa dan

kelainan siswa. Efektif, dalam pembelajarannya guru harus sedemikian rupa

menyampaikan materi seefektif mungkin. Keadaan aktif dan menyenangkan

tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan

apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

Menyenangkan, adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan, anak

dpat lebih nyaman dan aman, sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara

penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi,

Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan

kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir

kritis merupakan kemampuan siswa yang dapat memecahkan masalah, menarik

(11)

kecakapan sistematis dalam menilai, menganalisis asumsi dan pencarian

ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan

kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.

Kemampuan memecahkan masalah merupakan berpikir tingkat tinggi. Disini

dibutuhkan dorangan dan motivasi dari guru yang terus menerus, agar siswa

dapat lebih termotivasi dalam pembelajarannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dan mengetahui lebih dalam lagi mengenai bagaimana pembelajaran bagi anak

tunarungu melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM di sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif. Peneliti ingin mengangkat judul

“Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Pendekatan PAIKEM Bagi Anak

Tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung (Studi

Deskriptif Tentang Pembelajaran Anak Tunarungu Melalui Pendekatan PAIKEM )”.

B.Fokus Masalah

Fokus dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui ”bagaimana

pembelajaran bagi anak tunarungu melalui pendekatan PAIKEM di kelas V

sekolah dasar Dewi Sartika kota Bandung ?”.

Setelah ditentukan fokus penelitian, selanjutnya dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah

Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?

2. Bagaimana pelaksanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah

Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?

3. Hal-hal apa saja yang mendukung dalam proses PAIKEM bagi anak

tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?

4. Hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam proses PAIKEM bagi anak

(12)

5. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan proses PAIKEM bagi

anak tunarungu di kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?

6. Bagaimanakah hasil PAIKEM bagi anak tunarungu di kelas V Sekolah

Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu Melalui

Pendekatan PAIKEM di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota

Bandung.

b. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui perencanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V

Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?

2. Mengetahui pelaksanaan PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V

Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota Bandung ?

3. Mengetahui hal-hal apa saja yang mendukung dalam proses

PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi

Sartika Kota Bandung ?

4. Mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi guru dalam proses

PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi

Sartika Kota Bandung ?

5. Mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan proses PAIKEM

bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah Dasar Dewi Sartika Kota

Bandung ?

6. Mengetahui hasil PAIKEM bagi anak tunarungu di Kelas V Sekolah

(13)

2. Kegunaan penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai suatu pengembangan ilmu yang

dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu pendidikan,

khususnya pendidikan khusus.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sabagai salah

satu panduan dalam mengoptimalkan pendekatan PAIKEM bagi anak

(14)
(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif SD Dewi Sartika Kota Bandung. Sekolah ini dipilih karena

merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang

terdapat siswa tunarungu dan juga menurut rekomendasi dari Ketua

Asosiasi Pendidikan Inklusif dan Sekretaris Kelompok Kerja

Pendidikan Inklusif Jawa Barat, sistem pendekatan pembelajaran di

sekolah ini menggunakan pendekatan PAIKEM. Sehingga tepat sekali

menjadi lokasi penelitian, untuk menjelaskan bagaimana pendekatan

PAIKEM bagi siswa tunarungu dalam setting pendidikan inklusif serta

tantangan-tantangannya.

2. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dalam peneltian ini menggunakan

teknik purposive sampling, dimana penelitian ini tidak dilakukan pada

seluruh populasi, tetapi terfokus pada sebagiannya yang dianggap

paling penting.

Menurut Sugiyono (2010: 218-219):

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Subjek Penelitian dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu

kelas 5 SD sebanyak 6 orang, guru kelas 5 SD 1 orang, guru mata

(16)

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Sudjana (1997:52) menjelaskan bahwa deskriptif

adalah “Metode penelitian yang digunakan apabila bertujuan untuk

mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang.” Metode ini sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk memperoleh data dan informasi yang dapat

menggambarkan pembelajaran berbasis

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif.

