• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN BERBASIS EKSPERIENTIAL LEARNING SEBAGAI PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA PELATIHAN:Studi Deskriptif Pada Program Pesantren Alam yang Diselenggarakan oleh ELTAPS Training & Consulting.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN BERBASIS EKSPERIENTIAL LEARNING SEBAGAI PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA PELATIHAN:Studi Deskriptif Pada Program Pesantren Alam yang Diselenggarakan oleh ELTAPS Training & Consulting."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

(2)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

ii D. Sabjek Penelitian ...

E. Analisis Data ...

F. Langkah - langkah penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum ...

B. Perencanaan Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses

Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...

C. Pelaksanaan Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses

Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...

D. Evaluasi Pelatihan Berbasis eksperiential learning sebagai Proses

Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...

E. Proses Pembentukan Karakter Pada Pelatihan Berbasis eksperiential

learning sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Program Salam ...

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(3)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

iii

2.1 Karakter Dasar Pendidikan Karakter ... 54

3.1 Aktivitas Penelitian ... 61

4.1 Materi Kegiatan Pesantren Alam (Salam) ... 88

4.2 Konten Program Pesantren Alam (Salam) ... 89

4.3 Jadwal Kegiatan Pesantren Alam (Salam) Al – Azhar SMP TA 2011-2012 ... 91

(4)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

iv

2.1 Prosedur Komponen Program Pelatihan ... 26

2.2 Bagan Relasi Antara Eksperiential Learning dengan Aspek Pembelajaran ... 46

2.3 Lewinian Eksperiential Learning Model ... 47

2.4 Kolb’s Eksperiential Learning Cycle ... 48

2.5 Keterkaitan antara Komponen Moral dalam Pembentukan Karakter Likona ... 53

4.1 Pengelolaan Pelatihan ... 126

4.2 Siklus Eksperiential Learning ... 129

(5)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dan bangsa yang besar, hal ini

karena ditunjang dengan kekayaan sumber daya alam dan sumberdaya

manusianya yang tersebar di 33 provinsinya. Oleh karena itu Indonesia memiliki

peluang yang sangat besar untuk menjadi bangsa yang maju, makmur, adil,

berdaulat dan bermartabat, sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap bangsa di

dunia ini. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan sumber daya yang

mampu mengolah aset tersebut, baik sumber daya alam maupun sumberdaya

manusianya agar bisa menjadi jalan kesuksesan mewujudkan bangsa yang

diidamkan tersebut. Kriteria atau karakter sumber daya manusia yang dibutuhkan

untuk mencapai hal tersebut sudah sangat jelas tertera dalam Undang-undang No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional yaitu “....manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”. Karakter sumberdaya yang diutarakan dalam UU no 20

tahun 2003 tersebut dapat dibentuk melalui pendidikan yang dilakukan sepanjang

hayat, baik melalui jalur pendidikan formal, informal dan non formal, yang saling

berkolaborasi dalam membentuk sumber daya manusia yang patut untuk

(6)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Singkatnya Kesuma (2011:8) menegaskan bahwa “tujuan pendidikan

Nasional mengarah pada pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia,

walaupun dalam penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang dimaksudkan

dalam UU, dan seharusnya pendidikan nasional merupakan pendidikan karakter

bukan hanya pendidikan akademik semata”.

Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, sumberdaya manusia yang

diharapakan memang belum tercapai secara maksimal, karena dimana-mana

masih ditemukan berbagai persoalan didalam bangsa Indonesia itu sendiri, seperti

data yang di sajikan oleh Kesuma (2010:2-3) mengenai data hasil survey seks

bebas dikalangan remaja di Indonesia menunjukan 63% remaja Indonesia

melakukan seks bebas, hal ini juga di benarkan oleh Direktur Remaja dan

Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, yang menyatakan

bahwa data tersebut diperoleh dari hasil survey oleh lembaga survey yang

mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2008. Sedangkan

remaja korban narkoba di Indonesia adalah 1,1 juta orang atau 3,9% dari total

jumlah korban. Selanjutnya berdasarkan data Pusat Pengendalian Gangguan

Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SLTP dan SLTP yang telibat tawuran mencapai

0,08 % atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta, dan

bahkan 26 siswa diantaranya meninggal. Inilah kondisi remaja Indonesia

berdasarkan hasil survey, tentunya tidak tertutup kemungkinan kasus – kasus

terselubung lainnya.

Indikator yang menunjukkan terjadinya dekadensi moral, tidak saja di

(7)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dalam situasi formal, tata krama masih melekat dalam berbagai kegiatan dan

perilaku, namun pada situasi tertentu, kondisi yang tadinya tenang dan damai,

tiba-tiba berubah menjadi brutal. Salah satunya adalah tindakan anarkis yang

merupakan hal yang sudah tidak asing lagi terjadi di negara ini, orang dewasapun

tidak luput dari kasus keanarkisan, sebagaimana kasus tajung priok yang sempat

menggemparkan negara ini, karena kisruh yang terjadi antara pihak pemerintah

yang kononnya penegak ketertiban negara dengan masyarakat. Selain itu, yang

tidak pernah habisnya dibicarakan diberbagai media tentang korupsi yang sangat

susah diberantas dinegeri ini. Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

Indonesia Tahun 2009 meningkat 0,2%, dari 2,6% pada tahun 2008 menjadi 2,8

ditahun 2009, dengan skor ini, peringkat Indonesia dalam hal korupsi mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, yakni berada diperingkat 111 dari 180 negara

(15 posisi dari tahun lalu) yang disurvey IPK-nya oleh Transparancey

International (IT).

