Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
ii D. Sabjek Penelitian ...
E. Analisis Data ...
F. Langkah - langkah penelitian ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum ...
B. Perencanaan Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses
Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...
C. Pelaksanaan Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses
Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...
D. Evaluasi Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses
Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...
E. Proses Pembentukan Karakter Pada Pelatihan Berbasis eksperiential
learning sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...
F. Pembahasan Hasil Penelitian ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
iii
2.1 Karakter Dasar Pendidikan Karakter ... 54
3.1 Aktivitas Penelitian ... 61
4.1 Materi Kegiatan Pesantren Alam (Salam) ... 88
4.2 Konten Program Pesantren Alam (Salam) ... 89
4.3 Jadwal Kegiatan Pesantren Alam (Salam) Al – Azhar SMP TA 2011-2012 ... 91
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
iv
2.1 Prosedur Komponen Program Pelatihan ... 26
2.2 Bagan Relasi Antara Eksperiential Learning dengan Aspek Pembelajaran ... 46
2.3 Lewinian Eksperiential Learning Model ... 47
2.4 Kolb’s Eksperiential Learning Cycle ... 48
2.5 Keterkaitan antara Komponen Moral dalam Pembentukan Karakter Likona ... 53
4.1 Pengelolaan Pelatihan ... 126
4.2 Siklus Eksperiential Learning ... 129
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dan bangsa yang besar, hal ini
karena ditunjang dengan kekayaan sumber daya alam dan sumberdaya
manusianya yang tersebar di 33 provinsinya. Oleh karena itu Indonesia memiliki
peluang yang sangat besar untuk menjadi bangsa yang maju, makmur, adil,
berdaulat dan bermartabat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap bangsa di
dunia ini. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan sumber daya yang
mampu mengolah aset tersebut, baik sumber daya alam maupun sumberdaya
manusianya agar bisa menjadi jalan kesuksesan mewujudkan bangsa yang
diidamkan tersebut. Kriteria atau karakter sumber daya manusia yang dibutuhkan
untuk mencapai hal tersebut sudah sangat jelas tertera dalam Undang-undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional yaitu “....manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. Karakter sumberdaya yang diutarakan dalam UU no 20
tahun 2003 tersebut dapat dibentuk melalui pendidikan yang dilakukan sepanjang
hayat, baik melalui jalur pendidikan formal, informal dan non formal, yang saling
berkolaborasi dalam membentuk sumber daya manusia yang patut untuk
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Singkatnya Kesuma (2011:8) menegaskan bahwa “tujuan pendidikan
Nasional mengarah pada pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia,
walaupun dalam penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang dimaksudkan
dalam UU, dan seharusnya pendidikan nasional merupakan pendidikan karakter
bukan hanya pendidikan akademik semata”.
Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, sumberdaya manusia yang
diharapakan memang belum tercapai secara maksimal, karena dimana-mana
masih ditemukan berbagai persoalan didalam bangsa Indonesia itu sendiri, seperti
data yang di sajikan oleh Kesuma (2010:2-3) mengenai data hasil survey seks
bebas dikalangan remaja di Indonesia menunjukan 63% remaja Indonesia
melakukan seks bebas, hal ini juga di benarkan oleh Direktur Remaja dan
Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, yang menyatakan
bahwa data tersebut diperoleh dari hasil survey oleh lembaga survey yang
mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2008. Sedangkan
remaja korban narkoba di Indonesia adalah 1,1 juta orang atau 3,9% dari total
jumlah korban. Selanjutnya berdasarkan data Pusat Pengendalian Gangguan
Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SLTP dan SLTP yang telibat tawuran mencapai
0,08 % atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta, dan
bahkan 26 siswa diantaranya meninggal. Inilah kondisi remaja Indonesia
berdasarkan hasil survey, tentunya tidak tertutup kemungkinan kasus – kasus
terselubung lainnya.
Indikator yang menunjukkan terjadinya dekadensi moral, tidak saja di
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Dalam situasi formal, tata krama masih melekat dalam berbagai kegiatan dan
perilaku, namun pada situasi tertentu, kondisi yang tadinya tenang dan damai,
tiba-tiba berubah menjadi brutal. Salah satunya adalah tindakan anarkis yang
merupakan hal yang sudah tidak asing lagi terjadi di negara ini, orang dewasapun
tidak luput dari kasus keanarkisan, sebagaimana kasus tajung priok yang sempat
menggemparkan negara ini, karena kisruh yang terjadi antara pihak pemerintah
yang kononnya penegak ketertiban negara dengan masyarakat. Selain itu, yang
tidak pernah habisnya dibicarakan diberbagai media tentang korupsi yang sangat
susah diberantas dinegeri ini. Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
Indonesia Tahun 2009 meningkat 0,2%, dari 2,6% pada tahun 2008 menjadi 2,8
ditahun 2009, dengan skor ini, peringkat Indonesia dalam hal korupsi mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, yakni berada diperingkat 111 dari 180 negara
(15 posisi dari tahun lalu) yang disurvey IPK-nya oleh Transparancey
International (IT).
