SISWA SMP KELASVII
TESIS
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari
Syaratuntuk MemperolehGelar Magister PendidikanBiologi
Oleh
IinInasih
1101156
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII
SebuahTesis yang DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyarat untuk MemperolehGelar Magister PendidikanPada Program
StudiPendidikanBiologi
Oleh : IinInasih
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
HakciptadilindungiUndang-Undang
PERNYATAAN
Denganinisayamenyatakanbahwatesis yang berjudul“KELAYAKAN SUNGAI
CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE
PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI PENCEMARAN AIR
SISWA SMP KELAS VII”
inidanseluruhisinyaadalahbenar-benarkaryasayasendiri,
dansayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang
tidaksesuaidenganetikailmu yang berlakudalammasyarakatkeilmuan.
Ataspernyataanini, sayasiapmenanggungresiko/sanksi yang
dijatuhkankepadasayaapabilakemudianditemukanadanyapelanggaranterhadapetika
keilmuandalamkaryasaya ini, atau adaklaimdaripihak lain terhadapkaryasaya ini.
Bandung, Februari 2014
Yang membuatpernyataan
IinInasih
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penguasaan Konsep ... 12
B. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 13
D. Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) ... 16
E. Pembelajaran Konvensional ... 21
F. Media Sungai Cigasong ... 24
G. Pencemaran Air ... 25
H. Asumsi ... 28
I. Hipotesis ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi ... 30
B. Metode dan desain Penelitian ... 31
C. Definisi Operasional ... 32
D. Instrumen Penelitian ... 35
E. Prosedur Penelitian ... 36
F. Analisis Data ... 38
G. Analisis Uji Coba Instrumen ... 38
H. Alur Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45
1. Kelayakan Hasil Sungai Cigasong Hasil Observasi ... 45
2. Hasil Observasi Ke Pabrik Tahu ... 50
B. Uji Statsitik Data Hasil Penelitian ... 55
1. Kemampuan Penguasaan Konsep ... 55
2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 58
1. Studi Kelayakan Sungai Cigasong, Majalengka ... 62
2. Penguasaan Konsep ... 65
3. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 68
4. Angket Tanggapan Siswa ... 70
5. Keterlaksanaan Model Pembelajaran CPS ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks model pengajaran langsung... 23
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas... 38
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 40
Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 41
Tabel 3.5 Kriteria Skor Gain ... 41
Tabel 4.1. Uji normalitas tes awal dan tes akhir kemampuan penguasaan konsep. ... 57
Tabel 4.2. Uji perbedaan rata-rata tes awal kemampuan penguasaan konsep ... 57
Tabel 4.3. Uji perbedaan rata-rata tes akhir kemampuan penguasaan konsep ... 58
Tabel 4.4. Uji normalitas tes awal dan tes akhir kemampuan pemecahan masalah... 60
Tabel 4.5. Uji perbedaan rata-rata tes awal kemampuan pemecahan masalah ... 60
Tabel 4.6. Uji perbedaan rata-rata tes akhir kemampuan pemecahan masalah ... 61
Tabel 4.7. Hasil Observasi ke Sungai Cigasong ... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 44
Gambar 4.1. Foto Udara Lokasi Pengamatan Sungai Cigasong Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka... 45
Gambar 4.2. Lokasi sungai Cigasong setelah pabrik tahu ... 46
Gambar 4.3. Lokasi sungai Cigasong sebelum pabrik tahu ... 46
Gambar 4.4. Tanaman yang tumbuh di lokasi 1 (area setelah pabrik tahu) ... 47
Gambar 4.5. Tanaman yang tumbuh di lokasi 2 (area sebelum pabrik tahu) ... 47
Gambar 4.6. Hewan yang terdapat di lokasi 2 (area sebelum pabrik tahu) ... 48
Gambar 4.7. Hewan yang terdapat di lokasi 1 (area setelah pabrik tahu)... 48
Gambar 4.8. Kondisi air sungai Cigasong yang jernih sebelum pabrik tahu (hulu sungai) ... 49
Gambar 4.9. Kondisi air sungai Cigasong yang keruh dan berbau setelah pabrik tahu (hilir sungai) ... 49
Gambar 4.10. Rekapitulasi perbandingan nilai rata-rata kemampuan penguasaan konsep pada tes awal dan tes akhir ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
A. Perangkat Pembelajaran Halaman
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 78
Lampiran A.2 RPP, Pertemuan ke-1, Kelas Eksperimen ... 80
Lampiran A.3 RPP, Pertemuan ke-2, Kelas Eksperimen ... 88
Lampiran A.4 RPP, Pertemuan ke-1, Kelas Kontrol ... 93
Lampiran A.5 RPP, Pertemuan ke-2, Kelas Kontrol ... 100
Lampiran A.6 LKS Penjernihan Air ... 106
Lampiran A.7 LKS Observasi ke pabrik tahu / sungai Cigasong ... 107
Lampiran A.8 Kunci jawaban LKS penjernihan air ... 112
Lampiran A.9 Kunci jawaban LKS observasi ... 113
B. Instrumen Penelitian Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep ... 117
Lampiran B.2 Soal Uji Instrumen Penguasaan Konsep ... 121
Lampiran B.3 Kategori Soal Berdasarkan Ranah Kognitif ... 130
Lampiran B.4 Soal Pretest dan Postest Pengusaan Konsep ... 146
Lampiran B.5 Soal Pemecahan Masalah Pencemaran Air ... 156
Lampiran B.6 Lembar Jawaban Soal Pemecahan Masalah... 159
Lampiran B.7 Kunci Jawaban Soal Pemecahan Masalah ... 161
Lampiran B.8 Lembar Jawaban Soal Penguasaan Konsep ... 164
Lampiran B.9 Kunci Jawaban Soal Penguasaan Konsep ... 165
Lampiran B.10 Angket Tanggapan Siswa ... 166
Lampiran B.11 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan (GuruSiswa) ... 168
Lampiran B.12 Lembar Penilaian Perilaku Diri ... 172
Lampiran B.13 Istrumen Diskusi Kelas ... 173
Lampiran B.14 Lembar Penilaian (Judgement)... 178
Lampiran B.15 Daftar Kelompok Siswa ... 182
Lampiran B.16 Angket Siswa... 184
C. Hasil Uji Coba Tes Lampiran C.1 Hasil uji coba Pretest soal penguasaan konsep kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 185
Lampiran C.3 Hasil uji coba Postest soal Penguasaan Konsep kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 186
Lampiran C.5 Hasil uji coba Pretest soal pemecahan masalah kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ... 187
D. Data Tes Awal dan Tes Akhir
Lampiran D.1 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Posttes soal penguasaan
konsep kelas eksperimen ... 191
Lampiran D.2 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Postest soal penguasaan konsep kelas kontrol ... 192
Lampiran D.3 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Posttes soal pemecahan masalah kelas eksperimen ... 193
Lampiran D.4 Tabel Hasil uji coba Pretest dan Postest soal pemecahan masalah kelas kontrol ... 194
E. Pengolahan Data Lampiran E.1 Tabel Hasil Uji Instrumen Penguasaan konsep ... 195
Lampiran E.2 Tabel Tingkat Kesukaran ... 196
Lampiran E.3 Daya pembeda ... 197
Lampiran E.4 N-gain... 198