Kondisi diatas tentu tidak bisa dibiarkan saja dan harus menjadi perhatian

bagi setiap pihak yang mengingginkan kemajuan bangsa ini dalam mencapai

tujuan pembangunan bangsa, terutama apabila menilik pendapat Thomas Lickona:

“bahwa terdapat sepuluh tanda perilaku manusia yang menunjukan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu: meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, ketidak jujuran yang membudaya, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru dan figur pemimpin, pengaruh peer group terhadap tindak kekerasan, meningkatnya kecurigaan dan kebencian, penggunaan bahasa yang buruk, penurunan etos kerja, menurunya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, meningkatnya perilaku

(8)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Berbagai pihak menanggapi fenomena diatas, kritikan terhadap sistem

pendidikan dan pembelajaranpun dilayangkan. Pendidikan yang dijalani terlalu

menonjolkan kognisi dan minus kecerdasan emosional dan moral. Hal ini terlihat

pada standarisasi kelulusan siswa ketika mengikuti pendidikan disekolah, siswa

dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan apabila sudah memenuhi standar

kelulusan pada setiap mata pelajaran yang telah ditetapkan, tanpa memperhatiakan

aspek moral para lulusan, dan mata pelajaran pendidikan agama serta pendidikan

kewarganegaraan tidak termasuk dalam kualifikasi mata pelajaran yang dinilai

sebagai standar kelulusan.

Pendidikan karakter merupakan suatu keharusan dalam dunia pendidikan

di negara ini, baik itu dilingkungan pendidikan formal, non formal dan bahkan

informal.

Melihat kondisi tersebut, Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar sebagai

pihak penyelenggara pendidikan formal dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga

Sekolah Tingkat Atas (SMA) mencoba memperbaiki sistem pendidikan dengan

melakukan kerjasama dengan lembaga ELTAPS (Experiential Learning Through

Adventure ProgramS) Training and Consulting melalui program Pesantren Alam

yang selanjutnya disingkat dengan SALAM.

Program SALAM merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter dalam

rangka pembentukan karakter yang dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan yang

diselenggarakan selama tiga hari. Peserta dilatih kedisiplinan, kemandirian,

kepemimpinan dan kerjasama tim. Program ini memadukan unsur alam dan

(9)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

aspek fisik, mental, emosional dan spiritual secara simultan sebagaimana manusia

sehari-hari hidup secara alami sehingga diperoleh nilai pembelajaran yang alami.

Metodologi pelatihan yang digunakan dalam kegiatan pelatihan yaitu Experiential

Learning through Adventure ProgramS (disingkat Eltaps) yang merupakan

perpaduan experiential learning dan adventure program. Metode ELTAPS

memberikan kesempatan peserta mempraktekkan secara langsung materi pelatihan

sehingga peserta mendapatkan pengalaman dari materi, bukan hanya sekadar

teori. Materi tersebut adalah pengalaman nyata dari kehidupan sehari-hari yang di

setting sesuai tujuan pelatihan dan disubstitusi menjadi aktivitas seperti

permainan, simulasi, maupun outbound. Dalam kegiatan pelatihan peserta akan

dilatih kedisiplinan, kemandirian, kepemimpinan dan kerjasama tim. Program ini

memadukan unsur alam dan lingkungan sosial yang mampu menstimulasi secara

alami respon perilaku dan aspek fisik, mental, emosional dan spiritual secara

simultan sebagaimana manusia sehari-hari hidup secara alami sehingga diperoleh

nilai pembelajaran yang alami.

Pendekatan ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang

unggul secara fisik ( Physical Quotient: PQ ), mental ( Intelectual Question: IQ),

emosi ( Emotional Question: EQ) dan spiritual ( Spiritual Question: SQ). Peserta

juga akan dilatih tiga kompetensi dasar yang sangat berperan penting dalam

pembentukan akhlak mulia, yakni: kreativitas, adaptabilitas dan visioner.

Aktivitas yang dilakukan berupa pembiasaan shalat berjamaah, mentoring, talk

show, outbond, kegiatan sosial, dan kedisiplinan 3TBR (Tertib, Teratur, Tepat

(10)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Materi dalam program Salam dibagi menjadi tiga, yaitu klasikal

(individu), kelompok, dan outdoor. Materi klasikal terbagi menjadi talkshow,

penyelenggaraan jenazah, serta muhasabah. Sedangkan kegiatan belajar kelompok

terdiri dari mentoring, review, dan diskusi. Kegiatan selanjutnya yaitu outting,

terdiri dari journey dan hiking.

