• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVEPROBLEM SOLVING (CPS)PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVEPROBLEM SOLVING (CPS)PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA SMP KELASVII

TESIS

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari

Syaratuntuk MemperolehGelar Magister PendidikanBiologi

Oleh

IinInasih

1101156

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)

PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII

SebuahTesis yang DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyarat untuk MemperolehGelar Magister PendidikanPada Program

StudiPendidikanBiologi

Oleh : IinInasih

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

HakciptadilindungiUndang-Undang

(3)

PERNYATAAN

Denganinisayamenyatakanbahwatesis yang berjudul“KELAYAKAN SUNGAI

CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE

PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI PENCEMARAN AIR

SISWA SMP KELAS VII”

inidanseluruhisinyaadalahbenar-benarkaryasayasendiri,

dansayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang

tidaksesuaidenganetikailmu yang berlakudalammasyarakatkeilmuan.

Ataspernyataanini, sayasiapmenanggungresiko/sanksi yang

dijatuhkankepadasayaapabilakemudianditemukanadanyapelanggaranterhadapetika

keilmuandalamkaryasaya ini, atau adaklaimdaripihak lain terhadapkaryasaya ini.

Bandung, Februari 2014

Yang membuatpernyataan

IinInasih

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Konsep ... 12

B. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 13

(6)

D. Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) ... 16

E. Pembelajaran Konvensional ... 21

F. Media Sungai Cigasong ... 24

G. Pencemaran Air ... 25

H. Asumsi ... 28

I. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi ... 30

B. Metode dan desain Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Analisis Data ... 38

G. Analisis Uji Coba Instrumen ... 38

H. Alur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

1. Kelayakan Hasil Sungai Cigasong Hasil Observasi ... 45

2. Hasil Observasi Ke Pabrik Tahu ... 50

B. Uji Statsitik Data Hasil Penelitian ... 55

1. Kemampuan Penguasaan Konsep ... 55

2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 58

(7)

1. Studi Kelayakan Sungai Cigasong, Majalengka ... 62

2. Penguasaan Konsep ... 65

3. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 68

4. Angket Tanggapan Siswa ... 70

5. Keterlaksanaan Model Pembelajaran CPS ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks model pengajaran langsung... 23

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas... 38

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 40

Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.5 Kriteria Skor Gain ... 41

Tabel 4.1. Uji normalitas tes awal dan tes akhir kemampuan penguasaan konsep. ... 57

Tabel 4.2. Uji perbedaan rata-rata tes awal kemampuan penguasaan konsep ... 57

Tabel 4.3. Uji perbedaan rata-rata tes akhir kemampuan penguasaan konsep ... 58

Tabel 4.4. Uji normalitas tes awal dan tes akhir kemampuan pemecahan masalah... 60

Tabel 4.5. Uji perbedaan rata-rata tes awal kemampuan pemecahan masalah ... 60

Tabel 4.6. Uji perbedaan rata-rata tes akhir kemampuan pemecahan masalah ... 61

Tabel 4.7. Hasil Observasi ke Sungai Cigasong ... 62

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 44

Gambar 4.1. Foto Udara Lokasi Pengamatan Sungai Cigasong Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka... 45

Gambar 4.2. Lokasi sungai Cigasong setelah pabrik tahu ... 46

Gambar 4.3. Lokasi sungai Cigasong sebelum pabrik tahu ... 46

Gambar 4.4. Tanaman yang tumbuh di lokasi 1 (area setelah pabrik tahu) ... 47

Gambar 4.5. Tanaman yang tumbuh di lokasi 2 (area sebelum pabrik tahu) ... 47

Gambar 4.6. Hewan yang terdapat di lokasi 2 (area sebelum pabrik tahu) ... 48

Gambar 4.7. Hewan yang terdapat di lokasi 1 (area setelah pabrik tahu)... 48

Gambar 4.8. Kondisi air sungai Cigasong yang jernih sebelum pabrik tahu (hulu sungai) ... 49

Gambar 4.9. Kondisi air sungai Cigasong yang keruh dan berbau setelah pabrik tahu (hilir sungai) ... 49

Gambar 4.10. Rekapitulasi perbandingan nilai rata-rata kemampuan penguasaan konsep pada tes awal dan tes akhir ... 56

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Perangkat Pembelajaran Halaman

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 78

Lampiran A.2 RPP, Pertemuan ke-1, Kelas Eksperimen ... 80

Lampiran A.3 RPP, Pertemuan ke-2, Kelas Eksperimen ... 88

Lampiran A.4 RPP, Pertemuan ke-1, Kelas Kontrol ... 93

Lampiran A.5 RPP, Pertemuan ke-2, Kelas Kontrol ... 100

Lampiran A.6 LKS Penjernihan Air ... 106

Lampiran A.7 LKS Observasi ke pabrik tahu / sungai Cigasong ... 107

Lampiran A.8 Kunci jawaban LKS penjernihan air ... 112

Lampiran A.9 Kunci jawaban LKS observasi ... 113

B. Instrumen Penelitian Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep ... 117

Lampiran B.2 Soal Uji Instrumen Penguasaan Konsep ... 121

Lampiran B.3 Kategori Soal Berdasarkan Ranah Kognitif ... 130

Lampiran B.4 Soal Pretest dan Postest Pengusaan Konsep ... 146

Lampiran B.5 Soal Pemecahan Masalah Pencemaran Air ... 156

Lampiran B.6 Lembar Jawaban Soal Pemecahan Masalah... 159

Lampiran B.7 Kunci Jawaban Soal Pemecahan Masalah ... 161

Lampiran B.8 Lembar Jawaban Soal Penguasaan Konsep ... 164

Lampiran B.9 Kunci Jawaban Soal Penguasaan Konsep ... 165

Lampiran B.10 Angket Tanggapan Siswa ... 166

Lampiran B.11 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan (GuruSiswa) ... 168

Lampiran B.12 Lembar Penilaian Perilaku Diri ... 172

Lampiran B.13 Istrumen Diskusi Kelas ... 173

Lampiran B.14 Lembar Penilaian (Judgement)... 178

Lampiran B.15 Daftar Kelompok Siswa ... 182

Lampiran B.16 Angket Siswa... 184

C. Hasil Uji Coba Tes Lampiran C.1 Hasil uji coba Pretest soal penguasaan konsep kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 185

Lampiran C.3 Hasil uji coba Postest soal Penguasaan Konsep kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 186

Lampiran C.5 Hasil uji coba Pretest soal pemecahan masalah kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ... 187

(11)

D. Data Tes Awal dan Tes Akhir

Lampiran D.1 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Posttes soal penguasaan

konsep kelas eksperimen ... 191

Lampiran D.2 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Postest soal penguasaan konsep kelas kontrol ... 192

Lampiran D.3 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Posttes soal pemecahan masalah kelas eksperimen ... 193

