PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL
DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJA
KABUPATEN CILACAP
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh:
MUFLIH MA’MUN
NIM. 1302864
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH KEPEMIMPINAN INTRUKSIONAL DAN SUPERVISI
PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI
DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP
Oleh Muflih Ma’ u
S.Pd UPI Bandung, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia
© Muflih Ma’mun 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL
DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENANG DAN SIDAREJA
KABUPATEN CILACAP
Disusun oleh: MUFLIH MAMUN
NIM. 1302864
disetujui dan disyahkan oleh: Pembimbing,
Dr. Asep Suryana, M.Pd NIP. 19720321 199903 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri Di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 26 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang
dan Sidareja Kabupaten Cilacap Muflih Ma’mun
1302864
Keberhasilan mengajar guru dipengaruhi oleh kepala sekolah dan pengawas. Kepala sekolah merupakan pemimpin yang memiliki peran untuk mendukung dan memfasilitasi kebutuhan guru dalam kegiatan pengajaran. Adapun pengawas memiliki peran dan fungsi membina, membimbing, serta meningkatkan kemampuan profesional guru dalam mengajar. Ketika peran dan fungsi kepala sekolah dan pengawas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan berdampak pada efikasi mengajar. Untuk membuktikan hal tersebut, maka penelitian yang mengkaji tentang pengaruh kepemimpinan instruksional dan supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan terhadap 147 guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja. Dari hasil penelitian yang dilakukan, kepemimpinan instruksional berpengaruh signifikan terhadap efikasi mengajar meskipun rendah pengaruhnya. Hal ini teridentifikasi dari rendahnya hubungan tiga indikator kepemimpinan instruksional terhadap efikasi mengajar yang diukur: defining school’s mission, managing curriculum and instructional programs, dan promote positive learning climate. supervisi pembelajaran juga berpengaruh
signifikan terhadap efikasi mengajar. Bahkah, pengaruh yang ditunjukkan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dari tingginya hubungan antara indikator supervisi pembelajaran dengan efikasi mengajar, yakni: teaching-learning
process, content and pedagogy, serta learning environment. Kepala sekolah sebagai
pemimpin instruksional dalam meningkatkan efikasi mengajar hendaknya tidak hanya berbekal pada pedagogical-knowledge, tetapi harus juga diimbangi dengan kemampuan knowledge- management khususnya dalam coordinating curriculum,
maintain maintain high visibility, promote positive learning climate, communicate the school goals, dan protect instructional times. Bagi supervisor, dalam
meningkatkan efikasi mengajar hendaknya memfokuskan pada planning, assessing
and reporting, social regard for learning, school and community linkages, learning environment, serta personal growth.
Kata kunci: Kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, dan efikasi mengajar
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The successful of teaching is influenced by principals and supervisors. The principal is a leader who has the role to support and facilitate the teacher needs in teaching learning activities. Supervisor has the role and function of nurture, guide, and to improve the professional teacher's capability. While it's can properly implemented, it will have an impact on teaching-efficacy. To prove this, a study that examines the influence of instructional leadership and instructional-supervision of the teaching-efficacy needs to be done. This study was conducted on 147 teachers higher public schools in Komda Majenang and Sidareja. The results of research, instructional leadership significantly influence the teaching-efficacy despite the low impact. It's can be identified from the instructional-leadership's indicators that low relations of the teaching-efficacy (defining school's mission, managing curriculum and instructional programs, and promote positive learning climate). Instructional-supervision also significantly influence the teaching-efficacy. Indeed, the effect shown in the high category. This can be explained from the high correlation between three Instructional supervision's indicators with teaching-efficacy (teaching-learning process, content and pedagogy, and learning environment). Principals as instructional leaders in improving the teaching-efficacy should not only armed on-pedagogical knowledge, but must also be balanced with the knowledge- management ability, especially in coordinating curriculum, maintain maintain high visibility, promote positive learning climate, communicate the school goals, and protect instructional times. For supervisors, in improving the teaching-efficacy should be focused on planning, assessing and reporting, social regard for learning, school and community linkages, learning environment, and personal growth.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iii
KATA PENGANTAR iv
1. Efikasi Mengajar dalam Lingkup Administrasi Pendidikan ... 14
2. Efikasi dalam Kajian Perilaku Organisasi ... 17
3. Pengertian Efikasi Mengajar ... 23
4. Sumber Efikasi Mengajar ... 28
5. Dimensi Efikasi Mengajar ... 32
B. Konsep Kepemimpinan Instruksional ... 33
1. Pengertian Kepemimpinan Instruksional ... 33
2. Ruang Lingkup Kepemimpinan Instruksional ... 40
3. Efektivitas Kepemimpinan Instruksional ... 44
C. Konsep Supervisi Pembelajaran ... 47
1. Pengertian Supervisi Pembelajaran ... 47
2. Tujuan Supervisi Pembelajaran ... 42
3. Prinsip-prinsip Supervisi Pembelajaran ... 55
4. Fungsi dan Sasaran Supervisi Pembelajaran... 56
D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 60
E. Kerangka Pikir Penelitian ... 63
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 65
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 66
C. Definisi Operasional Variabel ... 69
D. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 71
E. Teknik Pengumpulan Data ... 72
F. Teknik Pengolahan Data ... 77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 90
1. Pengolahan dan Penyajian Data ... 90
2. Analisis Kecenderungan Skor Variabel ... 91
B. Analisis Data dengan Pendekatan SEM ... 101
1. Penyusunan Model SEM ... 101
2. Identifikasi Model ... 103
3. Estimasi Model ... 104
4. Uji Kelayakan Model ... 107
C. Analisis Hasil Pengolahan Data ... 111
1. Uji Hipotesis ... 111
2. Uji Determinasi ... 112
3. Uji Pengaruh antar Variabel ... 113
4. Uji Kekuatan Hubungan antar Variabel ... 114
5. Uji Kekuatan Model ... 118
D. Pembahasan ... 119
1. Pengaruh Kepemimpinan Instruksional terhadap Efikasi Mengajar .... 120
2. Pengaruh Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar... 132
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 140
B. Saran ... 141
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Maryland Instructional Leadership Framework ... 43
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 67
Tabel 3.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 68
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 71
Tabel 3.4 Bobot dan Kriteria Penilaian ... 74
Table 3.5 Kriteria WMS ... 79
Tabel 3.6 Model Pengukuran Persamaan Struktural ... 83
Tabel 4.1 Kriteria WMS ... 91
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Efikasi Mengajar ... 91
Tabel 4.3 Skor Kecenderungan Efikasi Mengajar... 92
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Kepemimpinan Instruksional ... 93
Tabel 4.5 Skor Kecenderungan Kepemimpinan Instruksional ... 95
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Supervisi Pembelajaran ... 98
Tabel 4.7 Skor Kecenderungan Supervisi Pembelajaran ... 98
Tabel 4.8 Indikator Variabel Penelitian ... 102
Tabel 4.9 Identifikasi Model Penelitian ... 104
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data ... 105
Tabel 4.11 UJi Multikolinearitas Data ... 106
Tabel 4.12 Nilai Loading Factor Indikator ... 107
Tabel 4.13 Uji Validitas Model ... 108
Tabel 4.14 Uji Reliabilitas Model ... 108
Tabel 4.15 Indeks Kesesuaian Pengujian Model... 111
Tabel 4.16 Uji Signifikansi Variabel ... 112
Tabel 4.17 Perhitungan Koefisien Determinasi ... 113
Tabel 4.18 Pengaruh Total Antar Variabel ... 114
Tabel 4.19 Hubungan antar Variabel ... 115
Tabel 4.20 Tabel Konsultasi Hubungan ... 116
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sumber Efikasi Mengajar ... 5
Gambar 2.1 Lingkup Kajian Administrasi Pendidikan ... 16
Gambar 2.2 Kapabilitas Individu dalam Teori Sosial Kognitif... 19
Gambar 2.3 Pendekatan Kognisi Sosial pada Perilaku Organisasi ... 20
Gambar 2.4 Organisasi Sebagai Sistem Sosial (Getzel & Guba) ... 22
Gambar 2.5 Kerangka Kepemimpinan Instruksional ... 42
Gambar 2.6 Fungsi Pengawasan dalam Administrasi ... 51
Gambar 2.7 Sasaran Supervisor Pembelajaran ... 58
Gambar 2.8 Kerangka Supervisi Pembelajaran ... 60
Gambar 2.9 Pengaruh Kepemimpinan Instruksional terhadap Efikasi Guru .. 62
Gambar 2.10 Kerangka Pikir Penelitian ... 64
Gambar 3.1 Model Struktural Penelitian ... 81
Gambar 4.1 Path Diagram Penelitian ... 103
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Efikasi diri (self-efficacy) merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Albert Bandura (1997) dengan teori kognitif sosial (social cognitive theory) sebagai konstruksinya. Teori kognitif sosial merupakan suatu pendekatan dalam memahami kognisi, tindakan, motivasi, dan emosi individu dengan asumsi bahwa individu memiliki kapasitas untuk melakukan refleksi diri (self-reflection) dan regulasi diri (self-regulation) yang secara aktif membentuk lingkungan sekitarnya. Dalam pandangan teori ini, dimensi kognitif lingkungan, perilaku, dan pribadi saling berkaitan. Individu dalam melakukan aktivitas/pekerjaan tidak semata-mata didorong oleh kekuatan yang berasal dari dalam diri, tetapi juga didorong oleh faktor eksternal melalui serangkaian proses kognisi; simbolisasi, pemikiran ke depan, observasi, pengaturan diri, sampai pada refleksi diri.
Secara harfiah efikasi diri diartikan sebagai “kemujaraban” atau “kemanjuran”. Pengertian tersebut merujuk pada mekanisme efikasi yang di dalamnya memuat aktivitas pengaturan dan refleksi diri (regulation and
self-reflection). Regulasi dan refleksi diri merupakan upaya individu dalam mengatur,
mengontrol, dan menetapkan standar kinerja diri dalam suatu tugas atau pekerjaan. Individu yang memiliki efikasi tinggi memahami kondisi dirinya dengan baik, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan diri sehingga ia akan mengukur kemampuan diri dengan standar pekerjaan yang dihadapi.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(decision making) dan perilaku yang ditunjukkan (behavior) serta pemilihan alternatif tindakan.
Efikasi terbentuk dari pengalaman keberhasilan yang dilakukan individu dalam melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya terus-menerus dan di dalamnya memungkinkan individu untuk belajar dari pekerjaan yang dilakukan (mastery
experiences). Efikasi juga dapat terbentuk dari mekanisme pemodelan; melihat
keberhasilan orang lain dalam suatu pekerjaan (vicarious experiences), persuasi verbal dan sosial (verbal and social persuasion), serta kondisi fisik dan mental individu (physiological and emotional states). Adapun dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, efikasi diri dapat terjadi melalui kegiatan pengembangan dan pelatihan yang dilakukan. Ini dikarenakan efikasi diri bukanlah suatu sifat (trait) yang melekat pada individu, tetapi lebih pada kecenderungan perilaku (behavior) dan hal tersebut memungkinkan untuk diubah, diperkuat serta ditingkatkan.
Individu dengan efikasi diri tinggi secara mental dan perilaku menunjukkan kesiapan yang lebih baik dalam bekerja dibandingkan individu dengan efikasi diri rendah. Tekun, ulet, tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa, tidak mudah stres ketika mengalami kegagalan, serta berupaya untuk meningkatkan standar kinerja merupakan indikasi adanya kematangan efikasi diri pada individu.
Secara konseptual, efikasi diri dibagi atas efikasi diri spesifik (specific
self-efficacy) dan efikasi diri umum (general self-efficacy). Efikasi diri spesifik
merujuk pada konsep yang diberikan Bandura yang penggunaannya bayak ditemukan pada disiplin ilmu psikologi. Efikasi diri umum pada prinsipnya merupakan pengembangan atau modifikasi dari efikasi diri spesifik yang sekarang ini banyak digunakan di berbagai bidang seperti: kesehatan, manajemen, kepemimpinan, pendidikan, sosial, dan disiplin ilmu lainnya.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak berlaku pada semua pekerjaan. Sedangkan efikasi diri umum memandang bahwa keyakinan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dapat berubah (statelike), tidak dipengaruhi oleh kondisi spesifik. Artinya, efikasi diri dapat digunakan pada berbagai bidang pekerjaan, pada kondisi yang berbeda dan keberhasilannya dapat diramalkan/diprediksi sebelum pekerjaan dilakukan. Salah satu bentuk pengembangan efikasi diri umum adalah efikasi mengajar (teaching
efficacy).
Efikasi mengajar merupakan keyakinan guru terhadap kemampuan yang dimiliki untuk bisa mengajar dengan baik. Adanya efikasi diri menunjukkan adanya kematangan psikologis pada diri guru. Guru dengan efikasi diri memiliki tenaga ekstra dalam menggunakan dan memberdayakan sumber-sumber pengajaran secara efektif dan efisien demi keberhasilan siswa dalam belajar. Selain itu, guru dengan efikasi diri juga menunjukkan kematangan secara emosi dengan tidak mudah merasa stres, tahan terhadap tekanan, dan tenang dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
Efikasi mengajar dibagi atas efikasi hasil (outcome efficacy) dan efikasi harapan (expectancy efficacy). Efikasi output merupakan keyakinan guru dalam mencapai target yang diharapkan dalam kegiatan mengajar. Sedangkan efikasi
expectancy merupakan efikasi terhadap situasi mengajar yang lebih spesifik.
Dalam istilah lain, efikasi hasil disebut juga dengan general teaching efficacy (Hoy and Woolfolk, 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy, 2001). Sedangkan efikasi harapan, beberapa ahli menyebutnya dengan personal teaching
efficacy (Gibson and Dembo 1984; Hoy and Woolfolk 1990; Tschannen-Moran
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
waktunya pada upaya pencapaian tujuan, tidak mudah menyerah dan bersikap tabah dalam menghadapi masalah, dan cepat pulih atau bangkit setelah mengalami keterpurukan atau kegagalan dalam mengajar (Bandura dalam Cantrel, dkk., 2003). Sedangkan general teaching efficacy merupakan keyakinan guru terhadap kemampuan yang dimiliki untuk dapat mempengaruhi kondisi dan lingkungan pada saat pembelajaran berlangsung. Guru dengan general teaching efficacy tinggi akan mampu mempengaruhi kondisi peserta didik; motivasi, dan performa peserta didik dalam belajar (Cantrell, 2003).
Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan efikasi mengajar memberikan dampak positif terhadap pencapaian belajar siswa (Rew, 2013; Guo, Piasta, Justice, & Kaderavek, 2010; Caprara, Barbaranelli, Steca, & Malone, 2006; Muijs & Reynolds, 2002; Ross, 1992), sikap positif siswa (Gibson & Dembo, 1984), serta tingkat efikasi siswa (Schunk, 1997; Pintrich & De Groot, 1990; Schunk & Swartz, 1992a, 1992b; Zimmerman & Martinez-Pons, 1990).
Efikasi diri sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar sudah tidak diragukan lagi. Efikasi diri mempengaruhi secara positif seperti halnya faktor lain seperti: motivasi, kompensasi, reward and punishment, atribusi, penghargaan diri, ketersediaan fasilitas, kepemimpinan, iklim dan budaya sekolah, dan supervisi. Yang membedakan antara efikasi diri dengan faktor yang disebutkan diatas yakni efikasi diri terbentuk dari hasil proses kognisi, perilaku, dan lingkungan yang dilakukan individu.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa efikasi mengajar lebih banyak di pengaruhi oleh keberhasilan pribadi guru dalam mengajar. Keberhasilan mengajar yang pernah dicapai guru dijadikan sebagai faktor dalam memperkuat keyakinan kesuksesan guru, bahwa ia bisa mencapai kesuksesan yang sama pada kegiatan mengajar selanjutnya. Hal ini merupakan sesuatu yang kontra produktif dari yang diharapkan. Menurut pandangan peneliti, faktor ideal yang berpengaruh lebih besar terhadap efikasi mengajar adalah faktor kepemimpinan dan supervisi, mengingat guru merupakan bagian dari sistem sekolah yang pada setiap aktivitas pencapaian keberhasilan mengajar dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi.
Gambar 1.1
Sumber Efikasi Mengajar (sumber: hasil studi pendahuluan)
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Segala aktivitas yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai leader, manager, motivator, dan supervisor bagi guru dan staf akan berdampak pada perilaku, mindset, motivasi, kepuasan, serta komitmen individu di sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang tanggungjawab dalam menyediakan, mendorong, dan membantu guru dalam pelaksanaan tugasnya serta memastikan kegiatan mengajar berjalan dengan baik.
Persuasi verbal kepala sekolah terjadi melalui penggunaan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang dimiliki dalam bentuk instruksi; perintah kepada guru. Kepala sekolah memiliki kekuatan memaksa, mendorong, mengarahkan, serta ‘mengintervensi’ guru untuk melakukan aktivitas yang diinginkan karena disitulah kewenangan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin. Meminjam konsep kepemimpinan situasional, proses persuasi verbal dapat dilakukan melalui aktivitas telling, selling, participating, dan delegating. Persuasi verbal menekankan pada bentuk-bentuk interaksi dan komunikasi yang dilakukan kepala sekolah dengan guru.
Sebagai pemimpin, salah satu tugas dan tanggungjawab kepala sekolah adalah melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah melalui upaya pendayagunaan sumber daya sekolah secara efektif dan efisien. Secara spesifik, tugas dan tanggungjawab sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran meliputi: 1) defining the school mission; frames the school’s goal, communicates the school’s goals, 2) managing the instructional program; coordinating the curriculum, supervises and evaluation instruction, and
monitoring student progress, serta 3) promoting positive learning climate; protect
instructional time, provide incentive for teacher, provide incentive for learning,
promotes professional development, and mantains high visibility.
Deskripsi tugas dan tanggungjawab kepala sekolah diatas sejatinya merujuk pada salah satu model kepemimpinan, yakni kepemimpinan instruksional (instructional leadership).
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepemimpinan instruksional menjadi salah satu sumber efikasi dalam teori sosial kognitif (Ross, Hogaboam-Gray, & Gray, 2004; Ebmeier, 2003), meningkatkan pembelajaran di kelas melalui guru, dan secara positif berpengaruh terhadap pengetahuan/pemahaman, pelaksanaan mengajar, kompetensi serta efikasi guru secara individu maupun secara kolektif (Blase & Blase, 2000).
Modal utama untuk bisa menjadi pemimpin instruksional adalah pemahaman yang memadai tentang proses pembelajaran beserta muatan konten pembelajaran yang ada di dalamnya (knowledge of peadagogical content) serta pemahaman tentang manajemen berbasis pengetahuan (knowledge based
management), mengingat hampir seluruh aktivitas pemimpin instruksional
difokuskan pada penyediaan dan dukungan terhadap peningkatan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi efikasi mengajar selanjutnya adalah supervisi
(supervision). Supervisi merupakan sumber efikasi pada dalam bentuk vicarious
experiences dan verbal persuasion.
Pernyataan tersebut merujuk pada pendapat Robert Mager yang mengatakan bahwa efikasi diri dapat tingkatkan melalui kegiatan pengembangan yang dilakukan organisasi. Hal ini dikarenakan efikasi diri bukanlah sifat (traits), tetapi lebih kepada perilaku dan memungkinkan untuk dibentuk dan ditingkatkan. Bentuk pengembangan kemampuan guru dalam lingkup sekolah dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan, diantaranya melalui diklat, loka karya (workshop), lesson
study, seminar, in house training (IHT), KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), serta supervisi. Dasar kedua yang dipakai oleh peneliti merujuk pada pernyataan Joshua W. Rew yang menyatakan bahwa salah satu indikator keberhasilan kegiatan pengembangan adalah adanya efikasi diri dalam diri individu.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diragukan lagi. Bahkan sekarang ini, supervisi menjadi jaminan kualitas pendidikan di sekolah (supervision as quality assurance). Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa efikasi mengajar di sekolah dapat ditingkatkan melalui aktivitas supervisi sebagai upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan-kemampuan guru dalam pelaksanaannya sebagai pendidik.
Pelaksanaan supervisi di sekolah memiliki beragam bentuk/model, tergantung dari kebutuhan sekolah pada aspek mana yang mau perbaiki atau ditingkatkan. Pada masing-masing model memiliki penekanan dan cakupan yang berbeda. Ada yang menekankan pada aspek administratif, kelembagaan, manajerial, akademik, maupun pembelajaran. Model supervisi yang dapat digunakan oleh supervisor diantaranya: 1) supervisi akademik (academic
supervision), 2) supervisi lembaga (school supervision), 3) supervisi administratif
(administrative supervison), 4) supervisi klinis (clinical supervision), 5) supervisi pembelajaran (instructional supervision), 6) supervisi kolektif (collective
supervision), 7) supervisi kolegial (collegial supervision), 8) supervisi kolaboratif
(collaborative supervision), 9) supervisi manajerial (managerial supervision), serta 10) supervisi informal (informal supervision).
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa sekolah yang menjalankan supervisi pembelajaran dapat membawa dan menunjang pada pengembangan profesional guru (Tyagi, 2010).
Supervisi pembelajaran merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh supervisor kepada guru dalam rangka memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan guru pada kemampuan profesional. Adanya supervisi diharapkan guru dalam mengajar menjadi lebih berkualitas. Supervisi pembelajaran menekankan pada aktivitas-aktivitas guru selama mengajar. Guru dalam supervisi pembelajaran ditempatkan sebagai pendidik profesional yang membantu peserta didik mencapai kematangan berpikir, emosi, bertindak, dan memutuskan mana yang terbaik bagi dirinya. Aktivitas utama supervisi pembelajaran memuat tiga hal yakni: 1) aktivitas pengembangan proses pembelajaran; membantu guru dalam menemukan kesulitan belajar siswa, membantu guru meningkatkan kemampuan tampil di depan kelas, mendorong guru senantiasa mencurahkan waktu dan tenaga membantu siswa, membantu guru menilai kemajuan belajar, dan membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa, 2) aktivitas pengembangan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran; membantu guru memahami hierarki tujuan pendidikan, membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran, membantu guru menggunakan alat, metode dan model pembelajaran, membantu guru memenuhi kebutuhan siswa, serta membantu guru dalam menggunakan pengalaman-pengalaman mengajar, serta 3) aktivitas pengembangan, pembinaan dan pendampingan; membantu guru beradaptasi dengan tugas, tanggungjawab, dan lingkungan, membantu guru mendayagunakan kemampuan yang dimiliki, membantu guru menemukan kelebihan dan kekurangan, mendorong guru pada pencapaian dan kepuasan dalam melaksanakan tugas mengajar.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
stimulus kesuksesan bagi guru lainnya. Sedangkan persuasi verbal terjadi melalui aktivitas supervisi yang dilakukan oleh supervisor dalam bentuk instruksi pengarahan, pembimbingan, pembinaan, dan pendampingan guru.
Supervisor merupakan individu yang memiliki pengetahuan mendalam akan kaidah-kaidah perbaikan dan peningkatan kapasitas mengajar serta memiliki kesanggupan dalam membina, membimbing, dan menghantarkan guru menjadi sosok profesional. Supervisor memiliki fungsi dan tanggungjawab membantu guru memahami permasalahan siswa dan bagaimana pemecahan masalah (evaluative function), menyediakan informasi yang relevan dengan kondisi kekinian dan kebutuhan guru (informative function), serta menjadi tempat ‘curhat’ guru terhadap permasalahan yang dihadapi (counselor function).
Pelaksanaan supervisi pembelajaran merupakan media dalam meningkatkan efikasi guru; memperkuat keyakinan diri guru untuk bisa berhasil dalam mengajar. Persuasi verbal dalam bentuk instruksi; perintah, saran, masukan, rekomendasi kepada guru merupakan cara efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri guru. Instruksi yang diberikan kepada guru merupakan ‘obat penyembuh’ terhadap penyakit kekurangpercayadirian yang dimiliki guru dalam mengajar. Instruksi yang diberikan supervisor bukanlah instruksi biasa, melainkan instruksi yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan dampaknya terhadap perbaikan guru karena instruksi tersebut didasarkan pada hasil kejernihan berpikir, objektif, sistematis, ilmiah, bersifat konstruktif, dan juga berasal dari akumulasi pengalaman keberhasilan seorang supervisor.
Pengalaman keberhasilan guru lain dalam mengajar (vicarious
experiences) juga menjadi informasi yang berharga dengan menjadikannya sebagi
role of model bagi guru lain serta sebagai stimulus dalam meyakinkan guru untuk
mencapai keberhasilan yang sama. “Jika guru lain bisa berhasil mengajar dengan baik, mengapa Anda tidak bisa?”
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
guru dengan yang lainnya tidaklah jauh berbeda, bahkan ada kemungkinan kendala yang dihadapi sama. Hanya ruang lingkup dan penekanan kendalanya yang berbeda sesuai dengan kondisi, karakteristik, bidang studi, dan kemampuan guru serta faktor eksternal. Guru yang sukses mengatasi kendala maupun permasalahan yang dihadapi bisa dijadikan role of model keberhasilan bagi guru lain melalui mekanisme pemodelan. Disinilah arti penting pelaksanaan supervisi melalui peran supervisor sebagai penyedia informasi (informative function) yang relevan bagi guru.
Berdasarkan penjelasan diatas, mendorong peneliti mengkaji lebih mendalam mengenai seberapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional dan supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dimunculkan peneliti berkenaan dengan:
1. Bagaimana kondisi Kepemimpinan Instruksional, Supervisi Pembelajaran, dan Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap?
2. Seberapa besar pengaruh Kepemimpinan Instruksional terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap?
3. Seberapa besar pengaruh Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap?
C. Tujuan Penelitian
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap. Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah untuk:
1. Terdeskripsinya kondisi kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, dan efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.
2. Teranalisannya pengaruh kepemimpinan instruksional terhadap efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.
3. Teranalisanya pengaruh supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dengan diadakannya penelitian ini baik secara teoritis maupun praktisi adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritik dari penelitian adalah memberikan kontribusi pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan berkenaan dengan kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, dan efikasi mengajar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dengan dilakukannya penelitian ini baik bagi para peneliti, sekolah, maupun dinas pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Peneliti
Memberikan informasi awal untuk selanjutnya dapat dikaji atau diteliti kembali mengenai kepemimpinan instruksional, dan supervisi pembelajaran, serta pengaruhnya terhadap efikasi mengajar guru.
b. Sekolah
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan efektivitas sekolah dengan memfokuskan upaya perbaikan kegiatan belajar-mengajar, serta 3) dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan terhadap mekanisme pelaksanaan supervisi pembelajaran yang selama ini dilakukan agar lebih dapat meningkatkan efikasi guru dalam mengajar.
c. Dinas Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas guru pada aspek efikasi mengajar dan juga peningkatan efektivitas sekolah yang berfokus pada learning outcome melalui penerapan kepemimpinan instruksional di sekolah.
E. Struktur Organisasi Tesis
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Instruksional dan Supervisi Pembelajaran terhadap Efikasi Mengajar Guru SMA Negeri Di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap” ini diuraikan dalam lima bab berikut:
Bab I Pendahuluan; memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.
Bab II Landasan Teoritis; memuat konsep, teori, dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang dimunculkan peneliti. Pada bab ini dipaparkan konsep dan teori berkenaan dengan kepemimpinan instruksional, supervisi pembelajaran, serta efikasi mengajar dalam konteks Administrasi Pendidikan. Selain itu, pada bab ini peneliti juga menyajikan hipotesisi penelitian serta kerangka pikir penelitian yang digunakan.
Bab III Metodologi Penelitian; menjelaskan metode penelitian yang digunakan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dianalisis secara statistik dan dibandingkan dengan kajian pustaka dan metode penelitian dari penelitian terdahulu yang terdapat pada bab sebelumnya.
Bab V Kesimpulan dan Saran; menyajikan kesimpulan dan beberapa saran yang didasarkan pada hasil analisis di bab empat.
Daftar Pustaka; menyajikan pustaka (buku, jurnal, proceding, dll) yang digunakan peneliti sebagai dasar teori dan kajian terhadap hasil penelitian.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Rumusan masalah yang dimunculkan pada penelitian adalah seberapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional dan supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar Guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap? Untuk menjawab rumusan masalah tersebut diperlukan prosedur penelitian yang tepat agar dapat diperoleh hasil penelitian yang relevan. Prosedur penelitian merupakan kaidah, metode, dan pendekatan yang digunakan oleh peneliti untuk dalam memecahkan suatu masalah penelitian. Atas dasar itulah selanjutnya peneliti menentukan pendekatan dan metode penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang dimunculkan.
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan korelasional (correlational research) dengan metode kuantitatif. Pendekatan korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh tingkat hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih dengan menggunakan analisis statistik. Creswell (2011:21) menyatakan bahwa:
Correlational designs are procedures in quantitative research in which investigators measure the degree of association (or relation) between two or more variables using the statistical procedure of correlational analysis. This degree of association, expressed as a number, indicates whether the two variables are related or whether one can predict another.
Penelitian korelasional termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan pendeskripsian terhadap fenomena atau variabel yang dikaji melalui prosedur pengolahan statistik. Creswell & Clark (2014:54) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai berikut:
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
study; asks specific, narrow questions; collects quantifiable data from participants; analyzes these numbers using statistics and graphs; and conducts the inquiry in an unbiased, objective manner.
Metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan oleh peneliti dengan menafsirkan data-data kuantitatif (angka-angka) dari alat yang berupa angket. Karakteristik metode kuantitatif ini seperi yang dikemukakan oleh Creswell, (2011:12-13) adalah sebagai berikut:
o Describing a research problem through a description of trends or a need
for an explanation of the relationship among variables
o Providing a major role for the literature through suggesting the research
questions to be asked and justifying the research problem and creating a need for the direction (purpose statement and research questions or hypotheses) of the study
o Creating purpose statements, research questions, and hypotheses that
are specific, narrow, measurable, and observable
o Collecting numeric data from a large number of people using
instruments with preset questions and responses
o Analyzing trends, comparing groups, or relating variables using
statistical analysis, and interpreting results by comparing them with prior predictions and past research
o Writing the research report using standard, fixed structures and
evaluation criteria, and taking an objective, unbiased approach.
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sejumlah sekolah SMA Negeri yang berada di wilayah Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
.. a group of individuals who have the same characteristic. For example, all teachers would make up the population of teachers, and all high school administrators in a school district would comprise the population of administrators. As these examples illustrate, populations can be small or large.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri yang ada di wilayah Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap yang berjumlah 234 guru. Jumlah guru pada masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Populasi Penelitian
No Sekolah Jumlah Guru
1 SMA Negeri 1 Bantarsari 17
2 SMA Negeri 1 Cipari 34
3 SMA Negeri 1 Dayeuhluhur 32
4 SMA Negeri 1 Majenang 70
5 SMA Negeri 1 Patimuan 29
6 SMA Negeri 1 Sidareja 52
Total 234
Sampel penelitian merupakan himpunan bagian (subset) atau sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang dalam penentuannya menggunakan teknik tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Riduwan (2010:10) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.”
Penarikan sampel dalam penelitian menggunakan teknik simple random
sampling, yakni teknik penarikan pengambilan sampel dari anggota populasi yang
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
d = presisi yang ditetapkan
Diketahui jumlah populasi sebesar 234 guru dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 5%. Jadi, berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel (n) guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan sampel diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini dengan presisi sebesar 5% adalah sebanyak 147 guru yang tersebar pada enam SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.
Hasil perhitungan sampel diatas, pada tiap-tiap sekolah adalah dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Sekolah Jumlah
Guru Perhitungan Sampel
Jumlah Sampel
4 SMAN 1 Majenang 70 � = . . + = . = . 44
5 SMAN 1 Patimuan 29 � =
. . + = . = . 18
6 SMAN 1 Sidareja 52 � = . . + = . = . 33
Sampel Keseluruhan 147
C. Definisi Operasional Variabel 1. Kepemimpinan Instruksional
Kepemimpinan instruksional dapat didefinisikan sebagai upaya kepala sekolah dalam mempengaruhi prestasi para siswa secara tidak langsung dengan menciptakan organisasi-organisasi instruksional di sekolah mereka melalui tindakan partisipatif dan dengan membangun iklim serta budaya sekolah yang ditandai oleh tujuan yang dikomunikasikan secara jelas dan ekspektasi tinggi akan prestasi akademik dan perilaku sosial (Heck, dkk dalam Hoy, 2014:668).
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun ruang lingkup tugas pemimpin instruksional menurut Hallinger meliputi: (1) Defining the School Mission; Frame the School Goals dan
Communicate The School Goals, (2) Managing the Instructional Program;
Supervise & Evaluate Instruction, Coordinate The Curriculum, dan Monitor
Student Progress, serta (3) Promoting Positive Learning Climate; Protect
Instructional Time, Maintain High Visibility, Provide Incentives For Teachers,
Provide incentives for learning, dan Promote professional Development.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan instruksional merupakan aktivitas kepala sekolah yang memfokuskan pada pencapaian tujuan sekolah, pencapaian akademik, proses belajar mengajar, serta perilaku guru dengan menciptakan organisasi-organisasi instruksional di sekolah, membangun kerjasama dengan guru, menciptakan iklim akdemik, serta dan memperluas jangkauan misi sekolah dengan melibatkan guru melalui upaya praktis dalam bentuk pendefinisian misi sekolah, pengelolaan program-program kurikulum dan pembelajaran serta menumbuhkan iklim pembelajaran yang positif di sekolah.
2. Supervisi Pembelajaran
Supervisi pembelajaran merupakan bantuan profesional yang diberikan kepada guru oleh supervisor untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, sehingga guru menjadi lebih mampu dalam menangani tugas pokok membelajarkan siswanya (Suhardan, 2010:16).
Dalam kerangka tugas supervisor, supervisi pembelajaran diartikan sebagai segenap aktivitas supervisor yang memungkinkan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kepada para siswa dengan berupaya sebaik mungkin menyelaraskan kebutuhan personal guru dengan kebutuhan organisasi (Glickman dalam Sharma, 2011).
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mereka lebih mampu menstimulir dan membimbing pertumbuhan masing-masing siswa agar lebih mampu berpartisipasi di dalam masyarakat yang demokratis.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari tiga definsi yang diungkap ahli diatas yakni supervisi pembelajaran merupakan upaya supervisor dalam membimbing dan meningkatkan kemampuan guru dalam membelajarkan siswa agar lebih mampu berpartisipasi di dalam masyarakat dengan memfokuskan kegiatanya pada
teaching-learning process, content and pedagogy, serta learning environment.
3. Efikasi Mengajar (Y)
Efikasi diri (self-efficacy) adalah keyakinan pada kapabilitas seseorang untuk mengorganisasikan dan memutuskan serangkaian perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu (Bandura, 1997). Pengertian yang lebih spesifik mengenai efikasi mengajar diungkapkan oleh Rew (2013:16) yakni “teaching
self-efficacy represents the individual teacher’s belief in his or her capability to
execute certain actions or behaviors that specifically correspond to elements of
the teaching profession, such as delivering classroom instruction or improving
student achievement.”
Efikasi mengajar sejatinya pengembangan dari efikasi umum (general
efficacy) yang dikemukakan oleh Bandura (1997) yang diterapkan dalam konteks
pembelajaran di sekolah. Efikasi mengajar dalam pandangan ahli terdiri dari dua bentuk yakni personal teaching efficacy (Hoy and Woolfolk, 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy, 2001) dan general teaching efficacy (Gibson and Dembo 1984; Hoy and Woolfolk 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy 2001). Personal teaching efficacy merupakan individu dalam hal ini adalah guru yang memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk bisa membawa peserta didik belajar dengan baik (Yeo, 2008). Sedangkan general
teaching efficacy merupakan keyakinan guru terhadap kemampuan yang dimiliki
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari paparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa efikasi mengajar dapat diartikan sebagai keyakinan guru bahwa dengan kemampuan mengajar yang dimiliki dapat membelajarkan peserta didik dengan baik dan mendorong peserta didik dalam mencapai prestasi dalam belajar yang lebih baik.
D. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi penelitian dari tiga variabel yang diteliti (Kepemimpinan Instruksional, Supevisi Pembelajaran, dan Efikasi Mengajar) dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel Indikator Sub Indikator
Efikasi Mengajar (Y)
Personal Teaching Efficacy
Planning Implementing Evaluating General Teaching
Efficacy
Classroom Management Mentoring & Motivating
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian menggunakan dua jenis data, yakni data primer dan data sekunder. Data primer mengandung pengertian data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumber utama atau aslinya (Indriantoro & Supomo, 2002:147). Data langsung bisa dalam bentuk hasil wawancara, observasi, diskusi, hasil penilaian, maupun hasil pengisian angket/instrumen.
Data primer pada penelitian ini bersumber dari hasil jawaban yang diberikan responden melalui angket/instrumen yang diberikan. Data primer merupakan informasi tuam dalam pengolahan data penelitian baik pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif karena melalui data primer inilah peneliti mengkaji, melakukan penafsiran dan juga menarik kesimpulan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan. Pada penelitian ini, guru SMA Negeri yang berada di wilayah Komda Majenang Kabupaten Cilacap merupakan sumber data primer penelitian.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber tidak langsung atau melalui perantara, atau informasi yang dicatat oleh pihak lain (Indriantoro & Supomo, 2002:147). Data sekunder dapat bersumber dari literatur seperti: buku, jurnal, majalah, prosiding, skripsi/tesis/disertasi, surat kabar, dan lain-lain.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket dalam memperoleh data primer. Angket merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012:199). Penjelasan lebih lanjut mengenai pengertian instrumen dikemukakan oleh Creswell (2014:240), yakni “an instrument is a tool used to gather quantitative data by measuring, observing, or documenting
responses to specific items. The instrument may be a test, questionnaire, tally
sheet, log, observational checklist, inventory, survey, or assessment instrument.”
Angket yang diberikan berupa angket tertutup dimana peneliti memberikan opsi atau pilihan jawaban dengan menggunakan kaidah skala pengukuran, yakni Skala Likert. Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau tanda checklist (Akdon & Hadi, 2005:132). Pengguna angket dalam penelitian sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2002: 129):
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab
e. Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Selanjutnya Sugiyono (2012:134) mengatakan bahwa “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam hal ini alasan mengapa peneliti menggunakan skala Likert dalam penyusunan instrumen adalah untuk mempermudah proses pengisian instrumen dan proses pengolahan data yang dilakukan. Bobot dan kriteria yang digunakan peneliti sebagai berikut.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bobot dan Kriteria Penilaian
5 Selalu melakukan Selalu melakukan Selalu melakukan
4 Sering melakukan Sering melakukan Sering melakukan
3 Kadang melakukan Kadang melakukan Kadang melakukan
2 Pernah melakukan Pernah melakukan Pernah melakukan
1 Belum melakukan Belum melakukan Belum melakukan
3. Pengembangan Instrumen Penelitian
Penggalian data primer penelitian ini menggunakan instrumen angket yang dikembangkan sesuai dengan teori dan konsep yang relevan. Pada penelitian kuantitatif salah satu prosedur yang harus ditempuh oleh peneliti sebelum melakukan penggalian data atau penyebaran instrumen penelitian adalah dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. Uji validitas instrumen adalah proses pengujian terhadap instrumen penelitian untuk melihat kehandalan dan kemampuan instrumen memperoleh data penelitian yang akurat. Sedangkan uji reliabilitas adalah proses pengujian terhadap instrumen untuk melihat sejauh mana instrumen memiliki derajat keajegan atau konsistensi dalam mengukur variabel yang diteliti sehingga dapat digunakan pada lokasi atau sumber data yang berbeda.
a. Uji Validitas Instrumen
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
scores from an instrument are accurate indicators of the variable being measured
and enable the researcher to draw good interpretations. That is, the scores should
be useful and meaningful measures of the variable of interest.”
Pengujian validitas dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai pada setiap item pertanyaan variable dengan probabilitas 5%. Pengujian validitas instrumen adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2001):
]
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah responden
= Jumlah dari kuadrat item ke-i
Y
= Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden
2 i
Y = Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden
2 i Y
= Toral dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden
i iY X
= Jumlah hasil kali item angket ke-i dengan jumlah skor yang diperoleh tiap respoden.
Peneliti dalam melakukan uji validitas menggunakan aplikasi IBM SPSS 21 sebagai alat ujinya. Item pertanyaan pada instrument dikatakan valid jika hasil perhitungan yang ditunjukkan pada kolom Corrected Item-Total Correlation ≥ r
tabel product moment yakni 0.389 (dk=19-2).
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Q37, dan Q38. Pada uji validitas instrumen Supervisi Pembelajaran (X2) keseluruhan item pertanyaan valid. Sedangkan hasil uji validitas pada instrumen Efikasi Mengajar (Y), item pertanyaan yang tidak valid yakni Q1, Q3, Q13, Q18, Q19, Q22, Q30, Q31, Q32, Q33, Q39, Q47, dan Q48. Selanjutnya item pertanyaan yang tidak valid oleh peneliti dilakukan perbaikan. Hasil uji validitas secara lengkap dengan Program IBM SPSS 21 dapat dilihat pada lampiran 1.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu instrument dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, tidak bersifat tendensius, dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama (Arikunto, 2002:154). Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus Cronbach alpha.
Cronbach alpha merupakan kooefisien reliabilitas yang menunjukkan bagaimana
bagian-bagian dari suatu set berkorelasi secara positif satu sama lainnya. Keputusan akan reliabel tidaknya instrument yang digunakan didasarkan pada hasil perhitungan koefisien yang ditunjukkan.
Jika koefisien alpha (α) pengujian lebih besar dari (≥) 0,6 maka instrumen layak digunakan (reliable).
Jika koefisien alpha (α) pengujian kurang dari (≤) 0,6 maka instrumen tidak layak digunakan (tidak reliable).
Rumus yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumus varians sebagai berikut:
r = Reliabilitas instrumen/koefisien alfa
k = Banyaknya bulir soal
Dari hasil uji validitas yang dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013 terhadap instrument Variabel Kepemimpinan Instruksional (X1) diperoleh nilai koefisien Cronbach alpha sebesar 0.955, yang artinya besaran nilai tersebut ≥ 0.6 sehingga instrument Kepemimpinan Instruksional reliable untuk digunakan dalam penelitian. Pada pengujian reliabilitas instrument Supervisi Pembelajaran (X2) diperoleh besaran nilai Cronbach alpha sebesar 0.979, yang artinya besaran nilai tersebut ≥ 0.6 sehingga instrument Supervisi Pembelajaran reliable untuk
digunakan dalam penelitian. Adapun hasil uji reliabilitas pada instrument Efikasi Mengajar (Y) juga diperoleh nilai koefisien Cronbach alpa sebesar 0.942 yang artinya instrumen reliable untuk digunakan dalam penelitian. Adapun hasil pengujian dari ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.
F. Teknik Pengolahan Data
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
normalitas model, serta (3) uji hipotesis; pengembangan model berdasarkan teori, penyusunan digram jalur, penyusunan persamaan structural, pemilihan matrik dan estimasi model, menilai dan mengidentifikasi model structural, dan menilai kriteria Goodness of Fit, dan interpretasi dan identifikasi model. Maka dari itu, untuk menguji korelasi antar variabel, peneliti menggunakan teknik analisis SEM (Structural Equation Modeling).
Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan alat bantu aplikasi/program pengolahan data berupa Ms. Excel 2013, IBM SPSS Statistic 21, serta IBM AMOS 21 untuk mempermudah dalam pengolahan dan interpretasi hasil pengolahan data penelitian.
1. Menghitung Kecenderungan Skor Responden
Perhitungan kecenderungan skor responden dimaksudkan untuk memperoleh informasi kecenderungan skor penelitian dan untuk menentukan kedudukan indikator penelitian pada variabel Kepemimpinan Instruksional (X1), Supervisi Pembelajaran (X2), dan Efikasi Mengajar (Y). Selain itu, tujuan perhitungan skor rata-rata jawaban responden adalah untuk memperoleh gambaran/informasi kondisi Kepemimpinan Instruksional, Supervisi Pembelajaran, dan Efikasi Mengajar berdasarkan persepsi guru.
Perhitungan kecenderungan skor rata-rata responden menggunakan teknik WMS (Weight Means Score). Adapun langkah-langkah dalam pengolahan WMS adalah sebagai berikut:
a. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan (skala Likert), kemudian menentukan skornya.
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
�̅ : skor rata-rata yang dicari
x : jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)
N : jumlah responden
d. Menentukan kriteria pengelompokan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban. Kriteria tabel konsultasi WMS yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut.
Table 3.5 Kriteria WMS
Skor Kriteria
4,26 – 5,00 Sangat Tinggi
3,51 – 4,25 Tinggi
2,76 – 3,50 Sedang
2,01 – 2,75 Rendah
0,00 – 2,00 Sangat Rendah
e. Mengkonsultasikan hasil perhitungan skor rata-rata setiap variabel dengan kriteria berdasarkan tabel konsultasi WMS untuk menentukan di mana letak kedudukan setiap variabel.
2. Uji Persyaratan Hipotesis
Uji persyaratan hipotesis merupakan pra sarat yang harus ditempuh pada penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran data penelitian yang selanjutnya menjadi bahan keputusan teknik pengolahan data
Muflih Ma’mun, 2015
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang tepat pada tahap uji hipotesis. Uji persyaratan hipotesis pada teknik SEM dilakukan dalam tiga bentuk pengujian, yakni: a) uji validitas model, b) uji reliabilitas model, serta c) uji normalitas data.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji korelasi antar variabel penelitian untuk mengetahui besaran korelasi yang terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis SEM (Structural Equation Modeling) untuk untuk menginterpretasikan dan menganalisis data diperoleh melalui program IBM AMOS 21. Structural Equation Modeling merupakan salah satu teknik analisis
multivariate yang dapat menganalisis hubungan variabel secara kompleks. Teknik
analisis ini digunakan oleh peneliti untuk mengukur atau pengaruh derajat antar variabel yang telah teridentifikasi indikator-indikatornya.
Teknik analisis Structural Equation Modeling pada penelitian ini meliputi langkah berikut:
Langkah 1: Pengembangan Model Berbasis Konsep dan Teori
Analisis SEM tidak hanya untuk menghasilkan sebuah model, tetapi jugaditujukan untuk meng-konfirmasi model teoritis berdasarkan data penelitian yang ada. SEM disebut sebagai teknik konfirmasi (confirmatory technique), terhadap teori yang telah ada. Dengan menggunakan SEM dapat diperoleh penjelasan mengenai model kausalitas secara teoritis melalui pengujian data empirik. Beberapa masalah yang mungkin muncul dalam mengembangkan model berbasis teori yang kuat, dapat diantisipasi dengan:
a. Melakukan studi literatur yang didasarkan pada hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya.
b. Melakukan studi pustaka yang didasarkan pada teori-teori yang dikembangkan oleh beberapa ahli.