ABSTRA.K
Adjuh, Rosman. Peogaruh Faktor Sosial Budaya Terhadap Kemiskinan Masyarakat Nelayan Di Desa Percut Kabupaten Deli Serdang. Thesis, Program Studi Antropologi Sosial Program Pascasarjana Universitas Negcri Medan.
Penelitian jni menggunakan pendekatan deskriptif kualitalif dcngan teknik sampling. Tujuan pcnelitian ini adalah untuk mengetahui factor sosial budaya yang menimbulkan kemiskinan nelayan di Pcrcut Kabupaten Deli Serdang.
Faktor sosial budaya merupakan pola pikir, atau ide, prilak_u yang lahir di ma..<:yarakat bahk.an senantiasa dapat dipertahankan d.ari generasi ke gencras.i berikutnya.
-Faktor Sosial Dudaya yang tercennin didalam masyarakat nelayan dicirikan oleh tiga factor yakni 1 ). Pendapatan bersifat harian (daily increments) dan jumlahnya suiit ditentukan karena bergantung pada musim. 2). Tingkat pendidikan rendah sc.hingga mempersulit dalam mcrnilih alternative pekerjaan lain. 3). PenggWlaan annada dan peralatan tangkap sederhana ataupun hanya menjadi Aanak Buah K.apa1 (ABK). Selain itu factor ekstemal juga mempeng-aruhi scpcrti terbatasnya potensi sumber daya taut dan semakin intensif dalam persaingan.
Untuk rnenghandari berlanjutnya kemiskinan masyarakat nelayan tersebut perlu usaha bersama untuk memikirkan atau menemukan solusi seperti melakukan terobosan pengembangan inovasi institusi bagi nelayan sebagai wahana transfer teknologi perikanan j uga memfasilitasi dan meningkatkan ke:pedulian untuk mewujudkan pengembangan agrobisnis perikanan yang sehat
-ROSMAN ADJUI-1
Nif\.1 :
015050047
Thesis Untuk Memperoleh (;eiar Magister Sains
Program Studi Antropologi Sosial
...
cj
~~
~
~~S
NEe~ ~
~
NFGA.
~ . ~
s
PROGRAM PAS:CASARJ·ANA
~
>
~
lJNIVERSITA.S NEGERI MEDAN
~
ME DAN
.r
~
LEMBAR PF:RSETUJUAN DAN PENGESAHAN THESIS
PENGARUH FAKTOR SOSIAL BUDAY A
TERHADAP KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN DI DESA P ERCUT KA BUPATEN DELI SERDANG
(
f
ROSMAN ADJIJH Diaj ukan Oleh :Jg
~
[~
~
~#i,M\?.0
NIM -:
015050047 lfiM\?.0~~_.
~ Telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Thesis Pada tangga1 1 9 Agustus 2006
Dan dinyatakan telah memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Galar
'c
I . ' . • MAGISTER SAINS~ Pada Prograf!!_ Study Antropo1og1 So sial KOMlSl PEMBIMBTNG
Prof. DR Usman Pelly,
Pembirnbing 1 'P, ~
R
Pembimbing ITp.S Nee~
(j
Dr. Pbil. lchwan Azba ri,~ 41
~II>
c>~-.to .b
-~ %.
Dise
~is
yah ka n
oleh :0 "
a·"'
Ketua Program StudiAntropologi Sosial Universitas Ne · Medan
A.r
d.,·
r
.I.
J
---~
~
,...,~ P~~
D
~ec~.t.
Prof. DR. .Bungaran A. SimanjuntakNIP : 130 344 7g6
LE~fBAR
PENGESAHAN
THESIS
PENGARVH
FAKTOR SOSIAL BUDA YA
TERHADAP KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN
DI DESA PERCUT KABUPA TEN DELl SERDANG
g
l
i_
Diajukan oleh :9°
~
\
~ROSMAN ADJUH IIME.Q NIM : 015050047 _,___ Dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Thesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Program Studi Antropologi Sosial Medan 19 Agustus
200 ~
e,\1 ._...._
(
KOM!Sf PENGUJI:
~
~
~
>oj(~
:;
!
;_
""
\~
~ Aft ,----:;,
Prof. DR Bungaran A. Simanjuntak
Penguji
ks~·r
:r
1~a.~~.t.cL.
- 1?L..b.
c
0
··· ··· ~ ····
/...
49~ / ' "'Prof. DR. Usmao
PeUy,
MA
Pembimbing I I Penguji
DR.. Ibrahim
Penguji
~
>
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah temyata thesis ini dapat penulis sclesaikan, walaupun disadari bahwa selama daJam proses penulisan senantiasa disertai masalah atau kendala baik secara internal maupun ekstcmal, namun dengan adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pih.ak penulisan
~)\~ ~)l~ ~~
thesis ini dapat juga terselesaikan. ... -: ... ':. ...
Karena.nya Penulis ucapkan terima ka~ih kepada Prof OR. Usman Pelly, MA sebagai dosen Pembimbing 1 dan DR Ichwan Azhari,
MS
sebagaj doscn Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan araha n yang penuh kekelWl!gaan juga kepada Prof DR. RungaranA Simanjuntak dan Dra. Trisn.i Andayani, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Antropologi Sosial yang tclah membantu memberikan masuk.an sejak awal penulisan Thesis ini. Kepada para Dosen Pascasarjana Program Studi Antropologi Sosla1 Universitas Negeri Medan penulis ucapkan terima kasih masing-masing kepada : Prof DR Bungaran A. Simanjuntak., Prof. DR. Usman Pelly, M.A., Prof DR. Payung Bangun, MA, Prof DR. Nur Achmad Fadhil Lubis, MA. Prof DR. Robert Sibarani, M.Si, Pro[ DR. M . Arifr Nasution, MA. Prof DR. Chalida Fachruddin, MA, Prof. Amrin Saragih. MA. Ph.D, DR. Phil. Jchwan Azhari. MS, DR Phil. Ibrahim Gultom, M .Pd, DR. Tbnu Hajar Damanik. M.Si, DR. longkers Tampubolon, M .Sc, DR. Sulistiowaty, MA, Dra. Trisni Andayani, M.Si, Ratih Baiduri, S.Si, M.Si, selain itu pcnulis ucapkan tcrima kasih kepada Drs. Harles ManaJu staf Perpustakaan, Eri Syarwardi, S.S staf Administrasi Program Studi Antropolog1 Sosial.
I
c,N"""~V
c,Nm·V
Muthiah Koto Adjuh yang penuh dengan kesabaran dalarn doa demi penyelesaian studi penulis.
Kepada Orang tua mas1ng-masing Aim. Adi Adjuh dan Aim. Hadia Bempah yang sejak kecil
telab menyemangati. mendorong
untuk
kemajuan anak-anaknya, penulis ucapkansalut
danterima kasih, semoga kebaikan mereka menjadi amal baik di akhirat nanti. (;s NEc~<C~
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudaraku Safri Adjuh, S.Pd, dan Masta
Adjuh, S.Km, Nansi Adjuh dan Zainal Adjuh yang telah memberi motivasi untuk senantiasa
meningkatkan status di ilil.lam keluarga be"Sar Adjuh-Bempah. ~
PenuJis menyadari bahwa
tulisan
ini masih jauh dari kesempurnaan, karcnanya penulismenghargai
saran-saran
danmasUka.n
yangdiberikan
demi kesempurnaannya dan penulisberharap semoga tulisan ini dapat bennanfaat bagi pembaca atau setidak:nya menjadi bahan
pembanding untuk pengembangan ilmu selanjutnya.
/~'
Terima kasih penulis ucapk:an .k:epada semua pihak yang telah membantu bai.k: dalam proses
penelitian maupun penulisan thesis ini semoga Allah SWT senantiasa melimpahJdan rahmad dan
hidayahnya kepada kita semua. Amin.
Medan, 19 Agustus 2006 WassaJam
Penulis,
ROSMAN ADJlJH
DAFTAR lSI
BABI. PENDAHULUAN
1.1. Latar Bclakang l
1.2. Rwnusan Masalah 5
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Tinjauan Pustaka 5
1.5. Kenmgka Teori 10
1 .6. Metode Penelitian 13
}
I. 7. Kerangka Berfikir 14
BABII OAMBARAN UMUM OESA PERCUT 16
"
¥)
> ""' ll .> 0 ll .>
DAB III BUDAYA KEMISKINANDIPERCUT "
2.1. Keluarga Dengan Kategori Kemiskinan Absol ut 21 2.2. Keluarga Dengan Katcgori Pcndapatan Tmggi 32 2.3. Kduaarga Dengan Katt:gori Peng~ilan Sedang 39
, I I
DAB IV
DILEMA BtJDAYA KF.MISKJNAN
3 .1. Bersifut Multidimensional 49
,3 .2. Fak.tor Budaya 50
}
3.3. Studi Kemiskinan
53
3.4. Analisis dan Strategi Pe~anagan Kemiskinan 56 3.5. Mencermati Proses Kemisk.inan r.J~;>o 61
~
3.5 3.5 .2. Ketimpangan-ketimpangan Struktural .l. Kcctimpangan-kctimpanganNaiurdl 62 62)
BABY KEKA YAAN LAUT DAN K.EMISKJNAN NELAYAN
4.1. Kayanya Laut Misk.innya Nelayan 4.2. Potret Burarn NeJayan Kita
4.3. Problema Kemiskinan Nelayan
4.3.1. Faktor Natural 4.3.2. Faktor Struktunu 4.3.3. Faktor Kultural
4.5:-AltcrnatifSolusi
/ ,
KESIMPULAN
OAFTAR PUSTAKA
73
76
81
82
83
R1
84
88
95
1.1. Latar Belakang
BABI
PENDAHULUAN
f
MIL!K
~ l~ ..:::;:~,...I"' PU'"' -..
~j • ;-;.,, !\ L" J."\ "~"" l' 1\! ; 111 1\ UNIMEn
Masyarakat ndayan sdama ktuang lcbih 32 talum kekuasaan Orde ~a ru hampir
sama sckali tidak mendapatkan sentuhan kebijakan-kebijakan pembangunan ckonomi.
13etulkah kebijakan pembangunan yang ditormulasikan selama ini, selalu mengedepankan
jiwa, semangat, ~an g tidak herpihak..kepada nelayan'? Realitasnya, ndayan
kitit
umumnyamasih terpinggirkan dan diabiarkan scndirian menghadapi berbagai persoalan kompleks.
