• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengangkat Semangat Masyarakat dalam Membangun Majapahit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengangkat Semangat Masyarakat dalam Membangun Majapahit"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Mengangkat

Semangat

Masyarakat dalam Membangun

Majapahit

UNAIR NEWS – Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan

pembangunan, termasuk di bidang pelestarian sejarah dan kepariwisataan. Inilah yang mendorong lima mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, untuk meneliti partisipasi masyarakat dalam pelestarian situs peninggalan Kerajaan Majapahit.

Kelima mahasiswa itu adalah Leny Yulyaningsih (FISIP/2015), Nadiya Firdausi (FISIP/2015), Fazza Baraka (FISIP/2015), Dian Rizkita Puspitasari (FISIP/2015), dan M. Giofani Fahrizal (FISIP/2015). Penelitian tentang partisipasi masyarakat itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa kategori penelitian sosial humaniora (PKM – PE Soshum) berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Perwujudan Program Pembangunan Desa ‘The Spirit of Majapahit’ dalam Konsep Good Governance’. Proposal PKM – PE milik tim yang diketuai Leny itu berhasil lolos pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kawasan Trowulan telah menjadi wahana penelitian arkeologi. Ratusan benda peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di puluhan situs. Benda peninggalan itu berupa bangunan, arca, gerabah, candi, dan petilasan. Situs Trowulan telah ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai situs warisan dunia. Guna melestarikan peninggalan budaya itu, maka Pemerintah Kabupaten Mojokerto, dan Provinsi Jawa Timur membangun Rumah Majapahit.

Untuk membangun Rumah Majapahit, diperlukan keamanan yang kondusif di desa-desa sasaran. Ada tiga desa yang terkena dampak yaitu Desa Bejijong, Desa Jatipasar, dan Desa

(2)

Sentonorejo. Awal pembangunan Rumah Majapahit sempat menuai pro dan kontra dari warga. Akibat ketidaksejalanan itu, pembangunan Rumah Majapahit sempat stagnan.

“Ada isu-isu yang beredar di masyarakat, yaitu rumah yang dibangun menjadi milik pemerintah, keharusan penduduk yang bersangkutan memeluk agama tertentu, pembangunan Rumah Majapahit didanai pihak asing, dan alokasi bantuan keuangan tunai pemeliharaan Rumah Majapahit mencapai Rp 7 – 10 juta per tahun,” tutur Nadiya selaku anggota tim.

Singkat cerita, masyarakat akhirnya bersedia berpartisipasi dalam pembangunan Rumah Majapahit setelah mendapatkan penjelasan dari pihak Pemprov Jatim dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan.

Berdasarkan penelitian tim, pembangunan Rumah Majapahit di kawasan Trowulan ternyata bermanfaat bagi pembangunan rumah, pagar, gapura, pertokoan yang bernuansa arsitektur Majapahit. “Kondisi ini cukup menggembirakan dan membanggakan karena arsitektur Majapahit masih disukai masyarakat. Itu berarti gaung dan langkah pelestarian budaya Majapahit di bidang arsitektur dan bangunan mendapatkan jalan untuk terus dilakukan dan ditingkatkan,” tutur Leny.

Saat ini, perkembangan pembangunan yang bernuansa Majapahit di Trowulan semakin terlihat. Tiga desa sasaran, khususnya Desa Bejijong, banyak mendapatkan kunjungan wisatawan baik hanya sekadar melihat bagaimana wujud Rumah Majapahit. Masyarakat pemilik Rumah Majapahit sebagian mengembangkan rumahnya untuk berjualan souvenir atau oleh-oleh dan hasil kerajinan. Beberapa rumah diantaranya digunakan sebagai warung dengan nuansa Majapahit dan sebagian kecil yang digunakan sebagai

homestay.

(3)

Dokter Gigi Muda Luncurkan

Sistem Terintegrasi untuk

Memonitor Kunjungan Ibu Hamil

UNAIR NEWS – Mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan profesi

dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga meluncurkan sebuah sistem pencatatan berbasis web ANDC-Sys.com. Melalui sistem pencatatan ini, para dokter gigi dapat mengontrol pemeriksaan data kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil.

Pencatatan data berbasis web ini diluncurkan di Puskesmas Pucangsewu. Sistem ini dilatarbelakangi oleh banyak ibu hamil yang tidak tercatat kunjungannya di poli gigi puskesmas setempat.

