• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA PAKET KEAHLIAN

TEKNIK SEPEDA MOTOR

(Studi Kuasi Eksperimen di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar

magister pedidikan program studi pendidikan teknologi dan kejuruan

Oleh:

Bambang Agusfianto

1202653

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. As’ari Djohar, M.Pd.

NIP. 19501205 197903 1001

Pembimbing II

Dr. Amay Suherman, M.Pd. NIP. 19590325 198601 1001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

(3)

IMPLEMENTASI

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA

PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

(Studi Kuasi Eksperimen di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah)

Oleh

Bambang Agusfianto

UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Bambang Agusfianto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

DAFTAR ISI

A.Belajar dan Pembelajaran ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Pembelajaran ... 14

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 14

B. Implementasi Contextual Teaching and Learning ... 20

1. Pengertian Implementasi ... 20

2. Landasan Filosofis Contextual Teaching and Learning ... 21

3. Konsep Dasar Contextual Teaching and Learning ... 23

4. Karakteristik Contextual Teaching and Learning... 24

5. Karakteristik Implementasi Contextual Teaching and Learning ... 34

6. Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Konvensional 36

C.Pembelajaran Konvensional ... 39

D.Kompetensi ... 43

(5)

2. Kompetensi Belajar ... 45

3. Elemen dalam Kompetensi ... 46

4. Macam-macam kompetensi ... 47

E. Teknik Sepeda Motor ... 49

1. Landasan Teknik Sepeda Motor ... 49

2. Tujuan Teknik Sepeda Motor ... 49

3. Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar ... 50

F. Kerangka Pemikiran ... 53

G.Asumsi ... 54

H.Hipotesis Penelitian ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A.Metode dan Desain Penelitian ... 58

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

C.Instrumen Penelitian ... 60

1. Tes ... 60

2. Angket Respon Siswa ... 61

3. Observasi... 61

D.Pengujian Instrumen Penelitian ... 62

1. Validitas Instrumen ... 62

a. Tingkat Kesukaran ... 62

b. Daya Pembeda ... 63

c. Indeks Pengecoh ... 64

2. Reliabilitas Instrumen ... 65

E. Analisis Data Penelitian ... 66

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Homogenitas ... 67

3. Peningkatan (N-Gain) ... 67

4. Perbedaan Peningkatan Kompetensi (Uji T) ... 67

5. Analisis Respon Siswa ... 67

F. Alur Penelitian ... 69

G.Prosedur Penelitian ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A.Pemaparan Data Penelitian ... 71

(6)

2. Pemaparan pelaksanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem

transmisi otomatis ... 75

3. Pemaparan Perbedaan Kompetensi Siswa ... 86

4. Pemaparan Data Respon Siswa ... 92

B. Pembahasan ... 94

1. Pembahasan hasil perencanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis ... 94

2. Pembahasan hasil pelaksanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis ... 95

3. Pembahasan Perbedaan Kompetensi Siswa ... 97

4. Pembahasan Data Respon Siswa ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A.Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 100

Daftar Pustaka ... 102

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Daftar Nilai Siswa ... 5

2.1 Perbedaan Pendekatan Contenxtual Teaching and Learning dengan Pembelajaran Konvensional ... 38

2.2 Dasar Kompetensi Kejuruan ... 50

2.3 Kompetensi Kejuruan ... 51

3.1 Desain Penelitian ... 58

3.2 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 63

3.3 Kategori Daya Pembeda Butir Soal ... 64

3.4 Kriteria Reliabilitas Tes ... 66

3.5 Kriteria Analisis Angket ... 68

4.1 Rencana Pembelajaran Implementasi Contenxtual Teaching and Learning Pada Mata Pelajaran Perbaikan Sistem Transmisi Otomatis ... 72

4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Implementasi Contenxtual Teaching and Learning Pada Mata Pelajaran Perbaikan Sistem Transmisi Otomatis ... 76

4.3. Peningkatan Rata-rata Hasil Tes Tertulis Kelas Eksperimen ... 88

4.4 Peningkatan Rata-rata Hasil Tes Tertulis Kelas Kontrol ... 89

4.5 Perbedaan Hasil Tes Tertulis ... 90

4.6 Perbedaan Hasil Tes Kinerja ... 92

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Pemiikiran ... 54

3.1 Alur Penelitian ... 68

4.1 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Tes Tertulis antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87

4.2 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Tes Kinerja antara Kelas

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 106

B. Instrumen Penelitian ... 140

C. Analisis Data Instrumen Penelitian ... 169

D. Analisis Data Penelitian ... 193

E. Lembar Observasi Pembelajaran ... 209

(10)

IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK

PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

(Bambang Agusfianto, 1202653)