Kondisi diatas tentu tidak bisa dibiarkan saja dan harus menjadi perhatian
bagi setiap pihak yang mengingginkan kemajuan bangsa ini dalam mencapai
tujuan pembangunan bangsa, terutama apabila menilik pendapat Thomas Lickona:
“bahwa terdapat sepuluh tanda perilaku manusia yang menunjukan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu: meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, ketidak jujuran yang membudaya, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan figur pemimpin, pengaruh peer group terhadap tindak kekerasan, meningkatnya kecurigaan dan kebencian, penggunaan bahasa yang buruk, penurunan etos kerja, menurunya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, meningkatnya perilaku
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Berbagai pihak menanggapi fenomena diatas, kritikan terhadap sistem
pendidikan dan pembelajaranpun dilayangkan. Pendidikan yang dijalani terlalu
menonjolkan kognisi dan minus kecerdasan emosional dan moral. Hal ini terlihat
pada standarisasi kelulusan siswa ketika mengikuti pendidikan disekolah, siswa
dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan apabila sudah memenuhi standar
kelulusan pada setiap mata pelajaran yang telah ditetapkan, tanpa memperhatiakan
aspek moral para lulusan, dan mata pelajaran pendidikan agama serta pendidikan
kewarganegaraan tidak termasuk dalam kualifikasi mata pelajaran yang dinilai
sebagai standar kelulusan.
Pendidikan karakter merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan
di negara ini, baik itu dilingkungan pendidikan formal, non formal dan bahkan
informal.
Melihat kondisi tersebut, Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar sebagai
pihak penyelenggara pendidikan formal dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga
Sekolah Tingkat Atas (SMA) mencoba memperbaiki sistem pendidikan dengan
melakukan kerjasama dengan lembaga ELTAPS (Experiential Learning Through
Adventure ProgramS) Training and Consulting melalui program Pesantren Alam
yang selanjutnya disingkat dengan SALAM.
Program SALAM merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter dalam
rangka pembentukan karakter yang dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan selama tiga hari. Peserta dilatih kedisiplinan, kemandirian,
kepemimpinan dan kerjasama tim. Program ini memadukan unsur alam dan
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
aspek fisik, mental, emosional dan spiritual secara simultan sebagaimana manusia
sehari-hari hidup secara alami sehingga diperoleh nilai pembelajaran yang alami.
Metodologi pelatihan yang digunakan dalam kegiatan pelatihan yaitu Experiential
Learning through Adventure ProgramS (disingkat Eltaps) yang merupakan
perpaduan experiential learning dan adventure program. Metode ELTAPS
memberikan kesempatan peserta mempraktekkan secara langsung materi pelatihan
sehingga peserta mendapatkan pengalaman dari materi, bukan hanya sekadar
teori. Materi tersebut adalah pengalaman nyata dari kehidupan sehari-hari yang di
setting sesuai tujuan pelatihan dan disubstitusi menjadi aktivitas seperti
permainan, simulasi, maupun outbound. Dalam kegiatan pelatihan peserta akan
dilatih kedisiplinan, kemandirian, kepemimpinan dan kerjasama tim. Program ini
memadukan unsur alam dan lingkungan sosial yang mampu menstimulasi secara
alami respon perilaku dan aspek fisik, mental, emosional dan spiritual secara
simultan sebagaimana manusia sehari-hari hidup secara alami sehingga diperoleh
nilai pembelajaran yang alami.
Pendekatan ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang
unggul secara fisik ( Physical Quotient: PQ ), mental ( Intelectual Question: IQ),
emosi ( Emotional Question: EQ) dan spiritual ( Spiritual Question: SQ). Peserta
juga akan dilatih tiga kompetensi dasar yang sangat berperan penting dalam
pembentukan akhlak mulia, yakni: kreativitas, adaptabilitas dan visioner.
Aktivitas yang dilakukan berupa pembiasaan shalat berjamaah, mentoring, talk
show, outbond, kegiatan sosial, dan kedisiplinan 3TBR (Tertib, Teratur, Tepat
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Materi dalam program Salam dibagi menjadi tiga, yaitu klasikal
(individu), kelompok, dan outdoor. Materi klasikal terbagi menjadi talkshow,
penyelenggaraan jenazah, serta muhasabah. Sedangkan kegiatan belajar kelompok
terdiri dari mentoring, review, dan diskusi. Kegiatan selanjutnya yaitu outting,
terdiri dari journey dan hiking.