Beshlina, ketua pelaksana kegiatan bertajuk “Sinkronisasi Data Antenatal Care (ANC) dengan Data Kunjungan Poli Gigi pada Ibu Hamil Berbasis Web ANDC-Sys.com, mengatakan program ini diluncurkan atas ketidaksinkronan data kunjungan ANC dengan data kunjungan bumil pada poli gigi. Akibatnya, kondisi kesehatan gigi dan mulut ibu hamil tidak terpantau maksimal. Menurut Beshlina, sinkronisasi berbasis web ini dapat meminimalkan risiko ketidaksinkronan data kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Pucangsewu. “Pada web ANDC-Sys.com, kita memberikan sebuah alert system berupa highlight pada kolom ANC dan poli gigi apabila ibu hamil belum melakukan kunjungan. Dengan demikian, apabila admin poli puskesmas membaca alert system tersebut, mereka akan selalu mengingatkan ibu hamil untuk datang ke poli ANC dan poli gigi,” tutur Beshlina yang tengah menempuh pendidikan

(4)

profesi.

Perancangan program ini bekerjasama dengan tim teknologi informasi Puskesmas Pucangsewu. Kedua pihak mengembangkan sistem pada tahap penyusunan konsep alur kerja, perancangan sistem dalam jaringan, dan memasukkan data.

“Sebetulnya apa yang kami buat ini adalah semacam support

system (sistem pendukung) yang terintegrasi dengan program

lain. Tujuan akhirnya adalah kelahiran bayi yang normal dan sehat,” imbuh Beshlina.

Selain peluncuran program ANDC-Sys.com, ada empat program lain yang berlangsung di Puskesmas Pucangsewu di antaranya Program Pencanangan Suami Siaga Plus, Program Pemberdayaan Bidan Puskesmas terkait Kesehatan Gigi dan Mulut, Pencanangan Kader Asuh Kebersihan Gigi dan Mulut untuk Ibu Hamil, dan Perancangan Buku Pintar Kebersihan Gigi dan Mulut untuk Ibu Hamil.

“Diharapkan ketika web ANDC-Sys ini nantinya bisa digunakan, kedepan dapat diintegrasikan dengan SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas) agar manfaatnya dapat dirasakan pula di Puskesmas lain di seluruh Jawa Timur,” pungkasnya.

Selain itu, para mahasiswa berharap agar program-program yang diusung dalam penyuluhan kali ini dapat diadopsi oleh pihak dinas kesehatan untuk memonitor pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut.

Penulis: Gilang Rasuna SW (Humas FKG) Editor: Defrina Sukma S

(5)

Mahasiswa

UNAIR

Temukan

Solusi

Efektif

untuk

Osteoarthritis

UNAIR NEWS – Osteoarthritis merupakan kasus yang sering terjadi dan memiliki prevalensi cukup besar di dunia ini. Osteoarthritis merupakan suatu keadaan patologis yang melibatkan degenerasi pada tulang rawan artikular yang mendasari peradangan pada membran sinovial, sehingga mengakibatkan nyeri, gerakan sendi terbatas, deformitas dan disfungsi. Kerusakan tulang rawan ini biasanya disebabkan oleh cedera saat berolahraga, trauma saat kecelakaan, ataupun penuaan.

Sekelompok mahasiswa S-1 Teknik Biomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya berhasil menciptakan bahan yang dapat membantu dengan cepat mengatasi peradangan tulang rawan akibat degenerasi jaringan tulang rawan yang disebut Osteoarthritis.

Keberhasilan menemukan alternatif atas penanganan kasus Osteoarthritis itu kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE) ”Inovasi

Injectable Hydrogel Berbasis Chitosan-Hyaluronic Acid (HA)

(6)

HIDROGEL siap disuntikkan kepada pasien Osteoarthritis. (Foto: Dok PKMPE)

Ketua Tim PKM-PE kelompok ini, Ainia Rahmah Aisyah mengabarkan, dibawah bimbingan dosennya, Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, proposal PKM-nya ini telah lolos pendanaan penelitian dari Kemenristekdikti pada program PKM tahun 2016-2017.

Dijelaskan oleh Ainia Rahmah, bahan yang biasa digunakan dalam penggantian tulang rawan seperti logam banyak menimbulkan reaksi, seperti infeksi maupun serangan dari respon imun tubuh

(Host), selain itu bahan logam yang baik harganya sangat

mahal.