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya motivasi siswa karena dampak guru masih menggunakan metode ceramah dan demontrasi di kelas maupun workshop tanpa melibatkan kondisi lingkungan di sekitar siswa berada dan masih tingginya tingkat kegagalan pencapaian kompetensi sampai lebih dari 50% pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis. Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design menggunakan hasil pretes dan posttest. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes tertulis, tes kinerja, angket respon pembelajaran siswa dan lembar observasi pembelajaran. Peningkatan hasil tes tertulis di kelas eksperimen didapat dari rata-rata nilai pretest sebesar 43,3 meningkat rata-rata posttest sebesar 81,8 sehingga selisih peningkatan hasil tes tertulis (gain) sebesar 38,5 dan selisih peningkatan normal hasil tes tertulis (n-gain) sebesat 67,9. Peningkatan hasil tes tertulis di kelas eksperimen didapat dari rata-rata nilai pretest sebesar 42,9 meningkat rata-rata posttest sebesar 69,5 sehingga selisih peningkatan tes tertulis (gain) sebesar 26,6 dan selisih peningkatan normal hasil tes tertulis (n-gain) sebesat 46,6. Perbandingan nilai rata-rata hasil tes kinerja di kelas eksperimen didapat sebesar 87,9 sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata sebesar 76,9 perbedan hasil tes kinerja antara ke dua kelas adalah 11,0. Kesimpulan bahwa perbedaan peningkatan kompetensi perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor yang menggunakan pendekatan contextual teaching and learning lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan konvesional. Pada umumnya siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran contextual teaching and learning dan perbedaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes tertulis dan tes kinerja.

(11)

THE IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING FOR INCREASING THE VOCATIONAL STUDENTS COMPETENCES IN

MOTORCYCLE TECHNICAL EXPERTISE PACKAGE

(Bambang Agusfianto, 1202653)

Abstract

The problem of this research was still low motivation due to the impact of teachers still use the methods in the class lectures and demonstrations and workshops without involving the environmental conditions around the students and the high failure rate of attainment of competency to more than 50% of the subjects improved automatic transmission system. This study was conducted at SMK 1 Simpangkatis Central Bangka Regency of Bangka Belitung Islands. The method of the study was used the quasi-experimental design with nonequivalent control group design using a pretest and posttest results. The instrument was used a written test instruments, test performance, questionnaire responses of student learning and teaching observation sheet. The Improvement results of the written test in the experimental class obtained from the average pretest score of 43.3 increased by an average of 81.8 posttest written test so that the difference in improvement (gain) difference of 38.5 and a normal increase in the written test result (n-gain ) sebesat 67.9. The Improvement results of the written test in the experimental class obtained from the average value increased by 42.9 average pretest-posttest average of 69.5 so that the increasing in the written test (gain) difference of 26.6 and a normal increase in the written test result (n-gain ) sebesat 46.6. The comparison of the average test performance score in the experimental class obtained at 87.9 while value of the control class average was 76.9. The differences between the result performance test the two classes is 11.0. The conclusion that the differences from increasing the competence automatic transmission system improvements the motorcycle technical expertise package that uses contextual teaching and learning approach was better than that using the conventional approach. In general, the students gave positive responses to the learning contextual teaching and learning and student competency differences seen from the results of the written test and performance test.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif

yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi

ini adalah masa emas bagi Indonesia. Namun bonus ini bisa berubah menjadi

bencana besar jika mulai sekarang kita tidak mempersiapkan generasi emas ini

dengan baik. Jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya pada

tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Jumlah penduduk

Indonesia saat ini pada usia produktif antara 15-64 tahun lebih banyak dari usia

tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke

atas. Tantangan besar yang dihadapi pendidikan adalah bagaimana

mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini

dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki

kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

(Permendikbud, 2013, hlm. 4).

Pendidikan kejuruan memiliki peran penting untuk meningkatkan

sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan

menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan.

Kebijakan Depdiknas untuk membalik rasio siswa SMK dibanding SMA dari

30:70 pada tahun 2004 menjadi 67:33 pada tahun 2014. Kebijakan ini

ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorentasi pada pemenuhan

dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri.

Data di atas menunjukan bahwa 67% sumberdaya manusia akan

mengalami pendidikan di sekolah menengah kejuruan. Untuk menghadapi

tantangan tersebut SMK harus mampu menjadi lembaga pendidik yang

bermutu dan utuh. Penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah

kejuruan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif

(13)

2

salah satunya adalah 70% lulusan SMK bekerja pada tahun kelulusan.

Direktorat Pengembangan SMK (2008) telah melahirkan tiga pilar utama yaitu:

“(1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan

pencitraan publik”.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk

menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang

keahlian yang dipilih oleh siswa serta mengembangkan sikap profesional di

bidang profesi tertentu. Pasal 15 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, sekolah menengah kejuruan memberi penjelasan bentuk

satuan pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Pendidikan kejuruan ditujukan untuk membentuk tenaga kerja terampil

tingkat menengah. Kurikulum pendidikan kejuruan tujuan akhir tidak hanya

diukur melalui pencapaian prestasi berupa nilai tetapi melalui hasil dari

pencapaian tersebut, yaitu hasil dalam bentuk unjuk kerja di dunia kerja (Finch

dan Crunkilton, 1999, hlm. 14). Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi

pada proses berupa pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan dalam

lingkungan sekolah dan produk efek dari pengalaman-pengalaman dan

kegiatan-kegiatan tersebut pada lulusan.

