• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN PERTANIAN TERPADU BERKELANJUTAN UNTUK MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN DAN ENERGI DALAM MENYONGSONG ERA ASIA abstrak. prosiding

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBANGUNAN PERTANIAN TERPADU BERKELANJUTAN UNTUK MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN DAN ENERGI DALAM MENYONGSONG ERA ASIA abstrak. prosiding"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN 978-602-14235-2-3 OVomor

Lengkap)

ISBN 978-602-14235-3-0 OBuku 1)

PROSIDING

BUKU

SEMINAR

NASIONAL

PEMBANGUNAN

PERTANIAN

TERPADU

BERKELANJUTAN

UNTUK

MEWUJUDKAN

KEDAULATAN

PANGAN

DAN

ENERGI

DALAM

MENYONGSONG

ERA

ASIA

KAMIS, 24 APRIL 2014

AULA FAKULTAS PERTANIAN

UNTVERSITAS SEBELAS MARET

DALAM RANGKA DIES NATALIS UNS KE-38

PENYUNTING:

Prof. Dr. Ir. HADIWIYONO, MSi.

Dr.

Sc. Agr.

ADIRATRIYANTO,

SPt,

MP.

Dr.MUJIYO,SP.,MP.

Dr. Ir. JOKO SUTRISNO, MP.

Dr. Ir. SUWARTO, MSi.

DANAR

PRASEPTIANGGA,

STP.,

MSc.,

PhD.

DITERBITKAN OLEH:

FAKULTAS

PERTANIAN

UNIVERSITAS

SEBELAS

MARET

SURAKARTA

2014

(2)

KAJIAN

INFORMASI

SEBARAN

LAHAN

PERTANIAN

TANAMAN PANGAN BERKELANJUTAN DALAM RANGKA

MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN DI KABUPATEN

GROBOGAN TAHUN 2012

Siitopo

\

FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Surakarta 57126

E-mail: sutopo Jk@ymail.com

ABSTRAK

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sebaran lahan pertanian pangan berkelanjutan

di Kabupaten Grobogan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif

dengan menelusuri pustaka, kajian-kajian ilmiah yang terkait sebelumnya, produk

huk^, data dari BPS Pusat dan daerah, data dari Dinas Pertanian dan Hortikultura

Kabupaten Grobogan, data dari Dinas terkait, Peta Rupa Bumi tahun 2001, peta Google Earth (download Juni 2012), dan Peta Lahan Baku Sawah dari Pusat data dan informasi

Pertanian Kementan tahun 2010, serta survey lapangan. Berdasarkan hasil studi tahun 2011 lahan sawah di Kabupaten Grobogan mempunyai kelas kesesuaian lahan sangat sesuai, sesuai dan agak sesuai (sesuai marginal) baik untuk tanaman padi, jagung maupun kedelai. Informasi tentang kelas kesesuaian lahan baik pada tingkat sangat sesuai, sesuai dan agak sesuai baik untuk tanaman padi, jagung maupun kedelai sangat penting diinformasikan kepada khalayak utamanya kepada para investor, sehingga akan dapat menarik investor untuk menanamkan usahanya di bidang pertanian dalam arti luas. Berdasarkan hasil studi tahun 2011 tentang Kesesuaian Lahan, maka seluruh lahan sawah di Kabupaten Grobogan menurut PP No. 1 Tahun 2011 pasal 22 layak digunakan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Luas lahan sawah menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan tahun 2011 adalah 64.790,21 ha, sedangkan menurut data dari peta rupa bumi tahun 2000 adalah 84,502.4 ha dan menurut Dirjen

Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementan tahun 2010 adalah 89.384,09 ha.

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah lahan sawah yang hams dilindungi untuk tanaman pangan berkelanjutan untuk Kabupaten Grobogan

sebesar 71.948,89 ha. Sebaran L^an Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)

berdasarkan Peta Lahan Baku Sawah Kabupaten Grobogan, Citra Satelit Pusdatin, Kementan 2010, Peta Sebaran Hutan Kabupaten Grobogan, Citra Google Earth download Febmari 2013 dan Survey Lapang Maret 2013 adalah seluas 71.948,12 ha,

cadangan LP2B 8.400,03 ha, dan saw^ pada lahan hutan yang dikelola Lembaga

Masyarakan Disekitar Hutan (LMDH) 9.035,937 ha.

