• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ellyzabeth Sukmawati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ellyzabeth Sukmawati"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

Diajukan Untuk Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Program Studi

Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Ellyzabeth Sukmawati

R 1108035

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

iv

 
(3)

commit to user

ii

HALAMAN VALIDASI

Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi

Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Nama Peneliti : Ellyzabeth Sukmawati

NIM : R 1108035

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal : 7 Agustus 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Jarot Subandono, dr, M.Kes Agus Eka Nurma Yuneta, S.ST NIP.132230853

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

(4)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi

Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Nama Peneliti : Ellyzabeth Sukmawati

NIM : R 1108035

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal : 12 Agustus 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Jarot Subandono, dr, M.Kes Agus Eka Nurma Yuneta, S.ST NIP.132230853

Penguji Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi. C, S.Kep, Ns. Dr. Mochammad Arief Tq, M.S.,PHK NIP.132309895 NIP.19009131980031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIV Kebidanan

(5)

commit to user

iv

MOTTO

Don’t Give Up !!!!

Aku lebih suka mensyukuri apa yang bisa kulakukan,bukannya meratapi apa yang

tidak bisa kulakukan

-Lena Maria-

Anak-Ku,,jangan mau dikalahkan oleh keadaan,,tetapi kalahkan keadaaan !!

Anak-Ku,,jangan sakit hati ketika kau ditegur,

Meskipun kau merasa sudah mengerjakan yang terbaik.

Masa depan mu ada ditangan mu

(6)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya tulis ini spesial untuk :

1. Papa Jesus Christ yang sangat baik dalam kasih karunia dan anugerahNya

yang selalu melimpah didalam kehidupanku dan keluargaku.

2. Papah dan Mamah ku tercinta, terimakasih atas segala kasih, dorongan dan

bimbingannya baik jasmani maupun rohani sehingga karya tulis ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih atas doa yang tak pernah

terhenti untuk masa depanku.

3. Kakak dan adikku atas dukungan dan motivasi yang diberikan untukku.

4. Nenda yang selalu menemani hari-hariku beberapa tahun ini dan telah

memberi inspirasi serta semangat didalam kehidupanku. Terima kasih untuk

pengertian, kesabaran dan do’anya selama ini.

5. Sahabat terbaikku dwi, susy, helmy, yuli yang selalu menemaniku baik suka

dan duka selama setahun ini, semoga persahabatan kita tidak akan pernah

berakhir.

6. Teman-teman satu angkatan 2008 dalam Program Studi D4 Kebidanan Jalur

(7)

commit to user

vi

ABSTRAK

Ellyzabeth Sukmawati, R 1108035, Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Kesuksesan dan keberhasilan manusia lebih terkait dengan beberapa jenis kecerdasan. Sebagian penelitian membuktikan bahwa 80% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual sehingga kecerdasan spiritual yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional akan berfungsi efektif jika dikendalikan oleh kecerdasan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Kecerdasan spritual adalah kemampuan seseorang dalam memberikan makna dari setiap masalah yang dihadapi sehingga memampukan seseorang untuk membangkitkan suatu motivasi diri. Motivasi Belajar adalah kondisi psikologis yang merupakan penggerak dalam diri seseorang untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Perkembangan spiritual menghidupkan motif-motif khusus dalam diri mahasiswa terutama motivasi beajar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar, penetapan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan estimasi besar sampel sejumlah 93 reponden. Instumen yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spiritual dan motivasi belajar adalah angket dengan skala ordinal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data digunakan rumus Kendall Tau.

(8)

commit to user

vii

Kata kunci: Kecerdasan Spiritual, Motivasi Belajar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan segala anugerah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “

Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa

Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar” selesai tepat pada waktunya.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai langkah awal penyusunan

Karya Tulis Ilmiah sebagai tugas akhir mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang

membentu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang semuanya memberi semangat, menambah

pengetahuan, pemahaman dan kemampuan penulis yang sangat berarti bagi

terselesaikannya proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karenanya, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr, dr, Much. Syamsulhadi, Sp. KJ. (K), selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta

2. Tri Budi Wiryanto, dr, SP.OG (K), selaku Ketua Program Studi DIV

Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Mochammad Arief Tq, dr., M.S, PHK, selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

4. Jarot Subandono, dr, M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar,

bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk memberikan

bimbingan sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Agus Eka, SST, selaku Pembimbing Pendamping yang banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Erindra Budi. C, S.Kep, Ns, selaku Penguji yang telah memberikan banyak

(9)

commit to user

viii

7. Rekan- rekan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti

harapkan demi perbaikan penelitian ini.

Harapan peneliti ada hikmah dan manfaat yang dapat diambil dari sebuah

upaya kecil, serta akan ada penelitian yang melakukan penelitian lebih lanjut

dengan kualitas dan manfaat yang lebih baik.

Surakarta, 7 Agustus 2009

(10)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Kecerdasan Spiritual ... 6

2. Motivasi Belajar ... 13

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar ... 22

B. Kerangka Konsep ... 24

C. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

(11)

commit to user

x

1. Populasi Target ... 27

2. Populasi Aktual ... 27

D. Sampel dan Teknik Sampling ... 27

1. Teknik Sampling... 27

2. Estimasi Besar Sampel. ... 27

E. Kriteria Restriksi ... 28

1. Kriteria Inklusi ... 28

2. Kriteria eksklusi ... 28

F. Definisi Operasional ... 29

1. Variabel Bebas ... 29

2. Variabel Terikat ... 30

G. Instrumentasi ... 31

1. Angket ... 31

2. Skoring Angket ... 31

H. Rencana Analisis Data ... 32

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

2. Pengolahan Data ... 34

3. Analisis Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

A. Kecerdasan Spiritual ... 38

B. Motivasi Belajar ... 39

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar ... 41

BAB V PEMBAHASAN ... 47

A. Kecerdasan Spiritual ... 44

B. Motivasi Belajar ... 45

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar ... 46

BAB VI PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(12)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual ... 30

Tabel 3.2 Penskoran Dengan Skala Likert ... 32

Tabel 4.1 Rentang Klas Interval Kecerdasan Spiritual ... 39

Tabel 4.2 Distribusi responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual ... 39

Tabel 4.3 Rentang Klas Interval Motivasi Belajar ... 40

Tabel 4.4 Distribusi responden Berdasarkan Motivasi Belajar ... 41

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan spiritual Terhadap Motivasi Belajar ... 42

(13)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

(14)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 55

Lampiran 2. Surat Permohonan ... 56

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 57

Lampiran 4. Angket Penelitian ... 58

Lampiran 5. Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas dan reliabilitas ... 68

Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Kecerdasan Spiritual ... 72

Lampiran 7. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 76

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ... 81

(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) dekade terakhir

ini sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan dan parameter keberhasilan

manusia telah digugurkan oleh munculnya konsep kecerdasan emosional

(Emotional Quotient) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient).

