1
CASE
SINDROM NEFROTIK
DISUSUN OLEH :
NAMA : ANAS BIN YAHYA NIM : 030.08.269
PEMBIMBING : Dr. RAHI ARIESTINA SpPD FINASIM
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BUDHI ASIH PERIODE 1 APR – 8 JUNI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS TRISAKTI
2 STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD BUDHI ASIH
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny R Jenis kelamin : Wanita
Umur : 38 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SLTA Alamat : Rawa Domba Tanggal masuk RS : 5 April 2013
A. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis, Tanggal 8 April 2013 , Jam 1000 WIB
Keluhan Utama:
Bengkak diseluruh tubuh sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Budhi Asih dengan keluhan bengkak diseluruh tubuh yaitu muka, kelopak mata, leher, kedua tangan dan kaki sejak 2 minggu SMRS. Menurut pasien bengkak di kedua kaki dan tangannya membentuk lekukan jika ditekan. Pasien juga mengeluh mual, nyeri di pinggang dan buang air kecil (BAK) jarang dan sedikit. Pasien menyangkal adanya lemas, sakit kepala, lelah, berat badan berkurang, nafas dangkal dan sesak nafas. Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini. Pasien tidak pernah berobat dalam 2 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Dahulu.
Riwayat penggunaan obat-obatan dalam waktu lama disangkal.
3 Riwayat Kebiasaan.
Sering minum minuman segera seperti KukuBima
Riwayat Keluarga
Hubungan Umur (tahun) Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan
Penyebab Meninggal
Ayah - Laki-laki Meninggal Usia tua
Ibu 69 Perempuan Sehat
Abang 40 Laki-laki Sehat
Pasien 38 Perempuan Sakit
Adik 32 Laki-laki Sehat
Anak (2 orang)
Belasan tahun 2 laki-laki Semuanya sehat
Riwayat penyakit dalam keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi Tidak ada
Asma Tidak ada
Tuberkulosis Tidak ada
Arthritis Tidak ada
Rematisme Tidak ada
Hipertensi Ada Bapa kandung
(meninggal)
Jantung Tidak ada
Ginjal Tidak ada
Lambung Tidak ada
Penyakit darah
4 ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis ( - ) Lain-lain ( - ) Petekie ( - ) Purpura
Kepala
( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala ( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus
Mata
( - ) Nyeri ( - ) Radang
( - ) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan
Telinga
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran ( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma ( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret ( - ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Bibir kering ( - ) Lidah kotor
( - ) Gusi sariawan ( - ) Gangguan pengecap ( - ) Selaput ( - ) Stomatitis
5 Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorokan ( - ) Perubahan suara
Leher
( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher
Dada (Jantung/Paru)
( - ) Nyeri dada ( - ) Sesak nafas ( - ) Berdebar ( - ) Batuk darah ( - ) Ortopnoe ( - ) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
( - ) Rasa kembung ( - ) Wasir ( + ) Mual ( - ) Mencret ( - ) Muntah ( - ) Tinja darah
( - ) Muntah darah ( - ) Tinja berwarna dempul ( - ) Sukar menelan ( - ) Tinja berwarna hitam ( - ) Nyeri perut ( - ) Benjolan
( - ) Perut membesar
Saluran Kemih / Alat kelamin
( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah ( - ) Stranguria ( - ) Kolik
( - ) Poliuria ( + ) Oliguria ( - ) Polakisuria ( - ) Anuria ( - ) Hematuria ( + ) Retensi urin ( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes ( - ) Penyakit Prostat
6 Saraf dan Otot
( - ) Anestesi ( - ) Sukar mengingat ( - ) Parestesi ( - ) Ataksia
( - ) Otot lemah ( - ) Hipo / hiperesthesi ( - ) Kejang ( - ) Pingsan
( - ) Afasia ( - ) Kedutan (“Tick”) ( - ) Amnesia ( - ) Pusing (vertigo)
( - ) Lain-lain ( - ) Gangguan bicara (Disartri)
Ekstremitas
( + ) Bengkak ( - ) Deformitas ( - ) Nyeri sendi ( - ) Sianosis
BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (Kg) : 62.5 kg Berat tertinggi (Kg) : 65 kg Berat badan sekarang (Kg) : 60 kg
RIWAYAT HIDUP Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : ( + ) Di rumah ( ) Rumah Bersalin ( ) RS Bersalin ( ) Puskesmas Ditolong oleh : ( ) Dokter (+ ) Bidan ( ) Dukun ( ) Lain-lain
Riwayat Imunisasi
( ) Hepatitis ( ) BCG ( ) Campak ( ) DPT ( ) Polio ( ) Tetanus *Pasien tidak tahu
Riwayat Makanan
Frekuensi / Hari : 3 - 4 kali sehari Jumlah / Hari : Tiga piring
7 Pendidikan
( ) SD ( ) SMEA ( ) SLTP ( + ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan ( ) Akademi ( ) Universitas ( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan : Tidak ada Pekerjaan : Tidak ada Keluarga : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada
B. PEMERIKSAAN JASMANI Pemeriksaan Umum Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 60 kg Tekanan Darah : 140/100 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : 36.5 ˚C
Pernafasaan : 20 x/menit (tipe thorako-abdominal)
Keadaan gizi : Baik
IMT : 24.97 kg/m2
Kesadaran : Compos mentis
Sianosis : Tidak ditemukan
Udema umum : ( + )
Habitus : Pyknicus (pendek, gemuk, perut besar) Cara berjalan : Normal
Mobilitas ( aktif / pasif ) : Aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : Sesuai umur Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku : Wajar Alam Perasaan : Wajar Proses Pikir : Wajar
8 Kulit
Warna : Sawo matang
Effloresensi : Tidak ditemukan Jaringan Parut : Tidak ditemukan Pertumbuhan rambut : Merata
Suhu Raba : Hangat
Keringat : Umum
Lapisan Lemak : Distribusi merata
Pigmentasi : Merata Lembab/Kering : Lembab
Pembuluh darah : Tidak ada varises Turgor : Sulit dinilai Oedem :PittingOedem
Ikterus : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : Tidak teraba membesar Supraklavikula : Tidak teraba membesar Lipat paha : Tidak teraba membesar
Leher : Tidak teraba membesar
Ketiak : Tidak teraba membesar
Kepala
Ekspresi wajah : Baik Wajah : Simetris, puffy face
Rambut : Panjang, hitam, distribusi merata Pembuluh darah temporal : Teraba pulsasi
Mata
Exophthalamus : Tidak ada Enopthalamus : Tidak ada
Kelopak : oedem Lensa : Jernih
Konjungtiva : Tidak anemis Visus : Baik
Sklera : Tidak ikterik Gerakan Mata : Tiada hambatan Lapangan penglihatan : Normal Tekanan bola mata : Tidak meningkat
9 Telinga
Tuli : Tidak ada Selaput pendengaran : Utuh
Lubang : Lapang Penyumbatan : Tidak ada
Serumen : Tidak ada Pendarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Hidung
Dorsum nasi : Perubahan bentuk (-), perubahan warna (-), udema (-), krepitasi (-) Vestibulum nasi : Sekret (-), furunkel (-), krusta (-)
Kavum nasi : Lapang, polip (-) Konkha inferior : Eutrophi, udema (-)
Mulut
Bibir : Tidak kering Tonsil : T1 –T1, tenang Langit-langit : Normal Bau pernapasan : Tidak ada Gigi geligi : Tiada karies. Trismus : Tidak ada Faring : Tidak hiperemis Selaput lendir : Normal Lidah : Tidak kotor
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 + 1 cm H2O.
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar. Kelenjar Getah Bening Leher : Tidak teraba membesar.
Dada
Bentuk : Datar, tidak cekung, simetris. Pembuluh darah : Tidak melebar.
10 Paru – paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris
- Tidak ada benjolan - Fremitus taktil simetris Kanan - Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris
- Tidak ada benjolan - Fremitus taktil simetris Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru
Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru Auskultasi Kiri - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) Kanan - Suara vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Suara vesikuler
- Wheezing (-),Ronki ( - )
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 1 jari medial midklavikula kiri. Perkusi :
Batas kanan : sela iga V, 1cm sebelah lateral linea sternalis kanan Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri. Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop tidak ada, Murmur tidak ada.
Pembuluh Darah
Arteri Temporalis : Teraba pulsasi Arteri Karotis : Teraba pulsasi Arteri Brakhialis : Teraba pulsasi Arteri Radialis : Teraba pulsasi Arteri Femoralis : Teraba pulsasi
11 Arteri Poplitea : Teraba pulsasi
Arteri Tibialis Posterior : Teraba pulsasi Arteri Dorsalis Pedis : Teraba pulsasi
Perut
Inspeksi : Buncit, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, simetris, smiling umbilicus ( + ), tidak ada dilatasi vena
Auskultasi : Bising usus 3x/menit, suara lemah Palpasi
Dinding perut : Supel, tidak ada nyeri tekan Hati : Sulit dinilai
Limpa : Sulit dinilai Ginjal : Ballotement -/-
Perkusi : Redup, Shifting dullness ( + ) Ginjal : Nyeri ketuk CVA -/-
Anggota gerak
LENGAN Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan +5 +5
Oedem Ada ( pitting
oedem )
Ada ( pitting oedem )
Petechie / purpura Tidak ada Tidak ada
12 Tungkai dan kaki
TUNGKAI dan KAKI Kanan Kiri
Luka Tidak ada Tidak ada
Varises Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Normal Normal
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan +5 +5
Oedem Ada ( pitting
oedem ) Ada ( pitting oedem ) Lain-lain: Sikatrik Hematome Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Refleks Kanan Kiri
Refleks Tendon Positif Positif
Bisep Positif Positif
Trisep Positif Positif
Patela Positif Positif
Achiles Positif Positif
13 LABORATORIUM RUTIN
Hasil laboratorium saat di IGD, tanggal 05 April 2013, jam 2251 WIB
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI Leukosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit 7.0 9.2* 28* 273 ribu/ul g/dL % ribu/ul 3.6-11 11.7-15.5 35-47 150-440 KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 100 mg/dL <110
HATI SGOT SGPT 17 10 mU/dl mU/dl <27 <34 GINJAL Ureum Kreatinin 157* 7.90* mg/dL mg/dL 13-43 <1.1 ELEKTROLIT ELEKTROLIT SERUM Natrium Kalium Klorida 133* 4.0 109 mmol/L mmol/L mmol/L 135-155 3.6-5.5 98-109 RINGKASAN
Pasien wanita, 38 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Budhi Asih dengan keluhan bengkak diseluruh tubuh yaitu muka, kelopak mata, leher, kedua tangan dan kaki sejak 2 minggu SMRS. Menurut pasien bengkak di kedua kaki dan tangannya membentuk lekukan jika ditekan. Pasien juga mengeluh mual, nyeri ulu hati dan buang air kecil (BAK) jarang dan sedikit. Pasien menyangkal adanya lemas, sakit kepala, lelah, berat badan berkurang,
14 nafas dangkal dan sesak nafas. Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini. Pasien tidak pernah berobat dalam 2 minggu SMRS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, oedem palpebra, puffy face, thoraks dalam batas normal, abdomen terdapat smiling umlilicus dan tes shifting dullness positif, terdapat pitting oedem pada kedua ekstrimitas.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, penurunan hematokrit, penurunan fungsi ginjal dan hiponatremia.
DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS 1. Chronic Kidney Disease (CKD)
Dasar
Dari anamnesis :
Usia 38 tahun, jenis kelamin perempuan
Pasien sehat dan tidak pernah ada penyakit lain sebelumnya.
Pasien mengeluh bengkak diseluruh tubuh, mual, BAK jarang dan sedikit, nyeri di pinggang, sering minum minuman segera seperti KukuBima.
Dari pemeriksaan fisik :
Terdapat hipertensi, oedem palpebra, puffy face, thoraks dalam batas normal, abdomen terdapat smiling umlilicus dan tes shifting dullness positif, terdapat pitting oedem pada kedua ekstrimitas.
Dari pemeriksaan laboratorium:
Terdapat anemia, penurunan hematokrit, penurunan fungsi ginjal dan hiponatremia. pada pertama kali pasien di rawat di IGD RSUD BA yaitu :
Hb : 9,2 g/dL
Ht : 28 %
Ureum : 157 mg/dL Kreatinin : 7.90 mg/dL
15 Terjadi asidosis metabolik pada tanggal 7 April 2013, jam 0900 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
ANALISA GAS DARAH pH pCO2 pO2 Bikarbonat (HCO3) Total CO2 Saturasi O2
Kelebihan Basa (BE)
7.33* 30* 128* 16* 17* 98 -9* mmHg mmHg mmol/L mmol/L % mEq/L 7.35–7.45 35-45 80-100 21-28 23-27 95-100 -2.5-2.5
Terdapat kelainan pada urinalisis pada tanggal 12 April 2013
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
URINALISIS Warna Kejernihan Glukosa Bilirubin Keton pH Berat Jenis Albumin Urine Urobilinogen Nitrit Darah Esterase Lekosit Kuning Jernih Negatif Negatif Negatif 5.0 1.010 3+* 0.2 Negatif 2+* Negatif E.U/dL Kuning Jernih Negatif Negatif Negatif 4.6-8 1.005-1.030 Negatif 0.1-1 Negatif Negatif Negatif SEDIMEN URINE Leukosit Eritrosit Epitel Silinder 3-5* 2-3* Positif Hyaline 0-1 /LPB /LPB /LPB /LPK <5 <2 Positif Negatif
16 Kristal Bakteri Jamur Negatif Negatif Negatif /LPB Negatif Negatif Negatif
LFG ( ml/mnt/1,73m2 ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg ) / (72 x kreatinin serum) Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
LFG ( ml/mnt/1,73m2 ) = (140-38) x 60kg / (72 x 7.90 mg/dL) x 0.85 = 9.15 ml/mnt/1,73m2
Stadium 5 : Kelainan ginjal dengan <15 ml/mnt/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
2. Sindroma Nefrotik Dasar
Dari anamnesis:
Pasien mengeluh bengkak diseluruh tubuh, mual, BAK jarang dan sedikit, nyeri di pinggang, sering minum minuman segera seperti KukuBima.
Dari pemeriksaan fisik : Terdapat oedem anasarca. Dari pemeriksaan laboratorium:
Terdapat hiperkolestrolemia, hiperurisemia dan hipoalbuminemia pada tanggal 13 April 2013.
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
LEMAK Kolesterol Total Trigliserida HDL Direk LDL Direk 221* 205* 40 140* mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL <200 <150 >=40 <100 GINJAL Asam Urat 12.0* mg/dL <5.7 HATI Albumin 2.0* g/dL 3.5-5.2
17 Pemeriksaan penunjang:
Dari pemeriksaan USG abdomen tanggal 9 April 2013, didapatkan adanya asites.
Pemeriksaan yang dianjurkan: 1. Pemeriksaan Urinalisis 2. Pemeriksaan Darah Lengkap 3. Osmolalitas serum.
4. KUB photo.
5. Elektrokardiografi (EKG) 6. Ultrasonografi (USG) 7. Foto polos abdomen 8. Pemeriksaan Foto Dada 9. Pemeriksaan Kardiologi tulang 10. Pemeriksaan biopsi ginjal
RENCANA PENGELOLAAN 1) Terapi konservatif.
a.Peranan diet.
b. Kebutuhan jumlah kalori. c. Kebutuhan cairan.
d. Kebutuhan elektrolit dan mineral. 2) Terapi simptomatik
a. Asidosis metabolik. b. Anemia.
c. Keluhan gastrointestinal. f. Hipertensi - ACE inhibitor. g. Hipoalbuminemia.
18 h. Hiperurisemia.
i. Hiperkolestrolemia. j. Oedem anasarca. 3) Terapi pengganti ginjal
a. Hemodialisis
b. Dialisis peritoneal (DP) c. Transplantasi ginjal
PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad malam Ad functionam : Ad malam Ad sanationam : Ad malam
FOLLOW UP (SOAP)
Tanggal 06 April 2013, jam 0700 WIB
S: Kepala sedikit pusing, mual, bengkak seluruh tubuh, BAK sedikit. O:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
TD: 140/90 mmHg N: 100 x/menit Pernafasan :18 x/menit Suhu:36.7 ˚C
Muka : puffy face
Mata : konjungtiva tidak pucat, oedem palpebra Mulut : bibir tidak kering, tidak pucat
Jantung : bunyi jantung I dan II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada Paru : suara nafas versikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen : datar, supel, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal Extremitas : akral hangat, oedema pretibial.
19 Hasil laboratorium saat di rawat di Lantai 6 Barat:
Tanggal 6 April 2013, jam 1407 WIB
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
ANALISA GAS DARAH pH pCO2 pO2 Bikarbonat (HCO3) Total CO2 Saturasi O2
Kelebihan Basa (BE)
7.42 30* 50* 19* 20* 86* -3.5* mmHg mmHg mmol/L mmol/L % mEq/L 7.35–7.45 35-45 80-100 21-28 23-27 95-100 -2.5-2.5 HATI Albumin 2.3* g/dL 3.5-5.2 A: - CKD P:
- IVFD Asering/24 jam dari IGD - IVFD Renxamin/12jam
- Tonar per oral 3 x 1 tablet - Injeksi cendantron 2 x 1 - Injeksi lasix 3 x 1
- Analisa Gas Darah per hari
- Pemeriksaan fungsi ginjal per 2 hari - Pemeriksaan elektrolit
Tanggal 7 April 2013, jam 1313 WIB (oleh dokter jaga) S: (-)
O:
Kesadaran : Compos mentis
20 Tanggal 7 April 2013, jam 0900 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
ANALISA GAS DARAH pH pCO2 pO2 Bikarbonat (HCO3) Total CO2 Saturasi O2
Kelebihan Basa (BE)
7.33* 30* 128* 16* 17* 98 -9* mmHg mmHg mmol/L mmol/L % mEq/L 7.35–7.45 35-45 80-100 21-28 23-27 95-100 -2.5-2.5 GINJAL Ureum Kreatinin 172* 7.87* mg/dL mg/dL 13-43 < 1.1 ELEKTROLIT SERUM Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (Cl) 135 3.6 103 mmol/L mmol/L mmol/L 135-155 3.6-5.5 98-109 A: 1. Asidosis Metabolik 2. CKD 3. Hipoalbuminemia P:
- IVFD Renxamin/12 jam
- Assering 200cc + Bicnat 50 mEq dalam 6 jam - Tonar per oral 3 x 1 tablet
- Injeksi cendantron 2 x 1 - Injeksi lasix 3 x 1
21 Tanggal 8 April 2013, jam 0640 WIB
S: pusing, BAK sedikit 1x sehari, bengkak kaki dan tangan. O:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
TD: 140/100 mmHg N: 80 x/menit Pernafasan :20 x/menit Suhu:36.5 ˚C
Muka : puffy face
Mata : konjungtiva tidak pucat, oedem palpebra Mulut : bibir tidak kering, tidak pucat
Jantung : bunyi jantung I dan II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada Paru : suara nafas versikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen : datar, supel, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal Extremitas : akral hangat, oedema pretibial.
Tanggal 8 April 2013, jam 0932 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
ANALISA GAS DARAH pH pCO2 pO2 Bikarbonat (HCO3) Total CO2 Saturasi O2
Kelebihan Basa (BE)
7.45 27* 88 19* 20* 96 -4.1* mmHg mmHg mmol/L mmol/L % mEq/L 7.35–7.45 35-45 80-100 21-28 23-27 95-100 -2.5-2.5 GINJAL Ureum Kreatinin 177* 6.88* mg/dL mg/dL 13-43 < 1.1 ELEKTROLIT SERUM Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (Cl) 132* 5.1 103 mmol/L mmol/L mmol/L 135-155 3.6-5.5 98-109
22 A: 1. Asidosis Metabolik 2. CKD 3. Hipoalbuminemia P:
- IVFD Renxamin/12 jam - Tonar per oral 3 x 2 tablet - Bicnat per oral 3 x 1 tablet - Angioten per oral 1 x 1 tablet - Injeksi cendantron 2 x 1 - Injeksi lasix 3 x 1 - USG Abdomen
Tanggal 9 April 2013, jam 0630 WIB
S: pusing (-), batuk, BAK sedikit, nyeri pinggang, bengkak kedua tangan dan kaki O:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
TD: 130/70 mmHg N: 72 x/menit Pernafasan :20 x/menit Suhu:36.0 ˚C
Muka : puffy face
Mata : konjungtiva tidak pucat, oedem palpebra Mulut : bibir tidak kering, tidak pucat
Jantung : bunyi jantung I dan II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada Paru : suara nafas versikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen : datar, supel, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal Extremitas : akral hangat, oedema pretibial.
Tanggal 9 April 2013, jam 0946 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
GINJAL Ureum Kreatinin 195* 5.90* mg/dL mg/dL 13-43 < 1.1
23 USG Abdomen : Efusi pleura ec. Ascites.
A:
1. CKD
2. Hipoalbuminemia suspek Sindrom Nefrotik P:
- IVFD Renxamin/12 jam - Tonar per oral 3 x 2 tablet - Bicnat per oral 3 x 1 tablet - Angioten per oral 1 x 1 tablet - CaCO3 per oral 3 x 1 tablet - Injeksi cendantron 2 x 1 - Injeksi lasix 3 x 2 - Evaluasi gizi
Tanggal 10 April 2013, jam 0645 WIB
S: pusing (-), batuk (-), BAK 2x/hari, nyeri pinggang, bengkak kedua tangan dan kaki, perut terasa kencang
O:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis
TD: 130/80 mmHg N: 80 x/menit Pernafasan :20 x/menit Suhu:35.8 ˚C Mata : konjungtiva tidak pucat, oedem palpebra
Mulut : bibir tidak kering, tidak pucat
Jantung : bunyi jantung I dan II reguler, gallop tidak ada, murmur tidak ada Paru : suara nafas versikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada. Abdomen : datar, supel, nyeri tekan tidak ada, shifting dullness (+) Extremitas : akral hangat, pitting oedema pretibial.
24 Tanggal 10 April 2013, jam 0742 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
ANALISA GAS DARAH pH pCO2 pO2 Bikarbonat (HCO3) Total CO2 Saturasi O2
Kelebihan Basa (BE)
7.34* 33* 139* 18* 19* 99 -6.7* mmHg mmHg mmol/L mmol/L % mEq/L 7.35–7.45 35-45 80-100 21-28 23-27 95-100 -2.5-2.5 A: 1. CKD
2. Suspek Sindrom Nefrotik P:
- IVFD Kidmin/12 jam - Tonar per oral 3 x 2 tablet - Bicnat per oral 3 x 1 tablet - Angioten per oral 1 x 1 tablet - CaCO3 per oral 3 x 1 tablet - Injeksi cendantron 2 x 1 - Injeksi lasix 3 x 3
Tanggal 11 April 2013, jam 0625 WIB
Tanggal 11 April 2013, jam 0903 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
LEMAK Kolesterol Total Trigliserida HDL Direk LDL Direk 227* 201* 44 143* mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL <200 <150 >=40 <100
25 GINJAL Ureum Kreatinin 218* 3.67* mg/dL mg/dL 13-43 < 1.1 A: 1. CKD
2. Suspek Sindrom Nefrotik P:
- Terapi lanjut
Tanggal 12 April 2013, jam 0645 WIB
S: pusing, mual, BAK sedikit, nyeri pinggang, muntah 2x isi air, bengkak kedua tangan dan kaki, perut terasa kencang
Tanggal 12 April 2013, jam 0942 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
URINALISIS Warna Kejernihan Glukosa Bilirubin Keton pH Berat Jenis Albumin Urine Urobilinogen Nitrit Darah Esterase Lekosit Kuning Jernih Negatif Negatif Negatif 5.0 1.010 3+* 0.2 Negatif 2+* Negatif E.U/dL Kuning Jernih Negatif Negatif Negatif 4.6-8 1.005-1.030 Negatif 0.1-1 Negatif Negatif Negatif
26 SEDIMEN URINE Leukosit Eritrosit Epitel Silinder Kristal Bakteri Jamur 3-5* 2-3* Positif Hyaline 0-1 Negatif Negatif Negatif /LPB /LPB /LPB /LPK /LPB <5 <2 Positif Negatif Negatif Negatif Negatif A: 1. CKD
2. Suspek Sindrom Nefrotik (Proteinuria + Hipoalbuminemia)
P:
- Terapi Lanjut
Tanggal 13 April 2013, jam 0645 WIB
Tanggal 13 April 2013, jam 0718 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Jam 06.00 109 mg/dL <110
Tanggal 13 April 2013, jam 0952 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
LEMAK Kolesterol Total Trigliserida HDL Direk LDL Direk 221* 205* 40 140* mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL <200 <150 >=40 <100
27 GINJAL
Asam Urat 12.0* mg/dL <5.7
Tanggal 13 April 2013, jam 1726 WIB (Lantai 6 Barat)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HATI Albumin 2.0* g/dL 3.5-5.2 ELEKTROLIT SERUM Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (Cl) 132* 5.7* 104 mmol/L mmol/L mmol/L 135-155 3.6-5.5 98-109 A: 1. CKD 2. Sindrom Nefrotik P: - Terapi Lanjut - Simvastatin 1 x 10 mg
Tanggal 15 April 2013, jam 1415 WIB Rujuk ke RSCM Poli Ginjal dan Hipertensi
28 TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit gromerular yang ditandai dengan proteinuri masif >3.5 gram/ 24 jam/ 1.73 m2 disertai hipoalbuminemia, edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas (Hartoko B., 2008).
B. Klasifikasi dan Etiologi
I. Sindrom nefrotik pada anak-anak / infantil.
Sindrom nefrotik infantil adalah sindrom nefrotik yang terjadi pada usia tiga bulan sampai satu tahun, sedangkan jika terjadi sebelum usia tiga bulan disebut sebagai sindrom nefrotik kongenital. Indonesia dilaporkan ada enam per 100.000 anak per tahun menderita sindrom nefrotik.
a. Sindrom nefrotik infantil
Sangat jarang ditemukan, sindrom ini dapat disebabkan nail patella syndrome, pseudohermaphroditism, XY gonadal disgenesis, tumor Wilms, intoksikasi merkuri, sindrom hemolitik uremik, dan infeksi seperti sifilis, virus sitomegalo, hepatitis, rubela, malaria, dan toksoplasmosis. Prognosis sindrom nefrotik infantil umumnya buruk tetapi masih lebih baik daripada prognosis sindrom nefrotik kongenital (Pardede S.O., 2002). b. Sindrom nefrotik kongenital.
Merupakan penyakit familial, timbul dalam beberapa hari/ minggu setelah lahir. Biasa menimbulkan kematian sebelum bayi berusia satu tahun (Himawan S., 1979)
II. Sindrom nefrotik pada dewasa:
a. Glomerulonefritis primer (Sebagian besar tidak diketahui sebabnya). 1) Glomerulonefritis membranosa
Jarang menjadi penyebab SN pada anak tetapi sering pada dewasa. Hampir semua pada orang dewasa. Pada mikroskop biasa terlihat gambaran penebalan dinding kapiler, pada mikroskop elektron terlihat kelainan membrana basalis. Kelainan ini
29
jarang memberikan respon terhadap steroid dan prognosis mortalitas lebih kurang 50% (Himawan S., 1979).
Gambar 1: Histopatologi Glomerulonefritis Membranosa (Sumber: Orth S.R.& Berhard E., 1998)
2) Glomerulonefritis Kelainan Minimal
Merupakan penyebab utama SN anak-anak, Pada dewasa hanya 20%. Dengan mikroskop biasa tidak tampak kelainan yang jelas pada glomerulus sedangkan ada mikroskop elektron dapat dilihat sel epitel kapiler glomerulus yang membengkak dan
bervakuol. Fungsi ginjal biasanya tidak banyak terganggu dan tidak ada hipertensi (Himawan S, 1979).
Penampakan yang tidak biasa yaitu hipertensi (30% pada anak-anak dan50% pada dewasa), hematuri (20% pada anak-anak dan 30% pada dewasa) dan penurunan fungsi ginjal (kurang dari 5% pada anak-anak dan 30% pada dewasa) (Braunwald E., 2008).
Prognosis kelainan ini relatif paling baik. Pengobatannya ialah dengan pemberian steroid. Sering mengalami remisi spontan, akan tetapi sering pula kambuh (Himawan S., 1979).
3) Glomerulonefritis membranoproliferatif
Biasa ditemukan pada anak besar dan orang dewasa muda. Perjalanan penyakit progresif lambat, tanpa remisi dan berakhir dengan payah ginjal. Ciri khasnya adalah kadar komplemen serum yang rendah
30
Gambar 2: Glomerulonefritis membranoproliferatif, penipisan membran basal kapiler perifer telah ditandai dengan pewarnaan trichrome masson.
4) Glomerulonefritis pasca streptokok b. Glomerulonefritis sekunder akibat:
1) Infeksi
i. HIV, hepatitis virus B dan C ii. Sifilis, malaria, skistosoma iii. Tuberkulosis, lepra
2) Keganasan
Adenokarsinoma paru, kanker payudara, kolon, bronkus, limfoma hodgkin, myeloma multiple, dan karsinoma ginjal
3) Penyakit jaringan penghubung
Lupus eritematosus sistemik, arthritis reumatoid, MCTD (Mixed connective tissue disease)
4) Efek Obat dan Toksin
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAIN), preparat emas, penisilamin, kaptopril, heroin
5) Lain-lain: Diabetes mellitus, amiloidosis, pre-eklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesikoureter, atau sengatan lebah.
31 Glomerulonefritis primer atau idiopatik merupakan penyebab yang paling sering (Prodjosudjadi W, 2006). Perlu diingat bahwa penyakit-penyakit yang termasuk golongan nefrosis, yaitu penyakit yang terutama mengenai tubulus, tidak ada yang menyebabkan SN (Himawan S., 1979).
Menurut tinjauan dari Robson pada lebih dari 1400 kasus, beberapa jenis glomerulonefritis primer merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada orang dewasa dan 93% pada anak-anak. Pada 22% orang dewasa keadaan ini disebabkan oleh gangguan sistemik (terutama diabetes, amiloidosis, dan thrombosis vena renalis), dimana ginjal terlibat
secara sekunder atau karena mengalami respon abnormal terhadap obat atau alergen lain
C. Patofisiologi
Sindrom nefrotik dapat terjadi karena perubahan struktur glomerulus yang dapat terjadi karena kerusakan permukaan endotel, kerusakan membrana basalis dan atau kerusakan podosit oleh beberapa faktor yang disebutkan diatas. Satu atau lebih mekanisme ini akan terjadi pada salah satu tipe SN (Cohen E.P., 2009).
Gambar 3: Gambar Skematik Barier Glomeruler (Sumber: Cohen E.P., 2009)
D. Manifestasi Klinis
Gejala utama yang ditemukan adalah:
1.Proteinuri >3.5 g/ hari pada dewasa atau 0.05 g/ kg BB/ hari pada anak-anak. 2.Hipoalbuminemia < 30 g/ l
3.Edema generalisata, edema terutama jelas dikaki, namun dapat ditemukan edema muka, ascites dan efusi pleura.
32 4.Hiperlipidemia. umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
5.Hiperkoagulabilitas; yang akan meningkatkan risiko trombosis vena dan arteri.
(Mansjoer A.,dkk., 2001). Kadang-kadang tidak semua tidak semua gejala tesebut diatas ditemukan. Ada yang berpendapat bahwa proteinuria, terutama albuminuria yang masif serta hipoalbuminemia sudah cukup untuk menengakkan diagnosis SN (Himawan S., 1979).
a. Proteinuria
Nefrotik diabetika adalah penyebab paling sering dari nefrotik proteinuria (Orth S.R. & Berhard E., 1998)
Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat kerusakan glomerulus. Dalam keadaan normal mambrana basalis glomerulus (MBG) mempunyai mekanisme penghalang untuk mencegah kebocoran protein. Mekanisme penghalang pertama berdasarkan ukuran molekul (size barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik (charge Barrier) pada SN keduanya terganggu. Proteinuria dibedakan menjadi proteinuria selektif dan non-selektif berdasarkan ukuran molekul protein yang keluar melalui urin. Proteinuri selektif apabila protein yang keluar terdiri dari molekul yang kecil misalnya albumin, sedangkan non-selektif apabila protein yang keluar terdiri dari molekul besar seperti immunoglobulin. Selektivitas proteinuri ditentukan oleh keutuhan struktur MBG (Prodjosudjadi W., 2006).
b. Hipoalbuminemia
Konsentrasi albumin plasma ditentukan oleh asupan protein, sintesis albumin hati dan kehilangan protein melalui urin. Pada SN hipoalbuminemia disebabkan oleh proteinuria masif dengan akibat penurunan tekanan onkotik plasma. Untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma maka hati berusaha meningkatkan sintesis albumin. Peningkatan sintesis albumin hati tidak berhasil menghalangi timbulnya hipoalbuminemia. Diet tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin hati, tetapi dapat mendorong peningkatan ekskresi albumin melalui urin. Hipoalbuminemia dapat juga terjadi akibat peningkatan reabsorbsi dan katabolisme albumin oleh tubulus proksimal (Prodjosudjadi W., 2006).
33 Edema pada SN dapat diterangkan dengan teori underfill dan overfill. Teori underfill menjelaskan bahwa hipoalbuminemia merupakan faktor kunci terjadinya edema pada SN. Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma sehingga cairan bergeser dari intravaskuler ke jaringan intertisium dan terjadi edema. Akibat penurunan tekanan onkotik plasma dan bergesernya cairan plasma terjadi hipovolemi, dan ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan retensi natrium dan air. Mekanisme kompensasi ini akan memperbaiki volume intravaskuler tetapi juga akan mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia sehingga edema semakin berlanjut.
Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium adalah defek renal utama. Retensi natrium oleh ginjal menyebabkan cairan ekstraseluler meningkat sehingga terjadi edema. Penurunan LFG akibat kerusakan ginjal akan menambah retensi natrium dan edema. Kedua mekanisme tersebut ditemukan pada SN. Faktor seperti asupan natrium, efek diuretik atau terapi steroid, derajat gangguan fungsi ginjal, jenis lesi gromerulus, dan keterkaitan dengan penyakit jantung atau hati akan menentukan mekanisme mana yang lebih berperan (Prodjosudjadi W., 2006).
Mekanisme underfill dapat dilihat pada gambar 4 dan Overfill pada gambar 5. proteinuria
Tekanan osmotik plasma↓
EDEMA Retensi Na Volume plasma↓ Sistem RAA hipoalbuminemia ADH↑ Retensi ANP N/↓ Retensi air
34 Gambar 4: Skema mekanisme underfill
(Sumber: Effendi I.& Pasaribu R., 2006)
Gambar 5: Skema mekanisme Overfill (Sumber: Effendi I.& Pasaribu R., 2006) E. Komplikasi
a. Keseimbangan nitrogen
Proteinuri masif pada SN menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi negatif. Penurunan masa otot sering ditemukan (10% - 20%) tetapi gejala ini tertutup oleh gejala edema anasarka, dan baru tampak setelah edema menghilang.
b. Hiperlipidemia dan lipiduri
Kadar kolesterol umumnya meningkat sedangkan trigliserid bervariasi dari normal sampai sedikit meninggi. Peningkatan kolesterol disebabkan peningkatan LDL ( Low Density Lipoprotein ), lipoprotein utama pangangkut kolesterol, LDL yang tinggi ini disebabkan peningkatan sintesis hati tanpa gangguan katabolisme. lipiduri ditandai
Defek tubulus primer Retensi Na Volume plasma↑ aldosteron↓ Tubulus resisten terhadap ANP ANP ↑ ADH↓/N EDEMA
35 dengan akumulasi lipid pada debris sel cast seperti badan lemak berbentuk oval (Oval Fat Boddies) dan Fatty cast .
c. Hiperkoagulasi
Kelainan ini disebabkan oleh perubahan tingkat dan aktifitas berbagai faktor koagulasi intinsik dan ekstrinsik. Mekanisme hiperkoagulasi pada SN cukup komplek meliputi peningkatan fibrinogen, hiperagregasi trombosit dan penurunan fibrinolisis. d. Metabolism kalsium dan tulang
Vitamin D merupakan unsur yang penting dalam metabolisme kalsium dan tulang pada manusia. Vitamin D yang terikat protein akan diekresikan melalui urin sehingga menyebabkan penurunan kadar plasma. Kadar 25(OH)D dan 1,25 (OH)2D plasma juga
ikut menurun sedangkan kadar vitamin D bebas tidak mengalami gangguan. Karena fungsi ginjal pada SN umumnya normal maka osteomalasi dan hipoparatiroidisme yang tak terkontrol jarang dijumpai.
e. Infeksi
Infeksi pada SN terjadi akibat defek imunitas humoral, selular dan gangguan sistem komplemen. Penurunan kadar IgG, IgA, dan Gamma Globulin sering ditemukan pada pasien SN oleh karena sintesis yang menurun atau katabolisme yang meningkat dan bertambah banyaknya yang terbuang melalui urin. Jumlah sel T dalam sirkulasi berkurang yang menggambarkan gangguan imunitas seluler. Hal ini dikaitkan dengan keluarnya transferin dan Zinc yang dibutuhkan oleh sel T agar dapat berfungsi dengan normal.
f. Gangguan fungsi ginjal
Penurunan volume plasma dan atau sepsis sering menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut, mekanisme lain yang menjadi penyebab gagal ginjal akut adalah edema intrarenal yang menyebabkan kompresi pada tubulus ginjal.
g. Komplikasi lain
Malnutrisi kalori protein dapat terjadi pada pasien SN dewasa terutama apabila disertai proteinuri masif, asupan oral yang kurang dan proses katabolisme yang tinggi. Hipertensi tidak jarang ditemukan sebagai komplikasi SN terutama dikaitkan dengan retensi natrium dan air (Prodjosudjadi W., 2006).
36 F. Diagnosa
a. Anamnesis: Bengkak seluruh tubuh & buang air kecil warna keruh b. Pemeriksaan fisik: edema anasarka & asites
c. Laboratorium: proteinuri masif, hiperlipidemia, hipoalbuminemia, (<3.5 gr/ l) lipiduria, hiperkoagulabilitas.
d. Pemeriksaan penunjang
Urinalisis, ureum, creatinin, tes fungsi hati, profil lipid, elektrolit.
Gula darah, hemostasis, pemeriksaan imunologi, biopsi ginjal,proteiun urin kuantitatif (Hartoko B, 2008).
Pada pemeriksaan analisis darah, kadar BUN dan kreatinin mungkin bisa atau tidak naik. Jika BUN dan kreatinin meningkat berarti pasien mempunyai penyakit gagal ginjal dan prognosisnya buruk. Biasanya ditemukan penurunan kalsium plasma. Diagnosis pasti melalui biopsi ginjal. Walaupun SN merupakan indikasi utama biopsi ginjal, namun ada pengecualian: anak berusia 1 tahun - pubertas. biasanya jenis perubahan minimal dan responsif terhadap steroid. Biopsi perlu dilakukan untuk sindrom nefrotik kongenital (Mansjoer A.,dkk., 2001).
G. Diagnosa Banding
a. Sembab non-renal : gagal jantung kongestif, gangguan nutrisi, edema hepatal, edema Quincke.
b. Glomerulonefritis akut c. Lupus sistemik eritematosus.
H. Penatalaksanaan
1. Tentukan penyebab (biopsi ginjal).
Pada orang dewasa, tidak perlu seperti anak-anak dimana dilakukan terapi steroid sebagai bagian dari penegakkan diagnosis, kelainan minimal hanya menjadi penyebab pada 10-20% kasus. terapi disesuaikan dengan diagnosis dan penyebab yang mendasari (Mansjoer A,dkk., 2001).
37 Nefropati membranosa idiopatik menunjukkan efek yang menguntungkan pada pemberian obat imunosupresif. Pada nefropati jenis ini dapat terjadi remisi spontan yang tidak diinduksi oleh pemberian terapi imunosupresif tersebut tetapi karena karakteristik penyakitnya sendiri, Pada pasien dengan proteinuria berat jarang terjadi remisi spontan. (Polanco N.et all., 2010)
2. Penatalaksanaan edema
Dianjurkan tirah baring dan memakai stocking yang menekan, terutama untuk pasien usia lanjut. Hati-hati dalam pemberian diuretik karena adanya proteinuria berat dapat menyebabkan gagal ginjal atau hipovolemik. Harus diperhatikan dan dicatat keseimbangan cairan pasien, biasanya diusahakan penurunan berat badan dan cairan 0.5-1 kg/ hari. Dilakukan pengawasan terhadap kalium plasma, natrium plasma, kreatinin dan ureum. Bila perlu diberikan tambahan kalium. Diuretik yang biasa diberikan adalah diuretik ringan, seperti tiazid dan furosemid dosis rendah, dosisnya dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan.
3. Garam dalam diet dan cairan dibatasi bila perlu. pemberian albumin intravena hanya diperlukan pada kasus-kasus refrakter, terutama bila terjadi kekurangan volume intravaskuler atau oliguria.
4. Mencegah infeksi
Biasanya diberikan antibiotik profilaksis untuk menghindari infeksi, terutama terhadap pneumokok
5. Pertimbangkan obat anti koagulasi
Dilakukan pada pasien dengan sindrom nefrotik berat kecuali bila terdapat kontra indikasi. Terapi (biasanya warfarin) dipertahankan sampai penyakitnya sembuh (Mansjoer A.,dkk., 2001).
6. Memperbaiki nutrisi
Dianjurkan pemberian makanan tinggi kalori dan rendah garam. Manfaat diet tinggi protein tidak jelas dan mungkin tidak sesuai karena adanya gagal ginjal, biasanya cukup dengan protein 50-60 g/hari ditambah kehilangan dari urin. Atau restriksi protein dengan diet protein 0,8 gram /KgBB ideal/ hari + eskresi protein dalam urin/24 jam 7. Diet rendah kolesterol <600 mg/hari
38 9. Pengobatan proteinemia dengan penghambat ACE dan/ atau antagonis reseptor
Angiotensin II
10.Pengobatan dislipidemia dengan obat golongan statin dengan kerja menurunkan kolesterol darah, misalnya lovastatin.
11.Pengobatan hipertensi dengan target tekanan darah < 125/75 mmHg. Penghambat ACE dan antagonis reseptor Angiotensin II sebagai pilihan obat utama (Hartoko B., 2008). 12.Transplantasi ginjal, pengobatan dengan transplantasi masih kontroversial.
13.Rituximab (RIT)
Rituximab adalah Antibodi monoklonal yang bekerja menghambat CD20 - sel B
mediasi - sel proliferasi dan diferensiasi. CD20 adalah suatu protein membran pada sel B
yang terdapat pada sel maligna misalnya pada Non Hodgkins Lymphoma. Francois et al melaporkan bahwa pada pasien dewasa dengan multi relaps SN dengan perubahan
minimal sukses menggunakan RIT sukses menurunkan kejadian remisi SN 14.Terapi untuk beberapa penyakit glomerulus primer yang menyebabkan SN bisa dilihat
dari tabel dibawah ini.
Tabel 2: Tabel Terapi Imun untuk Beberapa Penyakit Glomerulus Primer yang Umum Penyebab Sindrom Nefrotik
Pada orang dewasa dengan perubahan minimal glomerulopati digunakan 1mg prednisolon/ kgBB/hr selama kurang lebih delapan minggu, bila tidak memberikan respon yang memuaskan Terapi Imun untuk Beberapa Penyakit Glomerulus Primer yang Umum Penyebab
Sindrom Nefrotik
Penyakit Terapi
Perubahan Minimal glomerulopaty Kortikosteroid ( alklating agen, siklosporin)
Fokal segmental glomerulosclerosis Kortikosteroids (alkilating agen, siklosporin);
immunoabsorbsion Glomerulonefritis Membranosa Kortikosteroid ditambah alkilating
39 digunakan cicklophospamide 1-2 mg/kgBB/hr selama delapan minggu jika pasien mempunyai karakteristik yang berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal (lelaki, hipertensi, merokok, peningkatan kreatinin serum atau proteinuri yang massif.
40 PENUTUP
Sindrom Nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit gromerular yang ditandai dengan proteinuri masif >3.5 gram/ 24 jam/ 1.73 m2 disertai hipoalbuminemia, edema anasarka, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas.
Karena banyak komplikasi yang dapat timbul dari keadaan ini, misalnya penurunan massa otot karena gangguan keseimbangan nitrogen, hiperkoagulasi, osteoporosis, infeksi karena defek faktor - faktor imunologi, dan gangguan ginjal yang dapat berakhir menjadi penyakit ginjal Tahap akhir (PGTA) maka penatalaksanaan secara dini akan sangat berguna untuk mencegah gagal ginjal. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat imunosupresif, penatalaksanaan edema, diuretik ringan, seperti tiazid dan furosemid dosis rendah, pemberian albumin intravena, antibiotik profilaksis, obat anti koagulasi (asetosal), nutrisi tinggi kalori dan rendah garam,berhenti merokok.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmed M.S.& Wong C.F., 2007. Rituximab and nephrotic syndrome: a new therapeutic hope? Nephrol Dial Transplant (2008) 23: 17–19
2. Braunwald E., 2008. Sindrom Nefrotic dalam Anthony S.F., Eugene B., Dennis L., Kasper S.L. H., Don L.L., Joseph L.,(Eds). Principles of Internal Medicine. Edisi 17, Volume II. Mc Graw Hill Companies Inc.1874-75
3. Cohen E.P., 2009. Nephrotic Syndrome. www.emedicine.com.
4. Effendi I.& Pasaribu R., 2006.Edema Patofisiologi dan Penanganan dalam Aru W.S., Bambang S., Idrus A., Marcellius S.K., Siti S. (Ed).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta, Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal.513-15 5. Hartoko B., 2008. Art of Therapy. Yogyakarta. Pustaka Cendikia Press Yogyakarta. Hal.
69-70
6. Himawan S., 1979. Patologi Anatomi . Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 264-65
7. Mansjoer A., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiek S.,(Ed). 2001. Sindrom nefrotic dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta. Penerbit Media Aesculapius FKUI. Hal. 525-27
8. Orth S.R.& Berhard E., 1998. The Nephrotic Syndrome. NEJM. Volume 338. No.17. Hal 1202-11.
9. Pardede S.O., 2002. Sindrom Nefrotik Infantil. Cermin Dunia kedokteran. No.134. Hal. 32-37
10.Polanco N., Gutie E., Covarsı A., Ariza F., Carren., et all.,2010. Spontaneous Remission of Nephrotic Syndrome in Idiopathic Membranous Nephropathy. Journal of the American Society of Nephrology doi: 10.1681/ASN.2009080861
11.Prodjosudjadi W., 2006. Sindrom Nefrotik dalam Aru W.S., Bambang S., Idrus A., Marcellius S.K., Siti S. (Ed).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta, Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal. 1174 - 81
12.Wilson L.M., 1995. Gagal Ginjal Kronik dalam Price S.A.& Wilson L.M., (Ed). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses - Proses penyakit. Edisi IV. Jilid II. Hal.832-33