Kata kunci: peta lahan baku, lahan pertanian pangan berkelanjutan, kedaulatan pangan

PENDAHULUAN

Laju pertumbuhan pehduduk yang diasumsikan 1,3-1,5 persen per tahun tentulah hams diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Angka pertumbuhan produksi

npsiomg

(3)

pangan seharusnya di atas atau setidak-tidaknya sama dengan angka laju pertumbuHan

penduduk tersebut. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan dimaksud dapat terwujud dengan adanya dukimgan ketersediaan lahan pertanian dan optimalisasi pemanfaatan

bahan pangan lokal. Menumt Badan Ketahanan Pangan Nasional sepanjang tahun 2009

telah teijadi alih fiingsi lahan pertanian hingga mencapai 110 ribu hektar (ha). Angka ini

tentu sangatlah besar mengingat kemampuan Pemerintah untuk mencetak lahan

pertanian baru per tahunnya hanya kurang lebih 50 ribu hektar.

Menumt UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan disebutkan bahwa dalam hal untuk kepentingan umum, maka lahan

pertanian dapat dialihfungsikan. Namun perlu dikaji lebih jauh lagi mengenai bentuk

kepentingan uT"iinn yang dimaksud dalam pasal tersebut Di samping itu, menumt

Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2011 tentang penetapan alih fungsi lahan pertanian

tanama" pangan berkelanjutan bahwa lahan tanaman pangan perlu dilindungi atau

ditetapkan dengan peraturan yang mengikat.

Selain ancaman terhadap penurunan jumlah produksi pertanian/ pangan, alih

fungsi lahan pertanian juga berdampak pada hilangnya investasi yang telah dilakukan

untuk membangun irigasi dan prasarana lamnya. Biaya yang telah dikeluarkan untuk

pembangunan infrastruktur lahan pertanian culmp besar dan kemgian yang ditimbulkan

akibat alih fungsi lahan tersebut juga cukup besar. Belum lagi kemgian ekologis bagi

sawah di sekitamya akibat alih fungsi lahan, antara lain hilangnya hamparan efektif

untuk menampung kelebihan air limpahan yang bisa membantu mengurangi banjir.

Kemgian itu masih bertambah dengan hilangnya kesempatan keija dan pendapatan bagi

petani penggarap, bumh tani, penggilingan padi, dan sektor- sektor pedesaan lainnya.

Sebagaimana diketahui bahwa sektor pertanian, temtama padi, mempakan sektor yang

paling banyak menyediakan lapangan keija. Untuk itulah diperlukan komitmen yang

kuat imtuk mencegah teqadinya alih fungsi lahan pertanian, yang diwujudkan pada visi

bam dalam kebijakan yang dilaksanakan. Keberpihakan pada kesejahteraan petani,

kepentingan menjaga ketahanan pangan nasional, serta menjaga kelestarian lingkuiigan

perlu dinyatakan dengan jelas.

Sehubungan dengan program ketahanan pangan nasional, Presiden RI

menegaskan dalam sambutannya pada acara pembukaan konferensi ketahanan pangan

2010 pada tanggal 24 Mei 2010 di Jakarta Convention Center, bahwa kita perlu tems

<£^I(Dmg

(4)

melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan di negara kita karena

ada 5 sasaran untuk menuju swasembada dan swasembada berkelanjutan, yaitu padi

atau beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi.

a. Pada tahun 2010 produksi padi nasional ditargetkan sekitar 67 juta ton, dan

diharapkan tumbuh 3,22 persen pertahun, sehingga produksi padi nasional mencapai

76 juta ton pada tahun 2014.

b. Produksi jagung nasional diproyeksikan sekitar 20 juta ton pada tahun 2010. Dengan

pertumbuhan 10,02 persen pertahun, diharapkan produksi jagung nasional pada tahun '

2014 mencapai 29 juta ton.

c. Produksi kedelai nasional yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah 1,3 juta ton.

Untuk dapat merealisasikan target produksi sebesar 2,7 juta ton pada tahun 2014

hams dicapai melalui pertumbuhan produksinya sebesar 20 persen pertahun.

