IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA PAKET KEAHLIAN
TEKNIK SEPEDA MOTOR
(Studi Kuasi Eksperimen di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar
magister pedidikan program studi pendidikan teknologi dan kejuruan
Oleh:
Bambang Agusfianto
1202653
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN PROGRAM PASCA SARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. As’ari Djohar, M.Pd.
NIP. 19501205 197903 1001
Pembimbing II
Dr. Amay Suherman, M.Pd. NIP. 19590325 198601 1001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
IMPLEMENTASI
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA
PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR
(Studi Kuasi Eksperimen di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah)
Oleh
Bambang Agusfianto
UPI Bandung, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Bambang Agusfianto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DAFTAR ISI
A.Belajar dan Pembelajaran ... 11
1. Pengertian Belajar ... 11
2. Pengertian Pembelajaran ... 14
3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 14
B. Implementasi Contextual Teaching and Learning ... 20
1. Pengertian Implementasi ... 20
2. Landasan Filosofis Contextual Teaching and Learning ... 21
3. Konsep Dasar Contextual Teaching and Learning ... 23
4. Karakteristik Contextual Teaching and Learning... 24
5. Karakteristik Implementasi Contextual Teaching and Learning ... 34
6. Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Konvensional 36
C.Pembelajaran Konvensional ... 39
D.Kompetensi ... 43
2. Kompetensi Belajar ... 45
3. Elemen dalam Kompetensi ... 46
4. Macam-macam kompetensi ... 47
E. Teknik Sepeda Motor ... 49
1. Landasan Teknik Sepeda Motor ... 49
2. Tujuan Teknik Sepeda Motor ... 49
3. Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar ... 50
F. Kerangka Pemikiran ... 53
G.Asumsi ... 54
H.Hipotesis Penelitian ... 55
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
A.Metode dan Desain Penelitian ... 58
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 59
C.Instrumen Penelitian ... 60
1. Tes ... 60
2. Angket Respon Siswa ... 61
3. Observasi... 61
D.Pengujian Instrumen Penelitian ... 62
1. Validitas Instrumen ... 62
a. Tingkat Kesukaran ... 62
b. Daya Pembeda ... 63
c. Indeks Pengecoh ... 64
2. Reliabilitas Instrumen ... 65
E. Analisis Data Penelitian ... 66
1. Uji Normalitas ... 67
2. Uji Homogenitas ... 67
3. Peningkatan (N-Gain) ... 67
4. Perbedaan Peningkatan Kompetensi (Uji T) ... 67
5. Analisis Respon Siswa ... 67
F. Alur Penelitian ... 69
G.Prosedur Penelitian ... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
A.Pemaparan Data Penelitian ... 71
2. Pemaparan pelaksanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem
transmisi otomatis ... 75
3. Pemaparan Perbedaan Kompetensi Siswa ... 86
4. Pemaparan Data Respon Siswa ... 92
B. Pembahasan ... 94
1. Pembahasan hasil perencanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis ... 94
2. Pembahasan hasil pelaksanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis ... 95
3. Pembahasan Perbedaan Kompetensi Siswa ... 97
4. Pembahasan Data Respon Siswa ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
A.Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 100
Daftar Pustaka ... 102
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Daftar Nilai Siswa ... 5
2.1 Perbedaan Pendekatan Contenxtual Teaching and Learning dengan Pembelajaran Konvensional ... 38
2.2 Dasar Kompetensi Kejuruan ... 50
2.3 Kompetensi Kejuruan ... 51
3.1 Desain Penelitian ... 58
3.2 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 63
3.3 Kategori Daya Pembeda Butir Soal ... 64
3.4 Kriteria Reliabilitas Tes ... 66
3.5 Kriteria Analisis Angket ... 68
4.1 Rencana Pembelajaran Implementasi Contenxtual Teaching and Learning Pada Mata Pelajaran Perbaikan Sistem Transmisi Otomatis ... 72
4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Implementasi Contenxtual Teaching and Learning Pada Mata Pelajaran Perbaikan Sistem Transmisi Otomatis ... 76
4.3. Peningkatan Rata-rata Hasil Tes Tertulis Kelas Eksperimen ... 88
4.4 Peningkatan Rata-rata Hasil Tes Tertulis Kelas Kontrol ... 89
4.5 Perbedaan Hasil Tes Tertulis ... 90
4.6 Perbedaan Hasil Tes Kinerja ... 92
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Pemiikiran ... 54
3.1 Alur Penelitian ... 68
4.1 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Tes Tertulis antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87
4.2 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Tes Kinerja antara Kelas
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 106
B. Instrumen Penelitian ... 140
C. Analisis Data Instrumen Penelitian ... 169
D. Analisis Data Penelitian ... 193
E. Lembar Observasi Pembelajaran ... 209
IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK
PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR
(Bambang Agusfianto, 1202653)
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya motivasi siswa karena dampak guru masih menggunakan metode ceramah dan demontrasi di kelas maupun workshop tanpa melibatkan kondisi lingkungan di sekitar siswa berada dan masih tingginya tingkat kegagalan pencapaian kompetensi sampai lebih dari 50% pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis. Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design menggunakan hasil pretes dan posttest. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes tertulis, tes kinerja, angket respon pembelajaran siswa dan lembar observasi pembelajaran. Peningkatan hasil tes tertulis di kelas eksperimen didapat dari rata-rata nilai pretest sebesar 43,3 meningkat rata-rata posttest sebesar 81,8 sehingga selisih peningkatan hasil tes tertulis (gain) sebesar 38,5 dan selisih peningkatan normal hasil tes tertulis (n-gain) sebesat 67,9. Peningkatan hasil tes tertulis di kelas eksperimen didapat dari rata-rata nilai pretest sebesar 42,9 meningkat rata-rata posttest sebesar 69,5 sehingga selisih peningkatan tes tertulis (gain) sebesar 26,6 dan selisih peningkatan normal hasil tes tertulis (n-gain) sebesat 46,6. Perbandingan nilai rata-rata hasil tes kinerja di kelas eksperimen didapat sebesar 87,9 sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata sebesar 76,9 perbedan hasil tes kinerja antara ke dua kelas adalah 11,0. Kesimpulan bahwa perbedaan peningkatan kompetensi perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor yang menggunakan pendekatan contextual teaching and learning lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan konvesional. Pada umumnya siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran contextual teaching and learning dan perbedaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes tertulis dan tes kinerja.
