• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah promkes lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah promkes lansia"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin luasnya pelaksanaan upaya kesehatan dan keberhasilan pembangunan nasional pada semua sector, sehingga hal tersebut mendorong peningkatan kesejahteraan sosioekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.

Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan).

Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.

Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi mengendur, timbul keriput, rambut menjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima ide baru.

Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.

(2)

1.2.1 Apakah yang dimaksud isu-isu pada lansia ?

1.2.2 Bagaimana strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada lansia? 1.2.3 Bagaimana dukungan terhadap orang yang merawat lansia ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mendeskripsikan isu-isu pada lansia

1.3.2 Untuk mendeskripsikan strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada lansia 1.3.3 Untuk mendeskripsikan dukungan terhadap orang yang merawat lansia.

1.4 Manfaat

Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang komunitas 2 yang berhungan dengan Isu – isu, strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan lansia serta dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Geriatri

Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna (DEPKES RI, 2000)

(4)

Gerontology adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan masalah yang akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social, ekonomi, perilaku, lingkungan dan lail-lain. (DEPKES RI, 2000)

Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:

1. Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan/kesehatan.

2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.

3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai. 4. Melakukan pengobatan yang tepat.

5. Memelihara kemandirian secara maksimal.

6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang.

Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual). 2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.

3. Diagnosis secara terpadu. 4. Team work (koordinasi).

5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.

Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia, geriatric baru berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya, geriatric mengusahakan agar para lansia dapat menjadi lansia yang berguna dan bahagia, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

2.2 Issu dan Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik  Masalah kehidupan sexual

Adanya anggapan bahwa semua ketertarikn seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada

(5)

aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit atau mengalami ketidakmampuan, dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasanagan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intin dapat berulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.

Perubahan perilaku

Pada lansia seering dijumpai terjaadi perubahan perilaku diantaranya : daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.

Pembatasan fisik

Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencakupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

Palliative care

Pemberian obat pad lansia yang bersifat palliative care adalah obat tersebut ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena polifarmasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gangguan jantung dan edema mungkin diobati dengan digoksin dan diuretika. Diuretic berfingsi untuk mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digoksin. Klien yang sama mungkin mengalami depressi sehingga diobati dengan antidepresi. Dan efek samping Antidepressant adalah retensi urin. Dan efek samping inilah yang menyebabkan ketidaknyamanan pada lansia.

(6)

Penggunaan obat

Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologis pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :

a. Bingung b. Lemah ingatan c. Penglihatan berkurang d. Tidak bisa memegang

e. Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan dijalankan.

Kesehatan mental

Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya.

Hukum dan etik dalam perawatan gerontik

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada : 1. Pasal 27

• Segala W.N. bersama kedudukannya didalam hokum dan pemerintahan dan wajib menjunjungnya hokum dan pemerintahannya itu dengan tidak ada kecualinya.

(7)

• Tiap-tiap W.N. berhak atas pekerjaannya dn penghidupannya yang layak bagi kemanusiaan

2. Pasal 34

Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Berpedoman pada hokum tersebut, sebagai perawat kesehatan masyarakat bertanggung jawab dalam mencegah penganiayaan. Penganiayaan yang dimaksud dapat berupa : penyia-nyiaan, penganiayaan yang disengaja dan eksploitasi. Sedangkan pencegahan yang dapat dilakukan adalah berupa : perlindungan dirumah, perlindungan hokum dan perawatan dirumah. Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :

• Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memeperhatikan suku, ras, golongan, pangkat, jabatan, status social, masalah kesehatan.

• Menjaga rahasia klien

• Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, praktek illegal

• Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya • Perawat menjaga kompetensi keperawatan

• Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetensi individu serta kualifikasi dalam memberikan konsultasi

• Berpartisipasi aktif dalam kelanjutannya perkembangan body of knowledge • Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan standar professional

• Berpartisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang salah dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat.

Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain atau ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhakan oleh masyarakat termasuk pada lansia.

(8)

Salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada dipuskesmas sasarannya adalah keluarga yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya membutuhkan perhatian yang khusus. Perkembangan yang terjadi tersebut tentunya menuntut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya tidak berlebihan sebab hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dibidang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat 2010” yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan perawatan yang baik dan perhatian yang selayaknya

2.3 Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia • Masyarakat sehat 2010 dan lansia

Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika ( USDHHS, 1998 ). Dokumen ini mengindikasikan bahwa aspek terpenting dalam promosi kesehatan lansia adalah mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional. Banyak tujuan yang ditetapkan untuk masyarakat sehat 2000 ( USDHHS, 1991 ) yang dicakupkan ke dalam tujuan Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan program promosi kesehatan untuk komunitas lansia perawat komunitas harus memasukkan area prioritas dan tujuan spesifik yang terdapat dalam masyarakat sehat 2010. Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010 yang dapat diarahkan pada lansia adalah meningkatkan setidaknya 90 % proporsi individu berusia 65 tahun atau lebih yang telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya pada setidaknya satu program promosi kesehatan terorganisasi.

2.3.1 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia

Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep

(9)

kesehatan lansia harus ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan. Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan

1. Meningkatkan kemampuan fungsional 2. Memperpanjang usia hidup

3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O’Malley dan Blakeney, 1994 ) Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.

2.3.2 Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok

Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus – individu atau keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kompetensi individu atau keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya adalah mendayagunakan lansia dan keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang rasional. Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi kesehatan dan proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah :

a. Skrining kesehatan b. Modifikasi gaya hidup

c. Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok ) d. Konseling

(10)

e. Kelompok pendukung f. Pelayanan kesehatan primer g. Imunisasi

h. Keamanan di rumah

i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan personal atau bantuan rumah tangga )

j. Makanan yang dikirimkan ke rumah

k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah ) l. Manajemen kasus

m. Bantuan pemeliharaan di rumah

2.3.3 Intervensi berfokus pada komunitas

Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang diarahkan pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok lansia yang beragam di komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas adalah meningkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas terhadap pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai dan dibutuhkan dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status fungsional lansia di komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi tindakan politis dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang memengaruhi lansia di komunitas. Contoh intervensi berfokus komunitas adalah sebagai berikut :

• Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang menekankan pada masyarakat lansia

• Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai older American Month ( bulan lansia Amerika )

• Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti pengembangan pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet

• Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti mempertahankan atau memperluas tanggunagan medicare untuk pelayanan di rumah

(11)

• Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia proyek pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok asia

• Aktivitas pencegahan kejahatan

• Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas. 2.3.4 Kemitraan dengan Komunitas Lansia

Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi meningkatkan kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang efektif perawat kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok lansia yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial karena lansia sensitif terhadap kehilangan potensi kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa kemandirian mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja dengan lansia di komunitas antara lain:

1. Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti gereja, senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.

2. Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program

3. Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok

4. Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau penglihatan tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar, membatasi penggunaan makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan / atau pengeras suara yang adekuat.

5. Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup untuk berespons

6. Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman hidup 7. Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat

(12)

9. Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa nyaman pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau menanyakan informasi baru atau informasi yang masih meragukan mereka

10. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat

11. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas serta kebijakan yang memengaruhi lansia

2.3.5 Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia di komunitas a. Pelayanan Kesehatan

Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan kesehatan primer yang teratur untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit kronik kecacatan serta kondisi yang mengancam hidupnya. Pelayanan promosi kesehatan yang dapat mendasari intervensi keperawatan komunitas meliputi :

1. Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, pneumokokus )

2. Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit kardiovaskuler, dan diabetes.

3. Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada ( pendidikan kesehatan, manajemen kasus,dan manajemen medikasi).

4. Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan biaya ( termasuk biaya pengobatan alternatif ) dari Medicare/Medicare Managed Care, asuransi Medicare tambahan, dan program asuransi kesehatan spesifik. 5. Program outreach dan upaya advokasi untuk menjamin akses lansia

pada sumber-sumber yang dibutuhkan; seperti advokasi kesehatan, pelatihan kesehatan, dan pengendali akses di komunitas, Personel yang ditugaskan bisa karyawan perusahaan swasta, staf gereja, dan karyawan perudahaan BUMN yang dapat merujuk lansia kepada sumber-sumber yang ada di komunitas (Florioet al, 1996).

6. Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada serta advokasi untuk membuat program yang mereka butuhkan.

(13)

7. Pendidikan mengenai manajemen medikasi ( penjadwalan, kepatuhan, kalender, dan sebagainya ).

8. Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer. 9. One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.

10. Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.

b. Nutrisi

Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia dalam mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit, yang memperlambat perkembangan penyakit kronis yang di derita. Dalam upaya membantu lansia meningkatkan dan mempertahankan status nutrisinya, pengkajian nutrisi dan membangun kekuatan yang ada adalah hal yang sangat membantu. Daftar Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision Screning Checklist ) yang dibuat oleh American Academy of Family Physicians, American Dietetic Association, dan National Council on Aging ( Nutrition Screning Initiative, 1992 ) adalah alat pengkajian nutrisi yang sangat baik. Berikut ini adalah program kemitraan dalam bidang kesehatan nutrisi yang dapat Anda pertimbangkan.

c. “Makan sehat dan enak!”

Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang berfokus pada nutrisi dasar dan manajemen resiko nutrisi ( rendah garam, rendah lemak, rendah gula, tinggi serat dan sebagainya ). Apabila kebutuhan terhadap diet gula khusus harus dibahas, pertimbangkan untuk mengadakan serial kelas dan bentuk kelompok menurut ingkatran kebutuhan diet spesifiknya. Kelas nutrisi akan lebih efektif jiak penyajiannya sangat interaktif dengan para partisipan-mencicipi dan berbagi resep, membangun kebiasaan positif yang ada, dan memasukkan makanan yang etnis. Pemasangan poster dengan tulisan yang besar dan berwarna-warni serta tayangan video aalah langkah yang tepat. Makalah juga bisa membantu. Ingat, lansia senang membicarakan dan menceritakan pengalaman hidup mereka. Berikan hadiah kepda lansia yang menghadiri kelas, seperti tongkat, kanduk kertas, makaronidan makanan yang tidak cepat membusuk. Dapatkan bantuan hadiah dari toko yang menjual bahan makanan. Tantangan terbesarnya adalah enumbuhkan minat para lansia

(14)

untukmenghadirikelas ini. Pertimbangkan individu dari komunitas atau kelompok teman sebaya untuk membantu marketing dan program outreach. d. Olahraga dan Kebugaran

Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang rentang kehidupan manusia. Olahraga untuk lansia harus mempertimbangkan kesehatan dan status fungsionalnya. Di bawah ini adalah beberapa bentuk program olahraga kebugaran.

 “DUDUK MENENDANG KE ATAS: OLAHRAGA UNTUK LANSIA”

Ketika mengadakan klinik skrining tekanan darah dipusat nutrisi lansia, perawat mengobservasi bahwa pengunjung sering kali datang sekitar pukul 8 pagi. Mereka mengisi waktu dengan duduk-duduk sampai makan siang dihidangkan pada pukul 12 siang. Mereka bermain permainan meja seperti kartu atau domino, tetapi aktivitas fisik mereka sedikit. Ketika memeriksa tekanan darah, perawat menanyakan tentang aktivitas fisik yang lansia lakukan dan memperoleh informasi bahwa kebanyakan lansia tidak merasa aman untuk berjalan di sekitar lingkungan mereka atau mereka belum mengetahui bentuk lain dari olahraga. Setelah memvalidasi kebutuhan terhadap tipe olahraga ringan ( low-impact ) yang dapat dilakukan di kursi,suatu program dikembangkan dan beberapa pertisipan dilatih sebagai instruktur olahraga. Rogram tersebut dinamakan “Duduk, Menendang ke Atas: Olahraga untuk Lansia”. Dengan bimbingan sukarelawan instruktur olahraga, program telah dimasukkan secara nyata ke dalam jadwal aktivitas sehari-hari.