Pelaksanaan program ini bisa dikatakan berhasil dalam mencapai

tujuannya, terlihat dari waktu jalinan kerjasama yang telah dijalin oleh Yayasan

Pendidikan Islam Al-Azhar dengan pihak ELTAPS, yang pada tahun ini (2012)

kurang lebih sudah terhitung delapan tahun. Hal ini juga didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) melalui penelitian yang telah dilakukan,

beliau menyimpulkan bahwa program salam sudah baik dalam pembentukan

akhlak peserta. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang pentingnya dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang program pelatihan berbasis experiential learning

sebagai salah satu sarana pembentukkan karakter.

B. Identifikasi Masalah

Pada pendidikan karakter, peserta didik haruslah diberi kesempatan untuk

dapat mempraktekkan semua nilai-nilai yang telah mereka peroleh melalui

kegiatan pembelajaran. Prinsipnya, dalam pendidikan karakter tidak cukup hanya

dengan teori saja, namun juga dibutuhkan aplikasi agar nilai-nilai tersebut bisa

menjadi karakter dalam diri peserta didik. Namun kondisi pendidikan saat ini,

hanya mengutamakan aspek kognisi dan jauh dari capaian moral yang nantinya

bermuara pada karakter yang baik. Dengan demikian, perlu adanya kegiatan

(11)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

yang baik dan sesuai dengan kebutuhan peserta, efektif dan efesien serta

menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang tepat sehingga dapat

menumbuhkan karakter-karakter yang baik dalam diri peserta didik yang

didukung dengan sarana dan prasaranayang memadai.

Eltaps bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Islam Al- Azhar,

mengadakan dan menyelenggarakan program pengembangan karakter dalam

bentuk pelatihan yang dinamakan Pesantren Alam atau SALAM, Metodologi

pelatihan yang digunakan dalam kegiatan pesantren alam (SALAM) adalah

gabungan antara eksperiential learning dan Adventure di alam terbuka,

memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendapatkan pengalaman dari

materi yang telah mereka peroleh. Melalui kegiatan pelatihan yang

diselenggarakan peserta dilatih dan dibiasakan untuk disiplin, mandiri, memiliki

jiwa kepemimpinan dan memiliki kemampuan untuk berkerjasama dalam sebuah

tim. Karena prinsip dari penyelenggaraan pendidikan karakter dinyatakan berhasil

apabila peserta didik telah menunjukan habit atau kebiasaan berperilaku baik.

Namun hingga saat ini, belum ada laporan penelitian yang memberikan

gambaran tentang pelaksanaan manajemen program pelatihan yang

diselenggarakan oleh ELTAPS melalui SALAM, terkait dengan perencanaan

program, pelaksanaan dan evaluasi program dari SALAM. Sehubungan dengan

itu perlu dikaji bagaimana penyelenggaraan program SALAM, baik pada aspek

perencanaan, pelaksanaan hingga aspek evaluasi program sebagai salah satu

(12)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimulai dengan deskripsi

pelatihan Pesantren Alam (SALAM), yang dilanjutkan dengan bagaimana

pelaksanaan analisis kebutuhan program yang dilanjutkan dengan penyusunan

program pembelajaran pada program pelatihan berbasis eksperiential learning

sebagai proses pembentukan karakter, penyelenggaraan program dan pendidikan

karakter melalui pelatihan berbasis eksperiential learning pada program Salam

yang diselenggarakan oleh Eltaps. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan

masalahnya adalah “Bagaimanakah pelaksanaan program pelatihan berbasis

eksperiential learningmelalui kegiatan pesantren alam (SALAM) sebagai proses

pembentukan karakter peserta pelatihan”

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran program Pesantren Alam (SALAM) yang

diselenggarakan oleh ELTAPS Consultant Training?

2. Bagaimanakah proses perencanaan pelatihan berbasis experiential learning

sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?

3. Bagaimanakah proses pelaksanaan pelatihan berbasis experiential learning

sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?

4. Bagaimanakah proses evaluasi pelatihan berbasis experiential learning

sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM ?

5. Aspek pendidikan karakter apa saja yang terdapat pada pelatihan berbasis

experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program

(13)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

E. Defenisi Operasional

1. Pelatihan

Pelatihan merupakan suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

sengaja, terorganisir dan sistematis diluar sistem pendidikan persekolahan

dalam rangaka memberikan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap tertentu kepada peserta didikdalam jangka waktu yang relatif singkat.

2. Pesantren Alam (SALAM)

Pesantren Alam yang disingkat dengan Salam merupakan program pelatihan

yang selenggarakan atas kerjasama antara Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar

dengan lembaga ELTAPS (Experiential Learning Through Adventure

ProgramS) Training and Consultinguntuk siswa Yayasan Pendidikan Islam

Al-Azhar mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) kelas lima, SMP (Sekolah

Tingkat Pertama) kelas delapan dan SMA (Sekolah Tingkat Atas) kelas sebelas

selama tiga hari.

3. Eksperiential Learning

Experiential learning menurut Association for Experiential Education (AEE),

experiential learning merupakan falsafah dan metodologi dimana pendidik

terlibat langsung dalam memotivasi peserta didik dan refleksi difokuskan untuk

meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan sikap peserta

didik. Experiential learning mendorong siswa dalam aktivitasnya untuk

berpikir lebih banyak, mengeksplor,bertanya, membuat keputusan, dan

menerapkan apa yang telah mereka pelajari, sehingga mereka memperoleh

(14)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Experiential learning merupakan kegiatan pembelajaran dengan 4 siklus

kegiatan pembelajaran yaitu; concrete experiance, reflective observation,

abstrak conceptualisation, active eksperimental.