THE IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING FOR INCREASING THE VOCATIONAL STUDENTS COMPETENCES IN
MOTORCYCLE TECHNICAL EXPERTISE PACKAGE
(Bambang Agusfianto, 1202653)
Abstract
The problem of this research was still low motivation due to the impact of teachers still use the methods in the class lectures and demonstrations and workshops without involving the environmental conditions around the students and the high failure rate of attainment of competency to more than 50% of the subjects improved automatic transmission system. This study was conducted at SMK 1 Simpangkatis Central Bangka Regency of Bangka Belitung Islands. The method of the study was used the quasi-experimental design with nonequivalent control group design using a pretest and posttest results. The instrument was used a written test instruments, test performance, questionnaire responses of student learning and teaching observation sheet. The Improvement results of the written test in the experimental class obtained from the average pretest score of 43.3 increased by an average of 81.8 posttest written test so that the difference in improvement (gain) difference of 38.5 and a normal increase in the written test result (n-gain ) sebesat 67.9. The Improvement results of the written test in the experimental class obtained from the average value increased by 42.9 average pretest-posttest average of 69.5 so that the increasing in the written test (gain) difference of 26.6 and a normal increase in the written test result (n-gain ) sebesat 46.6. The comparison of the average test performance score in the experimental class obtained at 87.9 while value of the control class average was 76.9. The differences between the result performance test the two classes is 11.0. The conclusion that the differences from increasing the competence automatic transmission system improvements the motorcycle technical expertise package that uses contextual teaching and learning approach was better than that using the conventional approach. In general, the students gave positive responses to the learning contextual teaching and learning and student competency differences seen from the results of the written test and performance test.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif
yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi
ini adalah masa emas bagi Indonesia. Namun bonus ini bisa berubah menjadi
bencana besar jika mulai sekarang kita tidak mempersiapkan generasi emas ini
dengan baik. Jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya pada
tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Jumlah penduduk
Indonesia saat ini pada usia produktif antara 15-64 tahun lebih banyak dari usia
tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke
atas. Tantangan besar yang dihadapi pendidikan adalah bagaimana
mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini
dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
(Permendikbud, 2013, hlm. 4).
Pendidikan kejuruan memiliki peran penting untuk meningkatkan
sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan.
Kebijakan Depdiknas untuk membalik rasio siswa SMK dibanding SMA dari
30:70 pada tahun 2004 menjadi 67:33 pada tahun 2014. Kebijakan ini
ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorentasi pada pemenuhan
dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri.
Data di atas menunjukan bahwa 67% sumberdaya manusia akan
mengalami pendidikan di sekolah menengah kejuruan. Untuk menghadapi
tantangan tersebut SMK harus mampu menjadi lembaga pendidik yang
bermutu dan utuh. Penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah
kejuruan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif
2
salah satunya adalah 70% lulusan SMK bekerja pada tahun kelulusan.
Direktorat Pengembangan SMK (2008) telah melahirkan tiga pilar utama yaitu:
“(1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan
pencitraan publik”.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk
menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang
keahlian yang dipilih oleh siswa serta mengembangkan sikap profesional di
bidang profesi tertentu. Pasal 15 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, sekolah menengah kejuruan memberi penjelasan bentuk
satuan pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan kejuruan ditujukan untuk membentuk tenaga kerja terampil
tingkat menengah. Kurikulum pendidikan kejuruan tujuan akhir tidak hanya
diukur melalui pencapaian prestasi berupa nilai tetapi melalui hasil dari
pencapaian tersebut, yaitu hasil dalam bentuk unjuk kerja di dunia kerja (Finch
dan Crunkilton, 1999, hlm. 14). Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi
pada proses berupa pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan dalam
lingkungan sekolah dan produk efek dari pengalaman-pengalaman dan
kegiatan-kegiatan tersebut pada lulusan.
