• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN TANIN TERMODIFIKASI SEBAGAI SENYAWA PEMBAWA (CARRIER) PADA EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II) DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH (BULK LIQUID MEMBRANE).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN TANIN TERMODIFIKASI SEBAGAI SENYAWA PEMBAWA (CARRIER) PADA EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II) DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH (BULK LIQUID MEMBRANE)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGGUNAAN TANIN TERMODIFIKASI SEBAGAI SENYAWA PEMBAWA (CARRIER) PADA EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II)

DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH (BULK LIQUID MEMBRANE)

SKRIPSI Diajukan kepada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains Kimia

Oleh: Dedi Setiyawan NIM: 09307144042

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

“Allah akan mening

gikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat,

d

an Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(QS. Al-Mujadilah: 11)

“Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah

perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang

lain.”

(Wiliam Wordsworth)

“Dengan harapan dan keyakinan tersebut mari jadikan

hari esok lebih baik dan lebih terang”

(One Ok rock: Be The Light)

“Jika aku hanya mengikuti jejak sampai a

khir. Aku hanya

menelusuri jejak yang bukan hidupku. Kita tidak akan pernah

semuda kita sekarang”

(One Ok Rock: Decision

“Warisan, cita-cita, takdir waktu dan impian manusia

merupakan hal yang tidak bisa dihentikan, selama manusia masih

terus mencari makna kebebasan, mereka tidak akan pernah

berhenti”

(One Piece: Gol D Roger)

“life is short, and it is up to you to make it sweet.”

(5)

PERSEMBAHAN

Sujud syukur kepada Sang Khalik Pemilik Jagad Raya ini, Allah SWT

yang selalu melindungi dan mendengarkan keluh kesah

di setiap doaku. Begitu banyak kenikmatan yang telah diberikan-Nya

hingga karya ini terselesaikan

Ucapan Terima Kasih Untuk :

1. Untuk Bapak dan Ibu, yang telah memberiku dukungan dalam segala hal

baik moril, materi, nasehat serta semangat yang tidak pernah berhenti.

2. Untuk adikku tercinta, semoga kau menjadi lebih baik dari kakakmu,

semoga kau mempunyai pendidikan lebih tinggi dan menjadi anak sholeh.

3. Untuk adek safitri, terima kasih supportnya selama aku menyusun Tugas

Akhir Semester sehingga bisa menyelesaikan dengan baik.

4. Untuk anak-anak Kimia Swadana 09 terima kasih kalian sudah menjadi

teman terbaikku selama kuliah, dan aku berharap setelah lulus kita masih

berteman baik seperti dulu meskipun jarak memisahkan kebersamaan kita,

sukses buat kita semua. Ganbatte.

5. Temen-temen KKN Bendungan Lor, Kulon Progo dan warga Bendungan

Lor. Aku pasti merindukan hari-hari bersama kalian

6. Warung Spesial Sambal yang memberi kesempatan bekerja. Personil SS

Babarsari Barat dan Trio KECEWA SS Babarsari Barat, terima kasih telah

menerima aku sebagai keluarga kalian. Temen-temen FUTSAL Spesial

(6)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:

Nama : Dedi Setiyawan

NIM : 09307144042

Program Studi : Kimia

Fakultas : FMIPA-UNY

Judul Penelitian : Studi Penggunaan Tanin Termodifikasi sebagai Senyawa

Pembawa (Carrier) pada Ekstraksi Ion Logam Zn (II)

dengan Metode Membran Cair Ruah (Bulk Liquid

Membrane).

Menyatakan bahwa Penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi atau data yang telah

dipublikasikan atau ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima

sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas lain atau institut lain,

kecuali pada bagian-bagian tertentu yang telah dinyatakan dalam teks.

Apabila pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 20 Desember 2016

Yang menyatakan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang senantiasa mencurahkan kasih dan

anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Studi Penggunaan Tanin Termodifikasi sebagai Senyawa Pembawa

(Carrier) pada Ekstraksi Ion logam Zn (III) dengan Metode Membran Cair Ruah

(Bulk Liquid Membrane)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Sains Kimia.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini

tidak pernah lepas dari bimbingan, arahan, bantuan dan motivasi dari berbagai

pihak. Oleh karenanya, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

dan Ketua Prodi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Yogyakarta

3. Ibu C. Budimarwanti selaku Penasehat Akademik, yang telah memberikan

nasehat dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Drs. I Made Sukarna M.Si selaku Pembimbing Utama, yang telah

memberikan bimbingan, serta arahan, hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Susila Kristianingrum, M.Si; Ibu Regina Tutik Padmaningrum, M.Si dan

Bapak Erfan Priyambodo, M.Si selaku dosen penguji.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang

(8)

7. Seluruh laboran dan karyawan Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri

Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya selama penyusunan skripsi.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan, namun demikian penulis berharap semoga apa yang

penulis peroleh selama penyusunan skripsi ini mempunyai arti dan dapat

memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu kimia. Untuk itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 28 Desember 2016

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HAAMANA PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTA ISI... ix

DAFTAR TABEL... ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... ... xiii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I. PNDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori... 8

(10)

2. Metode Membran Cair... 12

3. Metode Membran Cair Ruah... 17

4. Logam Berat... 19

5. Seng(II) ... 20

6. Tanin... 22

7. Spektrofotometri Inframerah... 23

8. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)... 25

B. Penelitian Yang Relevan... 29

C. Kerangka Berfikir... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Obyek Peneltian... 32

B. Vaiabel Penelitian... 32

C. Alat dan Bahan Penelitian... 32

D. Prosedur Penelitian... 33

E. Analsis Data Penelitian... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 43

B. Pembahasan... 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran... 58

DAFTAR PUSTAKA... 59

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klarifikasi Beberapa Asam Basa berdasarkan HSBA... 17

Tabel 2. Korelasi Daerah Serapan Inframerah... 24

Tabel 3. Hasil Analisis Spektra IR Senyawa Tanin dan Tanin

Termodifikasi... 44

Tabel 4. Data Absorbansi Larutan Standar Zn(II) pada Pengaruh Waktu

Ekstraksi terhadap Transpor Ion Logam Zn(II) ... 45

Tabel 5. Data Pengaruh Waktu terhadap Ttanspor Ion Logam Zn(II) ... 46

Tabel 6. Data Absorbansi Larutan Standar Zn(II) pada Pengaruh

Konsentrasi Fasa Penerima terhadap Transpor Ion Logam Zn(II)... 47

Tabel 7. Data Pengaruh Konsentrasi Fasa Penerima terhadap Tanspor Ion

Logam Zn(II)... 49

Tabel 8. Perhitungan Garis Regresi Kurva Kalibrasi Pengaruh Waktu

Ekstraksi terhadap Transpor Ion Logam Zn(II) ... 68

Tabel 9. Perhitungan Garis Regresi Kurva Kalibrasi Pengaruh Waktu

Ekstraksi terhadap Transpor Ion Logam Zn(II) ... 71

Tabel 10. Data Pengaruh Waktu terhadap konsentrasi Ion Logam Zn(II)

dalam Fasa Penerima... 74

Tabel 11. Data Akhir Pengaruh Waktu terhadap Konsentrasi Ion Logam

Zn(II) dalam Fasa Penerima dan hasil Ion Logam yang

tertranspor... 77

Tabel 12. Data Pengaruh Konsentrasi Fasa Penerima terhadap

Konsentrasi Ion Logam Zn(II) dalam Fasa Penerima... 78

Tabel 13. Data Akhir Pengaruh Konsentrasi Fasa Penerima terhadap

Konsentrasi Ion Logam Zn(II) dalam Fasa Penerima dan Ion

Logam Zn(II) yang Tertranspor... 82

Tabel 14. Nilai-nilai r Product Moment pada Taraf Signifikansi 5% dan 1%.... 83

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme pemisahan ion logam... 15

Gambar 2. Model reaktor transpor melalui teknik membran cair ruah... 18

Gambar 3. Struktur tanin terhidrolisis... 22

Gambar 4. Skema umum komponen pada Alat AAS... 25

Gambar 5. Kurva kalibrasi larutan standar... 28

Gambar 6. Sistem ekstraksi dengan metode membran cair ruah... 38

Gambar 7. Spektra IR senyawa tanin... 43

Gambar 8. Spektra IR senyawa tanin termodifikasi... 44

Gambar 9. Kurva kalibrasi larutan standar seng(II) untuk penentuan pengaruh waktu ekstraksi terhadap transpor ion logam seng(II)... 45

