commit to user
Diajukan Untuk Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Ellyzabeth Sukmawati
R 1108035
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iv
commit to user
ii
HALAMAN VALIDASI
Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi
Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.
Nama Peneliti : Ellyzabeth Sukmawati
NIM : R 1108035
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal : 7 Agustus 2009
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Jarot Subandono, dr, M.Kes Agus Eka Nurma Yuneta, S.ST NIP.132230853
Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi
Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.
Nama Peneliti : Ellyzabeth Sukmawati
NIM : R 1108035
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal : 12 Agustus 2009
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Jarot Subandono, dr, M.Kes Agus Eka Nurma Yuneta, S.ST NIP.132230853
Penguji Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
Erindra Budi. C, S.Kep, Ns. Dr. Mochammad Arief Tq, M.S.,PHK NIP.132309895 NIP.19009131980031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIV Kebidanan
commit to user
iv
MOTTO
Don’t Give Up !!!!
Aku lebih suka mensyukuri apa yang bisa kulakukan,bukannya meratapi apa yang
tidak bisa kulakukan
-Lena Maria-
Anak-Ku,,jangan mau dikalahkan oleh keadaan,,tetapi kalahkan keadaaan !!
Anak-Ku,,jangan sakit hati ketika kau ditegur,
Meskipun kau merasa sudah mengerjakan yang terbaik.
Masa depan mu ada ditangan mu
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis ini spesial untuk :
1. Papa Jesus Christ yang sangat baik dalam kasih karunia dan anugerahNya
yang selalu melimpah didalam kehidupanku dan keluargaku.
2. Papah dan Mamah ku tercinta, terimakasih atas segala kasih, dorongan dan
bimbingannya baik jasmani maupun rohani sehingga karya tulis ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih atas doa yang tak pernah
terhenti untuk masa depanku.
3. Kakak dan adikku atas dukungan dan motivasi yang diberikan untukku.
4. Nenda yang selalu menemani hari-hariku beberapa tahun ini dan telah
memberi inspirasi serta semangat didalam kehidupanku. Terima kasih untuk
pengertian, kesabaran dan do’anya selama ini.
5. Sahabat terbaikku dwi, susy, helmy, yuli yang selalu menemaniku baik suka
dan duka selama setahun ini, semoga persahabatan kita tidak akan pernah
berakhir.
6. Teman-teman satu angkatan 2008 dalam Program Studi D4 Kebidanan Jalur
commit to user
vi
ABSTRAK
Ellyzabeth Sukmawati, R 1108035, Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.
Kesuksesan dan keberhasilan manusia lebih terkait dengan beberapa jenis kecerdasan. Sebagian penelitian membuktikan bahwa 80% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual sehingga kecerdasan spiritual yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional akan berfungsi efektif jika dikendalikan oleh kecerdasan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.
Kecerdasan spritual adalah kemampuan seseorang dalam memberikan makna dari setiap masalah yang dihadapi sehingga memampukan seseorang untuk membangkitkan suatu motivasi diri. Motivasi Belajar adalah kondisi psikologis yang merupakan penggerak dalam diri seseorang untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Perkembangan spiritual menghidupkan motif-motif khusus dalam diri mahasiswa terutama motivasi beajar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar, penetapan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan estimasi besar sampel sejumlah 93 reponden. Instumen yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spiritual dan motivasi belajar adalah angket dengan skala ordinal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data digunakan rumus Kendall Tau.
commit to user
vii
Kata kunci: Kecerdasan Spiritual, Motivasi Belajar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan segala anugerah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “
Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa
Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar” selesai tepat pada waktunya.
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai langkah awal penyusunan
Karya Tulis Ilmiah sebagai tugas akhir mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang
membentu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang semuanya memberi semangat, menambah
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan penulis yang sangat berarti bagi
terselesaikannya proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karenanya, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr, dr, Much. Syamsulhadi, Sp. KJ. (K), selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2. Tri Budi Wiryanto, dr, SP.OG (K), selaku Ketua Program Studi DIV
Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Mochammad Arief Tq, dr., M.S, PHK, selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
4. Jarot Subandono, dr, M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar,
bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk memberikan
bimbingan sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
5. Agus Eka, SST, selaku Pembimbing Pendamping yang banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Erindra Budi. C, S.Kep, Ns, selaku Penguji yang telah memberikan banyak
commit to user
viii
7. Rekan- rekan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti
harapkan demi perbaikan penelitian ini.
Harapan peneliti ada hikmah dan manfaat yang dapat diambil dari sebuah
upaya kecil, serta akan ada penelitian yang melakukan penelitian lebih lanjut
dengan kualitas dan manfaat yang lebih baik.
Surakarta, 7 Agustus 2009
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN VALIDASI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Kecerdasan Spiritual ... 6
2. Motivasi Belajar ... 13
3. Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar ... 22
B. Kerangka Konsep ... 24
C. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26
A. Desain Penelitian ... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
commit to user
x
1. Populasi Target ... 27
2. Populasi Aktual ... 27
D. Sampel dan Teknik Sampling ... 27
1. Teknik Sampling... 27
2. Estimasi Besar Sampel. ... 27
E. Kriteria Restriksi ... 28
1. Kriteria Inklusi ... 28
2. Kriteria eksklusi ... 28
F. Definisi Operasional ... 29
1. Variabel Bebas ... 29
2. Variabel Terikat ... 30
G. Instrumentasi ... 31
1. Angket ... 31
2. Skoring Angket ... 31
H. Rencana Analisis Data ... 32
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32
2. Pengolahan Data ... 34
3. Analisis Data... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38
A. Kecerdasan Spiritual ... 38
B. Motivasi Belajar ... 39
C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar ... 41
BAB V PEMBAHASAN ... 47
A. Kecerdasan Spiritual ... 44
B. Motivasi Belajar ... 45
C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar ... 46
BAB VI PENUTUP ... 54
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual ... 30
Tabel 3.2 Penskoran Dengan Skala Likert ... 32
Tabel 4.1 Rentang Klas Interval Kecerdasan Spiritual ... 39
Tabel 4.2 Distribusi responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual ... 39
Tabel 4.3 Rentang Klas Interval Motivasi Belajar ... 40
Tabel 4.4 Distribusi responden Berdasarkan Motivasi Belajar ... 41
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan spiritual Terhadap Motivasi Belajar ... 42
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 55
Lampiran 2. Surat Permohonan ... 56
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 57
Lampiran 4. Angket Penelitian ... 58
Lampiran 5. Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas dan reliabilitas ... 68
Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Kecerdasan Spiritual ... 72
Lampiran 7. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 76
Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ... 81
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) dekade terakhir
ini sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan dan parameter keberhasilan
manusia telah digugurkan oleh munculnya konsep kecerdasan emosional
(Emotional Quotient) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient).