Lampiran E.5 Uji Normalitas Pretest Penguasaan Konsep ... 199
Lampiran E.6 Uji Normalitas Postest Penguasaan Konsep ... 200
Lampiran E.7 Uji Normalitas Pretest Pemecahan Masalah ... 201
Lampiran E.8 Uji Normalitas Postest Pemecahan Masalah ... 203
Lampiran E.9 Tabel Hasil Analisis Angket Siswa ... 204
F. Dokumen Pendukung Lampiran F.1 Foto Kegiatan Pembelajaran ... 205
Lampiran F.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 210
Lampiran F.3 Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis ... 211
Lampiran F.4 Surat Keterangan Izin Penelitian ... 213
Lampiran F.5 Foto Flora dan Fauna di Sungai Cigasong ... 214
KELAYAKAN SUNGAI CIGASONG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) PADA MATERI PENCEMARAN AIR SISWA SMP KELAS VII
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sungai Cigasong, Majalengka sebagai media model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan kemampuan memecahkan masalah siswa SMP kelas VII pada konsep pencemaran air. Studi Kelayakan sungai Cigasong dilakukan dengan observasi langsung ke sungai Cigasong. Hasil observasi menunjukan Sungai Cigasong layak sebagai media pembelajaran dilihat dari akses, biaya, keamanan, waktu serta karakteristik sungai Cigasong dan pabrik tahu. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment
dengan desain Nonequivalent control group design yang dilaksanakan di kelas VII pada salah satu SMP di Majalengka tahun pelajaran 2012 / 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas VII untuk penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi untuk keterlaksanaan model pembelajaran
Creative Problem Solving dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Creative Problem Solving. Pembelajaran dengan model pembelajaran Creative Problem Solving secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar terlihat dari adanya peningkatan penguasaan konsep dengan nilai rerata N-gain 0,31 kategori sedang dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dengan nilai rerata N-Gain 0,68 kategori sedang.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Kurikullum 2013).
Bidang ilmu Biologi dipakai sebagai landasan (platform) pembahasan
bidang ilmu yang lain. Makhluk hidup digunakan sebagai obyek untuk
menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang mengatur alam seperti objek alam dan
interaksinya, energi dan keseimbangannya, dan lain-lain. Melalui
pembahasan menggunakan bermacam bidang ilmu dalam rumpun ilmu
pengetahuan alam, pemahaman utuh tentang alam yang dihuninya beserta
benda-benda alam yang dijumpai di sekitarnya dapat dikuasai oleh peserta
didik SMP/MTs. (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Kurikullum 2013).
Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung
konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap
jenjang yang lebih tinggi. Pemahaman konsep merupakan hal yang penting
karena merupakan landasan bagi siswa untuk berfikir. Di samping itu,
pemahaman konsep merupakan dasar bagi proses yang lebih tinggi untuk
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 1996).
Menurut Rustaman dkk. (2005) selain itu untuk menguasai konsep, siswa
dapat mengaplikasikan konsep yang dipelajari, mengkaitkan satu konsep
dengan konsep lain, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya
dengan konsep-konsep yang dimilikinya. Setiap siswa memiliki berbagai
tingkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai konsep dalam
biologi. Tingkat pemahaman ini sangat penting bagi siswa, agar dapat
mencapai tujuan belajar bermakna dan nantinya dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam menerima suatu konsep
tergantung pada kompleksitas konsep dan tingkat perkembangan kognitif
siswa. Level kemampuan siswa dalam penguasaan konsep ditentukan oleh
cara setiap orang dalam menerima dan memproses konsep tersebut.
Penguasaan konsep yang dimaksudkan yaitu tingkatan dimana seorang
siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar
memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu
sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan Taksonomi
Bloom (Anderson & Krathwohl, 2001), penguasaan konsep dalam
pembelajaran meliputi ranah kognitif C1, C2, C3, dan C4. Penguasaan konsep
dengan observasi langsung akan lebih mempermudah siswa dalam memahami
materi ajar sehingga siswa dapat memecahkan masalah secara kreatif.
Media dalam model Creative Problem Solving mempermudah siswa
dalam mecari solusi permasalahan, karena media yang ada tidak hanya dalam
bentuk gambar tetapi siswa dapat melihat langsung, meraba dan mencium
media tersebut, sehingga mempermudah siswa dalam memahami, mengingat
Dengan konsep Creative Problem Solving media yang dipelajari siswa
menghasilkan produk, produk yang dihasilkan berbeda setiap kelompoknya,
dilihat dari cara menyusun produk pada eksperimen penjernihan air, dalam
hal ini disimpulkan bahwa model Cretive Problem Solving mampu
mengembangkan dan memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mencari
solusi permasalahan.
Jadi kreatif dalam Cretive Problem Solving menghasilkan produk dari
siswa sebagai media pemecahan masalah, selain itu siswa memiliki jawaban
yang lebih bervariatif dalam menjawab soal-soal penjernihan air.
Kesulitan siswa dalam menguasai konsep biologi dapat dilatarbelakangi
oleh kenyataan yang menunjukkan bahwa selama pembelajaran, kegiatan
siswa cenderung pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan, mencatat
informasi, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru tanpa adanya
proses pembentukan konsep sendiri. Akibatnya siswa hanya menghapal
konsep saja, meskipun ada siswa yang mampu memiliki tingkat hapalan yang
baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun mereka sering tidak
memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hapalan
tersebut (Depdiknas dalam Trianto, 2007).
Kenyataan tersebut merupakan akibat dari kekurangan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, kekurangan pembelajaran berhubungan dengan
pembelajaran yang sebagian besar berpusat pada guru (teacher centered).
Pada pendekatan ini guru hanya menyampaikan pengetahuan pada siswa.
Guru hanya memastikan materi ajar sudah disampaikan dan siswa harus
memahami materi tersebut. Persoalan sekarang adalah bagaimana
menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat konsep tersebut
lebih lama. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam
dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan
suasana kelas yang hidup, aktif, antusias dan penuh semangat dan mempunyai
nilai kehidupan yang baik.
