• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBENUR (PILKADA) 2015 DI KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBENUR (PILKADA) 2015 DI KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN

GUBERNUR DAN WAKIL GUBENUR (PILKADA) 2015 DI

KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

(Studi Kecamatan Tanjungpinang Kota)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

RIADI CHANDRA

NIM. 090565201048

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

(2)

PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN

GUBERNUR DAN WAKIL GUBENUR (PILKADA) 2015 DI

KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

(Studi Kecamatan Tanjungpinang Kota)

ABSTRAK

Pemilihan Umum Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau tahun 2015 merupakan pemilihan langsung yang ketiga kalinya bagi masyarakat Provinsi Kepulauan Riau dalam memilih calon Gubernur. Pemilihan Gubernur yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005 dan yangkedua pada tahun 2010. Pemilih pemula di Kota Tanjungpinang khususnya di Kecamatan Tanjungpinang Kotamengikuti pemilihan Gubernur pada tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif dengan format deskriptif yaitu menggunakan Skala Gutman untuk menganalisa data. Skala gutman disni dipakai untuk melihat kecenderungan perilaku pemilih pemula pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur 2015 di Kecamatan Tanjungpinang Kota Provinsi Kepualuan Riau, apakah lebih dipengaruhi faktor Sosiologis, Psikologis, Rasional dan Marketing. Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota.

Setelah dilakukan penelitian terhadap perilaku pemilih pemula yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Kota, yaitu Pemilih pemula pendekatan sosiologis sebesar 67,36%, 79,25% pemilih pemula cenderung ke pendekatan psikologis, 54,25% pemilih pemula cenderung ke pendekatan rasional dan 20,44% pemilih pemula cenderung ke pendekatan marketing. Maka, dapat di simpulkan perilaku pemilih pemula pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2015 dipengaruhi oleh pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis karena pemilih pemula mudah dipengaruhi oleh keluarga dan pemilih pemula lebih melihat seorang calon kandidat dari segi psikologis.

(3)

PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN

GUBERNUR DAN WAKIL GUBENUR (PILKADA) 2015 DI

KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

(Studi Kecamatan Tanjungpinang Kota)

ABSTRACT

The local elections the governor and deputy the Riau in 2015 is the direct election for the third time for the Province Riau Islands in choosing candidate.The election who was first implemented in 2005 and the second in 2010.Voters novice in the city tanjungpinang especially in tanjung pinang the election governor in 2015.

This research uses the quantitative with format descriptive namely use scale gutman to analyzed data .Scale gutman used to see the tendency behavior voters novice at an election the governor and deputy governor 2015 in sub-district tanjungpinang the province of Riau Island , whether more influenced factors sociological , psychological , rational and marketing .Location the study is done in the sub-district of tanjung pinang city.

After conducted research on behavior voters an upstart in sub-district tanjungpinang city, namely voters novice approach sociological of 67,36 % , 79,25 % of novice tending to psychological approach , 54,25 % of novice tending to approach rational and 20,44 % of novice tending to approach marketing. So, can be concluded behavior voters novice at an election the governor and deputy governor 2015 influenced by approach sociological and psychological approach because voters novice easily influenced by the and voters novice over see a candidate in terms of psychological.

(4)

A. Latar Belakang

Pemilu adalah sarana utama mewujudkan demokrasi dalam suatu negara. Subtansi pemilu adalah penyampaian suara rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan dan pemerintah sebagai penyelenggara negara. Suara rakyat diwujudkan dalam bentuk hak pilih, yaitu hak untuk memilih wakil dari berbagai calon yang ada. Sebagai suatu hak, hak memilih harus dipenuhi dan sesuai dengan amanat konstitusi. Hal itu merupakan tanggung jawab negara yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu. Oleh karena itu, dalam UU pemilu dinyatakan bahwa pemilih didaftar oleh KPU pasal 27 ayat (2) UU 42/2008 (Janedjri M. Gaffar 2013a:5).

Samuel Huntington berpendapat, pemilu sebagai media pembangunan partisipasi politik rakyat dalam negara modern. Partisipasi politik merupakan arena seleksi bagi rakyat untuk mendapatkan jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan. Selanjutnya ia juga berpendapat, negara modern, adalah negara demokratis yang memberikan ruang khusus bagi keterlibatan rakyat dalam jabatan-jabatan publik. Setiap jabatan publik ini merupakan arena kompetisi yang di perebutkan secara wajar dan melibatkan setiap warga negara tanpa diskriminasi rasial, suku, agama, golongan (bangsawan dan rakyat jelata), dan stereotype lainnya yang meminimalkan partisipasi setiap orang (Toni, Efriza, 2006:301).

