• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR

KIMIA MATERI POKOK SISTEM KOLOID SISWA KELAS XI IPA SMAN 4 MATARAM TAHUN AJARAN 2016/2017

THE EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) WITH CROSSWORD MEDIA ON CHEMISTRY LEARNING OUTCOMES OF COLLOID SYSTEM TOPIC

OF STUDENT CLASS XI IPA SMAN 4 MATARAM AT ACADEMIC YEAR 2016/2017

1)Mirathul Ulfah, 2)Eka Junaidi, 3)Syarifa Wahidah Al Idrus

Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Mataram, Jln. Majapahit No.62 Mataram 83125, Indonesia E-mail: mirathululfah29@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dengan menggunakan teka-teki silang terhadap hasil belajar kimia materi pokok sistem koloid pada siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental design) dengan rancangan penelitian Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram, sementara sampel yang diambil adalah kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 dengan tehnik Purposive Sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran Group Investigation (GI) dengan menggunakan media teka-teki silang, sementara variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa (dalam ranah kognitif). Teknik pengumpulan data dengan tes hasil belajar pada materi pokok sistem koloid berupa tes pilihan ganda (multiple choice test). Uji instrumen berupa uji validitas butir soal menggunakan rumus korelasi biserial dan uji reliabilitas menggunakan K-R.20, sedangkan uji validitas ahli menggunakan rumus Aiken’s V. Analisis data menggunakan uji statistik gain uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model Group Investigation dengan menggunakan media teka-teki silang berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen yang lebih tinggi (84,6) dari kelas kontrol (75). Hasil uji hipotesis dengan menggunakan gain uji-t diperoleh thitung (5,17) > ttabel (1,67) sehingga

hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan menggunakan media teka-teki silang berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar kimia materi pokok sistem koloid siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram tahun ajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Sistem Koloid, Investigasi Kelompok, Media Teka-Teki Silang.

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of the application of Group Investigation (GI) learning model with crossword puzzles to the learning chemistry outcomes colloidal system topic of students grade XI IPA SMAN 4 Mataram at academic year 2016/2017. This research was quantitative research quasi experimental with pretest-posttest nonequivalent control group design. The sample was taken by saturated sample technique. Class XI IPA 3 was selected as control class and XI IPA 4 as experimental class. The control class was taught by conventional models, whereas experimental class by group investigation model with crossword media. The independent variable in this study was the Group Investigation (GI) learning model using cross crossword media, while the dependent variable was the student learning outcomes. Multiple choice test was applied to measure learning outcomes. The biserial correlation and Aiken’s V formula were used for instrument validation. The K-20 was applied for instrument reliability. Gain t-test was used for data analysis. The results showed that application of group investigation with crossword puzzle have an effect in improving learning chemistry outcomes. It was found that the average of post-test score for experimental class and control class were 84.6 and 75, respectively. Gain t-test hypothesis indicated that the value of tcount (5.17) > ttable (1.67), so

that alternative hypothesis (Ha) was accepted. In conclusion, cooperative learning model group investigation with crossword media have significant effect toward the student learning chemistry outcomes of colloid system topic in class XI IPA SMAN 4 Mataram at academic year 2016/2017.

(2)

PENDAHULUAN

Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep kimia. Hal ini dikarenakan oleh karakteristik ilmu kimia yang bersifat abstrak. Dalam mempelajari ilmu kimia juga diperlukan pemahaman keterkaitan antar konsep[1].

Perubahan-perubahan yang dilakukan dibidang pembelajaran pada hakikatnya mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga nantinya akan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan menantang bagi siswa[2].

Pemilihan model dan media pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas belajar siswa guna menciptakan suasana belajar yang menyenangkan[3]. Pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa[4].

Model group investigation merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet[5]. Tipe ini menuntut para siswa untuk

memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama hingga akhir pembelajaran[6]. Menurut hasil penelitian sebelumnya

diketahui bahwa penggabungan model dan media teka-teki silang dalam kegiatan pembelajaran dapat

membantu membuat subjek pelajaran lebih menyenangkan dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam memahami materi. Keuntungan utama lainya dari media teka-teki silang dapat memperluas kosa kata, merangsang pikiran, mendorong pemikiran logis dan membantu meningkatkan pemahaman konsep (Saxena, 2009).

