• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Askep Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Askep Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

A. A.

 Asfiksia

 Asfiksia atau atau mati mati lemas lemas adalah adalah suatu suatu keadaan keadaan berupa berupa berkurangnyaberkurangnya kadar oksigen (O

kadar oksigen (O22) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO22) secara) secara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.

dioksida disebut hiperkapnia.

 Asfiksia

 Asfiksia neonatorum adalah neonatorum adalah keadaan keadaan dimana dimana bayi bayi tidak tidak dapat dapat bernafasbernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

secara spontan dan teratur setelah lahir.

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. . Apgar skor yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada saat janin di uterus hipoksia. . Apgar skor yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.

bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.

Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing  ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing  kelompok akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut kelompok akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut adalah :

adalah :

Hipoksik-hipoksia Hipoksik-hipoksia

Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah. Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.

(2)

 Anemik-hipok  Anemik-hipoksiasia

Keadaan dimana darah

Keadaan dimana darah yang tersedia tidak yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang dapat membawa oksigen yang cukupcukup untuk metabolisme dalam jaringan.

untuk metabolisme dalam jaringan. Stagnan-hipoksia

Stagnan-hipoksia

Keadaan dimana oleh karena

Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi.suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi. Histotoksik-hipoksia

Histotoksik-hipoksia

Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.

hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.  Asfiksia ne

 Asfiksia neonartum ionartum ialah suatu alah suatu keadaan dikeadaan dimana bayi tidmana bayi tidak dapat ak dapat segerasegera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini

bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksiaoleh karena hipoksia  janin intra uter

 janin intra uterin dan hipin dan hipoksia ini beroksia ini berhubungan denhubungan dengan faktor-faktgan faktor-faktor yang or yang   timbul di d

 timbul di dalam kehamalam kehamilan, persalinan atilan, persalinan atau segera au segera setelah lahisetelah lahir. (Tim FK Unr. (Tim FK Unairair 1995).

1995).

B. B.

 Faktor ibu

 Faktor ibu  Cacat bawaanCacat bawaan  Hipoventilasi selama anastesiHipoventilasi selama anastesi  Penyakit jantung Penyakit jantung  sianosis

sianosis  Gagal bernafasGagal bernafas  Keracunan COKeracunan CO  Tekanan darah rendahTekanan darah rendah  Gangguan kontraksi uterus

Gangguan kontraksi uterus  Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35  tahun

 tahun  Sosial ekonomi rendahSosial ekonomi rendah  Hipertensi pada penyakit eklampsiaHipertensi pada penyakit eklampsia  Faktor janin /

 Faktor janin / neonatorumneonatorum  Kompresi umbilikusKompresi umbilikus  Tali pusat menumbung,Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat

lilitan tali pusat  KompresKompresi tali i tali pusat antara janin dan pusat antara janin dan jalan lahirjalan lahir  PrematurPrematur  Gemeli

Gemeli  Kelainan congentialKelainan congential  Pemakaian obat anestesiPemakaian obat anestesi  Trauma yang terjadiTrauma yang terjadi akibat persalinan

akibat persalinan  Faktor plase

 Faktor plasentanta  Plasenta tipisPlasenta tipis  Plasenta kecilPlasenta kecil  Plasenta tidak menempelPlasenta tidak menempel  Solusio plasenta

(3)

 Faktor persalinan  Partus lama  Partus tindakan C.

 Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan

 tekanan darah.

Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.

 Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

D.

 Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurun

(4)

 Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megap – megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi  terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah

 Tingkat kesadaran

Sangat waspada

 Lesu (letargia)  Pinsan (stupor), koma

 Tonus otot Normal Hipotonik  Flasid

 Postur Normal  Fleksi Disorientasi

 Refleks tendo / klenus

Hyperaktif  Hyperaktif   Tidak ada

Mioklonus  Ada  Ada  Tidak ada

 Refleks morrow

Kuat  Lemah Tidak ada

 Pupil Midriasis Miosis  Tidak sama,

refleks cahaya  jelek

Kejang-kejang   Tidak ada  Lazim Deserebrasi

EEG Normal 1aktifitas  Voltase rendah kejang-kejang  Supresi ledakan sampai isoelektrik

 Lamanya 24 jam jika ada kemajuan 24 jam sampai 14 hari  Beberapa hari sampai beberapa

(5)

minggu

Hasil akhir  Baik  Bervariasi Kematian,

defisit berat

E.

 Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan.  Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.

Observasi dan periksa :

 A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.

 P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut jantung dengan jari.

G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang -ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.

 A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan  tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua  tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.

 R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan pernapasannya.

(6)

 jantung  ada 100 x/menit 100 x/menit Usaha bernafas  Tidak ada  Lambat,  tidak  teratur Menangis kuat

 Tonus otot  Lumpuh / lemas Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif   Refleks  Tidak ada respon Gerakan sedikit Menangis batuk  Warna  Biru / pucat  Tubuh: kemerahan, ekstremitas: biru  Tubuh dan ekstremitas kemerahan

 Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa  Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan

 terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada

 Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

F.

- Foto polos dada - USG kepala

(7)

G.

1. Analisa gas darah 2. Elektrolit darah  3. Gula darah

4. Baby gram 5. USG ( Kepala )

6. Penilaian APGAR score

7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan 8. Pengkajian spesifik

H.

 Tindakan dilakukan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar. Segera setelah lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas pada tubuhnya, penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk meringankan tubuh bayi, mengurangi evaporasi.

 Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas bagian atas, segera dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya kerusakan mukosa jalan nafas, spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi belum berusaha untuk nafas, rangsangan harus segera dikerjakan, dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon  Achilles atau pada bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K.

I.

Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang  kering.

(8)

 Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir  Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan:

Ekstensi kepala dan lehert sedikit lebih rendah dari tubuh bayi.

Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee.

 Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir/ cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih.  Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara

yang betul.

 Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan  taktil, yaitu:

Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan.

Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas.

(9)

Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.

J.

Edema otal, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia, enterokolitis, nekrotikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks.

Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.

 Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema paru.

Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh.

Hematologi: dic

K.

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu diperhatikan Denyut jantung janin. Frekuensi normal adalah antara120 dan 160 denyut/menit selama his frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar, artinya frekuensi turun sampai dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih jika tidak  teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi – sungsang tidak ada, artinya akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan. Oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Biasanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepaladapat merupakan indikasi untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

(10)

 Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang  dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.

L.

fiksia Ringan :Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.

sfikisia Berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf.  Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan

neurologis permanen,misalnya retardasi mental.

M.

 Ada beberapa tahap: ABC resusitasi,  A= memastikan saluran nafas terbuka.  B= memulai pernafasan .

C= mempertahankan sirkulasi (peredaran darah).

Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.

Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah.

Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik

(11)

1.  Pengawasan suhu: jangan biarkan bayi kedinginan, penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. 2.  Pembersihan jalan napas: saluran napas atas dibersihkan dari lendir dan cairan

amnion. Tindakan dilakukan dengan hati  –  hati tidak perlu tergesa  –  gesa.  Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan napas. Pada Asfiksia berat dilakukan resusitasi kardio pulmonal

 3.  Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan: Bayi yang tidak menunjukkan usaha bernapas 20 detik setelah lahir menunjukkan depresi pernapasan. Maka setelah dilakukan penghisapan diberi O2 yang cepat kedalam mukosa hidung.  Bila tidak berhasil dilakukan rangsang nyeri dengan memukul telapak kaki. Bila  tidak berhasil pasang ET.

(12)

A.

1.  Biodata

 Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,  jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi

karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum. 2. Keluhan Utama

 Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas  3.  Riwayat kehamilan dan persalinan

 Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang 

4. Kebutuhan dasar a. Pola Nutrisi

 Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh  terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah  terjadinya aspirasi pneumonia

b. Pola Eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna

c. Kebersihan diri

 Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya

(13)

 Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas 5.  Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

 Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.

b. Tanda-tanda Vital

 Pada umunya terjadi peningkatan respirasi c. Kulit

 Pada kulit biasanya terdapat sianosis d. Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak

e. Mata

 Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya f. Hidung 

 Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping  hidung.

 g. Dada

 Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan yang cepat

h. Neurology / reflek

 Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam) 6. Gejala dan tanda

a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif 

(14)

c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan  termoregulasi

(15)

B.

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.

2. Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.

3.  Penurunan kardiak out put b.d

4. Gangguan perfusi jaringan b.d kebutuhan Oksigen yang tidak adekuat.

5. Intoleransi aktifitas b.d

6.  Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialami dan proses

pengobatan.

7.  Resiko tinggi terjadi infeksi

C.

DP. I : Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.

 Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam kebutuhan O2  terpenuhi dengan kriteria tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak

sianosis.

Intervensi:

No. Intervensi  Rasional

1.  Beri penjelasan pada keluarga  tentang penyebab sesak yang 

dialami oleh pasien.

 Agar keluarga tahu

 tentang penyebab sesak yang dialami oleh bayinya.

2.  Atur kepala bayi dengan posisi

ekstensi.

Melonggarkan jalan nafas.

 3.  Batasi intake per oral, bila perlu dipuasakan.

(16)

4.  Longgarkan jalan nafas. Memudahkan untuk bernafas. 5. Observasi tanda-tanda kekurangan O2. Mengetahui tingkat kekurangan O2.

6. Hangatkan bayi dalam incubator.

Mencegah sianosis. 7. Kolaborasi dengan tim medis

untuk pemberian O2.

Mendukung perawatan dan penatalaksanaan medis.

DP. II : Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.

 Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, suhu tubuh kembali norm al dengan kriteria suhu tubuh antara 36.5°C – 37.4°C, kelembaban cukup

Intervensi:

No. Intervensi  Rasional

1.  Beri penjelasan kepada keluarga tentang penyebab panas yang dialami oleh bayinya.

Keluarga menjadi tahu  tentang penyebab panas

yang dialami bayinya.

2.  Berikan pakaian tipis yang  mudah menyerap keringat.

Mencegah penguapan yang  berlebihan.

 3.  Berikan kompres hangat. Menurunkan suhu tubuh. 4. Observasi tanda-tanda vital

 terutama suhu tubuh.

Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya. 5. Kolaborasi medis untuk

pemberian infuse dan obat-obatan antipiretik.

Mendukung perawatan dan penatalaksanaan medis.

(17)

DP. III :  Penurunan kardiak out put

 Tujuan :

Kardiak output normal. Intervensi:

No. Intervensi  Rasional

1. Monitoring jantung paru. 2. Mengkaji tanda vital.

 3. Memonitoring perfusi jaringan  tiap 2-4 jam.

4. Monitor denyut nadi.

5. Memonitoring ontake dan out put.

6. Kolaborasi dalam pemberian  vasodilator.

DP. IV : Gangguan perfusi jaringan

 Tujuan :

 Perfusi jaringan kembali normal. Intervensi:

No. Intervensi  Rasional

1.  Pemberian diuretic sesuai dengan indikasi.

2. monitor laboraturium urine.  3. pemeriksaan darah.

4.  Ajarkan pasien/ anggota keluarga tentang prosedur perawatan luka.

(18)

DP. V : Intoleransi aktifitas

 Tujuan :

 Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi:

No. Intervensi  Rasional

1. Menyediakan stimulasi lingkungan yang minimal.

2. menyediakan monitoring   jantung paru

 3. mengurangi sentuhan

4. memberikan posisi yang  nyaman

5. kolaborasi analgetiksesuai kondisi,

DP. VI :  Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi yang  dialami dan proses pengobatan.

 Tujuan :

Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang  proses penyakit, program pengobatan.

Intervensi:

No. Intervensi  Rasional

1.  Jelaskan tujuan pengobatan pada keluarga.

Mengorientasi program pengobatan.

2. Kaji ulang tanda / gejala yang  memerlukan evaluasi medik cepat.

 Berulangnya memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.

(19)

yang baik, istirahat. kesehatan umum meningkatkan

penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan. 4. Dorong pasien / orang 

 terdekat untuk menyatakan masalah / perasaan.

5.  Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya.

DP. VII :  Resiko tinggi terjadi infeksi

 Tujuan :

Mencapai waktu penyembuhan

Intervensi:

No. Intervensi  Rasional

1.  Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat,  gelisah, peka, disorientasi. 2. Observasi drainase dari luka.  3.

4. 5.

(20)
(21)

 Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III . Jakarta: FKUI.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8.  Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: EGC.

Markum. AN. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.  BCS. IKA Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

 Wong. Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediktif . EGC. Jakarta.

www.google.com blog.rusari.com www.scribd.com

Referensi

Dokumen terkait

• Wilayah Kota Sorong, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat merupakan wilayah rawan gempa bumi dan tsunami, karena terletak dekat dengan sumber

Rata- rata rasa nori pada penyaringan rumput laut 90% adalah 5,9 dengan rasa hampir sama dengan penyaringan 100% yaitu rasa yang tidak terasa asin dan agak

Evaluasi kontek cara menilai kebutuhan serta memberikan gambaran terhadap lingkungan tempat penelitian, Evaluasi input menentukan masukan sumber-sumber yang akan

analisis dilakukan secara induktif, kesimpulannya bahwa Kepala Sekolah Sebagai Supervisor pengajaran berarti Kepala Sekolah mendorong kemampuan guru membimbing siswa

!atatan kaki (footnotes footnotes) atau catatan atas statement keuangan merupakan metoda ) atau catatan atas statement keuangan merupakan metoda pengungkapan untuk informasi yang

Salatiga adalah kota yang unik, kas dan menyenangkan bagi sebagian besar orang. Orang datang ke Salatiga bukan karena ada “gula-gula” atau sumber ekonomi yang melimpah, namun

digunakan dalam penelitian ini diketahui bahwa semua variabel partisipasi anggaran , kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan tujuan

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yasa (2015) dengan hasil bahwa Norma subjektif memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat beli kosmetik ramah