Kecerdasan spiritual diyakini sebagai puncaknya kecerdasan karena tidak

hanya mengandalkan penalaran maupun emosi, tetapi juga menekankan aspek

spiritual dalam mengarahkan manusia menuju kesuksesan dalam menjalani

hidup (Sukidi, 2004).

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menyelesaikan

masalah makna dan nilai yaitu kecerdasan dalam menempatkan perilaku dan

hidup ke dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan

dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2001).

Kesuksesan dan keberhasilan manusia lebih terkait dengan beberapa jenis

kecerdasan. Hasil penelitian membuktikan bahwa 80% kesuksesan manusia

lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 20% ditentukan oleh

kecerdasan intelektualnya. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan

emosional adalah kecerdasan spiritual sehingga kecerdasan spiritual yang

(16)

commit to user

2

dan kecerdasan emosional akan berfungsi efektif jika dikendalikan oleh

kecerdasan spiritual (Hakim, 2008).

Orang-orang yang mencapai keberhasilan dimasa dewasanya, pada

umumnya pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual seperti

keberanian, optimisme, ketulusan, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan

dalam menghadapi bahaya dan kesulitan (Sinetar, 2001).

Zaman sekarang telah terjadi krisis spiritual karena kebutuhan makna

tidak terpenuhi sehingga hidup manusia terasa dangkal dan hampa. Penyebab

seseorang dapat terhambat kecerdasan spiritualnya, yaitu tidak

mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali, telah

mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proporsional dan

bertentangannya hubungan antara bagian-bagian (Zohar dan Marshall, 2001).

Nilai spiritual saat ini semakin memburuk dan menghilang dari watak

dasar manusia yang ditandai dengan adanya materialisme, egoisme diri yang

sempit, kesombongan, kehilangan makna dan komitmen. Manusia tidak

mengetahui bagaimana harus mengenali diri sendiri dan menjalani kehidupan

di dunia secara benar dan bermakna (Sinetar, 2001).

Hasan (2006) mengatakan bahwa orang yang cerdas secara spiritual

mempunyai motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui

proses pembelajaran. Kecerdasan spiritual disinyalir mampu menghidupkan

(17)

commit to user

Motivasi sangat dibutuhkan sebagai tenaga penggerak yang ada dalam

diri individu untuk melakukan sesuatu dalam hal ini yaitu belajar (Kusdinar

dan Rusyan, 2000).

Goleman (2005) menjelaskan bahwa motivasi membentuk cara pandang

manusia terhadap dunia. Seseorang yang termotivasi untuk berhasil akan

berusaha menemukan cara-cara untuk bekerja lebih baik, untuk belajar dan

berusaha membuat inovasi atau menemukan keunggulan kompetitif.

Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seseorang yang

mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu berusaha secara terus-menerus

untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil

menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai

respon yang cukup kuat untuk setiap persoalan. Individu yang mempunyai

minat belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran

untuk giat belajar (Risma, 2001).

Akademi Kebidanan Mitra Husada merupakan salah satu Akademi

Kebidanan yang terletak di wilayah Karanganyar. Penelitian terdahulu

membuktikan bahwa mahasiswa di Akbid Mitra Husada Karanganyar

memiliki motivasi belajar baik (Sandhawati, 2007).

Berdasarkan keterkaitan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan

Motivasi Belajar pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada

(18)

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

“Adakah hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada

mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual

dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa

semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

b. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada mahasiswa semester II

Akbid Mitra Husada Karanganyar.

c. Untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan spiritual dengan

motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diarahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan

(19)

commit to user

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

khazanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang terkait

yaitu mengenai kecerdasan spiritual dan motivasi belajar.

2. Aplikatif

a. Institusi

Dapat memperkaya daftar pustaka dan pengembangan bidang

pengetahuan terutama tentang pengetahuan hubungan antara

kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar.

b. Profesi

Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan yang positif bagi

pelaksanaan proses pembelajaran.

c. Mahasiswa

Dapat menumbuhkan tingkat kecerdasan spiritual dan motivasi belajar

yang positif sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang

(20)

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Pustaka 1. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan merupakan sesuatu yang bertumpu pada bagian dalam diri

kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.

Kecerdasan inilah yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui

nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai-nilai-nilai

baru (Sinetar, 2001).

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menyelesaikan masalah

makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup

alam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan

yang lain (Zohar dan Marshall, 2001).

Pendapat lain mengatakan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) merupakan

kesadaran dalam diri kita yang membuat kita menemukan dan

mengembangkan bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan

membedakan yang salah dan yang benar serta kebijaksanaan (Satiadarma

dan Waruwu, 2003).

Kemampuan seseorang dalam memberikan makna dari setiap masalah

yang dihadapi sehingga memberikan kemampuan seseorang untuk

(21)

commit to user

membangkitkan suatu motivasi diri merupakan kecerdasan spiritual (Sukidi,

2004).

Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah kecerdasan spiritual tidak

mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh.

Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau nilai, tidak

mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk

memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kecerdasan spiritual adalah fasilitas yang

memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam

memecahkan persoalan eksistensial yaitu saat seseorang secara pribadi

terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat

penyakit dan kesedihan. Kecerdasan spiritual seseorang mampu mengatasi

masalah hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut (Zohar dan

Marshall, 2001).

Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spiritual memiliki sifat yang

tidak semua terlihat jelas dalam diri. Ciri-ciri orang yang memiliki

kecerdasan spiritual menurut Sinetar (2001) yaitu:

a. Menyadari keadaan diri (self-awareness)

Kesadaran diri adalah salah satu kriteria tertinggi dari kecerdasan

spiritual. Orang yang cerdas secara spiritual memiliki kesadaran diri

untuk melihat keadaan diri, memiliki sikap dan perilaku yang baik

sebagai makhluk, memiliki pemahaman diri yang positif, mempunyai

(22)

commit to user

8

dengan penuh kearifan yang dimiliki agar kebahagiaan yang merupakan

tujuan hidupnya dapat tercapai.

b. Mempunyai tujuan yang diraih

Kecerdasan spiritual membawa manusia untuk memiliki kemampuan

dalam menentukan langkah. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual

tinggi akan selalu berusaha semakin berkembang untuk mencapai segala

memiliki tujuan dan keinginan yang diraih dalam menjalani kehidupan

dengan pengalaman yang dimiliki.

c. Sikap fleksibel

Kecerdasan spiritual memungkinkan manusia untuk menyatukan serta

menerima hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal serta

menjadi penghubung kesenjangan antara diri dan orang lain. Memiliki

kemampuan untuk bersikap fleksibel ditunjukkan dengan kemampuan

melakukan komunikasi lisan dan tulisan dengan semua orang dengan

baik, aktif dalam berbagai kegiatan, mampu beradaptasi dengan mudah,

memiliki pergaulan yang luas dan memiliki sikap yang terbuka.

d. Keterbukaan terhadap perbedaan

Pembukaaan diri terhadap segala hal merupakan sifat mendasar yang

dimiliki orang-orang yang cerdas secara spiritual. Perbedaan-perbedaan

dalam segala hal tidak menjadi penghambat utama didalam kecerdasan

spiritual untuk terus berkembang kearah yang lebih baik.