Perubahan dan penyempurnaan kurikulum SMK tahun 1994 edisi 1999,

telah mengubah orientasi dari kurikulum berbasis materi menjadi kurikulum

berbasis kompetensi. Perkembangannya kurikulum tersebut dievaluasi dan

direvisi menjadi kurikulum SMK tahun 2004, yang kemudian disusul dengan

penyempurnaan pada tahun 2006 dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang digunakan sampai sekarang. Pada tahun 2013

kurikulum berubah kembali yang disebut kurikulum 2013. Kurikulum ini

mulai diterapkan SMK pada tahun ajaran 2013/2014 pada kelas sepuluh.

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar

(14)

3

(competency-based curriculum) (Permendikbud, 2013, hlm 8). Perubahan

kurikulum ini tidak diimbangi dengan persiapan guru dilapangan, meskipun

kurikulum terus berubah proses dan hasil pembelajaran tetap sama.

Mutu lulusan pendidikan kejuruan sangat erat kaitannya dengan proses

pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang

dimaksud antara lain persepsi, minat, dan motivasi dari internal siswa yang

rendah, serta faktor eksternal lainnya seperti kurikulum, fasilitas, guru,

lingkungan sekolah maupun keluarga masyarakat yang belum mendukung

pencapaian kompetensi siswa secara maksimal. Masih rendah motivasi siswa

karena guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan demontrasi saja

di kelas atau workshop tanpa melibatkan kondisi di sekitar perserta didik

berada. Pemanfaatan lingkungan seperti sepeda motor siswa, guru dan

lingkungan di sekitar sekolah maupun tempat tinggal siswa belum

dimanfaatkan secara maksimal. Pembelajaran hanya bersifat simulasi kurang

bermakna karena tidak dirasakan langsung manfaat dari hasil pembelajaran

praktikum.

Jumlah sarana dan prasarana praktikum yang belum seimbang dengan

jumlah siswa. Media pratikum sepeda motor belum memenuhi rasio siswa

merupakan kendala yang dihadapi oleh guru di lapangan. Satu sepeda motor

bisa digunakan oleh lima sampai tujuh siswa. Pembelajaran untuk mata

palajaran produktif biasanya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

kemudian menggunakan media pratikum secara bersama-sama. Pembelajaran

seperti ini dapat berakibat pada motivasi dan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajaran menjadi rendah, yang pada akhirnya dapat berdampak

pada kompetensi yang dibutuhkan tidak tercapai. Pembelajaran seperti jika

terus menerus berjalan maka sistem pembelajaran tidak terpenuhi dan

kompetensi kerja yang diharapkan oleh dunia kerja kurang relevan, akan

semakin jauh dari harapan industri.

Rasio perbandingan guru dengan siswa masih tidak sebanding, dimana

(15)

4

kelas belajar. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan

secara kesuluruhan dan guru sebagai pemegang peran utama. Pendidikan

hasilnya baik atau buruk tergantung bagaimana keterampilan guru dalam

menjalankan proses pembelajaran. Sanjaya, W (2013, hlm. 1) mengemukakan

bahwa:

Salah satu rendahnya mutu lulusan pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pemelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibanya ketika siswa lulus dari sekolah akan pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi.

Jika guru menerapkan pembelajaran dengan cara menghafal, maka siswa

hanya dapat mengingat dalam jangka pendek dan kesulitan ketika menghadapi

situasi nyata di lapangan. Apabila kinerja guru sepeti gambar tersebut akan

berdampak buruk terhadap mutu lulusan SMK, mengingat tujuan lulusan SMK

untuk mengisi lapangan pekerjaan yang berarti mengaplikasikan langsung ilmu

yang didapatkan di sekolah.

Program keahlian teknik otomotif, khususnya paket keahlian sepeda

motor SMKN 1 Simpangkatis memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan

yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam (1) perawatan dan

perbaikan engine sepeda motor; (2) perawatan dan perbaikan chasis, suspensi

dan power train sepeda motor; dan (3) perawatan dan perbaikan, serta

perawatan dan perbaikan electrical system sepeda motor (KTSP SMKN 1

Simpangkatis, 2012). Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang disiapkan

oleh sekolah dan tercantum dalam KTSP SMKN 1 Simpangkatis, sebagai bekal

untuk bisa bersaing dalam memasuki dunia kerja.

Penguasaan kompetensi siswa dapat dilihat pada nilai yang didapatkan

(16)

5

kompetensi perbaikan sistem transmisi otomatsi pada kelas sebelas semester

genap 2012/2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa

Nilai Frekuensi

(Sumber : Guru TSM SMKN 1 Simpangkatis Daftar Nilai Semester Genap )

Nilai tersebut adalah nilai murni dari uji kompetensi yang belum

disesuaikan dengan nilai dari kehadiran dan penugasan. Data di atas

menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan

minimal (KKM) untuk kelas sebelas TSM masih di atas 50%. Gambaran di

atas menunjukkan bahwa kurang optimalnya kompetensi yang dimiliki siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa diperoleh

gambaran sementara bahwa salah satu faktor yang menyebabkan siswa

kesulitan dalam mempelajari sistem transmisi otomatis adalah siswa tidak

merasakan manfaat lansung dari apa yang pelajari. Pembelajaran hanya bersifat

simulasi dimana tidak dirasakan langsung hasil dari proses pembelajaran

praktik perbaikan sistem transmisi otomatis. Siswa pada awalnya diberikan

teori kejuruan, setelah itu dibagi menjadi beberapa kelompok untuk

melaksanakan praktik. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered

sebagian besar guru masih mendominasi kegiatan belajar dengan metode

ceramah yang monoton. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih

(17)

6

Untuk mengatasi kendala di atas, peneliti menawarkan suatu pendekatan

pembelajaran yang lebih berorientasi kepada kebutuhan dari lapangan.