Sejak <.lulu hingga sckarang, pcmbcrdayaan nelayan belum tergarap secara
proporsional. Kondi$i nelayan cenderung dileng:arai oleh berbagai vilra k urang
menguntungkan. Yakni, kualitas sumher daya manusia yang rendah, modal pas-pasan,
alat tangkap sederhana (tradisional), posisi tawar yang lemah, serla hidup di lingkungan
pcsisir dalam strata sosial kelas hawah (herkesan kumuh dan hau a mis).
-<"
c/
Derbagai p e rsoalan pun senantiasa mendera j uTaa n ndayan di m:gcri ini. Mulai
dari sistem pelelangan ikan yang menamhah penderitaan nelayan sampai kepada
kapal-kapal yang beropera'>i dengan Leknologi canggih di perairan Indonesia. Kapal ndayan
asing yang m asyls_heropcrasi me nd ~~ k eksistensi nelayan tradisiot1al !=;e rt ~ n1engurangi
ikan tangkapan dan p~:ng hasil an nclayan. 'lak pclak, nasib ndayan kita pun kian tcrimpit.
Karena pengawasan terhadap kapal nelayan asing belum memadaL konon ikan
yang tcrcuri ada sckitar 80.000 t.on/musin1 . Sementara itu, nelayan kita hanya mampu
menangkap 60.000 tonlmusim 1
• Gambaran itu m engindikasikan betapa le mah posisi
nclayan da1am pcrpacuan kehidupan antar komunitas ke la utan. Apalagi tingkat
pendapalan nclayan yang rcndahjuga mengimbas ke derajat h:esehatan. sedangkan mutu
pendidikan mereka sangat rendah. Akhirnya, muncullah kantong-kantong kembkinan
scrla mcrchaklah patologi sosial kemasyarakatan seperti kriminalit.as. pengangguran,
eksploitasi anak-anak jem1al yang cukup memprihatinkan.
Pada hakikatnya nelayan adalah golongan masyarakat yang masih perlu
diherdayakan dan harkat hidup mereka perlu diangkat. Lebih-lebih pada krisis ekonomi
yang tcrus bcrlangsung dcwasa ini nelayan tradisiona1 Rian terkucil dari Lahru1 mereka.
Indonesia dikenal sebagai negara maritim sejak bcrabad-abad silam. Namun
kcsadaran scbagai bangsa mmitim masih jauh d~ri harapan. Pencurian harta karun dl
lautan masih kerap terjadi. Penc: urian ikan di perairan lelap berlangsung. Pada masa
dcpan kcmampuan pengawasan oleh apa11it negara kita perlu diringkmkan agar kekayaan
dan potensi sumbcr daya laut tak dikeruk secara semena-mena oleh nelayan mancanegara
yang makin merajalela.
Sebagai negara kepulauan. lm.l 1.m~sia memiliki perairan lerpanjang. Dari total
perairan :5.~ juta km2, lehih dari separo atau
:t
I juta km2 merupakan pera1ran Nusantara(laul wilayah dan lerilorial). Adapun sisanya. sckitar 2.7 juta km2, adalah wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) ·.
E.o;/
Masalah pcrairan Nusantara mcmang tak dapal diabaikan. Sebab. ilu yang paling
menyentuh kehidupan nelayan tradisional. yaknL nelayan gurem. Kehijakan deregulasj
yang d i laksan akan pemeri ntah untuk mend<ly<lgun<l k<Jn potcnsi ZEJ::l sungguh tcpat.
Namun perlu dibarengi terobosan slratt:gis untuk memberikan peluang kemudahan
mendapat suntikan modal hagi nelayan tradisional. ~'
il
~})((
Agaknya rnodcrnisasi dalam pengelolaan sum her daya laut bel urn seirama dengan
peningkatan nasih nelayan. Sebagian besar warga masyarakat nclayan di Indonesia masih
hidup dalam siluasi sosial dan ekonomi di hawah standar. l Jmumnya nelayan hidup dalam
taraf suhsisten dan situasi sosial mereka le1masuk t(;rtinggal. Ada pula yang menilai
knomcna sosial tcntang kem iskinan nelayan disehabkan oleh pola hubungan kerja an tara
m~jikan
(tauke) dan nelayan. Memang pola hubungan anlant pa/ron dan klicn ini, tidakselalu eksploilatiC scbab nilai ker:ja sama rnasih t.erpelihara. Namun hasrat nelayan untuk
keluar dari sistem yang telah mapan tidak mudah lerwujudkan. Sebab. proses hubungan
kcrja kc bapakan (tauke) memhentuk mentalitas nclayan secarq. ekonomis tergantung
pada maj ikan. Akibatnya, perasaan berulang budi di kalangan nclayan tcrhadap majin
(taukc) tclah n ~;;:l ad i lingkaran setan yang tak mudah- dlselesaikan. ~
t~.S NEe..._,
Pcrsoalannya adalah pengambil kchijakan di negeri ini belum memahami secara
komprehensif apa sebcnarnya akar pcrmasalahan kcmiskinan nclayan. Kcmiskinan
nelayan hanya dipahami sebatas angka-angka statistik yang dikeluarkan DPS yang sifatnya
urnum.
Menurut 1\ Latif Winata (2003) penelitian tentang masyarakat ne!ayan penting
kan~·na pcrtam<!:.2ccara kuantitatif:.. ~ jian tcntang masy ~ raka t nelayan at ~ u _:~ nas yarakat
pesisir masih sangat terbatas (langka) jika dihandingkan dengan masyarakal petani alau
masyarakat perk01aan. Kaj ian terhadap masyamkat nelayan ini m~miliki nilai yang sang.at
berarti untuk kepentingan pt:mbangunan rnanusia karcna rnasyarakat nclayan merupakan
masyarakat yang pali ng miskin dihandingkan dengan k~lom pok masyarakat la1nnya.
Kedua. kdangkaan k~jian di alas sanga l ironis .iika dikailkan <.kngan silat nc ~ ara
jauh dcngan kumltitas dan kualitas k<ljian serupa di Filipina dan Thailand. Kelangkaan
ini juga mencerminkan lemahnya pcrhatian dan kcbijakan kita di bidang kcmaritiman
(ocean policy}. Oleh karena itu. mcnjadi wajar jika akhirnya pembangunan terhadap
sektor kemaritiman nasional masih lerbelakangjika dibandingkan dcngan kcdua ncgara
anggota ASJ:::A!'J di atas. Kelengahan kita di hidang kemaritiman justru dimanfaatkan
oleh para nelayan dari kedua negara lersebut untuk mclakukan praktik pcnangkapan
ikan sccm·a ilegal tli perairan Indonesia. ~ ~
Ketiga, mengkaji masyarakat ndayan bukan pcrsoalan yang mudah schingga bisa
mcnarik perhmian para peneliti. Daerah pantai yang panas. pennukiman nelayan yang
padal dan sesak. dan kondisi masyarakatnya yang dianggap ··kcras" dan kurang higinis.
merupakan hamhatan hagi seseorang umuk meminati kajian masyarakar pesisir.
Scbagaimana discbut A Laticf. sangat ironis bagi kita bahwa scbuah ncgara
maritim yang mahaluas dan kaya akan sumber daya ini ternyata masyarakat pesisirnya
miskin clan tcrbclakang karcna perhatian pembangumm di bidang maritim itu sangat
kurang. Selama masa Orde I3aru kita telah memalingkan diri dari laut (maritim} dan
mcmcluk erat-erat daratan (pertanian dan indus~rialisasi) yang terl)yata juga tidak
menjadikan
bangsa dan negara
ini jaya s~againegara
agrari sdan negara agro-industri.
Karena itu pul a masyarakat nelayan di lndonesia pada umumnya dan di Percut Kabupaten
Deli Sen.lang seakan dibalut ok:h budaya kcrniskinan sejak berabad-abaU yang lalu.
~
J
Mengingat pentingnya penelitian temang budaya kemiskinan masyarakat nelayan
untuk mcncari tahu latar hclakang, tcnnama pcnycbab timbu!nya kcmiskioan di kalangan
masyarakat Percut Kabupaten Deli Serdang. Saya ingin mengetahui latar helakang dan
lehih menitik heratkan pendekatan sosial budaya untuk meneliti masyarakat ndayan
miskin di Pcrcut. Hudaya kemiskinan seperti malas, apat.is, kurang berjiwa wiraswasta.
hiasanya sebagai penyebab kemiskinan itu menjadi hudaya Ji Pen;ut.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah laktor-faktor sosial budaya apa yang
mcnycbabkan kcbcrlai~ju ta n kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan desa Percut,
sehingga meru:Q_ajs.an sebuah budat a_kem iskinan. ~
1.3. Tujuan Penelitian
Penclitian ini bcrtujuan
1.4.
I. M cng ~ t ~ kap kan kondisi ~~ at ekonomi maS) ~~ kat miskin nelay ~1j esa Percut.
2. Mengungkapkan kondisi dcmograiis dan l~kolog1s masyarakal desa ndayan
Percut.
:;
3. Mcnclusuri faktor-fakor sosial budaya yang mcnycbabkan kcmiskinan.
4. Menelaah nilai-nilai budaya yang memungkinkan kebetahan mereka dalam
kemiskinan :;,
J
l
~5. Menemukan struklm budaya kemiskinan masyarakat nelayan di desa Percut
kahupaten Deli Serdang.
6. Mcncari jalan kcluar (altcrnatit) untuk mcmbcberkan mengenai budaya
kemiskinan nelayan. ~
Tinjauan Pustaka
~
Studi tcntang ncla yan dan kcmiskinan pcrnah dilakuka n oleh ahli ekonomi
Mubyarto. ahli antropo(ogi Michel Dove serta sosiolog Lukman Sutrisno yang kemudian
perhatian tcrhadap m a~yn r a ka t nelayan di pantai utara Jawa itu di uangkapkan bahwa kemiskinan nelayan bukanlah scmata·nww persoa lan ekonomi melainkan bcrkai tan
dcngan masalah -ma sa lah sosial lain, kekuasaan. politik scrta mcnta litas ne layan.
Penelitian dengan pendekatan multidisiplin itu mengungkapkan hahv-/a berbagai upaya
pcrbaikan nasib nelaynn yang dilakukan dengan berbagai program pcmcrintah tidak
mendapatkan hasil bt.-rubah nya nasib nelayan. karenanya n elayan tetaplah miskin.
P c nyc be~bnya an tara lain karena program pemerintah itu kurang mc:mpcrhatikan fa kto r-faktor budaya dan struktur kckuasaan politik di desa ne layan.