(23)

commit to user

Orang yang cerdas secara spiritual dapat melihat, memaknai dan

mengkaitkan segala hal sehingga memiliki suatu sikap bijaksana di

sepanjang kehidupannya. Manusia menentukan pilihannya sendiri

membantu dirinya untuk lebih menghormati kehidupan. Harga diri akan

membuat suatu tindakan, manusia tumbuh dengan kepercayaan diri yang

semakin besar dalam mengatasi tugas dan persoalan hidup.

f. Mempunyai gagasan atau ide-ide yang baru

Gagasan atau ide-ide datang dari kecerdasan spiritual untuk mewujudkan

sesuatu hal yang bermakna yang ditandai dengan selalu memiliki

inisiatif, selalu berfikir matang dan memiliki pemikiran jauh ke depan.

g. Cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting

Pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas untuk menghasilkan

pilihan dan hasil praktis cenderung membuat orang yang memiliki

kecerdasan spiritual yang baik akan mempertanyakan segala sesuatu

yang mendasar dan penting didalam kehidupannya. Orang yang

cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting selalu

memiliki wawasan yang luas yang ditandai oleh sikap nalar yang baik,

motivasi belajar yang tinggi dan mencintai ilmu.

Kecerdasan spiritual memiliki prinsip dalam membangun mental

(Agustian, 2001), diantaranya adalah:

a. Prinsip Bintang (Star Principle)

Manusia memiliki energi yang dahsyat dalam pikiran bawah sadar yang

(24)

commit to user

10

b. Prinsip Pembelajaran (Learning Principle)

Menuntun manusia untuk senantiasa mencari dan mengembangkan

pengetahuan seluas-luasnya.

Kecerdasan spiritual adalah pondasi bagi kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual memiliki beberapa fungsi yaitu:

a. Segi Perenial

Kecerdasan spiritual mampu mengungkap segi perenial yaitu yang abadi,

yang asasi, yang spiritual dan yang fitrah dalam struktur kecerdasan

manusia. Kecerdasan spiritual merupakan pondasi bagi kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emosional.

b. Kedamaian Spiritual

Kecerdasan spiritual membimbing untuk memperoleh kedamaian hidup

secara spiritual.

c. Kebahagiaan Spiritual

Kecerdasan spiritual merupakan suatu jenis kebahagiaan yang membuat

hati dan jiwa menjadi bahagia, tenteram, dan penuh kebahagiaan (Sukidi,

2004).

d. Kearifan Spiritual

Kecerdasan spiritual membimbing untuk bersikap arif dan bijak. Kearifan

spiritual adalah sikap hidup arif dan bijak secara spiritual yang mengisi

hidup dengan penuh kebenaran, keindahan dan kesempurnaan dalam

(25)

commit to user

Hambatan-hambatan dalam kecerdasan spiritual perlu diatasi dengan jalan

mengembangkan kecerdasan spiritual (Zohar dan Marshall, 2001) yaitu:

a. Melalui jalan tugas. Mengerjakan semua tugas-tugas harian dengan

dorongan motivasi yang muncul dari dalam diri.

b. Melalui jalan pengasuhan. Berusaha untuk saling menghargai dan

memaafkan apabila terjadi konflik satu dengan yang lain. Setiap masalah

yang muncul dan menjadikannya sebagai momentum untuk bertumbuh

dalam kecerdasan spiritual.

c. Melalui jalan pengetahuan. Mengembangkan realisasi diri dan melatih

kepekaan terhadap berbagai masalah aktual sehingga dapat merefleksikan

tentang makna terhadap masalah yang dihadapi.

d. Melalui jalan perubahan pribadi atau kreativitas. Menciptakan kondisi di

mana daya kreativitas yang sudah ada dalam dapat diekspresikan dengan

penuh makna.

e. Melalui jalan persaudaraan. Berupaya untuk saling menghargai dan

memahami pendapat serta perasaan orang lain dan berusaha mencari

pemecahan masalah dari setiap konflik. Setiap konflik merupakan

kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual untuk mengelola

konfliknya sendiri.

f. Melalui jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian. Berusaha untuk

mampu mengerti dan memahami setiap orang, melayani kepentingan

(26)

commit to user

12

Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan

adversity (AQ) bukan satu-satunya kunci yang dapat mengantar seseorang ke

jenjang sukses. Kecerdasan spiritual (SQ) mempunyai peranan penting untuk

pengembangan diri. Para psikologis mengatakan, rasa sukses dan bahagia

akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya empat

kecerdasan, yaitu Intelektual Question, Emotional Question, Adversity

Question dan Spiritual Question.

a. Intelektual Question (IQ)

Kecerdasan intelektual berkaitan dengan ketrampilan seseorang

menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Kekhasan cara berpikir IQ

terletak pada pemikiran rasional dan logis. IQ menjadi fakultas rasional

dari manusia (Waruwu dan Satiadarma, 2003).

b. Emotional Question (EQ)

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri

sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati,

mengatur suasana hati, berempati dan solidaritas tinggi. Kecerdasan

emosional memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk

menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. EQ merupakan

persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif (Goleman, 2005).

c. Advertsity Question (AQ)

Kecerdasan adversity adalah kesanggupan seseorang untuk melihat dan

mengubah persoalan menjadi sebuah kesempatan. Kecerdasan adversity

(27)

commit to user

yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua jenis kesuksesan,

merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan dan

merupakan serangkaian peralatan dasar yang memiliki dasar ilmiah untuk

memperbaiki respon terhadap kesulitan (Stoltz, 2009).

d. Spiritual Question (SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan sesuatu yang berkait dengan

masalah makna, motivasi dan tujuan hidup (Zohar dan Marshall, 2001).