Pelaksanaan program ini bisa dikatakan berhasil dalam mencapai
tujuannya, terlihat dari waktu jalinan kerjasama yang telah dijalin oleh Yayasan
Pendidikan Islam Al-Azhar dengan pihak ELTAPS, yang pada tahun ini (2012)
kurang lebih sudah terhitung delapan tahun. Hal ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) melalui penelitian yang telah dilakukan,
beliau menyimpulkan bahwa program salam sudah baik dalam pembentukan
akhlak peserta. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang pentingnya dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang program pelatihan berbasis experiential learning
sebagai salah satu sarana pembentukkan karakter.
B. Identifikasi Masalah
Pada pendidikan karakter, peserta didik haruslah diberi kesempatan untuk
dapat mempraktekkan semua nilai-nilai yang telah mereka peroleh melalui
kegiatan pembelajaran. Prinsipnya, dalam pendidikan karakter tidak cukup hanya
dengan teori saja, namun juga dibutuhkan aplikasi agar nilai-nilai tersebut bisa
menjadi karakter dalam diri peserta didik. Namun kondisi pendidikan saat ini,
hanya mengutamakan aspek kognisi dan jauh dari capaian moral yang nantinya
bermuara pada karakter yang baik. Dengan demikian, perlu adanya kegiatan
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
yang baik dan sesuai dengan kebutuhan peserta, efektif dan efesien serta
menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang tepat sehingga dapat
menumbuhkan karakter-karakter yang baik dalam diri peserta didik yang
didukung dengan sarana dan prasaranayang memadai.
Eltaps bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Islam Al- Azhar,
mengadakan dan menyelenggarakan program pengembangan karakter dalam
bentuk pelatihan yang dinamakan Pesantren Alam atau SALAM, Metodologi
pelatihan yang digunakan dalam kegiatan pesantren alam (SALAM) adalah
gabungan antara eksperiential learning dan Adventure di alam terbuka,
memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendapatkan pengalaman dari
materi yang telah mereka peroleh. Melalui kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan peserta dilatih dan dibiasakan untuk disiplin, mandiri, memiliki
jiwa kepemimpinan dan memiliki kemampuan untuk berkerjasama dalam sebuah
tim. Karena prinsip dari penyelenggaraan pendidikan karakter dinyatakan berhasil
apabila peserta didik telah menunjukan habit atau kebiasaan berperilaku baik.
Namun hingga saat ini, belum ada laporan penelitian yang memberikan
gambaran tentang pelaksanaan manajemen program pelatihan yang
diselenggarakan oleh ELTAPS melalui SALAM, terkait dengan perencanaan
program, pelaksanaan dan evaluasi program dari SALAM. Sehubungan dengan
itu perlu dikaji bagaimana penyelenggaraan program SALAM, baik pada aspek
perencanaan, pelaksanaan hingga aspek evaluasi program sebagai salah satu
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimulai dengan deskripsi
pelatihan Pesantren Alam (SALAM), yang dilanjutkan dengan bagaimana
pelaksanaan analisis kebutuhan program yang dilanjutkan dengan penyusunan
program pembelajaran pada program pelatihan berbasis eksperiential learning
sebagai proses pembentukan karakter, penyelenggaraan program dan pendidikan
karakter melalui pelatihan berbasis eksperiential learning pada program Salam
yang diselenggarakan oleh Eltaps. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan
masalahnya adalah “Bagaimanakah pelaksanaan program pelatihan berbasis
eksperiential learningmelalui kegiatan pesantren alam (SALAM) sebagai proses
pembentukan karakter peserta pelatihan”
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah gambaran program Pesantren Alam (SALAM) yang
diselenggarakan oleh ELTAPS Consultant Training?
2. Bagaimanakah proses perencanaan pelatihan berbasis experiential learning
sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?
3. Bagaimanakah proses pelaksanaan pelatihan berbasis experiential learning
sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?
4. Bagaimanakah proses evaluasi pelatihan berbasis experiential learning
sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?
5. Aspek pendidikan karakter apa saja yang terdapat pada pelatihan berbasis
experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
E. Defenisi Operasional
1. Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
sengaja, terorganisir dan sistematis diluar sistem pendidikan persekolahan
dalam rangaka memberikan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap tertentu kepada peserta didikdalam jangka waktu yang relatif singkat.
2. Pesantren Alam (SALAM)
Pesantren Alam yang disingkat dengan Salam merupakan program pelatihan
yang selenggarakan atas kerjasama antara Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar
dengan lembaga ELTAPS (Experiential Learning Through Adventure
ProgramS) Training and Consultinguntuk siswa Yayasan Pendidikan Islam
Al-Azhar mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) kelas lima, SMP (Sekolah
Tingkat Pertama) kelas delapan dan SMA (Sekolah Tingkat Atas) kelas sebelas
selama tiga hari.