''

d. Target produksi daging sapi nasional adalah 3 juta ton pada tahun 2010 dan 5,7 juta

ton pada tahun 2014 melalui pertumbuhan 17,63 persen pertahun.

Sehubungan dengan hal tersebut di setiap daerah perlu merencanakan tentang

lahan pertanian berkelanjutan.

Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029 dan Perda No. 7 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupakan Grobogan

tahun 2011 s/d tahun 2031 bahwa lahan pertanian berkelanjutan. "Sawah lestari harus

bisa dipertahankan, dan dijaga agar tidak teijadi konversi".

Berdasarkan rencana tata mang wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah lahan

sawah yang hams dilindungi untuk tanaman pangan berkelanjutan untuk Kabupaten

Grobogan sebesar 71.948,89 ha, sedangkan menumt data dari Dinas Tanaman Pangan

dan Hortikultura luas sawah di Kabupaten Grobogan hanya sebesar 63.928,3. Ha.

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa luas lahan sawah pada tahun 2008 sebesar 1.054.903 Ha. RTRW ProvinsiUawa Tengah menetapkan bahwa

983.598 Ha atau 93 % dari luas lahan sawah keselumhan hams tetap dipertahankan

sebagai lahan pertanian berkelanjutan. Sementara itu sebesar 20.055 Ha (2 %)

lahan

sawah dapat dialihfungsikan dengan syarat dan 42.448 Ha (4 %)

sisanya boleh

dialihfungsikan..

Tanah -sawah di Kabupaten Grobogan menumt data Badan Pusat Statistik

Kabupaten Grobogan tahun 2011 seluas 64.790,21 Ha terdiri dari:

(5)

a) IrigasiTeknis : 18.394,78 Ha

b) Irigasi Setengah Teknis 1.658,00 Ha c) Irigasi Sederhana : 10.609,26 Ha

d)TadahHujan : 34.128,17 Ha

Dengan luas lahan tersebut Kabupaten Grobogan sangat potensial untuk pengembangan komoditas pertanian sehingga perlu penanganan yang lebih tepat agar

basil pertanian lebih optimal.

Identifikasi masalah. Menumt data BPN, luas lahan pertaman di pulau Jawa

mencapai 4,1 juta hektar pada 2007. Sementara per tahun 2010, lahan pertanian yang

tersisa hanya tinggal sekitar 3,5 juta hektar. Artinya dalam tiga tahun terakhir, 600 ribu

hektar lahan pertanian telah beralih fungsi. Kalau data BPN itu benar berarti teijadi

/

konversi lahan yang luar biasa selama tiga tahun ini.

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sebaran lahan pertanian pangan

berkelanjutan di Kabupaten Grobogan. Kegunaan dari penulisan ini dapat sebagai dasar

untuk menetapkan rencana tata ruang di Kabupaten Grobogan. Hasil kajian ini akan

diperoleh keluaran sebaran lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan di

Kabupaten Grobogan Teta sebaran lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan di

Kabupaten Grobogan'.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan menelusuri

pustaka, kajian-kajian ilmiah yang terkait sebelumnya, produk hukum,data dari BPS

Pusat dan daerah, data dari Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Grobogan, data

dari Dinas terkait, Peta Rupa Bumi tahun 2001, peta Google Earth (download Juni

2012), dan Peta Lahan Baku Sawah dari Pusat data dan informasi Pertanian Kementan

tahun 2010, serta survey lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konversi lahan

Hampir semua aktifitas manusia melibatkan penggunaan lahan dan karena

jumlah dan aktifitas manusia bertambah cepat, maka lahan menjadi sumber yang

langka. Keputusan untuk mengubah pola penggunaan lahan mungkin memberikan

<M(PSI<Dmg

(6)

keuntungan atau kerugian yang besar, baik ditinjuu ,lari pcngcrlian ak,

maupun terhadap perubahan ling>:ungan. Pcn^mian

hubu,

Uuhui.m,

antara kondisi lahan dan pcnggunaannya scrta bcrbagai i>crbaiidiiigun dun alicnmlil

pilihan penggunaan lahan diperoleh melalui evaluasi sumberdaya lahan. Manfaat yang

mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi

suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi dari perubahan penggunaan

lahan yang dilakukan (Sitorus, 2004b).

Penggunaan lahan secara luas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu (1)

penggunaan lahan pedesaan {niral landiise\ dalam pengertian yang luas termasuk

pertanian, kehutanan, konservasi satwa liar, serta pengembangan pengelolaan tempat rekreasi dan sejenisnya; (2) penggunaan lahan perkotaan dan industri {urban and

industrial landuse), termasuk kota, kompleks perindustrian, jalan raya, dan aktifitas

pertambangan (Sitorus, 2004a).

Pertumbuhan sektor industri sering menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian. Salah satu penyebab tingginya pertumbuhan sektor industri yang berdampak

pada penurunan sektor pertanian adalah kebijakan proteksi dan pemberian subsidi

terhadap sektor industri yang dilakukan pemerintah (Rustiadi dan Wafda, 2007b). Hal ini bertolak belakang dengan Keppres No. 41 Tahun 1996 yang menyatakan bahwa

pembangunan kawasan industri tidak mengurangi luas lahan pertanian dan tidak

dilakukan di atas lahan yang mempunyai fungsi melindungi sumber daya alam dan

warisan budaya.

Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi

yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang j.adi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut Irawan dan Friyatno (2001), pengurangan maupun penambahan lahan sawah sangat dipengaruhi oleh program pembangunan, terutama pembangunan sarana perumahan dan ekonomi wilayah.

Konversi lahan sawah di Jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981- 1998) diperkirakan

secara akumulasi telah menyebabkan hilangnya setara 50, 9 juta ton gabah atau sekitar

2,82 juta ton^gabah per tahun. Bila dihitung setara beras, maka kehilangan produksi

pahgan tersebut adalah sebesar 1,7 juta ton beras per tahun.

(7)

ada di kabupaten Grobogan memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional,

maupun kabupaten. Untuk kawasan strategis kabupaten, selain didasarkan atas gnalisa

kebutuhan pengembangan, kawasan strategis juga didasarkan atas kesepakatan dan

kebijakan yang ditetapkan dalam tata ruang.

KESIMPULAN DAN SARAN

9

Kesimpulan

1. Befdasarkan basil studi tahun 2011 lahan sawah di Kabupaten Grobogan mempunyai

kelas kesesuaian lahan sangat sesuai, sesuai dan agak sesuai (sesuai marginal) baik

untuk tanaman padi, jagung maupun kedelai.

2. Informasi tentang kelas kesesuaian lahan baik pada tingkat sangat sesuai, sesuai dan

agak sesuai baik untuk tanaman padi, jagung maupun kedelai sangat penting

diinformasikan kepada khalayak utamanya kepada para investor, sehingga akan

dapat menarik investor untuk menanamkan usahanya di bidang pertanian dalam arti

luas.

3. Berdasarkan hasil studi tahun 2011 tentang kesesuaian lahan, maka seluruh lahan

sawah di Kabupaten Grobogan menumt PP No 1 tahun 2011 pasal 22 layak

digunakan sebagai lahan pertaman pangan berkelanjutan.

4. Luas lahan sawah menumt data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan

tahun 2011 adalah 64.790,21 ha, sedangkan menumt data dari peta mpa bumi tahun

2000 adalah 84,502.4 ha dan menumt Diijen Pusat Data dan Informasi Pertaiiian,

Kementan tahun 2010 adalah 89.384,09 ha. Berdasarkan rencana tata mang wilayah

(RTRW)

Propinsi Jawa Tengah lahan sawah yang hams dilindungi untuk tanaman

pangan berkelanjutan untuk Kabupaten Grobogan sebesar 71.948,89 ha.

5. Sebaran Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) berdasarkan Peta Lahan

Baku Sawah Kabupaten Grobogan (Pusdatin, Kementan 2010), Citra Satelit

Pusdatin, Kementan 2010, Peta Sebaran Hutan Kabupaten Grobogan (Perhutani Jawa

Tengan 2010), Citra Google Earth download Febmari 2013 dan Survey Lapang

Maret 2013 adalah Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) 71.948,12 ha,

cadangan LP2B 8.400,03 ha, dan sawah pada lahan hutan yang dikelola Lembaga

Masyarakan Disekitar Hutan

(LMDH)

9.035,937 ha.

5,0 m)SI0mg

(8)

Saran

1. Perlu dibakukan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan

sebaran Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kabupalcn Grobogan

I

dengan Surat Keputusan Bupati untuk mendukung ketahanan pangan nasional agar

lebih mantap.