Strategi pembelajaran yang menggunakan media teka-teki silang ini termasuk dalam salah satu bagian dari strategi pembelajaran Active Learning. Hal ini tampak pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dengan belajar secara aktif, siswa tidak hanya sekedar mendengar, menerima, dan mengingat atau dengan kata lain siswa dalam kondisi pasif, namun sebaliknya siswa diajak untuk berfikir dan memahami sendiri akan materi pelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan desember hingga juni 2017 di SMAN 4 Mataram. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dalam bentuk pretest-posttest, nonequivalent control group design. Adapun perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan media teka-teki silang pada kelas eksperimen, dan model konvensional (ceramah) untuk kelas kontrol. Ada 2 variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan media teka-teki silang. Variabel terikat yang digunakan adalah peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil pre-test dan post-test.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling

(3)

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu[7]. Pertimbangan yang

digunakan disini yaitu berdasarkan dari pertimbangan guru mata pelajaran kimia untuk kelas XI IPA dengan melihat hasil nilai rata-rata ulangan tengah semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan pertimbangan dari guru mata pelajaran tersebut maka terpilihlah dua kelas sebagai sampel yang akan digunakan pada penelitian ini. Dari nilai rata-rata ulangan tengah semester kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 memiliki nilai rata-rata yang hampir sama, sehingga dapat memenuhi syarat sebagai sampel sesuai dengan karakteristik yang digunakan sebagai acuan yaitu nilai rata-rata siswa yang homogen. Shingga terpilihlah sampel kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol.

Tahapan penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengumpulan data[8]. Tahap perencanaan

terdiri dari analisis silabus, penyusunan RPP, penyusunan LKS dan penyusunan kisi-kisi instrument pembelajaran. Penyusunan instrument pembelajaran ini didasarkan pada silabus dan kurikulum yang digunakan di sekolah. Tahapan validasi instrument pada penelitian ini menggunakan validasi isi dan validasi empiris[9]. Pengujian validasi menggunakan

perumusan Aiken’s V[10]. Hasil uji coba instrument tes

pilihan ganda diperoleh soal yang valid 30 butir soal dari 45 butir soal yang telah diuji cobakan. Tahapan pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu pre-test, proses belajar, dan post-test. Pada tahap terakhir pengumpulan data penelitian, dilakukan uji homogenitas digunakan rumus uji F, diperoleh nilai homogenitas F hitung kurang dari F tabel sehingga data dapat dikatakan homogen. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan rumus Chi-kuadrat (χ2). Apabila χ2 hitung kurang dari χ2 tabel

maka dapat dikatakan data yang diperoleh terdistribusi

normal[11]. Data yang berupa skor yang diperoleh dari

hasil pre-test dan post-test kemudian akan diolah secara kuantitatif dan peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah diberi perlakuan akan dihitung dengan menggunakan rumus gain uji-t. Penggunaan gain uji-t pada dasarnya adalah membandingkan nilai selisih pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen[12].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian ini berupa data hasil pre-test dan post-test. Pre-test dibeerikan untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal siswa, yang instrumennya terdiri dari 10 soal pilihan ganda. Rata-rata nilai pre-test kelas kontrol adalah 31 untuk kelas eksperimen dan 39 untuk kelas kontrol. Kedua kelas sama-sama memiliki nilai tertinggi 60 pada hasil pre-test dan nilai terendah 10 pada hasil pre-test. Nilai rata-rata post-test.

Tabel 1.1 Hasil Pre-test dan Post-test

Hasil pre-test dan post-test siswa selanjutnya diuji homogenitas dan normalitas. Pengujian hipotesis digunakan rumus gain uji-t. Penggunaan gain uji-t pada dasarnya adalah membandingkan nilai selisih pretest dan posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen[12]. Pengambilan keputusan didasarkan

nilai thitung yang diperoleh berdasarkan perhitungan

menggunakan gain uji-t. nilai thitung kemudian akan

dibandingkan dengan ttabel. Hasil perhitungan

diperoleh thitung = 5,174, sedangkan ttabel pada taraf

Eksperimen Kontrol Pre-test Post-test Pre-test Post-test Jumlah siswa 34 34 34 34 Nilai tertinggi 60 100 60 95 Nilai terendah 10 65 10 55 Nilai rata-rata 31 84.6 39 75

(4)

signifikan 5% adalah 1,67. Nilai thitung > ttabelmaka H0

ditolak dan Ha diterima.

Terjadi peningkatan hasil belajar pada kedua kelas ini, tetapi hasil belajar pada kelas eksperimen ini lebih tinggi terjadi peningkatan dari pada kelas kontrol. Hal dikarenakan adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada kedua kelas, yang dimana padaa kelas eksprimen diberikan perlakuan menggunakan model group investigation dengan media teka-teki silang, sedangkan pada kelas kontrol diberikan perlakuan dengan model konvensional. Peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol dipengaruhi oleh faktor pemberian latihan soal dan tugas rumah setiap proses pembelajaran. Hal ini diduga dapat membantu siswa untuk tetap membaca kembali materi yang telah diajarkan di sekolah, dengan begitu siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang bersifat konsep. Begitupula pada kelas eksperimen yang diajar menggunakan group investigation dengan menggunakan media teka-teki silang.

Pada kelas eksperimen diperoleh hasil belajar yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini diduga disebabkan oleh, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk mencari materi yang berkaitan dengan topik pembelajaran yang akan dipelajari pada setiap pertemuan, siswa juga berdiskusi dengan kelompok untuk mencari solusi dari gambar yang diberikan dan dengan digunakannya media teka-teki silang pada akhir pembelajaran akan meningkatkan semangat siswa diakhir pembelajaran yaitu dengan cara siswa mengisi setiap kotak teka-teki silang. Sehingga pembelajaran yang berlangsung di kelas tidak hanya berpusat pada guru saja, tetapi pembelajaran akan berlangsung dua arah. Hal ini juga sejalan dengan yang telah ditetapkan pada kurikulum 2013 bahwa pembelajaran tidak hanya dipusatkan pada guru saja, tetapi harus berpusat pada siswa. Selain itu pada model pembelajaran kooperatif tipe

group insvestigation ini juga siswa dituntut untuk mencari sendiri solusi dari setiap pemecahan masalah yang diberikan dengan berdiskusi kelompok dan guru hanya menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat dari teka-teki silang yang ada diakhir pembelajaran yaitu untuk mengevaluasi kembali materi yang telah didiskusikan, apakah siswa memahami materi yang telah didiskusikan atau tidak, dan teka-teki silang ini juga dapat membantu memperluas kosa kata siswa serta dapat merangsang kembali pengetahuan siswa.

Berdasarkan hasil analisis data pada kegiatan pos-test, jika dilihat dari segi ketuntasan klasikal (KKM) dari kedua kelas didapatkan ketuntasan klasikal untuk kelas eksperimen yaitu 97% dan kelas kontrol yaitu 74%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional dengan kelas eksperimen yang diajarkan dengan group investigation, dengan menggunakan media teka-teki silang.

Gambar 1.1 Grafik Presentase Ketuntasan

Fakta diatas turut dipublikasikan oleh Ida Ayu (2013)[13], yang membandingkan antara model

pembelajaran group investigation dengan media teka-teki silang dan peta konsep. Pada penelitian sebelumnya Ida Ayu (2013), menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan media teka-teki silang lebih efektif dalam 97% 74% 0% 25% 50% 75% 100% kelas eksperimen kelas kontrol kelas eksperimen kelas kontrol

(5)

meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan media peta konsep. Model pembelajaran group investigation ini melibatkan siswa dalam tahap pencarian materi melalui investigasi secara kelompok, hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi di dalam kelompok. Adapun media teka-teki silang yang digunakan ini dapat meningkatkan kreatifitas, minat, dan daya ingat siswa karena penyajian teka-teki silang yang berupa kotak-kotak yang saling berhubungan, sehingga akan merangsang daya nalar siswa dalam menjawab, dan akan lama diingat oleh siswa serta dapat mendukung dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Meskipun terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional akan tetapi hasil tersebut masih belum maksimal, hal ini disebabkan adanya beberapa faktor diantaranya: siswa tidak terlalu memperhatikan saat guru menjelaskan materi pembelajaran, pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah yang memungkinkan dapat menimbulkan rasa kebosan pada siswa sehingga siswa lebih memilih mengerjakan hal yang lainnya pada saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran, serta sebagian besar siswa tidak mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Faktor-faktor inilah yang diduga menyebabkan hasil belajar pada kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas varians pre-test didapatkan nilai Fhitung < Ftabel yaitu 1,05 < 1,80 dan hasil perhitungan uji homogenitas varians post-test didapatkan nilai Fhitung < Ftabel yaitu 1,44 < 1,80 sehingga varians kelompok data kedua kelas tersebut homogen. Karena kedua kelas memiliki jumlah siswa yang sama (n1 = n2) dan hasil uji

homogenitas varians menunjukkan hasil yang homogen, maka dapat digunakan rumus gain uji-t. Dalam hal ini, peneliti menggunakan perhitungan gain

uji-t yang menghasilkan nilai thitung sebesar 5,17. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai ttabel pada dk 66 dan taraf signifikan 5% yaitu sebesar 1,67. Maka dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak, dan Hipotesis alternatif (Ha) diterima, yaitu perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian dan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan menggunakan media teka-teki silang terhadap hasil belajar kimia materi pokok sistem koloid siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram tahun ajaran 2016/2017.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan menggunakan media teka-teki silang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia materi pokok sistem koloid siswa kelas XI IPA SMAN 4 Mataram tahun ajaran 2016/2017.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Melati, H. A. 2010. Meningkatkan Aktivitas dan

Hasil BelajarSiswa SMAN 1 Sungai Ambawang Melalui Pembelajaran Model Advance Organizer Berlatar Number Heads Together (NHT) Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, Pendidikan MIPA FKIP-UNTAN Pontianak.

[2] Epinur, S. W., Sanova. A. 2014. Penerapan Metode

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Diagram Vee terhadap Keterampilan Proses Sains pada Materi Termokimia Berbasis Virtual Lab. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.16(1). 15-22.

[3] Utomo, T., Wahyuni, D., Hariyadi, S. 2014.

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap

(6)

Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran 2012/2013). Jurnal Edukasi UNEJ. 1(1). 5-9

[4] Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta:

Rajawali Press.

[5] Sudjana, N. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Biru Algesindo.

[6] Mastari. 2012. Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Kimia Materi Pokok Reaksi Redoks Pada Siswa Kelas X Semester 2 MA Nahdatul Wathan Narmada Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi S1 Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram.

[7] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

[8] Farikha, L. I, Redjeki, T, Utomo, S. B. 2015.

Penerapan Model Pembelajaaran Predict Observe Explain (POE) Disertai Eksperimen pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MIA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). 4 (4). 95-102.

[9] Nurmala, M. D, Retnowati, T. H. 2013.

Pengembangan Instrumen Penilaian. Skripsi Mahasiswa. Jurnal Evaluasi Pendidikan. 1. (1). 25-33.

[10] Aiken, L. R. 1985. Three Coefficients for

Analyzing the Reliability and Validiti of Ratings. Journal of Educational and Psychological Measurement. 45 (1). 131-142.

[11] Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

[12] Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.

Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

[13] Ayu, I, dkk. 2013. Pembelajaran Kooperatif Group

Investigation Menggunakan Media Teka-Teki Silang dan Peta Konsep pada Materi Koloid Kelas XI Semester II SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia FKIP UNS.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam sistem bilangan kompleks sering dijumpai bilangan kompleks sekawan (konjugat kompleks). Dua bilangan kompleks disebut sekawan apabila nilai realnya sama dan tanda

Bab IV berisi tentang hasil analisis data dan menjawab permasalahan yang ada dalam rumusan masalah, meliputi : Proses mentoring LDK Al-Izzah UIN Sumatera Utara

Kulit kering atau xerosis adalah kelainan kulit terjadi akibat modifikasi lipid dan hidrasi yang terganggu pada sawar stratum korneum.. Perubahan struktur lipid pada

Paving block dengan komposisi partikel kemiri dan perlakuan pengarangan berpengaruh nyata terhadap kuat tekan, ketahanan terhadap natrium sulfat dan porositas tetapi

Kedua , bagi pihak pelaku usaha jasa penitipan kendaraan/perparkiran (Tempat Parkir milik CV. KDU, Parkir Sepeda-Motor “BAROKAH”, dan Tempat Penitipan Kendaraan “RANDY JAYA

Sebagai indikator penyembuhan ikan lele dari penyakit kuning adalah konsentarsi bilirubin dalam serum darah, enzim transaminase dalam darah yaitu SGPT dan SGOT,

( proses belajar akan terjadi pe arah yang lebih baik, dewasa matang dalam diri indivi penelitian didapatkan responde dengan tingkat pendidika sebanyak 23 responden

Dalam mengerjarakan soal, siswa cenderung menggunakan cara yang telah. diberikan