Pemilihan umum berarti rakyat melakukan kegiatan memilih orang atau sekelompok orang menjadi pemimpin rakyat, pemimpin negara atau pemimpin

(5)

pemerintahan. Hal ini berarti pemerintahan itu dipilih oleh rakyat. Seluruh rakyat mempunyai hak melakukan pemilihan sebagian rakyat untuk menjadi pemimpin mereka merupakan proses pemilihan umum. Jadi melalui pemilihan umum, rakyat memunculkan calon pemimpin pemerintahan. Dengan demikian, pemilihan umum adalah sebuah mekanisme politik untuk mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan warga Negara dalam proses memilih sebagian rakyat menjadi pemimpin pemerintahan (Paimin Napitupulu dalam Toni, 2006:301).

Bagi negara demokrasi modern, pemilihan umum merupakan mekanisme utama yang harus ada dalam tahapan penyelenggaraan negara dan pembentukan pemerintahan. Pemilu dipandang sebagai bentuk paling nyata dari kedaulatan yang berada ditangan rakyat serta wujud paling kongkret partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan Negara. Oleh karena itu, sistem dan penyelenggaraan pemilu selalu menjadi perhatian utama. Pemerintah dari, oleh, dan untuk rakyat diharapkan benar-benar dapat diwujudkan melalui penataan sistem dan kualitas penyelenggaraan pemilu.

Dalam pembahasan yang sama, Janedjri M. Gaffar dalam bukunya politik hukum pemilu (2013b:8) menjelaskan bahwa asas jujur dan adil menjadi spirit keseluruhan pelaksanaan pemilu. Asas jurdil terutama terkait dengan sifat subjektif penyelenggara dan pelaksanaan pemilu yang harus bertindak jujur dan adil. Menurut Jimly Asshiddiqie, asas luber menyangkut sifat objektif yang harus ada dalam proses pelaksanaan atau mekanisme pemilu, terutama pada saat seseorang melaksanakan hak pilihnya.

(6)

Peserta pemilihan adalah pasangan calon yang di usulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik secara berpasangan. Pasangan calon adalah yang paling penting dalam pilkada, dimana mereka yang akan bersaing merebut hati masyarakat untuk mendukung mereka sehingga dapat menduduki kursi jabatan. Seperti yang kita ketahui bahwa pelaksanaan pemilihan gubernur dan wakil gubernur dilaksanakan pada 09 September 2015 dan yang menjadi calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Kepulauan Riau merupakan pasangan calon yang diajukan oleh partai politik atau gabungan parpol dan diperoleh 2 pasangan calon yang terdiri dari:

1. Pasangan Muhammad Sani dan Nurdin Basirun yang didukung oleh partai Demokrat, partai Nasdem, PKB, partai Grindra, dan PPP.

2. Pasangan Soerya Resaptiono dan Ansar Ahmad yang didukung oleh partai PKS, Partai Hanura, PAN, dan PDIP.

Dalam undang-undang Nomor 8 pasal 19 Tahun 2012 tentang pemilihan umum disebutkan bahwa warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih. Pemilih pemula sering kali dianggap tidak memiliki pengalaman memilih (voting) pada pemilu sebelumnya. Namun ketiadaan pengalaman bukan berarti mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik, mereka tetap melaksanakan hak pilihnya ditempat pemungutan suara.

Menurut (Pahmi, 2010:53) pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya. Pemilih pemula terdiri dari

(7)

masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat memilih adalah:

1. Sudah berumur 17 tahun 2. Sudah/pernah kawin

3. Purnawirawan/sudah tidak lagi menjadi anggota TNI/Kepolisian.

Pemilih pemula yang terdiri atas pelajar, mahasiswa atau pemilih dengan rentang usia 17-21 tahun menjadi segmen yang memang unik, seringkali memunculkan kejutan dan tentu menjanjikan secara kuantitas. Disebut unik sebab perilaku pemilih pemula dengan antusiasme yang tinggi, relatif lebih rasional, haus akan perubahan dan tipis akan kadar polusi pragmatisme. Pemilih pemula memiliki antusiasme yang tinggi sementara keputusan pilihan yang belum bulat, sebenarnya menempatkan pemilih pemula sebagai swing vooters yang sesungguhnya. Pilihan politik mereka belum dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik lokal.

Pemilih pemula yang baru memasuki usia hak pilih juga belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan kemana mereka harus memilih. Sehingga terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Alasan ini yang menyebabkan pemilih pemula sangat rawan untuk dipengaruhi dan didekati dengan pendekatan materi politik kepentingan partai-partai politik. Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak berfikir rasional dan lebih memikirkan kepentingan jangka pendek.

(8)

Hal ini penting karena pemilih pemula adalah pemilih yang ikut andil dalam menetukan hak pilihnya untuk pemimpin yang akan dipilih. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas demokrasi secara subtansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan politik serta demokrasi secara benar dan baik dari suprastruktur politik maupun infrastruktur. Maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia.