 Pencegahan jatuh

Jatuh adalah masalah besar pada lansia. Anda mungkin hendak membangun sebuah tim dengan ahli terapi oku pasional dan ahli terapi fisik untuk mengadakan kelas pencegahan jatuh pada lokasi tempat para lansia biasa berkumpul ( ya , mungkin saja anda tidak dapat mempengaruhi para lansia untuk datang mengahadiri kelas ini yang justru sangat mereka butuhkan; para lansia tersebut berada di rumahanya karena meraka takut jatuh jika mereka pergi keluar).

(15)

Beberapa individu dapat memberikan koesioner mengenai pengkajian jatuh, sebagian lagi dapat melakukan tes keseimbangan, mendemonstrasikan cara – cara untuk mencegah jatuh dan memberikan konseling individual mengenai hal – hal yang dapat menyebabkan jatuh. Proyek kolaborasif multidisiplin ini dapat berdampak sangat besar terhadap masalah yang terkadang mengakibatkan lansia kehilangan kemandiriannya atau bahkan dapat membawa kepada kematian. Anda mungkin perlu memasarkan proyek ini serta mendapatkan tempat untuk skrining, tes keseimbangan, demonstrasi dan konseling. Pertimbangkan untuk memiliki formulir pernyataan dan persetujuan untuk menjalani tes keseimbangan pada setiap kejadian jatuh.

 Keamanan komunitas

Dalam upaya menurunkan ketakutan lansia terhadap kekerasan yang sering menghantui mereka, perawat perlu bekerja sama dengan lembaga penegak hukum setempat untuk mengembangkan program komunitas. Prototipe program meliputi neighborbood crime watch program, citizens on patrol dan program keamanan organisasi kemasyarakatan lainnya. Lansia membutuhkan pendidikan yang mencakup program pertahan diri, baik secara fisik maupun secara psikologis. Kampanye media di masyarakat harus berkonsentrasi pada upaya menumbuhkan kewaspadaan lansia terhadap tipe – tipe kejahatan spesifik di dalam masyarakat, termasuk frekuensi dan waktu kejadian. Selain itu, menabungkan cek bulanan untuk menurunkan kerentanan terhadap kejahatan.

 Keamanan berkendara

Seiring dengan peningkatan presentasi lansia di amerika, jumlah pengendara lansia juga semakin banyak. Derekomendasikan agar pengendara lansia belajar mengemudi kembali untuk mengakomodasikan perubahan neuromuskular dan sensorik yang terjadi seiring proses menua. Pengendara lansia dianjurka untuk mengevaluasi kemabli secara periodik kemampuan mereka dalam mengemudi, termasuk pemerikasaan penglihatan / pendengaran dan evaluasi perubahan fisik lainnya dapat mempengaruhi mereka dalam

(16)

berkendara. AARP mensponsori 55 ALIVE / Mature Driving Program untuk membantu pengendara yang berusia lanjut meningkatkan kemampuan berkendaranya, mencegah tabrakan kendaraan dan menghindari pelanggaran lalu lintas (AARP, 1999a) . AARP juga menerbitkan Older Driver Assesment and Resource Guide ( panduan pengkajian dan sumber pengemudi lansia) yang disediakan secara gratis. Pengemudi yang berusia lanjut harus mengacu kepada sumber ini atau sumber lain yang ada di komunitas.  LEGISLASI SIGNIFIKAN DAN LANSIA AMERIKA

Akhirnya, beberapa bagian legislasi yang penting patut untuk didiskusikan. Dua bagian penting dari legislasi yang mempengruhi kehidupan lansia di amerika adalah Social Security Act tahun 1935 dan Older Americans Act (OAA) tahun 1965. Social Security Act berisi banyak program bagi para lansia, termauk bantuan finansial dan pelayana kesehatan. Ketentuan utamanya adalah meningkatkan sistem tunjangan bagi lansia dan memungkinkan negara untuk memberikan santunan kepada tunanetra, masyarakat yang sudah tua, serta anak – anak cacat dan terlantar. Undang – undang ini membentuk Social Security Board (badan pengaman social) dan mekanisme untuk meningkatkan uang pensiun dan tunjangan kesejahteraan. Satu amandemen paling signifikan muncul pada tahun 1965, yang ditandai dengan berdirinya program asuransi kesehatan Medicare dan Medicaid. OAA mengarahkan atensi negara kepaa kebutuhan lansia dan mengesahkan the Administration On Aging Within The Department Of Health And Human Services. OAA mendanai riset serta pelatihan gerontologi dan memfasiltasi program lokal, negara, dan nasional guna meningkatkan kualitas hidup lansia. Selama bertahun – tahun, OAA telah menetapkan bermacam – macam pelayanan untuk lansia, termasuk lembaga yang melayani lansia, pusat multiguna lansia, pelayanan nutrisi, program relawan, pendidikan kesehatan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan dirumah, dan aktivitas kesehatan preventif. Legislasi lain yang membantu peningkatan kualitas hidup lansia adalah The Age Discrimonation Act tahun 1974 yang mencegah diskriminasi pada lansia dalam pekerjaan dan mencegah pensiun yang dipaksakan ;

(17)

research on aging act tahun 1974, yang membentuk National Institute Of Aging dalam The National Institute Of Health dan American Disabilities Act tahun 1990 yang menjamin hak – hak warga amerika yang mengalami kecacatan.

2.3.6 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia

Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di kalangan lansia – penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalami penyakit kronis secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru seperti masa tua dengan penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap proses penuaan ) dan penurunan morbiditas ( misalnya penundaan awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap akhir kehidupan ). Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan kesehatan.

2.3.7 Promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan

Penelitian terbaru menemukan bahwa lansia tertarik dalam promosi kesehatan dan banyak lansia pada saat ini mempraktikan lebih banyak perilaku promosi kesehatan daripada kelompok usia yang lebih muda. Ketika ditanyakan perilaku apakah yang mereka inginkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya lansia menyebutkan hal – hal seperti tetap aktif dan memelihara pandangan positif terhadap kehidupan olahraga, nutrisi, istirahat dan relaksasi memantau tekanan darah dan pemeriksaan kesehatan dan disiplin diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak terlalu berat. Hal – hal tersebut sebenarnya mewakili suatu kombinasi perilaku promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan ( pencegahan ) Menurt pender promosi kesehatan adalah pola multidimensional dari tindakan dan persepsi yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat membantu memelihara atau meningkatkan kesehatan aktualisasi diri dan pemenuhan kebutuhan

(18)

individu. Perilaku – perilaku tersebut misalnya melakukan aktivitas fisik dan mental secara teratur memperoleh nutrisi istirahat dan relaksasi yang adekuat dan memelihara jaringan dukungan sosial; semua itu merupakan perilaku promosi kesehatan karena dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan seseorang.

