M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
KINERJA KEPALA SEKOLAH
(Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi
Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri Di Kabupaten Cirebon)
DISERTASI
Diajukan Kepada Panitia Ujian Promosi Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Kependidikan
Dalam Bidang Administrasi Pendidikan
Disusun Oleh :
M a s h u r i NIM. 0800799
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI :
Promotor Merangkap Ketua,
( Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A )
Kopromotor Merangkap Sekretaris,
( Prof. Dr. H. Djam’an Satori, M.A )
Anggota,
( Prof. Dr. H. Akdon, M.Pd )
Disetujui Oleh
Ketua Jurusan/ Program Studi Administrasi Pendidikan
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI :
Promotor Merangkap Ketua,
( Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A )
Kopromotor Merangkap Sekretaris,
( Prof. Dr. H. Djam’an Satori, M.A )
Anggota,
( Prof. Dr. H. Akdon, M.Pd )
Penguji,
( Prof. Dr. H. Udin Syaefudin Saud, Ph.D )
Penguji,
(Prof. Dr. H. Iim Wasliman, M.Pd)
Disetujui Oleh
Ketua Jurusan/ Program Studi Administrasi Pendidikan
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
KINERJA KEPALA SEKOLAH
(Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi
Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Oleh:
M a s h u r i
Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Ilmu Administrasi Pendidikan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
© M a s h u r i 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
MASHURI. 0800799 (2013). KINERJA KEPALA SEKOLAH
(Pengaruh Budaya Organisasi, Perilaku Kerja, Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Di Kabupaten
Cirebon). Desertasi, Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
ABSTRAK
Pengelolaan sekolah dewasa ini lebih berorientasi pada hasil akhir nilai-nilai akademik saja, kurang menitik beratkan pada aspek pengembangan manajemen yang produktif. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan (sekolah) yang menduduki tingkatan manajerial tertinggi (top managerial level) mempunyai peranan yang sangat penting didalam mengelola sekolah yang dipimpinnya sebagai suatu sistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi, perilaku kerja dan kompensasi secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian yaitu seluruh kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon. Sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampel total untuk kepala sekolah dan
proportional random sampling untuk guru. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kuesioner Skala Sikap model Likert.
Dari perolehan data penelitian setelah dianalisis peneliti menyimpulkan hasil sebagai berikut:
Pertama, Budaya organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Kedua, Perilaku kerja berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Ketiga, Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Keempat, Budaya organisasi, Perilaku kerja dan kompensasi secara simultan/bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah.
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
MASHURI. 0800799 (2013). PRINCIPAL PERFORMANCE (The Influence Of Organizational Culture, Work Behavior And Compensation ToThe Performance Of The Principals Junior High School
(SMP) in Cirebon Regency) (2013) Dissertation, Bandung: Graduate Program in Education University of Indonesia.
ABSTRACT
Management of schools today are more results-orientated academic values, less focused on the productive aspects of management development. Principals as leaders of educational institutions (schools) who occupied the highest managerial levels (top managerial level) has a very important role in managing his school as a system. This study aims to determine the influence of organizational culture, work behavior and compensation as individually or jointly on the performance of the Principals Junior High School (SMP) in Cirebon regency.
This research was conducted in Cirebon regency using survey methods with quantitative approaches. The entire study population of principals and teachers of Junior High School (SMP) in Cirebon regency. This study uses a survey method with a quantitative approach. The entire study population of principals and teachers of Junior High School (SMP) State in Cirebon regency. While using a sampling technique for the total sample of principals and proportional random sampling for teachers. Instruments used in this research is a model of Attitude Scale Likert questionnaire.
Of the acquisition of research data after researchers concluded the results were analyzed as follows:
First, organizational culture affects the performance Principal. Second, work behavior affects the performance Principal. Third, the compensation affect the performance Principal. Fourth, organizational culture, behavior and compensation simultaneously working / co-principal influence on performance.
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMAKASIH... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 16
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
E. Struktur Organisasi Disertasi ….……… . 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 20
A. Kinerja Kepala Sekolah Dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 20
B. Kinerja Kepala Sekolah... 22
C. Perilaku Kerja... 46
D. Budaya Organisasi Sekolah... 63
E. Kompensasi ... 78
F. Pengaruh Perilaku Kerja terhadap Kinerja Kepala ... Sekolah ... 91
G. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Kepala Sekolah 91 H. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Kepala Sekolah 93 I. Hasil Penelitian Terdahulu ... 93
J. Kerangka Pemikiran ... 97
K. Hipotesis Penelitian ... 102
BAB III METODE PENELITIAN ... 103
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel ... 103
B. Desain Penelitian ... 112
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
D. Definisi Operasional ... 116
E. Instrumen Penelitian... 118
F. Teknik Pengumpulan Data ... 121
G. Analisis Data ... 122
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 129
A. Deskripsi Data ... 129
B. Pembahasan ... 206
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 221
A. Simpulan ... 221
B. Saran ... 222
DAFTAR PUSTAKA ... 225
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Pencapaian Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat SMP dari tahun
2008/2009 sampai dengan 2010/2011 ... 5
1.2 Hasil penelitian tim pengawasan mengenai Kinerja Kepala Sekolah Menengah (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon sampai dengan Tahun Ajaran 2010/2011 ... 10