Selain penguasaan konsep yang harus dikuasai, ada satu aspek penting
lainnya yaitu kemampuan memecahkan masalah. Sehingga diperlukan
pengembangan kemampuan memecahkan masalah siswa secara tepat dan
kreatif. Dalam hal ini tepat sasaran dan solusi yang dikombinasikan dengan
pemikiran kreatif. Salah satu aspek kreativitas adalah kepribadian
(personality) orang-orang kreatif. Aspek ini penting dipahami sebagai dasar
dalam memberikan perlakuan yang sesuai kepada seseorang untuk
mengembangkan kreativitasnya. Ada ungkapan bahwa “the creative person
must have a creative personality”. Upaya menciptakan iklim yang kondusif
bagi perkembangan kreativitas hanya mungkin apabila dipahami lebih dahulu
sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengitarinya
(Murniati, 2012). Dalam hal ini kreatif sangat menunjang dalam kemampuan
memecahkan masalah.
Kreatif dari segi ontologi pada hakikatnya adalah siswa dapat
mengembangkan kemampuan dalam menjawab pertanyaan dan solusi
masalah pencemaran air di sungai Cigasong.
Kreatif dilihat dari aspek epistomologi adalah kemampuan siswa dalam
mendapatkan pengetahuan yang benar, di penelitian ini digunakan metode
observasi langsung, sehingga siswa dapat secara langsung mengamati semua
objek penelitian yang ada di area penelitian.
Kreatif ditinjau dari aspek aksiologi kebermanfaatan penelitian ini baik
secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis untuk melihat
kelayakan dan interaksi antara variable dalam penelitian. Sedangkan secara
praktis untuk memberi sumbangan pemikiran pada praktisi pendidik, para
peneliti pendidikan, dan para pengambil kebijakan pendididkan.
Kemampuan memecahkan masalah merupakan penilaian kemampuan
memecahkan suatu permasalahan secara lebih kompleks dalam berbagai
permasalahan dunia nyata dan didorong untuk mendalaminya, mengetahui
tentang permasalahan tersebut, sehingga peserta didik dapat mengambil
kesimpulan sendiri atas situasi yang terjadi, dan akhirnya peserta didik dapat
menemukan pemecahan untuk masalah tersebut (Grabowski, Koszalka, &
Mccarth, 1998 dalam Yamin).
Siswa berbeda-beda dalam kemampuan proses intelektual yaitu
beberapa siswa lebih kuat dalam kognisi, beberapa siswa lebih kuat dalam
berpikir divergen dan beberapa siswa lainnya lagi lebih kuat dalam
kedua-duanya. Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal secara mudah melalui
pengamatan ciri-ciri berikut ini : (1) Hasrat ingin mengetahui, (2) Bersikap
terbuka terhadap pengalaman baru, (3) Keinginan untuk menemukan dan
meneliti, (4) Mencari jawaban yang memuaskan dan komprehensif, (5)
Bergairah, aktif dan berdedikasi dalam melakukan tugasnya, (6) Kemampuan
membuat analisis dan sintesis, (7)Memiliki semangat penyelidikan dan
penemuan (discovery and inquiry).
Guru diharapkan selalu mengembangkan kreativitas secara aktif dalam
pelaksanaan pembelajaran, sehingga situasi belajar tidak membosankan dan
monoton. (Buku Guru kelas VII SMP/MTs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Kurikullum 2013).
Untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan
masalah secara kreatif dapat ditunjang dengan model pembelajaran CPS.
Dimana model pembelajaran CPS merupakan salah satu model pembelajaran
yang memberi kesempatan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran maupun
menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam model pembelajaran ini siswa
dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif. Hal ini
berarti memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah tidak
hanya terbatas pada berhasil atau tidak, akan tetapi lebih pada proses
menemukan solusi terbaik dan termudah yang dapat dilakukan oleh siswa.
penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan ide, penemuan solusi,
penemuan penerimaan. Di sisi lain, model pembelajaran Creative Problem
Solving juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan penguasaan terhadap
konsep biologi.
Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model
pembelajaran yang menjadikan kegiatan dalam pembelajaran berbasis pada
pencarian solusi suatu permasalahan. Pembelajaran yang melibatkan suatu
permasalahan memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam belajar.
Pengalaman nyata tersebut menjadikan konsep-konsep yang dipelajari akan
tersimpan lebih lama (long term memory). Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Sthepanie (2005:2) bahwa “pembelajaran yang melibatkan
suatu permasalahan, menyajikan daya tarik tersendiri bagi siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas keterlibatan siswa dalam pembelajaran”. Selain itu pencarian solusi atas permasalahan juga menuntut siswa untuk menguasai
dan memahami konsep khususnya konsep Biologi. Oleh karena itu tahapan
model pembelajaran CPS khususnya pada tahap objective-finding didesain
agar siswa aktif dalam memahami dan mencari konsep-konsep baru yang
mendukung untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Salah satu materi ajar biologi SMP adalah pencemaran lingkungan yang
terdiri dari pencemaran air, udara, tanah, dan suara. Dimana pencemaran air
merupakan pencemaran yang berdampak langsung yang saling terkait antara
satu dengan yang lainnya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran
lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemaran,
bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah
penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri serta strategi untuk
mengendalikannya.
Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan
definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam
memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran.
Kelayakan sungai Cigasong sebagai media pembelajaran sangat layak,
sesuai dengan materi pencemaran air kelas VII semester II (kurikulum 2013),
dan dapat digunakan menjadi tempat penelitian, aliran sungai Cigasong yang
melintasi daerah pemukiman warga dan pabrik tahu menyebabkan kondisi air
sungai Cigasong tercemar limbah domestik rumah tangga dan limbah dari
pabrik tahu.
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan peneliti tertarik untuk
mengkaji kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran di lokasi
Sungai Cigasong yang letaknya tidak jauh dari sekolah tempat mengajar,
yaitu tepatnya di Jalan Raya Timur Cigasong Desa Simpeureum Kecamatan
Cigasong kabupaten Majalengka. Sebelum penelitian dilakukan, diadakan
observasi awal sebagai studi kelayakan mengenai kondisi lingkungan yang
ada di lokasi penelitian tersebut. Studi kelayakan itu bertujuan untuk
mengaplikasikan teori yang diperoleh di kelas dan diharapkan siswa dapat
menerapkan teori yang didapat berdasarkan fakta yang didapat di lapangan.
Studi kelayakan mengetahui kondisi sungai di kota Majalengka khususnya
Cigasong beserta cara mengolah air yang tercemar sehingga tertarik untuk
meneliti mengenai studi kelayakan pencemaran di Sungai Cigasong sebagai
media pembelajaran CPS pada siswa SMP kelas VII terhadap penguasaan
konsep siswa dan kemampuan memecahkan masalah. Penelitian ini
merupakan pengkajian tentang proses penguasaan konsep dan kemampuan
memecahkan masalah terhadap pencemaran sungai Cigasong melalui metode
observasi. Observasi yang dilakukan oleh siswa SMP di Sungai Cigasong
mengenai tingkat pencemaran yang diakibatkan limbah dari pabrik tahu yang
berada di kawasan Cigasong, Majalengka. Hal ini penting mengingat
penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah merupakan salah
satu tujuan pembelajaran Biologi yang dicanangkan dalam KTSP. Selain itu
sangat bermanfaat bagi siswa untuk menghadapi permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian
dengan judul Kelayakan Sungai Cigasong sebagai Media Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) Pada Materi Pencemaran Air Siswa SMP
Kelas VII.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimanakah kelayakan sungai Cigasong dijadikan sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS) materi pencemaran air pada siswa SMP kelas VII?”
Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut
dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kelayakan sungai Cigasong sebagai media pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) materi pencemaran air siswa SMP Kelas
VII dilihat dari akses, biaya, keamanan, waktu, serta karakteristik Sungai
Cigasong.
2. Bagaimanakah implementasi media Sungai Cigasong dalam pembelajaran
CPS terhadap materi pencemaran air.
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti dibatasi sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Creative Problem Solving
melalui metode observasi langsung.
2. Parameter Implementasi media sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS
untuk meningkatkan penguasaan konsep, meningkatkan kemampuan
3. Penguasaan konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penguasaan konsep yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang
direvisi (Anderson & Krathwohl, 2001) yaitu faktual dan konseptual.
Penguasaan konsep yang meliputi proses kognitif C1 sampai dengan C4
dan dibatasi pada materi pencemaran air melalui kegiatan observasi
langsung dengan soal pilihan ganda sebanyak 40 soal.
4. Kemampuan memecahkan masalah yang dilakukan secara tepat sesuai
dengan kemampuan menemukan solusi. Kemampuan menyelesaikan
masalah ini berupa pertanyaan dalam bentuk tes esai yang terdiri dari 10
soal berdasarkan kajian permasalahan yang ditemukan melalui metode
observasi langsung ke Sungai Cigasong yang mengalami pencemaran
limbah pabrik tahu yang berada di sekitar sungai.
5. Hasil belajar siswa meningkat dari berkualifikasi cukup pada pre test
menjadi baik pada post test. Hasil belajar siswa pada post test mengalami
peningkatan dibandingkan pre test. Interaksi belajar siswa sangat dinamis
dan kerjasama antar siswa baik dalam kelompok maupun antar kelompok
berlangsung dengan baik.
6. Pembelajaran yang efektif dan efisien, pembelajaran yang mengantarkan
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
secara maksimal dengan penggunaan komponen pembelajaran yang
minimal. Komponen dalam hal ini adalah waktu, tenaga, dan biaya.
7. Penerapan media sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS mendapat
respon yang postif dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar
siswa, dan hasil angket tanggapan siswa yang 89% merespon positif
terhadap pembelajaran CPS.
8. Materi yang dikaji dalam penelitian adalah pencemaran air.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
media model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap
penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan masalah siswa SMP kelas
VII pada konsep pencemaran air.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan :
1. Bagi guru :
a. Sungai Cigasong mampu memberikan informasi yang berkaitan
dengan aplikasi model pembelajaran Creative Problem Solving dalam
pembelajaran biologi pada materi pencemaran air.
b. Memberikan pengalaman mengenai penggunaan model pembelajaran
Creative Problem Solving terhadap penguasaan konsep dan
memecahkan masalah pada materi ajar pencemaran air.
c. Dapat menjadi umpan balik bagi pendidik untuk menyusun rancangan
pembelajaran yang lebih bervariatif dan menarik sehingga mampu
melatihkan berbagai keterampilan dan kemampuan dalam bidang sains.
2. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman langsung mengenai kelayakan Sungai
Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving pada
materi pencemaran air.
b. Melatih siswa dalam meningkatkan penguasaan konsep dalam materi
c. Memberikan motivasi untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah pada materi ajar pencemaran air.
3. Bagi Peneliti lainnya
a. Sungai Cigasong sebagai sumber informasi dan referensi dalam
pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya
meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.
b. Sungai Cigasong sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat
melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik
pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.
c. Memberikan informasi kepada guru sains pada umumnya dan guru
biologi khususnya, mengenai model pembelajaran CPS , sehingga
dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolahnya.
d. Memberikan sumbangan pemikiran tinggi implementasi model
pembelajaran CPS, sehingga dapat diimplementasikan atau
dikembangkan dalam KBM dalam rangka meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar.
e. Memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kreativitas
pembelajaran biologi dan dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel
1. Lokasi
Lokasi penelitian studi kelayakan adalah Sungai Cigasong di Jalan
Raya Timur Cigasong Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa
Barat.
2. Subjek Penelitian
Sesuai dengan kurikulum 2013 mata pelajaran IPA materi
pencemaran air ada di kelas VII semester genap (II), maka subjek
penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Semester 2
SMP Negeri 1 Cigasong Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah empat
kelas yang pada setiap kelas berjumlah 30 siswa.
3. Waktu
Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua kali pertemuan :
1). Pertemuan pertama selama 2 jam pelajaran di kelas. Dengan kegiatan
belajar mengajar menggunakan infokus yang didukung audio visual
menjelaskan konsep pencemaran air dan penjelasan pelaksanaan
observasi langsung ke lokasi pabrik tahu dan Sungai Cigasong.
2). Pertemuan kedua selama 2 jam pelajaran. Diawali dengan mekanisme
kegiatan yang akan dilakukan, penjelasan lembar kerja siswa,
pelaksanaan observasi langsung di pabrik tahu dan Sungai Cigasong.
Setelah itu dilakukan diskusi kelompok mengenai hasil pengamatan
dalam LKS yang kemudian didapatkan kesimpulan akhir dari
pengamatan mengenai hasil penelitian limbah pabrik tahu di Sungai
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen dengan desain “nonequivalent control group pretest-posttest
design” untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep dan
kemampuan memecahkan masalah antar kelompok yang menggunakan
model pembelajaran CPS dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional (Sugiyono, 2006: 11). Dalam desain “nonequivalent control
group pretest-posttest design” kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok
eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok
tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok
yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir
diberikan postes. Kelas yang dijadikan kelas eksperimen yaitu kelas VII B
dan kelas yang dijadikan kelas kontrol yaitu kelas VII C.
2. Desain Penelitian
Desain ini menggunakan satu kelompok eksperimen dan satu
kelompok kontrol. Kelompok kontrol menggunakan pembelajaran
langsung seperti ceramah, persentasi dan diskusi. Kelompok eksperimen
mendapatkan perlakuan berupa model pembelajaran Creative Problem
Solving. Selain itu sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan tes. Tes
sebelum perlakuan dikenal sebagai pretest. Sedangkan tes setelah
perlakuan disebut posttest. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
“nonequivalent control group pretest-posttest design” (Sugiyono, 2010). Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
(Sugiyono, 2010)
Keterangan :
X1 = Model pembelajaran Creative Problem Solving
X2 = Model pembelajaran Konvensional O1 = Pretest kelas eksperimen
O2 = Posttest kelas eksperimen O3 = Pretest kelas kontrol O4 = Posttest kelas kontrol
C. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan
definisi operasional dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Kelayakan Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) materi pencemaran air siswa SMP kelas VII.