4. Karakter

Karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan yang berperilaku baik terhadap diri

sendiri dan terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia dan alam

semesta). Pembentukan karakter terjadi melalui pendidikan, pendidikan dalam

rangka pembentukan karakter dinamakan pendidikan karakter, pendidikan

karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadan seseorang sehingga menjadi suatu

perilaku kehidupan individu tersebut.

5. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan pendidikan untuk

membantu peserta didik supaya peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai

dan etika. Dalam hal ini, peserta didik bisa menilai mana yang benar, sangat

mempedulikan kebenaran, melakukan kebenaran walaupun ada tekanan dari

luar atau godaan dari dalam dirinya sendiri.

F. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan

karakter peserta Pesantren Alam (Salam) yang diselenggarakan oleh ELTAPS

(15)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran umum program Pesantren Alam (Salam) yang

diselenggarakan oleh ELTAPS Consultan trainning

b. Memperoleh gambaran proses perencanaan pelatihan berbasis

experiential learning sebagai proses pembentukan karakter melalui

program SALAM ?

c. Memperoleh gambaran proses penyelenggaraan program pelatihan

berbasis experiential learning sebagai proses pembentukan karakter

melalui program SALAM

d. Memperoleh gambaran evaluasi program pelatihan berbasis experiential

learning sebagai proses pembentukan karakter melalui program SALAM

e. Mengetahui aspek dan unsur pendidikan karakter pada program pelatihan

berbasis experiential learning melalui program SALAM?

G. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, Menambah khasanah ilmu mengenai model pelatihan

partisipatif berbasis experience learning dalam pengembangan karakter

2. Manfaat praktis, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi pihak

PT. ELTAPS Training and Consulting sebagai pertimbangan untuk

penyusunan program pelatihan selanjutnya.

H. Kerangka Pemikiran

Kegiatan pelatihan SALAM, merupakan kerjasama antara pihak YPAI

Al-Azhar yang memasukan program kedalam kurikulum pembelajaran sekolah

(16)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

siswa-siswi Al-Azharlah yang menjadi Input dari progam ini, penyelenggaraannya

sepenuhnya diserahkan oleh pihak sekolah kepada pihak ELTAPS, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi proses dan program pelatihan

SALAM. Dalam penyelenggaraan pembelajaran pada kegiatan pelatihan ini, pihak

ELTAPS menjadikan eksperiance sebagai basis kegiatan, yang dikenal dengan

istialah eksperiential learning, yang dilakukan dalam setaiap tahap pembelajaran,

baik didalam ruangan ataupun kegiatan diluar ruangan. Berdasarkan hal tersebut,

kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada bagan

(17)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Raw Input

Pihak yayasan YPA Al-Azhar, Pihak Guru, Orang Tua, kondisi alam

Pihak yayasan YPA Al-Azhar, Pihak Guru, Orang Tua, kondisi alam

(18)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

(19)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara

sistematis, berdasarkan fakta atau prinsip-prinsip tertentu sebagai suatu usaha

untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Pada hakekatnya Moleong (2001) menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu

upaya menemukan kebenaran. Untuk melakukan suatu penelitian maka

dibutuhkan sebuah pendekatan atau meode, dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kulaitatif. Metode kulaitatif merupakan metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositvisme, digunakan untuk meneliti kkondisi

objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai insrtumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,

teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/ kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada

generalisasi.

Bogdan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2010: 21) menyelaskan

beberapa karakteristik penelitian dengan pendekatan kualitatif, antara lain sebagai

berikut :

(20)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa

penelitian kualitatif :

a. Dilakukan pada kondisi alamiah, langsung kesumber data dan peneliti

adalah instrumen kunci

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata, gambar sehingga tidak menekankan pada angka

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk

atau outcome

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna (data dibalik

kondisi yang diamati).

Selanjutnya Erikson masih dalam Sugiono menyatakan bahwa ciri-ciri

peneliian kualitatif adalah sebagai berikut :

(a).intensive, long term participation in field setting, (b) careful recording of what happens in the setting by writing field notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidence, (d) reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview and interpretative commentary.

Berdasarkan uraian diatas, dikemukan bahwa metode penelitian kualitatif

dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat

secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai

dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara

mendetail.

Penggunaan pendekatan atau metode kualitatif dalam penelitian ini

(21)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

implementasi metode experiential learning pada pelatihan partisipatif dalam

kegiatan Pesantren Alam (Salam) yang diselenggarakan oleh ELTAPS Consultan

and Training. Kegiatan pengamatan dilakukan mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi program Salam.