3. Eksperiential Learning
Experiential learning menurut Association for Experiential Education (AEE),
experiential learning merupakan falsafah dan metodologi dimana pendidik
terlibat langsung dalam memotivasi peserta didik dan refleksi difokuskan untuk
meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan sikap peserta
didik. Experiential learning mendorong siswa dalam aktivitasnya untuk
berpikir lebih banyak, mengeksplor,bertanya, membuat keputusan, dan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari, sehingga mereka memperoleh
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Experiential learning merupakan kegiatan pembelajaran dengan 4 siklus
kegiatan pembelajaran yaitu; concrete experiance, reflective observation,
abstrak conceptualisation, active eksperimental.
4. Karakter
Karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan yang berperilaku baik terhadap diri
sendiri dan terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia dan alam
semesta). Pembentukan karakter terjadi melalui pendidikan, pendidikan dalam
rangka pembentukan karakter dinamakan pendidikan karakter, pendidikan
karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadan seseorang sehingga menjadi suatu
perilaku kehidupan individu tersebut.
5. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan pendidikan untuk
membantu peserta didik supaya peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai
dan etika. Dalam hal ini, peserta didik bisa menilai mana yang benar, sangat
mempedulikan kebenaran, melakukan kebenaran walaupun ada tekanan dari
luar atau godaan dari dalam dirinya sendiri.
F. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan
karakter peserta Pesantren Alam (Salam) yang diselenggarakan oleh ELTAPS
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran umum program Pesantren Alam (Salam) yang
diselenggarakan oleh ELTAPS Consultan trainning
b. Memperoleh gambaran proses perencanaan pelatihan berbasis
experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui
program SALAM ?
c. Memperoleh gambaran proses penyelenggaraan program pelatihan
berbasis experiential learning sebagai proses pembentukan karakter
melalui program SALAM
d. Memperoleh gambaran evaluasi program pelatihan berbasis experiential
learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM
e. Mengetahui aspek dan unsur pendidikan karakter pada program pelatihan
berbasis experiential learning melalui program SALAM?
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis, Menambah khasanah ilmu mengenai model pelatihan
partisipatif berbasis experience learning dalam pengembangan karakter
2. Manfaat praktis, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pihak
PT. ELTAPS Training and Consulting sebagai pertimbangan untuk
penyusunan program pelatihan selanjutnya.
H. Kerangka Pemikiran
Kegiatan pelatihan SALAM, merupakan kerjasama antara pihak YPAI
Al-Azhar yang memasukan program kedalam kurikulum pembelajaran sekolah
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
siswa-siswi Al-Azharlah yang menjadi Input dari progam ini, penyelenggaraannya
sepenuhnya diserahkan oleh pihak sekolah kepada pihak ELTAPS, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi proses dan program pelatihan
SALAM. Dalam penyelenggaraan pembelajaran pada kegiatan pelatihan ini, pihak
ELTAPS menjadikan eksperiance sebagai basis kegiatan, yang dikenal dengan
istialah eksperiential learning, yang dilakukan dalam setaiap tahap pembelajaran,
baik didalam ruangan ataupun kegiatan diluar ruangan. Berdasarkan hal tersebut,
kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada bagan
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Raw Input
Pihak yayasan YPA Al-Azhar, Pihak Guru, Orang Tua, kondisi alam
Pihak yayasan YPA Al-Azhar, Pihak Guru, Orang Tua, kondisi alam
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
sistematis, berdasarkan fakta atau prinsip-prinsip tertentu sebagai suatu usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
Pada hakekatnya Moleong (2001) menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu
upaya menemukan kebenaran. Untuk melakukan suatu penelitian maka
dibutuhkan sebuah pendekatan atau meode, dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kulaitatif. Metode kulaitatif merupakan metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositvisme, digunakan untuk meneliti kkondisi
objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai insrtumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,
teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/ kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada
generalisasi.
Bogdan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2010: 21) menyelaskan
beberapa karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif, antara lain sebagai
berikut :
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa
penelitian kualitatif :
a. Dilakukan pada kondisi alamiah, langsung kesumber data dan peneliti
adalah instrumen kunci
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata, gambar sehingga tidak menekankan pada angka
c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk
atau outcome
d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif
e. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna (data dibalik
kondisi yang diamati).
Selanjutnya Erikson masih dalam Sugiono menyatakan bahwa ciri-ciri
peneliian kualitatif adalah sebagai berikut :
(a).intensive, long term participation in field setting, (b) careful recording of what happens in the setting by writing field notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidence, (d) reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview and interpretative commentary.
Berdasarkan uraian diatas, dikemukan bahwa metode penelitian kualitatif
dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat
secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai
dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara
mendetail.
Penggunaan pendekatan atau metode kualitatif dalam penelitian ini
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
implementasi metode experiential learning pada pelatihan partisipatif dalam
kegiatan Pesantren Alam (Salam) yang diselenggarakan oleh ELTAPS Consultan
and Training. Kegiatan pengamatan dilakukan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program Salam.
Kedua: informasi yang dikumpulkan melalui penelitian ini berusaha untuk
mengungkap kebermaknaan dari proses kegiatan Salam sebagai proses
pembentukan karakter peserta. Dalam hal ini sangat tepat menggunakan
pendekatan kualitatif dengan cara studi kasus sebagaiman diutarakan oleh
Stake(1995) dalam Creswell (2010: 20), kualitatif studi kasus merupakan strategi
penelitian yang menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas,
proses atau sekelompok individu.
B. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat diselenggarakannya program Salam,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program yang dilakukan di
kantor operasional ELTAPS di Jalan Suka Haji, Geger Kalong Bandung, dan di
gedung diklat Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar Cigombong, Bogor, Jawa
Barat.
Penentuan lokasi penelitian tersebut didasarkan data atau informasi yang
hendak diperoleh, situasi dan konteks dipandang memenuhi kriteria yang
dimaksudkan dan menjadi tujuan penelitian. Karena program salam merupakan
kerjasama yang dilakukan oleh pihak ELTAPS dengan Yayasan Pendidikan Islam
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
jenjang pendidikan yang ada di Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, yaitu kelas
lima (5) SD untuk, kelas delapan (VIII) SLTPdan kelas XI untuk SLTA.
Penelitian dilaksanakan selama enam (6) bulan dari bulan Januari 2012
samapai dengan Juni 2012, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1 Aktifitas penelitian
No Aktivitas Penelitian Bulan (2012)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pendalaman konsep pelatihan partisipatif, eksperiential learning dan pembentukan karakter dalam proses pembelajaran
2 Pengumpulan data tentang pelaksanaan program pesantren alam mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
3 Observasi kegiatan pesantren alam mulai dari perencanaan hinga kegiatan evaluasi
4 Pengolahan data dari sumber penelitian
5 Penyelesaian tesis: teori dasar, metode, sebagian pengolahan data dan pembahasan
6 Penyelesaian tesis: penyelesaian, pengolahan data dan pembahasan
7 Sidang tesis
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik triagulasi,
dengan peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian (human instrument).
Triangulasi diartikan sebagai pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada, peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
Dalam hal triangulasi Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2010:330)
menyatakan bahwa “ the aim is not determine the truth about some social
phenomenon, rather the purpose of triangulation is into increase one’s
understandingof what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan
untuk mencari kebenarantentang beberapa fenomena, akan tetapi lebih kepada
peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Tujuan
penelitian kualitatif bukan hanya mencari kebenaran, akan tetapi lebih kepada
pemahaman subjek terhadap dunia sekitarnya. Selanjutnya Mathinson (1988)
masih dalam Sugiyono (2010:332) mengemukakan bahwa “the value of
triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent or
contradictionary”. Penggunaan teknik triangulasi aadalah untuk mengetahui data
yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena
itu diharapkan dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data,
maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.
Adapun teknik pengumpulan data yang terhimpun dalam teknik
triangulasi adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Kartini Kartono (1996) dalam Handayani (2010) menjelaskan bahwa
wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dimana terjadinya
komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara.
Dari penjelasan tersebut daatlah dikatakan bahwa wawancara atau
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
objek yang diwawancara bisa berupa percakapan atau tanya jawab secara
lisan antara dua orang atau lebih mengenai suatu persoalan.
Teknik wawancara mendalam dengan responden dilakukan dalam benuk
tanya jawab dan diskusi yang dirahkan pada kegiatan perencanaan
pelatihan, pelaksanaan dan evaluasi baik itu hasil ataupun program.
Pada tahap perencanaan wawancara dilakukan dengan pihak manajemen
ELTAPS Training and Consulting dan pihak-pihak terkait dalam
perencanaan program pesantren Alam.
Pada tahap pelaksanaan program wawancara dilakukan dengan responden
yang terlibat dalam pelaksanaan program, baik iu fasilitator, narasumber,
peserta dan pihak – pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan
Pesantren Alam. Begitu juga pada tahap evaluasi, pihak yang menjadi
responden dalam pengumpulan data adalah pihak yang terlibat dalam
proses pelaksanaan Pesantren Alam.
Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka peneliti akan
menggunakan pedoman wawancara sebagai teknik pengumpulan data.
2. Teknik observasi
Nasution (1988) dalam Sugiyono (2010:310) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
Selanjutnya Marshall (1995) masih dalam Sugiyono (2010:310)
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi
tersebut, peneliti belajar tentang perilaku dan memaknai dari perilaku
tersebut.Berdasarkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
ketajaman dan pemaknaan yang mendalam terhadap perilaku yang
diamati maka observasi partisipatif tepat digunakan sebagai aat
pengumpulan data pada penelitan ini. Spradley, membagi observasi
partisipasi menjadi empat yaitu pasive participation, moderate
participation, active participation, dan complete participation. Dengan
penjelasan sebagai berikut :
a) Pasive Participation (Partisipasi pasif) : means the research is present
at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam
hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang atau objek yang
diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b) Moderate Participation (Partisipasi moderat); means that the
researcher maintains a balance between being insider and being
outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti
menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam pengumpulan
data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak
semuanya.
c) Active Participation (Partisipasi aktif); means that the reseacher
generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini
peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
d) complete participation(Partisipasi lengkap); means the reseacher is a
natural participant. This is highest level of involvement. Dalam
melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya
terhadap apa yang dilakukan oleh sumber data. Jadi suasananya sudah
natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini
merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas
kehidpan yang diteliti.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan usaha penelaahan terhadap beberapa
dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip dari kegiatan pelatihan
partisipatif berbasis eksperiential learning pada program pesantren alam
dalam rangka pembentukan karakter. Suharsimi Arikunto (2002:206)
mengemukakan bahwa “metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulensi, agenda dan sebagainya”.
Studi dokumentasi digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah
untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari wawancara atau
observasi. Cara ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang
berhubungan dengan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pelatihan.
D. Subjek Penelitian
Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
Spradley dalam Sugiyono (2010:297) menyebutnya dengan istilah “Social
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis, dan
sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden akan tetapi
narasumber, partisipan, informan. Berdasarkan hal tersebut sangatlah jelas bahwa
yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan Salam, diantaranya :
a. Pihak lembaga ELTAPS secara struktural, seperti pimpinan, pihak
manajemen program Salam khususnya
b. Pihak lembaga ELTAPS dari segi fasilitator kegiatn Salam, baik
fasilitator tetap ataupun fasilitator freelance
c. Pihak Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar dalam hal ini diwakili oleh
guru pembimbing atau pendamping program Salam yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah
d. Pihak penyedia sarana dan prasarana pelaksanaan proram Salam
e. Peserta Salam
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan usaha untuk
memaknai data yang diperoleh melalui penelitian. Bogdan dalam Sugiyono
(2010:334) menyatakan bahwa “ Data Analysis is the process of systematically
searching and arranging the interview trancripts, fieldnotes, and other materials
that you accomulate to increase your own understanding of them and to enable
you to present what you have discovered to others. Analis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara,
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit – unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain.
Pada penelitian kualitatif, analisis data sudah dilakukan sebelum peneliti
memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Dalam
penelitian menurut Nasution (1996) menyatakan bahwa tidak ada satu cara
tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian. Salah satu cara
yang dapat dianjurkan adalah mengikuti langkah-langkah berikut ini yakni a)
reduksi data, b) display, c) mengambil kesimpulan. Berdasarkan pernyataan
tersebut pada penelitian ini akan menggunakan analisis data model Miles dan
Huberman, dengan aktivitas analisis data seperti; data reduction, data display dan
conclusion drawing/verification.
1. Reduksi Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis data dalam
penelitian ini adalah melakukan reduksi data dengan data yang diperoleh
dari lapangan, ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci.
Tahap reduksi data dilakukan dengan meringkas dan merangkum kembali
data/ catatan lapangan dengan cara memilah-milah atau mengelompokkan
hal-hal pokok atau penting yang berkaitan dengan fokus masalah
penelitian. Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
transkrip wawancara, catatan observasi dan dokumen-dokumen tertulis.
Data yang telah didapat dibaca, dipelajari agar peneliti memahami data
atau hasil yang telah didapatkan. Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan
yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh. Berdasarkan
kerangka teori dan pedoman wawancara dan observasi, peneliti menyusun
sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam
melakukan coding. Melalui pedoman ini, peneliti kemudian kembali
membaca transkrip wawancara, catatan observasi dan melakukan coding,
melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data
yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikategorikan
berdasarkan kerangka analisis.
2. Dispalay Data
Display data merupakan langkah kedua dalam kegiatan analisis data.
Kegiatan selanjutnya dari hal-hal pokok atau yang sifatnya berkaitan
dengan fokuspenelitian, disusun/dirangkum secara lebih sistematis
sehingga lebih jelastergambar polanya. Untuk memudahkan pemolaan,
rangkuman tadi disajikandalam bentuk matriks. Matriks tersebut
merupakan hasil pengelompokkan darireduksi data.
3. Conclusion Drawing/ verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kaulitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Pada tahap ini
Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis
dengan hasil yang dicapai.
F. Langkah - langkah penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan merupakan langkah awal dalam pelaksananaan pnelitian.