Perubahan dan penyempurnaan kurikulum SMK tahun 1994 edisi 1999,
telah mengubah orientasi dari kurikulum berbasis materi menjadi kurikulum
berbasis kompetensi. Perkembangannya kurikulum tersebut dievaluasi dan
direvisi menjadi kurikulum SMK tahun 2004, yang kemudian disusul dengan
penyempurnaan pada tahun 2006 dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang digunakan sampai sekarang. Pada tahun 2013
kurikulum berubah kembali yang disebut kurikulum 2013. Kurikulum ini
mulai diterapkan SMK pada tahun ajaran 2013/2014 pada kelas sepuluh.
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar
3
(competency-based curriculum) (Permendikbud, 2013, hlm 8). Perubahan
kurikulum ini tidak diimbangi dengan persiapan guru dilapangan, meskipun
kurikulum terus berubah proses dan hasil pembelajaran tetap sama.
Mutu lulusan pendidikan kejuruan sangat erat kaitannya dengan proses
pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang
dimaksud antara lain persepsi, minat, dan motivasi dari internal siswa yang
rendah, serta faktor eksternal lainnya seperti kurikulum, fasilitas, guru,
lingkungan sekolah maupun keluarga masyarakat yang belum mendukung
pencapaian kompetensi siswa secara maksimal. Masih rendah motivasi siswa
karena guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan demontrasi saja
di kelas atau workshop tanpa melibatkan kondisi di sekitar perserta didik
berada. Pemanfaatan lingkungan seperti sepeda motor siswa, guru dan
lingkungan di sekitar sekolah maupun tempat tinggal siswa belum
dimanfaatkan secara maksimal. Pembelajaran hanya bersifat simulasi kurang
bermakna karena tidak dirasakan langsung manfaat dari hasil pembelajaran
praktikum.
Jumlah sarana dan prasarana praktikum yang belum seimbang dengan
jumlah siswa. Media pratikum sepeda motor belum memenuhi rasio siswa
merupakan kendala yang dihadapi oleh guru di lapangan. Satu sepeda motor
bisa digunakan oleh lima sampai tujuh siswa. Pembelajaran untuk mata
palajaran produktif biasanya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
kemudian menggunakan media pratikum secara bersama-sama. Pembelajaran
seperti ini dapat berakibat pada motivasi dan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajaran menjadi rendah, yang pada akhirnya dapat berdampak
pada kompetensi yang dibutuhkan tidak tercapai. Pembelajaran seperti jika
terus menerus berjalan maka sistem pembelajaran tidak terpenuhi dan
kompetensi kerja yang diharapkan oleh dunia kerja kurang relevan, akan
semakin jauh dari harapan industri.
Rasio perbandingan guru dengan siswa masih tidak sebanding, dimana
4
kelas belajar. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan
secara kesuluruhan dan guru sebagai pemegang peran utama. Pendidikan
hasilnya baik atau buruk tergantung bagaimana keterampilan guru dalam
menjalankan proses pembelajaran. Sanjaya, W (2013, hlm. 1) mengemukakan
bahwa:
Salah satu rendahnya mutu lulusan pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pemelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibanya ketika siswa lulus dari sekolah akan pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi.
Jika guru menerapkan pembelajaran dengan cara menghafal, maka siswa
hanya dapat mengingat dalam jangka pendek dan kesulitan ketika menghadapi
situasi nyata di lapangan. Apabila kinerja guru sepeti gambar tersebut akan
berdampak buruk terhadap mutu lulusan SMK, mengingat tujuan lulusan SMK
untuk mengisi lapangan pekerjaan yang berarti mengaplikasikan langsung ilmu
yang didapatkan di sekolah.
Program keahlian teknik otomotif, khususnya paket keahlian sepeda
motor SMKN 1 Simpangkatis memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan
yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam (1) perawatan dan
perbaikan engine sepeda motor; (2) perawatan dan perbaikan chasis, suspensi
dan power train sepeda motor; dan (3) perawatan dan perbaikan, serta
perawatan dan perbaikan electrical system sepeda motor (KTSP SMKN 1
Simpangkatis, 2012). Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang disiapkan
oleh sekolah dan tercantum dalam KTSP SMKN 1 Simpangkatis, sebagai bekal
untuk bisa bersaing dalam memasuki dunia kerja.