Berangkat dari permasalahan inilah Ainia Rahmah Aisyah, Wilda Khilida Annaqiyah, Amalia Nur Hayati, Novita Putri Rahayu, dan Ahda Nur Laila Nabilah mencari paduan bahan yang tepat dan efektif untuk penyembuhan Osteoarthritis.

”Selama ini, penanganan yang ada masih memerlukan proses lama melalui operasi dan bisa memakan waktu berjam-jam. Di sini kami mengupayakan penanganan berupa penyuntikan hidrogel langsung ke tempat yang dirasa nyeri, sehingga kondisi dapat langsung teratasi,” tutur Ainia.

Ainia juga menjelaskan bahwa hidrogel merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk mengatasi Osteoarthritis, karena kompatibel dengan sel dan jaringan sekitarnya, sehingga dianggap sebagai bahan yang sangat cocok untuk matriks ekstraseluler (Extracellular Matrix/ECM) buatan untuk teknik jaringan.

”Harapan kami kedepannya, penelitian ini dapat lebih diperbaiki dan dikembangkan sehingga dapat benar-benar diimplementasikan pada penanganan pasien Osteoarthritis,” ujar Ainia Rahmah Aisyah menambahkan. (*)

(7)

Dorong Peran Entitas dengan

Sinergi Kinerja Audit

UNAIR NEWS – Melalui sidang terbuka Universitas Airlangga yang

digelar di Aula Garuda Mukti (24/5), Kantor Manajemen Kampus C, Rektor mengukuhkan guru besar baru. Salah satunya yakni Prof. Dr. H. Widi Hidayat, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., yang merupakan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Akuntansi.

Widi menjadi Guru Besar ke-457 sejak UNAIR berdiri dan Guru Besar ke-165 sejak UNAIR PTN-Berbadan Hukum. Bersama dua guru besar baru lainya, Widi menyampaikan orasi yang berjudul “Optimalisasi Kinerja Entitas Melalui Sinergi Internal dan Eksternal Audit”. Di awal paparannya, Widi menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara internal audit dengan eksternal audit dari beberapa aspek.

“Beberapa aspek tersebut seperti aspek konsumen, fokus, orientasi, pengadilan, kecurangan, kebebasan, dan kegiatan,” jelasnya.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR ke-21 tersebut juga beberapa peranan dari auditor internal. Selain sebagai pemecah masalah dari beberapa temuan yang ada, audit juga dapat mengontrol konflik, menjadi pewawancara, negosiator, dan komunikator.

“Dengan demikian peran tersebut perlu dipahami, karena bisa jadi auditor membutuhkan langkah-langkah khusus ketika berhadapan dengan manajemen. Selain itu, auditor harus mengembangkan hubungan antarmanusia yang baik,” terangnya. Selanjutnya, laki-laki kelahiran Karanganyar tersebut menekankan pentingnya sebuah peran audit untuk membangun

(8)

sinergi antara internal dan eksternal audit. Widi pun selalu fokus dalam hal-hal tersebut. Baginya sinergi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa forum yang telah dibentuk sebagai wujud kepedulian dari sinergisitas audit internal dan eksternal.

“Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi suatu entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas aset-aset yang terkait,” tegasnya.

Di penghujung orasinya, Widi menegaskan pentingnya sebuah Sistem Pengawas Internal Pemerintah (SPIP). Baginya, SPIP memiliki urgensi mendesak untuk memperkuat peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) serta meningkatkan sinergitas antara internal audit dan eksternal audit.

“Hal tersebut dikarenakan permasalahan pengawasan terhadap keuangan dan kinerja pemerintah masih belum berjalan dengan optimal,” imbuhnya.

Widi juga menambahkan bahwa dalam Undang-Undang SPIP ditegaskan peran dan fungsi pengawas internal secara jelas. Seorang pengawas internal, menurut Widi harus mampu melaporkan program auditnya terkait dengan masalah keuangan dan mengungkapkannya serta mendorong tindaklanjutnya.

“Seorang auditor internal akan disebut independen kalau memiliki keahlian untuk meghasilkan temuan auditnya, kemudian melaporkan sebagai laporan hasil audit,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S

(9)

Bioreaktor

Kurangi

Ketergantungan Impor Bahan

Baku Obat

UNAIR NEWS – Berdasarkan riset yang dilakukan Prof. Dr.

Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si, 95-96 persen bahan baku obat-obatan di Indonesia didapat dari impor, terutama dari Tiongkok dan India. Walaupun Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya biodiversitas, namun pemenuhan bahan baku obat dari sumber tanaman asli masih mempunyai beberapa kelemahan.