Kedua: informasi yang dikumpulkan melalui penelitian ini berusaha untuk

mengungkap kebermaknaan dari proses kegiatan Salam sebagai proses

pembentukan karakter peserta. Dalam hal ini sangat tepat menggunakan

pendekatan kualitatif dengan cara studi kasus sebagaiman diutarakan oleh

Stake(1995) dalam Creswell (2010: 20), kualitatif studi kasus merupakan strategi

penelitian yang menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas,

proses atau sekelompok individu.

B. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat diselenggarakannya program Salam,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program yang dilakukan di

kantor operasional ELTAPS di Jalan Suka Haji, Geger Kalong Bandung, dan di

gedung diklat Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar Cigombong, Bogor, Jawa

Barat.

Penentuan lokasi penelitian tersebut didasarkan data atau informasi yang

hendak diperoleh, situasi dan konteks dipandang memenuhi kriteria yang

dimaksudkan dan menjadi tujuan penelitian. Karena program salam merupakan

kerjasama yang dilakukan oleh pihak ELTAPS dengan Yayasan Pendidikan Islam

(22)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

jenjang pendidikan yang ada di Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, yaitu kelas

lima (5) SD untuk, kelas delapan (VIII) SLTPdan kelas XI untuk SLTA.

Penelitian dilaksanakan selama enam (6) bulan dari bulan Januari 2012

samapai dengan Juni 2012, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Aktifitas penelitian

No Aktivitas Penelitian Bulan (2012)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pendalaman konsep pelatihan partisipatif, eksperiential learning dan pembentukan karakter dalam proses pembelajaran

2 Pengumpulan data tentang pelaksanaan program pesantren alam mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

3 Observasi kegiatan pesantren alam mulai dari perencanaan hinga kegiatan evaluasi

4 Pengolahan data dari sumber penelitian

5 Penyelesaian tesis: teori dasar, metode, sebagian pengolahan data dan pembahasan

6 Penyelesaian tesis: penyelesaian, pengolahan data dan pembahasan

7 Sidang tesis

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik triagulasi,

dengan peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian (human instrument).

Triangulasi diartikan sebagai pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada, peneliti

menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

(23)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dalam hal triangulasi Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2010:330)

menyatakan bahwa “ the aim is not determine the truth about some social

phenomenon, rather the purpose of triangulation is into increase one’s

understandingof what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan

untuk mencari kebenarantentang beberapa fenomena, akan tetapi lebih kepada

peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Tujuan

penelitian kualitatif bukan hanya mencari kebenaran, akan tetapi lebih kepada

pemahaman subjek terhadap dunia sekitarnya. Selanjutnya Mathinson (1988)

masih dalam Sugiyono (2010:332) mengemukakan bahwa “the value of

triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent or

contradictionary”. Penggunaan teknik triangulasi aadalah untuk mengetahui data

yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena

itu diharapkan dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data,

maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.

Adapun teknik pengumpulan data yang terhimpun dalam teknik

triangulasi adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Kartini Kartono (1996) dalam Handayani (2010) menjelaskan bahwa

wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dimana terjadinya

komunikasi secara verbal antara pewawancara dengan subjek wawancara.

Dari penjelasan tersebut daatlah dikatakan bahwa wawancara atau

(24)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

objek yang diwawancara bisa berupa percakapan atau tanya jawab secara

lisan antara dua orang atau lebih mengenai suatu persoalan.

Teknik wawancara mendalam dengan responden dilakukan dalam benuk

tanya jawab dan diskusi yang dirahkan pada kegiatan perencanaan

pelatihan, pelaksanaan dan evaluasi baik itu hasil ataupun program.

Pada tahap perencanaan wawancara dilakukan dengan pihak manajemen

ELTAPS Training and Consulting dan pihak-pihak terkait dalam

perencanaan program pesantren Alam.

Pada tahap pelaksanaan program wawancara dilakukan dengan responden

yang terlibat dalam pelaksanaan program, baik iu fasilitator, narasumber,

peserta dan pihak – pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan

Pesantren Alam. Begitu juga pada tahap evaluasi, pihak yang menjadi

responden dalam pengumpulan data adalah pihak yang terlibat dalam

proses pelaksanaan Pesantren Alam.

Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka peneliti akan

menggunakan pedoman wawancara sebagai teknik pengumpulan data.

2. Teknik observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2010:310) menyatakan bahwa

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi.

Selanjutnya Marshall (1995) masih dalam Sugiyono (2010:310)

(25)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi

tersebut, peneliti belajar tentang perilaku dan memaknai dari perilaku

tersebut.Berdasarkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu

ketajaman dan pemaknaan yang mendalam terhadap perilaku yang

diamati maka observasi partisipatif tepat digunakan sebagai aat

pengumpulan data pada penelitan ini. Spradley, membagi observasi

partisipasi menjadi empat yaitu pasive participation, moderate

participation, active participation, dan complete participation. Dengan

penjelasan sebagai berikut :

a) Pasive Participation (Partisipasi pasif) : means the research is present

at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam

hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang atau objek yang

diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b) Moderate Participation (Partisipasi moderat); means that the

researcher maintains a balance between being insider and being

outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti

menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam pengumpulan

data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak

semuanya.

c) Active Participation (Partisipasi aktif); means that the reseacher

generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini

peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi

(26)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

d) complete participation(Partisipasi lengkap); means the reseacher is a

natural participant. This is highest level of involvement. Dalam

melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya

terhadap apa yang dilakukan oleh sumber data. Jadi suasananya sudah

natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini

merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas

kehidpan yang diteliti.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan usaha penelaahan terhadap beberapa

dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip dari kegiatan pelatihan

partisipatif berbasis eksperiential learning pada program pesantren alam

dalam rangka pembentukan karakter. Suharsimi Arikunto (2002:206)

mengemukakan bahwa “metode dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulensi, agenda dan sebagainya”.

Studi dokumentasi digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah

untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari wawancara atau

observasi. Cara ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang

berhubungan dengan pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pelatihan.

D. Subjek Penelitian

Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi

Spradley dalam Sugiyono (2010:297) menyebutnya dengan istilah “Social

(27)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis, dan

sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden akan tetapi

narasumber, partisipan, informan. Berdasarkan hal tersebut sangatlah jelas bahwa

yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam

penyelenggaraan Salam, diantaranya :

a. Pihak lembaga ELTAPS secara struktural, seperti pimpinan, pihak

manajemen program Salam khususnya

b. Pihak lembaga ELTAPS dari segi fasilitator kegiatn Salam, baik

fasilitator tetap ataupun fasilitator freelance

c. Pihak Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar dalam hal ini diwakili oleh

guru pembimbing atau pendamping program Salam yang telah ditetapkan

oleh pihak sekolah

d. Pihak penyedia sarana dan prasarana pelaksanaan proram Salam

e. Peserta Salam

E. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan usaha untuk

memaknai data yang diperoleh melalui penelitian. Bogdan dalam Sugiyono

(2010:334) menyatakan bahwa “ Data Analysis is the process of systematically

searching and arranging the interview trancripts, fieldnotes, and other materials

that you accomulate to increase your own understanding of them and to enable

you to present what you have discovered to others. Analis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara,

(28)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data

dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit – unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

orang lain.

Pada penelitian kualitatif, analisis data sudah dilakukan sebelum peneliti

memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Dalam

penelitian menurut Nasution (1996) menyatakan bahwa tidak ada satu cara

tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua penelitian. Salah satu cara

yang dapat dianjurkan adalah mengikuti langkah-langkah berikut ini yakni a)

reduksi data, b) display, c) mengambil kesimpulan. Berdasarkan pernyataan

tersebut pada penelitian ini akan menggunakan analisis data model Miles dan

Huberman, dengan aktivitas analisis data seperti; data reduction, data display dan

conclusion drawing/verification.

1. Reduksi Data

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis data dalam

penelitian ini adalah melakukan reduksi data dengan data yang diperoleh

dari lapangan, ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci.

Tahap reduksi data dilakukan dengan meringkas dan merangkum kembali

data/ catatan lapangan dengan cara memilah-milah atau mengelompokkan

hal-hal pokok atau penting yang berkaitan dengan fokus masalah

penelitian. Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui

(29)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

transkrip wawancara, catatan observasi dan dokumen-dokumen tertulis.

Data yang telah didapat dibaca, dipelajari agar peneliti memahami data

atau hasil yang telah didapatkan. Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan

yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh. Berdasarkan

kerangka teori dan pedoman wawancara dan observasi, peneliti menyusun

sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam

melakukan coding. Melalui pedoman ini, peneliti kemudian kembali

membaca transkrip wawancara, catatan observasi dan melakukan coding,

melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data

yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikategorikan

berdasarkan kerangka analisis.

2. Dispalay Data

Display data merupakan langkah kedua dalam kegiatan analisis data.

Kegiatan selanjutnya dari hal-hal pokok atau yang sifatnya berkaitan

dengan fokuspenelitian, disusun/dirangkum secara lebih sistematis

sehingga lebih jelastergambar polanya. Untuk memudahkan pemolaan,

rangkuman tadi disajikandalam bentuk matriks. Matriks tersebut

merupakan hasil pengelompokkan darireduksi data.

3. Conclusion Drawing/ verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kaulitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Pada tahap ini

Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau

(30)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis

dengan hasil yang dicapai.

F. Langkah - langkah penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan merupakan langkah awal dalam pelaksananaan pnelitian.

Pada tahap ini, peneliti membuat atau menyusun rancangan atau proposal

penelitian yang diajukan pada sidang proposal tesis. Setelah rancangan atau

proposal penelitian disetujui kemudian dikonsultasikan kepada pihak

pembimbing, yaitu dosen yang telah ditunjuk untuk membimbing dalam

pelaksanaan penelitian. Kemudian mengurus perijinan yang dimulai dari

lingkungan jurusan, akademisi sampai lembaga yang terkait dengan

penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap penggalian informasi untuk

mengumpulkan data yang dibutukan terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Pada tahap ini merupakan tahapan yang paling utama dalam suatu

penelitian yang terdiri atas pengumpulan dan analisis data terhadap data yang

telah diperoleh.

3. Laporan

Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Triangulasi, yaitu pengecekan kembali, pemeriksaan data yang telah

(31)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dilakukan kegiatan membandingkan hasil wawancara dengan hasil

observasi serta hasil dokumentasi.

b. Penyusunan laporan, setelah dilakukan triangulasi langkah selanjutnya

adalah menyusun laporan penelitian.

c. Memperpanjang masa pengamatan

d. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri – ciri dan

unsur – unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal tersebut

secara rinci

e. Peer Debriefing (membicarakan dengan pihak lain) yaitu mengekspos

hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dlam bentuk diskusi

(32)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Program Pesantren Alam ( Salam ) merupakan salah satu bentuk

pendidikan karakter pada jalur pendidikan nonformal berupa pelatihan

yang berbasis eksperiential learning yang diselenggarakan selama tiga

hari, oleh lembaga ELTAPS training & consulting yang berkerjasama

dengan Yayasan Pendidikan Islam Al-azhar.Peyelenggaraan program

Salam yang berbasis eksperiential learning sebagai proses pembentukan

karakter peserta adalah jenis pelatihan partisipatif, yang melibatkan peserta

secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Perencanaan program diawali dengan kegiatan identifikasi kebutuhan yang

dilakukan oleh pihak penyelenggara terhadap yayasan YPI Al –Azhar dan

orang tua sebagai sumber informasi terkait kebutuhan belajar. Perumusan

tujuan program pelatihan dilakukan oleh pihak penyelenggara, pelatihan

untuk para pelatih dilakukan dalam bentuk rapat kerja yang dilakukan oleh

fasilitator, rapat kerja yang dilakukan sebagai proses pengorganisasian dan

penyusunan komponen program dalam mencapai tujauan yang telah

ditetapkan.

3. Pada pelaksanan pembelajaran diawali dengan pembangunan keakraban

diantara peserta dengan peserta dan peserta dengan fasilitator. Setiap

kegiatan baik aktivitas yang dilakukan didalam ruangan dan diluar

(33)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

proses pembelajaran bermula dari adanya suatu pengalaman nyata

(concrete eksperiance) yang diobservasi dan direfleksikan (reflection

observation) oleh peserta. Dari hasil proses tersebut, individu akan

membentuk konsep-konsep abstrak (abstract Conceptualization) yang

kemudian diaplikasikan ( active eksperiment) pada berbagai situasi baru,

demikian seterusnya proses pembelajaran berlangsung, seperti sebuah

siklus. Pelaksanaan pembelajaran menekankan pada aktivitas peserta

secara aktif baik secara fisik, emosional dan psikologikal yang dilakukan

aktivitas didalam ruangan dan diluar ruangan. Peran dari fasilitator dalam

kegiatan pembelajaran berbasis pengalaman ini, adalah sebagai pihak yang

menfasilitasi antara peserta dengan pengetahuan yang peserta peroleh dari

pengalaman belajar yang dilakukan.

4. Kegiatan evaluasi dilakukan pada proses pembelajaran dan diakhir

kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan secara formatif,

yaitu selama pelatihan berlangsung, melalui pengamatan terhadap

perubahan sikap peserta dan diskusi yang dilakukan secara kelompok

ataupun kolosal. Sedangkan untuk evaluasi program terkait materi,

strategi, sarana dan prasarana dilakukan oleh fasilitator menggunakan

angket yang setiap itemya diberi skala sampai satu sampai lima.

5. Pendidikan karakter berlangsung include dalam setiap aktiviatas

pembelajaran baik indoor activity, outdoor activity dan peserta difasilitasi

untuk mengaplikasikannya dalam aktivitas pembiasaan pada keseharian.

(34)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dan rapi (3TBR) dan salam, sapa, sopan, santun dan ramah, yang secara

implisit mengandung karakter : (1)cinta kepada Allah dan semesta beserta

isinya, (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan

santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerjasama, (6) percaya diri, kreatif,

kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8)

baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai dan persatuan.

B. Saran

Untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini, penulis memberikan

rekomendasi kepada pihak – pihak terkait diantaranya kepada yayasan

pendidikan Islam Al-Azhar, Eltaps sebagai lembaga penyelenggara, fasilitator

yang menjadi sumber belajar dalam program Salam, dan peneliti selanjutnya.

1. Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar, berdasarkan hasil pengamatan,

hasil dari pelatihan berbasis eksperiential learning sebagai proses

pembentukan karakter peserta pada program Salam, dengan waktu yang

relatif singkat yaitu tiga hari, telah bisa memberikan perubahan sikap

menuju karakter yang baik bagi peserta, untuk itu diharapkan adanya

follow up dilingkungan sekolah yang dapat mengembangkan hal

tersebut, karena dalam pembentukan karakter dibutuhkan

pengkondisian lingkungan agar terbentuknya karakter yang diinginkan

pada diri peserta didik.

2. Badan Diklat YPI Al-azhar

Badan diklat yang berperan dalam penyediaan sarana prasarana yang

(35)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

meningkatkan kauantitas dan kualitas sarana dan prasarana kegiatan

salam, seperti kapasitas aula yang terkadang belum bisa menampung

jumlah peserta, dan sarana prasaran pendukung lainnya, sehingga

pelaksanaan progra salam dapat berjalan dengan baik dan mencapai

tujuan sebagaiman yang duharapkan.