Studi kelayakan meliputi kriteria dari segi kemudahan akses, tingkat
keamanan, efisien waktu, biaya murah, dan ekologi Sungai Cigasong
(Surtikanti, 2011).
Area penelitian di Sungai Cigasong : panjang kurang lebih 15 m,
lebarnya: 9 m, dengan kedalaman air : antara 30 cm - 1 m.
Kondisi Fisik : banyak batu-batu besar, aliran sungai dikelilingi
kebun bambu, pohon mangga, pohon nangka, pohon kelapa, pohon
melinjo, pohon belimbing, pohon petai cina, pohon jeruk sehingga
keadaannya sangat rindang, ada pabrik tahu serta di atasnya ada
pemukiman penduduk.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ke sungai
Cigasong adalah air sungai Cigasong, flora dan fauna, pabrik tahu yang
berada di lokasi penelitian sungai Cigasong. Untuk mengukur PH air
sungai digunakan indikator kertas Lakmus biru dan merah. Data
3. Model Pembelajaran Creative Problem Solving
Model pembelajaran Creative Problem Solving merupakan model
pembelajaran yang mampu melatihkan kemampuan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan secara kreatif. Penyelesaian masalah harus terdiri dari
berbagai macam solusi yang pada akhirnya akan dipilih solusi terbaik
melalui tahapan Objective-Finding, Fact-Finding, Problem-Finding,
Idea-Finding, Solution Finding, dan Acceptance-Finding. Model ini dapat
diukur melalui lembar observasi keterlaksanaan model (Osborne dalam
Harris, 2002).
Model pembelajaran Creative Problem Solving terdiri dari lima
tahapan. Tahapan pertama dinamakan penemuan fakta. Tahap kedua
merupakan tahap penemuan masalah. Tahap ketiga adalah penemuan ide.
Tahap keempat dari model pembelajaran ini adalah penemuan solusi.
Tahap kelima adalah penemuan penerimaan (Davis, 2012).
Model pembelajaran ini sangat menarik untuk diimplementasikan
karena pada dasarnya model ini sangat bermanfaat untuk melatih
kemampuan-kemampuan dalam bidang sains. Untuk meningkatkan
kreativitas dilakukan melalui dua cara. Cara pertama adalah melalui
pelatihan memecahkan masalah. Cara kedua adalah mengajarkan
divergent thinking. Divergent thinking dapat berupa pencarian berbagai
macam ide, pencarian ide dengan kategori yang berbeda, dan
mengemukakan ide secara detail. Kedua cara tersebut dapat difasilitasi
oleh model pembelajaran Creative Problem Solving (Osborne dalam
Harris, 2002).
Salah satu model belajar yang sering digunakan dalam pendidikan
adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional
merupakan model pembelajaran yang telah dipakai lama oleh para
pendidik. Metode pembelajaran konvensional merupakan metode yang
terdiri dari tahapan kegiatan awal, inti, dan akhir yang berpusat pada guru
(Yamin, 2011:202). Ciri utama pembelajaran konvensional yaitu : (1)
mengutamakan daya ingat dan hafalan, (2) peserta didik belajar secara
individual, (3) pembelajaran dikembangkan oleh guru, (4) peserta didik
penerima informasi secara pasif, (5) penyajian disajikan berdasarkan
teoritis, abstrak, kaku dan berpegang pada buku teks.
5. Penguasaan Konsep Materi Pencemaran Air
Penguasaan konsep pada materi ajar pencemaran lingkungan
didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami suatu abstraksi
yang menggambarkan karakteristik konsep pencemaran lingkungan secara
ilmiah, baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat dilihat dari tes awal dan tes akhir. Indikator penguasaan
konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif
Bloom (Anderson, 2010:99) dibatasi pada aspek ingatan (C1), memahami
(C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4). Penguasaan konsep
diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan
ganda 40 soal yang diberikan ketika pretest dan posttest.
6. Kemampuan Memecahkan Masalah Pencemaran Air
Kemampuan memecahkan masalah yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan
konsep-konsep pencemaran lingkungan yang dipelajarinya untuk
memecahkan berbagai masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, baik yang terkait gejala alam maupun pada berbagai peralatan
memecahkan masalah berdasarkan pada memahami masalah, ketepatan
solusi, ketepatan perhitungan, dan ketepatan hasil yang dituangkan dalam
suatu rubrik penilaian. Kemampuan memecahkan masalah diukur dengan
menggunakan tes dalam bentuk essay. Soal-soal tes pemecahan masalah
dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan memecahkan masalah diukur
dengan menggunakan tes memecahkan masalah meliputi 10 soal essay
yang diberikan ketika pretest dan posttest.
Dalam penelitian ini, kemampuan memecahkan masalah yang
dimaksud adalah kemampuan siswa menggunakan
pengetahuan-pengetahuan dan konsep pencemaran lingkungan yang dipahaminya untuk
memecahkan masalah yang berhubungan dengan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Penilaian kemampuan memecahkan masalah tidak
hanya terbatas pada kemampuan untuk menemukan solusi atas suatu
masalah akan tetapi lebih kepada proses menemukan solusi terbaik atas
permasalahan yang dihadapi (Wena, 2011: 53).
D. Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu observasi, tes, angket, dokumentasi, dan wawancara. Teknik
observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan, cara dan model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Teknik tes
digunakan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Angket digunakan untuk memperoleh
tanggapan siswa terhadap keterlaksanaan pembelajaran CPS. Teknik
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah serta foto proses
tindakan penelitian. Wawancara digunakan untuk memperoleh data lokasi
2. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan empat instrumen pengumpulan
data, yaitu; lembar observasi, test, angket dan dokumentasi. Lembar
observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS). Untuk lebih rinci, kisi-kisi lembar observasi dapat dilihat pada
lampiran A. Soal tes dilakukan untuk mengungkapkan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Kisi-kisi soal pretest dan
posttest dapat dilihat pada lampiran B.1 dan soalnya dapat dilihat pada
lampiran B.4, lembaran angket dapat dilihat pada lampiran B.11 dan B.12,
Dokumentasi dilakukan untuk menambah data yang dilakukan dalam
penelitian untuk lebih jelas, foto-foto kegiatan penelitian dapat dilihat pada
lampiran (F1-F2).
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi studi kelayakan Sungai
Cigasong, menyusun instrumen, dan implementasi pelaksanaan. Adapun
penjabarannya adalah sebagai berikut.