Jika kecerdasan intelektual berperan memberikan solusi

intelektual-teknikal, kecerdasan emosional meratakan jalan membangun relasi sosial,

kecerdasan adversity kesanggupan melihat dan mengubah persoalan

menjadi sebuah kesempatan, kecerdasan spiritual memegang peranan

untuk mempertanyakan makna dan tujuan hidup seseorang.

Perbedaan EQ, AQ dan SQ terletak pada daya ubahnya. Kecerdasan

emosional memungkinkan untuk memutuskan dalam suatu situasi yang

bagaimana dan membiarkan situasi tersebut mengarahkan diri, kecerdasan

adversity memungkinkan untuk mengubah setiap persoalan dan situasi

menjadi suatu kesempatan, sedangkan kecerdasan spiritual memungkinkan

untuk bertanya apakah memang berada tepat pada situasi tersebut.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti

(28)

commit to user

14

subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai

tujuan (Winkel, 1986). Motivasi sebagai suatu kondisi yang

menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah pada tingkah laku

tersebut (Suciati & Irawan, 2001).

Pendapat lain mengatakan motivasi adalah suatu kondisi yang

mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang

menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan perilaku dan

aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam rangka memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya (Sardiman, 2009).

Stoltz (2000) membagi tipe motivasi menjadi beberapa bagian

yaitu:

1) Quitters yaitu orang-orang yang mudah menyerah, sehingga

kehidupan mereka semakin terpuruk dalam kemalangan.

2) Campers yaitu orang-orang yang mudah puas dengan apa yang

sudah dicapai, sehingga kehidupan mereka biasa-biasa saja.

3) Climbers yaitu orang-orang yang selalu optimis, berpikir positif

dan terus bersemangat kerja sampai benar-benar mendapatkan yang

mereka inginkan.

Klasifikasi motivasi menurut para ahli dibagi dalam beberapa golongan

antara lain:

1) Sartain membagi motivasi menjadi dua golongan :

a) Physiological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat

(29)

commit to user

b) Social motivies adalah dorongan-dorongan yang berhubungan

dengan manusia dalam masyarakat.

2) Woodworth mengklasifikasikan motivasi sebagai berikut:

a) Kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berhubungan

dengan kebutuhan bagian dalam dari tubuh.

b) Motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motivies)

adalah motif-motif yang timbul jika situasi menuntut

timbulnya tindakan kegiatan cepat dan kuat dari manusia,

motif ini timbul bukan atas kemauan kita tetapi karena

perangsangan dari luar yang menariknya.

c) Motif objektif adalah motif yang diarahkan ke suatu objek atau

tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya

dorongan dari dalam diri seseorang.

3) Motivasi dapat pula dibedakan sebagai berikut :

a) Motivasi intrinsik adalah motivasi-motivasi yang menjadi aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena

dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

b) Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya rangsangan dari luar.

(Purwanto, 2006)

4) Maslow (1989, dalam Purwanto, 2006) membagi keseluruhan motif

(30)

commit to user

16

membentuk suatu tangga motif yang mendorong perbuatan

individu menjadi 5 kategori yang membentuk suatu hierarki atau

tangga motif dari yang terendah sampai yang tertinggi yaitu :

a) Motif fisiologi yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi

kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum,

bernafas, bergerak dan lain-lain.

b) Motif pengamanan yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga

atau melindungi diri dari gangguan baik gangguan alam,

binatang, iklim maupun penilaian manusia.

c) Motif persaudaraan atau kasih sayang yaitu motif untuk

membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik

dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda.

d) Motif harga diri untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan

dan penghormatan dari orang lain.

e) Motif aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang

dibawa dari kelahirannya dan kodratnya sebagai manusia.

Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam

berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu

berusaha mengaktualkan semua potensi yang dimilki.

Kegiatan individu agar dapat memberikan hasil yang efektif, maka

motivasi sangat dibutuhkan dan diperlukan usaha-usaha untuk

(31)

commit to user

menyatakan terdapat beberapa hal yang mendorong seseorang untuk

belajar yaitu:

1) Kesadaran

2) Perhatian

3) Kemauan

4) Kesenangan

Gagne dan Driscoll dalam Sutarno (2006) mengemukakan model

ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Satisfaction) sebagai faktor

untuk mencapai motivasi belajar, faktor-faktor tersebut adalah:

1) Attention (perhatian)

Rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga

mahasiswa akan memberikan perhatian dan perhatian tersebut

terpelihara selama proses belajar mengajar.

2) Relevance (berkaitan dengan kebutuhan)

Relevan menunjukkan adanya hubungan antara materi

pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi akan

terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari

memenuhi kebutuhan pribadi, atau nbermanfaat dan sesuai dengan

nilai yang dipegang.

3) Confidance (percaya diri)

Kepercayaan Diri merasa diri kompeten atau mampu

merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan

(32)

commit to user

18

pribadi siswa bahwa dirinya memiliki untuk melakukan suatu tugas

yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal

ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan

meningkatnya harapan untuk berhasil.

4) Satisfaction (rasa kepuasan)

Kepuasan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan

menghasilakan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus

berusaha mencapai tujuan serupa. Kepuasan karena mencapai

tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang

berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.

Unsur didalam motivasi pada hakikatnya berinteraksi dalam diri

manusia (Hamalik, 2003). Unsur-unsur motivasi yaitu:

1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dan pribadi.

2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.

Mula-mula merupakan ketegangan suasana emosi. Suasana emosi

ini menimbulkan kelakuan yang bemotif.

3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi memiliki peranan penting dalam diri individu yaitu:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses dan hasil akhir.

2) Mengarahkan kegiatan belajar.

3) Membesarkan semangat belajar.

(33)

commit to user

5) Motivasi dapat memberikan arah kegiatan yang tepat menuju

tercapainya tujuan.

6) Dengan motivasi siswa dapat melihat dan menyeleksi perbuatan

yang mana yang harus dilakukan atau ditinggal sehingga

pencapaian tujuan dapat direalisasikan.

7) Motivasi menentukan ketekunan belajar.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa motivasi merupakan

faktor penentu keberhasilan proses belajar. Pada dasarnya belajar

adalah usaha sadar dan aktif dari mahasiswa. Tanpa adanya motivasi

belajar, siswa akan pasif dan proses belajar tidak akan mencapai tujuan.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang akrab dengan lapisan masyarakat.

Tidak semua orang mengetahui makna belajar. Ada banyak ahli

mengemukakan tentang pengertian belajar. Syah (2005) menjelaskan

arti belajar adalah proses kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan

jenjang pendidikan. Skinner dalam Syah (2005) berpendapat bahwa

belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif. Witherington juga merumuskan tentang

pengertian belajar. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian

yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksiyang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian

(34)

commit to user

20

Kondisi psikologis yang merupakan penggerak dalam diri seseorang

untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas

kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan

menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang

dikehendaki dapat tercapai disebut dengan motivasi belajar menurut

Kartawidjaja (1992, dalam Aldita, 2004).

Individu yang memiliki rasa tanggung jawab besar dan berhasrat

berprestasi tinggi dalam belajar (Sardiman, 2002) memiliki ciri-ciri:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).

2) Tidak mudah putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar

untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak sepat puas dengan

prestasi yang dicapainya.

3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Dapat mempertahankan pendapatnya.

6) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Proses

pembelajaran siswa menempuh 3 fase:

(35)

commit to user

Dalam fase ini seorang siswa yang sedang belajar memperoleh

sejumlah keterangan mengenai materi yang dipelajari.

2) Fase transformasi (tahap pengubahan materi)

Informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah atau

ditransformasi menjadi bentuk abstrak atau konseptual.

3) Fase evaluasi (tahap penilaian materi)

Seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah

pengetahuan yang didapat dimanfaatkan untuk memahami

gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Syah

(2004) dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu faktor internal, faktor

eksternal dan faktor pendekatan belajar.

1) Faktor internal (faktor-faktor dalam diri individu)

Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi

keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut 2

aspek yaitu aspek jasmaniah dan aspek psikologi (rohani). Aspek

jasmaniah dari individu menggambarkan kondisi umum jasmani

dan tonus otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ

tubuh dan sendi-sendinya, sedangkan aspek rohani menyangkut

kesehatan psikis, kemampuan intelektual, psikomotor serta kondisi

afektif dan konatif dari individu. Faktor-faktor rohani siswa

dipandang lebih esensial dalam mempengaruhi proses belajar yaitu

(36)

commit to user

22

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu,

terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.

3) Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu.

Setiap motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin

berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula

motivasinya. Motivasi sangat berguna bagi tindakan seseorang

(Hamalik, 2003) untuk:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu perbuatan. Tanpa

motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan

menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami

perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan

kematangan psikologis siswa.

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Prinsip dalam kecerdasan spiritual adalah jalan pengetahuan yaitu

(37)

commit to user

filosofis yang paling dalam akan kebenaran hingga pencarian spiritual akan

pengetahuan. Kemajuan alamiah menuju kecerdasan spiritual yang lebih

tinggi bermula dari perenungan, melalui pemahaman menuju kearifan. Cara

memecahkan masalah apapun baik praktis maupun intelektual dengan cara

yang cerdas spiritual adalah menempatkannya dalam suatu perspektif yang

lebih luas, sehingga terlihat lebih jelas (Zohar dan Marshal, 2001).

Individu yang mencapai keberhasilan dimasa dewasanya pada umumnya

pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual seperti keberanian,

optimisme, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan dalam menghadapi

bahaya dan kesulitan terutama masalah yang terkait dengan proses

pembelajaran. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam

belajar, tentu ia akan memiliki motivasi yang kuat untuk memperluas

pengetahuannya melalui proses pembelajaran, berusaha untuk dapat

memecahkan beragam masalah yang dihadapi dengan kearifannya dan tidak

mudah putus asa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya (Sinetar,

2001).

Terlihat jelas bahwa perkembangan spiritual menghidupkan motif-motif

khusus dalam diri manusia. Mereka terilhami, terdorong dan termotivasi

(38)

24

B. Kerangka Konsep

[image:38.792.115.664.116.525.2]

24

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Faktor Yang Mempengaruhi :

- Kesadaran

- Perhatian

- Kemauan

- Kesenangan

Motivasi Belajar Kecerdasan Spiritual :

1) Menyadari keadaan diri

2) Mempunyai tujuan yang ingin diraih 3) Sikap Fleksibel

4) Keterbukaan terhadap perbedaan 5) Dapat melihat keterkaitan antara

berbagai hal

6) Mempunyai gagasan atau ide-ide yang baru

7) Cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting

(Sinetar, 2001)

Baik

Sedang

Kurang

Baik

Sedang

Kurang

Karakteristik Motivasi:

(39)

commit to user

25 Keterangan :

= Diteliti

= Tidak Diteliti

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu dalil yang belum teruji secara

empiris (Arief, 2004). Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan kecerdasan spiritual

dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

(40)

commit to user

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu rencana struktur dan strategi penelitian

untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dengan melakukan

pengendalian berbagai variabel yang berpengaruh terhadap penelitian itu

(Arief, 2004).

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik. Sifat penelitian ini

adalah explanatory yaitu menjelaskan hubungan antara variable-variable

penelitian melalui pengujian hipotesa. Adapun metode pendekatan yang

digunakan adalah cross sectional untuk mendapatkan gambaran yang

senyatanya dari responden pada saat dilakukannya penelitian (Sugiyono,

2005).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan berbagai pertimbangan

yaitu aspek keterjangkauan untuk penelitian dan tersedianya jumlah sampel

yang memadai untuk penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus

Akbid Mitra Husada Karanganyar dan pengalokasian waktu penelitian

dilakukan pada bulan Juli tahun 2009.

(41)

commit to user

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2002).

1. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir dan

parameternya akan diketahui melalui penelitian (Arief, 2004). Populasi

target dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akbid Mitra Husada

Karanganyar.

2. Populasi Aktual

Populasi aktual adalah populasi yang secara riil dijadikan dasar dalam

penentuan sampel dan secara langsung menjadi lingkup sasaran

keberlakuan simpulan (Sukmandinata, 2006). Populasi aktual dalam

penelitian ini adalah mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar berjumlah 121 orang. Pemilihan populasi pada semester II

karena ketersediaan sampel.

D. Teknik Sampling dan Estimasi Besar Sampel

1. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling

dengan menggunakan random sampling dimana sampel yang diambil

berdasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri

yaitu sesuai dengan kriteria retriksi yang telah ditetapkan (Notoatmodjo,

(42)

commit to user

28

2. Estimasi Besar Sampel

Sampel pada populasi < 1000, maka digunakan rumus (Nursalam,

2008):

r = N

1 + N (d²)

R = 121

1+ 121 (0,05²)

= 93 responden

Keterangan:

R = Estimasi Besar Sampel

N = Jumlah Populasi

D = Tingkat Signifikasi (d = 0,05)

E. Kriteria Restriksi

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008).