Di antaranya, kebutuhan lahan yang terbatas karena harus bersaing dengan tanaman budidaya untuk memenuhi kebutuhan pangan, seringkali senyawa yang dihasilkan tidak stabil karena dipengaruhi oleh iklim dan tanah tempat tumbuhnya, dan eksploitasi berlebihan terhadap tanaman tersebut akan menyebabkan kepunahan.

Prof. Manuhara yang dikukuhkan sebagai profesor Biologi Fakultas Sains dan Teknologi mengembangkan teknik budidaya tanaman di dalam suatu bioreaktor. Ada beberapa keuntungan penggunaan bioreaktor. Pertama, planlet dalam jumlah besar dapat diproduksi dalam satu tahap.

Kedua, mengurangi jumlah bejana (botol kultur) dan tempat inkubasi sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Ketiga, seluruh permukaan eksplan selalu kontak dengan medium, sehingga nutrisi lebih mudah diserap oleh eksplan yang pada akhirnya meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Selain itu, suplai oksigen berperan dalam meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan biomasa.

“Di Indonesia belum ada yang melakukan ini. Saya berharap ini sebagai pilot project,” ucap Prof Manuhara.

(10)

bahan baku obat yaitu ginseng Jawa dan sambung nyawa. Senyawa bioaktif tanaman ginseng Jawa adalah saponin yang banyak dijumpai di dalam organ akar.

“Khasiatnya (ginseng Jawa) sebagai penambah vitalitas. Sedangkan, sambung nyawa bermanfaat sebagai antioksidan, a n t i k a n k e r , a n t i i n f l a m a s i , a n t i h i p e r g l i k e m i k , antihiperlipidemik, dan anti mikroba,” tambah perempuan kelahiran Tulungagung, 3 Maret 1964 itu.

Sejak tahun 2012 hingga saat ini, Prof. Manuhara telah melakukan penelitian untuk meningkatkan biomassa dan senyawa bioaktif kedua tanaman tersebut di atas menggunakan bioreaktor dalam skala laboratorium.

Prof. Manuhara dan tim akan mengembangkan bioreaktor yang cukup besar dengan kapasitas 20 liter. Dalam waktu tiga tahun ke depan, Kemenristekdikti memberi dukungan pendanaan.

“Saya berharap, produk ini bisa ditawarkan ke industri dan bisa menjawab kekurangan Indonesia akan produksi bahan baku obat,” terang Prof Manuhara. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Mahasiswa UNAIR Kembangkan

Program Penyadap Sinyal Otak

UNAIR NEWS – Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting

manusia yang dibutuhkan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungannya, dan tentunya

(11)

komunikasi memerlukan aktifitas bicara. Jika organ yang berfungsi untuk berbicara terganggu,maka akan berakibat pada sulitnya berkomunikasi.

Salah satu contohnya adalah penderita Aphasia. Aphasia merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik, terutama berbicara. Kesulitan berbicara akan mengakibatkan penderita susah mengutarakan apa yang ia inginkan. Situasi ini menyebabkan penderita mengalami tekanan dari lingkungannya. Tekanan tersebut dapat membuat penderita stress dan akhirnya memperparah penyakitnya.

Hal inilah yang kemudian mendorong empat mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR untuk membuat sebuah program dengan judul “Aplikasi Brain Computer Interface (BCI) menggunakan Elektro Ensephalo Graf (EEG) Pada Aktifitas

Unspoken-Speech Sebagai Alat Bantu Komunikasi Penderita

Aphasia”. Keempat mahasiswa tersebut yaitu Zahwa Arsy, Hafizh Fadhlul, Sita Ari, dan Puspita Sari, serta didampingi oleh Endah Purwanti, S.Si., M.T, selaku dosen pembimbing.

Pada dasarnya, Zahwa dan timnya membangun sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan otak atau sistem saraf pusat manusia dengan perangkat komputer secara langsung, sehingga BCI memungkinkan terjadinya aktivitas bicara yang tidak menghasilkan suara sama sekali, yang biasanya disebut sebagai

unspoken-speech. Sehingga, penderita Aphasia dapat

berkomunikasi tanpa harus menggunakan saraf motoriknya, melainkan hanya memanfaatkan sinyal otaknya.

Proses kerjanya, sinyal otak akan memberikan respon yang berbeda tiap kali seseorang hendak mengatakan sesuatu. Artinya, ketika seseorang tersebut hendak mengatakan sesuatu, sinyal otak akan disadap.