1. Studi Kelayakan
- Melakukan survei ke Sungai Cigasong dan pabrik tahu (Observasi
Sungai Cigasong dan pabrik tahu dilihat secara fisik, biologi dan
kimia).
- Wawancara kepada pihak terkait yaitu masyarakat sekitar dan pemilik
serta pegawai pabrik tahu.
Dari hasil wawancara terhadap masyarakat di lokasi pabrik tahu,
bahwa hasil buangan pabrik tahu belum berdampak negatif bagi
digali cukup dalam, sehingga cukup jauh dari limbah yang dibuang di
permukaan.
2. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, RPP
Pencemaran air, menyusun instrumen yang terdiri dari Lembar Kerja
Siswa (LKS) Pencemaran Air, Lembar Jawaban LKS, Lembar Soal
Pencemaran Air, Lembar Jawaban Siswa, Lembar Angket Siswa, dan
Guru.
3. Implementasi pelaksanaan
a. Pertemuan Pertama
Hari/Tanggal : Senin, 20 Mei 2013
Waktu : 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran )
Subyek : Kelas VII B (kelas eksperimen)
Tempat : Laboratorium IPA
Kegiatan : - Melakukan pretest soal penguasaan konsep dan
pemecahan masalah pencemaran air
- Melakukan pembelajaran materi pencemaran air
dengan alat peraga gambar-gambar pencemaran air
menggunakan infocus.
- Melakukan eksperimen penjernihan air sederhana.
b. Pertemuan Kedua
Hari/Tanggal : Selasa, 21 Mei 2013
Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)
Subyek : Kelas VII B (kelas eksperimen)
Tempat : Pabrik tahu dan Sungai Cigasong di Jalan Raya
Cigasong Kecamatan Cigasong Kabupaten
Kegiatan : - Pembagian kelompok (dikelompokkan menjadi 6
Kelompok, tiap kelompok terdiri 5 orang).
- Observasi ke Sungai Cigasong dan pabrik tahu
- Siswa melakukan pengamatan berdasarkan petunjuk LKS ke Lokasi 2 (lokasi Sungai Cigasong
setelah pembuangan tahu) dan dilanjutkan ke
lokasi 1 (lokasi Sungai Cigasong sebelum
pembuangan limbah pabrik tahu).
- Mengadakan diskusi lapangan perkelompok.
- Melakukan postest soal penguasaan konsep dan
pemecahan masalah pencemaran air.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), statistik deskriptif digunakan untuk
menganalisa sejumlah data yang dikumpulkan dalam penelitian sehingga
memperoleh gambaran mengenai keadaan suatu subyek yang diteliti. Dalam
analisis deskriptif ini digunakan ukuran rata-rata hitung (mean), standar
deviasi, maksimum, minimum dan ukuran rata-rata kenormalan data untuk
masing-masing variabel penelitian. Dalam rangka mengetahui penyebaran
data masing-masing variabel, data yang telah terkumpul diklasifikasikan dan
diberi skor.
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan
mengunakan uji Ttest dengan bantuan program SPSS 20 for windows.
G. Analisis Uji Coba Instrumen
1. Analisis Tes Penguasaan Konsep
Uji butir soal tes objektif untuk mengukur penguasaan konsep siswa :
a. Uji Validitas Soal
Menurut Arikunto (2008) validitas butir soal dihitung dengan
menggunakan rumus Product Moment dengan angka besar atau kasar
Arikunto (2008:75) memberikan interpretasi mengenai besarnya
koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Interpretasi Indeks Validitas
Koefisien Korelasi Keterangan
Angka hasil perhitungan Rxy kemudian dibandingkan denga tabel korelasi
Product Moment pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan valid
apabila Rhitung > Rtabel.
Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan program Anates V4 dari
40 soal yang diuji terdapat 32 soal yang valid dengan Rhitung > 0,2 dan ada
8 soal yang tidak valid dengan Rhitung < 0,2. Soal yang digunakan untuk
penelitian ini adalah soal yang valid sehingga dalam penelitian ini dari 40
soal ada 28 soal yang digunakan untuk penelitian, hasil penelitian dapat
dilihat pada lampiran E.1 Tabel Hasil Uji Instrumen Validitas Butir Soal.
b. Uji Reliabilitas
Reabilitas merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil
pengukuran. Menurut Arikunto (2008), reliabilitas soal dihitung untuk
seluruh soal, dengan rumus korelasi :
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Hasil uji realibilitas didapat skor realibilitas tes sebesar 0,79. Dapat dilihat pada lampiran E.1 Uji Realibilitas.
c. Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto (2008) rumus uji tingkat kesukaran adalah :
JS B P
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran soal penguasaan konsep dan
kemampuan memecahkan masalah siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Keterangan
0,0 – 0,3 Sukar
0,3 – 0,7 Sedang
0,7 – 1,0 Mudah
Arikunto (2008)
Dari 40 soal penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan
masalah siswa terdapat 6 soal kategori sukar, 26 soal kategori sedang,
8 soal kategori mudah, dapat dilihat pada lampiran E.1.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto: 2007).
B
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Menurut Arikunto (2008:218) klasifikasi nilai daya pembeda adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.4 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Daya Pembeda Keterangan
0,0 – 0,2 Jelek
0,2 – 0,4 Cukup
0,4 – 0,7 Baik
0,7 – 1,0 Baik sekali
Negatif Tidak baik (sebaiknya dibuang) Arikunto (2008)
Dari 40 soal penguasaan konsep dan kemampuan memecahkan
masalah siswa terdapat 3 soal kategori baik sekali, 14 soal kategori baik,
14 soal kategori cukup, 9 soal kategori jelek. Dapat dilihat pada lampiran
E.1.
2. Analisis tes kemampuan memecahkan masalah
a. Penyekoran hasil pretest dan posttest.
b. Penghitungan N-gain.
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui pemecahan masalah
dipakai merupakan rumus gain skor yang dikemukakan Hake (1999:1)
sebagai berikut.
�= � − �
� � − �
Spost = skor posttest Spre = skor pretest
Smaks = skor maksimum ideal
Kriteria efektifitas peningkatan dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 3.5 Kriteria Skor Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Hake (1999)
Dari 30 orang siswa kelas eksperimen (Kelas VII B) didapat 17
orang dengan nilai batasan N-Gain kategori sedang, dan 13 orang dengan
nilai batasan N-Gain kategori rendah. Hasil dapat dilihat pada lampiran
E.4 Tabel N-Gain.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi
peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Uji hipotesis ini terdiri dari
beberapa tahap yang harus dilalui untuk mencapai hasil yang tepat.
Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam melakukan uji
hipotesis.
a. Uji Nomalitas
Uji normalitas merupakan uji normalitas distribusi. Uji normalitas
distribusi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Uji
maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa data tersebut
berdistribusi normal, dengan α = 0,05.
b. Uji Homogenitas Varians
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang
didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak.
nilai dari sig > α maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain
bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.
c. Uji Hipotesis Parametrik
Data yang bersifat homogen dan normal maka dapat dilakukan uji
hipotesis parametrik. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
uji-t dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05
dengan tes satu ekor, rumus yang digunakan ialah :
Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel
d. Uji Hipotesis Non parametrik
Uji non-parametrik yang akan digunakan adalah uji Mann-Whitney
U. Pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai dari sig < ½ α, dengan α = 0,05, maka Hi diterima (Walpole, 1995).
4. Menghitung Persentase Angket Siswa.
Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa dan guru
menggunakan rumus :
% � = �ℎ � � ℎ � � �
�ℎ � ℎ 100%
5. Menghitung Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran.
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan proses
yang disusun. Perhitungan tersebut menggunakan rumus persentase
sebagai berikut.
� � � �� = �ℎ � � ℎ � � �
H. Alur Penelitian
Alur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam
melakukan penelitian.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Wawancara / Tanggapan masyarakat dan pihak pabrik tahu
Observasi Keterlaksanaan Model Survey langsung ke lokasi penelitian Sungai Cigasong
Uji Coba, Validasi, , Revisi
Pretest
Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran CPS) Kelas Kontrol
(Model Pembelajaran Konvensional)
Diskusi lapangan
Pengolahan dan Analisis Data
1. Pedoman Observasi 4 Wawancara
2. LKS 5. Diskusi Lapangan
3. Angket Siswa 6. Tes
Studi Literatur : Model Creative Problem Solving (CPS), penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa
Penyusunan Rencana Pembelajaran Model CPS materi pencemaran air
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang studi kelayakan Sungai Cigasong
sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada materi
pencemaran air, siswa SMP Kelas VII di Kecamatan Cigasong Kabupaten
Majalengka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Sungai Cigasong layak sebagai media pembelajaran dilihat dari
kemudahan akses, tingkat keamanan, efisien waktu, biaya, media, materi, serta
karakteristik Sungai Cigasong. Hal ini didasarkan pada hasil observasi ke
Sungai Cigasong.
Implementasi media Sungai Cigasong dalam pembelajaran CPS terhadap
materi pencemaran air secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan
konsep siswa, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan media Sungai
Cigasong dalam pembelajaran CPS pada materi ajar pencemaran air.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kelayakan
Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS) pada materi pencemaran air siswa SMP Kelas VII pada materi ajar
pencemaran air, maka terdapat beberapa hal yang harus dijadikan perhatian
dan sebagai saran bagi penelitian–penelitian selanjutnya. Berikut adalah saran-saran tersebut:
1. Guru lebih mempertimbangkan lagi untuk mencoba model pembelajaran
menggunakan media sungai, hutan, lahan pertanian dan lingkungan sekitar
sekolah sebagai bahan observasi materi ajar.
2. Lingkungan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk
mengaplikasikan teori yang didapat siswa SMP di kelas dan dapat
diterapkan pada materi-materi mata pelajaran yang lainnya.
3. Dalam penelitian ini Sungai Cigasong sebagai media pembelajaran CPS
tidak mengalami pencemaran air yang tinggi, maka perlu dipertimbangkan
untuk memilih media penelitian dengan pencemaran tingkat tinggi, agar
siswa lebih tertantang untuk meneliti, memahami dan mencari solusi
terhadap masalah pencemaran yang terjadi, serta siswa dapat lebih peduli
DAFTAR PUSTAKA
Andreson, O. W., Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for learning, Teaching, and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Asmani. J.M (2011).Tujuh tips aplikasi pakem. Cetakan ke dua. Jogjakarta: Diva Press.
BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP
Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchel, L. G. (2004). Biologi (edisi ke-delapan). Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Cheolil Lim, Kyungsun Park and Miyoung Hong. (2010). An Instructional Model with an Online Support System for Creative Problem Solving.Seoul National University, Korea. International Journal for Educational Media and Technology.Vol.4, No.1, pp.4-12
Cox, Carole. (1999). Teaching Languange Art: A Student-and Response-Centered Classroom. California State University, Long Beach.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan Kedua. Bandung:Erlangga.
Davis,A .G. (2012).Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan.Jakarta:Indeks.
Departemen Pendidikan Nasional.(2008). Strategi Pembelajaran MIPA. DiktiDitjen PMPTK Jakarta.
Dewi, E.P 2008 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Matematika Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
FTK, 2011. Pedoman Kuliah Microteching Jurusan/Prodi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Tidak Diterbitkan.
Gagne, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th Edition). New York: CBS College Publishing.
Gok, T and Silay, I. (2010).The Effects of Problem Solving Strategies on Students’
Achievement, Attitude and Motivation. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4,
Issaken.(2008). A Compendium of Evidence for Creative Problem Solving.The Creative Problem Solving Group, Inc. 2008.
Latuheru, JD. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Masa Kini. Jakarta: DepdikbudMason R (1994).
Murniati.E (2012).Pendidikan & Bimbingan anak kreatif. Yogyakarta: Pustaka Insan Imani.
Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran Langsung. Pusdat Sain dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana. UNESA
Purwanto, M. Ngalim. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.
Rasyid. H, Masyur. (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Reiser, Robert A. & Dempsey, John V. (2002). Trends and issues in instructional design and technology. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Rustaman. N, Dirdjosoemarto, S. Yudianto, S. A. Achmad, Y. Subekti, R. Rochintaniawati, D. K, Mimin. N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA-UPI.
Sadiman, Arief. (1984). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatanya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Selçuk, GS. (2007). The Effects of Gender and Grade Levels on Turkish Physics Teacher Candidates’ Problem Solving Strategies.Journal of Turkish Science EducationVolume 4, Issue 1, May 2007.
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Sudjana. 1996. MetodeStatistika. Tarsito: Bandung.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Supriadie. D, Darmawan. D. (2012).Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Rosda.
Surtikanti.H.K. (2011).Biologi Lingkungan. Badung: Prisma Press.
Talajan. Guntur. (2012).Menumbuhkan kreativitas dan prestasi guru. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Trianto.(2007).Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto.(2007).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Cetakan keempat. Jakarta: Kencana Prenada.
Wahono. (2013). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP/Mts Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Wena, M (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiersma, W. (1995). Research Methods in Education: an Instruction.
Massachussetts. A Simon and Schuster Company.
Yamin, M.(2011).Paradigma baru pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.
KELAS EKSPERIMEN ( Pertemuan ke-1)
Satuan Sekolah : SMP Negeri 1 Cigasong
Mata Pelajaran : IPA Biologi
Kelas / Semester : VII / 2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar : 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengolahan
lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan lingkungan
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Menjelaskan jenis dan sumber pencemaran air.