Karena itu penulis mencoba menggali pengetahuan mengenai perilaku masyarakat khususnya pemilih pemula yang baru menggunakan hak pilihnya di Kecamatan Tanjungpinang Kota dalam menanggapi Pemilukada Gubernur Dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau periode 2015 sampai 2020. Berdasarkan pengamatan sementara penulis menarik gejala yang menjadi permasalahan tentang perilaku pemilih pemula masyarakat Kecamatan Tanjungpinang Kota dalam pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepri 2015 lalu adalah kurangnya rasa keingintahuan dan sikap apatis pada pemilih pemula masyarakat Kecamatan Tanjungpinang.

Melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat mengenai perilaku pemilih pemula di Kecamatan Tanjungpinang Kota dan upaya untuk menjawab segala permasalahannya, penulis tertarik untuk mengkaji topik ini lebih mendalam dalam suatu penelitian ilmiah dengan judul “PERILAKU PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL

(9)

GUBENUR (PILKADA) 2015 DI KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA PROVINSI KEPULAUAN RIAU”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku pemilih pemula pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilkada) 2015 di Kecamatan Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk:

a. Untuk mengetahui bagaimana perilaku dan keterlibatan pemilih pemula yang ada di dalam satu Kecamatan Tanjungpinang Kota dalam tahapan pelaksanaan pemilu.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan, terutama yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini.

b. Secara akademis diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan partisipasi pemilih pemula mengenai pemilu.

c. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang berarti bagi

masyarakat pemilih pemula mengenai pemilu di Kecamatan

(10)

D. Konsep Operasional

Konsep operasional adalah suatu petunjuk/ penuntun bagaimana variable dapat diukur dengan kata lain merupakan jembatan teori dan praktek dengan begitu konsep operasional merupakan penetapan dari individu-individu yang akan dipelajari dan dianalisis sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran yang jelas terhadap variable dan gejalanya.

Untuk menghindari kesalah pahaman tentang istilah atau variabel yang ada dalam proses penelitian ini, maka perlu kiranya diberikan definisi yang jelas secara konseptual. Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya, yang dapat di analisis dengan pendekatan sosiologi, psikologis, rasional dan marketing. Upaya tersebut dapat dilihat dari empat pendekatan menurut Adman Nursal (2004:54-73), yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan Sosiologi adalah karakteristik sosial dan pengelompokan sosial

mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator:

a. Etnik budaya

b. Organisasi keagamaan c. Lingkungan tempat tinggal

2. Pendekatan Psikologis adalah pemilih pemula yang tergantung pada sosialisai politik lingkungan. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator: a. Kelompok masyarakat

(11)

3. Pendekatan Rasional adalah pemililh yang memiliki motivasi, prinsip, pengetahuan, dan mendapat informasi yang cukup dan dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator:

a. Sudah menetapkan pilihan b. Mendapatkan informasi

c. Memilih berdasarkan figur bukan kemampuan

4. Pendekatan Marketing adalah pemilih yang dapat dikembangkan dengan menggunakan sejumlah kepercayaan kognitif yang berasal dari berbagai sumber. Upaya tersebut dapat dilihat dari indikator

a. Percakapan dari mulut ke mulut

b. Media massa seperti televisi, radio, Koran dsb.

Untuk melakukan pengukuran terhadap tanggapan dari jawaban responden dan penyebaran kuisioner yang disebarkan nantinya maka peneliti menggunakan skala guttman. Menurut Sugiyono (2010:96) bahwa “skala dengan pengukuran tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif”. Lebih lanjut Sugiyono (2010:26) menjelaskan “selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk cheklis. Jawaban dapat dibuat skor tinggi satu dan skor rendah nol”.

(12)

E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kuantitatif, dengan metode statistik deskriptif, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisanya pada data-data numeric (angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Kota yang memiliki 4 Kelurahan. Alasan mengambil lokasi penelitian ini karena pada umumnya sebagian besar masyarakat di Kecamatan tersebut mayoritas pelajar, mahasiswa dan buruh harian lepas serta lokasi tersebut jauh dari perkotaan, sehingga mengakibatkan kurangnya wawasan tentang pemilu dan mudahnya dipengaruhi oleh kepentingan tertentu. Selain itu di Kecamatan tersebut banyak di dapati masyarakat yang tidak memilih dari pemilihan umum yang telah berjalan.

3. Jenis Data

a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dilapangan baik dari hasil pengamatan maupun kuesioner yang bersumber dari responden. Kemudian data dikumpulkan, ditabulasi, diklasifikasi sesuai kebutuhan penelitian.

(13)

b. Data Sekunder adalah data pendukung yang melengkapi data primer, yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau laporan tertulis, seperti data tentang gambaran objek penelitian dan sebagainya.

1. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih pemula yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Kota yang berjumlah 1.526 jiwa pada pelaksanaan pemilihan pilgub tahun 2015. Berdasarkan populasi di atas dapat ditentukan jumlah sampel berdasarkan ketentuan dari Slovin (dalam Riduwan, 2009:65) sebagai berikut:

Keterangan:

N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel

= Presisi (di tetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan yang di harapkan sebesar 90%)

(14)

2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi adalah mengumpulkan data dengan cara pengamatan secara langsung pada objek penelitian yang berhubungan dengan perilaku pemilih pemula pada pelaksanaan pilgub tersebut,

b. Dukumentasi yang dimaksud disini adalah laporan rekapitilasi rincian perhitungan perolehan suara yang diambil dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tanjungpinang dan rekapitulasi jumlah penduduk berdasarkan umur yang di ambil dari Kecamatan Tanjungpinang Kota. c. Kuesioner/Angket adalah teknik dengan cara menyusun daftar pernyataan yang berkaitan dengan perilaku pemilih secara sistematis yang diberikan kepada responden (pemilih pemula) secara langsung. Adapun alat yang digunakan adalah angket.

d. Studi Literatur (Kepustakaan), Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan, membaca dan mengkaji dokumen, jurnal-jurnal, internet, dan buku-buku yang relevan yang ada diperpustakaan Kota Tanjungpinang.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data yang dilakukan secara deskritif kuantitatif yaitu penelitian dimana setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, akan diolah dengan cara menhitung distribusi frekuensi dan persentase hasil kuesioner pada 94 responden pemilih pemula selanjutnya dipisah-pisahkan dan dikelompokkan

(15)

menurut jenis data setelah itu dan selanjutnya akan menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti. Penulis juga menggunakan metode kuantitatif dalam menganalisa data yang diperoleh dilapangan dalam bentuk angka dan diberikan penjelasan dari berbagai informasi atau masukan yang ditemui atau masukan dilapangan dengan menggunakan pengukuran skala Guttman yang terdiri dari dua pilihan jawabn yaitu “Ya” dan “Tidak”, bersifat jelas, tegas dan konsisten. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner berupa checklist. Jawaban responden diberi nilai skor tertinggi untuk “Ya” = 1 dan untuk “Tidak” = 0. Kemudian dikoversikan dalam persentase maka secara logika dapat dijabarkan untuk jawaban setuju skor 1 = 1 x 100% = 100%, dan tidak setuju diberi skor 0 = 0 x 0% = 0%. Hasil yang diperoleh dari sejumlah pertanyaan diajukan kepada sejumlah responden, dipindahkan ke tabel distribusi frekuensi sehingga terlihat jumlah responden yang setuju dan tidak setuju kemudian dikonversikan kedalam persentase sehingga terlihat persentase responden yang setuju dan tidak setuju, persentase setuju dan tidak setuju kemudian ditempatkan ke dalam rentang skala persentase, sehingga terlihat posisi hasil pengukuran. Kemudian jawaban tersebut dianalisis berdasarkan prakatagori mengenai alasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat pemilih pemula di Kecamatan Tanjungpinang Kota dalam menentukan pilihan pada pelaksanaan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015.

(16)

G. Analisa dan pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka berikut akan dibahas mengenai perilaku pemilih pemula di Kecamatan Tanjungpinang Kota dalam menentukan pilihan atau kandidat yang dipilih pada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau tahun 2015, dan pendekatan yang mempengaruhinya.

Berdasarkan hasil analisis data, terdapat empat pendekatan pemilih pemula dalam menentukan atau memilih kandidat pilihannya dalam pelaksanaan pemilukada. Menurut Adman Nursal (2004:54-73), yaitu pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan rasional, dan pendekatan marketing.

1. Pendekatan Sosiologis

Secara teknis, perilaku pemilih pemula dapat di pengaruhi dari beberapa indikator seperti: status sosial ekonomi (pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan kelas), agama, etnik, bahkan wilayah tempat tinggal. Adapun data-data tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Frekuensi Prosentase

1 Ya 80 85,1%

2 Tidak 14 14,9%

Jumlah 94 100%

Sumber: Data Hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jawaban kuesioner atas Pertanyaan nomor 1 menujukkan dari 94 pemilih, hasil pemilih pemula

(17)

menjawab “Ya” 80 responden atau 85,1% pemilih pemula lebih memilih calon kandidat berdasarkan agama yang dimiliki oleh seorang calon kandidat tersebut dikarenakan faktor agama sangat mempengaruhi pemilih pemula dalam menentukan pilihannya. Sedangkan jawaban “Tidak” berjumlah 14 responden atau 14,9% yang dikarenakan responden masih ragu apakah faktor agama dapat mempengaruhi pemilih pemula dalam menentukan kandidat yang akan dipilih.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 60 63,8%

2 Tidak 34 36,%

Jumlah 94 100%

Sumber: Data Hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jawaban kuesioner atas Pertanyaan nomor 2 menujukkan dari 94 pemilih, hasil pemilih pemula menjawab “Ya” 60 responden atau 63,8% pemilih pemula lebih memilih calon kandidat berdasarkan lingkungan yang dimiliki oleh seorang calon kandidat dikarenakan ikut-ikutan memilih calon kandidat karena orangtua juga memilih calon kandidat tersebut. Sedangkan jawaban “Tidak” berjumlah 34 responden atau 36,2% dikarenakan responden masih ragu apakah memilih calon kandidat harus ikut-ikutan orang tua dalam menentukan kandidat yang akan dipilih.

(18)

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 50 53,1%

2 Tidak 44 46,9%

Jumlah 94 100%

Sumber : Data hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jawaban kuesioner atas Pertanyaan nomor 3 menujukkan dari 94 pemilih, hasil pemilih pemula menjawab “Ya” 50 responden atau 53,2% pemilih pemula lebih memilih calon kandidat yang berasal dari lingkungan yang sama dimiliki oleh seorang calon kandidat tersebut. Sedangkan jawaban “Tidak” berjumlah 44 responden atau 46,8% yang dikarenakan responden masih ragu apakah memilih calon kandidat harus mempengaruhi tempat tinggal yang sama dengan kandidat yang akan dipilih. 2. Pendekatan psikologis

Berdasarkan indikator pengukuran yang digunakan dalam kuesioner untuk mengetahui apakah pendekatan psikologis seperti kelompok masyarakat, pilihan keluarga (orang tua) dapat mempengaruhi para pemilih pemula dalam menentukan pilihan atau kandidat yang akan dipilih dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 56 59,6%

2 Tidak 38 40,4%

Jumlah 94 100%

(19)

Berdasarkan tabel diatas, perilaku pemilih pemula dalam menentukan pilihannya dengan menggunakan pendekatan psikologis, jumlah pemula yang memilih jawaban “Ya” berjumlah 56 orang atau 59,6% dikarenakan pada indikator pemilih pemula mengenali calon kandidat tersebut dapat mempengaruhi pemilih pemula itu dalam menentukan atau memilih kandidat, sedangkan yang memilih jawaban “Tidak” berjumlah 38 orang atau 40,4% yang dikarenakan pemilih pemula itu tidak setuju akan indikator mengenali calon kandidat dapat mempengaruhi pilihan yang akan dipilih dalam pelaksaan pemilihan calon kandidat.

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 75 79,8%

2 Tidak 19 20,2%

Jumlah 94 100%

Sumber : Data Hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas, perilaku pemilih pemula dalam menentukan pilihannya dengan menggunakan pendekatan psikologis, jumlah pemula yang memilih jawaban “Ya” berjumlah 75 orang atau 79,8% dikarenakan pada indikator kepribadian yang baik dapat mempengaruhi pemilih pemula itu dalam menentukan atau memilih kandidat, sedangkan yang memilih jawaban “Tidak” berjumlah 19 orang atau 20,2% yang dikarenakan pemilih pemula itu tidak setuju akan indikator kepribadian yang baik dapat mempengaruhi pilihan yang akan dipilih dalam pelaksaan pemilihan calon kandidat.

(20)

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 82 87,2%

2 Tidak 12 12,8%

Jumlah 94 100%

Sumber : Data Hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas, perilaku pemilih pemula dalam menentukan pilihannya dengan menggunakan pendekatan psikologis, jumlah pemula yang memilih jawaban “Ya” berjumlah 82 orang atau 87,2% dikarenakan pada indikator bahwa calon kandidat yang menjanjikan mampu bisa membangun daerah lebih baik dari sebelumnya mempengaruhi terhadap pemilihan kandidat, sedangkan yang memilih jawaban “Tidak” berjumlah 12 orang atau 12,8% yang dikarenakan pemilih pemula itu tidak setuju akan indikator bahwa calon kandidat yang menjanjikan mampu bisa membangun daerah lebih baik dari sebelumnya dapat mempengaruhi pilihan yang akan dipilih dalam pelaksaan pemilihan calon kandidat.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 85 90,4%

2 Tidak 9 9,6%

Jumlah 94 100%

Sumber : Data Hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas, tentang perilaku pemilih pemula dalam menentukan pilihannya dengan menggunakan pendekatan psikologis, jumlah

(21)

pemilih pemula yang memilih jawaban iya sebanyak 85 orang atau 90,4%, dikarenakan pada indikator perilaku yang baik sangat mempengaruhi pemilih pemula itu dalam menentukan atau memilih kandidat, sedangkan yang memilih jawaban tidak berjumlah 9 orang atau 9,6%, yang dikarenakan pemilih pemula itu tidak setuju akan indikator perilaku yang baik dapat mempengaruhi pilihan yang akan dipilih dalam pelaksanaan pemilihan calon kandidat.

3. Pendekatan rasional

Berdasarkan indikator pengukuran yang peneliti gunakan dalam kuesioner untuk mengetahui apakah pendekatan rasional seperti indikator pemilih pemula yang sudah menetapkan pilihannya sendiri, mendapatkan informasi yang cukup kuat untuk memilih menjadi pilihan pemilih pemula dalam menentukan pilihan kandidat yang akan di pilih,dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 70 74,5%

2 Tidak 24 25,5%

Jumlah 94 100%

Sumber : Data Hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah pemilih pemula yang memilihi jawaban “Ya” sebanyak 70 orang atau 74,5% dikarenakan beberapa pemilih pemula memilih hak pilih berdasarkan imbalan yang diberikan oleh calon kandidat bisa mempengaruhi pemilih pemula untuk memilih calon

(22)

kandidat tersebut. Sedangkan yang memilih jawaban “Tidak” sebanyak 24 orang atau 25,5% dikarenakan pemilih pemula tidak setuju akan indikator berdasarkan pemberian imbalan dari calon kandidat tersebut dapat mempengaruhi pemilih pemula untuk memilih calon kandidat tersebut.

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 32 34%

2 Tidak 62 66%

Jumlah 94 100%

Sumber : Data Hasil Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan data diatas, diketahui jumlah pemilih pemula yang memilih jawaban iya sebanyak 32 orang atau 34%, dikarenakan beberapa orang pemilih pemula memilih dengan pilihan sendiri, sedangkan yang memilih tidak sebanyak 62 orang atau 66%, dikarenakan indikator pemilih pemula untuk menentukan pilihannya bukan dari kehendak diri sendiri melainkan indikator lain yang mempengaruhinya.

Dari jumlah tersebut, peneliti dapat simpulkan bahwa pemilih pemula dikecamatan tanjungpinang kota memilih kandidat atau calon yang akan dipilih bukan karena pilihannya sendiri, terdapat indikator yang mempengaruhi pemilih pemula tersebut untuk dapat menentukan siapa yang akan dipilih pada pelaksanaan pemilu.

(23)

4. Pendekatan marketing

Berdasarkan indikator pengukuran yang peneliti gunakan dalam kuesioner untuk mengetahui apakah pendekatan marketing ini dapat mempengaruhi para pemilih pemula untuk menentukan atau memilih kandidat atau calon di dalam pelaksanaan pemilu gubernur dan wakil gubernur 2015 lalu, adapun indikator yang mempengaruhi seperti percakapan dari mulut kemulut serta media masa dapat mempengaruhi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 22 23,4%

2 Tidak 72 76,4%

Jumlah 94 100%

Sumber: Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari jumlah responden pemilih pemula yang berjumlah 94 orang, dari distribusi frekuensi jawaban “Ya” berjumlah 22 orang atau 23,4%, dikarenakan pemilih pemula tersebut mempercayai bahwa kebijakan yang ditawarkan calon kandidat yang akan dipilih dapat menyelesaikan masalah yang terdapat didaerah pemilih pemula, dan yang menyatakan jawaban “Tidak” berjumlah 72 orang atau 76,4% dikarenakan bahwa pemilih pemula tidak terlalu mempercayai bahwa kebijakan yang ditawarkan calon kandidat yang akan dipilih dapat menyelesaikan masalah yang terdapat didaerah pemilih pemula.

(24)

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 23 24,5%

2 Tidak 71 75,5%

Jumlah 94 100%

Sumber: Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari jumlah responden pemilih pemula yang berjumlah 94 orang, dari distribusi frekuensi jawaban “Ya” berjumlah 23 orang atau 24,5%, dikarenakan pemilih pemula tersebut mempercayai isu yang berkembang di masyarakat tentang calon kandidat yang akan dipilih, dan yang menyatakan jawaban “Tidak” berjumlah 71 orang atau 75,5% dikarenakan bahwa pemilih pemula tidak terlalu mempercayai tentang isu yang berkembang dimasyarakat tentang calon kandidat yang akan dipilih.

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No. Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 15 16,0%

2 Tidak 79 84,0%

Jumlah 45 100%

Sumber: Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari jumlah responden pemilih pemula yang berjumlah 94 orang, dari distribusi frekuensi jawaban “Ya” berjumlah 15 orang atau 16,0%, dikarenakan pemilih pemula tersebut percaya bahwa calon kandidat tidak terlibat dalam suatu masalah , dan yang menyatakan jawaban “Tidak” berjumlah 79 orang atau 84,0% dikarenakan

(25)

bahwa pemilih pemula tersebut percaya bahwa calon kandidat terlibat dalam suatu masalah.

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No. Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 36 38,3%

2 Tidak 58 61,7%

Jumlah 94 100%

Sumber: Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari jumlah responden pemilih pemula yang berjumlah 94 orang, dari distribusi frekuensi jawaban “Ya” berjumlah 36 orang atau 38,3%, dikarenakan pemilih pemula menyetujui rencana dan tujuan dari calon kandidat yang akan dipilih. Sedangkan yang menyatakan jawaban “Tidak” berjumlah 58 orang atau 61,7% dikarenakan bahwa pemilih pemula tidak menyetujui rencana dan tujuan dari calon kandidat yang akan dipilih.

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Perilaku Pemilih

No Pilihan Jawaban Jumlah Prosentase

1 Ya 40 42,6%

2 Tidak 54 57,4%

Jumlah 94 100%

Sumber: Rekapitulasi Angket/Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari jumlah responden pemilih pemula yang berjumlah 94 orang, dari distribusi frekuensi jawaban “Ya” berjumlah 40 orang atau 42,6%, dikarenakan pemilih pemula tersebut mempercayai jani-janji yang diberikan oleh kandidat serta isu yang

(26)

berkembang dimasyarakat,dan yang menyatakan jawaban “Tidak” berjumlah 54 orang atau 57,4% dikarenakan bahwa pemilih pemula tidak terlalu mempercayai akan isu dan janji-janji yang ditawarkan oleh calon kandidat. H. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian penulis tentang Perilaku Pemilih Pemula pada pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur (Pilkada) 2015 di Kecamtan Tanjungpinang Kota Provinsi Kepulauan Riau, dengan menggunakan alat pengumpulan data berbentuk kuesioner dapat dilihat bahwa dari 94 responden yang mengisi kuesioner. Sebanyak 67,38% Responden memilih Pemilih pemula dipengaruhi pendekatan sosiologis sedangkan 32,62% Responden tidak memilih pemilih pemula dipengaruhi oleh pendekatan sosiologis. Sebanyak 79,26% Responden memilih Pemilih pemula dipengaruhi pendekatan psikologis sedangkan 20,74% Responden tidak memilih pemilih pemula dipengaruhi oleh pendekatan psikologis. Sebanyak 54,25% Responden memilih Pemilih pemula dipengaruhi pendekatan rasional sedangkan 45,75% Responden tidak memilih pemilih pemula dipengaruhi oleh pendekatan rasional. Sebanyak 28,94% Responden memilih Pemilih pemula dipengaruhi pendekatan marketing sedangkan 71,06% Responden tidak memilih pemilih pemula dipengaruhi oleh pendekatan marketing.

Dari analisa di atas dapat kita lihat bahwa sebagian besar Perilaku pemilih pemula di Kecamatan Tanjungpinang Kota dalam menentukan pilihannya pada pemilu gubernur dan wakil gubernur tahun 2015 dipengaruhi oleh pendekatan sosiologis, yaitu karena faktor agama dari seorang calon

(27)

kandidat dan lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi pemilih pemula untuk menentukan pilihannya. Karena pemilih pemula yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Kota melihat agama yang sama serta melihat orangtua memilih calon kandidat maka merekapun ikut-ikutan memilih apa yang dipilih oleh orangtuanya. Dalam hal ini faktor lingkungan sangat mempengaruhi pemilih pemula. Pemilih pemula yang ada di Kecamtan Tanjungpinang Kota juga dipengaruhi oleh pendekatan psikologis karena faktor penilaian terhadap parpol. Dimana pemilih pemula menetukan pilihannya berdasarkan orang yang mereka kenal dan orang yang berkepribadian baik serta mempunyai sikap yang baik. Pemilih pemula yang ada di Kecamtan Tanjungpinang Kota tidak dipengaruhi oleh faktor rasional karena sebagian besar masyarakat di sana lebih memilih calon kandidat karena mereka tidak menganggap imbalan yang mereka dapatkan bisa mengubah hidup mereka. Pemilih pemula yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Kota juga tidak dipengaruhi oleh pendekatan marketing. Dimana pemilih pemula lebih yakin kepada dirinya sendiri dibanding dengan isu-isu yang berhubungan dengan calon kandidat. Berdasarkan keseluruhan analisis yang telah penilis lakukan, maka faktor yang paling dominan adalah pendekatan sosiologis dan psikologis sehingga pemilih pemula di Kecamatan Tanjungpinang Kota dapat dikategorikan dalam pemilih sosiologis dan Psikologis. Faktor sosiologis membentuk perilaku pemilih pemula yang menggunakan hak suaranya dan menentukan pilihan kandidat dikarenakan dari ajakan pihak keluarga (orang tua), sehingga pilihan pemilih pemula tersebut sama dengan pilihan yang dikehendaki orang tuanya ataupun

(28)

pihak keluarga. Dan faktor psikologis membentuk perilaku pemilih pemula yang menggunkan hak suaranya berdasarkan apa yang mereka lihat dari seorang calon kandidat.

I. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berkenaan dengan judul perilaku pemilih pemula pada pelaksanaan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau di Kecamatan Tanjungpinang Kota tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Kepada pemilih pemula yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Kota, penulis memberi saran agar pada saat pemilu tidak memilih pasangan calon yang akan dipilih berdasarkan kehendak pilihan keluarga (orang tua), belum tentu pilihan calon tersebut baik untuk merubah daerah menjadi lebih baik serta mensejahtrekan masyarakat. Dan penulis juga berharap agar pemilih pemula lebih mengedepankan program kerja pasangan calon dalam memilih ketimbang alasan dan faktor lain seperti kesamaan suku, agama, dan lain-lain.

2. Kepada KPU agar mampu mensosialisasikan tentang pemilukada seacara maksimal agar masyarakat dan pemilih pemula mampu memilih tanpa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pilihannya, melainkan karena kesadaran diri mereka. Selain itu agar pemilih pemula mengetahui siapa kandidat yang mereka pilih.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adman Nursal. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Asfar, Muhammad, 2006. Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004 . Jakarta: Pustaka Eureka.

Budiardjo, Miriam, prof. 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik.Edisi Revisi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Budiarti, Triana Rita dkk.2013.Himpunan Peraturan Perundang-undangan bidang Pemilu. Jakarta: Konpress.

Efriza, 2012, Political Explore, Bandung: Alfabeta.

Faisal, Ahmad, Irawan saptono dkk. 2009.media pemilu dan politik. Jakarta: institute studi arus informasi.

Firmanzah. 2007. Marketing Politik, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Kusnaedi, 2009. Memenangkan Pemilu Dengan Pemasaran Efektif. Jakarta: Duta Media Uatama.

M. Gafar, Janedjri. 2013. Hukum Pemilu Dalam Yurisprudensi Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konstitusi Press (Konpress).

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _. 2013. Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Press.

Mediatama, gradient. 2008. Undang-undang pemilu dan partai politik. Jakarta: trans media pustaka.

Nursal, Adman. 2004. “Political Marketing, Strategi Memenangkan Pemilu, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD,Presiden”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(30)

Pito toni andrianus, Efriza dkk. 2006. Mengenal teori-teori politik. Bandung: Nuansa.

Riduwan. 2009. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi ModernEdisi ke-6. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sutinah,bagong suyanto. 2011. Metode penelitian sosial: berbagai alternatif pendekatan. Jakarta: prenada media.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ . 2007. Memahami ilmu politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sy, Pahmi. 2010. Politik Pencitraan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Umar, Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.

Wirjokusumo, Iskandar Dan Soemardji Ansori. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora (Suatu Pengantar), Surabaya : UNESA University Press.

Zuriah, nurul. 2009. Metedologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta: Pt. bumi aksaka.

B. Skripsi dan Jurnal penelitian

Anugraha, Aji. Partisipasi Politik Pemilih Pemula Pada Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Pada Pemilukada Kota Tanjungpinang Tahun 2012, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Skripsi.

Azwar, Raja. 2015. Perilaku Pemilih Kota Tanjungpinang Pada Pemilihan Walikota Tahun 2012, Universitas Maritim Raja Ali Haji

(31)

Faradina, Manja. 2015. Perilaku Memilih Masyarakat Pada Pemilihan Kepala Desa Kelong Kabupaten Bintan Tahun 2013, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Skripsi.

Karnisa, Elsi. 2015. Perilaku Tidak Memilih Dalam Pemilihan Walikota Dan Wakil Walikota Tanjungpinang Tahun 2012 Pada Kelurahan

Tanjungpinang Kota, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Skripsi.

Manullang, Yaogi Edwart. 2012. Perilaku Politik (Studi Deskriptif Perilaku Politik Etnis Tionghoa Pada Pemilihan Umum Walikota Dan Wakil Walikota Medan Tahun 2010, Di Kelurahan Sukaramai Ii, Kecamatan Medan Area, Kota Medan)

Purniawan, Eka. 2014. Perilaku Pemilih Masyarakat Di Desa Toapaya Utara

Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan Dalam Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Tahun 2010, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang. Jurnal.

Ramanda, Hermawan. 2015. Perilaku Pemilih di Kelurahan Penyengat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2012, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Skripsi.

C. Peraturan dan Perundang-Undangan

UU No. 8 Tahun 2012 dan konsideran UU No.42/2008 tentang pemilu. UU RI Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu.

(32)

D. Sumber Website dan Internet

https://nasriaika1125.wordpress.com/2013/06/18/pemilih-pemula/

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/2983

Referensi

Dokumen terkait

Djawa Denki Djigjo Sja dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu Jawa Barat diberi nama Seibu Djawa Denki Djigjo Sja yang berpusat di Jakarta , di Jawa Tengah diberi nama

Hipotesis pertama yang akan diuji adalah pengaruh variabel penerapan self assessment dan pengetahuan Wajib Pajak terhadap pemeriksaan pajak pada Wajib Pajak

Penelitian tentang aktivitas penangkap radikal ekstrak etanol, fraksi-fraksi kulit buah dan biji rambutan serta penetapan kadar fenolik dan flavonoid totalnya perlu untuk

Pertukaran data pada era Internet membutuhkan beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan : seperti tingkat diterimanya standard yang digunakan oleh banyak

implementasi Green Banking BRI di Kota Surakarta”. Secara parsial, juga kedua variabel juga berdampak pada implementasi Green Banking BRI di Kota Surakarta. Hal ini

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

Sedangkan menurut istilah, term amanah mempunyai makna yang luas, karena mencakup hal-hal yang berkaitan tentang hubungan interpersonal antara manusia dan sang Maha