“Penyadapan sinyal otak tersebut menggunakan sebuah alat, yaitu Elektro Ensephalo Graf (EEG,red),” jelas Zahwa selaku ketua kelompok.

(12)

Dikarenakan penderita Aphasia di Indonesia termasuk dalam kategori sangat sedikit, kelompok PKM Karsa Cipta tersebut menggunakan naracoba orang normal dalam pengambilan data sinyal otak. Sementara waktu, kata yang dipilih untuk diklasifikasikan dalam proses uji coba oleh kelompok tersebut adalah kata “Sakit” dan “Tolong”. Pemilihan kata tersebut dalam proses coba karena dianggap sering digunakan oleh manusia dalam pembicaraan sehari-hari.

“Sebelum sinyal otak naracoba disadap, naracoba kita arahkan dulu agar berada dalam posisi yang nyaman, karena kondisi naracoba juga berpengaruh pada sinyal otak yang dihasilkan,” terang Zahra.

“Setelah didapatkan, hasil sinyal otak akan kita olah sedemikian rupa menggunakan program yang telah kita kembangkan, sehingga dapat menampilkan apa yang ingin dikatakan oleh naracoba,” imbuhnya mengakhiri. (*)

Editor : Dilan Salsabila

Ciptakan Lingkungan Sehat

dengan Mengonsumsi Tanaman

Herbal

UNAIR NEWS – Lima mahasiswa prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga berhasil mengedukasi masyarakat di Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi untuk berperilaku sehat. Dengan kegiatan bertajuk “HEART” (House of Herbal Tea) diciptakanlah lingkungan sehat dengan membudayakan mengonsumsi tanaman herbal yang sangat potensial di daerah tersebut.

(13)

”Rasanya eman (sayang) sekali kalau kekayaan potensi seperti ini tidak bisa dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kesehatan masyarakat,” kata Siti Mufaidah, ketua kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) ini. Selain dia keempat temannya adalah Inriza Yuliandari, Ferium Trah Ismaya, Tuhu Uboyo Wicaksono, dan Nilam Yusika Sari.

Bagi mahasiswa FKM UNAIR ini, untuk mewujudkan lingkungan tempat hunian yang sehat harus menciptakan kondisi yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni. Sedang lingkungan sehat selalu beriringan dengan kondisi masyarakat yang mandiri, yang salah satu indikatornya dapat dilihat dari ketersediaan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusianya (SDM), dan sarana prasarana pendukung kebutuhan masyarakat yang memadai. Selain itu potensi daerah juga harus dimunculkan.

Berdasarkan hasil pengamatan mereka, tanaman herbal di Kelurahan Banjarsari memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk yang lebih praktis dan sehat untuk dikonsumsi guna menunjang derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan selama ini banyaknya jenis tanaman herbal di kelurahan ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

“Melihat potensi seperti itu kami bergerak untuk memberdayakan masyarakat agar SDA yang ada lebih berdayaguna untuk kesehatan masyarakat,” tambah Siti Mufaidah.

Mereka kemudian membuat proposal pengabdian ini dengan judul “HEART (House of Herbal Tea) sebagai Upaya Pemberdayaan Ibu PKK Menuju Desa Sehat dan Mandiri 2016 di Kelurahan Banjarsari Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.” Dengan salah satu tujuannya agar kegiatan “HEART” (House of Herbal

Tea) ini dapat menjadi sarana promosi kesehatan dengan

pentingnya mengonsumsi bahan herbal untuk mengurangi penggunaan obat kimia, proposal ini mendapat dukungan dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti

(14)

untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2016.

Kegiatan pengabdian tersebut dilaksanakan selama tiga bulan dengan beberapa tahapan pembinaan, mulai dari pra-pengiriman proposal hingga tahap pelaksanaan. Melalui kegiatan ini akan muncul berbagai tujuan yang nanti akan bermanfaat bagi masyarakat. Luaran yang dihasilkan antara lain: terbentuk serta berdayanya ibu-ibu PKK di kelurahan Banjarsari, terbentuknya kelompok diskusi tanaman herbal, terbentuknya duta mother “HEART”, terbentuknya pekarangan toga di setiap rumah, terbentuknya peluang usaha “house of herbal tea”, dan lain-lain.

”Tetapi tujuan khusus kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya meminum teh setiap hari dan menciptakan rumah produksi yang bernama HEART (House

of Herbal Tea),” tambahnya.

Dengan berdasarkan tahapan yang telah dirancang tersebut, diharapkan tidak hanya masyarakat Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi yang tertarik untuk ikut serta dalam menyukseskan kegiatan seperti ini demi mencapai derajat kesehatan yang tinggi. (*)

Penulis : Bambang Edy S.

Optimalkan

Bahan

Lokal,

Isolator

Listrik

Gelas

(15)

Panas dan Terjangkau

UNAIR NEWS – Mahasiswa jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil membuat terobosan baru, isolator listrik berbasis gelas keramik yang menggunakan bahan baku lokal. Dengan demikian harganya bisa bersaing atau lebih terjangkau dari isolator yang sudah ada di pasaran saat ini.

Keberhasilan ini kemudian dituangkan ke dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksata (PKM-PE) dengan judul “Pembuatan Isolator Listrik Berbasis Gelas Keramik

Cordierite Menggunakan Bahan Baku Lokal.” Dibawah bimbingan

dosennya, Drs. Siswanto, M.Si., proposal ini berhasil lolos dalam seleksi PKM oleh Kemenristekdikti tahun 2016/2017, dan berhasil mendapatkan dana hibah penelitian.

PKM-PE ini diketuai oleh Tita Aulia, dengan anggota antara lain Siti Nurmala, Mayasari Hariyanto, Amalia Fitriana, dan Moch Andi Putra Jaya. Semua mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga.

Dijelaskan oleh Tita Aulia, penelitian ini didasarkan pada kebutuhan yang besar akan isolator listrik. Sebab isolator punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan alat bekerja, seperti untuk kabel, kampas motor, dsb. Kemudian isolator listrik yang ada saat ini masih tergolong lebih mahal dan kurang bisa dijangkau oleh masyarakat.

”Selain itu, bahan baku lokal yang kurang dimanfaatkan juga menjadi alasan lain tim kami melakukan penelitian ini,” tambah Tita Aulia.

Keunggulan dari isolator berbasis gelas keramik bikinan mahasiswa UNAIR ini, kata Tita, biasa dibuat dengan bahan baku lokal dan melalui beberapa proses yang sedikit sulit, salah satunya proses sintering, yaitu pemanasan pada suhu sangat

(16)

tinggi yang lebih dari 1000o

C, dan didinginkan dengan proses

cooling down (pendinginan secara perlahan). Proses pendinginan

yang perlahan itulah yang membuat struktur kristal yang terbentuk menjadi lebih rapi.

Sedikit diinformasikan, bahwa dalam ilmu fisika, material gelas keramik cordierite adalah gelas keramik yang susunan atau struktur kristalnya tersusun rapi (kristalinitasnya tinggi). Antara atom satu dengan yang lainya sangat dekat (berhimpit) sehingga menjadikan isolator ini tidak mudah mengalami retak atau patah ketika terkena suhu yang tinggi. ”Tentu saja, harga isolator ini murah dan merakyat, karena bahan bakunya berasal dari lokal Indonesia. Mudah-mudahan inovasi kami ini bermanfaat untuk masyarakat, yakni isolator berkualitas baik dengan harga sangat terjangkau dan aman,” demikian Tita Aulia dan kawan-kawannya berharap. (*)

Editor : Bambang Bes

Dengan ’Aquascape Care’,

Mahasiswa UNAIR Ajak Siswa

SMPLB Lancar Berkomunikasi

UNAIR NEWS – Pada banyak penelitian sebelumnya, seringkali ditemukan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki sifat yang cenderung individual dan memiliki kemampuan kurang dalam berkomunikasi. Siswa di SMPLB Negeri Banyuwangi terdiri dari penyandang tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna grahita. Namun, mereka mudah tertarik akan hal-hal baru yang

(17)

bersisfat ‘do action’.

Dari itulah muncul ide Program Kreativitas Mahasiswa untuk bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Aquascape Care (“Acar”) yang dilaksanakan oleh lima mahasiswa UNAIR PSDKU Banyuwangi. Tujuannya sebagai sarana peningkatan jiwa sosial dan kreativitas pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Negeri Banyuwangi.

Kelima anggota PKM-M “Acar” tersebut adalah M. Reynaldy Thoriq Al Islam (ketua/angkatan 2016), Novia Salmatin (2016), Alvin Avia Aprilliana (2016), M. Fatikh Wirawan (2015), dan M. Fauzi Zarkazi (2015).