Gambar 10. Kurva hubungan antara waktu ekstraksi dengan transpor ion logam seng(II)... 47

Gambar 11. Kurva kalibrasi larutan standar seng(II) untuk penentuan pengaruh konsentrasi terhadap transpor ion logam seng(II) ... 48

Gambar 12. Kurva hubungan antara konsentrasi fasa penerima terhadap transpor ion logam seng(II)... 49

Gambar 13. Reaksi asetilasi tanin... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema prosedur kerja... 64

Lampiran 2. Uji linearitas kurva kalibrasi pengaruh waktu ekstraksi terhadap transpor ion logam Zn(II)... 68

Lampiran 3. Uji linearitas kurva kalibrasi pengaruh konsentrasi ekstraksi terhadap transpor ion logam Zn(II ... 71

Lampiran 4. Perhitungan persentase transpor pada pengaruh wakru ekstraksi terhadap transpor ion logam Zn(II)... 74

Lampiran 5. Perhitungan persentase transpor pada pengaruh konsentrasi ekstraksi terhadap transpor ion logam Zn(II)... 78

Lampiran 6. Daftar Nilai Nilai r (koefisien Korelasi)... 82

Lampiran 7. Daftar Nilai F regresi... 83

Lampiran 8. Gambar Alat Penelitian... 84

(14)

STUDI PENGGUNAAN TANIN TERMODIFIKASI SEBAGAI SENYAWA PEMBAWA (CARRIER) PADA EKSTRAKSI ION LOGAM Zn(II)

DENGAN METODE MEMBRAN CAIR RUAH (BULK LIQUID MEMBRANE)

Oleh: Dedi setiyawan

09307144042

Pembimbing Utama : Drs. I Made Sukarna, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah senyawa tanin termodifikasi dapat digunakan sebagai senyawa pembawa dalam ekstraksi ion logam Zn(II) dengan metode membran cair ruah, dengan cara menentukan waktu ekstraksi terbaik dalam ekstraksi ion logam Zn(II), mengetahui konsentrasi optimum fasa penerima dalam ekstraksi ion logam Zn(II) serta mengetahui persentase transpor ion logam Zn(II) ke fasa penerima.

Subjek penelitian ini adalah penggunaan senyawa tanin termodifikasi untuk ekstraksi ion logam Zn(II) dengan metode membran cair ruah, sedangkan objek penelitiannya adalah persentase transpor ion logam Zn(II). Pada penelitian ini dilakukan modifikasi senyawa tanin dengan reaksi asetilasi dan hasilnya dikarakterisasi dengan Spektrofotometri Infrared. Selanjutnya senyawa tanin yang dimodifikasi digunakan untuk membuat membran dengan cara menambahkan 0,5 gram senyawa tanin termodifikasi ke dalam 50 mL etil asetat. Membran ini kemudian digunakan untuk ekstraksi dengan variasi waktu ekstraksi 2, 4 dan 6 jam. Sedangkan fasa umpan yang digunakan yaitu 50 mL larutan Zn(II) 100 ppm dan fasa penerima berupa H2SO4 divariasikan

konsentrasinya yaitu 0,1; 0,5 dan 1 M. Kandungan ion Zn(II) dalam kedua fase selanjutnya diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom.

Hasil spektra IR menunjukkan perbedaan yaitu adanya serapan dari gugus C-H alkana dari senyawa tanin hasil modifikasi pada 2939,52 cm-1, sedangkan pada spektra senyawa tanin tidak terdapat serapan oleh gugus C-H alkana. Disimpulkan bahwa senyawa tanin termodifikasi dapat digunakan sebagai senyawa pembawa dalam ekstraksi ion logam Zn(II). Selain itu, waktu ekstraksi terbaik yaitu selama 6 jam dengan persentase transpor ion logam Zn(II) sebesar 16,3074 %. Sedangkan konsentrasi optimum fasa penerima yaitu pada konsentrasi H2SO4 0,1 M dengan persentase transpor ion logam

Zn(II) sebesar 16,3074 %.

(15)

A STUDY OF USING MODIFIED TANNIN AS CARRIER IN THE EXTRACTION OF Zn(II) METAL IONS

BY BULK LIQUID MEMBRANE METHOD

By: Dedi Setiyawan

09307144042

Supervisor : Drs. I Made Sukarna, M.Si

ABSTRACT

This study aims to determine whether the modified tannin compounds can be used as a carrier in the extraction of Zn(II) metal ions by Bulk Liquid Membrane method, by determining the best extraction time of Zn(II), determine the optimum concentration of receiver phase in the extraction of Zn(II) and to know the transport percentage of metal ion Zn(II) to the receiver phase.

The subject of this study is the use of modified tannin compounds to extraction of Zn(II) metal ions by bulk liquid membrane method, while the study object is the transport percentage of Zn(II) metal ion. In this research, tannin was modified by acetylation reaction and characterized by Infrared Spectrophotometry. Furthermore modified tannin is used to make membranes by adding 0,5 grams tanin modified of the compound into 50 mL ethyl acetate. This membrane then used to extract with the variation of extraction time is 2, 4 and 6 hours. While source phase used is 50 mL solution of Zn(II) 100 ppm and a receiver phase is H2SO4 concentration was varied at 0,1; 0,5 and 1 M. Ion

content of Zn(II) in the two subsequent phases were measured by Atomic Absorption Spectrophotometer.

IR spectra of tannin before and after modification there are differences in the presence of C-H alkane absorption of tannin modified at 2939.52 cm-1, while the spectra of tannin there is no absorption by C-H alkane. So, from these data it can be concluded that the modified tannin compounds can be used as a carrier in the extraction of metal ions Zn(II). The results showed that the best extraction time is 6 hours with the percentage of metal ion transport 16,3074 %. While the optimum concentration of the receiver phase at aconcentration of 1 M H2SO4 with the percentage of metal ion transport 16,3074 %.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan kebutuhan manusia harus diatasi dengan berkembangnya

teknologi dalam bidang industri. Hal ini sejalan dengan semakin bertambah

manusia, kebutuhan manusia akan meningkat. Indutri merupakan produsen

bagi segala kebutuhan manusia, selain itu industri merangkap sebagai

produsen limbah. Keberadaan limbah terutama limbah cair dalam jumlah

yang besar menjadi masalah yang semakin serius dampaknya bagi

lingkungan sekitar.

Pencemaran limbah yang terjadi di kawasan industri dapat meluas

seiring dengan berjalannya waktu, meluasnya pencemaran ini dibawa oleh

air, udara dan tanah. Pemukiman penduduk yang berada di kawasan industri

mengalami dampak yang paling besar terhadap kesehatan. Keberadaan

limbah dalam jumlah yang besar tidak bisa dibiarkan begitu saja karena

nanti akan menimbulkan masalah kesehatan yang besar. Limbah yang

menimbulkan masalah besar adalah yang mengandung logam-logam berat.

Logam-logam berat seperti kromium (Cr), tembaga (Cu), kadmium (Cd),

seng (Zn), raksa (Hg), besi (Fe), timbal (Pb), nikel (Ni) dan timah (Sn)

memiliki potensi toksik ( Surna T.Djajadiningrat 1996: 106).

Logam seng(II) merupakan logam mikro yang terakumulasi dalam

tubuh menyebabkan toksik dan beracun. Sudah banyak pembuktian bahwa

akumulasi logam seng(II) hasil dari industri tekstil dalam jaringan manusia

(17)

3). Seng (II) termasuk kedalam trace mineral, artinya dibutuhkan oleh tubuh

relatif sedikit. Keracunan seng (II) dalam jumlah besar akan menyebabkan

mual, muntah-muntah, diare dan gangguan pada perut. Sebanyak satu persen

seng (II) dalam ransum hewan dapat menekan pertumbuhan, gangguan pada

alat reproduksi dan anemia.

Proses pemisahan merupakan proses penting dalam industri dan

semakin berkembang dengan permasalahan di industri serta makin

banyaknya pilihan teknologi yang bisa digunakan. Pemisahan unsur logam

berat dalam limbah bertujuan mengurangi resiko limbah buangan agar tidak

membahayakan manusia dan lingkungan. Pemisahan unsur-unsur yang

terkandung dalam suatu limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara,

diantaranya dengan pengendapan, penguapan, elektroanalisis, dan ekstraksi

pelarut. Metode pemisahan yang paling baik dan populer adalah ekstraksi

pelarut, karena dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro

(Khopkar,1990: 290-305).