Penguasaan kompetensi siswa dapat dilihat pada nilai yang didapatkan
5
kompetensi perbaikan sistem transmisi otomatsi pada kelas sebelas semester
genap 2012/2013 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa
Nilai Frekuensi
(Sumber : Guru TSM SMKN 1 Simpangkatis Daftar Nilai Semester Genap )
Nilai tersebut adalah nilai murni dari uji kompetensi yang belum
disesuaikan dengan nilai dari kehadiran dan penugasan. Data di atas
menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) untuk kelas sebelas TSM masih di atas 50%. Gambaran di
atas menunjukkan bahwa kurang optimalnya kompetensi yang dimiliki siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa diperoleh
gambaran sementara bahwa salah satu faktor yang menyebabkan siswa
kesulitan dalam mempelajari sistem transmisi otomatis adalah siswa tidak
merasakan manfaat lansung dari apa yang pelajari. Pembelajaran hanya bersifat
simulasi dimana tidak dirasakan langsung hasil dari proses pembelajaran
praktik perbaikan sistem transmisi otomatis. Siswa pada awalnya diberikan
teori kejuruan, setelah itu dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
melaksanakan praktik. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered
sebagian besar guru masih mendominasi kegiatan belajar dengan metode
ceramah yang monoton. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih
6
Untuk mengatasi kendala di atas, peneliti menawarkan suatu pendekatan
pembelajaran yang lebih berorientasi kepada kebutuhan dari lapangan.
Pendekatan pembalajaran yang dimaksud adalah contextual teaching and
learning yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan suasana
pembelajaran dengan konteks dimana siswa berada. Pendekatan pembelajaran
ini sesuai dengan dikemukakan Mulyasa (2013, hlm. 109) „implementasi
kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning)’.
Contextual teaching and learning merupakan pendekatan pembelajaran
yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan
pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit (terkait dengan kehidupan
nyata) melalui pelibatan aktivitas belajar siswa, mencoba melakukan dan
mengalami sendiri (learning by doing). Pembelajaran tidak hanya dilihat dari
sisi produk saja melainkan yang terpenting adalah proses. Contextual teaching
and learning mendorong siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar
sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar.
Berdasarkan permasalahan dan fakta di atas, penulis mengajukan
sebuah studi yang berjudul “Implementasi Contextual Teaching and
Learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Pada Paket
Keahlian Teknik Sepeda Motor”.
B.Identifikasi Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Perubahan dan penyempurnaan kurikulum SMK terus dilakukan tetapi tidak
diimbangi dengan persiapan guru yang ada dilapangan sehingga proses dan
hasil pembelajarana tetap sama.
7
3. Masih rendah motivasi siswa karena guru masih menggunakan metode
ceramah dan demontrasi saja di kelas dan workshop tanpa melibatkan
kondisi lingkungan di sekitar perserta didik berada.
4. Pembelajaran dilaksanakan di SMKN 1 Simpangkatis masih menggunakan
pembelajaran konvensional yang membuat siswa merasa jenuh dan
membosankan.
5. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered sebagian besar guru
masih mendominasi kegiatan belajar dengan metode ceramah yang
monoton.
6. Masih tingginya tingkat kegagalan pencapaian kompetensi sampai lebih dari
50% pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis karena siswa
tidak merasakan manfaat lansung dari apa yang pelajari.
7. Perlu pendekatan pembelajaran yang mampu peningkatan kompetensi siswa
sesuai dengan standar kompetensi kerja yang dibutuhkan dunia industri.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang diteliti akan diungkap dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana implementasi contextual teaching and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa SMK pada paket keahlian teknik sepeda motor?”.
Bedasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini dijabarkan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and
learning yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran
perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning
yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran
8
3. Bagaimana perbedaan kompetensi siswa setelah pelaksanaan pembelajaran
contextual teaching and learning dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket
keahlian teknik sepeda motor?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran contextual teaching and
learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket
keahlian teknik sepeda motor?
D.Tujuan Penelitian
Rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi contextual teaching
and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa SMK pada paket
keahlian teknik sepeda motor. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perencanaan pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and
learning yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran
perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.
2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning
yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran
perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.
3. Mengetahui perbedaan kompetensi siswa setelah pelaksanaan pembelajaran
contextual teaching and learning dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket
keahlian teknik sepeda motor.
4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran contextual teaching and
learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket
keahlian teknik sepeda motor.
E.Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
9
pengayaan dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan khususnya
pada pendidikan jalur profesional dalam peningkatan kompetensi siswa
yang bermuara kepada kualitas sumber daya manusia.
b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan strategi
pendidikan dan upaya meningkatkan kompetensi siswa yang diharapkan
oleh industri.
c. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan
penggunaan pendekatan pembelajaran yang relevan dan mendukung
ketercapaian kompetensi pembelajaran di SMK.
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi guru selaku motivator, inovator, fasilitator, serta asesor dalam
proses pelaksanaan pembelajaran senantiasa meningkatkan
kemampuannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga
meningkatkan kompetensi siswa, diorientasikan pada pemenuhan
kebutuhan kompetensi kerja yang relevan dengan industri atau dunia
usaha.
b. Bagi kepala lembaga dengan keadaan yang terjadi saat ini, minimnya
lapangan pekerjaan sebagai penyerapan lulusan SMK siap kerja, dengan
demikian kompetensi siswa yang dihasilkan dari implementasi contextual
teaching and learning, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tenaga
kerja yang terlatih, secara komprehensif .
c. Bila penelitian ini dapat membuktikan secara empirik bahwa terdapat
peningkatan yang positif, maka hasilnya dapat dijadikan masukan bagi
pihak terkait dalam menyelenggarakan dan mengembangkan program
pendidikan di SMK.