Promosi kesehatan untuk lansia, tidak difokuskan pada penyakit atau ketidakmampuan terapi lebih pada kekuatan dan kemampuan lansia tersebut. Promosi kesehatan berusaha untuk memaksimalakan potensi lansia dan meminimalkan efek penuaan. Aktivitas promosi kesehatan utama yang tepat untuk lansia adalah aktifitas fisik, mental, dan sosial secara teratur, nutrisi adekuat, pengendalian berat badan dan menejemen stres.

Penemuan ini menunjukkan kesempatan yang unik bagi profesi keperawatan. Perawat memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas kehidupan dalam porsi yang penting bagi populasi dengan menggunakan kerangaka kerja promosi kesehatan untuk mengorganisasikan dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia. Pendekatan ini mendorong perawat untuk memandang lansia secara positifuntuk mengidentifikasi dan membangun kekuatan daripada memusatkan pada keterbatasan dan masalah. Periilaku perlindungan kesehatan adalah aktifitas yang diarahkan untuk mengurangi resiko individu terhadap perkembangannya penyakit tertentu. Misalnya pemeriksaan kesehatan secara teratur dan penggunaan obat – obatan secara tepat merupakan perilaku perlindungan kesehatan. Beberapa perilaku ada yang termasuk promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan. Misalnya, olah raga secara teratur merupakan perilaku untuk melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko seseorang menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, diabetes melitus pada saat dewasa akibat obesitas dan osteoporosis. Pembatasan diet khusus, seperti diet rendah kolesterol atau diet tinggi serat merupakan perilaku untuk perlindungan kesehatan melawan penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker. Penjelasan selengkapnya tentang perlindungan kesehatan terhadap masalah – masalah yang sering terjadi pada lansia

2.3.8 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

(19)

1. Azaz

a. Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that Have Been Added to Life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi, perawatan, pemenuhan diri, dan kehormatan.

b. Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Menurut WHO (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Menikmati hasil pembangunan.

b. Masing-masing lansia memiliki keunikan. c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal. d. Lansia turut memilih kebijakan.

e. Memberikan perawatan dirumah. f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah.

g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi. h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia. i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya. j. Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.

3. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan. a. Promotif

(20)

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup mereka.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut: • Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh,

mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.

• Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan menigkatkan penggunaan system keamanan kerja.

• Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.

• Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.

Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia, baik perorangan maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut:

(21)

• Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.

• Menjalin hubungan teratur dengan keluarga dan sesama. • Olahraga ringan setiap hari.

• Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak minum (sebaiknya air putih).

• Berhenti merokok dan meminum minuman keras. • Meminum obat sesuai anjuran dokter.

• Kembangkan hobi atau minat sesuai kemampuan. • Tetap memeliharan dan bergairah dalam kehidupan seks. • Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur.

Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.

• B-Berat badan berlebihan harus dihindari. • A-Atur makanan yang seimbang.

• H-Hindari factor resiko penyakit jantung iskemik dan situasi menegangkan.

• A-Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan atau hobi yang bermanfaat.

• G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan. • I-Ikuti nasihat dokter.

• A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.

b. Preventif

(22)

• Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan promosi kesehatan.

Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut. - Program imunisasi, misalnya vaksin influenza. - Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol. - Dukungan nutrisi.

- Exircise.

- Keamanan didalam dan disekitar rumah. - Manajemen stress.

- Penggunaan medikasi yang tepat.

• Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan mengidap factor resiko.

Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut.

- Control hipertensi.

- Deteksi dan pengobatan kanker.

- Screening : pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.

• Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3) perawatan jangka panjang.

(23)

- Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal.

- Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi.

2.4 Sosial Worker

Tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak orang yang memandang rendah pekerja sosial. Padahal di negara-negara maju, pekerja sosial telah dianggap sebagai sebuah profesi yang serius. Menjadi seorang pekerja sosial tidak semata-mata tanpa mempunyai modal ketrampilan. Pekerja sosial sebagai pekerja profesional harus membekali diri mereka dengan ketrampilan dan keahlian khusus. bahkan telah ada lembaga atau sekolah yang khusus didirikan untuk memberikan pelajaan tentang ketrampilan dan keahlian bagi para pekeja sosial

2.4.1 Definisi Sosial Wolker

Berikut ini adalah pengertian dan definisi pekerja sosial menurut para ahli: • Yayasan obor indonesia

Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan formal atau pengalaman praktik di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial.

• Endang moertopo

Pekerja sosial adalah seseorang yang memiliki dasar pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai pekerjaan sosial yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial

• Kementrian sosial republik indonesia

Pekerja sosial adalah orang yang memiliki profesi pertolongan • Tara kuther, ph.d

(24)

Pekerja sosial adalah seorang profesional, yang paling sering bekerja dengan orang dan membantu mereka mengelola kehidupan sehari-hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan penyakit, cacat, kematian, dan memberikan pelayanan sosial, seperti perawatan kesehatan, bantuan pemerintah, dan bantuan hukum.

• Jack claridge

Pekerja sosial adalah sorang individu yang bertujuan untuk membantu orang-orang dalam masyarakat yang tidak mampu atau kesulitan dalam menangani masalah kehidupan yang mereka hadapi. Pekerja sosial dapat melakukan tugas mereka di sekolah, rumah sakit, organisasi, dan sektor publik lainnya.

• Princeton

Pekerja sosial ialah seseorang yang menghabiskan hari-hari mereka membantu orang yang emmpunyai masalah dengan kesehatan, psikologis, sosial, atau bahkan masalah keuangan

• Pincus dan Anne Minahan

Pekerjaan Sosial adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi antara orang/sekelompok orang dengan lingkungan sosial mereka sehingga memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengatasi kesulitan dan mewujudkan aspirasi serta nilai-nilai mereka.

• C Walter A. Fried Kandar

1. Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kamanusiaan yang tujuan utamanya adalah membantu keberfungsian sosial individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan peran-peran sosialnya (Siporin, 1975; Morales dan Sheafor, 1989; Suharto, 1997). Para pekerja sosial, memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai pertolongan yang diperoleh melalui pendidikan (perguruan tinggi).

2. Pekerja Sosial Profesional

Adalah mereka-mereka yang melakukan peran sebagai pekerja sosial dalam berbagai segmennya, baik di masyarakat (pekerja sosial masyarakat), di ranah industri (pekerja sosial industri), maupun di ranah kesehatan (pekerja sosial medis) secara profesional, didasarkan pada latar belakang keilmuan yang diperoleh melalui jalur pendidikan tinggi bidang pekerjaan sosial. Atas hal ini, maka seluruh aktivitasnya mulai dari perencanaan, pentahapan, metode, teknik, pendekatan, dan yang lainnya yang digunakan didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah yang, tentu saja, bisa dipertanggungjawabkan.

(25)

• Walter A. Friedlander

Pekerjaan sosial medis adalah “pelayanan yang bercirikan pada bantuan sosial dan emosional yang mempengaruhi pasien dalam hubungannya dengan penyakit dan penyembuhannya.“ “Medical social work : the social work practice that occurs in hospital and others health care setting to facilitate good health, prevent illness, and aid physically patients and their families to resolve the social and psychological problems related to the illness. “

• Rex A. Skidmore dan Trackery (1994 : 146) :

“Pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan sebagai praktik kerjasama pekerja sosial dalam bidang kesehatan dan dalam program-program pelayanan kesehatan masyarakat. Praktik pekerjaan sosial dalam bidang pelayanan kesehatan mengarah pada penyakit yang disebabkan atau berhubungan dengan tekanan-tekanan sosial yang mengakibatkan kegagalan-kegagalan dalam pelaksanaan fungsi relasi-relasi sosial.“

• Istilah pekerjaan sosial medis pada perkembangan lebih lanjut diganti dengan istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan (Social Work in Health Care).

Istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan dianggap lebih fleksibel dan lebih luas dibanding dengan istilah Pekerjaan sosial medis yang hanya berkonotasi penyembuhan (Medicine).Pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan meliputi : pekerjaan sosial di rumah sakit (Social Work in Hospital), Pekerjaan sosial dalam keluarga (Social Work in Family) dan pekerjaan sosial dalam kesehatan masyarakat (Social Work in Public Health).

2.4.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Sosial Medis

a. Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi,

(26)

Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.

Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya.

b. Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) : 1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang

di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.

2. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi : •Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian •Peralatan dan bahan yang dipergunakan

•Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial. •Proses produksi

•Karakteristik dan sifat pekerjaan •Teknologi dan metodologi kerja

3. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

(27)

4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jaab atas keberhasilan usaha hyperkes

2.4.3 Asumsi – Asumsi Pekerjaan Sosial a. Brach & Spech.

1.Status kesehatan masyarakat, pola-pola penyakit dan reaksi orang terhadap penyakit, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.

2. Sakit dan penyakit sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia.

3. Akses orang terhadap sumber pelayanan kesehatan merupakan masalah yang endemik.

4.Penanganan medis yang dilakukan oleh dokter saja sering tidak komprehensif dan tuntas.

5. Penanganan medis yang dilakukan secara inter disipliner, seringkali menunjukkan hasil yang lebih efektif.

b. Isu Umum Yang terjadi Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan menurut Brach and Spech

1. Permasalahan efisiensi manajemen program pelayanan kesehatan.

2. Pemberian pelayanan kesehatan tidak komprehensif dan kurang terkoordinasi dengan baik.

3. Distribusi ahli kesehatan dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan lain yang tidak seimbang antara desa dan kota.

4. Proses perencanaan pelayanan kesehatan kurang dilakukan dalam koordinasi yang lebih baik dengan pelayanan-pelayanan sosial dalam tingkat komunitas. 5. Keterlibatan konsumen dalam pemberian pelayanan belum dapat dicapai.

(28)

Isu umum yang terjadi di Indonesia

1. Peningkatan tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan jauh melebihi kemampuan sistem pelayanan kesehatan

2. Ketidaktahuan masyarakat tentang cara pemeliharaan kesehatan 3. Ketidaktahuan tentang sumber pelayanan

4. Ketidakmampuan masyarakat dalam menjangkau sumber pelayanan dan pemenuhan fisik/kesehatan (biaya perawatan)

5. Masalah relasi interpersonal pasien, pemberi pelayanan kesehatan dan keluarga 6. Responsivitas masih rendah thdp kebutuhan pasien/masyarakat termasuk

berbagai perubahan pola penyakit.

7. Gaya hidup yang membahayakan masyarakat

8. Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga dalam proses penyembuhan 9. Sistem nilai masyarakat yg kurang mendukung kesehatan

10. Kepedulian dan tingkat partisipasi masyarakat yang kurang

2.4.4 Karakteristik Pekerjaan Sosial

Karakteristik yang membedakan profesi pekerjaan sosial deng aprofesi lain adalah sebagai berikut :

1. Fokus pekerjaan sosial adalah orang secara keseluruhan dan secara totalitas, yaitu mencakup faktor orang, tingkah laku, dan lingkungannya.

2. Pekerjaaan sosial menekankan kepada pentingnya keluarga didalam membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anggota keluarga.

(29)

3. Pemanfaatan sumber – sumber masyarakat untuk membantu orang memecahkan masalahnya.

4. Penggunaan proses supervisi dapat memberikan petunjuk dan bimbingan bagi pekerja sosial yang belum berpengalaman agar nanti tumbuh dan berkembang menjadi pekerja sosial yang berpengalaman.

5. Pekerjaan sosial mempunyai program pendidikan yang unik karena memadukan antara pengetahuan, nilai dan ketrampilan yang diperoleh didalam kelas dengan pengalaman praktek di lapangan/masyarakat.

6. Pekerjaan sosial tradisional menekankan pada tiga proses dasar yaitu case work, group work, community organisation.

7. Pekerjaan sosial mempunyai badan profesi seperti NASW. CSWE, IPPSI 8. Relationship merupakan kunci didalam proses pekerjaan sosial.

9. Pekerjaan sosial berorientasi kepada konsep – konsep psikiatri dan lebih menekankan kepada pemahaman tentang orang.

10. Istilah di dalam pekerjaan sosial adalah social fungtioning, social interaction, dan malfungtioning.

11. Pekerjaan sosial mengakui bahwa permasalahan sosial dan tingkah laku manusia berada di dalam institusi – institusi sosial menusia.

12. Banyak pekerja sosial yang bekerja pada badan – badan sosial, baik badan milik pemerintah, swasta atau privat.

13. Tujuan paling dasar dari pekerja sosial adalah membantu klien atau masyarakat agar mereka membantu diri mereka sendiri.

14. Sejak pekerja sosial dipekerjakan didalam badan – badan sosial dan mendapat upah, maka bayaran dari klien dipergunakan untuk kesejahteraan badan sosial, bukan untuk meningkatkan penghasilan pekerja sosial.

15. Seorang pekerja sosial agar lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya, maka dapat menggunakan dan mengembangkan pendekatan team, sehingga mampu mengkoordinasi kegiatan pelayanan yang diberikan.

(30)

2.4.5 Tujuan Pekerjaan Sosial

1. Tujuan pekerjaan sosial menurut Allen Pincus & Anne Minahan sebagai berikut :

a. Enhance the problem solving and coping capacities of people Meningkatkan kemampuan orang untuk melaksanakan tugas kehidupan dan kemampuandalam memecahkan masalah

b. Link people with systems that provide them with resources, service and opportunities

Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat menyediakan sumber, pelayanan dan kesempatan yang dibutuhkannya

c. Promote the effective and human operation of these systems Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem secara efektif dan berperikemanusiaan

d. Contribute to the development and improvement of social policy Memberi sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijakan serta perundang-undangan sosial

2. Tujuan pekerjaan sosial menurut Dean H. Hepworth & Jo Ann Larsen sebagai berikut :

“ The purpose of social work is to promote or restore a mutually benefir interaction betwen individuals and society in order to improven the quality of life for everyone. “ Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan untuk meningkatkan atau memulihkan interaksi secara timbal balik antara individu dengan masyarakat merupakan tujuan yang hendak dicapai, agar tercipta kehidupan yangn berkualaitas tinggai. Pekerja sosial didalam mencapai tujuan diatas harus mempunyai keyakinan bahwa:

a) Lingkungan ( lingkungan fisik, sosial dan organisasi) hendaknya : - Memberikan kesempatan dan sumber – sumber agar setiap

individu dapat merealisasikan segenap potensi dan aspirasinya secara maksimal.

(31)

- Memberikan kesempatan dan sumber – sumber guna memenuhi kebutuhan semua manusia dan untuk mengurangi tekanan dan penderitaan yang dialami.

b) Individu – individu hendaknya memberikan kontribusi atau sumbangan yang efektif, sehingga dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada orang lain di lingkungan terdekat sampai pada masyarakat luas.

c) Transaksi individu dengan individu lain didalam masyarakat hendaknya dapat meningkatkan pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai harkat dan martabat, individu yang unik, menentukan diri sendiri. Mereka lebih lanjut memperinci tujuan pekerjaan sosial sebagai berikut:

- Membantu orang memperluas kompetensinya dan meningkatkan kemampuan mereka menghadapi serta memecahkan masalah.

- Membantu orang memperoleh sumber – sumber

Banyak orang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang sistem sumber yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pekerja sosial berperan sebagai broker (perantara) mengkaitkan orang dengan sistem sumber yang ada seperti pelayanan kesejahteraan anak, kesehatan, kesehatan mental dan sebagainya.

- Membuat organisasi – organisasi yang responsif dalam memberikan pelayanan kepada orang.

- Memberikan fasilitas interaksi antar individu dengan individu lain didalam lingkungan mereka. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas interaksinya dengan orang lain dilingkungan sosialnya.

- Mempengaruhi interaksi antara organisasi – organisasi dengan institusi – institusi

- Mempengaruhi kebijakan sosial maupun kebijakan lingkungan

(32)

2.4.6 Fungsi Pekerjaan Sosial

1. Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas kehidupan dan memecahkan masalah mereka.

Tugas yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :

a. Mengidentifikasi dan mengadakan kontak dengan orang lain yang membutuhkan pertolongan dalam melaksanakan tugas kehidupan.

b. Memberikan pemahaman, dorongan dan dukungan kepada orang yang mengalami krisis.

c. Memberikan kesempatan kepada orang untuk mengutarakan kesulitan yang dialaminya.

d. Membantu orang untuk menguji berbagai alternative pemecahan masalah dan memberikan informasi untuk membantu mengambil keputusan.

e. Mengkonfrontasikan orang dengan realitas situasi yang mereka hadapi dengan jalan memberikan keterangan yang dapat mengganggu keseimbangan pribadi orang untuk selanjutnya diberikan motifasi guna terjadinya perubahan.

f. Mengajarkan keterampilan untuk membantu individu merealisasikan aspirasi mereka dan melaksanakan tugas kehidupannya.

2. Menciptakan jalur hubungan pendahuluan diantara orang dengan sistem untuk memperoleh sumber.

Tugas2 yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :

a. Membantu mengidentifikasi orang yang membutuhkan sistim sumber atau orang yang tidak berhak mendapatkan keuntungan / tidak mampu memanfaatkannya, tetapi tidak menyadari bahwa mereka memenuhi persyaratan untuk menerima pelayanan sistem sumber.

b. Memberikan informasi tentang adanya sumber yang dapat dimanfaatkan, hak mereka untuk memanfaatkannya, dan menjelaskan prosedur yang perlu dilakukan untuk memanfaatkan sumber tersebut.

(33)

c. Membantu orang mengatasi masalah praktis dalam memanfaatkan sumber tertentu.

d. Membuat referral dalam membantu orang untuk mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan sumber maupun negosiasi terhadap suatu sistem.

e. Memberikan informasi dan bertindak sebagai advokat dapat memberikan stimulasi kepada sistim sumber kemasyarakatan untuk menguji kebijakan pelayanan yang diberikan kepada kelompok.

f. Membantu orang untuk bertindak sebagai sumber bagi orang lain melalui pembentukan sistim baru.

3. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru di antara orang dengan sistem kemasyarakatan. Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial : a. Memberikan informasi kepada sistim sumber kemasyarakatan untuk

menjelaskan masalah yang terjadi sebagai akibat sistem sumber tersebut. b. Bertindak sebagai seorang konsultan terhadap suatu sumber

kemasyarakatan dan memberikan rekomendasi mengenai berbagai cara pemberian pelayanan.

c. Mengkonsultasikan sistem informal untuk membantu mereka memperoleh pelayanan.

d. Mengkaitkan orang ke dalam salah satu sistem sumber kemasyarakatan dengan sistem sumber kemasyarakatan yang lain.

e. Mengorganisasi penerima pelayanan untuk menjadi anggota organisasi yang baru

f. Menjadi penengah dalam memecahkan masalah yang terjadi di antara sistem sumber informal, anggota organisasi, maupun sistem sumber kemasyarakatan.

4. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru di antara orang dengan lingkungan sistim sumber. Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :

(34)

a. Menyalurkan informasi. b. Menjadi penengah yang netral

c. Membantu mengorganisasi bagian dari suatu sistem d. Bertindak sebagai konsultan dari anggota suatu sistem.

e. Mengajarkan keterampilan kepada anggota suatu sistem untuk memungkinkan mereka melaksanakan suatu peranan.

f. Memasukkan anggota baru ke dalam suatu sistem.

g. Melibatkan anggota suatu system untuk mengadakan pengungkapan dan pemahaman masalah.

5. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, dan perkembangan kebijakan perundang-undangan sosial.

Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :

a. Mengumpulkan dan menganalisa informasi mengenai masalah dan kondisi yang dapat menunjukkan perlu diadakannya perubahan dalam kebijakan dan perundang-undangan sosial.

b. Mendorong badan sosial tempat ia bekerja, atau sistem sumber kemasyarakatan lainnya serta organisasi formal agar menentukan sikap terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat.

c. Membuat sistem baru untuk melaksanakan perubahan pada kebijakan sosial.

d. Mendorong yang lainnya untuk menjadi advokat yang secara langsung berhubungan dengan pembuat kebijakan untuk mengadakan perubahan. e. Menyusun pelayanan, program, konsep peraturan dan proposal guna

mengubah kebijakan dan menciptakan pelayanan yang dibutuhkan..

6. Meratakan sumber dalam arti sumber material dibagikan secara adil Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial :

(35)

a. Menentukan kebutuhan dan ketepatan sumber serta menentukan orang yang memenuhi persyaratan untuk menggunakan sumber tersebut.

b. Membentuk suatu sumber informal yang baruuntuk orang tertentu.

c. Menentukan tempat adanya sumber atau persyaratan untuk memanfaatkan sumber.

d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang yang akan bertindak sebagai sumber.

e. Mempersiapkan orang untuk menggunakan sumber dan menggunakan sumber secara efektif.

f. Memonitor dan mensupervisi penggunaan sumber. 7. Bertindak sebagai pelaksana kontrol

Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :

a. Mengadakan supervise kepada orang yang tingkahlakunya menyimpang. b. Menyelidiki laporan tentang adanya praktek penelantaran atau penyiksaan

terhadap orang yang seharusnya memperoleh perlindungan.

c. Memberikan lisensi terhadap sumber yang memberikan fasilitas untuk menjamin pelayanan yang memadai pada orang yang membutuhkan.

 Fungsi Pokok Pekerjaan Sosial :

1. Restoratif / pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula. a. Kuratif / menolong, menyembuhkan.

Kegiatan kuratif mencakup : identifikasi, pengontrolan, penghapusan atau penyembuhan terhadap ketidakmampuan berelasi sosial

b. Rehabilitatif / Pemulihan kepada keadaan yang semula.

Kegiatan rehabilitasi mencakup upaya untuk merekonstruksi dan mereorganisasi pola interaksi yang telah rusak dan pecah atau membangun kembali pola interaksi yang baru. Memulihkan kapasitas agar kembali dalam keadaan sehat dan dapat

(36)

dimanfaatkan atau dipulihkan kepada suatu kondisi yang memuaskan. Digunakan dalam konteks membantu orang yang telah terganggu kapasitasnya atau tidak berfungsi, digunakan di RS, panti, klinik, sekolah, LP, dsb. Membangun kembali pola interaksi yang baru.

2. Preventif / Pencegahan : Untuk menemukan secara awal, mengontrol dan menghapuskan kondisi - kondisi yang menyebabkan orang tidak berfungsi sosial.

3. Pengembangan :

a. Membantu orang meningkatkan kemampuan untuk berfungsi sosial

b. Mengkaitkan orang dengan sistem sumber.

c. Memberikan fasilitas interaksi dengan sisitim sumber. d. Mempengaruhi kebijakan sosial.

e. Menyalurkan sumber – sumber material.

f. Memberikan pelayanan sebagai pelaksana control sosial.

2.4.7 Peranan Pekerja Sosial

a. Menurut Heru Sukoco ( 1995:22-27 )

1.

Sebagai pemercepat perubahan (enabler)

Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam mengakses Sistem sumber yang ada, mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah untuk pemenuhan kebutuhannya.

2.

Peran sebagai perantara (broker)

Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Pemerintah, agar dapat memberikan pelayanan kepada

(37)

individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat.

3.

Pendidik (educator)

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran perubahan.

4.

Tenaga ahli (expert)

Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat).

5.

Perencana sosial (social planner)

Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam mengakses Sistem sumber yang ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.

6.

Fasilitator

Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah proses perubahan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi katalis untuk bertindak dan menolong sepanjang proses pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut

b. Menurut Jim Ife,2002, peran pekerja sosial antara lain: 1. Peranan Fasilitatif

Peranan praktek yang dikelompokan ke dalam peranan fasilitatif merupakan peranan yang dicurahkan untuk membangkitkan semangat atau memberi dorongan kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat untuk menggunakan potensi dan sumber yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan pengelolaan usaha secara efisien. Melakukan mediasi dan negosiasi, yaitu pekerja sosial memerankan diri sebagai mediator dalam pemanfaatan lahan dengan pihak lain untuk memperluas aktivitas kerjasama dengan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat. Memberikan support/dukungan, yaitu memberikan dukungan untuk memperkuat, mengakui dan menghargai nilai yang dimiliki oleh individu-individu,

(38)

kelompok-kelompok dan masyarakat, menghargai kontribusi dan kerja mereka. Dukungan ini dapat bersifat formal dan informal. Membangun consensus dengan sesama pihak untuk melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Memfasilitasi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas dan pemasaran hasil produksi. 2. Peranan Educational

Pekerja sosial memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga tidak hanya membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan produktivitas akan tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran, memberikan informasi, mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.

3 Peranan-peranan Representasional

Pekerja sosial melakukan interaksi dengan badan-badan di masyarakat yang bertujuan bagi kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peranan ini dilakukan, antara lain dengan : mendapatkan sumber-sumber dari luar tetapi dengan berbagai pertimbangan yang matang, seperti bantuan modal usaha, pelatihan pengembangan potensi dan produktivitas dari berbagai donator. Melakukan advokasi untuk membela kepentingan-kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat seperti mendukung upaya implementasi program dan berupaya merealisasikan program tersebut. Memanfaatkan Media Masa untuk memperkenalkan hasil produksi. Selain itu juga bertujuan menerima dukungan dari pihak lain yang lebih luas; membuka jaringan kerja, dengan mengembangkan relasi dengan berbagai pihak, kelompok dan berupaya mendorong mereka untuk turut serta dalam upaya pengembangan potensi, seperti pemerintah, pengusaha, dan masyarakat’ selain itu pula, pekerja sosial berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan stakeholder.

4 Peranan Teknis

Di sini pekerja sosial melakukan pengumpulan dan analisis data, kemampuan menggunakan komputer, kemampuan melakukan presentasi secara verbal maupun tertulis, manajemen serta melakukan pengendalian finansial, dan melakukan need assessment terhadap pengembangan potensi

(39)

individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran-peran ini dapat dilakukan pekerja sosial bersama individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat melakukan mendapatkan informasi dan data yang dapat

digunakan baik untuk mengundang perhatian dari stakeholders untuk mengembangkan potensi tetapi juga membantu mempromosikanDengan demikian, pekerjaan sosial memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.

c. Menurut Dorang Luhpuri dkk (2000) adalah

1.

Fasilitato

Merupakan peranan yang bertujuan untuk mempermudah upaya pencapaian tujuan sehat dengan cara menyediakan atau memberikan kesempatan dan fasilitas yang diperlukan klien untuk mengatasi masalahnya, memenuhi kebutuhannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan cara:

1). mendampingi klien dalam setiap tindakan

2) memberikan dukungan emosional yang diperlukan klien agar klien merasa diperhatikan dan terpenuhi kebutuhan emosionalnya

3) berupaya membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya 2. Mediator

Memberikan layanan mediasi jika klien mengalami konflik dengan pihak lain atau orang lain agar dicapai kesesuaian antara tujuan dan kesejahteraan diantara kedua belah pihak.

2.5 Dukungan keluarga

2.5.1 Pengertian keluarga

Badan sensus Amerika mendefinisikan keluarga secara tradisional yaitu keluarga terdiri dari orang-orang yang tergabung karena hubungan pernikahan, hubungan darah, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah (Friedman, 2003). Menurut Dep Kes R.I (1998, dalam Achjar, 2010) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Duvall dan Logan (1986) mengatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran

(40)

yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya. Sedangkan Bailon dan Maglaya (1978) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karna hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).

2.5.2 Komponen-komponen dukungan keluarga

Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima seseorang dari orang lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan sosial yaitu orang-orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota keluarga, orang tua dan teman (Marliyah, 2004).

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Menurut Friedman (1998, dalam Wijayanto, 2008), ikatan keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera. Orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki keluarga.

Sarafino (1994, dalam Marliyah, 2004) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu:

1) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu pengetahuan terhadap anggota keluarga. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menahan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dukungan ini berupa nasehat, usualan saran, perunjuk dan informasi.

2) Dukungan penilaian

Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan balik, informasi, atau penguatan.

3) Dukungan instrumental

Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya dapat berwujud barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan menyediakan peralatan yang yang dibutuhkan. Memberi bantuan dan melaksanakan aktivitas, memberi peluang waktu, serta modifikasi lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang, stabilitas perekonomian adalah merupakan salah satu prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan

negosiasi, menyusun strategi dan melaksanakan taktik dalam menerapkan setiap strategi yang ada, kemudian para negosiator juga perlu memerhatikan tentang faktor-faktor tertentu yang

mengkaji, mengamati dan mendeskripsikan manajemen kurikulum program studi Pendidikan Sendratasik FKIP Unsyiah, meliputi: 1) Proses perencanaan kurikulum; 2)

Hasil perhitungan angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Klaten dalam kurun waktu 2011-2015 fluktuatif dengan nilai rata-rata 1,25 yang artinya

Hasil penelitian menunjukan bahwa SPKT Polres Sidoarjo telah menerapkan strategi peningkatan kualitas pelayanan publik menurut konsep David Osborne, dengan menerapkan kelima

AGUSTIN KUNIAWATY, S.Pd JUMLAH JUMLAH AKHIR AKHIR Hj.. INDAHWATI,

Program ini terdiri dari tiga kegiatan utama yang disebut dengan Trias Usaha Kesehatan Sekolah meliputi aspek pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, serta

Anak yang menerima teori pelajaran tentang akhlak yang santun, pendidikan Islam, terkadang mengalami kebingungan jika melihat fenomena yang tidak selaras dengan