Pada tahap ini, peneliti membuat atau menyusun rancangan atau proposal
penelitian yang diajukan pada sidang proposal tesis. Setelah rancangan atau
proposal penelitian disetujui kemudian dikonsultasikan kepada pihak
pembimbing, yaitu dosen yang telah ditunjuk untuk membimbing dalam
pelaksanaan penelitian. Kemudian mengurus perijinan yang dimulai dari
lingkungan jurusan, akademisi sampai lembaga yang terkait dengan
penelitian yang akan dilaksanakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap penggalian informasi untuk
mengumpulkan data yang dibutukan terkait dengan penelitian yang
dilakukan. Pada tahap ini merupakan tahapan yang paling utama dalam suatu
penelitian yang terdiri atas pengumpulan dan analisis data terhadap data yang
telah diperoleh.
3. Laporan
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Triangulasi, yaitu pengecekan kembali, pemeriksaan data yang telah
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dilakukan kegiatan membandingkan hasil wawancara dengan hasil
observasi serta hasil dokumentasi.
b. Penyusunan laporan, setelah dilakukan triangulasi langkah selanjutnya
adalah menyusun laporan penelitian.
c. Memperpanjang masa pengamatan
d. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri – ciri dan
unsur – unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal tersebut
secara rinci
e. Peer Debriefing (membicarakan dengan pihak lain) yaitu mengekspos
hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dlam bentuk diskusi
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Program Pesantren Alam ( Salam ) merupakan salah satu bentuk
pendidikan karakter pada jalur pendidikan nonformal berupa pelatihan
yang berbasis eksperiential learning yang diselenggarakan selama tiga
hari, oleh lembaga ELTAPS training & consulting yang berkerjasama
dengan Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar.Peyelenggaraan program
Salam yang berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan
karakter peserta adalah jenis pelatihan partisipatif, yang melibatkan peserta
secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Perencanaan program diawali dengan kegiatan identifikasi kebutuhan yang
dilakukan oleh pihak penyelenggara terhadap yayasan YPI Al –Azhar dan
orang tua sebagai sumber informasi terkait kebutuhan belajar. Perumusan
tujuan program pelatihan dilakukan oleh pihak penyelenggara, pelatihan
untuk para pelatih dilakukan dalam bentuk rapat kerja yang dilakukan oleh
fasilitator, rapat kerja yang dilakukan sebagai proses pengorganisasian dan
penyusunan komponen program dalam mencapai tujauan yang telah
ditetapkan.
3. Pada pelaksanan pembelajaran diawali dengan pembangunan keakraban
diantara peserta dengan peserta dan peserta dengan fasilitator. Setiap
kegiatan baik aktivitas yang dilakukan didalam ruangan dan diluar
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
proses pembelajaran bermula dari adanya suatu pengalaman nyata
(concrete eksperiance) yang diobservasi dan direfleksikan (reflection
observation) oleh peserta. Dari hasil proses tersebut, individu akan
membentuk konsep-konsep abstrak (abstract Conceptualization) yang
kemudian diaplikasikan ( active eksperiment) pada berbagai situasi baru,
demikian seterusnya proses pembelajaran berlangsung, seperti sebuah
siklus. Pelaksanaan pembelajaran menekankan pada aktivitas peserta
secara aktif baik secara fisik, emosional dan psikologikal yang dilakukan
aktivitas didalam ruangan dan diluar ruangan. Peran dari fasilitator dalam
kegiatan pembelajaran berbasis pengalaman ini, adalah sebagai pihak yang
menfasilitasi antara peserta dengan pengetahuan yang peserta peroleh dari
pengalaman belajar yang dilakukan.
4. Kegiatan evaluasi dilakukan pada proses pembelajaran dan diakhir
kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara formatif,
yaitu selama pelatihan berlangsung, melalui pengamatan terhadap
perubahan sikap peserta dan diskusi yang dilakukan secara kelompok
ataupun kolosal. Sedangkan untuk evaluasi program terkait materi,
strategi, sarana dan prasarana dilakukan oleh fasilitator menggunakan
angket yang setiap itemya diberi skala sampai satu sampai lima.
5. Pendidikan karakter berlangsung include dalam setiap aktiviatas
pembelajaran baik indoor activity, outdoor activity dan peserta difasilitasi
untuk mengaplikasikannya dalam aktivitas pembiasaan pada keseharian.
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
dan rapi (3TBR) dan salam, sapa, sopan, santun dan ramah, yang secara
implisit mengandung karakter : (1)cinta kepada Allah dan semesta beserta
isinya, (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan
santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerjasama, (6) percaya diri, kreatif,
kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8)
baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.
B. Saran
Untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini, penulis memberikan
rekomendasi kepada pihak – pihak terkait diantaranya kepada yayasan
pendidikan Islam Al-Azhar, Eltaps sebagai lembaga penyelenggara, fasilitator
yang menjadi sumber belajar dalam program Salam, dan peneliti selanjutnya.
1. Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, berdasarkan hasil pengamatan,
hasil dari pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses
pembentukan karakter peserta pada program Salam, dengan waktu yang
relatif singkat yaitu tiga hari, telah bisa memberikan perubahan sikap
menuju karakter yang baik bagi peserta, untuk itu diharapkan adanya
follow up dilingkungan sekolah yang dapat mengembangkan hal
tersebut, karena dalam pembentukan karakter dibutuhkan
pengkondisian lingkungan agar terbentuknya karakter yang diinginkan
pada diri peserta didik.
2. Badan Diklat YPI Al-azhar
Badan diklat yang berperan dalam penyediaan sarana prasarana yang
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
meningkatkan kauantitas dan kualitas sarana dan prasarana kegiatan
salam, seperti kapasitas aula yang terkadang belum bisa menampung
jumlah peserta, dan sarana prasaran pendukung lainnya, sehingga
pelaksanaan progra salam dapat berjalan dengan baik dan mencapai
tujuan sebagaiman yang duharapkan.
3. Lembaga ELTAPS taraining & consulting
Lembaga ELTAP sebagai penyelenggara diharapkan untuk dapat lebih
maksimal dalam identifikasi kebutuhan belajar peserta, yang
melibatkan peserta secara langsung dalam identifikasi kebutuhan
belajar tersebut.
Dalam hal evaluasi pembelajaran, pihak penyelenggara belum
melakukan secara maksimal dan belum memiliki standar yang jelas
mengenai capaian tujuan program, diharapkan untuk selanjutnya pihak
penyelenggara bisa menyediakan standarisasi yang jelas dan menyusun
alat evaluasi yang sesuai dengan yang akan diukur dari perubahan sikap
menuju pembentukan karakter peserta.
4. Fasilitator
Fasililator sebagai pihak yang langsung berhubungan dalam
pembelajaran peserta, diharapkan memiliki standarisasi yang jelas
terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis pengalaman, karena
berdasarkan observasi lapangan yang telah peneliti lakukan, terdapat
perbedaan standarisasi pelaksanaan tahapan aplikasi eksperiential
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
5. Peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian berkenaan
dengandampak pembelajaran experiential learning terhadap
pembentukan dan pengembagan karakter, pembentukan perilaku
ataupun peningkatan kemampuan peserta pelatihan. Sehingga peran
pendidikan luar sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan dalam
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Handayani, M.N. 2010. Implementasi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan
Pengalaman (Eksperiential Learning) di TK Sekolah Alam. Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.
Handayani, S. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan Alam. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.
Kamil, M. 2002. Model Pembelajaran Magang Bagi Peningkatan Kemandirian
Warga Belajar (Studi Pada Sentra Industri Kecil Rajutan dan Bordir di Daerah Priangan Timur). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana UPI:
Bandung.
---. 2007. Mengembangkan Pendidikan Nonformal Melalui PKBM di
Indonesia. Program Report by Visiting Foreign Research Fellows no.12
---. 2010. Model Pendidikan dan Latihan (konsep dan aplikasi). Alfabeta: Bandung
Kesuma, D.dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teoridan Praktik di Sekolah. Remaja Rosdakarya: Bandung
Musfiroh, T. 2008. Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter. dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Charakter Building,
Bagaiamana Mendidik Anak Berkarakter. Tiara Wacana: Yogyakarta
Mulyadi, S. 2008.Peranan Pendidikan dalam Membangun Karakter Anak. Dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana
Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta
Sudewo, E. (2011). Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih
Baik. Republika: Jakarta
Sudjana, D. (2010). Sistem & Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Falah Production Bandung.
--- (2010). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Falah Production Bandung.
Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012
Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
--- (2010). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Falah Production
Bandung.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuanitaif,
kualitatif dan R&D). Alfabeta: Bandung.
Sulistiowati, I. (2010). Penerapan Experiential Learning oleh Eltaps Training and Consulting Bandung dalam Pesantern Alam (Salam). Skripsi tidak dipublikasikan. FIKOM UNPAD: Bandung
Yus. A. 2008. Pengembangan Karakter Melalui Hubungan Anak-Kakek-Nenek. Dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building:
Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta
Sumber Internet
Kamil, M (2010) http://kamilunkamil.blogspot.com/2010/03/model-model-pelatihan.html. (27 Maret 2012)
Kolb,D.A. 1984. Experiential Learning: experence as the source of learning and
development.URL:http://www.learningfromexperience.com/image/uploa
http://grahalcc.wordpress.com/tag/karakter-tanggung-jawab-siapa/ . diunduh 13 Juli 2012
http://abiechuenk.wordpress.com/2012/01/17/pendidikan-dan-pembentukan-karakter/. diunduh tanggal 14 Juli 2012.