F. Definisi Operasional
Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk
10
merupakan unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu
diukur sebagai berikut :
1. Implementasi contextual teaching and learning adalah penerapan suatu
pendekatan pembelajaran menekankan kepada proses keterlibatan siswa
dalam menemukan materi dengan menghubungkan situasi kehidupan nyata
yang dapat meningkatan kompetensi siswa. Pada penelitian ini penulis
mencoba penerapan contextual teaching and learning pada mata pelajaran
perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.
2. Kompetensi adalah kemampuan yang dilakukan siswa mencakup
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus sehingga dapat
memungkinkan siswa menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
3. Peningkatan kompetensi adalah ukuran tingkat kompetensi siswa menjadi
meningkat dari tingkat terendah sampai kompetensi optimal sebelum dan
sesudah implementasi contextual teaching and learning baik dalam
pengetahuan, psikomotor dan sikapnya.
4. Teknik sepeda motor adalah paket keahlian pada bidang keahlian teknologi
dan rekayasa program keahlian teknik otomotif yang menekankan pada
keterampilan pelayanan jasa mekanik kendaraan roda dua.
5. Pembelajaran konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia offline
versi 1.1 adalah “berdasarkan kesepakatan umum; tradisional”.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran pertama memberi teori yang diberikan oleh guru
dengan metode ceramah dilanjutkan dengan praktik hanya bersifat simulasi
dengan pembagian satu kelompok lima sampai tujuh siswa untuk satu
sepeda motor. Pembelajaran ini sesuai dengan yang ditulis pada RPP dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain eksperimen
dengan model pengembangan studi kuasi eksperimental (quasi experimental).
Muhammad Ali (2011, hlm. 283) menyatakan „studi kuasi eksperimental
adalah suatu cara lain dalam melakukan eksperimentasi. Dalam berbagai riset
prilaku dan sosial, studi kuasi eksperimental dipandang memiliki berbagai
kelebihan dibandingkan dengan studi eksperimental (sejati). Hal ini disebabkan
dalam riset-riset prilaku dan sosial pada umumnya fokus kajian dan
pengukuran adalah pada aspek prilaku, sehingga dalam pelaksanaannya tidak
dapat menghindari pelibatan manusia sebagai subjek.
Desain ekperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group design. Desain ini menempatkan subjek penelitian
ke dalam dua kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiono, 2012, hlm. 79).
Desain ini memiliki dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
tersebut salah satu akan mendapatkan contextual teaching and learning,
sedangkan kelas yang lain akan mendapatkan pembelajaran konvensional.
Sebelum mendapatkan pembelajaran, kedua kelas tersebut diberikan tes awal
dan setelah mendapatkan pembelajaran akan diberikan tes akhir. Mekanisme
penelitian dari ke dua kelas tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Tes awal Pembelajaran Tes akhir
Eksperimen Oeksp1 Oeksp Oeksp2
Kontrol Oktrl1 Oktrl Oktrl2
59
Oeksp1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum
pembelajaran contextual teaching and learning.
Oeksp2 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum
pembelajaran contextual teaching and learning.
Oktrl1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum
pembelajaran konvensional.
Oktrl1 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum
pembelajaran konvensional.
Oeksp : Pembelajaran menggunakan contextual teaching and learning.
Oktrl : Pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.
B.Lokasi, pupolasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah SMKN 1 Simpangkatis
yang beralamat di Jl. Sungai Selan Km 09, Desa Terak, Kec Simpangkatis,
Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Populasi
Penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa kelas
sebelas semester genap paket keahlian teknik sepeda motor di SMKN 1
Simpangkatis yang sedang mengikuti mata pelajaran kejuruan semester
genap sebanyak dua kelas, yang terdiri dari kelas sebelas TSM A berjumlah
25 siswa, kelas sebelas TSM B berjumlah 25 siswa.
3. Sampel
Studi kuasi eksperimental pemilihan subjek dilakukan dengan cara
memilih kelompok subjek yang sudah ada (kelompok intak) dan tidak
dilakukan secara random (Muhhamad Ali, 2011, hlm. 288). John W
Creswell (2010, hlm. 238) mengemukan dalam quasi experimental peneliti
menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak
60
dua kelompok tersebut. Pada penelitian ini dipilih dua kelas, satu kelas
eksperimen dan satu lagi kelas kontrol.
C.Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data erat kaitannya dengan cara atau langkah yang
ditempuh dalam pengumpulan data guna menjawab permasalahan yang hendak
dipecahkan. Arikunto, S (2013, hlm. 203) instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan:
1. Tes (test)
Data yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah kemampuan.