Di kalangan nelayan di Sumatera Utara beberapa tulisan yang mcmbahas tcntang
kem is kinan nelayan tclah d ilakukan oleh beberapa p eneliti. Tchwan Azhari (1996)
misalnya melihat k:emiskinan di kalangan nelayan pantai timur "'Sumatcra Utara discbabkan
o leh tiga varian utarna yakni faktor alam , budaya dan stmktur masyarakat. Penelitian
yang mengaitkan hubungan antara nilai budaya dt:ngan komunitas nclayan tclah dilakukan
ukh R.Hamdani Harahap (1994) yang-mengulas keterkaitilll faktor kebudayaan dalam
pe menuhan kebutuhan masyarakat ndayan dan pclcstarian !ingkungan di dacrah pantai
timur Sumatcra Utara. Sementara itu i\gustri sno ( 1993) meneliti ten tang sosialisasi nilai
budaya dalam lingkungan kcluarga nclayan di kccamatan Tanj ung ·1
iram.
Asahan.Sebelumnya Agustrisno (1 992) meneliti tentang budaya nelayan dengan fokus peran
pa\vang laul dalam kchidupan sosial budaya masyarakat ne layan di kecamntnn Rarus.
Kahupatcn Tapanuli Tengah.
Di samping p<!ne lit ian ten tang sosial budaya masyarakat nelayan. behernpa peneliti
jug a ada y an g melihat d is tribusi pendapala n nelayan dan fak tor-faklor yang
mcmpcngamhinya sepe11i yang dilakukan oleh Prihatin l.umhanraja ( 1997) Sementara
nclayan. Stucli yang khusus mcrnbahas t~ntang k~miskinan nelayan dilakukan okh
Rengkel (Tin ting ( 1 <)<)6) y<lng melihat respon nunah tangga nclayan tcrhadap program p<:mbangunan bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat dengan mengambil kasus di
d~sa Pcrcut. P~nelitian di P~rcut jug<l telah dilakukan olch T.MarLuki Jacob dkk { 1 99~ l
: ::mg rncncliti hubungan peramm isteri dengan kemiskinan nelayan. Semcntam iw
.lnnntha.n Sinuhadi dU (I<)<) I) m~nditi tcntang kcupayaan rm;rm:rangi kemiskinan pad~1
nclayan tradisional di Sumatera lJtara. Masalah kemiskinan dan ketimpangan pcndapatan
r11:layan di Bagan Deli tdah diteliti oleh Saskia ( 1996).
..
( Semua hasil-11asil penclitian tentang nelayan di
Sum~
t era
Utara itu mcmbcribngarnbaran bagi pcnulis halma masalah nelayan dan perekonom iannya mcrupakan m<.babh
~ang sanga1 kompleks yang mempunyai kaitan yang crat dcngan budaya h·tlli~kittan
:..:bagaimana (~kta bcri kul ini.
Pertama. secara empiris Tinjabate (2001) memhuktikan hahwa akibat kebi.iaknn
pcmcrintah daerah Kabupaten
f>oso.
Sulawesi Tcngah, t!alam pembangunan pcrikanan.~<:tkni rnerealisasi kepentingan pemerintah untuk meningkatkan hasil produksi pcribmtn
ltHil seb<lgai sumbcr dcYisa ncgara.- intcrwnsi birokrasi dan kapitalisasi dalam k~giatan
ndayan
di
Kecamatan Ampcnan herlangsung secara intcnsif. lmp_likasinya adalah kcpcnlingan-kepentingan nelayan tradisional terabaikan akibat perlakuan diskrimi n<l1 if dari pemerintah daerah Kahupaten Poso.i.
"!)
Kcdua. kctcrgantungan yang bcrbenluk hubtmgan patron client antara pcmilik
laJ..tor produksi (kapaL alat tangkap) dengan buruh nelayan. Pcnclitian t<asik un b~.-Tsama
rckan-rekannya 1ahun J 9<)6 di dacrah Muncar . .lawa Timur, Elliandri tahun 2002 di pantai
Tajung Jabung. Jambi mengungkapkan kes impulan substansinya sama bah wa akibat penetrasi kapitalisme dalam aktivitas nelayan di daerah ini menyehahkan kelompok nclayan clan buruh nelayan lebih cepat terseret dalam kemiskinan. Pcnggunaan teknologi pcnangkapan ikan yan g d iharapkan mcngakibatkan terjadinya perubahan ' 7 H'~de of prod uction dari sist ~m tradis ional menjadi modem ternyata jauh dari harapan. rial ini dikarcnakan proses yang tct:iadi tidak dibarengi oleh pergeseran hubungan kc ~j a lr arah >ang kbih rasional d<&1 sati ng mengunumgkan. Yangjuslru berkembang adalah pcmilik modal ( k.apal d<:tn L~knologi pcnangkapan) me lalui mekanismc kcL('rganlungan yakni hubungan pntron client dengan sistcrn bagi hasil menikmati pendapatan yang lebi h bcsar dan mcnuuasai akses pasar. }wan menan1hahkan bahwa kclcmbaoaan e ~ vano - e pernah ada t •• seperti T PI. asosiasi nelayan. pcrkrcdiLan temyata tidak memenuhi harapan nclayan da n buruh n da~ an sehingga mereka lebih tetap memil ih kelcmbagaan lama yakni hubungan patronase. /\kihatnya. kem iskinan nclayan menjadi perrnanen. ,"'"'/ 7 c
1
/ ~~ .. "c:O ' /
Kc:tig<:~ . teijadinya over eksploitasfterhadap sumberdaya pcrikanan akibat modemisas
yang tak terkendali . Modcmisasi pcrikanan temyata memhawa dampak y-ang signiJikan tcrhadap p<:nurunan hasil tangkapan nelayan tradisional. Prof Mubyarto bersama
rekan-rebnya tahun 19lS4 mcmbukLikan hal ini melalui ha.c:;il penelitiannya di dua dt:sa pantai di Kabupaten Jepara. Jav.'a Tcngah. Mereka mcnyirnpulkan bahwa akiba1 beroperasinva kapal-J.;apal penangkap ikan modem setiap neJayan mengalami penunman hasi l tangkapan sampai 58 %. I Ial yang sama juga dibenarkan oleh Bailey dari ketika melakukan penelitian tahun llJXX. Hah\.;an ia mcmbcri 1-.csirnpulan yang ··menyeramkan'', yairu nelayan tradisiomil a<lalah gnlongan y::mg paling miskin di antara golongan miskin di Indonesia. \
l
~menjadi daerah beroperasinya ndayan tradisional. Kondisi ini sebenamya juga sudah
diungkapkan oleh Donald K. Emerson tatkala meneliti kehidupan nelayan tradisional di
daerah Pati. Jepara, Rembang dan Demak pada tahun 1977. dimana dampak dari
modcrnisasi pcrikanan itu telah menibulkan konflik horizontal yang bcrujung pada
pembakaran kapal-kapal penangkap ikan modem. Fenomena ini tcrnyata tidak mengalami
pcrubahan sampai kini. Terbukt.i di daerah-daerah pcsisir pantai Timur Sumatcra scpcrti
Tajung Balai. Deli Serdang dan Langkal, pantai barat Surnatcra. perairan pantai utara
Jawa, perairan Kalin1antan Rarat dan kepulauan Nattma kasus serupa scring tc1jadi.
Beberapa kasus-konllik agraria ini-juga dipicu oleh bero perasinya kapal asing
baik secara legal maupun illegal yang menggunakan teknologi maj u. Akibat nclayan
tradisional scmakl n tcrtindas dan ti"tiak. bcrda.va.
~N
~CI>s
nEe~<()'-Kelima, adanya fenomena "'komprad<fisme .. meminjam pemikiran Nco-Marxis
daiam kasus modcrnisasi pcrikanan tangkap. F~ nomena ini jberhasil diungkapkan oleh
pcnclitian Tindjaoate pada tahun '200 1 yakni akihat-1n tervensi kapit.alis as i tcrhadap
komunitas neluyan mcngakibatkan tc~jadinya fr agm~:ntasi ke~d~ ·\la n nelayan yang semula
hornog~ n rnenjadi beragarn. Keberagaman ini memunculkan fom1asi sosial baru yaitu
adanya huruh n ~ IQYan dan pongg m ~1,5 e11 a pcrubahan ~ .!:l!! lbl· r penghasil an Jl~ lay an yang
scinula diusahakan sendiri menjadi upah yang diberikanjuragan pemiliki faktor prod uksi
(pukat cincin). Kedudukan punggawa di sini adalah scbagai "kdas kornprador" yang
bcrtindak scbagai •·kaki tangan·· .iuragan sekalipun dia juga herasa l dari masyarakat
nelayan yang sama sekali tidak memilki akses ekonomi maupun politik. Ini baru terjadi
Pada lt-vd yang kbih kebijakan makro ekonomi, kelas komprador bcipcran·.
sehagai ''broker" liscnsi dan pcrizinan yang bertindak yang bertopeng sebagai pengusaha
domeslik. Kelas komprador ini herkolusi dengan ok.num birokrat/pcngua:sa dan/alau elit
di sek itar lingkaran kduas<~an untuk ~·memuluskan' ' keluarnya lisensi/i7i n penangkapan ikan bagi kapal ikan berhendera asing.
Apa yang dikemukakan beberapa peneliti di atas sejalan dcngan uraian
penulis-penulis lain sepeni Muhammad Karim (-2003). Anton Namba (2003), Akhmad Solichen
(2004! Laode ~·1.Kamaluddin (2003). Noer Sutrisno (2003) ataupun Masyhuri lmron
(:wen).
Pcnuiis -pnlllli:s : ang di:;ebut belakangan itu seakan meneguh.kan pandanganhahwa nclayan identik dengan kemiskinan dan kcmiskinan itu .. menjadi satu budaya dan
henang kusut :aug suhtr diuraikan. ~s NEc~"P ...
Faktor sosial budaya ini juga sejalan dengan apa yang disebu tJ oleh Oscar Le\vis ( 1966.1975) dengan budaya kcmisli.inan ( wllure poverty), yang menurut r .eY\iS mcn1pakan
rcaksi dan adaptasi kaum misk in terhadap kedudukan marginal mcrcka dalam masyarakat.
.lika kehudayaan sepc.:Iti itu muncul dalam suatu masyarakat maka menurut Lc\~ , i.s. ia
L'(·ndc.:runu ... me\\ ariskann\'a ke !!enerasi herikutnva. . ._. r
1. :'. Krrangka Teori
Kcmiskinan dapat didekati dari tiga pendekatan, nilai budaya. lingkungan (f'ak tor
ekologis) serta struktur. Pendekatan yang terakhir itu (struktur) sering disehut dcngan
k~miskinan struktur<ll. K~miskina n strulgural adalah kemiskinan yang dideritD olt!h smltu go lnngan masyarakc.it karena struktur sosialnya, sehingga masyarakat itu tidak dapat ikut
menggunakan sumber-sumbe r pendapatan yang sebenarnya tersedia hagi mereka
atau kelompok masyarakat tidak mt!ngua'>ai $arctna ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara
merata. Jadi kemiskinan ini tidak ada hubungmmya dengan kelangkaan sumbcrdaya.
Semenlara kemiskinan disebabkan oleh faktor budaya merupakan kemiskinan
van!! muncul karena tuntutn-tuntutan trdisi/adat mcmbcbani ckonomi masyarakat scpcrti
" ~
upacara perka'v\inan dan kernatian alaupun pe~ta -pesta adat lainnya. Oisampi ng itu
tennasuk juga ke dalam kemiskinan ini sikaplmentalitas pcnduduk yang lamban . malas,
konsumtif serla kurang berorienta~i 1~ depan. Fak.tor so sial budaya kemiskinanjuga adalah
hamhatan ataupun beban kultural yang dihadapi masyarakat dalam JX.Ttumbuhan ekonominya.
L cmahn) a scmangal kompelilil'. k urangnya keinginan untuk kerja keras.
kecenderungan untuk hidup santa1 dan cepat puas dcngan hasil yang dipt'roleh, merupakan
faktor sosial budaya kcrniskinan.
Dari pcngamatan pennulaan saya ke desa Percut hehcrapa waktu yang lalu,
kemiskinan masyarakat nelaym1 Pcrcut discbabk<m oleh faktor-faktor sosial budaya. Oleh
-karena itu penelitian ini ingin mengungkapkan Jatar sos ia~ budaya yang. mcnycbabkan
terjadinya kemiskinan pada masyarakat nctayan di Perc.:ul. Kabupaten Deli Serdang.
Mcnumt Karim (2003) uari kaca mata ekonomi-politik, a kar kemiskinan ndayan
dapat dianalisis dari teori -teori hesar pemikiran pcmbangunan yakni pemikiran liberaL
radikaL maupun hctcrodoks. Kalangan liberal penganut teori modemisasi memandang
bahwa penyebab kemiskinan adalah faktor intemal. yakni budaya rna~)arakal tradisional
yang menghamhat modernisasi. ~c rck a lupa bahwa n!.!,ai-nilai modern yang mereka
rnaksudkan adalah nilai-nilai yang berkemhang di negara maju yang tidak serla-merta
menjadi patokan hagi nega ra-negara bcrkcmbang. semisal Indonesia. maupun
mengangkat nilai-nilai lokal dalam aliran pemikiran pembang:unan liberal yang acapkali
discbut scbagai modal sosial (social capital). Kalau kita cennati, gagasan tentang modal
sosial ini pada hakikatnya masih dalam mainstream liberal. Oleh karena. secara substansi
tesis pcngcmbangan modal sosial adalah hasil proses mctamarfosis dari pcmikiran liberaL
Mungkin lebih tepat disebut neo-liberalisme. Tesi snya sederhana. yakni hampir tiga
dasawarsa tcrakhir modal utama pernbangunan di negara-negara berkcmbang bcmpa
sumber daya alam (hutan, perikanan. perkebunan) mengalami degradasi yang signifikan.
Scmcntara kondisi kcmisk inan di ncgara-ncgara bcrkcmbang tidak rncngalami
perbaikan yang signitikan. Pemikinm kalangan liberal bertolak belakang dengan kalangan
radikal penganut te01i keterganrungan, Marx is. dan Neo-Marxis dalam mcmal1ami fcnomcna
kemiskinan. Kalangan ini mt:ngang:gap bahwa kemiskinan teljadi bukan karena nilai-nilai
budaya tradi~ional yang dianut o\eh suatu masyal'akat tetapi discbabkan olch ·'tindakan
eksploilatiJ'' kaum pemilik modal dan laklor produksi terhadap swnber day a ekonomi yakni
sumber daya alam (hutan, perikanan dan-perkehunan) dan sumber daya manusia.
Mcnjdaskan fcnomcna kcmiskinan ndayan akan lebih relevan menggunakan
teori-tcori radikal. Secara teoretismaupun empiris, problem kemiskinan nelayan adalah.
pertama kuat.nya. tekanan-tekanan strukt,!!ral. Masalah lain yang sering menimbulkan
perdt:batan adalah berkembangnya stereotip negatif di kalangan ne layan, yaitu hidup
boros. sulit d iatur. tidak bisa dipercaya, dan lain sebagainya. Stcrcotip negaLif'ini memang
tidak mcnguntungkan ndayan. Kalau sdama jni pemerintah dalam meluncurkan
pl'ogram-program pemherdayaa.n dcngan menen1patkan nelayan scbagai obyck pl'mberdayaan dan
bukan s ubyck pcmbt:rda)'aan s~:bagaimana diinginkan Dagong Suyanto (2003). hal in i
Dengan stereotip tersebut, menurut A.Latief (2003) seolah-olah nelayan harus
diajari hagaimana menjadi orang yang tidak horos hidupnya, hisa dipercaya orang lain,
tidak mengotori lingkungan, dan sebagainya. Jadi. stereotip menjadi legitimasi
penempatan nelayan sebagai obyek pembangunan. Kita sering lupa bahwa gaya hidup
yang disebut .. boros·· itu sesungguhnya tidak tepal. Konsumsi yang agak berlebihan
t.ersehut dilakukan oleh keluarga nelayan hanya pada saat memperoleh pcnghasilan yang
cukup besar. Mereka juga ingin menikmati hid up yang sewajarnya. tidak hams terpaksa
hidup irit t~rus-mene rus. Sekalipun demikian , mereka mcmi1iki kcmauan untuk
menyisihkan sedikil dari penghasilan yang berlebih itu untuk ditabung. atau dibelikan
harang-harang herharga. yang kelak hi sa didayagunakan kalau tc ~jadi kcsulitan ckonomi.
---1.6. !\1etode Penelitian ~
~fl-s NEe~:,.
Jenis penelitian ini bersifal kualitatif sesuai dengan p ri nsip-prinsip metode
kualitati f yang dikemhangkan Moleong (2000). Mctodc pcnclitian rn<..:nggunakan
wawancara rncndalam (in-depth inlerview) lerhadap-i nforman terpilih -(purposive
informant). Infom1an akan dipilih dari keluarga-keluarga nelayan miskin di dcsa Pl'r<..:ut.
Yang flkan diwawancarai adalah nclayan sebagai kepala keluarga. ibu rumah tangga.
para nclayan
ya E~belum
berke lua ~~serta
anak-a nak :__~Wawancara juga akan dilakukan tcrhadap kcluarga nelayan yang tergolong tidak
miskin untuk mengetahui pendapat mereka tentang keluarga nelaya n miskin. Di samping
itu peneliti akan mewawancarai herbagai institusi di dcsa ndayan seperti koperasi.
pcmcrintah dcsa (kepala desa dan perangkatnya). puskesmas di samping para pcdagang
serta tauke ( cukong). Data-data kuantitati f dan dokumcn akan dikumpulkan untuk
mcnduku ng data-data kualitatif PendiLian berlangsung selama 2 bulan, dimulai pada
Data yang tdah t ~ r kum p ul kcmudia n diamslisis secara kualilalif. Mula-mu la data dikelompokkan berdasar kategori yang ditetapkan, yakni pendapatannelayan, pendapatan
anggota kduarga yang lain. serta p~ndapatan -pen d apa tan yang secara tidak la ngsung
hi sa mcnghemat pengeluaran keluarga. I .alu data itu dianalisis dihubungkan dcngan
pengeluaran -pengctuaran untuk konsurnsi. untuk membayar hulang. perbaikan rumah.
biaya sekolah anak. hiaya biaya sosial serta pengeluaran-pengeluaran yang bcrsifat
konsumtif ~
Data yang telah dianalisis kemudian disimpulkan dengan cara mcnghubungkan
antara pendapatan dan pcngeluaran. Sctclah itu k:~s i mpulan akan ditarik ke faktor-faktor
yang menyebabkan krjadinya ketimpangan antara pendapatan dan pcngcluaran nclayan.
Kesim pulan akan me1~jawf\b kcnapa nclayan yang dari se~:,.ri pendapatan tinggi tapi menjadi
miskin serta menyimpulkan baga imana cara mengatasi kondisi tersebut.
1.7. Kcrangka Bcrpikir /
Bcrangkat dari kernngka tcori yang mcrh:mpatkan ke:miskinan sebagai sesuatu
yang discbabkan oleh tiga faktor yakni faktor nilai budaya, lingkungan (faktor ckologis)
serta struktur (faktor politis), maku pcnditian ini mcnempatkan faktor sosial hudaya
scbagai pcnychab utama kemiskinan nela}'·an di
Desa
Percutj(ahupaten Deli Scfliang.J ika kemiskinan tidak disebahkan oleh faktor lingkungan maka hasil tangkapan
ikan di la m sebenarnya m cmadai. schingga nelayan tiaak masuk dalam kategori miskin.
Nclayan yang dari segi pendapatan tidak miskin ini kemudian mcnjadi rniskin disebabkan
f'a ktor nilai hudaya yang menguras pcndapatan ndayan untuk keperluan -keperluan yang
mcnyc bkan terjadinya pemborosan. sehingga nelay<m akhirnya t~rj~bak dalam
Fak.tor nilai budaya ini rncnycbabkan ndayan lidak ra:sional dalam menggunakan
dan mendistribusikan pendapatannya untuk keperluan sehari-hari. Mi s~ llnya pcndapatan
lcbih ban}ak. didistribusikan unluk kcperluan-keperluan yang sifatnya konsumtif yang
sebenarnya tidak bisa dilakukan dengan tingkat pendapatannya itu. Juga pcngcluaran
untuk biaya-biaya sosial budaya. scperti melakuk<m acara untuk mengayunkan.
menyunatkan ataupun mengawinkan anak, yang di lakukan scrba mcwah yang tidak
scbanding dcng.an pendapalannya yang nyata. Untuk acara-acara seperti itu nelayan kerap
sekali bcrhutang, sehingga pendapatan hariannya yang scbcnarnya rnl'madai, sebagian
harus dipakai untuk mcmbayar hutang sebagaimana yang. dialami nelayan di Desa Pcrcut
Kabupaten Deli Serdang. ~ c
I
~ ci
~ cJ
c,AI11111E.O
J
c,N11111E.O _ / c,._,ME.O _ /1-'aktor lingkungan masih mcmungkinkan nelayan memperoleh hasil tangkapan
ikan yang memadai dan dari segi struktur harga yang diperolch nclayan masih wajar
karenn del<at dengan kota. Tapi dua faktor (lingkungan dan ~1ruktu r ) yang menguntungkan
ndayan ini disebabkan kan:na fakter-nilai budaya yang membuat mcrcka rncr~jadi boros.
akhimya membuat nelayan tak bisa tcrhindardari kemiskinan.
Oleh
karena itu penelitianBABY
K.EKAYAAN LAliT DAN KEMISKINANNELAYAN
4.1.
t
\K PER.PUSl
!~ ·.1{ ~~ t-
Nl
e!'\_IJA ·! '· . .. , .
u
1 ... ' •. ' ' . ' •.---~
-
!. ~-- "'\..- . .
Kavanva Laut Miskinnva Nelavan ... .:
.
"'Mayuritas ndayan kita I'Ilemptmyai pot.rel burarn yang ironi. Ciri mereka dikenal melalui
pasir pantai yang sekali gu~ jadi lantai nunah, semen tara di.nding dan atapnya tcrbuat dari ntmbia.
Tragisnya, tanah sepelak ilu pun kadangkala bukan milik mereka. Selama hertahun-tahun menjadi nelayan, herhum ikan-ikan segar di !aut. mcrcka tctap clianggap rniskin Jan tcrpinggirk<m. St:bagai ndayan. mtreka m~:mang dikenal selalu teromhang-amhing dan berhad.apan dengan rintangan, haik dari lingkun~1n a lam ~ scpcrti gangguan alam, ombak, badai,
angin kcncang Jan lainnya, mauptm lingkungan sosial seperti eksploita-;i oleh tengkulak!pemilik modal. Itulah antara lain gambaran kehidupan nelayan kita.l::::konomi rurnah ta.ngganyajar.:mg
y~mg bisa bcrputar sclama 30 hari. Alh~il, putret nelayan kita selalu identik dengan kemiskinan.
Padahal kekayaan negeri ini memhill" kita hingga n!Cqjadi suatu kebanggaan. n~:geri
kita negcri yang kaya. Laut lndoncsiamemptmyai potensi lestari 6,4 juta tonltalmn. Penangkapru1
yang Jiperbolehkan 80% dari potensi lestari sum her day a perikana.n. Jadi
.i
umlah Langkap y.-mg dipcrholehkan di I aut kit a 5, 12 juta ton/tahun. Total langkapan nelayan tradisional dan modemIndonesia 3,6 juta Lon (Pasaribu:2003). Tak perlu disangsikao lagi bctapa ban yak kt:.kayaan
laut dan dasar I aut kita. Rahkan mungkin paling banyak Ji antara negara-negara di dunia
Sayangnya !aut kita temyata tiUak menjadikan mereka yang tiap hari bertarung dcngan ombak dan badai itu menjadi orang kaya. Vfald n hari malah rnakin terlihat mereka menjadi orang
miskin. Bahkan analis Donald K Emerson (1979) setelah melakukan penclitian di bcberapa
mi~kin daripada keluarga petani atau perajin. Temuan dalam pcnclitian oleh Muhyarto dkk terhadap nelayan di Jt:para yang kcmudian dibukukan dalam ,Velayan dan Kemiskinan ( 1984) mcnyebutkan, pilihan untuk menjadi ndayanmerupakan pilihan tcrakhir setelah mengalami kesulitan dalam us aha tani. Pcn1bahan ekonomi para nelayan lam bat sekali semen tara para cukong a tau j uragan selal u berada di atas mereka.
Di Sulawesi Sdatan siruasi seperti im terlihat dengan adanya struktur punggawa (j urag<m) dengan sawi (huruh) di mana dalam struklur ekonomi para nclayan lcbih miskin dari petani. Struktur seperti ini yang mcm.isk.inkan rnereka Sui it untuk menghilangkan sistem patronik ini yang umumnya telah muncul sejak lama. Kisah sedih para nclayan scbcnarnya sudah lama terjadi. Penguasaan pukat harimau (trrnv() pada r.ahun 1972 dan hagi hasil dengan pemilik
kapal menjadi contoh makin tidak berdayanya para ndayan . Pa njangnya birokrasi dalam perdagangan kadang mcr~jadikan ncJayan met~adi obyek pem1ainan. Akihamya, nelayan kurang mengetahui kalau dirnanfaatkan oleh "ord.Ilg yang lebih tahu'· hingga hasil pcrdagangan tcrbcsar lebih dimanfaatkan olch para pedagang, ~!}gk ulak. atau ek..~pon.ir. Contohnya e.sk_por ikan kerapu. ketika dibeli dari nelayan harganya Rp 120.000 per kilogram namun dijuru olch para pcclagang kc tangan berikutnya menjadi Rp 400.000. Sampai di tempat tujuan seperti di llongkong. harganya mencapai 80 dollar AS atau sckitar Rp ~00.000 per kilogmm. Masalah
sepet1.i ini hi sa ditangani hila nelayan bisakompak dan berorganisasi sehingga jalur perdagangan bisa diperpendek. Ma.salah ini sudah dikctahui olch pcmcrintah scjak dulu namun pcmberdayaan yang dilakukan menjadi proyek. Pemberdayaan seperti ini biasanya mempunyai target \-Vaklu
yang sangat tcrbatas sch.ingga. mustahil hiSt'l memunculkan peruhahan struktur sosial. Perubahan ini tidak bisa dalam waktu sekejap. Organisasi yang menjadi sarana kekuatan mereka tidak
pcduli dcngan kualitas koperasi. Laporan-laporan yang ada menyangkut kualitas koperasi masih perlu diperta nyakan . T idakjam ngjabatan kctua kopcrasi ndayan uijauikan ajang rebutan.
Pungulan yang dilakukan koperasi terhadap para nelayan hukan untuk menai kkan fasilitas bagi
nelayan tetapi digunakru1 oleh pam pcngumsnya.
Menurut seorang panclis1 yang mengurusi Himpunan Nelayan Scluruh Indonesia
(HNSr). nelayan tcrlalu banyak yang mcmbina. Ada instansi teknis di daerah yang memhina dengan berbagai macam proyck sehingga nelayan hersikap pasif lni yangjadi tanlangan kita untuk memhrulf,'llnkan nel(lyan, baln.va nasib mcrcka ditentukan oleh mereka sendiri. Kelcmahan
lainnya rm.:nyangkut soal ke~unaan teknologi yang he\ urn optimal dif,JUnakan nclayan. In1on11l:I.Si
soal keheradrum ikan dengan satelit bel urn ban yak dimanfaatkan nelayan. Sebagian nelayan di
dacrah Muara Baru dan M uara Angke di Jakarta sudah menggunakan intlxrnasi itu sehingga
arah pelayaran hi sa ditentuknn ke I aut y~mg kcmungkinan ban yak ikannya. Namun. tidal.; sedikit d i an tara nclayan yang tx: I urn m~nget.ahui informasi i tu.
Nelayan!)<.!_ak menolak anggaQan minimnya mt!reka menggunakan temuan teknologi. Keputusan nclayan yang di mataakademisi kadang tidak ma~uk akal tcrnyata di mala nelayan ada ala.'Xil'l tersendiri. Pemakaian jaring semacam pukat harimau tidak dilakukan hukan karena tidak men genal teknologi atau tidak inginmaj u. Mereka menghindari penggunaan jaring itu
karcna tidak mau berspckulasi . Mereka me11yMakan mau taal hukum. tidak mau merusak sumher daya a\am. Akan tctapi kadang ndayanjadi kan1bing hiram soal pemsakan tcrumbu kanmg. Kcpprcs J\io 39/1980 telah denganjelas melarang nclayan rnenggunakan pukat harimau.
Meski gamharan pesimis selalu mcw'arna.i perbincangan mengenai nasib nclayan namun temyata tidak scmuanya beradadalarn posisi yang menderita. Mcrcka punyakcpercayaan diri
yang kuat dan juga inovasi yang mampu menaikkan der~iat ekonomi mereka. Laut tetap bisa rncnj adi sandaran kchidupan bagi nclayan. Mcnurut mcrcka ~ kaJau Jaut sudah tidak menguntungkan lagi. sudah pasti tidak ada lagi investor yang bertanmg di sektor ini. Paling tidak pem:urian ikan yang rnasih marak mcmbuktikan bahwa I aut bukan mcrupakan tcmpat yang memhuat miskin atau sengsara.
Kcpcrcayaan diri para nclayan yang tinggi mcqjadikan rncrcka bcrpandangan, dcngan menangkap ikan kehidupan keluarg:a dan usahanya akan Jehih meningkat. Sarona dan pra~rana
pcnangkapan ptm diusaJ1akan sccara mandiri. Pcningkatan sarana itu kadang Jilakuk.an senJi1i oleh nelayan tanpa bantuan dari bank maupun pemheri kredit lainnya. Keheradaan kapal-kapal kcciJ milik nclayanjarang mcngikut-scrtakan bank.. St::jak. Jua puluh lahun yang la!u investasi pada kapaljenis ini meningkatjlistru tanpa mendapat kredit dmi hank. ~
Mereka bc1tanya. apakah bcnar sumbcr daya manu ~ia mert:ka lemah·; Kalau ikan bisa Jiekspor dan diterima oleh negara lain, apakah benar nelayan kita ada di hawah standar? Anggapan-anggapan yang meremehkan in1lgldang mcnyakitkan hali para nelayan. Bolch saja pcndidikan mcreka tidak lin&,ti, bahkan tanpa pendidikan fom1al di sekolah. tempi dalam praktik di Japangan mereka nom or satu (Andreas Maryoto: 2005)
4.2. Potret Buram Nelayan Kita
11111
~0 /Pada lahun 1996 pemerintah telah mencanangk an sehaga i ·n1hun Bahari.
Membicarakan tentang nelayan se11a hahmi tentunya tidak tcrlcpa~ dari apayang discbut laut.
I ,aut mcrupakan gudang k<;kayaan di mana ne layan setiap saat selalu mel"liadikan ajang bumannya.
Laul berperan sebagai sumber pemenuhan kebutuhnn dasar manusia H..:rulama pang an. Pada sisi lain, I aut mempakan bagian n1anghiuup bangsa yang berperan sehagai sum her e11ergi, media penghubung, mediakcgiatan industri dan medan pertahanan kcamanan. /
Tctapi pcrnahkah Anda bayangkan bempa luas laut Indonesia'? Ternyata mencapai 5.R juta kilometer persegi dengan panjang garis pantai selumhnya 80.790 kilometer atau sckitar 14 perscn pru~jang gar is pantai dunia. Dari st'j umlah kekayaan yang ada. potensi sum her daya ikan di !aut terse hut di perkimkan mencapai 6, 7 j uta ton per tahun. J urn lab ilu Lerbagi di perairan indonesia sckitar 4.4
.i
uta ton dan di JX-Tainm Zone Ekonomi Eksklusiflndonesia (l.F.H} sekitar2,3 juta ton per tahun. ~ J
l
i
:J
Sclain itu. juga tcrdapat pcrdinm k;.u-dllg y~g: luasnya mencapai 6.800 kilometer persegi atau kalau dihitung pnnjangnya 17.500 kilometer. Di da1run terumbu kanm.g hid up lebih ku1a.ng 263 jenis ikan !aut. Ekosistcm ini rm:mang merupakan kawasan perikanan yang suhur. Indonesia juga mcmiliki kawac;an seagra,.s,jenis ekosistem pcrairan lainnya yang cukup penting untuk tempat mencari makan binatang I aut seperli penyu. Tercatat tidak kurang dmi 12 jcnis padang seagrass di negara kita. Di negara kita pun dari scpanjang pantai lersebut di atas, terhentang hutan hakau yang luasnya mcncapai 4,29 jula hektare. Lahan hutan hakau ini ~ngat potcnsial untuk usaha pertambakan. I3ahkan s~uas ~0.925 hcktarc liiul ClLkup polensial untuk usaha hudidaya ikan di lautan (mariku!Jur).
Dari segudang potensi perikanan terse but di atas, sayangnya tingkat pemantaatannya masih kecil. Potensi di perairan N usantara tcmyata baru termanfaatkan sekitar
50
perscn dan di laut ZEEI baru :sc::kilar 2 7 persen. Sedang tingkat pemantaatru1lahantamb<ik sampai saat ini baru sekitar 37 persen. hahkan untuk tingkat p~manlaatan budidaya !aut kondisinya masih bersitat rintisan. Pcr::;oalan kemudian muncul. Potensi besar kclautan kila Lernyata kurang mendapat perhatianmemadai. padaakhimya bchun rncmberikan kontribusi yangcukup bcrartLBahkan s~jak pcmcrintah mcncanangkan P.l PI , subscktor pcrik.anan terus tt:rtinggal pada seluruh sekior ekonomi. Dari golongan petani, setidaknya kawn nelayan lah yang hi dupnya paling menderita. ·lak mcnghcrankan jika ada pcrkataan sum bang yang menyebutkan kondisi nelayan kita saat ini ibarat · 'telur di ujung tanduk" .
Penyediaan alokasi krcdit pcrbankan nasional k.cpailit seklor perikanan dan nelayan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Perhankan di11i lai ma<;ih takut memberikan pembiayaan kc pcngusaha di scktor ini mayoritas masih bdum bankable alau layak menerima pjnjaman. Persentac:;e pembiayaan ke sektor ini di masa lalu hanya mencapai 0,02 pcrscn. Pcrbankan kita ini kalau mcmbiayai krcdit untuk scktor usaha kccil yang riil susah seka\Lturunnya. Tapi kalau memberikan kredit ke pengusaha besar begitu mudahnya dibetikan. U paya mcngatasi kmdala perkreditan diantamnya ditcmpuh dcngan mcrnodcrnisasi teknologi j5enangkapan dan pengolahan sampai pemasaran produk. Kesenjangan itu hisa diperkecil dengan mcmasukkan lcknologi pad a mereka agar profitnya bisa mcningkat ( Rokh min: 2004)
Mcngapa kontribusi bidang kclautan masih dcmikian kt'-t'iL padahal sebagian besar
\Vila yah kita adalah lautan? Jawabannya tentu karena selama itu pemhangumm k ita lebih banyak diarahkan kc darata n, schingga kclautan kumng banyak tersentuh.llampir semua kebutuhan
pangan kita herasal dari daratan, padahal kalau kit.a kaj i lahfln daratan scmakin hari tcn.1s mcnycm pit karcna tcrscrct olch p<..'tn ukiman Jan induslri. Di sisi lain j umlah penduduk negara kita semakin bertamhah banyak.
Di balik r,Jc.ningkatnyajumlah hasil tangkapan temyata pada beberapa tempat stok sumber daya lautjumlahnya terns berkurang. Tni d it.andai dengan bcrangsur-angsur tingkat
pcndapatan ndayan tradisional rncnurun. Kes~jangan sosial ekonomi di kalangan ma<;yarakat nelayan semakin melebardan kemiskinan menjadi tak terhindarkan. Dari pcnditian terbalas yang dilakukan Bagong Suyanto ( 1 993) d i daerah Pantura':" ditemukan bahwa sejak te1j adi
penetr.:tSi teknologi peri.kanan, kehidupan nelayan m e1~adi terbelah. Sn1di tcr.:;cbut menyebulkan
hahwa sebagi(ln bcsar (69,2 pcrscn) nclayan ylllg memiliki modal c ukup. dengan kehadiran leknologj peri.kanan telah membuat kg,ndisi ekonnm inya bergunbah baik dan h.anx_a 5,1 pe~ en
yang mengaku kondisi ekonominya bcrtarnbah buruk.
Sedangkan bagi nelayan tradisional yang tidak mnmpu membcli alat Langkap modem
hanya 18 persen yang menye hurkan kondisi ckonorni.nya membaik dan mencapai 57 A persen
dari rcspondcn yangmenyalakan kondisinyajustru semakin huruk sejak kchadiran leknologi
peri.kanan. Hal ini menw1jukkan hah\\.-a bagi nclayan mcx.km. ml.lJ}(;u1nya modemisa<;i petikanan
telah m c i~ jadikan bcrkah tcrscndiri sedang bagi nelayan trad.isional tampaknya hams rncrnbayar lcrlalu mahal harga sebuah kemajuan teknologi. L>a lam arti rm:reka lidak bisa ikut menikmat1 kemudahan dan sumbangan k crn~juan.
/~
Terpuruknya kondisl nelayan tradisionnl scpcrti di atas, lenlunya tidak terlepa'> da ti
Pcrcul yang mcnunj ukkan bahwa pada umumnya nclayan berada dan menjadi penghuni desa pantai. Pendidikan formal yang diterima masyarakat desa pantai secara umum jauh lebih rendah daripada non-pantai lainnya. Sarana sosial ckonomi yang tersedia seperti sarana pcndidikan, kesehatan dan sa.rana perhuhungan serta komunika<;i, umumnyamasih sru1gat rcndah. Pcnycbaran pcnduduk tidak me rata dan scbagian bcsar tcrkoru)entrasi di daerah pantai yang landai dan
~J
daerah muara sungai, maka daerah pantai terlihat sebagai daerah kumuh. '%.
=
Ocngan dcmikian scbcnarnya kcadaan sosial ekonomi masyarakat pantai boleh dikatakan belum menunjukkan adanya keterlibata.n mereka dalam kancah pcmbangunan. tcrutama pcmbangunan dl'ngan pola padat modal dan yang mempergunakan teknologi maju. Masyarakat pantai tampak merupakan enclave dalam kctcrbclakangan dan kemiskinan. Keadaan in.i sudah barang tcntu mcnjadi sualu mata rantai yang tRla.k ada putusnya dan wajah nelayan kita terus memprihatinkan. ~Dari gambar.m yang diuraikan, kila Sl~tidaknya m~mperol~h sualu pertanyaan. Apakah dengan adanya gejala overfishing di heherapa daerah serta kemiskinan nelayan yang
berkepanjangan. bukan berarti mcmmj ukkan adanya suatu ketimpangan dalam pengelolaan
sumber daya kelautan'?
Di satu pihak data stalislik menunjukkan tingkat pemanfaatan potensi sumber daya
ikan masih sa.ngat rendah, tetapi gejalaoverfishing muncul di bcrbagai dacrah dan kcmiskinan
menjadi bagian yang tak lerpisahkan dari kehidupan nelayan. M asalah ini mestinya perlu
mendapat perhatian yang lebih seksama sebab pada hakikatnya mcngandung risiko yang :smtgal
linggL baik bagi kelangsungan kegiatan usaha perikanan itu sendiri ma upun hagi masa depan
bangsa. Tetapi tenrunya semua iru akan berpulang pada apa pun program yang kila canangkan
untuk memp~rbai K:i nasib nelayan, ti iJa~ akan membawa lla~ il optimal apahilar fgiditas yang
melilit ladang w;aha mereka tidak segera dibenahi. ~
e;\;.
4.3. Problema Kemiskinan Nelayan "" ..,
Separo darij umlah pendudu k ~ kin·' di Indonesia !J..(ialah mereka yang hid.11pdi pcsisir.
yakni nclayan dan kelnarganya. Kemiskinan masyarakat pcsisir bersilat multidimensi. akihat
tidak.lt!rpenuhinya hak -hak dasar mereka. antara lain keburuhan pangan, kesehatan, pcndidikan.
pekedaan. dan infrastruktur. Padahal Indonesia memiliki sckitar 17.506 pulaudengan luas ]aut
5J~ juta km2 dan mcmiliki pol~n si lestari s umber daya perikanan sehesar 62 juta ton per
tahun. Cukup kaya dan mel impah. Ironisnya. pembangunan pcrikanan dan kdautan bel urn
menjadi platform utama pcmcrintah. lni lerbukti. kehidupan nelayan masih t.erbelcnggu
kemiskinan. bahkan cendenmg terpinggirkan.
K urangnya kcscmpatan bcrusaha, kurangnya akses terhadap infonnac;i, t.eknologi dan
pcrmodalan. scrta budaya dan gaya hidup yang ccndcnmg boros. menyebabkan posisi tawar mac;yarakat miskin pesisir semakin lemah. Pada saat yang sama. kehijakan pemerintah selama ini dinilai kurang bcrpihak. kcpada masyarakat pesisir sebagai salah .satu pemangku kepentingan
(stakeholder) di wilayah pe::;isir. ___,..____
__...,.__
Komunitas masyarakal pcsisir yang St'bagian besar berprotesi sebagai nelayan herheda
dengan karak t eri~Lik mac;;yarakat agraris yang petani. Karakteri~tik masyarakat ntlayan tcrbcntuk ffil ~ ngikuti sifal dinamis sumberdaya yang f.}igarapnya, sehingga resiko usaha yang tingg1
menyehahkan masyarakat nelayan cenderung memiliki karaktcr khas, yakni keras. tegas,
Ll'rbuka. hidup sanlai dan t:epal puas. konsumtifdan tidak berorientasi ke depan. ~ \
Posis1 tingkat sosial mac;yarakat inilah yang ccndcrung mcncmpatkan nelayan ber.ida dalam lingkaran garis kemiskinan baik sec<:ir.:t struktural maupW1 kuTtura\ yang mengantarkannya menjadi komunitaq masyarakat terpinggirkan dalmn proses pcrnbangunan masa lalu. Sebagai suatu kcgiatan usaha yang rnemiliki resiko dan ketidakpastian. telah menciptakan hubungan khas patron-klien padakomun1tas nelayan.j-lubungan yang didaS<.[kan pada
emotionll/Ji-iend-ship dan instrumenlal.fi · i~mhh ip ini tclah mengakar hingga beberapa genernsi nelayan
diberbagai v.ilayah pesisir. 1\kibatnya, nelayan cendenmg dihadapkan pada sejumlah masalah yang tidak pemnh tuntas~ scpcrti pdunasan kredil yang tidak pemah berakhir dan harga ikan yang lt::bi h r~:ndah dari harga pasar. P ada akh1 my a. proses .. pcngawctan ., kcmiskinan pad a
ma~yarakat nelayan terus berlanjur (Kusdiantoro:200 1 ).
4.3.1. Faktor natural
/
?
I
K(;rniskinan karena faktor alarn dan lingkungan (natural) discbabk~m degradasi !aut
Contoh nyata adalah nelayan pantura Jawa di zone 1-tepi panlai hingga 4 mil ke ]aut-sudah ovcrfishing sc:jak tahun 1986. Kondisi sempa te1jadi di pelabuhan perikanan t.erhesar di Indonesia yakni Ragansiapi-api sejak awall990-an. Overfishingjuga teljadi di sekitar Makassar dan Sdat Bali dengan mcnurunnyajcnis tangkapan tcrtcnm. scpc11i lcmum dan ikan tcrbang 2
•
4.3.2. Faktorslruktnr.al
/j-"'r
Kcmisk.inan stmktural merupakan dampak kebijakan peme1i ntah yang tidak kondw;if terhadap nelayan dan masyarakat pesisir Lerhad.ap akses ekonomi produkli t'berupa permodalan. tcknologi (pe.rumgkapan, pengolahan, dan sebagainya). infrastruktilr, akses pn&'lr, dan infonnasi (Jokasi penangkapan ikan, siluasi harga, dan seb<t-gainya).
'
4.3.3. Faktor kultur.tl
--
--
--
--Faktor tcrakhir adalah kcmiskinan kultural karcna budaya masyarakat ndayan dan pesisir yang bel urn mampu menyesuaikan diri dengan pola ekonom i pasar. Kemungk1nan, masyarakat tipc ini sccara psikologis tcrtckan kchidupan di laul k bih keras dari bertani
sehingga mereka cenderung memerl ukan stress relea<;e. l Jpaya melepas stress ini m uncul dalmn pola kehidupan yang boros saat mendapat pcnghasilan lcbih. Akhimya mereka terlibal utang
kepada tengkulak atau j uragan kapal.
!)
Kemiskinan kultuml inijugaberdampak pada sulittiyanclayan rncnerirnainovasi. Semis(IL pada tahun 1970-an sempal diperkenalkan es batu untuk mengawetkan tangkapan di atas kapal. Tetapi upaya ini tidak serta-merta diterima karena nclayan mcrasa rugi rrtl'mbuang uflg LUltuk rncmbdi cs yang c.air di alas kapal. Setdah boks styrofoam diperken.alkan untuk mt.'11yimpan es agar lebih tahan lama barulah hudaya es ini diterima nela}1m.
Dari kctiga faktor kcmiskinan. persoa lan struktural rnenjadi kunci pem1asalahan.
Sebabnya, tidak ada sense of empathy dan urgensi dmi hirokmsi. tidak ada pcngalarnan nyata
birokrasi pun ma:sih harus bcrgdut untuk mcmcnuhi kebutuhan hidup. Tetapi dalam penelitian ini a"pek kultural Jehih ditekankan sesuai dengan potrer kemiskinan nelayan di lokasi penelitian yang mcngungkapkan La tar bdakang sosial budaya yang menyebabkan tetjadinya kemiskinan pada nelayan di Ragan Percut Kahupaten Deli Serdang.
4.4. Membangkitkan F:konomi Nclayan
/t?'
Nelayan mempunyai peran yang sangat substantial dalam memodemisasi kehidupan
mnnusia. Mereka tennasuk agent of development yang paling Tl~aktiflerhad ap perubahan lingkungan. Sifatnya yang lebih terbuka dibanding kelompok masy<lrak<lt yang hidup di pedalaman, me1~adi stimulfltonmtuk mcncrima pcrkl:mbangan peradahan yang lebih modem. Dalam konteks yang demikian timbul sebuah stereotifyang positiftcntang idcntitas nelayan khusmnyadan masyarakat. pesisir pada mnumnya. Mcrebi dinilai lebih tahan terhadap cobaan hidup dan toleran terhadap perbedaan. Omhak hesar dan terpaan angin taut yang ganas memherikan pengaruh terhadap mcntalitas mcrcka. Di masa lalu. ketika teknologi komunikasi bel urn rnencapai kemajuanseperti sekarang, pembahan-pcmbahan bcsar yang teljadi pada ma<>yarakat pedesaan ( daratan) ditcntukan olch intcnsitas komunikasi yang herha'>il
d. l\\ ·1 ~JU . dk ·an rnasyar at ak pe d esaan (Jengan ) para ne 1 ayan. _ ~)
l.>=
.... :: ~J
Dalam perkembangan,justru ma'>yarakat nelayan bdum nu..:nunjukkan kemajuan yang berarti dibandingkan kclompok masyarakat lainnya. Keberadaan mereka sebagai agcn
perubahan sosial tern}ata tidak ditunjukkan secam positifdcngankehidupan ekonominya.
Hasi I studi yang saya lakukan di Bagan Pcr(.;ut Kabupal~n Ddi S~n.lang mt'nunjukk.an rata-rata pendapatan nunah tangga nelayan hagaikan omhak yang tid.ak mempunyai kepastian,
kadangkala li.nggi t.api kadangkala juga minim, artinya masih di bawah upah minimwn regional
yangditetapkan pemerintah. Keadaan ini diperhumk lagi dengan budaya konsumtifmcrcka
yang linggi s~hingga bt'lapa bt'sar st'kalipun pendapatan mereka tetap kekuranganjuga.
Halini perlu menjadi perhatian mengingat ada keterkaitan crat a.ntara kcmiskinan dan
pengdolaan wilayah pesisir. T~ kanan l~rhadap sumber daya pesisir sering diperherat oleh
t.ingginyaangka kemiskinan di \'v;layah tersebut. Kcm.iskinan scring pulamcqjadilingk.ardil k.art'na
pcnduduk yang miskin st'ring menjadi sebab rusa knya lingkunganpes isir, namun penduduk
miskin pula yang akan menanggung dampak dari kerusakan lingktmgan. LA--ngan k.ondisi lt'r.;ebut.
lidak mcngh~mn K:ill. jika praklik. perikanan yang mcrusak masih sering te~adi di Wilayah pesisir.
Masalah kemiskinan kembali mencuat scbagai pcrsoalan SLTius yang harus segera
ditangani pcrncrintah k<..~tika klisis ekonomi mda nd ~ perekonomian na<;ionalmulai akhir tahun
1998. Krisis yang b_ampir mem hang k!}l~ an ban gsa dan neg ~ Indonesia tdah _ !! l ~ .nin gkatkan
jumlah pcnduduk miskin kcrnbali kt' tahun sebelum 1990. Meningkatnya jumlah tenaga kcr:ja
Indonesia i legal yang mencati peke1jaan d i negam jiran Ntalaysia adalah bukti konkret akan
rendahnya harapan bagi masyarakat pcdcsaan. lerutama yang kurang herpendidikan untuk
menggantlU1gkan kehidupannya dengan mengadu nasib sebagai masyarakat urban dan suburban
dilndonesia.
~~T~
~l(~
~~(f
~\
Si:.cara ga~is bt'sar ada dua cam memandang kemiskinan. Sebagian orang bc~nda paL
kemiskinan adalah suatu proses. sedangkan scbagian lagi m~mmdang kemisk.inan sehagai suatu
akibat alau Jcnom~nadalam masyarakat. Sebagai suatu proses, ketniskinan mcnccnninkan
kegagalan suatu sistem masyarakat dalam mcngaloka:sikan sumber daya dan dana secm·a adil
kl:carnatan dacrah pantai yang terse bar di bcbcrdpa provinsi dik.ctahui. ndayan yang miskin
umumnya helum hanyak tersentuh teknologi modem, kualitac; sumherdaya manusia rendah
J an tingkat produktivitas hasil tangk.apaiiDy<:tjuga sangal renJah.
F aktor utama hukan karena kekuatan modal untuk mengakses tek nologi, namun tcmy-ata
kbih ban yak discbabkan olch kurangnya akti vitas pt::nyuluhan atau leknologi dan rendahnya
lemhaga penyedia teknologi. Yang menarik dari ha'\il penelitian merekll adalah ditcmuk.annya
kord a.si posi tif anlant tingk.al kemiskinan dengan perk em bangan sistem ijon. fenomena sosial
hudaya ini amat ketara sekali d i Desa Ragan Percut di mana para nclayan miskin Lummmya,
kchidupan ckonorni rm.:rl'ka ~ga l tl'Tgantung kepada para pemilik modaL yaitu pemilik perahu
atau alat tangkap serta jumgan yang siap menyediakan kepcrluan pcrahu untuk bcrlayar.
J
Indikator ini memang tiJak selalus amadi setiap daerah Karena seperti di Pekalongan
misalnya. hanyakjuragan kapal yang mengeluh dengan sikap anak huah k.apal (ndayan) yang
ccndcmng tcrlalu ban yak ml.:nuntut schinggaketmlungan juragan kapal menjadi terhatas. Namun sccara tumun terbata.;;nya kemampuan nelayf!ll dalam mengembang!gl.n kcmampuan ekonominya karena ne layan scpcrti ini tclah t c~jcrat olch utang yang dipinjam dari para j uragan. Mereka biasanya mcmbayar utang terse but dengan ikan hac;il tangkapannya yang harganya Jitel.apkan
menurut selera parajuragan. Hisa dibayangkan apa yang akan diterima para nelayan dengan
sislem yang demik1an, sehingga sangatlah wajar ji ka kemisl<inan mcqjadi bagian yang akra.b
dalam kehidupan mereka.
~1
Ada hal yang berbeda keLika kita berbicara tentang ekonom i nelayan dan ckonomi
petani. Di kalangan petani, pemasaran ha'iil metUpakrut second generation problemyangsulit
scka1i dicarikan pcrm .. 'Ccthannnya. Sedangkan di kalangan nelayan, pemac;aran bukanlah pcrsoalan
serius yang memhuat merekajaruh misk in. Di Dcsa Bagan Pt:rcullerdapat tcmpat pelelangan
nelayan berhadapan d~ngan ban yak pedagang per dillard s~hingga ndayan yang menj ual h~i I
ikrumya di ·1 'PI umumnya akan mendapat harga yang rendah. HaJ inilah ycmg mendorong pma
nelayan menjual hasilnya di luar TPI. Walaupun harga ikan yang merekajual di bawah harga TPl dan scringkali hanya bisa untuk menutup biaya operasi menangkap ikan di iaut lcpas.
namun dengan menjual ikan di luar TPI mereka akan memperoleh '·taba" lain yaitu kemudahan
•·memiqjmn" mmg tanpa agunan ataupunjamimm apa pun.
iJ
Kondisi ini seringkali menimpa para nelayan kecil di Desa Bagan Percut yang
mcmbunthkrul dana scgar scscgcra mtmgkin untuk mcnutup biaya kdlidup;m c::konomi mereka.
Pemerintah lampaknya perlu mendorong sektor perbankan untuk memhuka kantor ka~ny a di
setiap TPI yang bisa mcngatasi kcsulita.n para nclayan. 'krmasuk ii.mgsi perbankan Jisini adalah
menyediakan
dana
yang diperlukan ncla:r'in untuk berlayar. Sayangnya dengan kondisi kehidupannelayan yang pas-pasan. tam paknya sanga.t su lit bagi pcrbankantmluk menjalankan fungsi
~~\~?
l~rsebul lanpa adanya agunan yang memadai dari para nelayan. """
Di sini bib1.9imungkinkan peQ}qinta.h bisa mcnyc<!i4an dana kh~us se.Qagai j:.uninan
k~pada p~r bankan untuk menyalurkan dananya kepada nelayan. Kalaupun perbankan tidak
mampu memenuhi peran tersebut. pemerintah bisa mcncmpatkan dananya sebagai penyenaan
modal kcpada KUD-KUD p~ng elola TPI. iv1emang.. nada miring ten tang K { Jf) seringkali k.ita
dengar sehingga pemetintah pun cendenmg berhati-hati bila inginmemberdayakan KUD. Namun,
pcnda.pa.t ini !idak bisa digenemli:sasi secard membabi buta karena rna."iih cukup hanyak pengun.1s KUD yang mempunyai hati nurani. Tidak ada salahnya. mulai sckarang pcmerintah mem:oba
mengaloka~i kan dana tuuuk diarnhkan kcpada pcnyooiaan modal bagi nelayan. Dengan demikian
misalokasi anggaran diharapkan tidak akan banyak terjadi, karcna dcngan rncmbcrdayakan
4.5. AltcrnatifSolusi
Scbcnarnya cukup banyak kebijakan pemerintah untuk mcnycJcsaikan masalah kcmiskinan nclayan.llanya ~ja, hingga kini masalah kcmiskinan ndayan bdtrrnjuga tt"I"Selesaikan. Walauptm pernerintah mdalui ~mt'n Kdaulan dan Periktman(DKP) mengeluarkan beberapa kebij akan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, namun kenyataannyn helwn memberikan hasil yang optimal. Penyehabnya keseriuc;an pemimpin nasional dcm instansi terkait untuk mendukung kehijakan dimaksud_relalif masih rendah. Kctcrtinggalan pcmbangunan bidang kelautan sangat berkaitan dengan ken1iskinan yang melanda pru-a nelayan. ~ ll-~ -~.P,.
Pada umm1mya kchidupan nclayan masih ketinggalan dari petani. Pddahallahan mereka berada di !aut yang ban yak mengandung potensi ekonomi . Ri Ia k ita renungkanlcbih dalam. terlihat ada hubung;m ynng sating mcmpcngamhi an tara t~rt inggalnya kehidupan nelayan dan
miskirmya pcrhatian kita ke Laut. Lambannya pertumhuhan induc;ni kelautan dengan miskllmya
ki1a ke I aut. l.arnbannya pcrtumbuhan pcmbangunan kdautan lebih discbabkan miskinnya pt'rhalian masyarakat kc I aut. I3esar kecilnya perhatian ke I aut san gat berhu bungan dcngan
cara pandang mao;yarakat tenumg I aut.
Apabita !aut dipandang sebagai tempat pembuangan sampah, maka sampahlah yang hakal diherikan ke }aut. Jika I aut dipandang scbagai naga bcsar
yang
siap memangsa tentunyarna~yarakat ak<.m lakut untuk terjun ke laut. Lalu bagaimana seharusnya bangsa Indonesia memandang !aut Indonesia? Laut hendaknya dipandcmg schagai gu<.lang lerbesar yang menyi rnpan bcmncka bahan baku industri dan energi.
13crbagai
upaya
W1tuk penanggulangan kemisk inan telah banyak di lakukan pemerintah. narnun un1umnya masih bcrsifat parsial dan tidak tt'rpadu. Akibatnya. angka kemiskinan belumdapal diturunkan secara signifikan. Pemerintah memang te•us bcrupaya mcmpc"'Tbaiki tardl"hidup
dan kesejahteman mereka. Program kelja yang menjadi prioritas. an lara lain promosi i.nvest.a.si,
pcngcmbangan konsultan keuangan atau pendamping usaha mikro, keciL dan menengah
{UMKM), pengembangan skim modal kelja. penyusunan pola kemitraan usaha pengolahan
dan pcmasaran. pcrintis<m dan akselerasi usaha pengolahan dan pemasaran perikanan di daerah
terpencil. Prioritas lainnyaadalah pengembangan sentrJ. pengolahan tradisional berstandarekspor.
pcrbaikan sistcm pcmasaran ikan dalam negeri (pelelangan dan sistcm dcpo). pcnanganan
hambatan ekspor dan pengendalian impor hasil perikanan. serta ham\Onisasi peraturan
pcrdagangan dcngan ncga.ra mitra. NEe~...
&
NEe~~4S
NEe~~Pada peri ode 1945-1980, kegiatan usaha t;erikanan mengalam\ J.ahaphooming. Periode
ini ditandai dcngan mcningkatnya permintaan tcrhadap ikan sci ring mcmbaiknya kondisi
perekonomian. f c ~ jadinya revolusi u sa ha penangkapan ik'an herlangsung se1ring dengan
bcrkcmbru1gnya scrat si..ntctis, pcnggunaan alat clcktronik (fishjimlet: sonar) dan berbagai alat
mekanik penangkapan (powerblock. winch); m eningkatnya teknik pengolahan (segar, heku
dan pengalengan >;.flan berkembangnyajekn.is pcngcma sru ~~ rta tck.nik transp o.r~ si.
R~ volusi alal tangkap lersehul telah mcndorong penggunaan alar tangkap lrmd dan
pur.<te sl!ine yang herakibat pada meningkatnya aktivitas pcnangkapan sccara c~pal. Kondisi
tcrs~.:but buk;:m tanpa akibat, penunman calch per unit effort (CPOE) serta teljadinya konflik
nelayan trm-d dengan nelayan tradisi<i'mal mulai tampak. Kondisi itulah yang mendorong
pcmcrintah mcngcluarkan larangan p~nggunaan alat tangkap frctli·-1 melalui Keppres. No. 19
tahun 1980. a
J
\ ?t!:c/
? aJ
? c</
Revolusi alat tangk.ap tclah mendorong h·giatan usaha penangkapan ikan sebagai
primadona saat itu. Meningkatnya kontrihusi produksi perikanan tangkap tcrhadap de visa,
POB nasional. konsumsi ikan nasionaJ, lapangan kelja. investasi. dan regulasi hampir mewamai
len.aga kc~ a, struk lur sarana dan prasana scrta pcndapatan ncgara buk.an ~jak ma!iih didominasi sub sektorperikanan tangkap. Sehingga pada tahun 2000o keheradn.an sub sektor perikanan tangkap mulai m~.:ndapal perh.atian st.Tius dari ~takehvlders perikanan. I lal itu ditandai dengan upaya pengendalian perikanan tangkap seiling menunmnya jumlah basil tangkapan akibat over
[i~hing pada bcbcrapa wilayah pcnangkapan. ~,
Sehenamya menurut Satria (2002), keheradaan ne1ayan digolongknn met~jadi 4 ti.ngkatan
dilihal dari kapasilas l~knologi (alallangkap dan am1ada). orientasi pasar dan karakteristik
pasar. Keempat kelompok tersebm. antara lain nclayan tradisional (pe a~tml :/isher) yang
bcroricntasi pada pemenuhan k.t·butuhan sendiri:
qost
peasant:lisher atau nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju, scpc1ti motor tern pel alau kapal motor; commercialjisher a tau ndayan yat'ig 1dah berorientasi pada peningkatan keuntungan. dan industria4fisher yang merniJiki heherapa ciri, sepetti tcrorganisasi. pacta rno<.lal, pendapatan lcbih tinggi, dan bcroricntasi ckspor.Pada umumnya kondisi nelayan
<!i
_Bagan Percut adalah tcrmasuk kategori ndayan tradisional yang bcroricntasi pada pcmcnuhan kebutuhan hidup walaupun ada juga nelayanyang rnenggunak.analat tangkapyang lebih maju. Namun mereka bcrada pada gariskemiskinan
dengan 95 persen di antaranya didominasi nclayan dengan sarana perahu tanpa motor di hawah
l 0 gro.B t<mage (GT). ~
Dari sisi lain, tetjadinya kemiskinan pad a masyarakal nelayan lebih disehabkan karena faktor strukturctl dan kultuml. Faktor kultural dicirikan dengan keterhatasan modal dan tcknologi, gaya hid up toya-foya. manajemen huruk. dm)-terbatasnya sumbcrdaya a! am. Sedangkarrsecara struktural, kcmiskinan lcbih disebabkan pengaruh ekstemal seperti tergusur dalam proses pembangunan, keterhatasan akses terhadap modaL implcmmtasi kebijakan pemerintah yang
partisipasi nelayan selempal, rendalmya posisi lawar dalam proses pcmasaran, kctcrbatasan
sarana dan prnsana pendukung. dan rendahnya penanganan ha<>i I tangkapan.
Realitas ini bukan memmjukkan bahwa ndayan Lidak benninalLmluk m~j L" lelapi ndayan
tidak mcmiliki kesempatan untuk maju. Namun bukan pula berarti hahwa pemerintah tidak
memiliki perhatiandalarn membangun kcscjahlerdall ndayan, letapi hambatan budaya S(Ulgatlah
mengikat nelayan sehingga sukarmeningkatkan d irinya untuk maju. Kedua taktortersebutlah
yang selama ini mendorong ter ciptany<o~ proses "pengawetan" kemiskinan pada masyarakat
ncJayan. dan keberadaan masyarakat nelayan selalu tembaikan dalam proses pcmhangunan
nasional. meskipun keberadaan sub seklor ini tdah menjadi "primadona" dalam pembangrn;tan
perikanan nasional.
c)
c)
'•
Beberapa langkah pen ling
yan