Kecerdasan spiritual diyakini sebagai puncaknya kecerdasan karena tidak
hanya mengandalkan penalaran maupun emosi, tetapi juga menekankan aspek
spiritual dalam mengarahkan manusia menuju kesuksesan dalam menjalani
hidup (Sukidi, 2004).
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menyelesaikan
masalah makna dan nilai yaitu kecerdasan dalam menempatkan perilaku dan
hidup ke dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2001).
Kesuksesan dan keberhasilan manusia lebih terkait dengan beberapa jenis
kecerdasan. Hasil penelitian membuktikan bahwa 80% kesuksesan manusia
lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 20% ditentukan oleh
kecerdasan intelektualnya. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional adalah kecerdasan spiritual sehingga kecerdasan spiritual yang
commit to user
2
dan kecerdasan emosional akan berfungsi efektif jika dikendalikan oleh
kecerdasan spiritual (Hakim, 2008).
Orang-orang yang mencapai keberhasilan dimasa dewasanya, pada
umumnya pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual seperti
keberanian, optimisme, ketulusan, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan
dalam menghadapi bahaya dan kesulitan (Sinetar, 2001).
Zaman sekarang telah terjadi krisis spiritual karena kebutuhan makna
tidak terpenuhi sehingga hidup manusia terasa dangkal dan hampa. Penyebab
seseorang dapat terhambat kecerdasan spiritualnya, yaitu tidak
mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali, telah
mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proporsional dan
bertentangannya hubungan antara bagian-bagian (Zohar dan Marshall, 2001).
Nilai spiritual saat ini semakin memburuk dan menghilang dari watak
dasar manusia yang ditandai dengan adanya materialisme, egoisme diri yang
sempit, kesombongan, kehilangan makna dan komitmen. Manusia tidak
mengetahui bagaimana harus mengenali diri sendiri dan menjalani kehidupan
di dunia secara benar dan bermakna (Sinetar, 2001).
Hasan (2006) mengatakan bahwa orang yang cerdas secara spiritual
mempunyai motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui
proses pembelajaran. Kecerdasan spiritual disinyalir mampu menghidupkan
commit to user
Motivasi sangat dibutuhkan sebagai tenaga penggerak yang ada dalam
diri individu untuk melakukan sesuatu dalam hal ini yaitu belajar (Kusdinar
dan Rusyan, 2000).
Goleman (2005) menjelaskan bahwa motivasi membentuk cara pandang
manusia terhadap dunia. Seseorang yang termotivasi untuk berhasil akan
berusaha menemukan cara-cara untuk bekerja lebih baik, untuk belajar dan
berusaha membuat inovasi atau menemukan keunggulan kompetitif.
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seseorang yang
mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu berusaha secara terus-menerus
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil
menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai
respon yang cukup kuat untuk setiap persoalan. Individu yang mempunyai
minat belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran
untuk giat belajar (Risma, 2001).
Akademi Kebidanan Mitra Husada merupakan salah satu Akademi
Kebidanan yang terletak di wilayah Karanganyar. Penelitian terdahulu
membuktikan bahwa mahasiswa di Akbid Mitra Husada Karanganyar
memiliki motivasi belajar baik (Sandhawati, 2007).
Berdasarkan keterkaitan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan
Motivasi Belajar pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
“Adakah hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada
mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual
dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada
Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa
semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.
b. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada mahasiswa semester II
Akbid Mitra Husada Karanganyar.
c. Untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan spiritual dengan
motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada
Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diarahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
commit to user
1. TeoritisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
khazanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang terkait
yaitu mengenai kecerdasan spiritual dan motivasi belajar.
2. Aplikatif
a. Institusi
Dapat memperkaya daftar pustaka dan pengembangan bidang
pengetahuan terutama tentang pengetahuan hubungan antara
kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar.
b. Profesi
Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan yang positif bagi
pelaksanaan proses pembelajaran.
c. Mahasiswa
Dapat menumbuhkan tingkat kecerdasan spiritual dan motivasi belajar
yang positif sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
A. Tinjauan Pustaka 1. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan merupakan sesuatu yang bertumpu pada bagian dalam diri
kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.
Kecerdasan inilah yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui
nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai-nilai-nilai
baru (Sinetar, 2001).
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menyelesaikan masalah
makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup
alam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan
yang lain (Zohar dan Marshall, 2001).
Pendapat lain mengatakan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) merupakan
kesadaran dalam diri kita yang membuat kita menemukan dan
mengembangkan bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan
membedakan yang salah dan yang benar serta kebijaksanaan (Satiadarma
dan Waruwu, 2003).
Kemampuan seseorang dalam memberikan makna dari setiap masalah
yang dihadapi sehingga memberikan kemampuan seseorang untuk
commit to user
membangkitkan suatu motivasi diri merupakan kecerdasan spiritual (Sukidi,
2004).
Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah kecerdasan spiritual tidak
mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh.
Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau nilai, tidak
mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk
memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kecerdasan spiritual adalah fasilitas yang
memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam
memecahkan persoalan eksistensial yaitu saat seseorang secara pribadi
terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat
penyakit dan kesedihan. Kecerdasan spiritual seseorang mampu mengatasi
masalah hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut (Zohar dan
Marshall, 2001).
Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spiritual memiliki sifat yang
tidak semua terlihat jelas dalam diri. Ciri-ciri orang yang memiliki
kecerdasan spiritual menurut Sinetar (2001) yaitu:
a. Menyadari keadaan diri (self-awareness)
Kesadaran diri adalah salah satu kriteria tertinggi dari kecerdasan
spiritual. Orang yang cerdas secara spiritual memiliki kesadaran diri
untuk melihat keadaan diri, memiliki sikap dan perilaku yang baik
sebagai makhluk, memiliki pemahaman diri yang positif, mempunyai
commit to user
8
dengan penuh kearifan yang dimiliki agar kebahagiaan yang merupakan
tujuan hidupnya dapat tercapai.
b. Mempunyai tujuan yang diraih
Kecerdasan spiritual membawa manusia untuk memiliki kemampuan
dalam menentukan langkah. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual
tinggi akan selalu berusaha semakin berkembang untuk mencapai segala
memiliki tujuan dan keinginan yang diraih dalam menjalani kehidupan
dengan pengalaman yang dimiliki.
c. Sikap fleksibel
Kecerdasan spiritual memungkinkan manusia untuk menyatukan serta
menerima hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal serta
menjadi penghubung kesenjangan antara diri dan orang lain. Memiliki
kemampuan untuk bersikap fleksibel ditunjukkan dengan kemampuan
melakukan komunikasi lisan dan tulisan dengan semua orang dengan
baik, aktif dalam berbagai kegiatan, mampu beradaptasi dengan mudah,
memiliki pergaulan yang luas dan memiliki sikap yang terbuka.
d. Keterbukaan terhadap perbedaan
Pembukaaan diri terhadap segala hal merupakan sifat mendasar yang
dimiliki orang-orang yang cerdas secara spiritual. Perbedaan-perbedaan
dalam segala hal tidak menjadi penghambat utama didalam kecerdasan
spiritual untuk terus berkembang kearah yang lebih baik.
commit to user
Orang yang cerdas secara spiritual dapat melihat, memaknai dan
mengkaitkan segala hal sehingga memiliki suatu sikap bijaksana di
sepanjang kehidupannya. Manusia menentukan pilihannya sendiri
membantu dirinya untuk lebih menghormati kehidupan. Harga diri akan
membuat suatu tindakan, manusia tumbuh dengan kepercayaan diri yang
semakin besar dalam mengatasi tugas dan persoalan hidup.
f. Mempunyai gagasan atau ide-ide yang baru
Gagasan atau ide-ide datang dari kecerdasan spiritual untuk mewujudkan
sesuatu hal yang bermakna yang ditandai dengan selalu memiliki
inisiatif, selalu berfikir matang dan memiliki pemikiran jauh ke depan.
g. Cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting
Pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas untuk menghasilkan
pilihan dan hasil praktis cenderung membuat orang yang memiliki
kecerdasan spiritual yang baik akan mempertanyakan segala sesuatu
yang mendasar dan penting didalam kehidupannya. Orang yang
cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting selalu
memiliki wawasan yang luas yang ditandai oleh sikap nalar yang baik,
motivasi belajar yang tinggi dan mencintai ilmu.
Kecerdasan spiritual memiliki prinsip dalam membangun mental
(Agustian, 2001), diantaranya adalah:
a. Prinsip Bintang (Star Principle)
Manusia memiliki energi yang dahsyat dalam pikiran bawah sadar yang
commit to user
10
b. Prinsip Pembelajaran (Learning Principle)
Menuntun manusia untuk senantiasa mencari dan mengembangkan
pengetahuan seluas-luasnya.
Kecerdasan spiritual adalah pondasi bagi kecerdasan intelektual dan
kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual memiliki beberapa fungsi yaitu:
a. Segi Perenial
Kecerdasan spiritual mampu mengungkap segi perenial yaitu yang abadi,
yang asasi, yang spiritual dan yang fitrah dalam struktur kecerdasan
manusia. Kecerdasan spiritual merupakan pondasi bagi kecerdasan
intelektual dan kecerdasan emosional.
b. Kedamaian Spiritual
Kecerdasan spiritual membimbing untuk memperoleh kedamaian hidup
secara spiritual.
c. Kebahagiaan Spiritual
Kecerdasan spiritual merupakan suatu jenis kebahagiaan yang membuat
hati dan jiwa menjadi bahagia, tenteram, dan penuh kebahagiaan (Sukidi,
2004).
d. Kearifan Spiritual
Kecerdasan spiritual membimbing untuk bersikap arif dan bijak. Kearifan
spiritual adalah sikap hidup arif dan bijak secara spiritual yang mengisi
hidup dengan penuh kebenaran, keindahan dan kesempurnaan dalam
commit to user
Hambatan-hambatan dalam kecerdasan spiritual perlu diatasi dengan jalan
mengembangkan kecerdasan spiritual (Zohar dan Marshall, 2001) yaitu:
a. Melalui jalan tugas. Mengerjakan semua tugas-tugas harian dengan
dorongan motivasi yang muncul dari dalam diri.
b. Melalui jalan pengasuhan. Berusaha untuk saling menghargai dan
memaafkan apabila terjadi konflik satu dengan yang lain. Setiap masalah
yang muncul dan menjadikannya sebagai momentum untuk bertumbuh
dalam kecerdasan spiritual.
c. Melalui jalan pengetahuan. Mengembangkan realisasi diri dan melatih
kepekaan terhadap berbagai masalah aktual sehingga dapat merefleksikan
tentang makna terhadap masalah yang dihadapi.
d. Melalui jalan perubahan pribadi atau kreativitas. Menciptakan kondisi di
mana daya kreativitas yang sudah ada dalam dapat diekspresikan dengan
penuh makna.
e. Melalui jalan persaudaraan. Berupaya untuk saling menghargai dan
memahami pendapat serta perasaan orang lain dan berusaha mencari
pemecahan masalah dari setiap konflik. Setiap konflik merupakan
kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual untuk mengelola
konfliknya sendiri.
f. Melalui jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian. Berusaha untuk
mampu mengerti dan memahami setiap orang, melayani kepentingan
commit to user
12
Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
adversity (AQ) bukan satu-satunya kunci yang dapat mengantar seseorang ke
jenjang sukses. Kecerdasan spiritual (SQ) mempunyai peranan penting untuk
pengembangan diri. Para psikologis mengatakan, rasa sukses dan bahagia
akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya empat
kecerdasan, yaitu Intelektual Question, Emotional Question, Adversity
Question dan Spiritual Question.
a. Intelektual Question (IQ)
Kecerdasan intelektual berkaitan dengan ketrampilan seseorang
menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Kekhasan cara berpikir IQ
terletak pada pemikiran rasional dan logis. IQ menjadi fakultas rasional
dari manusia (Waruwu dan Satiadarma, 2003).
b. Emotional Question (EQ)
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati,
mengatur suasana hati, berempati dan solidaritas tinggi. Kecerdasan
emosional memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk
menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. EQ merupakan
persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif (Goleman, 2005).
c. Advertsity Question (AQ)
Kecerdasan adversity adalah kesanggupan seseorang untuk melihat dan
mengubah persoalan menjadi sebuah kesempatan. Kecerdasan adversity
commit to user
yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua jenis kesuksesan,
merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan dan
merupakan serangkaian peralatan dasar yang memiliki dasar ilmiah untuk
memperbaiki respon terhadap kesulitan (Stoltz, 2009).
d. Spiritual Question (SQ)
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan sesuatu yang berkait dengan
masalah makna, motivasi dan tujuan hidup (Zohar dan Marshall, 2001).
Jika kecerdasan intelektual berperan memberikan solusi
intelektual-teknikal, kecerdasan emosional meratakan jalan membangun relasi sosial,
kecerdasan adversity kesanggupan melihat dan mengubah persoalan
menjadi sebuah kesempatan, kecerdasan spiritual memegang peranan
untuk mempertanyakan makna dan tujuan hidup seseorang.
Perbedaan EQ, AQ dan SQ terletak pada daya ubahnya. Kecerdasan
emosional memungkinkan untuk memutuskan dalam suatu situasi yang
bagaimana dan membiarkan situasi tersebut mengarahkan diri, kecerdasan
adversity memungkinkan untuk mengubah setiap persoalan dan situasi
menjadi suatu kesempatan, sedangkan kecerdasan spiritual memungkinkan
untuk bertanya apakah memang berada tepat pada situasi tersebut.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti
commit to user
14
subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai
tujuan (Winkel, 1986). Motivasi sebagai suatu kondisi yang
menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah pada tingkah laku
tersebut (Suciati & Irawan, 2001).
Pendapat lain mengatakan motivasi adalah suatu kondisi yang
mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang
menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan perilaku dan
aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya (Sardiman, 2009).
Stoltz (2000) membagi tipe motivasi menjadi beberapa bagian
yaitu:
1) Quitters yaitu orang-orang yang mudah menyerah, sehingga
kehidupan mereka semakin terpuruk dalam kemalangan.
2) Campers yaitu orang-orang yang mudah puas dengan apa yang
sudah dicapai, sehingga kehidupan mereka biasa-biasa saja.
3) Climbers yaitu orang-orang yang selalu optimis, berpikir positif
dan terus bersemangat kerja sampai benar-benar mendapatkan yang
mereka inginkan.
Klasifikasi motivasi menurut para ahli dibagi dalam beberapa golongan
antara lain:
1) Sartain membagi motivasi menjadi dua golongan :
a) Physiological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat
commit to user
b) Social motivies adalah dorongan-dorongan yang berhubungan
dengan manusia dalam masyarakat.
2) Woodworth mengklasifikasikan motivasi sebagai berikut:
a) Kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berhubungan
dengan kebutuhan bagian dalam dari tubuh.
b) Motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motivies)
adalah motif-motif yang timbul jika situasi menuntut
timbulnya tindakan kegiatan cepat dan kuat dari manusia,
motif ini timbul bukan atas kemauan kita tetapi karena
perangsangan dari luar yang menariknya.
c) Motif objektif adalah motif yang diarahkan ke suatu objek atau
tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya
dorongan dari dalam diri seseorang.
3) Motivasi dapat pula dibedakan sebagai berikut :
a) Motivasi intrinsik adalah motivasi-motivasi yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena
dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
b) Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya rangsangan dari luar.
(Purwanto, 2006)
4) Maslow (1989, dalam Purwanto, 2006) membagi keseluruhan motif
commit to user
16
membentuk suatu tangga motif yang mendorong perbuatan
individu menjadi 5 kategori yang membentuk suatu hierarki atau
tangga motif dari yang terendah sampai yang tertinggi yaitu :
a) Motif fisiologi yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi
kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum,
bernafas, bergerak dan lain-lain.
b) Motif pengamanan yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga
atau melindungi diri dari gangguan baik gangguan alam,
binatang, iklim maupun penilaian manusia.
c) Motif persaudaraan atau kasih sayang yaitu motif untuk
membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik
dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda.
d) Motif harga diri untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan
dan penghormatan dari orang lain.
e) Motif aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang
dibawa dari kelahirannya dan kodratnya sebagai manusia.
Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam
berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu
berusaha mengaktualkan semua potensi yang dimilki.
Kegiatan individu agar dapat memberikan hasil yang efektif, maka
motivasi sangat dibutuhkan dan diperlukan usaha-usaha untuk
commit to user
menyatakan terdapat beberapa hal yang mendorong seseorang untuk
belajar yaitu:
1) Kesadaran
2) Perhatian
3) Kemauan
4) Kesenangan
Gagne dan Driscoll dalam Sutarno (2006) mengemukakan model
ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Satisfaction) sebagai faktor
untuk mencapai motivasi belajar, faktor-faktor tersebut adalah:
1) Attention (perhatian)
Rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga
mahasiswa akan memberikan perhatian dan perhatian tersebut
terpelihara selama proses belajar mengajar.
2) Relevance (berkaitan dengan kebutuhan)
Relevan menunjukkan adanya hubungan antara materi
pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi akan
terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari
memenuhi kebutuhan pribadi, atau nbermanfaat dan sesuai dengan
nilai yang dipegang.
3) Confidance (percaya diri)
Kepercayaan Diri merasa diri kompeten atau mampu
merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan
commit to user
18
pribadi siswa bahwa dirinya memiliki untuk melakukan suatu tugas
yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal
ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya harapan untuk berhasil.
4) Satisfaction (rasa kepuasan)
Kepuasan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan
menghasilakan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus
berusaha mencapai tujuan serupa. Kepuasan karena mencapai
tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.
Unsur didalam motivasi pada hakikatnya berinteraksi dalam diri
manusia (Hamalik, 2003). Unsur-unsur motivasi yaitu:
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dan pribadi.
2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.
Mula-mula merupakan ketegangan suasana emosi. Suasana emosi
ini menimbulkan kelakuan yang bemotif.
3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi memiliki peranan penting dalam diri individu yaitu:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses dan hasil akhir.
2) Mengarahkan kegiatan belajar.
3) Membesarkan semangat belajar.
commit to user
5) Motivasi dapat memberikan arah kegiatan yang tepat menuju
tercapainya tujuan.
6) Dengan motivasi siswa dapat melihat dan menyeleksi perbuatan
yang mana yang harus dilakukan atau ditinggal sehingga
pencapaian tujuan dapat direalisasikan.
7) Motivasi menentukan ketekunan belajar.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa motivasi merupakan
faktor penentu keberhasilan proses belajar. Pada dasarnya belajar
adalah usaha sadar dan aktif dari mahasiswa. Tanpa adanya motivasi
belajar, siswa akan pasif dan proses belajar tidak akan mencapai tujuan.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang akrab dengan lapisan masyarakat.
Tidak semua orang mengetahui makna belajar. Ada banyak ahli
mengemukakan tentang pengertian belajar. Syah (2005) menjelaskan
arti belajar adalah proses kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Skinner dalam Syah (2005) berpendapat bahwa
belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Witherington juga merumuskan tentang
pengertian belajar. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksiyang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian
commit to user
20
Kondisi psikologis yang merupakan penggerak dalam diri seseorang
untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas
kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan
menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai disebut dengan motivasi belajar menurut
Kartawidjaja (1992, dalam Aldita, 2004).
Individu yang memiliki rasa tanggung jawab besar dan berhasrat
berprestasi tinggi dalam belajar (Sardiman, 2002) memiliki ciri-ciri:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).
2) Tidak mudah putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar
untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak sepat puas dengan
prestasi yang dicapainya.
3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Dapat mempertahankan pendapatnya.
6) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Proses
pembelajaran siswa menempuh 3 fase:
commit to user
Dalam fase ini seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang dipelajari.
2) Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
Informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah atau
ditransformasi menjadi bentuk abstrak atau konseptual.
3) Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah
pengetahuan yang didapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Syah
(2004) dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan belajar.
1) Faktor internal (faktor-faktor dalam diri individu)
Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi
keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut 2
aspek yaitu aspek jasmaniah dan aspek psikologi (rohani). Aspek
jasmaniah dari individu menggambarkan kondisi umum jasmani
dan tonus otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, sedangkan aspek rohani menyangkut
kesehatan psikis, kemampuan intelektual, psikomotor serta kondisi
afektif dan konatif dari individu. Faktor-faktor rohani siswa
dipandang lebih esensial dalam mempengaruhi proses belajar yaitu
commit to user
22
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu,
terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
3) Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu.
Setiap motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin
berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula
motivasinya. Motivasi sangat berguna bagi tindakan seseorang
(Hamalik, 2003) untuk:
1) Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu perbuatan. Tanpa
motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan
perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami
perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan
kematangan psikologis siswa.
3. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar
Prinsip dalam kecerdasan spiritual adalah jalan pengetahuan yaitu
commit to user
filosofis yang paling dalam akan kebenaran hingga pencarian spiritual akan
pengetahuan. Kemajuan alamiah menuju kecerdasan spiritual yang lebih
tinggi bermula dari perenungan, melalui pemahaman menuju kearifan. Cara
memecahkan masalah apapun baik praktis maupun intelektual dengan cara
yang cerdas spiritual adalah menempatkannya dalam suatu perspektif yang
lebih luas, sehingga terlihat lebih jelas (Zohar dan Marshal, 2001).
Individu yang mencapai keberhasilan dimasa dewasanya pada umumnya
pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual seperti keberanian,
optimisme, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan dalam menghadapi
bahaya dan kesulitan terutama masalah yang terkait dengan proses
pembelajaran. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam
belajar, tentu ia akan memiliki motivasi yang kuat untuk memperluas
pengetahuannya melalui proses pembelajaran, berusaha untuk dapat
memecahkan beragam masalah yang dihadapi dengan kearifannya dan tidak
mudah putus asa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya (Sinetar,
2001).
Terlihat jelas bahwa perkembangan spiritual menghidupkan motif-motif
khusus dalam diri manusia. Mereka terilhami, terdorong dan termotivasi
24
B. Kerangka Konsep
[image:38.792.115.664.116.525.2]24
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Faktor Yang Mempengaruhi :
- Kesadaran
- Perhatian
- Kemauan
- Kesenangan
Motivasi Belajar Kecerdasan Spiritual :
1) Menyadari keadaan diri
2) Mempunyai tujuan yang ingin diraih 3) Sikap Fleksibel
4) Keterbukaan terhadap perbedaan 5) Dapat melihat keterkaitan antara
berbagai hal
6) Mempunyai gagasan atau ide-ide yang baru
7) Cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting
(Sinetar, 2001)
Baik
Sedang
Kurang
Baik
Sedang
Kurang
Karakteristik Motivasi:
commit to user
25 Keterangan :
= Diteliti
= Tidak Diteliti
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu dalil yang belum teruji secara
empiris (Arief, 2004). Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan kecerdasan spiritual
dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada
commit to user
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu rencana struktur dan strategi penelitian
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dengan melakukan
pengendalian berbagai variabel yang berpengaruh terhadap penelitian itu
(Arief, 2004).
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik. Sifat penelitian ini
adalah explanatory yaitu menjelaskan hubungan antara variable-variable
penelitian melalui pengujian hipotesa. Adapun metode pendekatan yang
digunakan adalah cross sectional untuk mendapatkan gambaran yang
senyatanya dari responden pada saat dilakukannya penelitian (Sugiyono,
2005).
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan berbagai pertimbangan
yaitu aspek keterjangkauan untuk penelitian dan tersedianya jumlah sampel
yang memadai untuk penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus
Akbid Mitra Husada Karanganyar dan pengalokasian waktu penelitian
dilakukan pada bulan Juli tahun 2009.
commit to user
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2002).
1. Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir dan
parameternya akan diketahui melalui penelitian (Arief, 2004). Populasi
target dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akbid Mitra Husada
Karanganyar.
2. Populasi Aktual
Populasi aktual adalah populasi yang secara riil dijadikan dasar dalam
penentuan sampel dan secara langsung menjadi lingkup sasaran
keberlakuan simpulan (Sukmandinata, 2006). Populasi aktual dalam
penelitian ini adalah mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada
Karanganyar berjumlah 121 orang. Pemilihan populasi pada semester II
karena ketersediaan sampel.
D. Teknik Sampling dan Estimasi Besar Sampel
1. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling
dengan menggunakan random sampling dimana sampel yang diambil
berdasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri
yaitu sesuai dengan kriteria retriksi yang telah ditetapkan (Notoatmodjo,
commit to user
28
2. Estimasi Besar Sampel
Sampel pada populasi < 1000, maka digunakan rumus (Nursalam,
2008):
r = N
1 + N (d²)
R = 121
1+ 121 (0,05²)
= 93 responden
Keterangan:
R = Estimasi Besar Sampel
N = Jumlah Populasi
D = Tingkat Signifikasi (d = 0,05)
E. Kriteria Restriksi
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008).
Kriteria dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester II Akbid
Mitra Husada Karanganyar berjumlah 93 orang.
2. Kriteria eksklusi
Adalah kriteria untuk mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
commit to user
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:a. Mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada yang tidak bersedia
menjadi responden dalam penelitian.
b. Mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada yang tidak hadir pada saat
dilakukan penelitian.
F. Definisi Operasional
1. Variabel bebas : Kecerdasan Spiritual
a. Definisi : Kemampuan seseorang dalam memberikan makna
dari setiap masalah yang dihadapi sehingga
memberikan kemampuan seseorang untuk
membangkitkan motivasi diri.
b. Alat ukur : Angket kecerdasan spiritual berdasarkan skala
Likert yang disusun oleh peneliti. Uji validitas
angket dilakukan dengan N=25 dan taraf kesalahan
5% didapat harga rtabel=0,396 dan diperoleh hasil
terdapat item yang gugur (tidak valid) sebanyak 7
item yaitu item 6, 13, 19, 26 32, 38 dan 45
sehingga didapat 38 pertanyaan yang memenuhi
standar validitas dengan koefesien reliabilitas
angket sebesar rxy=0,906.
commit to user
30
d. Cara mengukur : Memberikan angket tentang kecerdasan spiritual
kepada responden untuk diisi kemudian dinilai
dengan memberikan skor. Skala nilai terdiri 38
pernyataan berdasarkan ciri-ciri orang yang
memiliki kecerdasan spiritual:
1) Baik : 116-152
2) Sedang : 77-115
[image:44.612.135.507.188.702.2]3) Kurang : 38-76
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual
NO Karakteristik
Nomor Item
Jumlah
Favorable Unforable
1 Menyadari Keadaan diri 1,2,3,4 5,7,8 7
2
Mempunyai tujuan yang
ingin diraih
9,10,11,12 14,15,16 7
3 Fleksibel 17,18 20,21,22 5
4
Bisa melihat keterkaitan
antara berbagai hal
23,24,25 27,28 5
5 Terbuka terhadap perbedaan 29,30,31 33,34 5
6
Mempunyai gagasan ide-ide
yang segar
35,36,37 39,40 5
commit to user
yang mendasar dan pokokJumlah Total 22 16 38
2. Variabel terikat : Motivasi belajar
a. Definisi : Kondisi psikologis yang merupakan penggerak
dalam dari mahasiswa untuk memulai suatu
kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan
sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh
semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat
waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai.
b. Alat ukur : Angket motivasi belajar berdasarkan skala Likert
yang disusun oleh Abdullah (1977, dalam
Wigunantiningsih, 2006) dengan koefesien
reliabilitas angket sebesar rxy=0,86
c. Skala : Ordinal
d. Cara mengukur : Dengan cara memberikan angket tentang motivasi
belajar kepada responden untuk diisi kemudian
dinilai dengan memberikan skor. Skala nilai terdiri
dari 38 pernyataan berdasarkan ciri-ciri orang yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi:
1) Baik : 116-152
2) Sedang : 77-115
commit to user
32
G. Instrumen Penelitian
1. Angket
Dalam penelitian ini pengambilan datanya menggunakan metode angket
langsung dan tertutup. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2
macam angket yaitu angket Kecerdasan Spiritual dan angket Motivasi
Belajar.
2. Skoring Angket
Penyusunan angket dengan menggunakan Skala Linkert dengan 4 jenjang
jawaban yang terdiri atas:
a. Sangat Sesuai (SS)
b. Sesuai (S)
c. Tidak Sesuai (TS)
d. Sangat Tidak Sesuai (STS)
Alternatif jawaban ini didasarkan pada aspek yang muncul. Pemberian
[image:46.612.166.511.536.670.2]skor angket dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.2 Penskoran Dengan Skala Likert
Pilihan Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
commit to user
H. Analisis Data
Angket dalam penelitian ini dirancang oleh peneliti sendiri dan sebelum
diedarkan pada responden telah dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih
dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat itu benar untuk
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002).
Teknik analisis yang digunakan untuk uji validasi adalah yang
dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus product moment.
)
(
)
(
(
)
{
2 2}
{
2(
)
2}
∑
∑
∑
−∑
∑
∑ ∑
− − = Y Y N X X N Y X Y X N R Keterangan :R : Koefisien kolerasi item dengan skor total
X : Skor pertanyaan
Y : Skor total
N : Jumlah Responden
XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total
(Arikunto, 2002)
Angket dikatakan valid apabila mampu mengukur dan mengungkapkan
[image:47.612.160.509.214.544.2]data secara tepat. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan r
tabel dengan r hitung untuk degree of freedom (df)= n-2. Jika pada uji
signifikansi ada item pertanyaan yang tidak memenuhi taraf signifikansi
commit to user
34
Perhitungan validitas angket dengan menggunakan program komputer
SPSS version 16.0 for Windows.
Reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui bahwa kuesioner
tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur penelitian (Notoatmodjo,
2002). Untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini dilakukan
dengan Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut:
⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =
=
∑
21 2 1 11 1 1 α σ α k k r Keterangan :
r 11 : reliabitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
2b
α : jumlah varians butir
2
α : varian total
(Sugiyono, 2005)
Data dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60. Apabila
nilai yang diperoleh dibawah angka kritis, maka kesioner tersebut tidak
reliabel sebagai alat ukur (Ghozali, 2001).
Perhitungan reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program
komputer SPSS version 16.0 for Windows.
Untuk kuesioner motivasi belajar tidak dilakukan uji validitas dan
reliabilitas karena sudah terdapat skala baku tentang pengukuran
commit to user
Abdullah (1977, dalam Wigunantiningsih, 2006) yaitu disusun
berdasarkan batasan tentang motif berprestasi dan ciri-ciri orang yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi. Dengan menggunakan pendekatan
Spit Half, Abdullah melaporkan bahwa koefesien reabilitas angket ini
adalah sebesar rxy = 0,86.
2. Pengolahan data
Pengolahan data dari hasil pengisian angket dilakukan dengan cara
deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi yang dikonfirmasikan
dalam bentuk persentase dan narasi. Langkah-langkah pengolahan data
adalah sebagai berikut :
a. Editing
Proses editing dilakukan untuk memeriksa data yang sudah
terkumpul dan jika ada kekurangan langsung dilengkapi tanpa
dilakukan penggantian atas jawaban responden.
b. Coding
Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada semua
variabel agar mempermudah dalam pengolahan data.
c. Tabulating
Tabulasi adalah mengelompokkan data ke dalam suatu tabel
[image:49.612.152.511.224.511.2]tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini
tabel selesai diproses dehingga harus segera disusun ke dalam suatu
commit to user
36
3. Analisis data
[image:50.612.173.508.211.474.2]Dari hasil pengisian angket dilakukan analisis dengan menggunakan
tabel distribusi yang akan disajikan dalam bentuk prosentase dan narasi
(Nursalam, 2008).
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis data Kendall Tau. Korelasi Kendall Tau ini digunakan untuk
mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih,
bila datanya berbentuk ordinal atau ranking (Riwidikdo, 2008)
τ = 2 ) 1 ( − −
∑
∑
N N B A Keterangan :τ = Koefisien Korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1)
∑A = Jumlah rangking atas
∑B = Jumlah rangking bawah
N = Jumlah anggota sampel
Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, karena
distribusinya mendekati distribusi normal. Rumusnya adalah sebagai
berikut: z =
) 1 ( 9 ) 5 2 ( 2 − + N N N τ Keterangan:
z = Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
commit to user
N = Jumlah anggota sampelPerhitungan uji statistik dengan menggunakan program komputer SPSS
version 16.0 for Windows.
Pengambilan keputusan dilakukan dari hasil perhitungan secara
statistik menggunakan rumus tersebut dan dengan menggunakan taraf
kesalahan 5%. Hasil z hitung kemudian dikonsultasikan dengan z tabel.
Apabila didapatkan hasil dimana z hitung lebih besar dari z tabel maka
hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini berarti ada
hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada pada tanggal 17 Juli 2009 di Akbid Mitra Husada
Karanganyar tahun akademik 2008/2009 yang berjumlah 93 orang.
Pengumpulan data dilakukan, dengan hasil sebagai berikut:
A. Kecerdasan Spiritual
Penelitian ini diperoleh responden dengan tingkatan kecerdasan spiritual
dalam tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Pembagian kecerdasan
spiritual dalam tiga kategori berdasarkan perhitungan dari nilai maksimal
dikurangi nilai minimal dibagi tiga, yaitu:
152-38 = 38
3
Sehingga dari hasil diatas dapat diperoleh rentang nilai untuk menentukan
kategori kecerdasan spiritual adalah 38, dari rentang tersebut kecerdasan
spiritual dapat dibagi dalam tiga kategori seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Rentang Klas Interval Kecerdasan Spiritual
No Skala Klas Interval
1. 116-152 Baik
2. 77-115 Sedang
3. 38-76 Kurang
commit to user
Data responden mengenai kecerdasan spiritual diperoleh melalui angket
yang dibagikan dan diisi oleh mahasiswa, dapat dilihat pada tabel distribusi
[image:53.612.151.507.222.466.2]frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual Pada
Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar
No Kecerdasan Spiritual Klas Interval Cakupan
Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 116-152 37 39,8
2. Sedang 77-115 53 57
3. Kurang 38-76 3 3,2
Sumber: data primer Juli 2009
Hasil penelitian kecerdasan spiritual berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data kecerdasan
spiritual dengan kategori kecerdasan spiritual sedang sebanyak 53 responden
(57%), sehingga secara keseluruhan didapatkan responden dengan kategori
kecerdasan spiritual baik sebanyak 37 responden (39,8%) dan kategori
kecerdasan spiritual rendah sebanyak 3 responden (3,2%).
Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diambil
kesimpulan tergolong dalam kecerdasan spiritual kategori sedang, yang
berarti kecerdasan spiritualnya cukup baik.
B. Motivasi Belajar
Penelitian ini diperoleh responden dengan tingkatan motivasi belajar
commit to user
40
belajar dalam tiga kategori berdasarkan perhitungan dari nilai maksimal
dikurangi nilai minimal dibagi tiga, yaitu:
152-38 = 38
[image:54.612.153.507.176.469.2]3
Tabel 4.3 Rentang Klas Interval Motivasi Belajar
No. Skala Klas Interval
1. Baik 116-152
2. Sedang 77-115
3. Kurang 38-76
Data responden mengenai motivasi belajar diperoleh melalui angket yang
dibagikan dan diisi oleh mahasiswa, dapat dilihat pada tabel distribusi
frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar Pada
Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar
No Motivasi Belajar Klas Interval Cakupan
Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 116-152 46 49,5
2. Sedang 77-115 46 49,5
3. Kurang 38-76 1 1,1
Sumber: data primer Juli 2009
Hasil penelitian pada motivasi belajar berdasarkan tabel di atas dapat
commit to user
sedang dan baik sebanyak 46 responden (49,5%), sehingga secara
keseluruhan didapatkan responden dengan kategori motivasi belajar kurang
sebanyak 1 responden (1,1%).
Motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada
Karanganyar berdasarkan data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tergolong kategori sedang dan baik, yang berarti kecerdasan baik akan
menghasilkan motivasi belajar baik pula.
[image:55.612.135.509.221.532.2]C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi
Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar
skala motivasi belajar
Total
1 2 3
skala kecerdasan spiritual 1 1 2 0 3
2 0 36 17 53
3 0 8 29 37
Total 1 46 46 93
Hasil penelitian pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada
Karanganyar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 1
responden (1,1%).
2. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 2
commit to user
42
3. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar baik sebanyak 0
mahasiswa (0%).
4. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 0
mahasiswa (0%).
5. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar sedang sebanyak 36
mahasiswa (38,7%).
6. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar baik sebanyak 17
mahasiswa (18,3%).
7. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar kurang sebanyak 0
mahasiswa (0%).
8. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar sedang sebanyak 8
mahasiswa (8,6%).
9. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar baik sebanyak 29
mahasiswa (31,2%).
Setelah data tersebut diolah dengan uji korelasi Kendall Tau dengan bantuan
commit to user
Tabel 4.6 Uji Korelasi Kendall Tau Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi
Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar
kecerdasan
spiritual
motivasi
belajar
Kendall's tau_b kecerdasan spiritual
Correlation
Coefficient 1.000 .456
**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
motivasi
belajar
Correlation
Coefficient .456
**
1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, sebagai berikut:
z = ) 1 ( 9 ) 5 2 ( 2 − + N N N τ Keterangan:
z = Uji Signifikansi Koefisien Korelasi
τ = Koefisien Korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1)
N = Jumlah anggota sampel
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan:
commit to user
44
=
77004 382 456 , 0
= 070 , 0
456 , 0
= 6,514
Harga z hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga z tabel. Untuk
uji dua pihak maka taraf kesalahan 5% dibagi 2, sehingga menjadi 2,5%.
Selanjutnya harga z dapat dilihat pada kurva normal dengan z=0,4975.
Berdasarkan angka tersebut maka harga z = 2,79. Ternyata z hitung lebih besar
dari z tabel (6,514 > 2,79). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna (signifikan) antara kecerdasan spiritual dengan
commit to user
BAB V PEMBAHASAN
A. Kecerdasan Spiritual
Hasil penelitian kecerdasan spiritual berdasarkan perhitungan persentase
dapat diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data kecerdasan
spiritual dengan kategori kecerdasan spiritual sedang yang berarti kecerdasan
spiritualnya cukup baik.
Hasil penelitian kecerdasan spiritual ini sesuai dengan pendapat Zohar
dan Marshall (2001) yang membahas tentang adanya kecerdasan spiritual
yang dimiliki oleh setiap manusia, yang berpengaruh terhadap segala aspek
kehidupan. Prinsip dalam kecerdasan spiritual adalah jalan pengetahuan yaitu
merentang dari pemahaman akan masalah praktis umum, pencarian filosofis
yang paling dalam akan kebenaran hingga pencarian spiritual akan
pengetahuan. Kecerdasan spiritual pada mahasiswa dikembangkan melalui
jalan pengetahuan yaitu proses pembelajaran materi yang dipelajari dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari atau hal lain yang akan membawa pemahaman
mereka ke arah pemahaman yang lebih bermakna.
Kohlberg (2000) mengungkapkan bahwa remaja pada tahapan
perkembangan moral ada pada tahapan konvensional, artinya pada tahapan ini
remaja sudah mulai mengerti bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Responden
penelitian terlihat berada pada rentang usia remaja, sehingga hasil penelitian
commit to user
46
yang dihasilkan kecerdasan spiritual berada pada kategori cukup baik. Tahap
remaja merupakan tahapan ketika terjadi proses kebermaknaan dan
pernyataan tersebut cukup signifikan dengan beberapa aspek yang ada pada
kecerdasan spiritual. Eliawati (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan
spiritual yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki
makna dalam hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan memiliki
kualitas "menjadi" yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat
seseorang merasa gembira menggunakan kemampuannya secara produktif
dan dapat menyatu dengan lingkungan untuk membangkitkan suatu motivasi
dalam diri.
B. Motivasi Belajar
Hasil penelitian pada motivasi belajar berdasarkan persentase dapat
diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data motivasi belajar
sedang dan baik sebanyak 46 responden (49,5%), sehingga secara
keseluruhan didapatkan responden dengan kategori motivasi belajar kurang
sebanyak 1 responden (1,1%). Penelitian motivasi belajar pada mahasiswa
semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diambil kesimpulan
bahwa tergolong kategori sedang dan baik. Responden telah memiliki
motivasi belajar untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar
atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan
menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki
commit to user
Motivasi merupakan disposisi yang mendorong seseorang untuk bertindak
dalam mencapai suatu tujuan yang memiliki intensif baginya. Motivasi yang
berasal dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan lebih memberikan
hasil positif dalam proses belajar guna meraih hasil yang terbaik. Keadaan ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suryabrata (2000) yang
menyatakan bahwa motivasi bersal dari kata “motif” yang berarti keadaan
pribadi yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu. Motif
adalah penggerak atau pendorong dari dalam dan luar subjek untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai
signifikasi dengan menggunakan rumus z hitung = 6,514 dan dengan nilai
korelasi Kendall Tau 0,456. Dari hasil perhitungan didapatkan z hitung lebih
besar daripada z tabel (6,514>2,79) setelah dibandingkan dengan z tabel
untuk taraf kesalahan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 92 diperoleh harga
z= 2,79, sehinggga hipotesis diterima dan nilai z ditetapkan dalam tabel
koefesien korelasi tergolong kuat.
Bukti di atas secara nyata menjelaskan bahwa terdapat hubungan
kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar. Keadaan ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Sukidi (2004) yang menyatakan bahwa
commit to user
48
dalam belajar sehingga membantu mahasiswa dalam mencapai prestasi
belajar yang diinginkan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki
kecerdasan spiritual cukup baik akan menghasilkan motivasi belajar baik
pula. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa mereka yang
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi dianggap sebagai orang-orang yang
memiliki motivasi (Hakim, 2008).
Orang yang cerdas secara spiritual mempunyai motivasi yang kuat untuk
memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran (Hasan, 2006).
Risma (2006) berpendapat bahwa individu yang mempunyai semangat belajar
yang tinggi akan selalu berusaha secara terus menerus untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap
permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai respon yang cukup
kuat untuk setiap persoalan. Individu yang mempunyai kecerdasan secara
spiritual yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran
untuk giat belajar.
Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan
perilaku akibat pengalaman yang diperoleh atau sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Manusia bersifat dinamis dan terbuka
terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya dan lingkungan
sekitarnya maka motivasi untuk belajar akan terus tumbuh dalam diri
commit to user
Mahasiswa semester II merupakan mahasiswa dengan keadaan psikologis
yang jauh lebih matang dan kemampuan berpikir jauh lebih rasional sehingga
mengharuskan mahasiswa untuk dapat menumbuhkan dan meningkatkan
motivasi sesuai dengan keadaan mahasiswa itu sendiri. Motivasi belajar dapat