Moleong (1997: 3) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai sebagai

berikut:

Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, pengenalan diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.

C. Definisi Operasional

Kegiatan pembelajaran dalam setting inklusif harus berpusat kepada

anak (child centered), anak harus aktif belajar (active learning). Maka

seyogyanyalah kegiatan pembelajaran menjadi fokus utama untuk terus

menerus ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu pendekatan pembelajaran

PAIKEM harus dilaksanakan di dalam setting pendidikan inklusif.

PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip

pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi

adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian

kompetensi peserta didik. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus

mengedepankan kebutuhan anak, terlebih anak tunarungu, serta berfokus

pada siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa. Dalam

(17)

macam strategi pembelajaran, menggunakan berbagai macam media,

bagaimana cara mengelola kelas yang baik, agar kreatifitas pada diri anak

muncul. Di sini kreatifitas dimaknai sebagai sebuah kemampuan untuk

memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada

segi kuantitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan

menerapkannya dalam pemecahan masalah. Interaksi guru dan anak

tunarungu tentunya akan berbeda jika dibandingkan dengan interaksi guru

dengan anak pada umumnya. Interaksi anak tunarungu dengan guru dapat

menjadi hambatan dalam proses belajarnya. Peran guru dalam pelaksanaan

pembelajaran sangat penting, guru perlu memberikan dorongan kepada

siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun

gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa, tetapi

guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong

prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar,

sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan peneliti adalah:

1. Pedoman observasi dengan beberapa aspek yang akan diamati, yaitu:

Pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

2. Pedoman wawancara yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan

tentang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi pembelajaran, hanbatan dan juga upaya yang dilakukan dalam

mengatasi hambatan.

3. Pedoman dokumentasi tentang data-data yang bersifat tertulis, seperti

data hasil asesmen siswa tunarungu, lesson plan (silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran), catatan pelaksanan pembelajaran harian

(18)

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

PEMBELAJARAN

ANAK TUNARUNGU DI SEKOLAH INKLUSIF

NO Pertanyaan

Asesmen - Wawancara

(19)
(20)

) dalam

(21)
(22)

tunarungu di

sekolah

inklusif?

siswa - Pedoman

dokumentasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati dan mencatat secara cermat

perilaku informan pada waktu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,

baik di kelas, ruang praktek (dapur) maupun lapangan. Selain itu,

observasi ini dilakukan untuk check dan re-check terhadap hasil

wawancara.

Peneliti mengikuti semua kegiatan pembelajaran, evaluasi

pembelajaran, hambatan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran

dan bagaimana cara mengatasi hambatan dalam pembelajaran

tersebut.

2. Wawancara

Peneliti menggunakan jenis wawancara terstuktur dengan menyiapkan

pedoman wawancara dan wawancara tidak terstuktur untuk

memperoleh informasi dari subjek penelitian. Wawancara ini

dilakukan untuk memperoleh informasi tentang perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,evaluasi pembelajaran.

Hambatan dan juga upaya yang dilakukan guru mengenai hambatan

dalam pendekatan pembelajaran PAIKEM.

(23)

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang

bersifat tertulis, seperti data hasil asesmen siswa tunarungu, lesson

plan dan hasil kerja siswa tunarungu.

4. Teknik analisis data

Menurut Patton (Moleong, 2010:103) analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian besar. Data hasil penelitian ini akan

dianalisis secara kualitatif dengan melakukan:

a. Reduksi Data

Yaitu menyeleksi, menyingkat data, menyederhanakan data yang

sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan mentraskrip data atau

menuliskan kembali hasil wawancara berdasarkan

jawaban-jawaban pertanyaan penelitian. Transkip data kemudian

dipilah-pilah untuk dikelompokan ke dalam aspek-aspek berdasarkan

pertanyaan penelitian.

Hasil observasi dirangkum oleh peneliti menjadi hal-hal yang lebih

bermakna dan mudah dipahami oleh peneliti. Hasil dokumentasi

dikumpulkan oleh peneliti dan disusun berdasarkan aspek-aspek

yang berhubungan dengan pembelajaran siswa tunarungu.

b. Penyajian data

Data yang dikelompokan, peneliti lengkapi dengan hasil observasi

dan dokumentasi, kemudian disajikan dalam bentuk matrik

sehingga data mudah dibaca dan dipahami. Dengan cara ini akan

menggambarkan pembelajaran siswa tunarungu dalam setting

pendidikan inklusif.

c. Menarik kesimpulan atau verifikasi (conclusin

drawing/verification)

Dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan

(24)

hubungan dan hal-hal yang sering timbul dari menyusun rangkaian

logis dari data yang diperoleh.

F. Pengujian Keabsahan Data

Peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam melakukan pemeriksaan keabsahan data. “Teknik triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu” (sugiyono, 2010:273).

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber yang menjadi subjek penelitian.

Sementara triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam triangulasi ini

dilakukan pengecekan atau perbandingan data yang diperoleh melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Triangulasi dalam peneltian ini dilakukan melalui:

1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan data hasil wawancara dengan hasil dokumentasi

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Bab IV maka dapat

disimpulkan bahwa temuan dari penelitian ini adalah:

1. Perencanaan PAIKEM bagi anak tunarungu.

Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dilakukan

sebelum pembelajaran berlangsung, yaitu ketika memasuki semester

baru. RPP ini disusun berdasarkan kurikulum standar yang digunakan

di SDN Dewi Sartika. Dalam pelaksanaanya dilakukan beberapa

penyesuaian, seperti menempatkan posisi duduk anak tunarungu paling

depan, adanya keterarahwajahan, penyesuaian evaluasi pembelajaran,

pemilihan strategi dan media pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan anak tunarungu. Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir

dilakukan tambahan belajar untuk anak tunarungu.

2. Pelaksanaan PAIKEM bagi anak tunarungu.

Pelaksanaan pembelajaran PAIKEM bagi siswa tunarungu yaitu

dengan mengatur tempat duduk secara bervariasi. Siswa tunarungu

diupayakan untuk duduk paling depan hal ini untuk memudahkan untuk

berkomunikasi dan keterarahwajahan dengan guru. Kelas dikelola

sedemikian rupa sehingga cahaya dan ventilasi ruang kelas termasuk

pula alat-alat dan media sumber belajar ukuran dan warnannya

disesuaikan dengan ketentuan. Di kelas disiapkan tempat pemajangan

hasil karya siswa. Hasil karya siswa dipajangkan dan secara periodik

diganti dengan yang baru. Di kelas tersedia pojok belajar yang belum

ada adalah perpustakaan kelas.

Guru Kelas dan guru Mata Pelajaran memberi dorongan atau

memotivasi siswa untuk aktif belajar agar siswa pada umunya termasuk

(26)

melakukan beberapa inovasi antara lain inovasi media dan metode yang

sesuai bagi anak tunarungu.

Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran berupaya untuk

menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam untuk memenuhi

berbagai tingkat kemampuan siswa tunarungu (koginitif, apektif dan

psikomotorik) agar siswa kreatif.

Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran memperhatikan efisiensi

waktu, mengakomodasi gaya belajar (learning style) dan memberi tugas

dengan jelas agar pembelajaran bagi anak tunarungu terlaksana secara

efektif.

Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran berupaya menciptakan

suasana kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan cara

mengajar dengan penuh semangat, gembira dan ramah. Lingkungan

pembelajaran diciptakan untuk kondusif dan tugas-tugas yang diberikan

menantang dan menarik.

Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran senantiasa memberikan

tugas mengobservasi lingkungan dan tugas ke perpustakaan, tugas

membaca dan melaporkan intisari materi yang telah dibacanya. Cara

memberikan umpan balik yang positif dan pemberian penguatan

tentang materi yang dipelajari dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa termasuk siswa tunarungu.

Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran memanfaatkan semua

sumber belajar yang ada di sekolah. Media pembelajaran yang

digunakan bagi siswa tunarungu disesuaikan dengan hambatan yang

dialami siswa tunarungu (penyesuaian cara) sehingga lebih

memanfaatkan media pandang dan multimedia.

Guru Kelas dan Guru Mata pelajaran berupaya untuk

menyampaikan materi sebaik mungkin, menyusun instrumen yang

sesuai dan melaksanakan penilaian dengan baik agar indikator

(27)

yaitu dengan membandingkan nilai yang diperoleh siswa tunarungu

dengan KKM indikator yang ditentukan.

Interaksi guru dengan siswa tunarungu dengan adanya

keterarahwajahan dan bicara dengan jelas agar siswa tunarungu

mengerti apa-apa yang diucapkan atau pesan yang disampaikan.

Interaksi siswa tunarungu dengan siswa tunarungu lainnya dibiasakan

berkomunikasi secara lisan/oral. Ketika ada kesulitan dalam memahami

apa-apa yang diucapkan atau yang dikomunikasikan maka dengan cara

menyuruh siswa tunarungu menuliskannya. Interaksi siswa tunarungu

dengan siswa pada umumnya dengan cara lisan/oral. Dalam

berinteraksi tersebut secara umum Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran

memahami apa-apa yang diucapkan siswa tunarungu dan dibiasakan

untuk memberi motivasi kepada siswa tunrungu untuk berinterkasi

secara baik.

3. Hal-hal yang mendukung dalam proses PAIKEM bagi anak tunarungu.

Hal-hal yang mendukung pembelajaran PAIKEM antara lain

pendukung sarana dan prasarana seperti ruangan kelas, mebeuler,

alat-alat perlengkapan lainnya atau sarana fisik/perangkat keras (hardware)

dan non fisik atau perangkat lunak (software). Pendukung lainnya yaitu

penyediaan biaya yang memadai atau cukup dengan kebutuhan guna

lancarnya kegiatan pembelajaran PAIKEM bagi siswa tunarungu dan

siswa pada umumnya.

4. Hambatan yang dihadapi guru dalam proses PAIKEM bagi anak

tunarungu.

Hambatan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran

PAIKEM bagi siswa tunarungu antara lain penyusunan instrumen

asesmen dan pelaksanaannya yang kurang dikuasai oleh Guru Kelas

dan Guru Mata Pelajaran dan kemampuan bahasa ada yang sulit

dimengerti oleh beberapa siswa tunarungu. Hambatan lainya adalah

(28)

Kelas dan Guru Mata pelajaran dalam penyusunan instrumen evaluasi

karena perlu adanya penyesuaian cara yang beragam yang disesuaikan

dengan kebutuhan atau karakteristik siswa tunarungu.

5. Upaya guru dalam mengatasi hambatan proses PAIKEM bagi anak

tunarungu.

Upaya yang dilakukan oleh Guru Kelas dan Guru Mata

pelajaran dalam mengatasi hambatan dalam pembelajaran PAIKEM

adalah dengan memahami hasil asesmen awal yang dilakukan oleh

team ahli untuk mengetahui baseline siswa tunarungu, konsultasi

dengan ahli pendidikan inklusif dan forum independent, membaca buku

sumber, diskusi dan lesson study dan menyusun instrumen berdasarkan

kisi-kisi dan kebutuhan khusus siswa tunarungu.

6. Hasil PAIKEM bagi siswa tunarungu

Penilaian PAIKEM dilakukan disaat pembelajaran (penilaian

proses) dan setelah selesai pembelajaran selesai (penilaian hasil

belajar). Penilaian dan evaluasi pembelajaran dalam bentuk ulangan

harian (UH), ulangan tengah semester (UTS), ulangan akhir semester

(UAS) dan ulangan kenaikan kelas (UKK). Evaluasi yang dilakukan

pada siswa tunarungu dan siswa pada umumnya ada perbedaan. Pada

pelaksanannya siswa tunarungu diberikan penanganan yang khusus.

Pada soal esay siswa tunarungu diberikan pilihan jawaban, ini berguna

agar siswa tunarungu dapat lebih cepat mengingat jawaban yang sesuai.

Evaluasi yang dibuat pun mencakup keseluruhan aspek, baik afektif,

kognitif dan psikomotor. Hasil evaluasi yang sudah dilakukan

diinformasikan kepada orang tua siswa.

B. Saran

1. Bagi guru

a. Sebaiknya Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran melaksanakan

(29)

untuk mengetahui kekuatan, kelemahan dan kebutuhan siswa

tunarungu, sehingga RPP yang disusun berdasarkan kebutuhan

siswa tunarungu. Asesmen tidak hanya pada awal anak masuk,

tetapi pada setiap guru menentukan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran. Pihak sekolah dapat mengundang pembicara dari ahli

pendidikan inkusif ataupun pendidikan khusus untuk memberikan

pelatihan asesmen bagi anak tunarungu.

b. Sebaiknya dalam pelaksanaan PAIKEM Guru Kelas dan Guru Mata

lebih memperhatikan pentingnya pojok belajar. Di kelas perlu

disediakan pojok belajar yang penataannya lebih teratur atau lebih

baik lagi dan perlu adanya perpustakaan kelas. Guru dan siswa

dapat bersama-sama membuat perpustakaan kelas. Alat-alat bisa

dari barang bekas yang tidak terpakai, yang bisa difungsikan seperti

rak buku. Benda-benda atau hasil tugas/karya diberi label, dipajang

di pojok belajar dan digunakan oleh siswa. Pojok belajar merupakan

tempat untuk mewadahi berbagai bahan bacaan seperti buku,

majalah, cerita koran atau yang lainnya yang dapat dimanfaatkan

oleh siswa dalam belajar. Pojok belajar dapat dibuat dari bahan

sederhana seperti papan kayu yang disangga dengan plat L atau

berbentuk rak-rak buku. Jika masih tersedia tempat, sudut baca

dapat dilengkapi dengan beberapa kursi, bangku, karpet atau tikar

untuk membaca sambil lesehan. Semua diatur diatur untuk

berpartisipasi penuh dalam mengelola kelas termasuk pemeliharaan

dan pengelolaan bahan pembelajaran di pojok belajar ini.

c. Di kelas sebaiknya disediakan atau diadakan perpustakaan kelas.

Rak buku pada perpustakaan kelas harus diatur ketinggianya. Rak

buku harus mudah dijangkau oleh semua peserta didik termasuk

peserta didik yang menggunakan kursi roda. Ruang antar rak buku

harus lebar hal ini agar memudahkan peserta didik untuk bergerak.

(30)

di ruang perpustakaan yaitu ada yang aksesibel bagi pengguna kursi

roda. Penomoran buku yang mudah dimengerti dan ketersediaan

buku dalam tulisan Braile. Hasil karya atau buku buatan siswa dapat

dipajangkan/disimpan pada perpustakaan kelas. Kumpulan tugas

kliping, kumpulan puisi dan tulisan lainnya disimpan dalam

perpustakaan kelas, sehingga manfaat perpustakaan kelas menjadi

lebih bermakna.

2. Bagi kepala sekolah

a. Kepala sekolah sebaiknya mengadakan atau menyediakan Guru

Pembimbing Khusus, dengan cara pihak sekolah menginformasikan

kepada para lulusan pendidikan khusus untuk dapat menjadi guru

pembimbing khusus di sekolah dasar Dewi Sartika, cara memberikan

informasi dapat menggunakan pemasangan pamflet pengumuman,

ataupun memanfaatkan media elektronik, seperti memasang

informasi lowongan pekerjaan di internet dan lain-lain. pemilihan

lulusan pendidikan khusus agar dapat lebih mengetahui jenis,

tingkat, kebutuhan dan potensi anak berkebutuhan khusus.

b. Kepala sekolah sebaiknya mengadakan pelatihan atau in house

training mengenai asesmen bagi siswa tunarungu, pembicara bisa

dari ahli pendidikan inklusif ataupun ahli pendidikan khusus.

Pembicara pun bisa dari ahli yang mengerti asesmen untuk anak

tunarungu. Pelatihan atau in house training ini bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan atau wawasan guru dan keterampilan

guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil asesmen.

3. Bagi peneliti selanjutnya.

Sebaiknya diadakan penelitian berikutnya berkenaan dengan

Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran PAIKEM bagi Anak Tunarungu

(31)
(32)

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiyanto. (2012). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar.

Budimansyah, D., Suparlan. & Meirawan, D. (2010). Pembelajaran Aktif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.Bandung: PT Genesindo.

Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Bunawan, L. (2004). Hakekat Ketunarunguan & Implikasi dalam

Pendidikan. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Chatib, M & Said, A. (2012). Sekolah Anak – Anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa

PT Mizan Pustaka.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2005). Kegiatan Belajar

Mengajar di Sekolah Inklusif. Jakarta: Depdiknas.

Freiberg, H.J. (1995) Measuring school climate, education leadership.

Gregory, S. (1998). Permasalahan-Permasalahan bagi Pendidikan Anak

Tunarungu. London: David Fulton.

Hallahan. & Kauffman. (1991). Exceptional Children. Boston: Allyn and Bacon.

(33)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Modul Pelatihan

Pendidikan Inklusif. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kustawan, D. (2012). Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta: Luxima

Kustawan, D. (2013). Pendidikan Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan. Jakarta: Luxima

Kustawan. & Hermawan. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif

Ramah Anak. Jakarta: Luxima

Margono, W. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda.

P4TKTKPLB. (2011). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidimjan Khusus.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang

Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

Smith, D. (2006). Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Bandung : Nuansa

Somad, P. (2009). Dampak Ketunarunguan. [online]. Tersedia:

http://permanariansomad.blogspot.com/2009/11/dampketunarunguan .html [26 Januari 2013]

Sowars, J. (2000). Language Arts Learning 101 Strategi to Teach Any

(34)

Staincak.W. & Stainback,S. (1990). Support networks for inclusive

schooling: independent integrated education. Baltimore: Paul

H.Brooks.

Sudjana. (1997). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sunardi. & Sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Tenaga Kependidikan.

Syahrul, F. (2012). Menggali Potensi di Sekolah Inklusif. Jakarta: Lentera Insan.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Yamin, M & Ansari, B. (2008). Taktik Mengembangkan Kemampuan

Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

MAS'IO HASANUT,N TENGGERLOR KUNJANG I(AB. USMAN BALONG'ERUK KUNJANG KAB. RAYA PANGERAN DEI,IANG NO. IIASJID AL HIDAYAH, BENDO )ARE KAB... RAYA

Dalam penelitian ini, penulis memperhitungkan laju pertumbuhan jumlah mahasiswa aktif di masa lalu (Tahun Akademik 1998/1999 hingga 2003/2004) untuk mengestimasi waktu

Penggunaan MySQL VB API ini sebagai salah satu alternatif dalam melakukan koneksi ke dalam database MySQL, selain menggunakan MyODBC (Open

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis

Dengan demikian dari 18 variabel dengan nilai negatif pelanggan belum memperoleh kepuasan dan baru 1 variabel dengan nilai nol yang mencapai kepuasan pelanggan pada

Hasil analisis data menunjukkan bahwa profitabilitas, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan likuiditas dan struktur