3. Lembaga ELTAPS taraining & consulting

Lembaga ELTAP sebagai penyelenggara diharapkan untuk dapat lebih

maksimal dalam identifikasi kebutuhan belajar peserta, yang

melibatkan peserta secara langsung dalam identifikasi kebutuhan

belajar tersebut.

Dalam hal evaluasi pembelajaran, pihak penyelenggara belum

melakukan secara maksimal dan belum memiliki standar yang jelas

mengenai capaian tujuan program, diharapkan untuk selanjutnya pihak

penyelenggara bisa menyediakan standarisasi yang jelas dan menyusun

alat evaluasi yang sesuai dengan yang akan diukur dari perubahan sikap

menuju pembentukan karakter peserta.

4. Fasilitator

Fasililator sebagai pihak yang langsung berhubungan dalam

pembelajaran peserta, diharapkan memiliki standarisasi yang jelas

terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis pengalaman, karena

berdasarkan observasi lapangan yang telah peneliti lakukan, terdapat

perbedaan standarisasi pelaksanaan tahapan aplikasi eksperiential

(36)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

5. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian berkenaan

dengandampak pembelajaran experiential learning terhadap

pembentukan dan pengembagan karakter, pembentukan perilaku

ataupun peningkatan kemampuan peserta pelatihan. Sehingga peran

pendidikan luar sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan dalam

(37)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Handayani, M.N. 2010. Implementasi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan

Pengalaman (Eksperiential Learning) di TK Sekolah Alam. Tesis.

Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.

Handayani, S. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Lingkungan Alam. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana UPI: Bandung.

Kamil, M. 2002. Model Pembelajaran Magang Bagi Peningkatan Kemandirian

Warga Belajar (Studi Pada Sentra Industri Kecil Rajutan dan Bordir di Daerah Priangan Timur). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana UPI:

Bandung.

---. 2007. Mengembangkan Pendidikan Nonformal Melalui PKBM di

Indonesia. Program Report by Visiting Foreign Research Fellows no.12

---. 2010. Model Pendidikan dan Latihan (konsep dan aplikasi). Alfabeta: Bandung

Kesuma, D.dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teoridan Praktik di Sekolah. Remaja Rosdakarya: Bandung

Musfiroh, T. 2008. Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter. dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Charakter Building,

Bagaiamana Mendidik Anak Berkarakter. Tiara Wacana: Yogyakarta

Mulyadi, S. 2008.Peranan Pendidikan dalam Membangun Karakter Anak. Dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana

Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta

Sudewo, E. (2011). Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih

Baik. Republika: Jakarta

Sudjana, D. (2010). Sistem & Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi. Falah Production Bandung.

--- (2010). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Falah Production Bandung.

(38)

Rahmi Alendra Yusiyaka, 2012

Pelatihan Berbasis Eksperiential Learning Sebagai Proses Pembentukan Karakter Peserta Pelatihan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

--- (2010). Pendidikan Nonformal Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Falah Production

Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuanitaif,

kualitatif dan R&D). Alfabeta: Bandung.

Sulistiowati, I. (2010). Penerapan Experiential Learning oleh Eltaps Training and Consulting Bandung dalam Pesantern Alam (Salam). Skripsi tidak dipublikasikan. FIKOM UNPAD: Bandung

Yus. A. 2008. Pengembangan Karakter Melalui Hubungan Anak-Kakek-Nenek. Dalam Arismantoro. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building:

Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Tiara Wacana: Yogyakarta

Sumber Internet

Kamil, M (2010) http://kamilunkamil.blogspot.com/2010/03/model-model-pelatihan.html. (27 Maret 2012)

Kolb,D.A. 1984. Experiential Learning: experence as the source of learning and

development.URL:http://www.learningfromexperience.com/image/uploa

http://grahalcc.wordpress.com/tag/karakter-tanggung-jawab-siapa/ . diunduh 13 Juli 2012

http://abiechuenk.wordpress.com/2012/01/17/pendidikan-dan-pembentukan-karakter/. diunduh tanggal 14 Juli 2012.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1  Aktifitas penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan layanan penguasaan konten dengan teknik role playing terdapat peningkatan

[r]

merupakan gabungan dari dua atribut dimana keduanya menunjuk ke primary.. key relasi awal dengan penamaan yang berbeda. Setiap binary relationship 1:1, dimana

Fakta bahwa Apple selalu mampu membentangkan ―samudra biru (blue ocean)‖ dalam setiap industri yang dimasukinya membuat ia kini dianggap sebagai perusahaan yang

Nabi Muhammad saw. memiliki misi menyempurnakan akhlak umat manusia. Beliau telah menegaskannya dalam sebuah hadis yang artinya ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak

-mikian pengunuman ini di sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima

Ampyang merupakan camilan khas Jawa yang terdiri atas kacang yang dicampur dengan gula jawa atau gula kelapa.. Paling cocok nih dimakan di sore hari yang gerimis, sambil

dan terdapat tiga subyek yang merasa puas dengan pekerjaannya karena bisa mengembangkan ilmu pengetahuan, bisa menyalurkan hobi menulis dan bercerita, dan pendidik adalah