3.1 Jumlah Guru dan Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat ... 105
3.2 Perincian Jumlah Populasi dan Sampel ... 109
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kinerja Kepala ... 118
3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Perilaku Kerja Kepala Sekolah ... 119
3.5 Sekolah Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Budaya Organisasi ... 120
3.6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kompensasi Kepala Sekolah ... 120
3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 125
4.1 Hasil Analisis data Deskriptif Variabel Perilaku Kerja (X1), Budaya Organisasi (X2), Kompensasi (X3), dan Variabel Kinerja (Y) ... 129
4.2 Rangkuman Hasil Skoring X1, X2, X3 dan Y ... 141
4.3 Kriteria Skor ... 142
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
4.5 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel Perilaku Kerja Kepala
Sekolah (X1) ... 148
4.6 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel Budaya Organisasi (X2) ... 157
4.7 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel Kompensasi (X3) ... 163
4.8 Test of Normality Variabel Perilaku Kerja Kepala Sekolah (X1)
Terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 170
4.9 Test of Normality Variabel Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja
Kepala Sekolah (Y) ... 175
4.10 Test of Normality Variabel Kompensasi (X3) Terhadap Kinerja Kepala
Sekolah (Y) ... 179
4.11 Model Summary Perilaku Kerja Kepala Sekolah (X1) atas Kinerja Kepala
Sekolah (Y) ... 183
4.12 ANOVA Perilaku Kerja Kepala Sekolah (X1) atas Kinerja Kepala
Sekolah (Y) ... 183
4.13 Coefficients Perilaku Kerja Kepala Sekolah (X1) atas Kinerja Kepala
Sekolah (Y) ... 179
4.14 Model Summary Budaya Organisasi (X2) atas Kinerja Kepala
Sekolah (Y) ... 184
4.15 Anova Budaya Organisasi (X2) atas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 185
4.16 Coefficients Budaya Organisasi (X2) atas Kinerja Kepala
Sekolah (Y) ... 185
4.17 Model Summary Kompensasi (X3) atas Kinerja Kepala Sekolah (Y) 186
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
4.19 Coefficients Kompensasi (X3) atas Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 186
4.20 Correlation Variabel Budaya Organisasi (X1), Perilaku Kerja (X2),
Kompensasi (X3), terhadap Variabel Kinerja (Y) Secara Parsial ... 188
4.21 Tabel Anova Variabel Perilaku Kerja (X1), Budaya Organisasi (X2),
Kompensasi (X3), terhadap Variabel Kinerja (Y) Secara bersama-
sama ... 200
4.22 Model Summary Variabel Perilaku Kerja (X1), Budaya Organisasi (X2),
Kompensasi (X3), terhadap Variabel Kinerja (Y) Secara bersama-
Sama ... 200
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 101
3.1 Pola Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 113
4.1 Histogram Kinerja Kepala sekolah ... 130
4.2 Histogram Budaya Organisasi ... 131
4.3 Histogram Perilaku Kerja Kepala Sekolah ... 132
4.4. Histogram Kompensasi ... 133
4.5 Normal Q-Q Plot untuk Variabel Perilaku Kerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y) 171 4.6 Menguji Normalitas dengan Plot (Detrended Normal Q-Q Plot) untuk Variabel Perilaku Kerja Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 172
4.7 Kurve Normal Perilaku Kerja Kepala Sekolah (X2) ... 173
4.8 Normal Q-Q Plot untuk Variabel Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 176
4.9 Menguji Normalitas dengan Plot (Detrended Normal Q-Q Plot) untuk Variabel Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 177
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
Kinerja Kepala Sekolah (Y) ... 177
4.11. Normal Q-Q Plot untuk Variabel Kompensasi (X3) terhadap Kinerja
Kepala Sekolah (Y) ... 180
4.12. Menguji Normalitas dengan Plot (Detrended Normal Q-Q Plot)
untuk Variabel Kompensasi (X3) terhadap Kinerja Kepala
Sekolah (Y) ... 181
4.13. Kurve Normal Kompensasi (X3) ... 182
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Penelitian
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Kerja (X1) Hasil Uji
Validitas dan Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi (X2)
4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kompensasi (X3)
5. Data Hasil Penenlitian - Skor Seluruh Variabel Penelitian
6. Pengujian Normalitas dan Linieritas Variabel Perilaku Kerja (X1) terhadap
Variabel Kinerja (Y)
7. Pengujian Normalitas dan Linieritas Variabel Budaya Organisasi (X2)
terhadap Variabel Kinerja (Y) Pengujian Normalitas dan Linieritas Variabel
Kompensasi (X3) terhadap Variabel Kinerja (Y)
8. Analisis Data Deskriptif Variabel Perilaku Kerja (X1), Budaya Organisasi
(X2), Kompensasi (X3), dan Variabel Kinerja (Y)
9. Hasil Perhitungan dan Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Pearson
Product Moment (PPM) Variabel Perilaku Kerja (X1), Budaya Organisasi
(X2), Kompensasi (X3), terhadap Variabel Kinerja (Y) Secara Parsial
10. Hasil Perhitungan Regresi Variabel Perilaku Kerja (X1), Budaya Organisasi
(X2), dan Kompensasi (X3), terhadap Variabel Kinerja (Y) Secara
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sektor pendidikan saat ini memegang peranan yang sangat penting.
Kebutuhan akan sumber daya manusia yang handal sangat dibutuhkan bagi
pembangunan nasional negara ini. Oleh karena itu, harus ada goodwill dari
pemerintah untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang lebih bermutu
yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan
tuntutan jaman. Hal tersebut sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 yang menyatakan “(3) Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang,
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional”.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan tempat
penyelenggaraan proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik,
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
kehidupan bangsa. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Mahmud
(2009: 87) yang menjelaskan pendidikan sebagai suatu sistem sebagai
berikut:
a. Input. Input pada sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu input
mentah (raw input), input alat (instrumental input), dan input lingkungan
(environmental input). Masukan mentah (raw input) akan diproses menjadi
tamatan (output) dan input pokok dalam sistem pendidikan adalah dasar
pendidikan, tujuan pendidikan, dan anak didik atau peserta didik.
b. Process. Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap
komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan
pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu
kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu
sama lain saling bergantung.
Adapun komponen-komponen yang saling berkesinambungan pada proses
sistem pendidikan adalah sebagai berikut: (1) Pendidik dan Non Pendidik;
(2) Kurikulum (Materi Pendidikan); (3) Prasarana dan Sarana; (4)
Administrasi; serta (5) Anggaran
c. Enviromental. Proses pendidikan selalu dipengaruhi oleh lingkungan yang
ada di sekitarnya, baik lingkungan itu menunjang maupun menghambat
proses pencapaian tujuan pendidikan. Lingkungan yang mempengaruhi
proses pendidikan tersebut, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
atau lembaga pendidikan, lingkungan masyarakat, lingkungan keagamaan,
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
3
d. Output Pada sistem Pendidikan. Output pada sistem pendidikan adalah hasil
keluaran dari proses yang terjadi di dalam sistem pendidikan. Adapun
output pada sistem pendidikan dapat berupa lulusan (tamatan) atau putus
sekolah
Komponen-komponen pendidikan yang telah dijelaskan tersebut
diatas berinteraksi secara berkesinambungan saling melengkapi dalam sebuah
proses pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan pada
hakikatnya adalah interaksi komponen tersebut dalam sebuah proses
pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap serta perilaku anak didik
hingga mencapai batas optimal (Mahmud, 2009: 87).
Namun dewasa ini kriteria keberhasilan pendidikan seringkali hanya
berorientasi pada nilai akademik saja, belum menunjuk kepada keberhasilan
pengelolaan (managerial or administrative process and activities), sehingga
efisiensi dan efektivitas internal maupun eksternal dari lembaga pendidikan
tersebut belum dapat dilihat secara lebih jelas. Sebagai salah satu contoh,
banyak sekolah mempertaruhkan reputasinya saat Ujian Nasional (UN).
Makin banyak siswa yang tidak lulus ujian nasional, maka sekolah dianggap
gagal menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Sebaliknya, bila semua atau
banyak siswa yang lulus, sekolah dianggap berhasil atau sukses. Kondisi
demikian seringkali mendorong pihak-pihak terkait menghalalkan segala cara
agar dapat lulus ujian nasional. Padahal, seperti pendapat Nurhadi Mahmud
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
keseluruhan baik dari komponen input, pengukuran proses, output, maupun
segi outcomes.
Untuk itu, salah satu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, sesuai dengan amanat Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal
60, dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, maka diperlukan adanya
akreditasi sekolah yaitu kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis
dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal
(visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.
Fungsi akreditasi sekolah adalah : (a) untuk pengetahuan, yakni
dalam rangka mengetahui bagaimana kelayakan dan kinerja suatu sekolah
dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu kepada baku kualitas yang
dikembangkan berdasarkan indikator-indikator amalan baik sekolah, (b)
untuk akuntabilitas, yakni agar sekolah dapat mempertanggungjawabkan
apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan masyarakat,
dan (c) untuk kepentingan pengembangan, yakni agar sekolah dapat
melakukan peningkatan kualitas atau pengembangan berdasarkan masukan
dari hasil akreditasi.
Akreditasi sekolah mencakup penilaian terhadap sembilan komponen
sekolah, yaitu (a) kurikulum dan proses belajar mengajar; (b) administrasi dan
manajemen sekolah; (c) organisasi dan kelembagaan sekolah; (d) sarana
prasarana (e) ketenagaan; (f) pembiayaan; (g) peserta didik; (h) peranserta
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
5
dapat digunakan untuk menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah
dibandingkan standar kelayakan nasional yang dijadikan acuan. Dengan
mengetahui kelayakan sekolah, selanjutnya kepada sekolah yang belum
mencapai tingkatan minimal dari standard mutu, dilakukan pembinaan secara
terus menerus sehingga mencapai standard mutu yang optimal.
Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan, kondisi
pendidikan di Kabupaten Cirebon masih belum maksimal. Hal tersebut dapat
diidentifikasi dari data-data yang diperoleh mengenai status Akreditasi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Cirebon sampai dengan
Tahun 2011, dapat diketahui bahwa belum semua Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di Kabupaten Cirebon berstatus terakreditasi. Hal tersebut menandakan
bahwa penyelenggaraan layanan pendidikan dan kinerja Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Kabupaten Cirebon masih belum maksimal sehingga masih
perlu terus diupayakan peningkatan kualitas atau pengembangannya.
Kondisi pendidikan di Kabupaten Cirebon yang masih perlu
ditingkatkan terlihat juga dari pencapaian hasil pada Ujian Nasional (UN)
seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel. 1.1. Pencapaian Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat SMP dari Tahun
2008/2009 sampai dengan 2010/2011
Hasil Ujian Nasional Tahun
2008/2009 2009/2010 2010/2011
Tertinggi 35,58 33,32 34,41
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
Terendah 23,25 24.21 25,15
% Siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata
37,50% 28,54% 44,26%
% Kelulusan 97,65% 98,52% 99,65%
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Tahun 2011
Jika memperhatikan data diatas, maka dapat diketahui bahwa tingkat
kelulusan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten
Cirebon tiap tahunnya mengalami peningkatan, akan tetapi masih belum
mencapai angka maksimal (100% atau lulus semua). Selain itu, dari
pencapaian nilai juga masih menunjukan adanya ketimpangan (belum merata).
Untuk siswa yang mendapatkan nilai diatas rata-rata pada tahun 2010/2011
hanya sebesar 44,26%, hal tersebut menandakan bahwa jumlah siswa yang
mendapat nilai dibawah rata-rata masih banyak (55,74%, lebih dari
setengahnya).
Dengan memperhatikan data-data yang diperoleh peneliti pada saat
observasi awal seperti diuraikan diatas, nampak jelas mutu pendidikan di
Kabupaten Cirebon, khususnya pada jenjang pendidikan menengah pertama,
masih belum mencapai hasil yang maksimal dan perlu terus diupayakan
peningkatan mutunya.
Robert Blum mengungkapkan bahwa : a positive school
environment is built upon caring relationships among all participants:
students, principals, teachers, staff, administrators, parents and community
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
7
untuk mencapai sekolah yang bermutu maka diperlukan adanya lingkungan
sekolah yang positif yang dibangun dengan memperhatikan hubungan antara
semua komponen: siswa, kepala sekolah, guru, staf, administrator, orang tua
dan anggota masyarakat.
Kepala sekolah sebagai salah satu komponan sekolah memiliki tugas
dan fungsi yang berpengaruh terhadap kelangsungan penyelenggaraan
persekolahan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Engkay (2010) bahwa
“kepala sekolah memegang peranan penting, karena dapat memberikan iklim
yang memungkinkan bagi guru berkarya dengan penuh semangat. Dengan
manajerial yang dimiliki, kepala sekolah membangun dan mempertahankan
kinerja guru yang positif”. Hal senada juga diungkapkan oleh Jerry
Makawimbang (2012) bahwa “peranan kepala sekolah adalah sebagai
pemimpin yang efektif, sebagai manager, pemimpin pengajaran, fasilitator
hubungan masyarakat, agen perubahan, mediator konflik dan penegak
disiplin”.
Melihat pentingnya peranan kepala sekolah, maka pemerintah
berupaya meningkatkan kualitas kepala sekolah melalui perangkat
undang-undang (peraturan) sebagai rujukan dasar yaitu Permendiknas No. 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menetapkan ketentuan
kualifikasi umum kepala sekolah/madrasah adalah sebagai berikut::
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun;
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan
4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang. (Permendiknas No. 13 / 2007)
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Cirebon dapat diketahui bahwa semua Kepala Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di Kabupaten Cirebon pada saat dilakukan pengangkatan
sudah memenuhi persyaratan, baik dari segi pendidikan (bahkan sebagian
besar sudah berpendidikan strata S2), usia, pengalaman, maupun kepangkatan.
Selain ketentuan kualifikasi umum tersebut, Permendiknas No. 13
Tahun 2007 juga menuangkan standard kompetensi yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah. Adapun unsur-unsur kompetensi kepala sekolah yang
dituangkan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 sebagai berikut: (1)
Kompetensi Kepribadian; (2) Kompetensi Manajerial; (3) Kompetensi
Kewirausahaan; (4) Kompetensi Supervisi; (5) Kompetensi Sosial.
Sedangkan menurut Boston Public Schools pada saat merekrut
kepala sekolah harus memenuhi kualifikasi yang disyarat sebagai berikut:
“Principals as leaders who are driven by a strong vision of high
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
9
understanding of the needs and interests of a diverse community”
(www.bostonpublicschools.org).
Dengan adanya kepala sekolah yang memiliki perilaku kerja,
diharapkan dapat memiliki tingkat kinerja yang maksimal pula sehingga dapat
menciptakan sekolah yang unggul. Menurut Abdul Aziz Wahab (2011) ciri
sekolah unggul adalah :
“sekolah yang menggunakan kurikulum yang diperkaya, perlakuan
tambahan diluar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, ketersediaan sarana prasarana, hasil proses belajar mengajar selalu dapat dipertanggungjawabkan kepada siswa, lembaga dan masyarakat, pembinaan kemampuan kepemimpinan, tunduk pada peraturan perundang-undangan pendidikan, menjadi
percontohan sekolah lain”.
Namun berdasarkan Hasil penelitian Ramlan Lubis dari Universitas
Negeri Medan (2012) menyatakan bahwa saat ini sebagian kepala sekolah
agaknya masih belum memainkan peranannya secara optimal. Selanjutnya
hasil penelitian tersebut mengungkapkan beberapa hal, yaitu:
1).Peran edukator, diantaranya dalam hal aktivitas mengajar , masih ada kepala sekolah yang sama sekali tidak pernah mengajar di kelas. Demikian juga halnya dengan peran membimbing guru melalui pelaksanaan supervisi klinis, Kepala menugaskan wakilnya untuk kegiatan supervisi klinis. (2).Dalam hal sistem penataan organisasi dan manajemen terkesan agak tertutup dan bersifat diatur dari pimpinan (top down). (3). Peran administrator yang dilakukan Kepala sekolah belum maksimal dalam penataan administrasi sekolah. (4). Peran Kepala sekolah sebagai leader, innovator dan motivator, masih menunjukkan lebih dominan dilakukan secara mandiri oleh orang-orang tertentu saja yang telah ditunjuk oleh kepala sekolah, tidak dilakukan secara bersama-sama.
Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
keragaman populasi siswa, komit terhadap keadilan sosial dan memiliki
keterampilan yang dibutuhkan untuk memimpin. Model kepemimpinan efektif
yang sukses didefinisikan dengan adanya integritas, terus terang dan
berkomunikasi secara terbuka, jujur, memiliki standar yang tinggi, dan
memiliki pemahaman terhadap kebutuhan dan keinginan dari keragaman
masyarakat sebagai pelanggan.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 28 tahun 2010 tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah, penilaian kinerja kepala
sekolah merupakan salah satu tugas pengawas sekolah. Dalam pasal 12
Permendiknas Nomor 28 tersebut disebutkan bahwa penilaian kinerja kepala
sekolah/madrasah dilakukan secara berkala setiap tahun dan secara kumulatif
setiap 4 (empat) tahun, dan dilaksanakan oleh pengawas sekolah/madrasah.
Penilaian kinerja kepala sekolah tersebut meliputi aspek kepribadian dan
sosial, kepemimpinan pembelajaran, pengembangan sekolah, manajemen
sumberdaya, kewirausahaan, serta aspek supervisi pembelajaran.
Berdasarkan hasil penilaian tim pengawasan sampai dengan tahun
ajaran 2010/2011, dapat diketahui bahwa kinerja Kepala Sekolah Menengah
(SMP) di Kabupaten Cirebon rata-rata masih berada pada klasifikasi belum
optimal dengan rata-rata skor akhir masih dibawah 75. Hal tersebut seperti
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
11
Tabel. 1.2. Hasil penilaian tim pengawasan mengenai kinerja Kepala Sekolah
Menengah (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon sampai dengan
Tahun Ajaran 2010/2011
Skor Kategori Tahun Ajaran
2008/2009 2009/2010 2010/2011
≤ 50 Kurang 7 5 3
51 – 60 Sedang 36 34 31
61 – 75 Cukup 32 36 41
76 – 90 Baik 18 20 23
91 – 100 Amat Baik - - -
Jumlah Kepala Sekolah 93 95 98
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Tahun 2011
Disamping data-data tersebut diatas, dari hasil pra observasi yang
dilakukan, peneliti juga memperoleh gambaran bahwa kepemimpinan kepala
sekolah di SMP Negeri di Kabupaten Cirebon belum semuanya dilakukan
secara optimal jika dilihat dari masih banyaknya kasus-kasus yang tidak di
tindak lanjuti, kurangnya pemanfaatan potensi sumber daya manusia yang
dimiliki oleh beberapa SMP Negeri yang ada di Kabupaten Cirebon, terutama
SMP Satu Atap, misalnya kepala sekolah jarang ada di tempat, kepala sekolah
yang tidak mempunyai jam pelajaran, guru yang kurang disiplin, kurang
menguasai materi, pengembangan potensi dan penguasaan akademik. Serta
masih adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, seperti adanya
siswa-siswa dan tenaga pengajar yang terlambat masuk tetapi tidak dikenakan
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
Kondisi tersebut diatas tentunya sangat memprihatinkan. Oleh karena
itu, kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi diharapkan dapat memberikan
teladan perilaku kerja yang baik kepada guru, staf dan siswanya sehingga
dapat mendukung kinerja kepala sekolah itu sendiri demi meningkatkan mutu
sekolah. Pertanyaan dan sekaligus sebagai pokok masalahnya adalah
bagaimana mungkin seorang kepala sekolah mampu menghasilkan kinerja
yang baik kalau perilaku kerjanya saja masih belum optimal dan tidak dapat
dijadikan teladan.
Adanya dukungan institusi sekolah sebagai faktor eksternal sangat
diperlukan terkait dengan pengoptimalan kinerja kepala sekolah. Secara
menyeluruh dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk budaya
organisasi yang kondusif. Arti pentingnya budaya organisasi seperti
dikemukakan oleh Jennifer A. Chatman & Sandra Eunyoung Cha (2003)
bahwa “Organizational culture is too important to leave to chance;
organizations must use their culture to fully execute their strategy and inspire
innovation. It is a leader’s primary role to develop and maintain an effective
culture”. Budaya organisasi sekolah mempunyai arti yang penting, karena
akan menentukan sikap dan perilaku tenaga pendidik agar menjadi profesional
dalam memberikan pelayanan pendidikan.
Menurut Robbins (2003) budaya organisasi adalah sistem makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
13
yang turut menentukan perilaku kerja tenaga pendidik, budaya organisasi
memiliki peran penting terhadap kesuksesan organisasi dengan beberapa
alasan yang menjadi sumber stabilitas kelanjutan organisasi untuk membantu
tenaga pendidik dalam menginterpretasikan apa yang terjadi di dalam
organsasi, serta dapat membantu menstimulus antusias tenaga pendidik dalam
menjalankan tugas secara profesional.
Faktor eksternal lainnya yang sangat diperlukan terkait dengan
pengoptimalan kinerja kepala sekolah adalah sistem kompensasi. Kompensasi
merupakan imbalan atau balas jasa yang diberikan kepada karyawan/pegawai
karena prestasi kerjanya atau jasa-jasanya yang telah dikeluarkan demi
mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Jika dikelola dengan baik, kompensasi
membantu organisasi/perusahaan mencapai tujuan dan memperoleh,
memelihara, dan menjaga karyawan/pegawai dengan baik. Sebaliknya tanpa
kompensasi yang cukup, karyawan/pegawai yang ada sangat mungkin untuk
meninggalkan organisasi/perusahaan dan untuk melakukan penempatan
kembali tidaklah mudah. Akibat dari ketidakpuasan dalam kompensasi bisa
mengurangi kinerja, meningkatkan keluhan-keluhan, penyebab mogok kerja,
dan mengarah pada tindakan-tindakan fisik dan psikologis, seperti
meningkatnya derajat ketidakhadiran dan perputaran karyawan/pegawai, yang
pada gilirannya akan meningkatkan kesehatan jiwa karyawan/pegawai yang
parah. Sebaliknya, jika terjadi kelebihan pemberian kompensasi, juga akan
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
kompetisinya dan menyebabkan kegelisahan, perasaan bersalah, dan suasana
yang tidak nyaman dikalangan karyawan/pegawai.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini akan
mengkaji tentang bagaimanan kinerja kepala sekolah, yang berkaitan dengan
tugas dan fungsinya sebagai manajer sekolah dan pengabdian pada masyarakat
melalui studi analisis faktor budaya organisasi, perilaku kerja, dan
kompensasi.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Kepala sekolah merupakan pemimpin tertinggi di lingkungan
sekolahannya yang mempunyai tanggung jawab terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolahan yang di pimpinnya, untuk mengantarkan
sekolahnya menjadi sekolah yang berkualitas memenuhi keinginan
pelanggannya. Indikator keberhasilan kepala sekolah dapat dilihat dari
sejauhmana visi, misi dan strategi yang ada dapat dijalankan sehingga
semua yang terlibat dapat mendukung pencapaiannya.
Untuk menciptakan hal tersebut diperlukan sosok kepala sekolah
yang memiliki perilaku kerja yang baik. Ia harus menjadi teladan dan
panutan bagi warga sekolah yang lainnya sehingga dengan demikian akan
mendukung tercapainya efektivitas dan efisiensi kinerja kepala sekolah itu
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
15
Penelitian ini akan sangat menarik, apabila seluruh faktor yang
mempengaruhi kinerja kepala sekolah dapat diungkap. Namun seperti
yang telah diuraikan sebelumnya, serta mengingat keterbatasan penulis,
lingkup persoalan penelitian ini akan dibatasi dengan memfokuskan pada
tiga faktor pokok yang secara dominan diduga mempunyai pengaruh
terhadap kinerja kepala sekolah, yaitu (1) Budaya Organisasi, (2)
Perilaku kerja dan (3) Kompensasi.
Sekolah sebagai suatu organisasi tentunya tidak akan terlepas dari
adanya budaya sekolah. Secara sederhana budaya organisasi sekolah
merupakan budaya yang berkembang atau berlaku dalam suatu organisasi
sekolah yang dapat berupa norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, upacara,
ritual, tradisi, yang mengatur anggota-anggota komunitas sekolah.
Chuang, Church dan Zikic dalam Sopiah (2008 : 180) berpendapat bahwa
“kesesuaian budaya organisasi akan dapat mengurangi terjadinya konflik,
baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang terkait dengan
hubungan antar individu”. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya
sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau koperatif,
memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
Untuk menunjang hal tersebut, maka diperlukan adanya perilaku
kerja kepala sekolah yang baik. Menurut Nasrul Wathon, (2005) ada
delapan perilaku kerja yang sanggup menjadi basis keberhasilan kerja
(kinerja) baik ditingkat pribadi, organisional maupun sosial yaitu: bekerja
tulus, tuntas, benar, bekerja keras, serius, kreatif, bekerja unggul, dan
bekerja sempurna. Dengan adanya delapan perilaku kerja tersebut maka
akan menghasilkan keberhasilan kerja (kinerja).
Hal tersebut didukung oleh temuan Hattami Amar (2011), yang
mengungkapkan bahwa perilaku kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
pemeriksa di Kabupaten Bangka., dengan kata lain semakin baik perilaku
kerja pemeriksa, maka kinerjanya pun akan semakin baik pula.
Disamping dibutuhkan perilaku kerja yang baik, dalam kehidupan
suatu organisasi, perusahaan atau instansi, dalam hal ini lembaga
pendidikan sekolah, pemberian kompensasi merupakan aspek yang sangat
penting dan sensitif, mengingat bahwa karyawan atau pegawai dalam
melakukan pekerjaannya dengan menharapkan imbalan atau kompensasi
yang berbentuk gaji. Dengan adanya kompensasi, karyawan atau pegawai
dapat termotivasi untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Hal tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh Mathis dan Jackson (2000) bahwa salah
satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
17
2. Perumusan Masalah
Dengan batasan masalah ini, maka dapat dirumuskan masalah yang
berpengaruh kuat terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah (SMP)
Negeri di Kabupaten Cirebon yaitu, Budaya Organisasi, perilaku kerja
kepala sekolah, dan Kompensasi kepala sekolah sebagai variabel bebas
serta Kinerja kepala sekolah sebagai variabel terikat, yang secara umum
dirumuskan sebagai berikut : Apakah budaya organisasi, perilaku kerja
dan kompensasi berpengaruh baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Kabupaten Cirebon?. Lebih lanjut, rumusan masalah tersebut
dirinci sebagai berikut :
a. Perilaku kerja berpengaruh terhadap kinerja Kepala Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon?
b. Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja Kepala Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon?
c. Kompensasi berpengaruh terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon?
d. Budaya organisasi, perilaku kerja dan kompensasi secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon?
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
1. Tujuan Umum Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang kinerja kepala sekolah, melalui studi pengaruh perilaku kerja
budaya organisasi, dan kompensasi sebagai variabel independen terhadap
kinerja kepala sekolah sebagai variabel dependen serta untuk mendapatkan
data yang kredibel dalam menguji hipotesis dan kesohehan penelitian yang
dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan pengujian dari penelitian ini.
2. Tujuan Khusus Penelitian
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Pengaruh perilaku kerja terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah
(SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon.
b. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja Kepala Sekolah
Menengah (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon.
c. Pengaruh kompensasi terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah
(SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon.
d. Pengaruh budaya organisasi, perilaku kerja dan kompensasi secara
bersama-sama terhadap kinerja Kepala Sekolah Menengah (SMP)
Negeri di Kabupaten Cirebon.
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
19
Dengan diketahuinya gambaran dan pengaruh budaya organisasi,
perilaku kerja dan kompensasi (sebagai variabel independen) terhadap kinerja
kepala sekolah (sebagai variabel dependen) SMP Negeri di Kabupaten
Cirebon, diharapkan akan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi penyajian keilmuan dan
khasanah penelitian secara empirik di bidang budaya organisasi, perilaku
kerja dan kompensasi terhadap kinerja kepala sekolah dan secara lebih
luas dalam manajemen pendidikan, perilaku organisasi, khususnya dalam
meningkatkan perilaku kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan
secara realita.
2. Manfaat Praktik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
Pimpinan/Kepala Sekolah. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat
berguna: (1) sebagai masukan dalam proses peningkatan kinerja kepala
sekolah, (2) sebagai masukan atau informasi dalam menciptakan budaya
akademik yang kondusif untuk menunjang kinerja kepala sekolah yang
produktif, (3) sebagai masukan dalam menyusun skala prioritas program
pengembangan kualitas pelayanan pendidikan.
E. Struktur Organisasi Disertasi
Disertasi ini akan dikembangkan dengan struktur organisasi sebagai
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau
signifikansi penelitian, serta struktur organisasi disertasi. Pada bagian
pendahuluan ini, peneliti mengemukakan alasan rasional dan esensial yang
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, yaitu masih rendahnya
mutu pendidikan, serta kompleksitas penyebabnya.
Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Penelitian, Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
Kinerja Kepala Sekolah, Perilaku kerja, Budaya Organisasi, dan Kompensasi,
Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian. Kajian
pustaka ini akan menjadi landasan teoritis dalam penyusunan pertanyaan
(instrument) penelitian.
Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini dikembangkan tentang
Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode
Penelitian, Definisi Operasional, Instrument Penelitian, Proses Pengembangan
Instrument, Teknik Pengumpulan Data serta Analisis Data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini akan diuraikan
tentang Pengolahan atau Analisis Data dan Pembahasan atau Analisis
Temuan.
Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini disajikan penafsiran dan
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri yang ada di Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat.
2. Obyek, Subyek dan Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2009 : 61) adalah “wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Selain itu terdapat juga beberapa pengertian populasi yang lain,
diantaranya Nana Syaodih Sukmadinata (2008 : 250) menyebutkan bahwa:
Orang-orang, lembaga, organisasi, benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri atas orang-orang biasa disebut subyek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut obyek penelitian. Penelitian tentang suatu obyek mungkin diteliti langsung terhadap obyeknya, tetapi mungkin juga hanya dinyatakan kepada orang yang mengetahui atau bertanggung jawab terhadap obyek tersebut. Orang yang diminta menjelaskan obyek yang diteliti disebut responden.
Penelitian ini mengkaji kinerja kepala sekolah (pengaruh budaya
organisasi, perilaku kerja, dan kompensasi terhadap kinerja Kepala
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
104
mengacu pada pendapat Sugiyono (2009 : 61) dan Nana Syaodih
Sukmadinata (2008 : 250) diatas maka yang menjadi obyek penelitian
adalah kinerja kepala sekolah(Y), perilaku kerja (X1), budaya organisasi
(X2), dan kompensasi(X3). Sedangkan yang menjadi subjek penelitian
adalah kepala sekolah.
Di Kabupaten Cirebon ada 98 SMPN. Jadi, ada 98 orang kepala
sekolah, keseluruhan kepala sekolah (98 orang) tersebut disebut populasi
penelitian (tepatnya populasi subjek penelitian).
Untuk menghindari bias (subyektifitas) dalam penilaian terhadap
obyek penelitian kinerja kepala sekolah (Y) maka perlu ditambahkan
populasi penelitian nya yaitu guru (lebih tepatnya disebut populasi
responden penelitian). Di Kabupaten Cirebon ada sebanyak 4.151 guru,
maka keseluruhan guru (4.151 orang) tersebut termasuk juga sebagai
populasi penelitian (populasi responden penelitian) untuk obyek
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
Tabel 3.1. Jumlah Guru dan Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
106
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
82 SMPN 3 Sumber Sumber 1 51 83 SMP Satu Atap 1 Sumber Sumber 1 31 84 SMPN 1 Suranenggala Suranenggala 1 49 85 SMPN 2 Suranenggala Suranenggala 1 50 86 SMPN 1 Susukan Susukan 1 51 87 SMPN 2 Susukan Susukan 1 48 88 SMPN 1 Susukanlebak Susukan Lebak 1 50 89 SMPN 2 Susukanlebak Susukan Lebak 1 51 90 SMPN 1 Talun Talun 1 50 91 SMP Satu Atap 1 Talun Talun 1 30 92 SMP Satu Atap 1 Tengah Tani Tengah Tani 1 32 93 SMPN 1 Tengah Tani Tengah Tani 1 58 94 SMP Satu Atap 1 Waled Waled 1 32 95 SMPN 1 Waled Waled 1 54 96 SMP Satu Atap 1 Weru Waled 1 35 97 SMPN 1 Weru Weru 1 53 98 SMPN 2 Weru Weru 1 53
JUMLAH 98 4.151
3. Sampel Penelitian
Seperti telah diuraikan diatas bahwa dalam penelitian ini terdapat
dua macam populasi yang berbeda yaitu populasi subyek penelitian
(kepala sekolah yang berjumlah 98 orang) dan populasi responden
penelitian (guru yang berjumlah 4.151 orang), maka peneliti
mengelompokan sampel kedalam dua kelompok.
a. Sampel kepala sekolah
Jumlah populasi Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri di Kabupaten Cirebon sebanyak 98 orang, menurut Arikunto
(2002: 112) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
108
e = prosentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau
diinginkan.
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diperoleh
adalah:
sekolahan, maka penentuan jumlah sampel tiap-tiap sub populasinya
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
mengambil sampel secara acak dengan jumlah proporsional untuk
masing-masing sekolahan. Untuk menentukan besarnya sampel pada
masing-masing sekolahan dapat dilakukan dengan rumus alokasi
proporsional (Sanusi, 2003) sebagai berikut :
n X N Ni
Ni /
Sampel sebanyak 365 orang guru selanjutnya dialokasikan sebagai
berikut :
Tabel 3.2. Perincian Jumlah Populasi dan Sampel
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
69 SMPN 1 Panguragan 44 44/4151X365 4
Berdasarkan alokasi perhitungan guru diatas, maka setiap
sekolahan akan diambil 2 sampai dengan 5 orang guru sebagai sampel
dalam penilaian terhadap obyek penelitian kinerja kepala sekolah (Y).
Dengan demikian, maka khusus untuk obyek penelitian kinerja kepala
sekolah (Y) akan ada 3 - 6 orang sampel dari setiap sekolah yaitu satu
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
112
Secara operasional, jelasnya penilaian terhadap kinerja kepala sekolah
(Y), penilaian dari 3 - 6 sampel (1 orang kepala sekolah dan 2 - 5 orang guru
per sekolah tadi) dihitung dirata-ratakan. Rerata 3 - 6 sampel tersebut sebagai
nilai kinerja kepala sekolah (Y) dari satu sekolah. Dengan demikian, nantinya
tetap akan ada sebanyak 98 nilai kinerja kepala sekolah (Y), karena sampel
subjek penelitiannya (kepala sekolah) ada 98 orang. Kesembilan puluh
delapan nilai itu dihitung direratakan, sehingga menghasilkan nilai kinerja
kepala sekolah (Y) dari seluruh sampel. Nilai akhir tersebut (dari sampel yang
98 orang itu) diberlaku-umumkan (digeneralisasikan) kepada seluruh anggota
populasi kepala sekolah.
B. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan
kuantitatif . Penelitian survey kuantitatif ini memfokuskan pada pengungkapan
hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk
menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang
terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak
langsung suatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab
akibat tersebut adalah Perilaku kerja (Xl), Budaya Organisasi (X2), dan
Kompensasi (X3) terhadap Kinerja Kepala Sekolah (Y).
Secara skematis hubungan antar variabel penyebab dan variabel akibat
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu Gambar 3.1
Pola Hubungan Antar Variabel Penelitian
Kinerja Kepala Sekolah (Y) Perilaku Kerja
Kepala Sekolah (X1)
Budaya Organisasi (X2)
Kompensasi (X3)
ryx1
ryx2
ryx3
R2yx1x2x3
1
py
rx1x2
rx2x3
rx1x3
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
114
C. Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Sugiyono (2009) merupakan cara ilmiah
yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Selanjutnya
Jujun S. Suriasumantri mengatakan bahwa metode keilmuan ini merupakan
gabungan antara pendekatan rasional dan empiris. Pendekatan rasional
memberikan kerangka berpikir yang koheren dan logis. Pendekatan empiris
memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran
(Sugiyono, 2009).
Singarimbun (2006) mengemukakan terdapat beberapa jenis
penelitian sosial, yaitu: (1)Penelitian survey, (2) eksperimen, (3) grounded
research, (4) kombinasi pendekatan kuantitaif dan kualitatif, dan (5) analisa
data sekunder
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan
Singarimbun (2006) penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1)
penjajagan (eksplorarif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau
confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis;
(4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan
datang (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
Survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang
jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi
(Nasution, 2003:25). Karakteristik survey dalam penelitian ini adalah: 1)
informasi/data dikumpulkan dari sekelompok responden untuk
mendeskripsikan beberapa aspek, 2) informasi dikumpulkan melalui
pengajuan pertanyaan (questioner), serta informasi diperoleh dari sampel
bukan dari populasi (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008)
Selanjutnya Singarimbun (1987:2) juga mengungkapkan :
Umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi, berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan cara yang ilmiah, diharapkan data yang didapatkan adalah data yang objektif, valid dan reliabel. Objektif berarti semua akan memberikan penafsiran yang sama, valid berarti adanya ketepatan antara data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan data yang terjadi pada objek yang sesungguhnya, dan reliabel berarti adanya ketepatan/keajegan/konsisten data yang didapat dari waktu ke waktu.
Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan statistik sebagai alat ukur. Ciri-ciri pendekatan kuantitatif sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2003) yaitu ditinjau dari :
M a s h u r i, 2013
Kinerja Kepala Sekolah (Pengaruh Perilaku Kerja, Budaya Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kabupaten Cirebon)
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu
116
masalah, prosedur yang spesifik dan terinci langkah-langkahnya masalah diuraikan dan ditunjuk pada fokus tertentu, hipotesis dirumuskan dengan jelas, ditulis terinci dan lengkap sebelum terjun ke lapangan.
Jenis penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif ini
memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu
penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan
pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung suatu variabel penyebab
terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat tersebut adalah Perilaku kerja
(Xl), Budaya Organisasi (X2), dan Kompensasi (X3) terhadap Kinerja Kepala
Sekolah (Y).
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variable
yang diteliti. Menurut Singarimbun dalam Riduwan dan Kuncoro (2007:182)
memberikan pengertian bahwa definisi operasional adalah unsur penelitian
yang memberitahukan cara mengukur suatu variable. Dengan kata lain definisi
operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan caranya mengukur suatu
variable.
Variabel penelitian ini terdiri dari empat variable, yaitu tiga variable
bebas (exogeneus/independent variable) dan satu variable terikat
(endogeneus/dependent variable). Variabel bebas adalah budaya organisasi,