Pendekatan pembalajaran yang dimaksud adalah contextual teaching and

learning yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan suasana

pembelajaran dengan konteks dimana siswa berada. Pendekatan pembelajaran

ini sesuai dengan dikemukakan Mulyasa (2013, hlm. 109) „implementasi

kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan

dengan pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and

learning)’.

Contextual teaching and learning merupakan pendekatan pembelajaran

yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan

pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit (terkait dengan kehidupan

nyata) melalui pelibatan aktivitas belajar siswa, mencoba melakukan dan

mengalami sendiri (learning by doing). Pembelajaran tidak hanya dilihat dari

sisi produk saja melainkan yang terpenting adalah proses. Contextual teaching

and learning mendorong siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar

sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar.

Berdasarkan permasalahan dan fakta di atas, penulis mengajukan

sebuah studi yang berjudul “Implementasi Contextual Teaching and

Learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Pada Paket

Keahlian Teknik Sepeda Motor”.

B.Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Perubahan dan penyempurnaan kurikulum SMK terus dilakukan tetapi tidak

diimbangi dengan persiapan guru yang ada dilapangan sehingga proses dan

hasil pembelajarana tetap sama.

(18)

7

3. Masih rendah motivasi siswa karena guru masih menggunakan metode

ceramah dan demontrasi saja di kelas dan workshop tanpa melibatkan

kondisi lingkungan di sekitar perserta didik berada.

4. Pembelajaran dilaksanakan di SMKN 1 Simpangkatis masih menggunakan

pembelajaran konvensional yang membuat siswa merasa jenuh dan

membosankan.

5. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered sebagian besar guru

masih mendominasi kegiatan belajar dengan metode ceramah yang

monoton.

6. Masih tingginya tingkat kegagalan pencapaian kompetensi sampai lebih dari

50% pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis karena siswa

tidak merasakan manfaat lansung dari apa yang pelajari.

7. Perlu pendekatan pembelajaran yang mampu peningkatan kompetensi siswa

sesuai dengan standar kompetensi kerja yang dibutuhkan dunia industri.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah yang diteliti akan diungkap dalam penelitian ini adalah

Bagaimana implementasi contextual teaching and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa SMK pada paket keahlian teknik sepeda motor?”.

Bedasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini dijabarkan dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and

learning yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran

perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning

yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran

(19)

8

3. Bagaimana perbedaan kompetensi siswa setelah pelaksanaan pembelajaran

contextual teaching and learning dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket

keahlian teknik sepeda motor?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran contextual teaching and

learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket

keahlian teknik sepeda motor?

D.Tujuan Penelitian

Rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi contextual teaching

and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa SMK pada paket

keahlian teknik sepeda motor. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perencanaan pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and

learning yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran

perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning

yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran

perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.

3. Mengetahui perbedaan kompetensi siswa setelah pelaksanaan pembelajaran

contextual teaching and learning dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket

keahlian teknik sepeda motor.

4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran contextual teaching and

learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket

keahlian teknik sepeda motor.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

(20)

9

pengayaan dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan khususnya

pada pendidikan jalur profesional dalam peningkatan kompetensi siswa

yang bermuara kepada kualitas sumber daya manusia.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan strategi

pendidikan dan upaya meningkatkan kompetensi siswa yang diharapkan

oleh industri.

c. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan

penggunaan pendekatan pembelajaran yang relevan dan mendukung

ketercapaian kompetensi pembelajaran di SMK.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi guru selaku motivator, inovator, fasilitator, serta asesor dalam

proses pelaksanaan pembelajaran senantiasa meningkatkan

kemampuannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga

meningkatkan kompetensi siswa, diorientasikan pada pemenuhan

kebutuhan kompetensi kerja yang relevan dengan industri atau dunia

usaha.

b. Bagi kepala lembaga dengan keadaan yang terjadi saat ini, minimnya

lapangan pekerjaan sebagai penyerapan lulusan SMK siap kerja, dengan

demikian kompetensi siswa yang dihasilkan dari implementasi contextual

teaching and learning, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tenaga

kerja yang terlatih, secara komprehensif .

c. Bila penelitian ini dapat membuktikan secara empirik bahwa terdapat

peningkatan yang positif, maka hasilnya dapat dijadikan masukan bagi

pihak terkait dalam menyelenggarakan dan mengembangkan program

pendidikan di SMK.

F. Definisi Operasional

Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk

(21)

10

merupakan unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu

diukur sebagai berikut :

1. Implementasi contextual teaching and learning adalah penerapan suatu

pendekatan pembelajaran menekankan kepada proses keterlibatan siswa

dalam menemukan materi dengan menghubungkan situasi kehidupan nyata

yang dapat meningkatan kompetensi siswa. Pada penelitian ini penulis

mencoba penerapan contextual teaching and learning pada mata pelajaran

perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.