Untuk mengukur ada atau tidak adanya serta besarnya kemampuan objek
yang di teliti maka digunakan tes (Arikunto, 2013, hlm. 266).
a. Tes Tertulis (paper test)
Pengukuran ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Tes ini
berbentuk pilihan ganda (multiple choisce) yang digunakan untuk
mengevaluasi pemahaman konsep sistem transmisi otomatis. Tes ini
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum (tes awal) dan setelah
perlakuan (tes akhir). Tes awal digunakan untuk mengetahui pemahaman
awal siswa pada konsep tersebut. Tes akhir digunakan untuk mengetahui
dampak dari perlakuan terhadap kondisi awal yang kemudian
dibandingkan dengan kelas kontrol.
b. Tes Kinerja (performance test)
Alat untuk mengukur ranah psikomotor dan afektif digunakan tes
kinerja yang menggunakan lembar observasi kinerja siswa pada saat
61
siswa pada saat melakukan pembuktian atau penampilan hasil kerja
melakukan pratikum mulai dari mempersiapkan alat dan bahan, proses
langkah kerja, proses keselamatan kerja, hasil kerja dan waktu kerja. Tes
ini dilakukan sebanyak satu kali yaitu setelah perlakuan digunakan untuk
mengetahui perbedaan dampak dari perlakuan terhadap kelas eksperimen
dibandingkan dengan kelas kontrol.
2. Angket Respon Siswa
Arikunto, S (2013, hlm. 194) menyatakan bahwa: “Angket atau
kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket dapat disusun dalam
bentuk pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden yang
telah dipilih oleh peneliti. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner tertutup. Angket tertutup ini merupakan jenis angket yang
memiliki ciri responden diberi sejumlah pernyataan dengan menggambarkan
hal-hal yang ingin diungkap dari kedua variabel disertai alternatif
jawabannya dan responden tidak diberi hak untuk menjawab diluar alternatif
jawaban yang telah ditetapkan.
Responden diminta untuk merespon setiap pernyataan sesuai dengan
apa yang diketahui serta dirasakan oleh dirinya dengan cara membubuhkan
tanda chek () pada alternatif jawaban yang tersedia. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan lima
kategori tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Angket atau kuesioner pada penelitian ini diberikan kepada siswa
untuk mengetahui respon belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran
mata pelajaran sistem transmisi otomatis, baik untuk kelas eksperimen yang
menggunakan contextual teaching and learning, maupun kelas kontrol
62
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan
pembelajaran melalui observasi aktivitas siswa dan guru selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh pengamat
dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti.
Observasi dilakukan pada kelompok eksperimen untuk mengetahui
bagaimana aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran. Observer
melakukan pengamatan dan memberi penilaian sesuai rambu-rambu yang
telah digariskan dalam lembar observasi, berupa memberi tanda ceklist
pada kolom ya atau tidak yang menandakan kegiatan pada setiap fase
pembelajaran dapat terlaksana atau tidak berdasarkan pengamatan observer.
D.Pengujian Instrumen Penelitian
Pengumpulan data menggunakan instrument dibutuhkan suatu tes yang
baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak,
daya pembeda yang baik, validitas tinggi dan reliabilitas tinggi. Untuk
mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum
dipergunakan, tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas
dan reliabilitasnya.
Langkah-langkah pengujian instrumen butir soal tes tertulis adalah
sebagai berikut:
1. Validitas Instrumen
Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2013, hlm.
211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel secara teliti dan tepat.
Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas isi yang
diuji berdasarkan analisis logis dan validitas konstruk yang diuji
63
Adapun untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan beberapa
tahap yaitu:
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar
atau mudahnya suatu soal, dengan menggunakan rumus:
(Arikunto, 2012, hlm. 22)
dengan:
P : Tingkat kesukaran.
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal
Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 sukar
0,30 ≤ P < 0,70 sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 mudah
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran menggunkan
Anates pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal
yang diuji 19 soal termasuk dengan kategori tingkat kesukaran sedang.
Soal masuk dalam kategori tingkat kesukaran mudah 3 sedangkan soal
masuk dalam kategori tingkat kesukaran sukar 3, untuk lebih lanjut dapat
dilihat pada lampiran C-5
64
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah, dengan menggunakan persamaan:
(Arikunto, 2012, hlm. 228)
dengan:
D : Daya pembeda
JA : Banyaknya peserta kelompok atas.
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah.
BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar.
BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar.
PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar.
PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.
Tabel 3.3 Kategori Daya Pembeda Butir Soal
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek
0,20 < D ≤ 0,40 cukup
0,40 < D ≤ 0,70 baik
0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali
Berdasarkan hasil pengujian daya pembeda menggunkan Anates
pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang
diuji 8 soal berkategori memiliki daya pembeda baik sekali dan 32 soal
berkategori daya pembeda baik, untuk lebih lanjut dapat dilihat pada
lampiran C-7.
65
Uji tingkat pengecoh merupakan parameter yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kebehasilan kunci jawaban. Rumus yang digunakan
untuk daya pengecoh:
dengan:
ID : Presentase indeks pengecoh.
Bd : Banyaknya peserta yang memilih jawaban kunci pengecoh.
Js : Banyaknya peserta.
Interprestasi untuk daya pengecoh adalah apabila presentase daya
pengecoh diatas 5% maka kunci pengecoh dianggap berfungsi.
Berdasarkan hasil pengujian indeks pengecoh menggunkan Anates
pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang
diuji dapat berfungsi untuk lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran C-8.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji dengan
tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke
pengukuran lainnya. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus
Spearman-Brown sebagai berikut:
r
= Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan.1 1 2 2
r = Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.
Harga dari 1 1
2 2
r dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi
66
r = Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
X = Skor item ganjil. Y = Skor item genap. N = Jumlah sampel.
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (
r
11), digunakan tolok ukuryang dibuat oleh J.P. Guilford (Arikunto, 2013, hlm. 229) seperti pada
tabel berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Tes
Koefisien Reliabilitas Kriteria
Berdasarkan hasil pengujian reliabiltas menggunkan Anates pilihan
ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang diuji dengan
hasil 0,93 dengan kreteria sangat tinggi untuk lebih lanjut dapat dilihat pada
lampiran C-4.
67
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa: hasil tes dari siswa dan
jawaban angket tentang peningkatan kompetensi menggunakan contextual
teaching and learning dan menggunakan pembelajaran konvensional. Data
yang diperoleh adalah berupa nilai dari pretest dan posttest dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes dan angket juga akan diolah pada
penelitian ini.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah
dengan pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji homogenitas, uji normalitas
distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain) dan uji hipotesis penelitian.
Pengolahan data penelitian ini pegujian normalitas dan homogenitas
menggunakan uji normalitas liliefors (kolmogorov smirnov) melalui SPSS for
windows versi 18. Pengujian hipotesis selanjutnya setelah diperoleh hasil dari
pengujian statistik parametrik atau non parametrik. Ketentuan jika data
berdistribusi normal maka pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan
statistik parametrik dan jika data berdistribusi tidak normal, maka pengujian
hipotesis selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas distribusi data hasil tes tertulis dan tes kinerja
dilakukan dengan menggunakan Test Of Normality – Shapiro Wilk.
2. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians data
hasil tes tertulis dan tes kinerja dalam bentuk pretest untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen dengan menggunakan Test of Homogenitas of Variance.
3. Peningkatan (N-Gain) Hasil Tes Tertulis
N-Gain digunakan untuk mencari peningkatan kompetensi hasil tes
tertulis siswa dengan membandingkan antara hasil rata-rata skor (X) tes
tertulis dalam bentuk pretest dan posttest pada siswa kelas eksperimen dan
68
melakukan pengujian terhadap dua sampel yang saling berhubungan/
berkorelasi atau disebut “sampel berpasangan” yang berasal dari populasi
yang memiliki rata-rata sama.
4. Perbandingan Hasil Tes
Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan nilai rata-rata hasil
posttest dalam bentuk tes tertulis dan tes kinerja pada siswa kelas
eksperimen dan kontrol dilakukan dengan uji statistik parametrik
Independent Samples Test (uij t satu ekor dengan α = 0,05) jika sebaran data
berdistribusi normal dan homogen.
5. Analisis Respon Siswa
Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif
dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan bersifat positif
diberi skor tertinggi 5 yang menyatakan Sangat Setuju (SS), skor 4
yang menyatakan Setuju (S), skor 3 yang menyatakan ragu-ragu (RR),
skor 2 yang menyatakan Tidak Setuju (TS) dan skor 1 yang menyatakan
Sangat Tidak Setuju (STS), dan sebaliknya jika digunakan pernyataan
negatif pada daftar pernyataan pada angket. Data yang terkumpul
selanjutnya dijumlahkan dari masing-masing pilihan. Untuk menghitung
persentase hasil angket respon siswa dengan rumus:
69
F. Alur Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian, maka alur penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Alur Penelitian Treatment contextual teaching
and learning untuk kelas eksperimen
Treatment konvensional untuk kelas kontrol
Feed Back Melakukan Tes Akhir (Posttest)
Analisis Data
Pembahasan hasil penelitian
Kesimpulan
Melakukan Tes Awal (Pretest) Survey
Studi Pendahuluan
Menemukan Masalah
Memilih Metode Penelitian
Menentukan Variabel dan Sumber Data
70
G.Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan proses penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan yaitu tahapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan
penelitian yang meliputi: studi penjajakan awal ke lokasi penelitian, studi
dokumentasi data-data akademik, studi kepustakaan untuk menemukan
landasan teoritik sesuai fokus penelitian, serta wawancara dengan
narasumber dari manajemen SMK.
2. Tahap pelaksanaan yaitu mengumpulkan data penelitian melalui penyajian
instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, merekapitulasi data
yang diperoleh, mengolah, menganalisis, dan dilanjutkan dengan
interpretasi hasil analisis.
3. Tahap penyusunan laporan. Tahap ini merupakan tahap akhir berupa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RRP) mata pelajaran perbaikan
sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor sudah
mengacu kepada tujuan pembelajaran secara lengkap yang mencakup
domain kognitif, psikomotirk dan afektif mengacu pada pencapaian
kompetensi dan mengakomodir karakteristik komponen pendekatan
contextual teaching and learning.
2. Pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning mampu
meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem
transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor terlaksana dengan
baik sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan langkah
(a) menemukan (inquiry); (b) aplikasi (applying); (c) kerjasama
(cooperating); (d) refleksi (reflection) dan (e) penilaian autentik (authentic
assessment).
3. Terdapat perbedaan kompetensi secara signifikan dilihat dari hasil tes
tertulis dan tes kinerja antara kelas eksperimen yang diberi perlakukan
pembelajaran contextual teaching and learning dengan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional.
4. Respon siswa terhadap pendekatan contextual teaching and learning pada
mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik
Sepeda Motor hampir seluruhnya memberikan tanggapan positif.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan
beberapa saran sebagai berikut:
101
Hendaknya selalu untuk meningkatakan kemampuan guru dengan cara
memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
model-model pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah,
guru-guru dapat menggunakan alternatif penyajian materi pelajaran dengan
berbagai macam model pembelajaran.
2. Bagi Kepala Sekolah
Implementasi pendekatan contextual teaching and learning dalam pelajaran
perbaikan sistem transmisi otomatis jika dimungkinkan dapat digunakan
dalam pada mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah dapat
memberikan rekomendasi kepada guru-guru untuk mencoba menerapkan
pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran yang
diajarkan.
3. Bagi Guru
Pendekatan contextual teaching and learning menjadi salah satu alternatif
bagi guru dalam proses pembalajaran. Guru dapat memanfaatkan bahan
praktik yang terbatas dengan menggunakan sepeda motor siswa, guru atau
lingkungan sekitar menjadi bahan praktik atau bahan ajar.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama pada mata
pelajaran lain, sehingga mampu memperoleh hasil penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2011). Memahami riset perilaku dan sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
_________. (2013). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bower G H & Hilgard E R. ( 1975 ) Theories of learning Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Clark. In R. E. (1990). Handling Complexity in Learning Environments: Research
and Theory. London: Elsevier. 283-295.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
__________. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
__________. (2005). Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
__________. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK: landasan pengembangan. Jakarta: BSNP Depdiknas.
Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Petunjuk teknis pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK/MAK. Jakarta: Depdiknas
____________. (2013). Tatangan guru SMK abad 21. Jakarta: Direktorat Pembina PTK Dikmen
Djohar, A. (2003a). “Pembelajaran Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik” dalam http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.pend.Teknik.Mesin/195012051979031-As'ari_Djohar/Makalah/pembelajaran_kognitif.pdf. diakses 15 Juli 2014
Djohar, A. (2003b). “Dasar-dasar pendekatan competency-based” dalam http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.Pend.Teknik.Mesin/1950120519790 31-As'ari_Djohar/Makalah/competency_based pdf. diakses 15 Juli 2014.
103
Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum development in vocational and technical education: planning, content and implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Furqon. (2013). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, O, (2009). Proses belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, B. (2010). Perencanaan pengajaran bidang studi. Bandung: Pustaka Ramadhan.
Johnson, E.B. (2011). Contextual teaching & learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Kaifa
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Model of teaching: model-model pengajaran. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustka Pelajar.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta: Kemendiknas.
__________. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Kemendiknas.
__________. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 tentang standar kompetensi kejuruan SMK/MAK. Jakarta: Kemendiknas.
__________. (2010). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 –2014. Jakarta: Kemendiknas.
__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.
__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.
Komalasari, K. (2013). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama
Kuswana, W.S. (2013a). Filsafat pendidikan teknologi vokasi dan kejuruan. Bandung: Alfabeta.
104
Martawijaya, H D. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Mukhidin. (2012). Kurikulum & pembelajaran kejuruan berbasis kompetensi. Bandung: Rizqi Press.
Mulyasa, H.E. (2005). Kurikulum berbasis kompetensi : konsep, karakteristik, dan implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nasution. (1994). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhadi. (2004). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Malang: Universitas Negeri Malang.
Reksoatmodjo, N.S. (2010). Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan. Bandung: Refika Aditama.
Riduwan. (2008). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2013). Cara mudah belajar SPSS 17.0 dan aplikasi statistik penelitian. Bandung: Alfabeta.
Santrock, J.W. (2004) , Educational Psychology, 2nd Edition. New York: McGraw Hill Companies Inc.
Sanjaya, W. (2013). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sa’ud, U.S. (2011). Inovasi pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Setiawan, E. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia offline versi 1.1. Jakarta: Pusat Bahasa Diknas.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
105
Sugiyono. (2012). Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2013a). Pengembangan kurikulum: teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sukmadinata, N.S. (2013b). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sukmadinata, N.S. dan Syaodih, E. (2013). Kurikulum & pembelajaran kompetensi. Bandung: Refika Aditama.
Susetyo, B. (2012). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: Refika Aditama.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.