Menurut M. Fauzi Zarkazi, Aquascape adalah sebuah bentuk perkembangan design aquarium handmade yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga memiliki daya tarik baru. Pembuatan design dalam praktik Aquascape ini memungkinkan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk mengomunikasikan ide dan imajinasinya dalam suatu gambar.

Beberapa program kerja yang telah dilaksanakan antara lain: sosialisasi serta pembelajaran pemotongan dan pengeleman kaca menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan, penggunaan video sebagai media visualisasi, supaya anak-anak mudah dalam memahami materi yang sedang disampaikan.

”Kemudian juga pembentukan kelompok untuk membuat dan menghias akuarium dengan didampingi oleh satu mahasiswa dan guru. Minggu berikutnya yaitu ajang kreativitas menggambar bagi siswa. Tetapi sebelumnya kepada anak-anak diperlihatkan video tentang aquascape supaya mereka dapat berimajinasi,” tambah Fauzi Zarkazi.

(18)

TESTIMONI peserta usai praktik menggambar design Aquascape di SMPLB Negeri Banyuwangi. (Foto: Dok PKMM).

Pada Minggu keempat, kegiatan yang diterapkan adalah pembuatan

Aquascape. Alat dan bahan yang digunakan antara lain; carpet seet, pasir malang, berbagai aksesoris (seperti kayu, batu,

dll), filter, pupuk, lampu 5/8 watt. Sebelum membuat

Aquascape, anak-anak diberi pengarahan lewat video yang

ditampilkan dan juga buku saku yang telah diberikan.

Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan komunikasi antar-siswa dan meningkatkan pula kreativitasnya. Mereka sangat aktif dan antusias dalam membuat aquascape. Hasil dari

aquascape ini kemudian disimpan oleh pihak sekolah. Kemudian

setiap kegiatan yang telah dilakukan dilanjutkan dengan pre-test maupun post pre-test sebagai indikator keberhasilan kegiatannya.

Program kelanjutannya yaitu pembentukan kader dan pengadaan pameran untuk siswa SMPB Negeri Banyuwangi yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. (*)

(19)

Editor: Bambang Bes

Dosen FK Manfaatkan Tempurung

Kelapa Untuk Penderita Kanker

Usus Besar

UNAIR NEWS – Alam telah menyediakan segalanya. Kemanfaatan

buah kelapa (Cocos nucifera) ternyata melebihi perkiraan orang. Dokter spesialis divisi bedah digestif, Dr. Vicky S Budipramana, dr., SpB., KBwD, menemukan bukti bahwa tempurung kelapa bagus digunakan sebagai skin barrier (penampung cairan) bagi pasien kanker kolostomi. Bahkan skin barrier dari batok termasuk aman, murah, dan memiliki nilai plus dibandingkan produk pabrikan.

Vicky menjelaskan, penanganan kanker kolostomi selalu bermuara pada tindakan operasi pengangkatan benjolan kanker. Mulai dari bagian usus sampai ke jaringan sekitarnya. Setelah operasi pengangkatan kanker, bagian usus yang masih tersisa di dalamnya tidak bisa langsung disambung begitu saja. Solusinya, bagian usus dikeluarkan dari dalam perut sementara waktu selama proses pemulihan.

“Nah, selama itu pula proses pengeluaran cairan ekskreta berlangsung di luar perut. Kondisi ini ternyata menyisakan persoalan baru. Pada kasus yang sering ditemui, seringkali pasien mengalami masrasi atau peradangan hebat di permukaan kulit disekitar perutnya,” kata peneliti di Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo.

(20)

cairan ekskreta yang tepat. Akibatnya, setiap kali keluar dari usus, cairan tidak tertampung dengan baik. Sebagaimana diketahui, cairan ekskreta bersifat alkali, sedangkan permukaan kulit sifatnya asam. Kulit yang sering berkontak dengan cairan ekskreta akan mengakibatkan kerusakan pada pelindung kulit. Akibatnya terjadi peradangan.

“Seringkali kita melakukan tindakan operasi dari bagian usus halus karena lebih mudah dilakukan. Selain itu, yang keluar masih berupa cairan ekskreta yang encer dan tidak berbau, tidak seperti hasil buangan dari usus besar. Namun, risikonya bocor dan tumpah mengenai permukaan kulit, jika alat penampungnya kurang bagus,” jelasnya.

Persoalan ini yang kemudian menginspirasinya untuk menemukan solusi. Apalagi kebanyakan pasien adalah mereka yang berasal d a r i d e s a . “ M a y o r i t a s p a s i e n d a t a n g d a l a m k o n d i s i memprihatinkan. Mereka mengeluh kesakitan karena kulitnya lecet dan meradang. Malah saking perihnya, pasien ada yang kemudian meninggal. Bukan karena penyakitnya, tapi karena tidak mampu menahan rasa sakit akibat luka sepsis,” jelasnya. Tentu untuk mencapai kesembuhan, harus diupayakan kondisi kulit tetap kering. Dengan begitu setelah dinyatakan pulih, maka bisa segera dilakukan operasi penyambungan usus. Namun, selama kondisi kulit belum membaik, maka operasi penyambungan usus belum bisa dilakukan.

(21)

Skin barrier dari batok kelapa (Foto: UNAIR NEWS)

Untuk mendapatkan skin barrier yang sempurna, maka bentuk tempurung kelapa disesuaikan sehingga permukaan cembung tempurung dapat ditempelkan pada kulit peristoma dan ujung (stump) usus menonjol (protrusi) melalui lubang tempurung yang terletak di bagian sentral. Bentuk tempurung kelapa secara alamiah sudah cekung sehingga bentuknya sesuai dengan skin

barrier. Selain itu, daya serapnya juga tinggi.

“Agar stump usus dapat protrusi, perlu diberi penekanan yaitu dengan sabuk yang melingkar pada pinggang, sehingga ekskreta yang keluar tidak kontak dengan kulit peristoma,” ujarnya.

Kekencangan sabuk dapat diatur sendiri sesuai kenyamanan penderita karena lingkaran sabuk dapat diatur seperti halnya orang memakai ikat pinggang. Tempurung kelapa berporus sehingga dapat bersifat sebagai adsorben.

Cairan ekskreta dan keringat pada permukaan kulit akan diserap oleh permukaan cembung tempurung kelapa, sehingga kulit bebas dari paparan ekskreta. Penderita bisa memakai kantong stoma

(22)

tempurung kelapa untuk mengatasi problema kerusakan kulit.

“Secara ekonomis pemakaian kantong stoma dengan skin barrier tempurung kelapa dapat meringankan beban penderita karena tempurung kelapa sangat murah, dapat dibuat sendiri, dan dapat dipakai berulang-ulang,” jelasnya.

Ia mengklaim, penggunaan skin barrier dari batok kelapa memiliki daya serap tinggi. Semakin sering digunakan, maka daya serapnya semakin tinggi. Hal ini karena penggunaan yang sering membuat pori-pori tempurung makin lama makin lebar.

“Kuman usus memiliki enzim celulase, sedangkan batok adalah selulose. Selulose pada tempurung kelapa akan dimakan oleh enzim celulase sehingga semakin lama pori-pori tempurung semakin melebar. Ini yang membuat tempurung memiliki daya serap makin tinggi. Tapi jangan sampai tertutup kerak. Harus dibersihkan agar tidak sampai ada kerak. Karena kerak akan mengganggu proses penyerapan,” jelasnya.

Spesifikasi batok kelapa yang digunakan pun harus batok kelapa tua karena sudah memiliki kemampuan daya serap. Berbeda dengan batok kelapa muda yang masih banyak mengandung air sehingga sulit menyerap air. (*)

Penulis: Sefya H. Istighfarica Editor: Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diambil adalah Tingkat ancaman tinggi dan Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari

Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dikatakan belum siap, berdasarkan persentase jawaban

Kendala kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta disebabkan oleh Koordinasi dari RW ke masyarakat kurang maksimal, antusiasme

Kendala kegotongroyongan di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta disebabkan oleh Koordinasi dari RW ke masyarakat kurang maksimal, antusiasme masyarakat

Tujuan yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1 mengetahui persepsi masyarakat terhadap kepemimpinan PLT perempuan di Desa Blambangan, kecamatan Muncar, kabupaten Banyuwangi; 2

Jadi, maksud dari judul penelitian “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada Upacara Tradisional Masyarakat Suku Osing Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi Tahun

viii NIKAH SAULAK PADA MASYARAKAT MANDAR BANYUWANGI PERSEPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ISLAM Studi Kasus Di Kampung Mandar Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Kata Kunci : Tradisi

2576 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK TAHUN 2020 DI DESA BANJARSARI KECAMATAN BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS Puput Yuniar1, Agus Dedi2, Asep Nurdin