2. Kompetensi adalah kemampuan yang dilakukan siswa mencakup

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang direfleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus sehingga dapat

memungkinkan siswa menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

3. Peningkatan kompetensi adalah ukuran tingkat kompetensi siswa menjadi

meningkat dari tingkat terendah sampai kompetensi optimal sebelum dan

sesudah implementasi contextual teaching and learning baik dalam

pengetahuan, psikomotor dan sikapnya.

4. Teknik sepeda motor adalah paket keahlian pada bidang keahlian teknologi

dan rekayasa program keahlian teknik otomotif yang menekankan pada

keterampilan pelayanan jasa mekanik kendaraan roda dua.

5. Pembelajaran konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia offline

versi 1.1 adalah “berdasarkan kesepakatan umum; tradisional”.

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran pertama memberi teori yang diberikan oleh guru

dengan metode ceramah dilanjutkan dengan praktik hanya bersifat simulasi

dengan pembagian satu kelompok lima sampai tujuh siswa untuk satu

sepeda motor. Pembelajaran ini sesuai dengan yang ditulis pada RPP dan

(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain eksperimen

dengan model pengembangan studi kuasi eksperimental (quasi experimental).

Muhammad Ali (2011, hlm. 283) menyatakan „studi kuasi eksperimental

adalah suatu cara lain dalam melakukan eksperimentasi. Dalam berbagai riset

prilaku dan sosial, studi kuasi eksperimental dipandang memiliki berbagai

kelebihan dibandingkan dengan studi eksperimental (sejati). Hal ini disebabkan

dalam riset-riset prilaku dan sosial pada umumnya fokus kajian dan

pengukuran adalah pada aspek prilaku, sehingga dalam pelaksanaannya tidak

dapat menghindari pelibatan manusia sebagai subjek.

Desain ekperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design. Desain ini menempatkan subjek penelitian

ke dalam dua kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiono, 2012, hlm. 79).

Desain ini memiliki dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

tersebut salah satu akan mendapatkan contextual teaching and learning,

sedangkan kelas yang lain akan mendapatkan pembelajaran konvensional.

Sebelum mendapatkan pembelajaran, kedua kelas tersebut diberikan tes awal

dan setelah mendapatkan pembelajaran akan diberikan tes akhir. Mekanisme

penelitian dari ke dua kelas tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Tes awal Pembelajaran Tes akhir

Eksperimen Oeksp1 Oeksp Oeksp2

Kontrol Oktrl1 Oktrl Oktrl2

(24)

59

Oeksp1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum

pembelajaran contextual teaching and learning.

Oeksp2 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum

pembelajaran contextual teaching and learning.

Oktrl1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum

pembelajaran konvensional.

Oktrl1 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum

pembelajaran konvensional.

Oeksp : Pembelajaran menggunakan contextual teaching and learning.

Oktrl : Pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.

B.Lokasi, pupolasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah SMKN 1 Simpangkatis

yang beralamat di Jl. Sungai Selan Km 09, Desa Terak, Kec Simpangkatis,

Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Populasi

Penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa kelas

sebelas semester genap paket keahlian teknik sepeda motor di SMKN 1

Simpangkatis yang sedang mengikuti mata pelajaran kejuruan semester

genap sebanyak dua kelas, yang terdiri dari kelas sebelas TSM A berjumlah

25 siswa, kelas sebelas TSM B berjumlah 25 siswa.

3. Sampel

Studi kuasi eksperimental pemilihan subjek dilakukan dengan cara

memilih kelompok subjek yang sudah ada (kelompok intak) dan tidak

dilakukan secara random (Muhhamad Ali, 2011, hlm. 288). John W

Creswell (2010, hlm. 238) mengemukan dalam quasi experimental peneliti

menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak

(25)

60

dua kelompok tersebut. Pada penelitian ini dipilih dua kelas, satu kelas

eksperimen dan satu lagi kelas kontrol.

C.Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data erat kaitannya dengan cara atau langkah yang

ditempuh dalam pengumpulan data guna menjawab permasalahan yang hendak

dipecahkan. Arikunto, S (2013, hlm. 203) instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan:

1. Tes (test)

Data yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah kemampuan.

Untuk mengukur ada atau tidak adanya serta besarnya kemampuan objek

yang di teliti maka digunakan tes (Arikunto, 2013, hlm. 266).

a. Tes Tertulis (paper test)

Pengukuran ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Tes ini

berbentuk pilihan ganda (multiple choisce) yang digunakan untuk

mengevaluasi pemahaman konsep sistem transmisi otomatis. Tes ini

dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum (tes awal) dan setelah

perlakuan (tes akhir). Tes awal digunakan untuk mengetahui pemahaman

awal siswa pada konsep tersebut. Tes akhir digunakan untuk mengetahui

dampak dari perlakuan terhadap kondisi awal yang kemudian

dibandingkan dengan kelas kontrol.

b. Tes Kinerja (performance test)

Alat untuk mengukur ranah psikomotor dan afektif digunakan tes

kinerja yang menggunakan lembar observasi kinerja siswa pada saat

(26)

61

siswa pada saat melakukan pembuktian atau penampilan hasil kerja

melakukan pratikum mulai dari mempersiapkan alat dan bahan, proses

langkah kerja, proses keselamatan kerja, hasil kerja dan waktu kerja. Tes

ini dilakukan sebanyak satu kali yaitu setelah perlakuan digunakan untuk

mengetahui perbedaan dampak dari perlakuan terhadap kelas eksperimen

dibandingkan dengan kelas kontrol.