2. Urituk lebih memantapkan lahan sawah seluas 84.502,4 ha (41,5%), lahan kcring

seluas 24.087,3 ha (11,8%) dan lahan sawah yang harus dilindungi unluk lanuman

pangan berkelanjutan dalam mewujudkan ketahanan pangan sesuai dengan tata ruang

Wilayah Propinsi Jawa Tengah untuk Kabupaten Grobogan sebesar 71.948,89 ha dan

lahan cadangan LP2B seluas 8.400,03 ha sebaiknya di tetapkan dengan Peraturan

Daerah.

3. Infomiasi tentang data luas lahan dan letak lahan peitanian berkelanjutan sebaiknya

dicetak dalam buklef atau brosur yang akan mempermudah untuk promosi daerah

agar dapat menarik investor ang bergerak di bidang pertanian dalam arti luas.

DAFTARPUSTAKA

Anonim. 2001. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25.000. Bakosurtanal. Jakarta Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pemerintah Republik

Indonesia. Jakarta

Anonim. 2011. Peta Lahan Baku Sawah Kabupaten Grobogan. Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Jakarta

Anonim. 2011. Data produktivitas tanaman pangan nasional. Badan Pusat Statistik

Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2011 tentang

Penetapan dan Alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pemerintah

Republik Indonesia. Jakarta

Anonim. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012

tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Jakarta

Anonim. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2012

tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan. 2011. Grobogan dalam Angka. BPS

Kabupaten Grobogan

Djaenudin, D., Basuni, S. Hardjowigeno, H. Subagyo, M.

Sukardi, Ismangun, Marsudi

Ds., L. Hakim, Widagdo, J. Dai, V. Suwandi. S. Bachri, dan E.R. Jordens. 1994.

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan tanaman Kehutanan (Land

misiomg

(9)

Sustainability for Agricultural and Silvictural Plants). Centre for Soil and Agroclimate Research. Bogor.

Media Indonesia. 2010. Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia. Diakses tanggal 1

November 2011.

Muhadjir, F. 1998. Karakteristik tanaman jagung. Dalam Subandi, M. Syam, dan A. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1990. Kumpulan Makalah Latihan Mekamk Analisa Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Pidato Presiden tentang Kelahanan Pangan Nasional tanggal 24 mei 2010 di Jakarta.

Departemen Pertanian Republik Indonesia (2010).

Supai7ono dan Setyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutopo. 2011, Komunikasi Pembangunan,FISIP, UNS.Buku Pegangan Kuliah

Sutopo. 2013. A study of the communication pattemp of the poor comunicaties living

beside the river a long side the railway tract inorder to survice inthe city of Solo Central Java di muat di Joumalof society and Communication Volume

203,266-239-293 VO1013.

Tisdale. S.L., W.L. Nelson and D.J. Beaton. 1985. Soil fertility and fertilizers. 4th ed.

The Mac Millan & Co. New York.

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan PAUD atau satuan pendidikan Non Formal (RKAS) yang ditandatangani oleh Kepala Satuan PAUD atau Satuan Pendidikan Non

Pengaruh Ketentuan ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) Terhadap Regulasi Perdagangan di Indonesia Terutama Pada Bidang

Selain menerapkan pembagian fifty-fifty, dari ketujuh perkara yang dianalisis tentang gugatan harta bersama oleh isteri yang tidak bekerja terhadap suami yang bekerja

 Rule of law   merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologi yang khas dan akar budaya yang khas pula. Rule of law    juga merupakan legalisme yaitu suatu

a) lanjutkan langkah lanjutkan langkah 3.4.g) dengan 3.4.g) dengan memanaskan cawan memanaskan cawan yang berisi yang berisi padatan total padatan total yang

Berdasarkan beberapa pedapat dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa daya ledak adalah kemampuan mengarahkan kekuatan dengan cepat dalam waktu yang singkat

Perusahaan mengharapkan agar hasil operasionalnya untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2014 pada umumnya sejalan dengan tren-tren yang dibahas pada

Seperti telah diketahui bahwa yang dilarang dalam undang-undang ini adalah praktek monopoli yang memusatkan kekuatan ekonomi pada satu atau lebih pelaku usaha yang