Penggunaan ekstraksi pelarut sebagai unit operasi dalam

hidrometalurgi. Sekarang digunakan secara luas untuk logam-logam dari

berbagai macam bahan mentah termasuk bijih tingkat rendah, bahan sisa

dan limbah (Rydberg, 1992: 393-412).

Teknik pemisahan ion logam berat dengan membran cair merupakan

salah satu pengembangan metode ekstraksi pelarut yang dapat digunakan

untuk recovery ion logam berat dari air limbah, eksplorasi logam berharga

dari bahan tambang serta untuk kepentingan analisis. Keuntungan metode

(18)

sistem tinggi, penggunaan pelarut, pemisahan ion yang dapat dilakukan

secarakontinoudalam satu unit operasi, pengoperasian sederhana dan biaya

pengoperasian yang murah (Misra and Gill, 1996:361-368).

Membran cair telah dikembangkan dan dipelajari untuk pemisahan

logam toksik dan logam bernilai. Teknik didasarkan pada proses distribusi

cair-cair, yang dilakukan dengan menggunakan agen pengekstrak seperti

senyawa pembawa dalam transpor berfasilitas. Membran cair telah

dimanfaatkan untuk pemisahan fenol dari limbah cair hasil buangan industri.

Membran cair juga digunakan untuk proses pemisahan logam (Kopunecdan

Benetiz, 1991:269-280; Nakamura, 1992:863-873; Monh,1992:219-231).

Membran cair ruah (BLM,BulkLiquidMembrane) merupakan metode

yang sering digunakan dalam teknik membran cair yang menggunakan

cairan sebagai membran sehingga dibutuhkan senyawa membran yang lebih

banyak. Metode ini cukup baik untuk mempelajari mekanisme transport dan

pengaruh dari struktur carrier dalam efisiensi dan selektivitasnya. (Misra

and Gill, 1996:361-368).

Keberhasilan ekstraksi pelarut dan teknik pemisahan menggunakan

membran cair ditentukan oleh kestabilan kompleks antara ion logam dengan

senyawa pembawa (carrier). Kestabilan kompleks tersebut ditentukan oleh

beberapafaktor, diantaranya jenis atom donor (gugus aktif) senyawa

pembawa yang sesuai dengan konfigurasi elektron logam. Efisiensi dan

selektivitas dari transport pada berbagai teknik ekstraksi sangat ditentukan

(19)

Selain faktor gugus aktif yang mempengaruhi efektifitas dan

selektifitas ekstraksi logam, faktor lainnya adalah ukuran cincin (ring size)

untuk makro siklik atau panjang dan cabang gugus hidrofobik (Walkowiak,

1996: 181-193; Fortunato,2004: 197-209 ). Sumbercarrier dapat diperoleh

dari bahan alam yang melimpah sebagai contoh eugenol yang diekstrak dari

minyak cengkeh.

Teknik membran cair fasa ruah dengan menggunakan zat pembawa

merupakan terobosan baru dalam teknik pemisahan. Teknik ini

mengkombinasikan ekstraksi pelarut dan proses stripping dalam suatu

perpaduan yang sangat menarik dalam perlakuan pada larutan yang

konsentrasi logamnya rendah. Keselektifan dan keefektifan teknik ini dapat

diperoleh dengan menambahkan zat aditif yang cocok sebagai mediator dan

pengaturan kondisi operasi yang tepat saat pemakaian transpor sehingga

tidak terjadi reaksi balik.

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin dapat membentuk

senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya. Tanin terbagi menjadi

dua kelompok yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin

yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic dan ellagic acid yang

berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi

merupakan polmer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-karbon

Waghorn dan McNabb, 2003: 383-392). Tanin juga dapat membentuk

khelat dengan logam secara stabil, sehingga dari sifat ini tanin digunakan

(20)

Tanin yang bersumber dari tanaman mempunyai sifat polar yang larut

dalam air. Sedangkan fasa umpan dan fasa penerima dalam proses ekstraksi

merupakan fasa air sehingga tanin akan larut dalam kedua fasa dan tidak

dapat digunakan sebagai senyawa pembawa (carrier). Oleh karena itu,

dilakukan modifikasi dengan reaksi asetilasi untuk mengganti gugus –OH

dengan gugus asetil sehingga didapatkan tanin termodifikasi yang sifat

kepolarannya lebih kecil.

Berdasarkan hal ini, maka dilakukan penelitian yang bertujuan

mengetahui kapasitas tanin sebagai senyawa pembawa (carrier) untuk

ekstraksi ion logam Zn(II) dengan metode membran cair ruah (Bulk Liquid

Membrane). Dimana larutan Zn(II) sebagai fasa umpan, tanin termodifikasi

yang dilarutkan dalam etil asetat p.a sebagai fasa membran dan larutan

H SO sebagai fasa penerima. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil pemisahan dengan metode membran cair ruah antara lain waktu

pengadukan, konsentrasi fasa penerima dan kecepatan pengadukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, maka kita dapat mengidentifikasi

beberapa masalah yang terkandung, yaitu :

1. Metode yang digunakan pada ekstraksi ion logam Zn(II).

2. Senyawa pembawa (carrier) yang digunakan pada ekstraksi logam

Zn(II).

3. Kecepatan pengadukan pada ekstraksi ion logam Zn(II).

(21)

5. Variasi konsentrasi fasa penerimapada ekstraksi ion logam Zn(II).

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempersempit ruang lingkup penelitian ini, maka akan

dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan pada ekstraksi ion logam Zn(II) adalah metode

Membran Cair Ruah (Bulk Liquid Membrane).

2. Senyawa pembawa (carrier) yang digunakan pada ekstraksi ion logam

Zn(II) adalah tanin termodifikasi.

3. Kecepatan pengadukan pada ekstraksi logam Zn(II) adalah kecepatan

pengadukan pada mechanic stirrer 130 rpm dan pada magnetic stirrer

yaitu 500 rpm.

4. Variasi waktu pengadukan pada ekstraksi ion logam Zn(II) adalah 2 jam,

4 jam dan 6 jam.

5. Variasi konsentrasi fasa penerima yaitu 0,1 M ; 0,5 M dan 1 M.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Apakah senyawa tanin termodifikasi dapat digunakan sebagai senyawa

pembawa (carrier) dalam ekstraksi ion logam Zn(II) dengan metode

Membran Cair Ruah?

(22)

3. Berapa konsentrasi optimum fasa penerima pada ekstraksi ion logam

Zn(II)?

4. Berapa besar persen efisiensi transpor ion logam Zn(II) ke fasa

penerima?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah senyawa tanin termodifikasi bisa digunakan sebagai

senyawa pembawa (carrier) dalam ekstraksi logam Zn(II) dengan metode

Membran Cair Ruah (Bulk Liquid Membrane).

2. Mengetahui waktu ekstraksi optimum dalam ekatraksi logam Zn(II).

3. Mengetahui konsentrasi optimum fasa penerima ekstraksi logam Zn(II).

4. Mengetahui efisiensi transpor ion logam Zn(II) ke fasa penerima.

F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain:

1. Menambah ketrampilan peneliti dalam menerapkan metode-metode

analisis teori secara langsung.

2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam hal analisis

seng (II) dan metode emulsi membran cair

3. Menambah nilai kegunaan senyawa tanin.

4. Memperoleh senyawa organik yang mempunyai kegunaan sebagai

(23)

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Ekstraksi

Ekstraksi adalah metode pemisahan yang berdasarkan pada proses

distribusi zat terlarut (solut) dalam dalam dua pelarut yang saling

bercampur. Ekstrasi merupakan proses pemisahan, penarikan atau

pengeluaran suatu komponen cairan atau komponen dari campurannya.

Biasanya menggunakan pelarut sesuai dengan komponen yang diinginkan

Proses ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut antara dua

pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut

dari satu pelarut ke pelarut lain. Metode ekstraksi memegang peranan yang

penting baik dilaboratorium maupun dunia industri. Di laboratorium,

ekstraksi sering kali dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan zat

terlarut dalam larutan dengan pelarut air yang diekstraksi dengan pelarut lain

seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau benzene (Sudjadi, 1986:

167-177).

Apabila suatu solut terdistribusi diantara dua pelarut yang tidak saling

bercampur, maka ada hubungan tertentu antara konsentrasi solut didalam

dua fase pada kesetimbangan. Hubungan ini dikemukan oleh Nerst, yang

menyatakan bahwa suatu solut akan terdistribusi antara dua pelarut yang

tidak bercampur, sedemikian rupa hingga perbandingan konsentrasi dalam

suatu kesetimbangan pada suhu dan tekanan tertentu adalah tetap.

Berdasarkan metode dalam ekstraksi, ekstraksi dibagi menjadi tiga,

(24)

a. Ekstraksibatch

Ekstraksi batch merupakan metode yang paling sederhana bila

dibandingkan metode yang lain karena hanya menggunakan corong pisah

dalam ekstraksi. Metode ini digunakan bila perbandingan distribusi solut

antara pelarut organik dan air cukup besar sehingga dapat memberi hasil

optimal.

b. Ekstraksikontinou

Ekstraksi ini digunakan bila perbandingan distribusi antara kedua pelarut

relatif kecil, sehingga dapat digunakan alat soxlet untuk melakukan

ekstraksi.

c. Ektraksicounter current

Ekstraksi counter curent digunakan bila perbandingan distribusi solut

antara dua pelarut hampir sama, sehingga dapat digunakan alat Craig

untuk melakukan ekstraksi (Karger et al, 1979; Skoog et al, 1996).

Berdasarkan prosesnya ekstraksi dibagi menjadi 3, yaitu :

a Ekstraksisolvasi

Ekstraksi solvasi adalah ekstraksi yang prosesnya melalui pembentukan

kompleks asosiasi ion dimana molekul-molekul pelarut terlibat dalam

pembentukan kompleks tersebut sehingga ion logam dapat

terdistribusikan ke fase organik. Contohnya ekstraksi Fe menggunakan

eter (Pudjaatmaka, A.H. dan Setiono. 1994: 229)

b Ekstraksi kelat

Ekstraksi kelat adalah ekstraksi yang prosesnya melalui pembentukan

(25)

dengan ligan kelat. Ligan kelat adalah senyawa yang memiliki dua atau

lebih gugus pendonor pasangan elektron. Psangan elektron ini akan

menempati koordinasi logam membentuk senyawa lingkar atau cincin

(Ueno et al, 1992: 313-321, 507-509). Pada pembentukan kelat, ligan

kelat menetralkan muatan dari ion logam sehingga terbentuk senyawa

kelat netral yang dapat diekstrak ke fase organik. Contoh adalah ekstraksi

Cu menggunakan ligan oksin.

c Ekstraksi pasangan ion

Ekstraksi pasangan ion adalah ekstraksi karena ion logam bersosiasi

dengan ion-ion yang bermuatan berlawanan sehingga menghasilkan suatu

spesies tak bermuatan yang dapat diekstrak ke fase organik. Contohnya

adalah ekstraksi Fe menggunakan phenantrolin dan anion klorida

(Pudjaatmaka. A.H. dan Setiono, L., 1994: 235)

Berdasarkan energi/suhu yang digunakan ekstraksi dibagi menjadi 2,

yaitu :

a. Ekstraksi cara dingin

Ekstraksi dengan cara dingin artinya tidak ada proses pemanasan selama

proses ektraksi berlangsung yang bertujuan untuk menghindari

kerusakan senyawa yang dianalisis karena pemanasan. Jenis ekstraksi

dingin yaitu :

1) Maserasi

Istilah meceration berasal dari bahasa latin macerare yang artinya

merendam. Maserasi adalah ekstraksi dengan prinsip pencapaian

(26)

suhu kamar. Bila dibantu pengadukan secara konstan disebut maserasi

kinetik. Remaserasi adalah penambahan pelarut kedalam simplisia yang

diekstraksi, maserat (hasil maserasi) pertama disaring, sisa simplisia

diekstraksi dengan menambahkan pelarut baru dengan cara yang sama.

Kekurangan metode ini, buruh waktu yang lama dan memerlukan pelarut

dalam jumlah yang banyak

2) Perkolasi

Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin, per yang artinya memulai dan

colare yang artinya merembes. Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan

pelarut yang selalu baru sehingga semua pelarut tertarik dengan

sempurna (exhaustive extraction), umumnya dilakukan pada suhu kamar.

Tahapan perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolatnya

hingga didapat volume 1 sampai 5 kali jumlah bahan.

b. Ekstraksi cara panas

Ekstraksi dengan cara panas melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan

adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses pencarian

dibandingkan dengan cara dingin.

1) Refluks

Refluks merupakan ekstraksi pelarut pada temperatur didihnya selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik dilakukan sebanyak tiga kali setiap 3-4 jam.

2) Digesti

Digesti adaalah maserasi kinetik pada teperatur lebih tinggi dari

(27)

3) Destilasi uap

Pencarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan

dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan

masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap

yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah

terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan

melewati pipa pendingin, campuran air dan minyak yang menguap masuk

kedalam corong pisah dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

4) Infusa

Ekstraksi pelarut air pada temperatur penangas air 90 °C–98 °C.

5) SoxhletasiatauContinous Extraction

Soxhletasiadalah suatu meode pemisahan suatu komponen yang terdapat

dalam sampel padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan

pelarut yang sama. Sehingga semua komponen yang diinginkan dalam

sampel terisolasi sempurna. Soxhletasi merupakan penyarian simplisia

secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap,

uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh

pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan

selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah melewati pipa

sifon .http://ilmu-kefarmasian.blogspot.co.id/2013/02/ekstraksi.html

2. Metode Membran Cair

Ekstraksi secara umum merupakan cara yang paling sederhana dan

mudah untuk memisahkan suatu komponen dari larutannya, akan tetapi

(28)

sehingga untuk mengatasi hal tersebut dilakukan beberapa modifikasi dari

metode-metode ekstraksi yang ada. Salah satu metode yang telah

dimodifikasi adalah metode transpor melalui membran cair

Metode transpor melalui membran cair dilakukan menggunakan gelas

kimia dari tiga fase, yaitu fase sumber yang berisi ion logam, fase membran

yang berisi ligan dan fasa penerima yang berisi asam kuat (Hiratani et al,

1990:319-320; Gaikwad, 2003:327-334). Membran sebagai komponen

paling penting berisi ligan dimana ligan tersebut mempunyai struktur yang

memungkinkan terjadinya kompleks (Lamb et al, 1980: 6820-6824).

Membran cair adalah fase cair yang memisahkan dua fase cair lainnya yang

tidak bercampur, dimana ligan pembawa dalam membran cair akan

memfasilitasi transport kation dari fase air(fase sumber) ke fase air lainnya

(fase penerima) melalui membran cair (Lamb etal, 1980: 6820-6824).

Walkowiak (1996: 181-193), Hiratani (1996:167-180), dan Misra

(1996: 361-368) dalam penelitian melaporkan keunggulan teknik membran

cair dibandingkan ekstraksi pelarut tradisional untuk pemisahan ion dalam

hal efisiensi penggunaan larutan organik dan agen pengompleks ion logam.

Efisiensi dengan teknik membran cair emulsi yang didapat mencapai

99 %. Walkowiak (1996:181-193) melaporkan pemisahan selektif kation

logam transisi dengan berbagai pembawa senyawa organofosfos dengan

teknik membran cair emulsi multi tahap dengan berbagai pengaturan pH.

Hayashita memisahkan logam–logam berat dengan mengomplekskan logam

berat sebagai kompleks klorida dengan teknik membran cair emulsi.

(29)

masih perlunya upaya pemecahan emulsi yang merepotkan unuk

mendapatkan logam yang diinginkan, berbeda dengan membran cair

berpendukung dimana logam murni didapatkan tanpa perlu pemisahan lagi

Beberapa keunggulan membran cair dibandingkan metode ekstraksi

yang sebelumnya (Aminuddin dan Buchori, 1997: 9-13)

a. Bebas dispersi.

b. Dapat digunakan untuk kondisi ekstraksi pada perbandingan volume fasa

umpan terhadap fasa penerima tinggi, sehingga mampu memberikan

faktor konsentrasi (pemekatan) yang tinggi.

c. Hanya sedikit sekali jumlah pengekstrak (senyawa pembawa), yang

dibutuhkan tidak lebih dari 1% dari jumlah pengekstrak yang digunakan

dalam ekstraksi pelarut biasa.

d. Tidak ada pemisahan lebih lanjut, karena fasa air dan fasa minyak sudah

terpisah dengan sendirinya (satu tahap).

e. Jumlah fasa organik yang terbawa oleh hasil ekstraksi dapat diabaikan.

f. Peralatan yang digunakan cukup sederhana dan mudah dioperasikan.

Logam akan membentuk kompleks dengan ligan pembawa dalam fasa

membran. Kompleks yang terbentuk akan terdisosiasi di antar muka fase

membran-fase penerima dan logam akan terlepas kembali ke fase penerima

(Lamb et al, 1980:6820-6824).

Mekanisme transport ion logam yang terjadi sebagai berikut:

a. Ligan dan ion logam saling berada di antarmuka fase sumber-fase

membran, kemudian ligan melepaskan proton untuk membentuk

(30)

b. Didalam fase membran, kompleks ligan-logam berdifusi melalui

membran cair organik menuju ke antarmuka fase membran-fase

penerima.

c. Kompleks ligan-logam yang berada di antarmuka fase membran-fase

penerima menangkap proton dari fase penerima menjadi ligan bebas dan

ion logam ke fasa penerima berasosiasi dengan anion fase di penerima.

d. Ligan bebas terdifusi ke antar mua fase sumber-fase membran untuk

memulai transpor lagi (Abbaspour and Tavakol, 1999: 1005-1008).

Mekanisme tersebut dapat ditunjukkan melalui Gambar 1.

Mn++nHL(membran) MLn(membran) +nH+

MLn (membran)+nH+ nHL(membran)+ Mn+

Fasa Umpan Fasa Membran Fasa Penerima

Gambar 1. Mekanisme pemisahan ion logam

Dengan penggunaan senyawa pembawa yang tepat, maka ion logam

atau molekul suatu senyawa dapat diekstrak. Mekanisme pemisahan

menggunakan membran cair didasarkan pada transpor ion logam melalui

fasa membran yang didalamnya terkandung senyawa pembawa dan dapat

(31)

terpisah dikarenakan adanya muatan H+dari fasa penerima. Dan ion logam

yang terikat pada senyawa pembawa akan tertranspor masuk ke dalam fasa

penerima. Sedangkan kestabilan kompleks itu sendiri ditentukan oleh

beberapa faktor, antara lain jenis atom donor (gugus aktif) senyawa

pembawa yang sesuai dengan konfigurasi elektron logam.

Senyawa logam akan membentuk kopleks dengan ion logam melalui

ikatan kimia antara gugus aktif dengan ion logam. Senyawa pembawa ini

akan membentuk kompleks dengan ion logam melalui ikatan kimia antara

gugus aktif dengan ion logam, pembentukan ini didasarkan pada teori

HSAB (pengelompokan asam basa berdasarkan kekerasan dan kelunakan).

Asam basa lunak (soft acids bases) adalah asam basa yang elektron-elektron

valensinya muadah terpolarisasi atau terlepaskan, sedangkan asam basa

keras (hard acids bases) adalah asam basa yang tidak mempunyai elektron

valensi atau elektron valensinya sukar terpolarisasi. Berdasarkan prinsip

HSBA (Hard and Soft Acid Base), asam keras cenderung lebih suka untuk

berkoordinasi dengan basa keras dan demikian juga halnya dengan asam

lunak cenderung lebih suka berkoordinasi dengan basa lunak. Asam keras

dan basa keras cenderung mempunyai atom kecil, oksidasi tinggi, kepolaran

rendah dan keelektronegatifan tinggi. Sedangkan asam lunak dan basa lunak

cenderung mempunyai atom besar, tingkat oksidasi rendah dan

keelektronegatifan rendah. Interaksi antara asam keras dan basa kera disebut

interaksi ionik, sedangkan interaksi antara asam lemah dan basa lemah lebih

bersifat kovalen (Bowser, JR. 1993:322-325).

(32)

Kelas Asam Basa

(seperti logam alkali, alkali tanah, dan Cr3+) lebih kuat kompleksnya dengan

basa keras (seperti RO-), ion asam logam lunak (seperti Cd2+) akan

membentuk kompleks yang lebih kuat dengan basa lunak (seperti yang

berasal dari 2-tiopentanol), dan ion-ion asam logamborderline(seperti Zn2+)

dengan basaborderline(Cahyono, 2007: 39-43)

3. Metode Membran cair fasa ruah

Membran cair ruah adalah salah satu sistem paling sederhana untuk

melakukan proses ekstraksi dengan metode membran cair. Dalam

prakteknya menggunakan gelas tipe-U yang berisi fasa umpan dan fasa

penerima yang dipisahkan oleh cairan membran. Ruah dalam hal ini berarti

(33)

membran cair fasa ruah dapat digunakan sebagai salah satu alternatif media

transpor dalam penarikan dan pemisahan ion logam. Transpor selektif

ion-ion logam melalui membran cair diaplikasikan untuk mengatasi masalah

pencemaran yang disebabkan oleh logam-logam berat. Membran cair

bersifat semipermiabel dapat berupa pelarut organik atau anorganik yang

berperan sebagai lintas transpor komponen kimia atau ion logam yang akan

dipisahkan (Molina et. al., 1997. Hlm 10323-10331).

Gambar 2. Model reaktor Transpor melalui teknik membran cair Ruah

Dimana: S = fasa sumber, fasa air yang berisi ion logam

M = fasa membran, pelarut dengan zat pembawa

P = fasa penerima, fasa air larutan penerima

M = batang pengaduk

Mekanisme transpor ion logam melaui membran cair fasa ruah terjadi

pada antar muka fasa sumber-fasa membran terjadi interaksi ion logam

dengan senyawa. Dengan adanya pengadukan akan mempercepat trampor

ion logam dari fasa membran-fasa penerima, dengan kondisi fasa penerima

yang bersifat asam mengakibatkan terjadinya pelepasan ion logam ke fasa

(34)

Dalam transpor membran cair ruah, peristiwa transpor dapat terjadi

melalui membran dari fasa sumber ke fasa penerima yang terjadi secara

difusi kompleks logam target di dalam membran ruah yang dibatasi

antarmuka dua fasa larutan/membran. Dalam hal membran cair ruah,

senyawa pembawa diasumsikan dapat berpindah secara bebas dalam

membran. Pada umumnya selektivitas yang baik untuk ion utama dapat

dicapai dengan senyawa pembawa makromolekul, meskipun kadang dapat

berubah secara signifikan tergantung pada struktur kimianya (La Harimu et.

al., 2010: Hlm 69-74).

4. Logam berat

Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk

bahan penyusun lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai atau

dimusnahkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup

melalui makanan, air minum, dan udara. Logam berat berbahaya karena

cenderung terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Laju akumulasi

logam-logam berat ini di dalam tubuh pada banyak kasus lebih cepat dari

kemampuan tubuh untuk membuangnya. Akibatnya keberadaannya di dalam

tubuh semakin tinggi, dan dari waktu ke waktu memberikan dampak yang

makin merusak.

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun

logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah)

sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb),

krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Menurut

(35)

rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut

> > > > > > >

Beberapa dari logam berat dapat beracun bagi tubuh mahkluk hidup

dan beberapa yang lain bersifat karsinogen (penyebab cancer) atau beracun/

berefek negatif pada organ-organ tertentu, seperti pada sistem saraf pusat

(Hg, Pb, As), organ ginjal atau liver (Hg, Pb, Cd, Cu), serta kulit, tulang,

atau gigi (Ni, Cd, Cu, Zn), pada takaran jumlah yang sedikit, sebenarnya

berguna bagi mahluk hidup (Co, Cu, Zn, Ni) (Srikandi Fardiaz, 1992: 48).

5. Seng (II)

Seng adalah logam yang putih kebiruan, mudah ditempatmelebur

pada 410oC dan mendidih pada 906oC. Seng dapat larut dalam HCl, H SO

encer untuk membebaskan gas H . Logam seng dengan larutan HNO

encer dapar larut tapi tidak menghasilkan gas. Logam seng dalam H SO

pekat akan menghasilkan gasSO (Abdul Karim Zulkarnain, 1991: 58).

Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali.

Adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga yang

dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam

ini mempercepat reaksi (Svehla, 1990). Limbah industri yang menghasilkan

seng antara lain, industri pelapisan besi dan baja, industri kayu, industri

kulit, industri cat dan industri kosmetik (Heryando Palar, 1994: 97). Seng

dalam bentuk sulfida digunakan untuk industri tabung televisi dan lampu

pendar. Seng dalam bentuk klorida digunakan untuk pengawetan kayu

(http://id.wikipedia.org./wiki/Seng). Sumber utama Seng adalah sphalerit (ZnS)

(36)

dibentuk dengan pembakaran logamnya di udara atau dengan pirolisis

karbonat atau nitratnya. Komplek seng juga sangat penting secara biologis.

Senyawaan seng khususnya ZnCO dan ZnO digunakan dalam salep obat

(Cotton dan Wilkinson, 1989: 397-402). Sebagian besar garam Seng larut

dalam air dan larutan ini mengandung ion kompleks tak berwarna heksakuo

seng(II) [Zn(H O) ] . Padatan garam umumnya terhidrat, misalnya

heksahidrat untuk Seng (II) nitrat, heptahidrat untuk seng (II) sulfat dan ini

mirip dengan magnesium(II) dan kobalt(II). Struktur Seng(II) sulfat

heptahidrat yaitu [Zn(H O) ] .H O (Kristian H. Sugiarto. 2003:

158).

Seng digunakan terutama sebagai pelapis besi untuk mencegah

terjadinya korosi. Pelapisan logam dengan logam pelapis seng memiliki

beberapa keuntungan yaitu murah, cukup tersedia di alam dan relatif tahan

lama (Aan Komariyah, 2008: 33). Pelapisan demikian ini dikenal sebagai

proses galvanisasi yang berdasarkan pada sifat elektrokimia proses yang

bersangkutan. Keuntungan pelapisan ini yaitu meskipun lapisan seng telah

terkoyak hingga besi tampak kelihatan dari luar, logam seng akan

teroksidasi lebih dulu. Hal ini terjadi karena nilai potensial reduksi Seng

lebih negatif daripada besi.

6. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat molekul

(37)

memiliki sifat yang khas baik fisik maupun kimianya, struktur tanin dengan

formula empiris C76H52O46 (http://encyclopedia.com/article/12626.html).

Tanin biasanya dalam tumbuhan berfungsi sebagai sistem pertahanan dari

predator, contohnya pada buah yang belum matang, buah akan terasa asam

dan sepat, hal ini sama dengan sifat tanin yang asam dan sepat. Selain itu

tanin juga dapat mengendapkan protein, alkaloid, dan glatin. Tanin juga

dapat membentuk kelat dengan logam secara stabil, sehingga dari sifat ini

tanin digunakan untuk mengekstraksi logam.

Struktu Tanin terhidrolisis dapat dilhat pada gambar 3.

Gambar 3. Struktur tanin terhidrolisis

Tanin diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tanin terhidrolisis dan

tanin terkondensasi. Masing-masing jenis memiliki struktur dan sifat yang

berbeda. Untuk tanin yang tehidrolisis memiliki ikatan glikosida yang dapat

(38)

terhidrolisis lebih mudah untuk dimurnikan daripada jenis terkondensasi

(Bate-Smith and Swain, 1962, Hal 764).

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. hal ini dikarenakan

sifat tanin yang sangat kompleks mulai dari pengkelat logam. Dari sifat

sebagai pengkelat logam ini maka tanin dapat digunakan sebagai fase

pembawa dalam penelitian ini (Baeza at al. 1986: 21-31).

7. Spektrofotometri Inframerah

Spektrofotometri IR adalah suatu metode analisis mengenai interaksi

energi cahaya dan materi, dimana energi yang dipancarkan berasal dari

radiasi infra merah dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari

radiasi gelombang mikro. Spektrofotometri IR digunakan untuk

mempelajari berbagai jenis sampel, baik identifikasi senyawa organik

maupun anorganik.

Radiasi IR terletak pada daerah panjang gelombang (): 0,78 1000

μ m atau bilangan gelombang ( ): 12800 – 10 cm-1. Radiasi IR dibedakan

menjadi: IR dekat (Near IR): 0.78-2,5 µm, : 12800-4000 cm-1, IR

pertengahan (middle IR): 2,5-50 µm, : 4000-200 cm-1dan IR jauh (far

IR): 50-1000 µm, : 200-10 cm-1. Sedangkan untuk analisis instrumen

radiasi IR memiliki: 2,5-15µm, : 4000-670 cm-1(Khopkar, 2007: 231).

Syarat suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa dapat terukur pada

spektra IR adalah adanya perbedaan momen dipol pada gugus tersebut.

Vibrasi ikatan akan menimbulkan fluktuasi momen dipol yang

menghasilkan gelombang listrik. Untuk pengukuran menggunakan IR

(39)

bilangan gelombang ini disebut daerah IR sedang, dan merupakan daerah

optimum untuk penyerapan IR bagi ikatan-ikatan dalam senyawa organik

(Harjono, 1992: 1)

Tabel 2. Korelasi daerah serapan Inframerah

( μ m ) ( ) Ikatan yang menyebabkan Absorpsi

Regang C = O ( asam, aldehida,keton, amida,

ester, anhilida

Regang C = C ( alifatik dan aromatic ) C = N

Lentur C–H

Lentur C = C–H , Ar–H ( luar bidang).

Sumber: www.le.ac.uk/chemistry

Spektrofotometer IR dapat menganalisis letak dan ukuran relatif

absorpsi atau puncak pada daerah IR, dengan memperhatikan ada tidaknya

gugus fungsional yang pokok yaitu C=O, O-H, N-H, C-O, C=C, CC,

CN, dan NO2. Banyaknya gugus yang identik dalam sebuah molekul

mengubah kuat relatif pita absorpsinya dalam suatu spektrum. Pita absorpsi

C-H ( = ± 3000 cm-1) tidak perlu dianalisis secara mendalam karena

hampir semua senyawa memiliki absorbsi ini. Selain itu, hal-hal kecil di

sekeliling gugus fungsional yang didapatkan juga tidak perlu dihiraukan

(40)

absorpsi-IR atau spektrum-absorpsi-IR yang sama (fingerprint spectrum) (Day dan Under

wood, 2002: 387).

8. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) atau Spektroskopi serapan

atom adalah suatu teknik atau metode analisis kimia yang pengukurannya

berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh

atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. Al., 2000). Prinsip dasar

Spektroskopi serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik

dengan sampel. Spektroskopi serapan atom merupakan metode yang sangat

tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990, Hal

290-305).

Pada alat AAS terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang

menghasilkan atom-atom gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu

sistem optik untuk pengukuran sinyal. Suatu skema umum dari alat AAS

adalah sebagai berikut:

Gambar4. Skema Umum Komponen pada Alat AAS

Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas

(41)

diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari

sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda berongga (Hollow

Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya

penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu

menurut jenis logamnya (Darmono,1995, Hal 157).

Metode Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) berprinsip pada

absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada

panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Metode

serapan atom tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada

temperatur. Setiap alat Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) terdiri dari

tiga komponen yaitu unit atomisasi, sumber radiasi dan sistem pengukur

fotometerik. TeknikAtomic Absorption Spectroscopy (AAS) menjadi teknik

yang paling banyak digunakan dalam analisis. Hal ini disebabkan karena

sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang

ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran

unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan

tersedia. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dapat digunakan untuk

analisis logam sebanyak 61 logam.

Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada

suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka

sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan

berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam

(42)

1. Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati

medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang

dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi.

2. Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara

eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap

sinar tersebut.

Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

It = Io.e-(εbc), atau A= -Log It/Io = εbc

Keterangan : Io = intensitas sumber sinar

It = intensitas sinar diteruskan

Ε = absortivitas Molar (L/mol.cm)

b = panjang medium (cm)

c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar

(mol/L)

A = absorbansi

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya

berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989.

421-428).

Kurva kalibrasi dibuat dengan cara mengamati absorbansi

masing-masing konsentrasi larutan standar. Kurva kalibrasi yang diperoleh tidak

selalu linier. Hal ini disebabkan oleh penyimpangan dalam analisis, karena

atom yang dihasilkan dalam nyala tidak sebanding dengan jumlah atom

yang sesungguhnya. Oleh karena itu hukum Lambert-Beer mengalami

(43)

regresi linear (Sudjana, 1992:312). Kurva kalibrasi yang diperoleh, tidak

melalui titik (0,0) sebagaimana ditunjuk Gambar 5.

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Larutan Standar

Sesuai gambar 5 dapat diambil hubungan antara absorbansi dengan

konsentrasi larutan standar dan diperoleh suatu persamaan yaitu :

Y = aX + b

Keterangan : Y = Absorbansi a = Slope

X = Konsentrasi b = intersep

Penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan memplotkan data

absorbansi terhadap konsentrasi atau dengan cara mensubstitusikan

absorbansi ke dalam persamaan garis lurus.

Penggunaan metode spektroskopi serapan atom dapat digunakan untuk

kepentingan analisis, baik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

a. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya suatu

unsur dalam suatu senyawa. Analisis kualitatif dengan metode ini dapat

ditunjukkan apabila sampel yang telah diubah menjadi gas ditembakkan

suatu sinar yang berasal dari hollow cathode lamp dan terdeteksi

Konsentrasi Larutan Standar

Y = aX + b

(44)

tersebut mengandung unsur yang dimaksud. Sebagai contoh, dalam

analisis logam Seng dalam sampel limbah penyamakan kulit dengan

metode Spektroskopi Serapan Atom, sampel tersebut memberikan

serapan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sampel limbah

penyamakan kulit mengandung logam Seng(II).

b. Analisis kuantitatif

Sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan

seberapa banyak suatu unsur terkandung dalam senyawa. Untuk analisis

Kuantitatif menggunakan metode kurva kalibrasi. Analisis kuantitatif

pada dasarnya juga menggunakan serapan sebagai indikatornya, tetapi

serapan yang terjadi diukur menggunakan detektor yang selanjutnya

dihitung menggunakan persamaan regresi linear untuk menentukan

kadarnya. Dengan cara memplotkan data absorbansi terhadap konsentrasi

atau dengan cara mensubstitusikan absorbansi ke dalam persamaan garis

lurus.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian mengenai penggunaan senyawa tanin sebagai senyawa

pembawa (carrier) pada ekstraksi logam Zn(II) didasarkan pada penelitian

sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh M. Djunaidi et.al. (2007

hal 1) telah berhasil diekstrak logam Zn(II) dari larutan fasa umpan.

Penelitian ini menggunakan senyawa polieugenol sebagai senyawa

pembawa dan menghasilkan efisiensi transport yang cukup besar. Senyawa

(45)

ekstraksi ion logam Zn(II) merupakan senyawa turunan eugenol yang

dipolimerkan. Senyawa polieugenol memiliki gugus aktif –OH yang dapat

dipertukarkan dengan ion logam, sehingga dapat digunakan sebagai fasa

membran dalam teknik ekstraksi dengan metode membran cair.

Penelitian Olly, Zaharasmi dan Eka (2005: 23-34), hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa transpor ion logam Zn (II) dengan memakai

ditizon sebagai zat pembawa dapat dilakukan melalui teknik membran cair

fasa ruah. Kondisi optimum dari metoda transpor Zn(II) 3,06 x 10-4M antar

fasa adalah pH fasa sumber 8,5, konsentrasi ditizon dalam fasa membran

1,75 x 10-5M, konsentrasi Na2EDTA dalam fasa penerima 0,06 M pada pH

6 dan lama pengadukan 3 jam. Pada kondisi ini didapatkan persentase

transpor ion logam Zn (II) ke fasa penerima 93% dan persentase Zn(II) sisa

di fasa sumber tidak terdeteksi.

Penelitian Arvana Aditya (2013: 35-48), hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa transpor ion logam Cr(III) dengan memakai tanin

termodifikasi sebagai zat pembawa dapat dilakukan melalui teknik

membran cair ruah. Waktu pengadukan terbaik adalah 6 jam dengan

persentase transpor ion logam Cr(III) sebesar 1,408%. Sedangkan konsentrsi

optimum fasa penerima H2SO4 sebesar 0,5 M dengan persentase transpor

ion logam Cr(III) 2,608%.

Penelitian Ramon (2013: 38-53) hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa transpor ion logam Cu(II) dengan memakai tanin termodifikasi

sebagai zat pembawa dapat dilakukan melalui teknik membran cair ruah.

(46)

logam Cu(II) sebesar 11,468%. Sedangkan konsentrsi optimum fasa

penerima H2SO4sebesar 1 M dengan persentase transpor ion logam Cr(III)

49,288%.

C. Kerangka Berfikir

Tanin merupakan senyawa fenolik dengan berat molekul cukup tinggi

yang mengandung hidroksil dan kelompok lain seperti karboksil untuk

membentuk komplek yang efektif dengan protein dan makro molekul yang

lain dibawah kondisi lingkungan tertentu, dapat dikatakan tanin merupakan

bentuk komplek dari protein, pati, selulosa dan mineral (Artati, 2007:

33-38). Dengan gugus aktif yang dimilikinya, maka senyawa tanin diduga dapat

digunakan sebagai senyawa pembawa yang dapat mengikat ion logam

Zn(II).

Sintesis senyawa pembawa dalam ekstraksi sudah banyak dilakukan,

tetapi penggunaansenyawa tanin sebagai senyawa belum dilakukan

penelitian. Senyawa tanin modifikasi gugus aktifnya dengan reaksi asetilasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode membran cair

ruah (Bulk Liquid Membrane).

BAB III

(47)

A. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah penggunanan senyawa tannin termodifikasi

untuk ekstraksi ion logam Zn(II) dengan metode membran cair ruah.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persentase transport ion logam Zn(II).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas pada peneilitian adalah variasi waktu pengadukan dan

variasi konsentrasi fasa penerima (H SO ).

2. Variabel kendali pada penelitian adalah kecepatan pengadukan pada

mechanic stirrer yaitu 130 rpm dan pada magnetic stirreryaitu 500

rpm dan waktu pendiaman yaitu 5 menit.

3. Variabel terikat pada penelitian ini adalah persentase transport ion

logam Zn(II).

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah:

a) Spektrofotometer Serapan Atom merk Hitachi Zeeman-8000

b) Spektrofotometer Infrared merk Shimadzu FTIR Prestige 21

c) Magnetic Stirrer

d) Mechanic Stirrermerk Eyela Z-1100

e) Neraca Analitik AND HF-3000

(48)

g) Gelas ukur

h) Gelas arloji

i) Pipet tetes

2. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:

a) Tanin

b) Kristal Zn(NO ).4H O p.a

c) Etil Asetat p.a

d) Aquades

e) H SO 98% p.a

f) Piridin p.a

g) HNO 1M

h) Asetat Anhidrat p.a

i) Kertas Saring

D. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Larutan H SO 1 M sebanyak 1000 mL

Sebanyak 54,35 mL larutan H SO 98% pekat diambil dan dimasukan

ke dalam gelas kimia yang telah berisi akuades melalui dinding gelas

kemudian dituangkan ke dalam labu ukur 1000 mL. Kemudian

diencerkan dengan akuades sedikit demi sedikit sampai volume

tanda batas.

Perhitungan :

Persentase HSO = 98% =

(49)

Mol HSO = = = 1 mol

Konsentrasi HSO = = , = 18,4 M

V . M = V . M

V . 18,4 M = 1000 mL . 1 M

V = 54,35 mL

2. Pembuatan Larutan H SO 0,1 M dan 0,5 M sebanyak 100 mL

Sebanyak 10 mL dan 50 mL larutan HSO 1M diambil dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan

dengan akuades sampai tanda batas. Volume larutan HSO yang

diambil berdasarkan perhitungan dengan rumus : V . M = V . M

3. Pembuatan Larutan Induk Zn (II) 1000 ppm sebanyak 500 mL

Pembuatan larutan induk Seng(II) 1000 ppm. Larutan Seng dibuat

dengan melarutkan 1,999 gram Zn(NO ) .4H O lalu dimasukkan ke

dalam gelas kimia dan kemudian ditambahkan 1 mL HNO 1 M gelas

kimia. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 500 mL

kemudian ditambahkan akuades sampai tandai volume 500 mL.

Massa Zn(NO ) .4H O = ( ) . x 0,5

Massa Zn(NO ) .4H O = ,

, x 0,5

Massa Zn(NO ) .4H O =1,999 gram

Jadi untuk 500 mL larutan membutuhkan 1,999 gram kristal

(50)

4. Pembuatan Larutan Umpan Zn (II) 100 ppm sebanyak 500 mL

Sebanyak 50 mL larutan induk Zn(NO ) .4H O 1000 ppm diambil dan

dituangkan ke dalam labu ukur 500 mL. Kemudian diencerkan dengan

akuades sampai tanda volume tepat tanda batas. Volume larutan induk

Zn(NO ) .4H O diambil berdasarkan perhitungan dengan rumus :

V . M = V . M

5. Modifikasi Tanin dengan Reaksi Asetilasi

a. Menimbang sebanyak 2 gram tanin.

b. Mengambil 5 mL piridin dengan gelas ukur 10mL.

c. Mengambil 5 mL asetat anhidrat dengan gelas ukur 10mL.

d. Memasukkan tanin kedalam gelas kimia kemudian menambahkan

campuran 5 mL piridin dan 5 mL asetat anhidrat.

e. Mengaduk hingga serbuk tanin larut sempurna.

f. Menuangkan larutan tersebut kedalam 100 mL akuades.

g. Padatan tanin termodifikasi akan terbentuk dan saring dengan kertas

saring.

h. Mencuci padatan tanin termodifikasi dengan asam asetat 0,1 M untuk

menghilangkan piridin.

i. Mencuci padatan tanin termodifikasi dengan akuades.

j. Mengeringkan tanin termodifikasi pada suhu 50°C selama 1 malam

k. Tanin termodifikasi selanjutnya dikarakterisasi dengan

Spektrofotometer Infra Red untuk mengetahui gugus-gugus aktifnya.

(51)

Sebanyak 0,5 gram serbuk tanin yang telah termodifikasi dimasukkan

dalam gelas kimia. Kemudian ditambahkan 50 mL etil asetat p.a dan

diaduk sampai serbuk tanin termodifiksai larut sempurna.

7. Ekstraksi Logam Zn(II) dengan metode membrane cair fasa ruah (Bulk Liquid Membrane)

a. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap transpor ion logam Zn(II)

1) Memasukkan beker gelas 50 mL ke dalam beker gelas 250 mL terlihat

pada gambar 6.

2) Menuangkan sebanyak 50 mL fasa umpan ke dalam tabung beker

gelas 50 mL.

3) Menuangkan sebanyak 100 ml fasa penerima (H SO ) 0,1 M pada

beker gelas 250 mL.

4) Menuangkan 50 mL fasa membran di atas permukaan kedua fasa.

5) Mengaduk dengan mechanic Stirrer pada kecepatan 130 rpm dan

magnetis Stirrerpada kecepatan 500 rpm selama 2 jam.

6) Mengambil fasa umpan dan fasa penerima kemudian memasukkan ke

dalam botol penyimpan, tutup dengan alumunium foil dan dianalisis

menggunakan AAS.

7) Mengulangi prosedur 1 sampai 5 dengan waktu pengadukan selama 4

jam.

8) Mengambil fasa umpan dan fasa penerima kemudian memasukkan ke

dalam botol penyimpan, tutup dengan alumunium foil dan dianalisis

(52)

9) Mengulangi prosedur 1 sampai 5 dengan waktu pengadukan selama 6

jam.

b. Pengaruh konsentrasi fasa penerima terhadap transpor ion logam Zn(II)

1) Memasukkan beker gelas 50 mL ke dalam beker gelas 250 mL terlihat

pada gambar 6.

2) Menuangkan sebanyak 50 mL fasa umpan ke dalam beker gelas 50

mL.

3) Menuangkan sebanyak 100 ml fasa penerima (H SO ) 0,1 M ke dalam

beker gelas 250 mL.

4) Menuangkan 50 mL fasa membran di atas permukaan kedua fasa.

5) Mengaduk dengan mechanic Stirrer pada kecepatan 130 rpm dan

magnetis Stirrer pada kecepatan 500 rpm selama waktu terbaik (6

jam).

6) Mengambil fasa umpan dan fasa penerima kemudian memasukkan ke

dalam botol penyimpan, tutup dengan alumunium foil dan dianalisis

menggunakan AAS.

7) Mengulangi prosedur 1 sampai 5 dengan menggunakan waktu

optimum yang telah didapatkan pada prosedur sebelumnya dan

konsentrasi fasa penerima digunakan 0,1 M.

8) Mengambil fasa umpan dan fasa penerima kemudian memasukkan ke

dalam botol penyimpan, tutup dengan alumunium foil dan dianalisis

(53)

9) Mengulangi prosedur 1 sampai 5 dengan menggunakan waktu terbaik

yang telah didapatkan pada prosedur sebelumnya dan konsentrasi fasa

penerima digunakan 0,5 M dan 1 M.

10) Mengambil fasa umpan dan fasa penerima kemudian memasukkan ke

dalam botol penyimpan, tutup dengan alumunium foil dan dianalisis

menggunakan AAS.

11) Dari prosedur diatas didapatkan konsentrasi optimum fasa penerima

pada ektraksi logam Zn(II) dengan metode membran cair fasa ruah.

Gambar 6. Sistem Ekstraksi dengan Metode Membran Cair Ruah

8. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan standar

a. Diambil 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mL larutan seng(II) 100 ppm.

Dimasukkan dalam labu ukur 50 mL lalu diencerkan dengan akuades

sampai tanda batas sehingga konsentrasi standar adalah 0,0; 0,2; 0,4;

(54)

b. Diukur absorbansi dari larutan standar pada panjang gelombang 217

nm.

c. Dibuat kurva larutan standar absorbansi (A) vs konsentrasi (C)

berdasarkan data yang diperoleh.

E. ANALISIS DATA PENELITIAN 1. Analisis kualitatif

Analisis kadar seng(II) dilakukan dengan cara mengukur serapan larutan

standar pada alat Spektrofotometer Serapan Atom sesuai kondisi

pengukuran yang telah ditentukan perlakuan yang sama juga dilakukan

untuk menganalisis larutan sampel. Data analisis kualitatif yang diperoleh

dari AAS meliputi data absorbansi larutan standar dan absorbansi larutan

sampel.

2. Analisis kuantitatif

a. Penentuan Persamaan Garis Regresi Linier

Persamaan regresi linier dirumuskan sebagai Y = aX + b

Dengan,

a = ( )( )

( ) ...(1)

b = ( ) ( )( )

( ) ...(2)

Keterangan :

Y : Absorbansi

X : Konsentrasi

(55)

n : jumlah larutan

b. Penentuan Signifikansi Korelasi Konsentrasi (X) dan Absorbansi (Y)

Untuk menentukan korelasi antara konsentrasi dan absorbansi larutan

standard digunakan teknik korelasi momen tangkar (korelasi product

moment)dengan rumus sebagai berikut:

=

( ) ( )...(3)

Dengan,

= -( )( ) ...(4)

²= ²-( )²...(5)

²= ²-( )²...(6)

Kemudian untuk menguji signifikansi harga , harga tersebut

dikonsultasikan dengan r table pada taraf signifikansi 5%. Apabila harga

hasil perhitungan lebih besar dari r table, maka ada korelasi yang

bermakna antara konsentrasi (X) dengan absorbansi (Y) (Sutrisno Hadi,

2005: 5)

c. Uji Lineritas Persamaan Regresi

Tujuan dari uji linearitas persamaan garis untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan yang bermakna antara konsentrasi (X) dengan

absorbansi (Y). Penentuan Linearitas garis regresi dari kurva larutan

standar kromium diuji dengan menghitung harga F menggunakan rumus

sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1. Mekanisme pemisahan ion logam
Gambar 2. Model reaktor Transpor melalui teknik membran cair Ruah
Gambar 3. Struktur tanin terhidrolisis
Tabel 2. Korelasi daerah serapan Inframerah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa transpor Cu(II) pada membran cair fasa ruah dengan menggunakan oksin sebagai pembawa dan disertai oleh penambahan asam

PENf,NTUAN KONDISI OPTIMTJM TRANSPOR ION CUgI) MELALUI TEKNII( MEMBRAN CAII FASA RUAA SECARA SIMTJLTAN DENCAN OI$IN SEBACAI

Kinetika dan mekanisme sistem transpor Cd(II) antar fasa melalui teknik membran cair fasa ruah dengan oksin sebagai zat pembawa dapat ditentukan dari data-data

Proses ekstraksi ion timbal(II) dengan teknik emulsi membran cair terjadi karena pada proses tersebut, dimana ion timbal(II) yang awalnya berada dalam fasa eksternal dan kemudian

Teknik ekstraksi cair-cair telah dilakukan pada ekstraksi ion logam Zn(II) menggunakan campuran asam-asam lemak hydroxamic (ALH) yang disintesis secara enzimatis dari minyak inti

Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya yaitu oleh Alam (2014)tentang penentuan kondisi optimum ekstraksi ion Pb(II) menggunakan teknik emulsi membran cair yang

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa transport ion Cu(II) melalui teknik membran cair fasa ruah secara simultan dengan oksin sebagai pembawa mempunyai kondisi

Proses ekstraksi ion timbal(II) dengan teknik emulsi membran cair terjadi karena pada proses tersebut, dimana ion timbal(II) yang awalnya berada dalam fasa eksternal dan kemudian