2. Angket Respon Siswa

Arikunto, S (2013, hlm. 194) menyatakan bahwa: “Angket atau

kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket dapat disusun dalam

bentuk pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden yang

telah dipilih oleh peneliti. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner tertutup. Angket tertutup ini merupakan jenis angket yang

memiliki ciri responden diberi sejumlah pernyataan dengan menggambarkan

hal-hal yang ingin diungkap dari kedua variabel disertai alternatif

jawabannya dan responden tidak diberi hak untuk menjawab diluar alternatif

jawaban yang telah ditetapkan.

Responden diminta untuk merespon setiap pernyataan sesuai dengan

apa yang diketahui serta dirasakan oleh dirinya dengan cara membubuhkan

tanda chek () pada alternatif jawaban yang tersedia. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan lima

kategori tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR),

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Angket atau kuesioner pada penelitian ini diberikan kepada siswa

untuk mengetahui respon belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran

mata pelajaran sistem transmisi otomatis, baik untuk kelas eksperimen yang

menggunakan contextual teaching and learning, maupun kelas kontrol

(27)

62

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan

pembelajaran melalui observasi aktivitas siswa dan guru selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh pengamat

dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti.

Observasi dilakukan pada kelompok eksperimen untuk mengetahui

bagaimana aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran. Observer

melakukan pengamatan dan memberi penilaian sesuai rambu-rambu yang

telah digariskan dalam lembar observasi, berupa memberi tanda ceklist

pada kolom ya atau tidak yang menandakan kegiatan pada setiap fase

pembelajaran dapat terlaksana atau tidak berdasarkan pengamatan observer.

D.Pengujian Instrumen Penelitian

Pengumpulan data menggunakan instrument dibutuhkan suatu tes yang

baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak,

daya pembeda yang baik, validitas tinggi dan reliabilitas tinggi. Untuk

mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum

dipergunakan, tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas

dan reliabilitasnya.

Langkah-langkah pengujian instrumen butir soal tes tertulis adalah

sebagai berikut:

1. Validitas Instrumen

Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2013, hlm.

211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel secara teliti dan tepat.

Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas isi yang

diuji berdasarkan analisis logis dan validitas konstruk yang diuji

(28)

63

Adapun untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan beberapa

tahap yaitu:

a. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar

atau mudahnya suatu soal, dengan menggunakan rumus:

(Arikunto, 2012, hlm. 22)

dengan:

P : Tingkat kesukaran.

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 sukar

0,30 ≤ P < 0,70 sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 mudah

Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran menggunkan

Anates pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal

yang diuji 19 soal termasuk dengan kategori tingkat kesukaran sedang.

Soal masuk dalam kategori tingkat kesukaran mudah 3 sedangkan soal

masuk dalam kategori tingkat kesukaran sukar 3, untuk lebih lanjut dapat

dilihat pada lampiran C-5

(29)

64

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah, dengan menggunakan persamaan:

(Arikunto, 2012, hlm. 228)

dengan:

D : Daya pembeda

JA : Banyaknya peserta kelompok atas.

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah.

BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar.

BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar.

PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar.

PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.

Tabel 3.3 Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek

0,20 < D ≤ 0,40 cukup

0,40 < D ≤ 0,70 baik

0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

Berdasarkan hasil pengujian daya pembeda menggunkan Anates

pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang

diuji 8 soal berkategori memiliki daya pembeda baik sekali dan 32 soal

berkategori daya pembeda baik, untuk lebih lanjut dapat dilihat pada

lampiran C-7.

(30)

65

Uji tingkat pengecoh merupakan parameter yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat kebehasilan kunci jawaban. Rumus yang digunakan

untuk daya pengecoh:

dengan:

ID : Presentase indeks pengecoh.

Bd : Banyaknya peserta yang memilih jawaban kunci pengecoh.

Js : Banyaknya peserta.

Interprestasi untuk daya pengecoh adalah apabila presentase daya

pengecoh diatas 5% maka kunci pengecoh dianggap berfungsi.

Berdasarkan hasil pengujian indeks pengecoh menggunkan Anates

pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang

diuji dapat berfungsi untuk lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran C-8.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji dengan

tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke

pengukuran lainnya. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus

Spearman-Brown sebagai berikut:

r

= Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan.

1 1 2 2

r = Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

Harga dari 1 1

2 2

r dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi

(31)

66

r = Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

X = Skor item ganjil. Y = Skor item genap. N = Jumlah sampel.

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (

r

11), digunakan tolok ukur

yang dibuat oleh J.P. Guilford (Arikunto, 2013, hlm. 229) seperti pada

tabel berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Tes

Koefisien Reliabilitas Kriteria

Berdasarkan hasil pengujian reliabiltas menggunkan Anates pilihan

ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang diuji dengan

hasil 0,93 dengan kreteria sangat tinggi untuk lebih lanjut dapat dilihat pada

lampiran C-4.