Kriteria dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester II Akbid

Mitra Husada Karanganyar berjumlah 93 orang.

2. Kriteria eksklusi

Adalah kriteria untuk mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

(43)

commit to user

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada yang tidak bersedia

menjadi responden dalam penelitian.

b. Mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada yang tidak hadir pada saat

dilakukan penelitian.

F. Definisi Operasional

1. Variabel bebas : Kecerdasan Spiritual

a. Definisi : Kemampuan seseorang dalam memberikan makna

dari setiap masalah yang dihadapi sehingga

memberikan kemampuan seseorang untuk

membangkitkan motivasi diri.

b. Alat ukur : Angket kecerdasan spiritual berdasarkan skala

Likert yang disusun oleh peneliti. Uji validitas

angket dilakukan dengan N=25 dan taraf kesalahan

5% didapat harga rtabel=0,396 dan diperoleh hasil

terdapat item yang gugur (tidak valid) sebanyak 7

item yaitu item 6, 13, 19, 26 32, 38 dan 45

sehingga didapat 38 pertanyaan yang memenuhi

standar validitas dengan koefesien reliabilitas

angket sebesar rxy=0,906.

(44)

commit to user

30

d. Cara mengukur : Memberikan angket tentang kecerdasan spiritual

kepada responden untuk diisi kemudian dinilai

dengan memberikan skor. Skala nilai terdiri 38

pernyataan berdasarkan ciri-ciri orang yang

memiliki kecerdasan spiritual:

1) Baik : 116-152

2) Sedang : 77-115

[image:44.612.135.507.188.702.2]

3) Kurang : 38-76

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual

NO Karakteristik

Nomor Item

Jumlah

Favorable Unforable

1 Menyadari Keadaan diri 1,2,3,4 5,7,8 7

2

Mempunyai tujuan yang

ingin diraih

9,10,11,12 14,15,16 7

3 Fleksibel 17,18 20,21,22 5

4

Bisa melihat keterkaitan

antara berbagai hal

23,24,25 27,28 5

5 Terbuka terhadap perbedaan 29,30,31 33,34 5

6

Mempunyai gagasan ide-ide

yang segar

35,36,37 39,40 5

(45)

commit to user

yang mendasar dan pokok

Jumlah Total 22 16 38

2. Variabel terikat : Motivasi belajar

a. Definisi : Kondisi psikologis yang merupakan penggerak

dalam dari mahasiswa untuk memulai suatu

kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan

sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh

semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat

waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat

tercapai.

b. Alat ukur : Angket motivasi belajar berdasarkan skala Likert

yang disusun oleh Abdullah (1977, dalam

Wigunantiningsih, 2006) dengan koefesien

reliabilitas angket sebesar rxy=0,86

c. Skala : Ordinal

d. Cara mengukur : Dengan cara memberikan angket tentang motivasi

belajar kepada responden untuk diisi kemudian

dinilai dengan memberikan skor. Skala nilai terdiri

dari 38 pernyataan berdasarkan ciri-ciri orang yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi:

1) Baik : 116-152

2) Sedang : 77-115

(46)

commit to user

32

G. Instrumen Penelitian

1. Angket

Dalam penelitian ini pengambilan datanya menggunakan metode angket

langsung dan tertutup. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2

macam angket yaitu angket Kecerdasan Spiritual dan angket Motivasi

Belajar.

2. Skoring Angket

Penyusunan angket dengan menggunakan Skala Linkert dengan 4 jenjang

jawaban yang terdiri atas:

a. Sangat Sesuai (SS)

b. Sesuai (S)

c. Tidak Sesuai (TS)

d. Sangat Tidak Sesuai (STS)

Alternatif jawaban ini didasarkan pada aspek yang muncul. Pemberian

[image:46.612.166.511.536.670.2]

skor angket dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.2 Penskoran Dengan Skala Likert

Pilihan Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

(47)

commit to user

H. Analisis Data

Angket dalam penelitian ini dirancang oleh peneliti sendiri dan sebelum

diedarkan pada responden telah dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih

dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat itu benar untuk

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002).

Teknik analisis yang digunakan untuk uji validasi adalah yang

dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus product moment.

)

(

)

(

(

)

{

2 2

}

{

2

(

)

2

}

∑ ∑

− − = Y Y N X X N Y X Y X N R Keterangan :

R : Koefisien kolerasi item dengan skor total

X : Skor pertanyaan

Y : Skor total

N : Jumlah Responden

XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total

(Arikunto, 2002)

Angket dikatakan valid apabila mampu mengukur dan mengungkapkan

[image:47.612.160.509.214.544.2]

data secara tepat. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan r

tabel dengan r hitung untuk degree of freedom (df)= n-2. Jika pada uji

signifikansi ada item pertanyaan yang tidak memenuhi taraf signifikansi

(48)

commit to user

34

Perhitungan validitas angket dengan menggunakan program komputer

SPSS version 16.0 for Windows.

Reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui bahwa kuesioner

tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur penelitian (Notoatmodjo,

2002). Untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini dilakukan

dengan Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut:

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =

=

2

1 2 1 11 1 1 α σ α k k r Keterangan :

r 11 : reliabitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

α : jumlah varians butir

2

α : varian total

(Sugiyono, 2005)

Data dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60. Apabila

nilai yang diperoleh dibawah angka kritis, maka kesioner tersebut tidak

reliabel sebagai alat ukur (Ghozali, 2001).

Perhitungan reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program

komputer SPSS version 16.0 for Windows.

Untuk kuesioner motivasi belajar tidak dilakukan uji validitas dan

reliabilitas karena sudah terdapat skala baku tentang pengukuran

(49)

commit to user

Abdullah (1977, dalam Wigunantiningsih, 2006) yaitu disusun

berdasarkan batasan tentang motif berprestasi dan ciri-ciri orang yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi. Dengan menggunakan pendekatan

Spit Half, Abdullah melaporkan bahwa koefesien reabilitas angket ini

adalah sebesar rxy = 0,86.

2. Pengolahan data

Pengolahan data dari hasil pengisian angket dilakukan dengan cara

deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi yang dikonfirmasikan

dalam bentuk persentase dan narasi. Langkah-langkah pengolahan data

adalah sebagai berikut :

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk memeriksa data yang sudah

terkumpul dan jika ada kekurangan langsung dilengkapi tanpa

dilakukan penggantian atas jawaban responden.

b. Coding

Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada semua

variabel agar mempermudah dalam pengolahan data.

c. Tabulating

Tabulasi adalah mengelompokkan data ke dalam suatu tabel

[image:49.612.152.511.224.511.2]

tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini

tabel selesai diproses dehingga harus segera disusun ke dalam suatu

(50)

commit to user

36

3. Analisis data

[image:50.612.173.508.211.474.2]

Dari hasil pengisian angket dilakukan analisis dengan menggunakan

tabel distribusi yang akan disajikan dalam bentuk prosentase dan narasi

(Nursalam, 2008).

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis data Kendall Tau. Korelasi Kendall Tau ini digunakan untuk

mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih,

bila datanya berbentuk ordinal atau ranking (Riwidikdo, 2008)

τ = 2 ) 1 ( − −

N N B A Keterangan :

τ = Koefisien Korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1)

A = Jumlah rangking atas

B = Jumlah rangking bawah

N = Jumlah anggota sampel

Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, karena

distribusinya mendekati distribusi normal. Rumusnya adalah sebagai

berikut: z =

) 1 ( 9 ) 5 2 ( 2 − + N N N τ Keterangan:

z = Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

(51)

commit to user

N = Jumlah anggota sampel

Perhitungan uji statistik dengan menggunakan program komputer SPSS

version 16.0 for Windows.

Pengambilan keputusan dilakukan dari hasil perhitungan secara

statistik menggunakan rumus tersebut dan dengan menggunakan taraf

kesalahan 5%. Hasil z hitung kemudian dikonsultasikan dengan z tabel.

Apabila didapatkan hasil dimana z hitung lebih besar dari z tabel maka

hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini berarti ada

hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa

(52)

commit to user

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada pada tanggal 17 Juli 2009 di Akbid Mitra Husada

Karanganyar tahun akademik 2008/2009 yang berjumlah 93 orang.

Pengumpulan data dilakukan, dengan hasil sebagai berikut:

A. Kecerdasan Spiritual

Penelitian ini diperoleh responden dengan tingkatan kecerdasan spiritual

dalam tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Pembagian kecerdasan

spiritual dalam tiga kategori berdasarkan perhitungan dari nilai maksimal

dikurangi nilai minimal dibagi tiga, yaitu:

152-38 = 38

3

Sehingga dari hasil diatas dapat diperoleh rentang nilai untuk menentukan

kategori kecerdasan spiritual adalah 38, dari rentang tersebut kecerdasan

spiritual dapat dibagi dalam tiga kategori seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Rentang Klas Interval Kecerdasan Spiritual

No Skala Klas Interval

1. 116-152 Baik

2. 77-115 Sedang

3. 38-76 Kurang

(53)

commit to user

Data responden mengenai kecerdasan spiritual diperoleh melalui angket

yang dibagikan dan diisi oleh mahasiswa, dapat dilihat pada tabel distribusi

[image:53.612.151.507.222.466.2]

frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual Pada

Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

No Kecerdasan Spiritual Klas Interval Cakupan

Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 116-152 37 39,8

2. Sedang 77-115 53 57

3. Kurang 38-76 3 3,2

Sumber: data primer Juli 2009

Hasil penelitian kecerdasan spiritual berdasarkan tabel di atas dapat

diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data kecerdasan

spiritual dengan kategori kecerdasan spiritual sedang sebanyak 53 responden

(57%), sehingga secara keseluruhan didapatkan responden dengan kategori

kecerdasan spiritual baik sebanyak 37 responden (39,8%) dan kategori

kecerdasan spiritual rendah sebanyak 3 responden (3,2%).

Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diambil

kesimpulan tergolong dalam kecerdasan spiritual kategori sedang, yang

berarti kecerdasan spiritualnya cukup baik.

B. Motivasi Belajar

Penelitian ini diperoleh responden dengan tingkatan motivasi belajar

(54)

commit to user

40

belajar dalam tiga kategori berdasarkan perhitungan dari nilai maksimal

dikurangi nilai minimal dibagi tiga, yaitu:

152-38 = 38

[image:54.612.153.507.176.469.2]

3

Tabel 4.3 Rentang Klas Interval Motivasi Belajar

No. Skala Klas Interval

1. Baik 116-152

2. Sedang 77-115

3. Kurang 38-76

Data responden mengenai motivasi belajar diperoleh melalui angket yang

dibagikan dan diisi oleh mahasiswa, dapat dilihat pada tabel distribusi

frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar Pada

Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

No Motivasi Belajar Klas Interval Cakupan

Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 116-152 46 49,5

2. Sedang 77-115 46 49,5

3. Kurang 38-76 1 1,1

Sumber: data primer Juli 2009

Hasil penelitian pada motivasi belajar berdasarkan tabel di atas dapat

(55)

commit to user

sedang dan baik sebanyak 46 responden (49,5%), sehingga secara

keseluruhan didapatkan responden dengan kategori motivasi belajar kurang

sebanyak 1 responden (1,1%).

Motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar berdasarkan data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

tergolong kategori sedang dan baik, yang berarti kecerdasan baik akan

menghasilkan motivasi belajar baik pula.

[image:55.612.135.509.221.532.2]

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi

Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

skala motivasi belajar

Total

1 2 3

skala kecerdasan spiritual 1 1 2 0 3

2 0 36 17 53

3 0 8 29 37

Total 1 46 46 93

Hasil penelitian pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 1

responden (1,1%).

2. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 2

(56)

commit to user

42

3. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar baik sebanyak 0

mahasiswa (0%).

4. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 0

mahasiswa (0%).

5. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar sedang sebanyak 36

mahasiswa (38,7%).

6. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar baik sebanyak 17

mahasiswa (18,3%).

7. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar kurang sebanyak 0

mahasiswa (0%).

8. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar sedang sebanyak 8

mahasiswa (8,6%).

9. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar baik sebanyak 29

mahasiswa (31,2%).

Setelah data tersebut diolah dengan uji korelasi Kendall Tau dengan bantuan

(57)

commit to user

Tabel 4.6 Uji Korelasi Kendall Tau Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi

Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

kecerdasan

spiritual

motivasi

belajar

Kendall's tau_b kecerdasan spiritual

Correlation

Coefficient 1.000 .456

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93

motivasi

belajar

Correlation

Coefficient .456

**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, sebagai berikut:

z = ) 1 ( 9 ) 5 2 ( 2 − + N N N τ Keterangan:

z = Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

τ = Koefisien Korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1)

N = Jumlah anggota sampel

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan:

(58)

commit to user

44

=

77004 382 456 , 0

= 070 , 0

456 , 0

= 6,514

Harga z hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga z tabel. Untuk

uji dua pihak maka taraf kesalahan 5% dibagi 2, sehingga menjadi 2,5%.

Selanjutnya harga z dapat dilihat pada kurva normal dengan z=0,4975.

Berdasarkan angka tersebut maka harga z = 2,79. Ternyata z hitung lebih besar

dari z tabel (6,514 > 2,79). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna (signifikan) antara kecerdasan spiritual dengan

(59)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Spiritual

Hasil penelitian kecerdasan spiritual berdasarkan perhitungan persentase

dapat diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data kecerdasan

spiritual dengan kategori kecerdasan spiritual sedang yang berarti kecerdasan

spiritualnya cukup baik.

Hasil penelitian kecerdasan spiritual ini sesuai dengan pendapat Zohar

dan Marshall (2001) yang membahas tentang adanya kecerdasan spiritual

yang dimiliki oleh setiap manusia, yang berpengaruh terhadap segala aspek

kehidupan. Prinsip dalam kecerdasan spiritual adalah jalan pengetahuan yaitu

merentang dari pemahaman akan masalah praktis umum, pencarian filosofis

yang paling dalam akan kebenaran hingga pencarian spiritual akan

pengetahuan. Kecerdasan spiritual pada mahasiswa dikembangkan melalui

jalan pengetahuan yaitu proses pembelajaran materi yang dipelajari dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari atau hal lain yang akan membawa pemahaman

mereka ke arah pemahaman yang lebih bermakna.

Kohlberg (2000) mengungkapkan bahwa remaja pada tahapan

perkembangan moral ada pada tahapan konvensional, artinya pada tahapan ini

remaja sudah mulai mengerti bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan

seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Responden

penelitian terlihat berada pada rentang usia remaja, sehingga hasil penelitian

(60)

commit to user

46

yang dihasilkan kecerdasan spiritual berada pada kategori cukup baik. Tahap

remaja merupakan tahapan ketika terjadi proses kebermaknaan dan

pernyataan tersebut cukup signifikan dengan beberapa aspek yang ada pada

kecerdasan spiritual. Eliawati (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan

spiritual yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki

makna dalam hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan memiliki

kualitas "menjadi" yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat

seseorang merasa gembira menggunakan kemampuannya secara produktif

dan dapat menyatu dengan lingkungan untuk membangkitkan suatu motivasi

dalam diri.

B. Motivasi Belajar

Hasil penelitian pada motivasi belajar berdasarkan persentase dapat

diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data motivasi belajar

sedang dan baik sebanyak 46 responden (49,5%), sehingga secara

keseluruhan didapatkan responden dengan kategori motivasi belajar kurang

sebanyak 1 responden (1,1%). Penelitian motivasi belajar pada mahasiswa

semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diambil kesimpulan

bahwa tergolong kategori sedang dan baik. Responden telah memiliki

motivasi belajar untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar

atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan

menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki

(61)

commit to user

Motivasi merupakan disposisi yang mendorong seseorang untuk bertindak

dalam mencapai suatu tujuan yang memiliki intensif baginya. Motivasi yang

berasal dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan lebih memberikan

hasil positif dalam proses belajar guna meraih hasil yang terbaik. Keadaan ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suryabrata (2000) yang

menyatakan bahwa motivasi bersal dari kata “motif” yang berarti keadaan

pribadi yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu. Motif

adalah penggerak atau pendorong dari dalam dan luar subjek untuk

melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai

signifikasi dengan menggunakan rumus z hitung = 6,514 dan dengan nilai

korelasi Kendall Tau 0,456. Dari hasil perhitungan didapatkan z hitung lebih

besar daripada z tabel (6,514>2,79) setelah dibandingkan dengan z tabel

untuk taraf kesalahan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 92 diperoleh harga

z= 2,79, sehinggga hipotesis diterima dan nilai z ditetapkan dalam tabel

koefesien korelasi tergolong kuat.

Bukti di atas secara nyata menjelaskan bahwa terdapat hubungan

kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar. Keadaan ini sejalan dengan

teori yang dikemukakan oleh Sukidi (2004) yang menyatakan bahwa

(62)

commit to user

48

dalam belajar sehingga membantu mahasiswa dalam mencapai prestasi

belajar yang diinginkan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki

kecerdasan spiritual cukup baik akan menghasilkan motivasi belajar baik

pula. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa mereka yang

memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi dianggap sebagai orang-orang yang

memiliki motivasi (Hakim, 2008).  

Orang yang cerdas secara spiritual mempunyai motivasi yang kuat untuk

memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran (Hasan, 2006).

Risma (2006) berpendapat bahwa individu yang mempunyai semangat belajar

yang tinggi akan selalu berusaha secara terus menerus untuk mencapai tujuan

yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap

permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai respon yang cukup

kuat untuk setiap persoalan. Individu yang mempunyai kecerdasan secara

spiritual yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran

untuk giat belajar. 

Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan

perilaku akibat pengalaman yang diperoleh atau sebagai hasil interaksi

individu dengan lingkungannya. Manusia bersifat dinamis dan terbuka

terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya dan lingkungan

sekitarnya maka motivasi untuk belajar akan terus tumbuh dalam diri

(63)

commit to user

Mahasiswa semester II merupakan mahasiswa dengan keadaan psikologis

yang jauh lebih matang dan kemampuan berpikir jauh lebih rasional sehingga

mengharuskan mahasiswa untuk dapat menumbuhkan dan meningkatkan

motivasi sesuai dengan keadaan mahasiswa itu sendiri. Motivasi belajar dapat

Gambar

Tabel 3.1  Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual .........................................
Gambar 2.1. Kerangka Konsep .......................................................................
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alat pengumpul data pelaksanaan TPK pada pembelajaran Fisika di kelas adalah berupa studi dokumentasi terhadap RPP dan hasil pengolahan TPK serta lebar observasi

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis data dan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu harga, kualitas pelayanan, dan

In this search range, the curved surface of correlation coefficients of logarithmically transformed image shown in figure 5(b) is more approximate to real ground based on

Hasil penelitian ini menunjukkan dalam jangka pendek tingkat suku bunga kredit konsumsi berpengaruh negatif pada permintaan jumlah kredit konsumsi tetapi dalam jangka

Manusia memiliki kemampuan untuk untuk menggunakan dan memaknai simbol-simbol, maka berkembanglah cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana memahami simbol dan

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Apa sajakah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need pada Pasangan

Unjuk kerja thermocouple masih baik, hal ini terlihat dari perubahan emf masih linier dengan perubahan temperature yang terjadi di dalam tungku sinter.. Maka dapat

14.1 Peserta mengirimkan Data Kualifikasi melalui aplikasi SPSE kepada Pokja ULP sesuai jadwal yang ditetapkan. 14.2 Apabila berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi, Pokja