Lampiran D.4 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Postest soal pemecahan masalah kelas kontrol ... 194

E. Pengolahan Data Lampiran E.1 Tabel Hasil Uji Instrumen Penguasaan konsep ... 195

Lampiran E.2 Tabel Tingkat Kesukaran ... 196

Lampiran E.3 Daya pembeda ... 197

Lampiran E.4 N-gain... 198

Lampiran E.5 Uji Normalitas Pretest Penguasaan Konsep ... 199

Lampiran E.6 Uji Normalitas Postest Penguasaan Konsep ... 200

Lampiran E.7 Uji Normalitas Pretest Pemecahan Masalah ... 201

Lampiran E.8 Uji Normalitas Postest Pemecahan Masalah ... 203

Lampiran E.9 Tabel Hasil Analisis Angket Siswa ... 204

F. Dokumen Pendukung Lampiran F.1 Foto Kegiatan Pembelajaran ... 205

Lampiran F.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 210

Lampiran F.3 Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis ... 211

Lampiran F.4 Surat Keterangan Izin Penelitian ... 213

Lampiran F.5 Foto Flora dan Fauna di Sungai Cigasong ... 214

(12)

KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sungai Cigasong, Majalengka sebagai media model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa SMP kelas VII pada konsep pencemaran air. Studi Kelayakan sungai Cigasong dilakukan dengan observasi langsung ke sungai Cigasong. Hasil observasi menunjukan Sungai Cigasong layak sebagai media pembelajaran dilihat dari akses, biaya, keamanan, waktu serta karakteristik sungai Cigasong dan pabrik tahu. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment

dengan desain Nonequivalent control group design yang dilaksanakan di kelas VII pada salah satu SMP di Majalengka tahun pelajaran 2012 / 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas VII untuk penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi untuk keterlaksanaan model pembelajaran

Creative Problem Solving dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Creative Problem Solving. Pembelajaran dengan model pembelajaran Creative Problem Solving secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar terlihat dari adanya peningkatan penguasaan konsep dengan nilai rerata N-gain 0,31 kategori sedang dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dengan nilai rerata N-Gain 0,68 kategori sedang.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Kurikullum 2013).

Bidang ilmu Biologi dipakai sebagai landasan (platform) pembahasan

bidang ilmu yang lain. Makhluk hidup digunakan sebagai obyek untuk

menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam seperti objek alam dan

interaksinya, energi dan keseimbangannya, dan lain-lain. Melalui

pembahasan menggunakan bermacam bidang ilmu dalam rumpun ilmu

pengetahuan alam, pemahaman utuh tentang alam yang dihuninya beserta

benda-benda alam yang dijumpai di sekitarnya dapat dikuasai oleh peserta

didik SMP/MTs. (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Kurikullum 2013).

Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung

konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap

(14)

jenjang yang lebih tinggi. Pemahaman konsep merupakan hal yang penting

karena merupakan landasan bagi siswa untuk berfikir. Di samping itu,

pemahaman konsep merupakan dasar bagi proses yang lebih tinggi untuk

merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1996).

Menurut Rustaman dkk. (2005) selain itu untuk menguasai konsep, siswa

dapat mengaplikasikan konsep yang dipelajari, mengkaitkan satu konsep

dengan konsep lain, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya

dengan konsep-konsep yang dimilikinya. Setiap siswa memiliki berbagai

tingkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai konsep dalam

biologi. Tingkat pemahaman ini sangat penting bagi siswa, agar dapat

mencapai tujuan belajar bermakna dan nantinya dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam menerima suatu konsep

tergantung pada kompleksitas konsep dan tingkat perkembangan kognitif

siswa. Level kemampuan siswa dalam penguasaan konsep ditentukan oleh

cara setiap orang dalam menerima dan memproses konsep tersebut.

Penguasaan konsep yang dimaksudkan yaitu tingkatan dimana seorang

siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar

memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam

menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu

sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan Taksonomi

Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001), penguasaan konsep dalam

pembelajaran meliputi ranah kognitif C1, C2, C3, dan C4. Penguasaan konsep

dengan observasi langsung akan lebih mempermudah siswa dalam memahami

materi ajar sehingga siswa dapat memecahkan masalah secara kreatif.

Media dalam model Creative Problem Solving mempermudah siswa

dalam mecari solusi permasalahan, karena media yang ada tidak hanya dalam

bentuk gambar tetapi siswa dapat melihat langsung, meraba dan mencium

media tersebut, sehingga mempermudah siswa dalam memahami, mengingat

(15)

Dengan konsep Creative Problem Solving media yang dipelajari siswa

menghasilkan produk, produk yang dihasilkan berbeda setiap kelompoknya,

dilihat dari cara menyusun produk pada eksperimen penjernihan air, dalam

hal ini disimpulkan bahwa model Cretive Problem Solving mampu

mengembangkan dan memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mencari

solusi permasalahan.

Jadi kreatif dalam Cretive Problem Solving menghasilkan produk dari

siswa sebagai media pemecahan masalah, selain itu siswa memiliki jawaban

yang lebih bervariatif dalam menjawab soal-soal penjernihan air.

Kesulitan siswa dalam menguasai konsep biologi dapat dilatarbelakangi

oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa selama pembelajaran, kegiatan

siswa cenderung pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan, mencatat

informasi, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru tanpa adanya

proses pembentukan konsep sendiri. Akibatnya siswa hanya menghapal

konsep saja, meskipun ada siswa yang mampu memiliki tingkat hapalan yang

baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun mereka sering tidak

memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hapalan

tersebut (Depdiknas dalam Trianto, 2007).

Kenyataan tersebut merupakan akibat dari kekurangan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru, kekurangan pembelajaran berhubungan dengan

pembelajaran yang sebagian besar berpusat pada guru (teacher centered).

Pada pendekatan ini guru hanya menyampaikan pengetahuan pada siswa.

Guru hanya memastikan materi ajar sudah disampaikan dan siswa harus

memahami materi tersebut. Persoalan sekarang adalah bagaimana

menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang

diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat konsep tersebut

lebih lama. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam

dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan

(16)

suasana kelas yang hidup, aktif, antusias dan penuh semangat dan mempunyai

nilai kehidupan yang baik.

Selain penguasaan konsep yang harus dikuasai, ada satu aspek penting

lainnya yaitu kemampuan memecahkan masalah. Sehingga diperlukan

pengembangan kemampuan memecahkan masalah siswa secara tepat dan

kreatif. Dalam hal ini tepat sasaran dan solusi yang dikombinasikan dengan

pemikiran kreatif. Salah satu aspek kreativitas adalah kepribadian

(personality) orang-orang kreatif. Aspek ini penting dipahami sebagai dasar

dalam memberikan perlakuan yang sesuai kepada seseorang untuk

mengembangkan kreativitasnya. Ada ungkapan bahwa “the creative person

must have a creative personality”. Upaya menciptakan iklim yang kondusif

bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin apabila dipahami lebih dahulu

sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengitarinya

(Murniati, 2012). Dalam hal ini kreatif sangat menunjang dalam kemampuan

memecahkan masalah.

Kreatif dari segi ontologi pada hakikatnya adalah siswa dapat

mengembangkan kemampuan dalam menjawab pertanyaan dan solusi

masalah pencemaran air di sungai Cigasong.

Kreatif dilihat dari aspek epistomologi adalah kemampuan siswa dalam

mendapatkan pengetahuan yang benar, di penelitian ini digunakan metode

observasi langsung, sehingga siswa dapat secara langsung mengamati semua

objek penelitian yang ada di area penelitian.

Kreatif ditinjau dari aspek aksiologi kebermanfaatan penelitian ini baik

secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis untuk melihat

kelayakan dan interaksi antara variable dalam penelitian. Sedangkan secara

praktis untuk memberi sumbangan pemikiran pada praktisi pendidik, para

peneliti pendidikan, dan para pengambil kebijakan pendididkan.

Kemampuan memecahkan masalah merupakan penilaian kemampuan

memecahkan suatu permasalahan secara lebih kompleks dalam berbagai

(17)

permasalahan dunia nyata dan didorong untuk mendalaminya, mengetahui

tentang permasalahan tersebut, sehingga peserta didik dapat mengambil

kesimpulan sendiri atas situasi yang terjadi, dan akhirnya peserta didik dapat

menemukan pemecahan untuk masalah tersebut (Grabowski, Koszalka, &

Mccarth, 1998 dalam Yamin).

Siswa berbeda-beda dalam kemampuan proses intelektual yaitu

beberapa siswa lebih kuat dalam kognisi, beberapa siswa lebih kuat dalam

berpikir divergen dan beberapa siswa lainnya lagi lebih kuat dalam

kedua-duanya. Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal secara mudah melalui

pengamatan ciri-ciri berikut ini : (1) Hasrat ingin mengetahui, (2) Bersikap

terbuka terhadap pengalaman baru, (3) Keinginan untuk menemukan dan

meneliti, (4) Mencari jawaban yang memuaskan dan komprehensif, (5)

Bergairah, aktif dan berdedikasi dalam melakukan tugasnya, (6) Kemampuan

membuat analisis dan sintesis, (7)Memiliki semangat penyelidikan dan

penemuan (discovery and inquiry).

Guru diharapkan selalu mengembangkan kreativitas secara aktif dalam

pelaksanaan pembelajaran, sehingga situasi belajar tidak membosankan dan

monoton. (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Kurikullum 2013).

Untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan

masalah secara kreatif dapat ditunjang dengan model pembelajaran CPS.

Dimana model pembelajaran CPS merupakan salah satu model pembelajaran

yang memberi kesempatan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran maupun

menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model pembelajaran ini siswa

dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif. Hal ini

berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan

kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah tidak

hanya terbatas pada berhasil atau tidak, akan tetapi lebih pada proses

menemukan solusi terbaik dan termudah yang dapat dilakukan oleh siswa.

(18)

penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan ide, penemuan solusi,

penemuan penerimaan. Di sisi lain, model pembelajaran Creative Problem

Solving juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan penguasaan terhadap

konsep biologi.

Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model

pembelajaran yang menjadikan kegiatan dalam pembelajaran berbasis pada

pencarian solusi suatu permasalahan. Pembelajaran yang melibatkan suatu

permasalahan memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam belajar.

Pengalaman nyata tersebut menjadikan konsep-konsep yang dipelajari akan

tersimpan lebih lama (long term memory). Hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Sthepanie (2005:2) bahwa “pembelajaran yang melibatkan

suatu permasalahan, menyajikan daya tarik tersendiri bagi siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas keterlibatan siswa dalam pembelajaran”. Selain itu pencarian solusi atas permasalahan juga menuntut siswa untuk menguasai

dan memahami konsep khususnya konsep Biologi. Oleh karena itu tahapan

model pembelajaran CPS khususnya pada tahap objective-finding didesain

agar siswa aktif dalam memahami dan mencari konsep-konsep baru yang

mendukung untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Salah satu materi ajar biologi SMP adalah pencemaran lingkungan yang

terdiri dari pencemaran air, udara, tanah, dan suara. Dimana pencemaran air

merupakan pencemaran yang berdampak langsung yang saling terkait antara

satu dengan yang lainnya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran

lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemaran,

bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah

penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri serta strategi untuk

mengendalikannya.

Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah

bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan

(19)

definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam

memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran.

Kelayakan sungai Cigasong sebagai media pembelajaran sangat layak,

sesuai dengan materi pencemaran air kelas VII semester II (kurikulum 2013),

dan dapat digunakan menjadi tempat penelitian, aliran sungai Cigasong yang

melintasi daerah pemukiman warga dan pabrik tahu menyebabkan kondisi air

sungai Cigasong tercemar limbah domestik rumah tangga dan limbah dari

pabrik tahu.

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan peneliti tertarik untuk

mengkaji kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran di lokasi

Sungai Cigasong yang letaknya tidak jauh dari sekolah tempat mengajar,

yaitu tepatnya di Jalan Raya Timur Cigasong Desa Simpeureum Kecamatan

Cigasong kabupaten Majalengka. Sebelum penelitian dilakukan, diadakan

observasi awal sebagai studi kelayakan mengenai kondisi lingkungan yang

ada di lokasi penelitian tersebut. Studi kelayakan itu bertujuan untuk

mengaplikasikan teori yang diperoleh di kelas dan diharapkan siswa dapat

menerapkan teori yang didapat berdasarkan fakta yang didapat di lapangan.

Studi kelayakan mengetahui kondisi sungai di kota Majalengka khususnya

Cigasong beserta cara mengolah air yang tercemar sehingga tertarik untuk

meneliti mengenai studi kelayakan pencemaran di Sungai Cigasong sebagai

media pembelajaran CPS pada siswa SMP kelas VII terhadap penguasaan

konsep siswa dan kemampuan memecahkan masalah. Penelitian ini

merupakan pengkajian tentang proses penguasaan konsep dan kemampuan

memecahkan masalah terhadap pencemaran sungai Cigasong melalui metode

observasi. Observasi yang dilakukan oleh siswa SMP di Sungai Cigasong

mengenai tingkat pencemaran yang diakibatkan limbah dari pabrik tahu yang

berada di kawasan Cigasong, Majalengka. Hal ini penting mengingat

penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah merupakan salah

satu tujuan pembelajaran Biologi yang dicanangkan dalam KTSP. Selain itu

(20)

sangat bermanfaat bagi siswa untuk menghadapi permasalahan-permasalahan

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian

dengan judul Kelayakan Sungai Cigasong sebagai Media Pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) Pada Materi Pencemaran Air Siswa SMP

Kelas VII.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimanakah kelayakan sungai Cigasong dijadikan sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) materi pencemaran air pada siswa SMP kelas VII?”

Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut

dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kelayakan sungai Cigasong sebagai media pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) materi pencemaran air siswa SMP Kelas

VII dilihat dari akses, biaya, keamanan, waktu, serta karakteristik Sungai

Cigasong.

2. Bagaimanakah implementasi media Sungai Cigasong dalam pembelajaran

CPS terhadap materi pencemaran air.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti dibatasi sebagai

berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Creative Problem Solving

melalui metode observasi langsung.

2. Parameter Implementasi media sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS

untuk meningkatkan penguasaan konsep, meningkatkan kemampuan

(21)

3. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penguasaan konsep yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang

direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yaitu faktual dan konseptual.

Penguasaan konsep yang meliputi proses kognitif C1 sampai dengan C4

dan dibatasi pada materi pencemaran air melalui kegiatan observasi

langsung dengan soal pilihan ganda sebanyak 40 soal.

4. Kemampuan memecahkan masalah yang dilakukan secara tepat sesuai

dengan kemampuan menemukan solusi. Kemampuan menyelesaikan

masalah ini berupa pertanyaan dalam bentuk tes esai yang terdiri dari 10

soal berdasarkan kajian permasalahan yang ditemukan melalui metode

observasi langsung ke Sungai Cigasong yang mengalami pencemaran

limbah pabrik tahu yang berada di sekitar sungai.

5. Hasil belajar siswa meningkat dari berkualifikasi cukup pada pre test

menjadi baik pada post test. Hasil belajar siswa pada post test mengalami

peningkatan dibandingkan pre test. Interaksi belajar siswa sangat dinamis

dan kerjasama antar siswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok

berlangsung dengan baik.

6. Pembelajaran yang efektif dan efisien, pembelajaran yang mengantarkan

peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

secara maksimal dengan penggunaan komponen pembelajaran yang

minimal. Komponen dalam hal ini adalah waktu, tenaga, dan biaya.

7. Penerapan media sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS mendapat

respon yang postif dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar

siswa, dan hasil angket tanggapan siswa yang 89% merespon positif

terhadap pembelajaran CPS.

8. Materi yang dikaji dalam penelitian adalah pencemaran air.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari

(22)

media model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap

penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah siswa SMP kelas

VII pada konsep pencemaran air.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan :

1. Bagi guru :

a. Sungai Cigasong mampu memberikan informasi yang berkaitan

dengan aplikasi model pembelajaran Creative Problem Solving dalam

pembelajaran biologi pada materi pencemaran air.

b. Memberikan pengalaman mengenai penggunaan model pembelajaran

Creative Problem Solving terhadap penguasaan konsep dan

memecahkan masalah pada materi ajar pencemaran air.

c. Dapat menjadi umpan balik bagi pendidik untuk menyusun rancangan

pembelajaran yang lebih bervariatif dan menarik sehingga mampu

melatihkan berbagai keterampilan dan kemampuan dalam bidang sains.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman langsung mengenai kelayakan Sungai

Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving pada

materi pencemaran air.

b. Melatih siswa dalam meningkatkan penguasaan konsep dalam materi

(23)

c. Memberikan motivasi untuk mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah pada materi ajar pencemaran air.

3. Bagi Peneliti lainnya

a. Sungai Cigasong sebagai sumber informasi dan referensi dalam

pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya

meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.

b. Sungai Cigasong sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan

pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat

melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik

pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.

c. Memberikan informasi kepada guru sains pada umumnya dan guru

biologi khususnya, mengenai model pembelajaran CPS , sehingga

dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolahnya.

d. Memberikan sumbangan pemikiran tinggi implementasi model

pembelajaran CPS, sehingga dapat diimplementasikan atau

dikembangkan dalam KBM dalam rangka meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar.

e. Memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kreativitas

pembelajaran biologi dan dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel

1. Lokasi

Lokasi penelitian studi kelayakan adalah Sungai Cigasong di Jalan

Raya Timur Cigasong Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa

Barat.

2. Subjek Penelitian

Sesuai dengan kurikulum 2013 mata pelajaran IPA materi

pencemaran air ada di kelas VII semester genap (II), maka subjek

penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester 2

SMP Negeri 1 Cigasong Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah empat

kelas yang pada setiap kelas berjumlah 30 siswa.

3. Waktu

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua kali pertemuan :

1). Pertemuan pertama selama 2 jam pelajaran di kelas. Dengan kegiatan

belajar mengajar menggunakan infokus yang didukung audio visual

menjelaskan konsep pencemaran air dan penjelasan pelaksanaan

observasi langsung ke lokasi pabrik tahu dan Sungai Cigasong.

2). Pertemuan kedua selama 2 jam pelajaran. Diawali dengan mekanisme

kegiatan yang akan dilakukan, penjelasan lembar kerja siswa,

pelaksanaan observasi langsung di pabrik tahu dan Sungai Cigasong.

Setelah itu dilakukan diskusi kelompok mengenai hasil pengamatan

dalam LKS yang kemudian didapatkan kesimpulan akhir dari

pengamatan mengenai hasil penelitian limbah pabrik tahu di Sungai

(25)

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

eksperimen dengan desain “nonequivalent control group pretest-posttest

design” untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep dan

kemampuan memecahkan masalah antar kelompok yang menggunakan

model pembelajaran CPS dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional (Sugiyono, 2006: 11). Dalam desain “nonequivalent control

group pretest-posttest design” kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok

eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok

tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok

yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir

diberikan postes. Kelas yang dijadikan kelas eksperimen yaitu kelas VII B

dan kelas yang dijadikan kelas kontrol yaitu kelas VII C.

2. Desain Penelitian

Desain ini menggunakan satu kelompok eksperimen dan satu

kelompok kontrol. Kelompok kontrol menggunakan pembelajaran

langsung seperti ceramah, persentasi dan diskusi. Kelompok eksperimen

mendapatkan perlakuan berupa model pembelajaran Creative Problem

Solving. Selain itu sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan tes. Tes

sebelum perlakuan dikenal sebagai pretest. Sedangkan tes setelah

perlakuan disebut posttest. Berikut adalah tabel yang menunjukkan

nonequivalent control group pretest-posttest design” (Sugiyono, 2010). Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

(26)

(Sugiyono, 2010)

Keterangan :

X1 = Model pembelajaran Creative Problem Solving

X2 = Model pembelajaran Konvensional O1 = Pretest kelas eksperimen

O2 = Posttest kelas eksperimen O3 = Pretest kelas kontrol O4 = Posttest kelas kontrol

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan

definisi operasional dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) materi pencemaran air siswa SMP kelas VII.

Studi kelayakan meliputi kriteria dari segi kemudahan akses, tingkat

keamanan, efisien waktu, biaya murah, dan ekologi Sungai Cigasong

(Surtikanti, 2011).

Area penelitian di Sungai Cigasong : panjang kurang lebih 15 m,

lebarnya: 9 m, dengan kedalaman air : antara 30 cm - 1 m.

Kondisi Fisik : banyak batu-batu besar, aliran sungai dikelilingi

kebun bambu, pohon mangga, pohon nangka, pohon kelapa, pohon

melinjo, pohon belimbing, pohon petai cina, pohon jeruk sehingga

keadaannya sangat rindang, ada pabrik tahu serta di atasnya ada

pemukiman penduduk.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ke sungai

Cigasong adalah air sungai Cigasong, flora dan fauna, pabrik tahu yang

berada di lokasi penelitian sungai Cigasong. Untuk mengukur PH air

sungai digunakan indikator kertas Lakmus biru dan merah. Data

(27)

3. Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model

pembelajaran yang mampu melatihkan kemampuan untuk menyelesaikan

suatu permasalahan secara kreatif. Penyelesaian masalah harus terdiri dari

berbagai macam solusi yang pada akhirnya akan dipilih solusi terbaik

melalui tahapan Objective-Finding, Fact-Finding, Problem-Finding,

Idea-Finding, Solution Finding, dan Acceptance-Finding. Model ini dapat

diukur melalui lembar observasi keterlaksanaan model (Osborne dalam

Harris, 2002).

Model pembelajaran Creative Problem Solving terdiri dari lima

tahapan. Tahapan pertama dinamakan penemuan fakta. Tahap kedua

merupakan tahap penemuan masalah. Tahap ketiga adalah penemuan ide.

Tahap keempat dari model pembelajaran ini adalah penemuan solusi.

Tahap kelima adalah penemuan penerimaan (Davis, 2012).

Model pembelajaran ini sangat menarik untuk diimplementasikan

karena pada dasarnya model ini sangat bermanfaat untuk melatih

kemampuan-kemampuan dalam bidang sains. Untuk meningkatkan

kreativitas dilakukan melalui dua cara. Cara pertama adalah melalui

pelatihan memecahkan masalah. Cara kedua adalah mengajarkan

divergent thinking. Divergent thinking dapat berupa pencarian berbagai

macam ide, pencarian ide dengan kategori yang berbeda, dan

mengemukakan ide secara detail. Kedua cara tersebut dapat difasilitasi

oleh model pembelajaran Creative Problem Solving (Osborne dalam

Harris, 2002).

(28)

Salah satu model belajar yang sering digunakan dalam pendidikan

adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional

merupakan model pembelajaran yang telah dipakai lama oleh para

pendidik. Metode pembelajaran konvensional merupakan metode yang

terdiri dari tahapan kegiatan awal, inti, dan akhir yang berpusat pada guru

(Yamin, 2011:202). Ciri utama pembelajaran konvensional yaitu : (1)

mengutamakan daya ingat dan hafalan, (2) peserta didik belajar secara

individual, (3) pembelajaran dikembangkan oleh guru, (4) peserta didik

penerima informasi secara pasif, (5) penyajian disajikan berdasarkan

teoritis, abstrak, kaku dan berpegang pada buku teks.

5. Penguasaan Konsep Materi Pencemaran Air

Penguasaan konsep pada materi ajar pencemaran lingkungan

didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami suatu abstraksi

yang menggambarkan karakteristik konsep pencemaran lingkungan secara

ilmiah, baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari yang dapat dilihat dari tes awal dan tes akhir. Indikator penguasaan

konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif

Bloom (Anderson, 2010:99) dibatasi pada aspek ingatan (C1), memahami

(C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4). Penguasaan konsep

diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan

ganda 40 soal yang diberikan ketika pretest dan posttest.

6. Kemampuan Memecahkan Masalah Pencemaran Air

Kemampuan memecahkan masalah yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan

konsep-konsep pencemaran lingkungan yang dipelajarinya untuk

memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari, baik yang terkait gejala alam maupun pada berbagai peralatan

(29)

memecahkan masalah berdasarkan pada memahami masalah, ketepatan

solusi, ketepatan perhitungan, dan ketepatan hasil yang dituangkan dalam

suatu rubrik penilaian. Kemampuan memecahkan masalah diukur dengan

menggunakan tes dalam bentuk essay. Soal-soal tes pemecahan masalah

dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang sering dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan memecahkan masalah diukur

dengan menggunakan tes memecahkan masalah meliputi 10 soal essay

yang diberikan ketika pretest dan posttest.

Dalam penelitian ini, kemampuan memecahkan masalah yang

dimaksud adalah kemampuan siswa menggunakan

pengetahuan-pengetahuan dan konsep pencemaran lingkungan yang dipahaminya untuk

memecahkan masalah yang berhubungan dengan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Penilaian kemampuan memecahkan masalah tidak

hanya terbatas pada kemampuan untuk menemukan solusi atas suatu

masalah akan tetapi lebih kepada proses menemukan solusi terbaik atas

permasalahan yang dihadapi (Wena, 2011: 53).

D. Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu observasi, tes, angket, dokumentasi, dan wawancara. Teknik

observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan, cara dan model

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Teknik tes

digunakan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Angket digunakan untuk memperoleh

tanggapan siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran CPS. Teknik

dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah serta foto proses

tindakan penelitian. Wawancara digunakan untuk memperoleh data lokasi

(30)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan empat instrumen pengumpulan

data, yaitu; lembar observasi, test, angket dan dokumentasi. Lembar

observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS). Untuk lebih rinci, kisi-kisi lembar observasi dapat dilihat pada

lampiran A. Soal tes dilakukan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa

sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Kisi-kisi soal pretest dan

posttest dapat dilihat pada lampiran B.1 dan soalnya dapat dilihat pada

lampiran B.4, lembaran angket dapat dilihat pada lampiran B.11 dan B.12,

Dokumentasi dilakukan untuk menambah data yang dilakukan dalam

penelitian untuk lebih jelas, foto-foto kegiatan penelitian dapat dilihat pada

lampiran (F1-F2).

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi studi kelayakan Sungai

Cigasong, menyusun instrumen, dan implementasi pelaksanaan. Adapun

penjabarannya adalah sebagai berikut.

1. Studi Kelayakan

- Melakukan survei ke Sungai Cigasong dan pabrik tahu (Observasi

Sungai Cigasong dan pabrik tahu dilihat secara fisik, biologi dan

kimia).

- Wawancara kepada pihak terkait yaitu masyarakat sekitar dan pemilik

serta pegawai pabrik tahu.

Dari hasil wawancara terhadap masyarakat di lokasi pabrik tahu,

bahwa hasil buangan pabrik tahu belum berdampak negatif bagi

(31)

digali cukup dalam, sehingga cukup jauh dari limbah yang dibuang di

permukaan.

2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, RPP

Pencemaran air, menyusun instrumen yang terdiri dari Lembar Kerja

Siswa (LKS) Pencemaran Air, Lembar Jawaban LKS, Lembar Soal

Pencemaran Air, Lembar Jawaban Siswa, Lembar Angket Siswa, dan

Guru.

3. Implementasi pelaksanaan

a. Pertemuan Pertama

Hari/Tanggal : Senin, 20 Mei 2013

Waktu : 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran )

Subyek : Kelas VII B (kelas eksperimen)

Tempat : Laboratorium IPA

Kegiatan : - Melakukan pretest soal penguasaan konsep dan

pemecahan masalah pencemaran air

- Melakukan pembelajaran materi pencemaran air

dengan alat peraga gambar-gambar pencemaran air

menggunakan infocus.

- Melakukan eksperimen penjernihan air sederhana.

b. Pertemuan Kedua

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Mei 2013

Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)

Subyek : Kelas VII B (kelas eksperimen)

Tempat : Pabrik tahu dan Sungai Cigasong di Jalan Raya

Cigasong Kecamatan Cigasong Kabupaten

(32)

Kegiatan : - Pembagian kelompok (dikelompokkan menjadi 6

Kelompok, tiap kelompok terdiri 5 orang).

- Observasi ke Sungai Cigasong dan pabrik tahu

- Siswa melakukan pengamatan berdasarkan petunjuk LKS ke Lokasi 2 (lokasi Sungai Cigasong

setelah pembuangan tahu) dan dilanjutkan ke

lokasi 1 (lokasi Sungai Cigasong sebelum

pembuangan limbah pabrik tahu).

- Mengadakan diskusi lapangan perkelompok.

- Melakukan postest soal penguasaan konsep dan

pemecahan masalah pencemaran air.

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif

kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), statistik deskriptif digunakan untuk

menganalisa sejumlah data yang dikumpulkan dalam penelitian sehingga

memperoleh gambaran mengenai keadaan suatu subyek yang diteliti. Dalam

analisis deskriptif ini digunakan ukuran rata-rata hitung (mean), standar

deviasi, maksimum, minimum dan ukuran rata-rata kenormalan data untuk

masing-masing variabel penelitian. Dalam rangka mengetahui penyebaran

data masing-masing variabel, data yang telah terkumpul diklasifikasikan dan

diberi skor.

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan

mengunakan uji Ttest dengan bantuan program SPSS 20 for windows.

G. Analisis Uji Coba Instrumen

1. Analisis Tes Penguasaan Konsep

Uji butir soal tes objektif untuk mengukur penguasaan konsep siswa :

a. Uji Validitas Soal

Menurut Arikunto (2008) validitas butir soal dihitung dengan

menggunakan rumus Product Moment dengan angka besar atau kasar

(33)

 

Arikunto (2008:75) memberikan interpretasi mengenai besarnya

koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas

Koefisien Korelasi Keterangan

Angka hasil perhitungan Rxy kemudian dibandingkan denga tabel korelasi

Product Moment pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan valid

apabila Rhitung > Rtabel.

Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan program Anates V4 dari

40 soal yang diuji terdapat 32 soal yang valid dengan Rhitung > 0,2 dan ada

8 soal yang tidak valid dengan Rhitung < 0,2. Soal yang digunakan untuk

penelitian ini adalah soal yang valid sehingga dalam penelitian ini dari 40

soal ada 28 soal yang digunakan untuk penelitian, hasil penelitian dapat

dilihat pada lampiran E.1 Tabel Hasil Uji Instrumen Validitas Butir Soal.

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil

pengukuran. Menurut Arikunto (2008), reliabilitas soal dihitung untuk

seluruh soal, dengan rumus korelasi :



(34)

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

pq

= jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Hasil uji realibilitas didapat skor realibilitas tes sebesar 0,79. Dapat dilihat pada lampiran E.1 Uji Realibilitas.

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Arikunto (2008) rumus uji tingkat kesukaran adalah :

JS B P

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal penguasaan konsep dan

kemampuan memecahkan masalah siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Keterangan

0,0 – 0,3 Sukar

0,3 – 0,7 Sedang

0,7 – 1,0 Mudah

Arikunto (2008)

Dari 40 soal penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan

masalah siswa terdapat 6 soal kategori sukar, 26 soal kategori sedang,

8 soal kategori mudah, dapat dilihat pada lampiran E.1.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto: 2007).

(35)

B

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Menurut Arikunto (2008:218) klasifikasi nilai daya pembeda adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Daya Pembeda Keterangan

0,0 – 0,2 Jelek

0,2 – 0,4 Cukup

0,4 – 0,7 Baik

0,7 – 1,0 Baik sekali

Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang) Arikunto (2008)

Dari 40 soal penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan

masalah siswa terdapat 3 soal kategori baik sekali, 14 soal kategori baik,

14 soal kategori cukup, 9 soal kategori jelek. Dapat dilihat pada lampiran

E.1.

2. Analisis tes kemampuan memecahkan masalah

a. Penyekoran hasil pretest dan posttest.

b. Penghitungan N-gain.

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui pemecahan masalah

(36)

dipakai merupakan rumus gain skor yang dikemukakan Hake (1999:1)

sebagai berikut.

�= � − �

� � − �

Spost = skor posttest Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Kriteria efektifitas peningkatan dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Skor Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Hake (1999)

Dari 30 orang siswa kelas eksperimen (Kelas VII B) didapat 17

orang dengan nilai batasan N-Gain kategori sedang, dan 13 orang dengan

nilai batasan N-Gain kategori rendah. Hasil dapat dilihat pada lampiran

E.4 Tabel N-Gain.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi

peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Uji hipotesis ini terdiri dari

beberapa tahap yang harus dilalui untuk mencapai hasil yang tepat.

Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan uji

hipotesis.

a. Uji Nomalitas

Uji normalitas merupakan uji normalitas distribusi. Uji normalitas

distribusi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Uji

(37)

maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa data tersebut

berdistribusi normal, dengan α = 0,05.

b. Uji Homogenitas Varians

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang

didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak.

nilai dari sig > α maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain

bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.

c. Uji Hipotesis Parametrik

Data yang bersifat homogen dan normal maka dapat dilakukan uji

hipotesis parametrik. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan

uji-t dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05

dengan tes satu ekor, rumus yang digunakan ialah :



Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel

d. Uji Hipotesis Non parametrik

Uji non-parametrik yang akan digunakan adalah uji Mann-Whitney

U. Pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai dari sig < ½ α, dengan α = 0,05, maka Hi diterima (Walpole, 1995).

4. Menghitung Persentase Angket Siswa.

Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa dan guru

menggunakan rumus :

% � = �ℎ � � ℎ � � �

�ℎ � ℎ 100%

5. Menghitung Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran.

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan proses

(38)

yang disusun. Perhitungan tersebut menggunakan rumus persentase

sebagai berikut.

� � � �� = �ℎ � � ℎ � � �

(39)

H. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam

melakukan penelitian.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Wawancara / Tanggapan masyarakat dan pihak pabrik tahu

Observasi Keterlaksanaan Model Survey langsung ke lokasi penelitian Sungai Cigasong

Uji Coba, Validasi, , Revisi

Pretest

Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran CPS) Kelas Kontrol

(Model Pembelajaran Konvensional)

Diskusi lapangan

Pengolahan dan Analisis Data

1. Pedoman Observasi 4 Wawancara

2. LKS 5. Diskusi Lapangan

3. Angket Siswa 6. Tes

Studi Literatur : Model Creative Problem Solving (CPS), penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa

Penyusunan Rencana Pembelajaran Model CPS materi pencemaran air

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang studi kelayakan Sungai Cigasong

sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada materi

pencemaran air, siswa SMP Kelas VII di Kecamatan Cigasong Kabupaten

Majalengka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Sungai Cigasong layak sebagai media pembelajaran dilihat dari

kemudahan akses, tingkat keamanan, efisien waktu, biaya, media, materi, serta

karakteristik Sungai Cigasong. Hal ini didasarkan pada hasil observasi ke

Sungai Cigasong.

Implementasi media Sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS terhadap

materi pencemaran air secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan

konsep siswa, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan

meningkatkan hasil belajar siswa.

Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan media Sungai

Cigasong dalam pembelajaran CPS pada materi ajar pencemaran air.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kelayakan

Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) pada materi pencemaran air siswa SMP Kelas VII pada materi ajar

pencemaran air, maka terdapat beberapa hal yang harus dijadikan perhatian

dan sebagai saran bagi penelitian–penelitian selanjutnya. Berikut adalah saran-saran tersebut:

1. Guru lebih mempertimbangkan lagi untuk mencoba model pembelajaran

(41)

menggunakan media sungai, hutan, lahan pertanian dan lingkungan sekitar

sekolah sebagai bahan observasi materi ajar.

2. Lingkungan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk

mengaplikasikan teori yang didapat siswa SMP di kelas dan dapat

diterapkan pada materi-materi mata pelajaran yang lainnya.

3. Dalam penelitian ini Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran CPS

tidak mengalami pencemaran air yang tinggi, maka perlu dipertimbangkan

untuk memilih media penelitian dengan pencemaran tingkat tinggi, agar

siswa lebih tertantang untuk meneliti, memahami dan mencari solusi

terhadap masalah pencemaran yang terjadi, serta siswa dapat lebih peduli

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Andreson, O. W., Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for learning, Teaching, and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Asmani. J.M (2011).Tujuh tips aplikasi pakem. Cetakan ke dua. Jogjakarta: Diva Press.

BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchel, L. G. (2004). Biologi (edisi ke-delapan). Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Cheolil Lim, Kyungsun Park and Miyoung Hong. (2010). An Instructional Model with an Online Support System for Creative Problem Solving.Seoul National University, Korea. International Journal for Educational Media and Technology.Vol.4, No.1, pp.4-12

Cox, Carole. (1999). Teaching Languange Art: A Student-and Response-Centered Classroom. California State University, Long Beach.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan Kedua. Bandung:Erlangga.

Davis,A .G. (2012).Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan.Jakarta:Indeks.

Departemen Pendidikan Nasional.(2008). Strategi Pembelajaran MIPA. DiktiDitjen PMPTK Jakarta.

Dewi, E.P 2008 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematika Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

FTK, 2011. Pedoman Kuliah Microteching Jurusan/Prodi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Tidak Diterbitkan.

(43)

Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th Edition). New York: CBS College Publishing.

Gok, T and Silay, I. (2010).The Effects of Problem Solving Strategies on Students’

Achievement, Attitude and Motivation. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4,

Issaken.(2008). A Compendium of Evidence for Creative Problem Solving.The Creative Problem Solving Group, Inc. 2008.

Latuheru, JD. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Masa Kini. Jakarta: DepdikbudMason R (1994).

Murniati.E (2012).Pendidikan & Bimbingan anak kreatif. Yogyakarta: Pustaka Insan Imani.

Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran Langsung. Pusdat Sain dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana. UNESA

Purwanto, M. Ngalim. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rasyid. H, Masyur. (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Reiser, Robert A. & Dempsey, John V. (2002). Trends and issues in instructional design and technology. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Rustaman. N, Dirdjosoemarto, S. Yudianto, S. A. Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. K, Mimin. N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA-UPI.

Sadiman, Arief. (1984). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Selçuk, GS. (2007). The Effects of Gender and Grade Levels on Turkish Physics Teacher Candidates’ Problem Solving Strategies.Journal of Turkish Science EducationVolume 4, Issue 1, May 2007.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asdi Mahasatya.

(44)

Sudjana. 1996. MetodeStatistika. Tarsito: Bandung.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Supriadie. D, Darmawan. D. (2012).Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Surtikanti.H.K. (2011).Biologi Lingkungan. Badung: Prisma Press.

Talajan. Guntur. (2012).Menumbuhkan kreativitas dan prestasi guru. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Trianto.(2007).Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto.(2007).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Cetakan keempat. Jakarta: Kencana Prenada.

Wahono. (2013). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/Mts Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.

Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi

Wena, M (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiersma, W. (1995). Research Methods in Education: an Instruction.

Massachussetts. A Simon and Schuster Company.

Yamin, M.(2011).Paradigma baru pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.

(45)

KELAS EKSPERIMEN ( Pertemuan ke-1)

Satuan Sekolah : SMP Negeri 1 Cigasong

Mata Pelajaran : IPA Biologi

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)

Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem

Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengolahan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan

kerusakan lingkungan

Indikator Pencapaian Kompetensi :

1. Menjelaskan jenis dan sumber pencemaran air.

2. Mengamati penyebab terjadinya pencemaran dan dampak terjadinya

pencemaran air terhadap lingkungan.

3. Mengetahui cara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan

lingkungan

A. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah guru menayangkan video pencemaran air, siswa dapat mengetahui

proses terjadinya pencemaran air.

2. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan

jenis-jenis pencemaran.

3. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan

sumber-sumber terjadinya pencemaran.

4. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan

penyebab dan dampak terjadinya pencemaran.

5. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukancara

(46)

B. Materi Pembelajaran

Pencemaran lingkungan adalah masuknya bahan pencemar ke dalam

lingkungan yang kadarnya melebihi batas ambang dan dapat merugikan bagi

makhluk hidup (komponen biotik) dan komponen abiotik.Istilah untuk bahan yang

menyebabkan pencemaran disebut polutan.Syarat suatu lingkungan disebut

tercemar apabila polutan yang masuk kedalam lingkungan melebihi batas ambang.

Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran air,

pencemaran udara dan pencemaran tanah.

Penyebab terjadinya pencemaran air :

 Limbah industri yang langsung dialirkan ke sungai

 Limbah rumah tangga yang langsung dialirkan ke sungai

Ciri-ciri air yang tercemar :

 Berbau

 Berubah warna

 Berubah rasa

Dampak dari pencemaran air terhadap makhluk hidup :

 Hilangnya ekosistem air

 Gangguan pernapasan, misalnya pada insang ikan berdarah

Upaya untuk menanggulangi pencemaran air :

 Membuat unit pengolahan limbah

 Menggunakan sabun, detergen, shampo secukupnya.

C. Metode Pembelajaran :

Pendekatan : Konsep

Metode : Tanya jawab, demonstrasi

Model : Creative Problem Solving(CPS)

(47)

D. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu Prasyarat :

Siswa dalam kelompok membawa bahan-bahan kimia rumah

tangga yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari

seperti pewangi pakaian, pembersih lantai, sabun detergen,

dll. (minimal 3 buah)

1. Kegiatan Awal

 Salam

 Mengecek absen dan mengisi agenda kelas

 Menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan produk

yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari

(detergen, botol shampoo).

 Guru memotivasi siswa dengan mengajukan

pertanyaan:”Apakah kalian sering menggunakan produk

-produk ini? Apakah kalian merasa nyaman menggunakan

produk-produk ini? Diantara kalian ada yang suka

mencuci pakaiannya sendiri? Kira-kira berapa takaran

detergen untuk 1 kali cuci dengan satu baju? Sama tidak

dengan jika kalian mencuci baju 1 ember? Sama tidak

dengan jika kalian mencuci celana jeans setelah celana

tersebut kalian gunakan di tempat yang kotor atau telah

digunakan selama 1 bulan? Jika kalian selesai mencuci,

apakah kalian pernah menelusuri pembuangan sisa

detergen bekas saat mencuci? Kira-kira kemana ya sisa

(48)

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

 Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: kira-kira

apa yang akan terjadi jika sisa detergen bekas mencuci

kita buang ke sungai?. Mengaitkan materi yang sudah

dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai

pengaruh penggunaan bahan kimia terhadap lingkungan

dengan materi yang akan dipelajari yaitu pencemaran

lingkungan.Menuliskan SK, KD dan menyebutkan tujuan

pembelajaran.

 Guru memberikan permasalahan untuk menggali konsepsi

awal sebagai berikut:

Pencemaran lingkungan hidup di Indonesia meningkat

tajam sepanjang tahun ini.Dalam catatan Wahana

Lingkungan Hidup (Walhi), dibanding tahun 2010,

jumlah kasuspencemaran lingkungan meningkat hampir

dua kali lipat di 2011."Ada 141 kasus pencemaran

lingkungan sepanjang 2011. Meningkatnya hampir dua

kali lipatdibanding tahun lalu, sekitar 75 kasus," kata

Barry Fahdian Furqon, Direktur Eksekutif Nasional

 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

(49)

 Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok. Setiap

kelompok terdiri dari lima orang.

 Siswa disajikan suatu permasalahan.

No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

 Guru memperlihatkan keadaan lingkungan yang bersih

dan yang sudah tercemari, kemudian mengajukan

pertanyaan: “Apakah terdapat perbedaan antara gambar A

dan gambar B? apa yang membedakannya? Gambar mana

yang sudah tercemari? Apakah zat yang mencemari

lingkungan menguntungkan atau merugikan bagi kita?

(Video mengenai pencemaran air di lautan). Coba jelaskan

Apakah yang dimaksud dengan pencemaran

lingkungan?”.

Tahap : Mess-finding (penemuan ide)

 Guru memberi kesempatan siswa untuk memberikan

pendapat mengenai masalah yang dikemukakan melalui

gambar dan video.

 Guru memperlihatkan gambar pencemaran dan video

(tanah, air, suara, dan udara) dan memberikan

pertanyaan:” Berdasarkan gambar-gambar ini apa yang

dapat kalian simpulkan?”.

 Guru menginformasikan bahwa istilah untuk zat yang

mencemari lingkungan disebut polutan dan memberi

penegasan bahwa polutan dapat mencemari lingkungan

jika jumlahnya sudah melebihi batas ambang.

 Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat

(50)

bawa.

Tahap : Fact-finding (Penemuan fakta)

 Siswa menganalisis bahan-bahan kimia rumah tangga

yang biasa di gunakan berdasarkan komposisi bahan yang

(51)

Tahap : Problem-finding (Penemuan masalah)

 Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor

bahan-bahan yang telah dibawa untuk menemukan permasalahan

terhadap bahan yang dibawa jika di buang secara

sembarangan ke lingkungan sekitar (Eksplor terhadap

permasalahan yang dilakukan).

Tahap : Solution finding (penemuan solusi)

 Siswa mendiskusikan hasil analisisnya dengan

sebelumnya menuliskan hasil penemuannya (pengaruh

limbah industri atau limbah rumah tangga terhadap

lingkungan baik pencemaran air, tanah, udara) di papan

tulis.

 Siswa mengemukakan solusi dari permasalahan yang telah

dianalisis sebelumnya.

 Siswa dibimbing untuk menyebutkan ciri-ciri lingkungan

yang tercemar.

Tahap :Acceptance-finding(penemuan penerimaan)

 Dalam kegiatanyang dilakukan, guru melakukan tanya

jawab dan diskusi tentang hal-hal yang belum diketahui

siswa.

Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahpahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

3. Kegiatan Akhir :

 Siswa melaksanakan posttest.

 Guru menugaskan siswa pada pertemuan selanjutnya

untuk membawa alat-alat yang akan digunakan dalam

penjernihan air.

(52)

E. Sumber Belajar

1. Buku IPA Terpadu untuk SMP / MTs, Wasis BSE. Depdiknas

2. LKS

F. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik penilaian : Tes tertulis

2. Bentuk instrumen : Esai dan PG

G. Contoh Instrumen

1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan?

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
+5

Referensi

Dokumen terkait

(5) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang telah menyelesaikan program induksi dengan nilai kinerja paling kurang kategori baik, yang dibuktikan dengan sertifikat

Bagian kedua aplikasi perencanaan dan pengendalian laba mencakup perencanaan dan pengendalian penjualan, produksi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

Studi Kelayakan Bisnis, Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komperhensip Edisi ke 2. Jakarta : Gramedia

O : Klien terlihat mampu melakukan kegiatan yang sesuai

Berdasarkan hasil pengujian berupa tanggapan dari para responden dapat disimpulkan bahwa masing-masing menu dalam aplikasi ini baik menu utama maupun menu

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Uji

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR