• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosis Banding Syok Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diagnosis Banding Syok Pada Anak"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

DIAGNOSIS BANDING SYOK PADA ANAK

DIAGNOSIS BANDING SYOK PADA ANAK

Disusun oleh: Disusun oleh:

Ali Ridho Al Haddar, S.Ked Ali Ridho Al Haddar, S.Ked

072011101042 072011101042

Dosen Pembimbing: Dosen Pembimbing: Dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A Dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A Dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp.A Dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp.A

Dr. Ramzy Syamlan, Sp.A Dr. Ramzy Syamlan, Sp.A

Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya

di SMF Ilmu Kesehatan Anak  di SMF Ilmu Kesehatan Anak 

RSD dr. Soebandi RSD dr. Soebandi

SMF. ILMU KESEHATAN ANAK

SMF. ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN PENDAHULUAN ... ... .. 11 1. DEFI 1. DEFINISI NISI ... ... ... 22 2. ETIOL 2. ETIOLOGI OGI ... ... ... 44 3. PATOFISIOL 3. PATOFISIOLOGI OGI ... ... 77 4. TANDA DAN GEJALA S

4. TANDA DAN GEJALA SYOK YOK ... ... ... 88 5. ANAMNESI

5. ANAMNESIS S ... ... ... .10.10 6. PE

6. PEMERIKSAAN MERIKSAAN FISIK FISIK ... 11... 11 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG ... ... ... 1212 8. PENANGGULANGAN SYOK

8. PENANGGULANGAN SYOK ... ... ... 1414 9. DIAGNOSIS BANDING SYOK PADA ANAK

9. DIAGNOSIS BANDING SYOK PADA ANAK ... ... 2020 10. DAFTAR PUST

(3)

PENDAHULUAN

Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat dipulihkan kembali (syok irreversibel). Oleh karena itu penting untuk mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala ini berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.

Syok merupakan gejala yang kompleks, tidak hanya satu organ saja pada tubuh kita yang mendapatkan dampaknya tapi bisa seluruh tubuh juga terkena. Kegagalan funsi organ ini disebabkan karena kegagalan fungsi sirkulasi yang bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang tidak adequat. Beberapa tipe syok yang dibahas yaitu syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok septik, syok  anafilaktik, dan syok neurogenik.

Saat ini, syok pada anak kebanyakan terjadi karena hipovolemia yang disebabkan oleh gastroenteritis dan dehidrasi. Syok kardiogenik bisa saja terjadi karena kerusakan pada primer pada miokardnya sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan. Syok anfilaktik, syok septik  dan syok neurogenik lebih jarang terjadi pada anak-anak. Meskipun telah dicapai beberapa kemajuan dalam penanganannya, tapi syok tetap menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius pada anak.

(4)

1. DEFINISI

Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera. Syok lazim ditemukan pada anak.

Langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok adalah harus bisa mengenal gejala syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.

Langkah selanjutnya yang cukup penting dalam menanggulangi syok adalah berusaha mengetahui kemungkinan penyebab syok. Semua jenis syok mungkin saja bisa terjadi pada pasien. Syok hipovolemik merupakan jenis syok yang paling sering terjadi. Syok kardiogenik, syok neurogenik, syok septik dan juga syok anafilaktik   juga merupakan penyebab syok yang lain.

2. ETIOLOGI SYOK

Etiologi syok dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah):

 Kehilangan darah, misalnya perdarahan;  Kehilangan plasma, misalnya luka bakar;

 Dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa lama), cairan keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah, fistula, obstruksi

(5)

o Gangguan irama jantung, seperti aritmia;  Non-kardial

o Embolus pulmonal

o Tamponade jantung karena darah atau eksudat di perikard o Gagal napas, hipertensi pulmonal

o Perikarditis dengan tekanan di perikard o Tension pneumothorax

c. Syok neurogenik (reaksi vasovagal berlebihan)

 Suhu panas dengan banyak orang  Terkejut, takut, atau nyeri

 Anesthesia lumbal/spinal  Trauma tulang belakang d. Syok septik 

 Infeksi sistemik  e. Syok anafilaksis

 Reaksi hipersensitifitas terhadap suatu antigen

3. PATOFISIOLOGI SYOK

Terdapat tiga faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah pada keadaan fisiologis normal, yaitu:

a. Pompa jantung  Jantung harus berkontraksi secara efisien.

b. Volume sirkulasi darah  Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri dan kapiler-kapiler jaringan. Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh  jaringan, sistem vena akan mengumpulkan darah dari jaringan dan

mengalirkan kembali ke jantung. Apabila volume sirkulasi berkurang maka dapat terjadi syok.

(6)

darah perifer meningkat, artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kecil. Bila tahanan pembuluh darah perifer rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya tahanan pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah akan berkumpul pada pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.

Pada keadaan syok keseimbangan tiga hal diatas terganggu. Pada jantung yang infark, pompa jantung tidak efisien maka cardiac output yang dihasilkan akan rendah. Pada keadaan trauma yang berat dan terjadi perdarahan, maka volume sirkulasi akan turun yang akan membuat suplai oksigen pada jaringan perifer semakin sulit. Pada suhu yang panas, saat sebagian besar pembuluh darah berdilatasi maka aliran darah yang kembali ke jantung (preload) akan berkurang. Pada keadaan-keadaan ketidakseimbangan inilah muncul syok.

Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat pulih).

 Fase1 : kompensasi

Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui mekanisme kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu meningkatnya resistensi sistemik dimana terjadi distribusi selektif aliran darah dari organ perifer non vital ke organ vital seperti jantung, paru dan otak. Tekanan darah

(7)

peningkatan sekresi vasopressin danrenin ± angiotensin ± aldosteron yang akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air dalam sirkulasi.

Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat dan dingin dengan pengisian kapiler (capillary refilling) yang melambat > 2 detik 

 Fase II : Dekompensasi.

Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah  jantung yangadekuat dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan dengan perfusi yang buruk tidak lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga metabolisme berlangsung secara anaerobic yangtidak efisien. Alur anaerobic menimbulkan penumpukan asam laktat dan asam-asam lainnyayang berakhir dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan terbentuknya asamkarbonat intra selular akibat ketidak mampuan sirkulasi membuang CO2.

Asidemia akan menghambat kontraktilitas otot jantung dan respons terhadapkatekolamin. Akibat lanjut asidosis akan menyebabkan terganggunya mekanisme energydependent NaK-pump ditingkat selular, akibatnya integritas membrane sel terganggu, fungsilisosom dan mitokondria akan memburuk yang dapast berakhir dengan kerusakan sel.

(8)

Lambatnya aliran darah dan kerusakan reaksi rantai kinin serta system koagulasi dapatmemperburuk keadaan syok dengan timbulnya agregasi tombosit dan pembentukan trombosdisertai tendensi perdarahan.

Pada syok juga terjadi pelepasan mediator-vaskular antara lain histamin, serotonin,sitokin (terutama TNF=tumor necrosis factor dan interleukin 1), xanthin, oxydase yang dapatmembentuk oksigen radikal serta PAF (platelets agregatin factor). Pelepasan mediator olehmakrofag merupakan adaptasi normal pada awal keadaan stress atau injury, pada keadan syok yang berlanjut justru dapat memperburuk  keadaan karena terjadi vasodilatasi arteriol dan peningkatan permeabilitas kapiler dengan akibat volume intravaskular yang kembali kejantung(venous return) semakin berkuarang diserai timbulnya depresi miokard.

Manifestasi klinis yang dijumpai berupa takikardia yang bertambah, tekanan darah mulaiturun, perfusi perifer memburuk (kulit dingin dan mottled, capillary refilling bertambah lama),oliguria dan asidosis (laju nafas bertambah cepat dan dalam) dengan depresi susunan syaraf pusat (penurunan kesadaran)

(9)

 Fase III : Irreversible

Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh menyebabkan syok terus berlanjut, sehinggaterjadi kerusakan/kematian sel dan disfungsi system multi organ lainnya. Cadangan fosfat berenergi tinggi (ATP) akan habis terutama di jantung dan hepar, sintesa ATP yang baru hanya 2% / jam dengan demikian tubuh akan kehabisan energi. Kematian akan terjadi walaupun system sirkulasi dapat dipulihkan kembali. Manifestasi klinis berupa tekanan darah tidak terukur, naditak teraba, penurunan kesadaran semakin dalam (sopor-koma), anuria dan tanda-tanda kegagalan system organ lain.

(10)

4. TANDA DAN GEJALA SYOK  Sistem Kardiovaskuler 

o Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah.

o Nadi cepat dan halus.

o Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.

o Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik. o CVP rendah.

 Sistem Respirasi

o Pernapasan cepat dan dangkal.  Sistem saraf pusat 

o Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah

rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan.

 Sistem Saluran Cerna

o Bisa terjadi mual dan muntah.  Sistem Saluran Kencing

o Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah 60 ml/jam (1/5--1 ml/kg/jam).

(11)

5. ANAMNESIS

Anamnesis yang baik dapat mengarahkan pendekatan pada penanganan pasien. Waktu mulai tejadinya syok sangatlah penting. Adanya onset akut atau secara tiba-tiba yang terjadi pada anak dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan. Akan tetapi, pasien yang terlihat sehat yang mengalami syok dengan awitan yang lama yang disertai demam dalam beberapa minggu dapat menunjukkan kemungkinan besar menderita septikemia.

Pada anamnesis juga menanyakan tentang riwayat penyakit-penyakit sebelumnya yang bisa membantu dalam penegakan diagnosis. Jika ditemukan adanya riwayat penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung rematik akan sangat membantu pada penderita yang mengalami nyeri dada secara tiba-tiba. Nyeri dada ini bisa memperkecil diagnosis banding dari kemungkinan penyebab-penyebanya. Lokasi nyeri juga memegang peranan penting disini.

Cakupan anamnesis:

 Kapan kejadian awal penyakit? Apa gejalanya?  Apakah ada riwayat trauma? Perdarahan?

 Pernahkan terasa nyeri dada, atau sesak nafas?

 Adakah gejala-gejala penurunan volume (misalnya muntah, diare, melena, poliuria)?

 Pernahkah terpajan alergen potensial?

 Adakah gejala yang menunjukkan septikemia (demam menggigil, berkeringat, infeksi lokal (batuk, nyeri dada, meningismus)?

Pertanyaan Gangguan yang mungkin

1. Apakah kejadian terjadi secara tiba-tiba setelah adanya riwayat trauma?

Ditemukan perdarahan?

Syok karena perdarahan

(12)

bawaan pada anak?

3. Apakah ditemukan KLB DBD di daerah sekitar?

Riwayat demam tinggi?

DSS

4. Apakah anak tampak sakit berat? Apakah anak ada riwayat penyakit disertai demam pada hari-hari sebelumnya?

Septikemia

5. Apakah anak diketahui memiliki riwayat diare yang profus?

Riwayat kehausan yang sangat?

Syok yang behungan dengan dehidrasi berat

6. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara keseluruhan tubuh, tidak hanya fokus pada lokasi yang kita curigai. Dimulai dari kepala, leher, dada, perut, integumentum dan anggota gerak atas dan bawah. Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan dapat mengarahkan kita ke diagnosis tertentu. Keadaan umum dan tanda-tanda vital cukup membantu dalam penegakan diagnosis syok pada anak. Tingkat kesadaran penderita juga mengarah pada diagnosis tertentu.

Pemantuan hemodinamik pasien merupakan tahap yang sangat penting dalam penanganan syok. Syok yang awalnya masih dalam tahap ringan bisa secara tiba-tiba menjadi tahap yang sangat berat bahkan mengarah ke kematian. Pemantauan tanda-tanda vital yang penting yaitu tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh, dan CRT. Pemantauan ini dilakukan secara ketat selang 5 menit.

(13)

 Tekanan darah

 Warna kulit (pucat) dan suhu  Keluaran urin berkurang  Turgor kulit

 Periksa tanda-tanda kelainan jantung  Periksa secara teliti sumber sepsis

Pemeriksaan Normal Syok ringan Syok berat

Kesadaran Sadar, berespon Cemas, gelisah Lemah, bahkan tidak sadar

Tonus otot, posisi tubuh Normal, bisa duduk 

Normal, atau lemas

Lemas

 Airway Terbuka Terbuka, atau posisi tertentu baru terbuka

Terbuka dengan posisi tertentu

 Breathing Normal Cepat Sangat cepat Usaha untuk  Breathing Normal Meningkat Meningkat,

kadang menurun

Nadi Normal Cepat Sangat cepat

Warna kulit (ekstremitas) Normal Normal, atau pucat

Sangat pucat, bahkan biru

Temperature kulit Normal Dingin Dingin

CRT 2-3 detik 3-5 detik > 5 detik 

BP Normal sesuai umurnya Normal sesuai umurnya Menurun sesuai umurnya

(14)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang bisa digunakan dalam penegakan diagnosis syok pada anak. Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan yaitu

- Pemeriksaan laboratorium :

o Pemeriksaan darah lengkap, bila perlu dilakukan pemeriksaan Hb dan Hct serial

o Pemeriksaan penunjang lain : skrining kadar gula, kadar BUN, kretinin, dan magnesium

o Pemeriksaan kultur sebelum memberikan antibiotic spektrum luas o Analisa gas darah

- Pemeriksaan EKG bila dicurigai adanya disritmia - Pemeriksaan roentgen dada

- USG bila dicurigai ada perdarahan

- Pengukuran CVP melalui kateter vena umbilikalis yang dipasang di atas diafragma juga dipertimbangkan

(15)

8. PENANGGULANGAN SYOK

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk  memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.

Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (A = air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (B = breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C = circulation) pada syok hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok  septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok. Pada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama dalam menghadapi syok:

 Posisi Tubuh

1. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.

2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.

3. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh (berbaring

(16)

miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut dan untuk  menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk  menghindari terjadinya asfiksia.

4. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.

5. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita dibaringkan dengan posisi telentang datar.

6. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.

 Pertahankan Respirasi

1. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau muntah. 2. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas

(Gudel/oropharingeal airway). 3. Berikan oksigen 6 liter/menit

4. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup ( Ambu bag) atau ETT.

 Pertahankan Sirkulasi

(17)

terlihat. Perdarahan yang terlihat, perdarahan dari luka, atau hematemesis dari tukak  lambung. Perdarahan yang tidak terlihat, misalnya perdarahan dari saluran cerna, seperti tukak duodenum, cedera limpa, kehamilan di luar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang besar atau majemuk.

Syok hipovolemik juga dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau diare juga dapat mengakibatkan kehilangan banyak cairan intravaskuler. Pada obstruksi, ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus. Pada dibetes atau penggunaan diuretik kuat, dapat terjadi kehilangan cairan karena diuresis yang berlebihan. Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pankreatitis akut, atau peritonitis purulenta difus.

Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respons tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan. Bila volume intravaskular berkurang, tubuh akan selalu berusaha untuk  mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan perfusi organ lain seperti ginjal, hati, dan kulit. Akan terjadi perubahan-perubahan hormonal melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron, sistem ADH, dan sistem saraf  simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk  mengembalikan volume intravaskular, dengan akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial.

Dengan demikain, tujuan utama dalam mengatasi syok perdarahan adalah menormalkan kembali volume intravaskular dan interstitial. Bila defisit volume intravaskular hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi defisit interstitial, dengan akibat tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan produksi urin yang kurang. Pengembalian volume plasma dan interstitial ini hanya mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dsb) dan cairan garam seimbang.

(18)

Penanggulangan

Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 20. Infus dengan cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi. Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh darah dan mintakan darah. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah oedema paru, terutama pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi kelebihan cairan. Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan infus:

 Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia.

 Tekanan darah: bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau

tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan.

 Produksi urin. Pemasangan kateter urin diperlukan untuk mengukur produksi

urin. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk mempertahankan produksi urine. Dopamin 2--5 µg/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8--12 cmH2O), dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan.

(19)

irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.

Masalah yang ada adalah kurangnya kemampuan jantung untuk berkontraksi. Tujuan utama pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.

 Penanggulangan

Bila mungkin pasang CVP. Dopamin 10--20 µg/kg/menit, meningkatkan kekuatan, dan kecepatan kontraksi jantung serta meningkatkan aliran darah ginjal.

3) Syok Septik

Merupakan syok yang disertai adanya infeksi (sumber infeksi). Pada pasien trauma, syok septik bisa terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.

Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik  hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman. Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok  hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang melebar.

(20)

 Optimalisasi volume intravaskuler

 Pemberian antibiotik, Dopamin, dan Vasopresor

4) Syok Anafilaktik

Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak  lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi.

Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang diberikan intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga seperti lebah juga dapat menyebabkan syok pada orang yang rentan.

Penanggulangan

Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah sulit, asal tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.

(21)

A.  Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik  mandibula ke depan, dan buka mulut.

B.  Breathing support,segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.

C. Circulation support , yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.

3. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin 2--4 ug/menit.

4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5--6 mg/kgBB intravena dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.

5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau deksametason 5--10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi

(22)

6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk  koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20--40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan  juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan

histamin.

7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik  dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.

8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2--3 kali suntikan,

(23)
(24)

22

Diagnosis Banding Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

Syok Hipovolemik

Perdarahan diluar  /didalam tubuh

- Riwayat trauma pada anak, seperti KLL - Riwayat DHF,

thyfoid, dan hipertensi portal

- Cemas, gelisah, atau tidak sadar - Akral dingin, pucat - Takikardi - Takipneu - Oliguria (<1ml/kg/jam) - Hipotensi sesuai umurnya - CRT > 2 - ↓Hb dan Hct - UL - AGD - Pemeriksaan elektrolit serum (hiponatremia, hiperkalemia, hipokalsemia) - Faal ginjal (BUN,

serum kreatini meningkat) Kehilangan

plasma

Riwayat luka bakar, atau sindroma nefrotik 

Dehidrasi Riwayat diare yang profus, muntah, DM, diabetes insipidus, dehidarasi yang berat

(25)

23

Syok kardiogenik

Miokarditis Adanya riwayat infeksi sebelumnya, seperti difteri atau streptokokus - Tensi turun < 90 mmHg - Pernafasan cepat dan dalam - Takikardia - Ronki basah di kedua basal paru - S1 S2 sangat lemah, S3 sering terdengar - Sianosis - Diaforesis - Ekstremitas dingin - Diaforesis - Enzim jantung (kreatinin kinase, troponin, myoglobin) -- EKG (aritmia) - Ekokardiografi

dan foto polos dada

Disritmia Adanya riwayat gangguan keseimbangan elektrolit, hipoksemia, trauma pembedahan,

Serangan hipoksia

Adanya riwayat asfiksia

Kegagalan

 jantung kongestif  karena penyakit  jantung

kongenital

Pada aorta stenosis, kelainan ductal dependent (koartisio aorta)

(26)

24 Syok Septik

Septikemia - Aktivitas anak yang lemah

- Tidak mau makan - Respon terhadap lingkungan sekitarnya jelek  - Adaynya riwayat : gastroenteritis, bronkopneumonia, dan malnutrisi - Suhu >38oC atau <36oC - Frekuensi jantung >90 x/menit - Frekuensi nafas >20 x/menit - Letargi - Akral dingin, pucat, warna biru - Apneu, RDS - Leukositosis - Hitung jenis leukosit  bergeser ke kiri - AGD  asidosis dan rendahnya konsentrasi oksigen - Kultur bakteri Syok Anafilaktik Protein: serum kuda (ATS, ADS. SABU), insulin, debu rumah, sengatan lebah - Adanya riwayat alergi - Adanya riwayat terpajan allergen atau pencetusnya, - Kulit: kemerahan, urtikaria - Pernafasan: stridor, mengi - Kardiovaskular: nadi cepat lemah, hipotensi, aritmia - Pencernaan : nyeri - Leukositosis atau leukopenia - Faktor pembekuan menurun

- Faal ginjalurea nitrogen menigkat - Eosinopfilia naik/normal/turun Polisakarida : dekstran Hapten :

(27)

25 penisilain, salisilat, media kontras tekan abdomen - Lain: diaphoresis, - EKG - AGD (asidosis dan konsentrasi o2 yang rendah) Syok neurogenik

Syok spinal - Riwayat trauma kepala atau tulang belakang

- Terpajan suhu panas yang lama, terkejut atau nyeri yang sangat

- Hipotensi

- Nadi normal atau bradikardia

- Disertai deficit neurologis

(28)

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman et al. Nelson Textbooks Of Pediatrics.Ed.17. 2004

2. Carcillo, J. pediatric septic shock and multiple organ failure. Division of  critical medicine. Pitsburg. 2003

3. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Edisi 10. EGC: Jakarta. 2000 4. Kosim, Sholeh et al. Buku ajar: neonatologi, ed 1, IDAI, Jakarta : 2008

5. Mckiernan et al. Overview : Circulatory Shock in Children. University School of Medicine 2005

6. Price, Sylvia A, Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , ed 4, EGC, Jakarta. 1995

7. Scwartz W. Pedoman Klinis Pediatri. EGC. Jakarta : 2005 8. Sirbelnag. S et al. Color atlas of Pathofisiology. 2000

9. Staff FKUI, 2005. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Infomedika, Jakarta

10. Sudoyo, Aru W et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam.FKUI. Jakarta: 2006 11. WHO.Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.2009

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini perannya akan dibutuhkan, meskipun yang kita lihat sarana prasarana dan juga bahan ajar yang tersedia di dunia maya (internet) sangat banyak tak

Memberikan latihan dan tugas dengan mengerjakan modul berupa menjawab pertanyaan mengenai informasi umum dan informasi detail yang terdapat

Dimasukkannya wakaf uang dalam perundangan-undangan Republik Indonesia melalui Undang-Undang No 41 tahun 2004, merupakan angin segar dan peluang baru bagi umat Islam Indonesia

 Refinancing obligasi dengan pinjaman berjangka 7 tahun dengan biaya lebih rendah sebesar US$220 juta, secara substansial mengurangi beban

Untuk memahami peran perpustakaan dan peman- faatan hasil penelitian pertanian lingkup LPND oleh para peneliti dan penyuluh, maka dilakukan pengkajian dengan tujuan

Melihat hasil dari analisis kebutuhan guru dan siswa tersebut, perlu adanya studi tentang pengembangkan instrument penilaian yang otentik berdasarkan teori dan

SENARAI NAMA GURU TAMBAHAN PENDIDIKAN ISLAM (GTPI) - DATA BERAKHIR PADA 31 JANUARI 2014 DAERAH: SEREMBAN NEGERI : NEGERI SEMBILAN DARUL KHUSUS. BIL DAERAH KOD SEK NAMA

Dengan menggunakan training image ini beserta input pola fasies masing-masing lapisan pada MPG diperoleh realisasi seperti pada Gambar 5 (model ini merupakan hasil slice dari