(32)

67

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa: hasil tes dari siswa dan

jawaban angket tentang peningkatan kompetensi menggunakan contextual

teaching and learning dan menggunakan pembelajaran konvensional. Data

yang diperoleh adalah berupa nilai dari pretest dan posttest dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes dan angket juga akan diolah pada

penelitian ini.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah

dengan pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji homogenitas, uji normalitas

distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain) dan uji hipotesis penelitian.

Pengolahan data penelitian ini pegujian normalitas dan homogenitas

menggunakan uji normalitas liliefors (kolmogorov smirnov) melalui SPSS for

windows versi 18. Pengujian hipotesis selanjutnya setelah diperoleh hasil dari

pengujian statistik parametrik atau non parametrik. Ketentuan jika data

berdistribusi normal maka pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan

statistik parametrik dan jika data berdistribusi tidak normal, maka pengujian

hipotesis selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi data hasil tes tertulis dan tes kinerja

dilakukan dengan menggunakan Test Of Normality – Shapiro Wilk.

2. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians data

hasil tes tertulis dan tes kinerja dalam bentuk pretest untuk kelas kontrol dan

kelas eksperimen dengan menggunakan Test of Homogenitas of Variance.

3. Peningkatan (N-Gain) Hasil Tes Tertulis

N-Gain digunakan untuk mencari peningkatan kompetensi hasil tes

tertulis siswa dengan membandingkan antara hasil rata-rata skor (X) tes

tertulis dalam bentuk pretest dan posttest pada siswa kelas eksperimen dan

(33)

68

melakukan pengujian terhadap dua sampel yang saling berhubungan/

berkorelasi atau disebut “sampel berpasangan” yang berasal dari populasi

yang memiliki rata-rata sama.

4. Perbandingan Hasil Tes

Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan nilai rata-rata hasil

posttest dalam bentuk tes tertulis dan tes kinerja pada siswa kelas

eksperimen dan kontrol dilakukan dengan uji statistik parametrik

Independent Samples Test (uij t satu ekor dengan α = 0,05) jika sebaran data

berdistribusi normal dan homogen.

5. Analisis Respon Siswa

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif

dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan bersifat positif

diberi skor tertinggi 5 yang menyatakan Sangat Setuju (SS), skor 4

yang menyatakan Setuju (S), skor 3 yang menyatakan ragu-ragu (RR),

skor 2 yang menyatakan Tidak Setuju (TS) dan skor 1 yang menyatakan

Sangat Tidak Setuju (STS), dan sebaliknya jika digunakan pernyataan

negatif pada daftar pernyataan pada angket. Data yang terkumpul

selanjutnya dijumlahkan dari masing-masing pilihan. Untuk menghitung

persentase hasil angket respon siswa dengan rumus:

(34)

69

F. Alur Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka alur penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian Treatment contextual teaching

and learning untuk kelas eksperimen

Treatment konvensional untuk kelas kontrol

Feed Back Melakukan Tes Akhir (Posttest)

Analisis Data

Pembahasan hasil penelitian

Kesimpulan

Melakukan Tes Awal (Pretest) Survey

Studi Pendahuluan

Menemukan Masalah

Memilih Metode Penelitian

Menentukan Variabel dan Sumber Data

(35)

70

G.Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan proses penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan yaitu tahapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan

penelitian yang meliputi: studi penjajakan awal ke lokasi penelitian, studi

dokumentasi data-data akademik, studi kepustakaan untuk menemukan

landasan teoritik sesuai fokus penelitian, serta wawancara dengan

narasumber dari manajemen SMK.

2. Tahap pelaksanaan yaitu mengumpulkan data penelitian melalui penyajian

instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, merekapitulasi data

yang diperoleh, mengolah, menganalisis, dan dilanjutkan dengan

interpretasi hasil analisis.

3. Tahap penyusunan laporan. Tahap ini merupakan tahap akhir berupa

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RRP) mata pelajaran perbaikan

sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor sudah

mengacu kepada tujuan pembelajaran secara lengkap yang mencakup

domain kognitif, psikomotirk dan afektif mengacu pada pencapaian

kompetensi dan mengakomodir karakteristik komponen pendekatan

contextual teaching and learning.

2. Pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning mampu

meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem

transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor terlaksana dengan

baik sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan langkah

(a) menemukan (inquiry); (b) aplikasi (applying); (c) kerjasama

(cooperating); (d) refleksi (reflection) dan (e) penilaian autentik (authentic

assessment).

3. Terdapat perbedaan kompetensi secara signifikan dilihat dari hasil tes

tertulis dan tes kinerja antara kelas eksperimen yang diberi perlakukan

pembelajaran contextual teaching and learning dengan kelas kontrol

menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Respon siswa terhadap pendekatan contextual teaching and learning pada

mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik

Sepeda Motor hampir seluruhnya memberikan tanggapan positif.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan

beberapa saran sebagai berikut:

(37)

101

Hendaknya selalu untuk meningkatakan kemampuan guru dengan cara

memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

model-model pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah,

guru-guru dapat menggunakan alternatif penyajian materi pelajaran dengan

berbagai macam model pembelajaran.

2. Bagi Kepala Sekolah

Implementasi pendekatan contextual teaching and learning dalam pelajaran

perbaikan sistem transmisi otomatis jika dimungkinkan dapat digunakan

dalam pada mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah dapat

memberikan rekomendasi kepada guru-guru untuk mencoba menerapkan

pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran yang

diajarkan.

3. Bagi Guru

Pendekatan contextual teaching and learning menjadi salah satu alternatif

bagi guru dalam proses pembalajaran. Guru dapat memanfaatkan bahan

praktik yang terbatas dengan menggunakan sepeda motor siswa, guru atau

lingkungan sekitar menjadi bahan praktik atau bahan ajar.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama pada mata

pelajaran lain, sehingga mampu memperoleh hasil penelitian yang

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami riset perilaku dan sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. (2013). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bower G H & Hilgard E R. ( 1975 ) Theories of learning Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Clark. In R. E. (1990). Handling Complexity in Learning Environments: Research

and Theory. London: Elsevier. 283-295.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

__________. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

__________. (2005). Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

__________. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK: landasan pengembangan. Jakarta: BSNP Depdiknas.

Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Petunjuk teknis pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK/MAK. Jakarta: Depdiknas

____________. (2013). Tatangan guru SMK abad 21. Jakarta: Direktorat Pembina PTK Dikmen

Djohar, A. (2003a). “Pembelajaran Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik” dalam http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.pend.Teknik.Mesin/195012051979031-As'ari_Djohar/Makalah/pembelajaran_kognitif.pdf. diakses 15 Juli 2014

Djohar, A. (2003b). “Dasar-dasar pendekatan competency-based” dalam http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.Pend.Teknik.Mesin/1950120519790 31-As'ari_Djohar/Makalah/competency_based pdf. diakses 15 Juli 2014.

(39)

103

Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum development in vocational and technical education: planning, content and implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Furqon. (2013). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, O, (2009). Proses belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, B. (2010). Perencanaan pengajaran bidang studi. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Johnson, E.B. (2011). Contextual teaching & learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Kaifa

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Model of teaching: model-model pengajaran. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustka Pelajar.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 tentang standar kompetensi kejuruan SMK/MAK. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2010). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 –2014. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kuswana, W.S. (2013a). Filsafat pendidikan teknologi vokasi dan kejuruan. Bandung: Alfabeta.

(40)

104

Martawijaya, H D. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Mukhidin. (2012). Kurikulum & pembelajaran kejuruan berbasis kompetensi. Bandung: Rizqi Press.

Mulyasa, H.E. (2005). Kurikulum berbasis kompetensi : konsep, karakteristik, dan implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nasution. (1994). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. (2004). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Malang: Universitas Negeri Malang.

Reksoatmodjo, N.S. (2010). Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan. Bandung: Refika Aditama.

Riduwan. (2008). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2013). Cara mudah belajar SPSS 17.0 dan aplikasi statistik penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santrock, J.W. (2004) , Educational Psychology, 2nd Edition. New York: McGraw Hill Companies Inc.

Sanjaya, W. (2013). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sa’ud, U.S. (2011). Inovasi pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Setiawan, E. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia offline versi 1.1. Jakarta: Pusat Bahasa Diknas.

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

(41)

105

Sugiyono. (2012). Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2013a). Pengembangan kurikulum: teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. (2013b). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. dan Syaodih, E. (2013). Kurikulum & pembelajaran kompetensi. Bandung: Refika Aditama.

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa
Tabel 3.2.  Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tabel 3.3 Kategori Daya Pembeda Butir Soal
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Tes
+2

Referensi

Dokumen terkait

IEBleots - lurenruRrouRl CourrneNcE oF EoucRrolr, ResrRRcn Rruo luttovRlox. This is to certify

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pasar sasaran warnet MAXIMA, TOM’Z, DENET, dan SMILE terdiri dari dua kelompok konsumen berbeda yang tidak memiliki kesamaan persepsi,

Agar dihadiri oleh Direktur perusahaan atau penerima kuasa Direktur dengan membawa data-data perusahaan yang asli sesuai dengan isian kualifikasi yang Saudara sampaikan pada

Oleh : Paryanto, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan metode pembelajaran Kolaboratif melalui pendekatan Group Investigation dapat meningkatkan

Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari tegangan sisa terhadap struktur mikro dan kekerasan pada baja rel R.54 - R.42 hasil las thermite. Kemudian

Sahabat MQ/ Harapan akan dukukuhkannya Majelis Ulama Indonesia sebagai lembaga yang berwenang memberikan sertifikasi jaminan produk halal melalu undang-undang/

Sahabat MQ/ Seiring dengan pelaksanaan program BLT ini/persoalan baru kini muncul berkaitan dengan program ini// Ketua Badan Pemeriksa Keuangan-BPK- Anwar Nasution

Untuk memberikan kemudahan terhadap alumni mahasiswa ugm/enginering career center atau ECC memberikan informasi tentang dunia kerja kepada mahasiswa dan alumninya // Direktur