2. Mengamati penyebab terjadinya pencemaran dan dampak terjadinya
pencemaran air terhadap lingkungan.
3. Mengetahui cara untuk menanggulangi pencemaran air dan kerusakan
lingkungan
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah guru menayangkan video pencemaran air, siswa dapat mengetahui
proses terjadinya pencemaran air.
2. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan
jenis-jenis pencemaran.
3. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan
sumber-sumber terjadinya pencemaran.
4. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukan
penyebab dan dampak terjadinya pencemaran.
5. Setelah diperlihatkan gambar pencemaran air, siswa dapat menentukancara
B. Materi Pembelajaran
Pencemaran lingkungan adalah masuknya bahan pencemar ke dalam
lingkungan yang kadarnya melebihi batas ambang dan dapat merugikan bagi
makhluk hidup (komponen biotik) dan komponen abiotik.Istilah untuk bahan yang
menyebabkan pencemaran disebut polutan.Syarat suatu lingkungan disebut
tercemar apabila polutan yang masuk kedalam lingkungan melebihi batas ambang.
Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran air,
pencemaran udara dan pencemaran tanah.
Penyebab terjadinya pencemaran air :
Limbah industri yang langsung dialirkan ke sungai
Limbah rumah tangga yang langsung dialirkan ke sungai
Ciri-ciri air yang tercemar :
Berbau
Berubah warna
Berubah rasa
Dampak dari pencemaran air terhadap makhluk hidup :
Hilangnya ekosistem air
Gangguan pernapasan, misalnya pada insang ikan berdarah
Upaya untuk menanggulangi pencemaran air :
Membuat unit pengolahan limbah
Menggunakan sabun, detergen, shampo secukupnya.
C. Metode Pembelajaran :
Pendekatan : Konsep
Metode : Tanya jawab, demonstrasi
Model : Creative Problem Solving(CPS)
D. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu Prasyarat :
Siswa dalam kelompok membawa bahan-bahan kimia rumah
tangga yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seperti pewangi pakaian, pembersih lantai, sabun detergen,
dll. (minimal 3 buah)
1. Kegiatan Awal
Salam
Mengecek absen dan mengisi agenda kelas
Menarik perhatian siswa dengan memperlihatkan produk
yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
(detergen, botol shampoo).
Guru memotivasi siswa dengan mengajukan
pertanyaan:”Apakah kalian sering menggunakan produk
-produk ini? Apakah kalian merasa nyaman menggunakan
produk-produk ini? Diantara kalian ada yang suka
mencuci pakaiannya sendiri? Kira-kira berapa takaran
detergen untuk 1 kali cuci dengan satu baju? Sama tidak
dengan jika kalian mencuci baju 1 ember? Sama tidak
dengan jika kalian mencuci celana jeans setelah celana
tersebut kalian gunakan di tempat yang kotor atau telah
digunakan selama 1 bulan? Jika kalian selesai mencuci,
apakah kalian pernah menelusuri pembuangan sisa
detergen bekas saat mencuci? Kira-kira kemana ya sisa
No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Guru memberikan apersepsi dengan bertanya: kira-kira
apa yang akan terjadi jika sisa detergen bekas mencuci
kita buang ke sungai?. Mengaitkan materi yang sudah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai
pengaruh penggunaan bahan kimia terhadap lingkungan
dengan materi yang akan dipelajari yaitu pencemaran
lingkungan.Menuliskan SK, KD dan menyebutkan tujuan
pembelajaran.
Guru memberikan permasalahan untuk menggali konsepsi
awal sebagai berikut:
Pencemaran lingkungan hidup di Indonesia meningkat
tajam sepanjang tahun ini.Dalam catatan Wahana
Lingkungan Hidup (Walhi), dibanding tahun 2010,
jumlah kasuspencemaran lingkungan meningkat hampir
dua kali lipat di 2011."Ada 141 kasus pencemaran
lingkungan sepanjang 2011. Meningkatnya hampir dua
kali lipatdibanding tahun lalu, sekitar 75 kasus," kata
Barry Fahdian Furqon, Direktur Eksekutif Nasional
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari lima orang.
Siswa disajikan suatu permasalahan.
No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
Guru memperlihatkan keadaan lingkungan yang bersih
dan yang sudah tercemari, kemudian mengajukan
pertanyaan: “Apakah terdapat perbedaan antara gambar A
dan gambar B? apa yang membedakannya? Gambar mana
yang sudah tercemari? Apakah zat yang mencemari
lingkungan menguntungkan atau merugikan bagi kita?
(Video mengenai pencemaran air di lautan). Coba jelaskan
Apakah yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan?”.
Tahap : Mess-finding (penemuan ide)
Guru memberi kesempatan siswa untuk memberikan
pendapat mengenai masalah yang dikemukakan melalui
gambar dan video.
Guru memperlihatkan gambar pencemaran dan video
(tanah, air, suara, dan udara) dan memberikan
pertanyaan:” Berdasarkan gambar-gambar ini apa yang
dapat kalian simpulkan?”.
Guru menginformasikan bahwa istilah untuk zat yang
mencemari lingkungan disebut polutan dan memberi
penegasan bahwa polutan dapat mencemari lingkungan
jika jumlahnya sudah melebihi batas ambang.
Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
bawa.
Tahap : Fact-finding (Penemuan fakta)
Siswa menganalisis bahan-bahan kimia rumah tangga
yang biasa di gunakan berdasarkan komposisi bahan yang
Tahap : Problem-finding (Penemuan masalah)
Siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor
bahan-bahan yang telah dibawa untuk menemukan permasalahan
terhadap bahan yang dibawa jika di buang secara
sembarangan ke lingkungan sekitar (Eksplor terhadap
permasalahan yang dilakukan).
Tahap : Solution finding (penemuan solusi)
Siswa mendiskusikan hasil analisisnya dengan
sebelumnya menuliskan hasil penemuannya (pengaruh
limbah industri atau limbah rumah tangga terhadap
lingkungan baik pencemaran air, tanah, udara) di papan
tulis.
Siswa mengemukakan solusi dari permasalahan yang telah
dianalisis sebelumnya.
Siswa dibimbing untuk menyebutkan ciri-ciri lingkungan
yang tercemar.
Tahap :Acceptance-finding(penemuan penerimaan)
Dalam kegiatanyang dilakukan, guru melakukan tanya
jawab dan diskusi tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahpahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Akhir :
Siswa melaksanakan posttest.
Guru menugaskan siswa pada pertemuan selanjutnya
untuk membawa alat-alat yang akan digunakan dalam
penjernihan air.
E. Sumber Belajar
1. Buku IPA Terpadu untuk SMP / MTs, Wasis BSE. Depdiknas
2. LKS
F. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik penilaian : Tes tertulis
2. Bentuk instrumen : Esai dan PG
G. Contoh Instrumen
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan?