v
ABSTRACT
Perfume or fragrance is something that is very close to our daily lives. The application is varied and is connected to its function which is not only to create nicer aroma but for something more specific. The function of perfume has also shifted; perfume used to only be used by royalties and for important ceremonies, but now common people use it regardless of the situations. Indonesia is well-known to have a large potential for the commodity of fragrances from the plants; unfortunately, people do not pay attention to get the most of it. As a result of the lack of understanding of the potentials, public do not give enough appreciation to fragrances so that there are very few facilities which provide information and knowledge about perfumery.
An interactive museum with communicative, educative and recreation elements in it may be a good choice for educational and recreational purposes. The
theme “Get in Touch with Scent” is applied as a “wrapping” of the perfume
storyline concept. It is intended to communicate the origins and characteristics of perfume so that it may be more familiar in public’s eyes through the story or the broadening of its function.
vi
ABSTRAK
Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, hal ini terkait dengan fungsi parfum yang memang tak hanya diciptakan untuk membuat aroma lebih sedap, tapi untuk tujuan spesifik. Pergeseran fungsi parfum pun yang tadinya hanya dapat dipakai oleh kaum kerajaan dan untuk upacara penting, saat ini dapat dipakai oleh siapa saja dan tidak terkait dengan situasi apapun. Indonesia terkenal akan potensi komoditas wewangian dari tumbuhannya, sayangnya belum ada perhatian khusus dan dimaksimalkan. Akibat kurang memahami maksud dari potensi tersebut, bentuk apresiasi terhadap wewangian oleh masyarakat dirasa kurang, sehingga sedikit sekali fasilitas yang menyediakan dan memberi informasi serta pengetahuan tentang parfum.
Museum interaktif yang terkandung unsur komunikatif, edukatif, dan rekreatif dapat menjadi pilihan selain sebagai tempat edukasi, juga sekaligus mendapat manfaat wisata. Tema “Get in Touch with Scent” diaplikasikan sebagai “pembungkus” dari konsep storyline parfum, dengan cara mengkomunikasikan
asal-usul dan karakter parfum agar menjadi lebih familiar di kalangan masyarakat melalui cerita dibalik terciptanya atau perluasan fungsinya.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS PRIBADI ... ii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
2.1.6 Elemen Desain Interior Pada Museum ... 19
2.1.7 Akses Publik Museum ... 21
2.2 Parfum ... .28
2.2.1 Pengertian Parfum dan Asal-Usulnya ... 28
2.2.2 Perkembangan Parfum ... .29
2.2.3 Kategori Aroma Dasar Parfum (Notes) ... 34
viii
2.2.5 Teknik Pembuatan Parfum ... .42
2.2.6 Komposisi Parfum dan Perbedaannya ... .47
2.2.7 Manfaat Parfum dan Wewangian Sedap ... .48
2.3 Studi Banding ... 48
2.3.1 Fragrance Museum in Farina House, Köln, Jerman ... 48
2.3.2 “The Art of Scent” di Museum of Art & Design ... 52
2.3.3 C&F Perfumery, Mall Taman Anggrek, Jakarta ... 55
2.3.4 Collector Parfum, Pasir Kaliki, Bandung ... 55
2.4 Standard Teori dan Ergonomi Fasilitas Utama Pada Museum ... 56
2.4.1 Area Pameran dan Display ... 56
2.4.2 Laboratorium ... 65
2.4.3 Auditorium ... 67
2.4.4 Atrium (Lobby) ... 67
BAB III DESKRIPSI OBYEK STUDI ... 70
3.1 Deskripsi Proyek ... 70
3.7 Kebutuhan Ruang User ... 86
3.7.1 Tabel Kebutuhan Ruang ... 86
3.7.2 Hubungan Kedekatan Ruang ... 93
3.7.3 Zoning-Blocking ... 94
3.8 Ide Implementasi Konsep Pada Obyek Studi ... 96
3.8.1 Penjelasan Konsep dan Tema ... 96
3.8.2 Mind Mapping ... 97
3.8.3 Implementasi Konsep dan Tema ... 97
BAB IV PERANCANGAN MUSEUM PARFUM ... 110
4.1 Penerapan Konsep Perancangan ... 110
ix
4.3 Perancangan Area Khusus... 114
4.3.1 Ground Floor ... 114
4.3.2 First Floor ... 129
BAB V PENUTUP ... 132
5.1 Simpulan ... 132
5.2 Saran ... 133
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Fragrance Museum
in Farina House, Köln, Jerman ... 51
Tabel 2.2 Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan “The Art of Scent” di Museum of Art and Design, New York ... 54
Tabel 2.3 Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan C&F Perfumery, Mall Taman Anggrek, Jakarta ... 55
Tabel 2.4 Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Collector Parfum, Pasir Kaliki, Bandung ... 56
Tabel 3.1 Tabel Analisa Site Makro Museum Geologi ... 75
Tabel 3.2 Tabel Analisa Site Mikro Museum Geologi ... 77
Tabel 3.3 Tabel Sarana, Aktivitas, dan Prasarana Museum Parfum ... 81
Tabel 3.4 Tabel Kebutuhan Ruang ... 93
Tabel 3.5 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Ruang ... 98
Tabel 3.6 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Sirkulasi ... 99
Tabel 3.7 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Layout ... 100
Tabel 3.8 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Bentuk dan Pola ... 100
Tabel 3.9 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Warna ... 102
Tabel 3.10 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Pencahayaan ... 103
Tabel 3.11 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Penghawaan ... 104
Tabel 3.12 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Akustik ... 105
Tabel 3.13 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Skala ... 105
Tabel 3.14 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Keamanan ... 106
Tabel 3.15 Tabel Perbandingan Sifat Parfum dengan Konsep Material ... 107
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Menurut Department, Fungsi, dan Pengarahan
Kerja ... 23
Gambar 2.2 Skema Arus dan Sirkulasi Pengunjung didalam Museum ... 25
Gambar 2.3 Skema Arus dan Sirkulasi Koleksi didalam Museum ... 26
Gambar 2.4 Contoh Wayfinding System pada Lift dan Lantai pada Museum ... 27
Gambar 2.5 Contoh Wayfinding System pada Museum ... 27
Gambar 2.6 Contoh Brosur ”The Treacherous Treis” di Museum of Art and Design ... 27
Gambar 2.7 Contoh Story Telling pada Museum ... 28
Gambar 2.8 Storyline Perkembangan Parfum dari Beberapa Masa (Khususnya Eropa) ... 29
Gambar 2.9 Fragrance Wheel ... 34
Gambar 2.10 Diagram Distilasi Parfum ... 42
Gambar 2.11 Tabung Distilasi Parfum ... 43
Gambar 2.12 Teknik Absorbsi ... 44
Gambar 2.13 Proses Absorbsi ... 44
Gambar 2.14 Alat untuk Proses Ekstraksi ... 45
Gambar 2.15 Proses Ekstraksi (Enfleurage) ... 45
Gambar 2.16 Supercritical Extraction ... 46
Gambar 2.17 Proses Headspace ... 47
Gambar 2.18 Replika Penyulingan dan Penyegelan Botol ; Barel Kayu Penyimpanan Parfum ... 49
Gambar 2.19 Beberapa Koleksi Museum Farina ; Presentation Board ; Bel Étage ; Sampel Parfum ... 50
Gambar 2.20 Display Meja Kerja Giovanni Marina ; Ruang Arsip Catatan Museum ; Display Rak Flacon Parfum ... 51
Gambar 2.21 Display Tempat Pengunjung Dapat Mencium 12 Aroma Parfum ; Area Pengunjung Dapat Mencoba Meracik Aroma Parfum ... 52
Gambar 2.22 Cerukan Dimana Aroma Keluar Melalui Sensor ; Slot Kartu ... 53
ix
Gambar 2.23 Lantai Exhibition Berfungsi sebagai Pengenalan Museum dengan
Menggunakan Proyektor ... 53
Gambar 2.24 Retail C&F Perfumery di Mall Taman Anggrek, Jakarta ... 55
Gambar 2.25 Collector Parfum, Pasir Kaliki, Bandung ... 55
Gambar 2.26 Ruang Peragaan dan Pencahayaan yang Baik Berdasarkan Percobaan di Boston ... 57
Gambar 2.27 Jenis Display dengan Lighting Configuration ... 57
Gambar 2.28 Standard Jarak Pandang ... 58
Gambar 2.29 Standard Jarak dan Sudut Pandang Display ... 58
Gambar 2.30 Display Case – Type of Access ... 59
Gambar 2.31 Skema Display Aroma pada Museum of Art and Design, New York ... 60
Gambar 2.32 Skema Standing Diffuser pada Sephora Sensorium, New York ... 61
Gambar 2.33 Mesin Diffuser Parfum (Scentair 5020) ... 61
Gambar 2.34 Sirkulasi Ruang Pameran ... 62
Gambar 2.35 Sirkulasi Horisontal – Jarak Bersih Rentang Tubuh dengan Barang Bawaan ... 63
Gambar 2.36 Ruang Sirkulasi Horisontal – Kepadatan yang Diperbandingkan ... 63
Gambar 2.37 Comfortable Reach di dalam Laboratorium ... 65
Gambar 2.38 Ruang Perawatan Kesehatan – Sarana Pembacaan Hasil Rontgen ; Pertimbangan Kabinet Peralatan ... 66
Gambar 2.39 Standard Jarak Display untuk Pengamat Berkelompok – Tempat Duduk Berselingan ... 67
Gambar 2.40 Standard Area Penerima Tamu ... 68
Gambar 2.41 Standard Tempat Duduk Bangket ... 69
Gambar 2.42 Ruang Duduk di Kursi di Sudut dan Dengan Sirkulasi ... 69
Gambar 3.1 Peta Lokasi Museum Geologi, Bandung ... 71
Gambar 3.2 Struktur Organisasi dalam Museum Parfum ... 82
Gambar 3.3 Flow Activity Pengunjung Berdasarkan Profesi Masing-masing ... 83
ix
Gambar 3.8 Zoning-Blocking Lantai Satu ... 95
Gambar 3.9 Mind Mapping Tema Museum Parfum ... 97
Gambar 3.10 Studi Image Konsep Ruang ... 98
Gambar 3.11 Studi Image Konsep Ruang (Museum Louvre) ... 99
Gambar 3.12 Pola Sirkulasi Linear ... 99
Gambar 3.13 Bentuk Kompleks ... 101
Gambar 3.14 Studi Image Bentukan Ruang ... 101
Gambar 3.15 Skema Warna Emas dan Abu-abu ... 102
Gambar 3.16 Contoh Warna Pencahayaan ... 103
Gambar 3.17 LED Stripe (Selang) ... 103
Gambar 3.18 AC Casette (Sentral) ... 104
Gambar 3.19 Air Freshner ... 104
Gambar 3.20 Contoh Kamera CCTV, Sprinkler, dan Smoke Detector ... 106
Gambar 3.21 Contoh Skema Material dan Warna ... 107
Gambar 3.22 Sketsa Ruang Perfume Making dan Greece Era ... 108
Gambar 4.1 Site Plan ... 111
Gambar 4.10 Egypt Era Display; Raw Material Display; Blow Up Interactive Wall; Blow Up Egypt. Wall ; Egypt. Illustration Wall .. 117
Gambar 4.11 Greek and Roman Era Display ... 118
Gambar 4.12 Ceiling Diffuser & Jangkauan Orang ; Greece Bird Diffuser & Jangkauan Orang ... 119
Gambar 4.13 Renaissance Era – Princess Boudoir (Wardrobe) ... 120
Gambar 4.14 Perfume Making Process Area (Middle Ages) ... 121
ix
Gambar 4.16 Base Perfume Wall Display; Interactive Table; Raw Material Flooring; Wall Perfume Display; Diffuser Shelves; Coffee
Beans Dispenser; Fun Learning Display ... 123
Gambar 4.17 Furniture-furniture pada Base Perfume Display ... 124
Gambar 4.18 Lobby Ceiling Plan ... 125
Gambar 4.19 Lobby Furniture Plan ... 125
Gambar 4.20 Lobby – Tampak Potongan A-A’; Tampak Potongan B-B’ ... 126
Gambar 4.21 Lobby ... 126
Gambar 4.22 Reception Desk ; Suspended Ring Ceiling; Blow Up; Material ... 127
Gambar 4.23 Furniture-furniture pada Lobby ... 128
Gambar 4.24 Perfume Blending Experience Ceiling Plan ... 129
Gambar 4.25 Perfume Blending Experience Furniture Plan ... 129
Gambar 4.26 Perfume Blending Experience – Tampak Potongan A-A’ ; Tampak Potongan B-B’ ... 130
Gambar 4.27 Education Hall ... 130
Gambar 4.28 Blending Laboratory; Meja Blending; Potongan Meja Blending; Meja Blending untuk Staff & Template Alat ... 131
Gambar 4.29 Furniture-furniture pada Perfume Blending Experience ... 132
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
2
upacara penting, saat ini dapat dipakai oleh siapa saja dan tidak terkait dengan situasi apapun.
Indonesia jugaa terkenal akan potensi komoditas wewangian dari tumbuhannya, sayangnya belum ada perhatian khusus dan dimaksimalkan, terutama dari kalangan masyarakat. Dalam dunia bisnis pun, banyak produk luar negeri seperti beauty and body care yang menggunakan wewangian asli Indonesia. Namun akibat kurang memahami maksud dari potensi tersebut, bentuk apresiasi terhadap wewangian oleh masyarakat dirasa kurang. Padahal, sangat unik bila mengangkat unsur atau seni yang tidak selalu secara visual. Masyarakat hanya mengetahui bahan-bahan alami wewangian atau parfum tersebut hanya melalui kosmetik, parfum, pemakaian salon atau tempat-tempat relaksasi, dan pengharum ruangan. Kurangnya pengetahuan akan manfaat wewangian membuat pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi mood penggunanya, sehingga banyak dari pemakaian parfum yang tidak sesuai dengan karakter pribadi atau kondisi tertentu.
Akibat apresiasi yang kurang, hanya sedikit sekali fasilitas yang menyediakan, menyimpan, dan memberi wawasan kepada masyarakat seputar bahan wewangian di Indonesia. Saat ini, baru ada sebatas fasilitas peracikan parfum pada retail-retail kolektor parfum atau retail khusus penjualan parfum. Sementara itu, fenomena lifestyle masyarakat terutama di perkotaan yang mengharuskan penampilan rapi, bersih dan wangi ketika bekerja, hubungannya dengan prestige dan untuk aromatherapy mendorong bisnis parfum dan sejenisnya bermunculan. Mulai dari modal besar dengan brand atau artis terkemuka, hingga bisnis refill parfum yang kecil.
3
seputar parfum kepada masyarakat dapat menjadi salah satu solusi penyampaian informasi, terutama yang berada di daerah tujuan wisata seperti di kota Bandung.
Museum yang interaktif dapat menjadi pilihan selain sebagai tempat edukasi, juga sekaligus mendapat manfaat wisata. Medium “story telling” dipakai untuk memberi informasi, mengkomunikasikan, mengungkapkan cerita dibalik suatu terciptanya suatu aroma, sehingga makna dan karakter yang terkandung dalam parfum tersampaikan. Terkait dengan lokasinya, museum parfum cocok berada pada cuaca sejuk, tempat wisata, dan daerah strategis seperti di Bandung. Dengan adanya museum parfum, diharapkan dapat membangkitkan kembali pariwisata edukasi seputar parfum kepada masyarakat Indonesia dan dapat menjadi referensi destinasi wisata baru.
Dari beberapa alasan diatas maka penulis mencoba untuk merancang sebuah sarana yang dapat menampung kegiatan dan hal-hal tersebut. Laporan perancangan ini dijadikan sebagai laporan untuk menjelaskan hasil perancangan Museum Parfum.
1.2Ide atau Gagasan Perancangan
Merancang museum parfum berkonsep storyline dengan balutan tema pendekatan terhadap makna parfum, yaitu “Get in Touch with Scent”.
“Get in Touch with Scent” menampilkan sensasi dari pendekatan melalui sifat, karakter, dan makna parfum secara universal melalui parfum atau wewangian yang diciptakan, cerita dibalik terciptanya suatu aroma sehingga dapat mendramatisir suasana dan orang merasa seperti dapat mengingat kembali memori atau mengangkat cerita yang ada. Tema tersebut dihadirkan dengan nuansa casual elegant seperti interior anggun modern yang didominasi oleh
treatment dan teknologi, dibantu dengan peran dari aroma serta kesan yang
4
atau event pameran koleksi parfum, serta retail tempat menjual parfum dan aksesorisnya. Selain itu bermakna edukatif yang memberi pengetahuan seputar sejarah dan segala hal berkaitan dengan dunia parfum, dan rekreatif yang bermakna sebagai obyek wisata bagi para pengunjung yang ingin mencoba sensasi baru dalam museum.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi diatas, rumusan masalah yang penulis buat, yaitu :
1. Bagaimana merancang interior Museum Parfum yang komunikatif, edukatif, dan rekreatif bagi masyarakat?
2. Bagaimana merancang interior Museum Parfum dengan mengusung tema
“Get in Touch with Scent”?
1.4Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini yang penulis harapkan yaitu :
1. Dapat mengetahui bagaimana merancang dan membuat museum parfum yang
komunikatif, edukatif dan rekreatif bagi masyarakat seputar parfum.
2. Dapat menghadirkan tema “Get in Touch with Scent” dalam museum
sehingga dapat mengkomunikasikan makna dari sensasi aroma parfum, makna dibalik bahan dasar suatu aroma sehingga pengunjung atau masyarakat yang datang tak lagi beranggapan “parfum bukan sekadar parfum”.
1.5Manfaat Perancangan
Perancangan kali ini memberikan pengaruh bagi penulis dan pembaca, seperti : 1. Bagi penulis, memberikan kreasi yang tertuang dalam desain yang belum
pernah penulis coba, dengan menggunakan teori dan praktek sebagai referensi yang telah didapat selama di perkuliahan, serta membuka wawasan baru kepada penulis segala hal tentang wewangian dan sejenisnya.
5
karakter dari parfum sebagai “latar” yang memperkuat ciri khas Museum Parfum ini.
1.6Ruang Lingkup Perancangan
Target pasar pada perancangan interior Museum Parfum ini adalah masyarakat umum dengan rentang usia dan gender yang tidak dibatasi. Obyek dari perancangan ini berupa ruang yang mewadahi wangi-wangian dasar parfum, hal-hal yang berkaitan dengan parfum dan kegiatan peracikannya untuk masyarakat. Fasilitas yang akan dirancang adalah sebagai berikut.
1. Fasilitas utama terdiri dari :
Area display utama, berfungsi sebagai tempat display alat-alat pembuatan parfum dari zaman dahulu sampai saat ini, display bahan-bahan pembuatan parfum, display botol-botol parfum bersejarah dan yang terkenal, serta
display foto-foto serta artikel sejarah tentang parfum.
Perfume bottle design display merupakan area dimana para pengunjung
dapat melihat berbagai koleksi botol parfum dari berbagai segmen dan makna dibalik terciptanya.
Area pameran temporer, berfungsi sebagai tempat dimana parfum
berdasarkan merek tertentu dipajang sesuai musimnya atau bahkan jika saat ada launching parfum terbaru, parfum tersebut dapat ikut dipamerkan. Perfume blending experience berfungsi sebagai tempat bagi masyarakat
yang ingin mengetahui bagaimana proses peracikan parfum dan ingin mencoba workshop gratis.
Lobby berfungsi sebagai tempat kumpul utama pengunjung dan merupakan
area ciri khas museum.
Auditorium berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan event dan
6 2. Fasilitas pendukung terdiri dari :
Perfume therapy merupakan tempat bagi pengunjung yang ingin merasakan
terapi menggunakan parfum sesuai dengan pilihan pengunjung dan nikmatnya foot massage setelah berkeliling museum ini.
Café merupakan tempat orang beristirahat dan membeli makan dan
menikmati hidangan lainnya.
Retail merupakan tempat untuk menjual parfum, botol-botol parfum, serta
berbagai aksesorisnya.
Source room merupakan tempat untuk menemukan referensi parfum dan
sejenisnya.
Back office & monitoring room merupakan tempat bagi para karyawan
yang bekerja di museum tersebut untuk melakukan operasional museum sehari-hari.
Toilet difungsikan untuk para pengunjung, staff, dan tamu penting
museum.
Gudang difungsikan sebagai tempat untuk menaruh perlengkapan barang dan persediaan.
Janitor difungsikan sebagai tempat untuk menaruh perlengkapan dan
peralatan untuk membersihkan dan merawat museum.
Ruang staff museum difungsikan untuk para staff yang bertugas hari itu. Ruang pegawai biasa difungsikan untuk para pegawai (office boy / office
girl) yang bertugas hari itu.
1.7Sistematika Penulisan
7 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah mengapa perlu dirancang suatu Museum Parfum, ide atau gagasan perancangan Museum Parfum dengan Tema “Get in Touch with Scent”, rumusan masalah yang menjadi penentuan perancangan museum parfum, tujuan perancangan museum parfum, manfaat perancangan bagi penulis dan masyarakat, kemudian ruang lingkup perancangan tentang ruang-ruang apa saja yang akan dibuat dan sistematika penulisan yang menjadi acuan pembahasan laporan dibuat.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori-teori seputar perancangan museum maupun tentang parfum, seperti pengertian dan asal-usul museum, sejarah museum baik di dunia dan Indonesia, fungsi museum, klasifikasi museum, kegiatan dalam museum, elemen desain interior pada museum, akses publik museum, pengertian dan asal-usul parfum, perkembangan parfum, klasifikasi aroma parfum, bahan baku pembuatan parfum, teknik pembuatan parfum, komposisi parfum, manfaat parfum, survey tentang studi mengenai parfum, studi banding museum parfum, dan standard teori dan ergonomi fasilitas utama pada perancangan museum parfum.
BAB III DESKRIPSI OBYEK STUDI
Bab ini membahas tentang deskripsi proyek Museum Parfum, analisa makro dan mikro site perancangan museum parfum, dan analisa fungsional, identifikasi
user yang akan berada di Museum Parfum, kebutuhan ruang perancangan
museum parfum (tabel kebutuhan ruang dan pembagian sifat ruang, hubungan kedekatan ruang, dan analisa fungsional (sarana dan prasarana museum parfum,
zoning-blocking)), dan ide implementasi konsep, seperti konsep ruang, sirkulasi, layout, bentuk, pola, tekstur, warna, pencahayaan, penghawaan, akustik, skala,
8
BAB IV PERANCANGAN MUSEUM PARFUM
Bab ini membahas tentang penerapan konsep perancangan, baik perancangan
general maupun perancangan area khusus yang lebih spesifik, serta desain yang
menjadi iconic dari setiap ruang.
BAB V PENUTUP
132
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan Perancangan Museum Parfum kali ini, point penting yang dapat diambil ialah bagaimana merancang interior Museum Parfum yang dapat dinikmati semua kalangan dan tepat sasaran dengan memasukan : 1. Unsur komunikatif, yaitu melalui suatu informasi yang penyajiannya
mudah dipahami oleh masyarakat (dengan pola lantai, grafis garis waktu dan orientasi yang jelas, sign system justru hanya menjadi elemen pendukung dari penunjuk arah).
2. Unsur edukatif, yaitu memberikan pengetahuan melalui teknologi
133
3. Unsur rekreatif, yaitu memberikan pengalaman museum berbeda
melalui display-display yang menarik dan fun dengan metode games, kegiatan meracik parfum dengan bahan kimia yang aman, relaxation
café, hingga terapi menggunakan parfum sehingga pengunjung tidak
seperti berkunjung ke museum.
4. Tema “Get in Touch with Scent” sebagai “pembungkus” dari konsep
storyline parfum, dengan cara mengkomunikasikan makna dan
karakter parfum menjadi lebih familiar di kalangan masyarakat melalui cerita dibalik terciptanya atau perluasan fungsinya.
5.2 Saran
134
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Citra. 2010. Perancangan Interior Museum Wine Dengan Tema “Luxurious
Europe”. Program Sarjana. Universitas Kristen Maranatha: Bandung.
Edwards, Michael. 2014. Top 100 Perfume Question. USA : Fragrances of the World. (http://www.fragrancesoftheworld.com/, diunduh29 April 2014 pk. 6.16) Fragrantica. 2014. Noses. USA : San Diego, CA.
(http://www.fragrantica.com/, diunduh 29 April 2014 pk. 6.07)
Fransiska, Priskila. 2012. Perancangan Interior Museum Batik Tulis Gedog Tuban. Program Sarjana. Universitas Kristen Petra: Surabaya.
(http://incuvl.petra.ac.id/, diunduh 29 April 2014 pk. 5.58)
House, Fragrance Museum Farina. 2014. Welcome to The Fragrance Museum in the
Farina House. Cologne : Germany. (http://farina.org/, diunduh 2 Juni 2015
pk. 12.13)
Ifra. 2007. The International Fragrance Association. Geneva : Ifra.
(http://www.ifraorg.org/ , diunduh 29 April 2014 pk. 6.21)
KBBI. 2014. Arti Kata Parfum. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud: Indonesia. (http://kbbi.web.id/parfum, diunduh 29 April 2014 pk. 6.00)
Lord, Gail Dexter and Barry, Lindsay Martin. 2012. The Manual of Museum
Planning (Third Edition). London : Museum Enterprises Ltd.
135
Neufert, Ernst and Peter. 2000. Architects’ Data Third Edition. Germany: Blackwell Science.
N.N, 2000. Kecil Tetapi Indah: Pedoman Pendirian Museum. Jakarta: Depdikbud.
Oxford. 2014. Definition of Perfume in English. England : Oxford University Press. (http://www.oxforddictionaries.com/, diunduh 29 April 2014 pk. 6.27)
Panero, Julius dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga.
Pankow, Petra. 2014. The Art of Scent 1889-2012: Teachers Resource Packet. NY : Museum of Art and Design.
Parfumeur, Fragonard. 2014. Grasse : The Historic Factory. Grasse : Fragonard.
(http://www.fragonard.com/ , diunduh 29 April 2014 pk. 6.11)
Piotrowski, Christine M. ASID, IIDA. Elizabeth A. Rogers, IIDA. 2007. Designing
Commercial Interiors (Second Edition). USA: John Wiley & Sons, Inc.
Sensorium, Sephora. 2014. Firmenich : Sephora Sensorium Lucid Dream. USA : NY. Stamp, Jimmy. 2013. The First Major Museum Show to Focus on Smell. USA: Smithsonian Magazine. (http://www.smithsonianmag.com/, diunduh 2 Juni 2015 pk. 12.20)
Sutaarga, Drs. Moh Amir. 1982. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan