• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPK Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPK Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 06/K/I-XIII.2/6/2008

No. 201.000 / 2008

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

(2)
(3)
(4)
(5)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

DAFTAR LAMPIRAN...iv

BAGIAN I PENDAHULUAN ...1 BAB I...1 PENDAHULUAN ...1 A. Latar Belakang ...1 B. Tujuan...1 C. Dasar hukum ...1 D. Lingkup Bahasan...2 E. Sistematika Penulisan...2 BAB II...4

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KINERJA ...4

A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Kinerja ...4

B. Konsep Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas ...4

C. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja ...7

D. Persyaratan Dasar Pemeriksa ...7

E. Metodologi Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja ...8

E. Kegiatan dalam Pemeriksaan Kinerja ...9

F. Asumsi Pelaksanaan Petunjuk Pelaksanaan ...11

BAGIAN II PERENCANAAN PEMERIKSAAN ...12

A. Tujuan ...12

B. Kegiatan dalam Perencanaan Pemeriksaan ...12

BAB III...14

PENGIDENTIFIKASIAN MASALAH ...14

A. Dasar ...14

B. Tujuan...14

C. Input yang Diperlukan...15

D. Petunjuk Pelaksanaan...15

E. Output ...18

F. Pendokumentasian ...18

BAB IV...19

PENENTUAN AREA KUNCI ...19

A. Dasar ...19

B. Tujuan...19

C. Input yang Diperlukan...20

D. Petunjuk Pelaksanaan...20

E. Output ...23

(6)

A. Dasar ...24

B. Tujuan...24

C. Input yang diperlukan...24

D. Petunjuk Pelaksanaan...25

E. Output ...27

F. Pendokumentasian ...27

BAB VI...28

PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSAAN ...28

A. Dasar ...28

B. Tujuan...28

C. Input yang Diperlukan...28

D. Petunjuk Pelaksanaan...29

E. Output ...31

F. Pendokumentasian ...31

BAB VII...32

PENYUSUNAN PROGRAM PEMERIKSAAN DAN PROGRAM KERJA PERORANGAN ...32

A. Dasar ...32

B. Tujuan...32

C. Input yang Diperlukan...32

D. Petunjuk Pelaksanaan...33 E. Output ...34 F. Pendokumentasian ...35 BAGIAN III PELAKSANAAN PEMERIKSAAN...36 A. Tujuan ...36 B. Kegiatan Pemeriksaan ...36 BAB VIII...37 PENGUJIAN DATA ...37 A. Dasar ...37 B. Tujuan...37

C. Input yang Diperlukan...37

D. Petunjuk Pelaksanaan...37

E. Output ...40

F. Pendokumentasian ...40

BAB IX...41

PENYUSUNAN TEMUAN PEMERIKSAAN...41

A. Dasar ...41

B. Tujuan...41

C. Input yang Diperlukan...41

D. Petunjuk Pelaksanaan...41

E. Output ...43

(7)

iii

BAGIAN IV

PELAPORAN PEMERIKSAAN ...44

A. Tujuan ...44

B. Kegiatan dalam Pelaporan Pemeriksaan ...44

BAB X...45

PENYUSUNAN KONSEP LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN...45

A. Dasar ...45

B. Tujuan...45

C. Input yang Diperlukan...45

D. Petunjuk Pelaksanaan...45 E. Output ...49 F. Pendokumentasian ...49 BAGIAN V PENUTUP...50 BAB XI...50 PENUTUP...50 A. Pemberlakuan Pedoman...50 B. Pemutakhiran Dokumen ...50 C. Pemantauan Pedoman ...50 REFERENSI...51

PENYUSUN JUKLAK PEMERIKSAAN KINERJA...52

(8)

Lampiran 3.1 Kertas Kerja Pengidentifikasian Masalah

Lampiran 4.1 Kertas Kerja Pemahaman SPI dengan Menggunakan Pendekatan COSO

Lampiran 4.2 Kertas Kerja Penilaian atas Pengaruh Peraturan Perundang-undangan yang Signifikan

Lampiran 4.3 Kertas Kerja Penentuan Area Kunci Lampiran 4.4 Kertas Kerja Pemilihan Area Kunci

Lampiran 5.1 Kertas Kerja Penetapan Obyek, Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan Lampiran 6.1 Kertas Kerja Penetapan Kriteria Pemeriksaan

Lampiran 6.2 Daftar Kriteria

(9)
(10)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1

PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01 Sesuai dengan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pada saat ini porsi kegiatan pemeriksaan BPK masih lebih banyak untuk melakukan pemeriksaan keuangan seiring dengan dimulainya era pelaporan keuangan yang lebih transparan dari Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Namun demikian, perhatian publik secara luas mulai bergeser ke arah nyata dari peristiwa terkini baik tentang pencapaian kinerja pemerintah, usaha pemberantasan korupsi, perusakan alam, dan sebagainya. BPK sebagai sebuah lembaga pemeriksa yang independen menjadi tumpuan masyarakat luas sebagai sebuah lembaga yang dapat memberikan kontribusinya untuk menuju Indonesia ke arah yang lebih baik.

Perhatian publik bergeser ke arah pencapaian kinerja pemerintah

02 Dengan latar belakang tersebut, BPK akan meningkatkan porsi pemeriksaannya pada pemeriksaan kinerja. Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis BPK tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Porsi pemeriksaan kinerja akan ditingkatkan

B. Tujuan

03 Dalam rangka peningkatan porsi pemeriksaan kinerja ke depan, BPK memerlukan suatu pedoman pemeriksaan kinerja agar terdapat kesamaan persepsi dan keseragaman metodologi dalam rangka pemeriksaan yang efisien dan efektif. Penyusunan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja ini dimaksudkan untuk membantu pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan kinerja secara lebih efektif, efisien, dan dengan cara yang lebih sistematik.

Tujuan pelaksanaan juklak

C. Dasar Hukum

04 Dasar hukum penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja ini, antara lain:

• UU No. 15 tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

• UU No. 15 tahun 2006, tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia,

• Peraturan BPK RI No. 1 tahun 2007, tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara,

• Keputusan BPK RI No. 1/K/I-XIII.2/2/2008, tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan,

• Keputusan Ketua BPK RI No.34/K/I-VIII.3/6/2007, tentang Struktur Organisasi BPK RI,

(11)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Pendahuluan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2

Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK RI.

D. Lingkup Bahasan

05 Juklak ini mengatur tentang tata cara pelaksanaan pemeriksaan kinerja mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaporan. Tahap tindak lanjut atas rekomendasi BPK tidak dibahas dalam juklak ini, karena akan dibahas dalam petunjuk teknis tentang pemantauan tindak lanjut. Juklak ini juga tidak mengatur hal-hal yang bersifat rinci yang mungkin membutuhkan referensi petunjuk teknis lainnya untuk diperhatikan.

Lingkup bahasan juklak

E. Sistematika Penulisan

06 Untuk itu, Petunjuk Pelaksanaan (juklak) ini akan menjelaskan tentang: (1) latar belakang; (2) tujuan penyusunan juklak; (3) sistematika penulisan juklak (4) pengertian dan tujuan pemeriksaan kinerja; (5) konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas; (6) standar pelaksanaan pemeriksaan kinerja; (7) persyaratan dasar pemeriksa; (8) kegiatan dalam pemeriksaan kinerja; (9) asumsi pelaksanaan petunjuk pelaksanaan.

Sistematika Penulisan

07 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja ini disusun dengan sistematika sebagai berikut.

BAGIAN I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan

BAB II Gambaran Umum Pemeriksaan

Kinerja

BAGIAN II PERENCANAAN PEMERIKSAAN

BAB III Pengidentifikasian Masalah

BAB IV Penentuan Area Kunci

BAB V Penentuan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan

BAB VI Penetapan Kriteria Pemeriksaan BAB VII Penyusunan Program

Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan

BAGIAN III PELAKSANAAN PEMERIKSAAN BAB VIII Pengujian Data

BAB IX Penyusunan Temuan Pemeriksaan

(12)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3

BAB X Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan

BAGIAN V PENUTUP

(13)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Pendahuluan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4

BAB II

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

KINERJA

A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan Kinerja

01 Menurut UU No. 15 tahun 2004 pasal 4 ayat 3, Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi, aspek efisiensi serta aspek efektivitas. Pengujian terhadap ketentuan perundang-undangan dan pengendalian intern juga perlu dilaksanakan oleh para pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja.

Audit kinerja menurut UU

02 Terminologi baku yang digunakan oleh para anggota INTOSAI adalah performance audit (audit kinerja). INTOSAI mendefinisikan audit kinerja sebagai suatu pemeriksaan yang independen atas efisiensi dan efektivitas kegiatan, program, dan organisasi pemerintah, dengan memperhatikan aspek ekonomi, dengan tujuan untuk mendorong ke arah perbaikan.

Audit kinerja menurut INTOSAI

03 Terminologi lain yang dikenal dari audit kinerja adalah value for money audit, yang digunakan di Inggris, Kanada, dan beberapa negara persemakmuran, dan diartikan sebagai suatu proses penilaian atas bukti-bukti yang tersedia untuk menghasilkan suatu pendapat secara luas mengenai bagaimana entitas menggunakan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien.

Value for money audit

B. Konsep Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas

04 Pada prinsipnya, konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas berhubungan erat dengan pengertian input, output dan outcome. Input adalah sumber daya dalam bentuk dana, SDM, peralatan, dan material yang digunakan untuk menghasilkan ouput. Output adalah barang-barang yang diproduksi, jasa yang diserahkan/diberikan, atau hasil-hasil lain dari proses atas input. Proses adalah kegiatan-kegiatan operasional yang menggunakan input untuk menghasilkan output, sedangkan outcome adalah tujuan atau sasaran yang akan dicapai melalui output. Gambar 1 berikut ini menjelaskan hubungan antara input, proses, output, dan outcome.

Hubungan konsep 3E dengan input, output dan outcome

GAMBAR 1:

Hubungan input, proses, output dan outcome.

GAMBAR 1:

Hubungan input, proses, output dan outcome. SUMBER DAYA EKONOMI INPUT PROSES EFISIENSI OUTPUT OUTCOME EFEKTIFITAS

(14)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5

05 Ekonomi berkaitan dengan perolehan sumber daya yang akan digunakan dalam proses dengan biaya, waktu, tempat, kualitas, dan kuantitas yang benar.

Pengertian ekonomi

06 Ekonomi berarti meminimalkan biaya perolehan input untuk digunakan dalam proses, dengan tetap menjaga kualitas sejalan dengan prinsip dan praktik administrasi yang sehat dan kebijakan manajemen. Organisasi yang ekonomis memperoleh input pada kualitas dan kuantitas yang tepat, dengan harga termurah. Penekanan untuk aspek ekonomi berhubungan dengan perolehan barang atau jasa sebelum digunakan untuk proses.

07

Contoh: Barang A dapat dibeli di toko B seharga

Rp100.000.000,00, dengan cara pembayaran, kualitas, dan layanan purnajual yang sama, Barang A dapat dibeli di toko C seharga Rp90.000.000,00. Jika entitas membeli di toko B, maka dikatakan entitas tersebut telah melakukan pemborosan atau ketidakekonomisan sebesar Rp10.000.000,00

08 Langkah-langkah dalam pengukuran ekonomi adalah sebagai berikut:

(1) Identifikasi input yang diperoleh;

(2) Identifikasi biaya dan waktu/pengorbanan untuk mendapatkan input;

(3) Penentuan kriteria;

(4) Pembandingan data yang diperoleh pada langkah (2) dengan kriteria yang telah dibuat pada langkah (3); dan

(5) Interpretasi hasilnya.

Langkah-langkah pengukuran ekonomi

09 Pemeriksaan atas aspek ekonomi meliputi faktor-faktor, apakah: (1) barang dan jasa untuk kepentingan program, aktivitas, fungsi,

dan kegiatan telah diperoleh dengan harga lebih murah dibandingkan dengan barang jasa yang sama.

(2) barang dan jasa telah diperoleh dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan jenis barang/jasa serupa dengan harga yang sama.

10 Efisiensi merupakan hubungan yang optimal antara input dan output. Suatu entitas dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output maksimal dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan output tertentu dengan memanfaatkan input minimal.

Pegertian efisiensi

11 Untuk menilai efisiensi, pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan dalam melakukan pemeriksaan:

(1) Apakah input yang tersedia telah dipakai secara optimal? (2) Apakah output yang sama dapat diperoleh dengan lebih sedikit

input?

(3) Apakah output yang terbaik dalam ukuran kuantitas dan kualitas dapat diperoleh dari input yang digunakan?

Pertanyaan untuk menilai efisiensi

12 Temuan atas efisiensi dapat dirumuskan dengan menggunakan perbandingan antara aktivitas/industri/organisasi yang sejenis, periode lain, standar, dan best practices yang secara tegas telah

Cara perumusan temuan efisiensi

(15)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Pendahuluan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6

diadopsi oleh entitas.

13 Contoh: Untuk memproduksi suatu jenis output tertentu dengan

jumlah tertentu yang sama terdapat tiga cara:

(1) cara 1 membutuhkan lima unit material A dan dua jam kerja sebagai input.

(2) cara 2 membutuhkan enam unit material A dan tiga jam kerja sebagai input.

(3) cara 3 membutuhkan tujuh unit material A dan empat jam kerja sebagai input.

Berdasarkan data tersebut, cara 1 lebih efisien daripada cara 2 dan 3 karena rasio input dan output (i/o) pada cara 1, lebih kecil dibandingkan dengan rasio input dan output (i/o) pada cara 2 dan cara 3.

14 Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu entitas, pemeriksa juga dapat menggunakan konsep cost-effectiveness sebagai alat analisis dalam melakukan pemeriksaan. Konsep cost-effectiveness berhubungan dengan kemampuan atau potensi entitas yang diperiksa, untuk mencapai tujuan tertentu dengan biaya yang rasional.

Analisis cost-effectiveness adalah suatu studi tentang hubungan antara biaya yang telah dikeluarkan oleh entitas dan outcome-nya, yang dinyatakan sebagai biaya per unit atas outcome.

Pemeriksaan atas efisiensi meliputi aspek, apakah:

• program, aktivitas, fungsi, dan kegiatan telah dikelola, diatur, diorganisasikan, dan dilaksanakan secara efisien; dan

• jasa pelayanan oleh pemerintah telah diberikan dengan kualitas terbaik, berorientasi pada kebutuhan masyarakat, dan diberikan tepat waktu.

Konsep Cost-effectiveness

15 Langkah-langkah pengukuran efisiensi adalah sebagai berikut: (1) Identifikasi dan pilih input yang relevan;

(2) Identifikasi dan pilih output yang relevan; (3) Penentuan unit pengukuran input dan output;

(4) Penentuan rasio pengukuran antara input dan output.; (5) Penentuan kriteria;

(6) Pembandingan data yang diperoleh pada langkah (4) dengan kriteria yang telah dibuat pada langkah (5); dan

(7) Interpretasi hasil.

Langkah-langkah pengukuran efisiensi

16 Efektivitas pada dasarnya adalah pencapaian tujuan. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara output yang dihasilkan dengan tujuan yang dicapai (outcome). Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian efektivitas

17

18

Contoh: Pemerintah Daerah X mempunyai program pelayanan bus yang bertujuan untuk mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi di dalam kota. Outputnya berupa pelayanan bus yang diukur dengan jumlah kilometer pelayanan bus. Dalam rangka pelaksanaan program tersebut, Pemerintah Daerah X melakukan pembelian bus baru.

(16)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7

19

20

Rp1.000.000.000,00, sedangkan biaya pengoperasian bus merek B juga Rp1.000.000.000,00. Kilometer yang dilayani bus A 250.000 km setahun, sedangkan bus B 225.000 km setahun. Akan tetapi, dengan bus A penggunaan kendaraan pribadi turun sebesar 10%, sedangkan dengan bus B, penggunaan kendaraan pribadi turun sebesar 30 %.

Kesimpulan dari sisi efektivitas (hubungan antara output dan outcome) penggunaan bus B lebih efektif, sedangkan dari sisi efisiensi (hubungan antara input dan ouput), bus A lebih efisien daripada Bus B.

Perbedaan ini disebabkan Bus A memang mempunyai jarak tempuh yang lebih jauh, tetapi tingkat kenyamanan yang kurang memadai, maka masyarakat tidak serta-merta menggunakan Bus A sebagai kendaraan pengganti mobil pribadi.

21 Untuk melakukan pemeriksaan atas efektivitas suatu entitas, maka pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan:

(1) apakah output yang dihasilkan telah dimanfaatkan sebagaimana diharapkan?

(2) apakah output yang dihasilkan konsisten dengan tujuan?

(3) apakah dampak yang dinyatakan berasal dari output yang dihasilkan dan bukan dari pengaruh lingkungan luar?

Pertanyaan untuk menilai efektivitas

22 Langkah-langkah pengukuran efektivitas adalah sebagai berikut: (1) Identifikasi tujuan (outcome) yang telah ditetapkan

sebelumnya;

(2) Identifikasi output aktual.;

(3) Penentuan unit pengukuran output dan outcome; (4) Pembandingan antara output dan outcome; dan (5) Interpretasi hasil.

Langkah-langkah pengukuran efektivitas

C. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja

23 Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan SPKN yang disusun dan ditetapkan BPK melalui Peraturan BPK RI No. 01 tahun 2007. Seperti yang telah diatur dalam SPKN PSP 04, standar pelaksanaan pemeriksaan kinerja meliputi:

(1) perencanaan; (2) supervisi;

(3) bukti pemeriksaan; dan (4) dokumentasi pemeriksaan.

D. Persyaratan Dasar Pemeriksa

24 Pemeriksaan kinerja merupakan kegiatan yang berdasar pada informasi yang menuntut nilai-nilai profesional untuk mengelola informasi tersebut menjadi titik sentral. Salah satu bentuk nilai profesional tersebut adalah pentingnya seorang pemeriksa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keahliannya dan mempertahankan hasil yang baik dalam pelaksanaan tugas.

Pemeriksa profesional harus mengembangkan keahliannya

25 Agar dapat mencapai tujuan pemeriksaan kinerja yang telah ditetapkan, pemilihan personil pemeriksa yang akan ditugasi menjadi salah satu faktor yang cukup menentukan. Beberapa literatur dalam pemeriksaan kinerja mensyaratkan bahwa seorang

(17)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Pendahuluan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8

pemeriksa dalam pemeriksaan kinerja harus mempunyai latar belakang pendidikan formal yang cukup dan mempunyai keahlian lainnya seperti kemampuan menganalisis, kemampuan berkreativitas, dan kemampuan berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Selain itu, pemeriksa kinerja juga dituntut untuk selalu memperoleh pendidikan profesional dari berbagai disiplin ilmu secara berkelanjutan, seperti telah diatur dalam SPKN PSP 01 paragraf 08, untuk memperoleh informasi/ ilmu yang mutakhir sehingga dapat mendukung pelaksanaan pemeriksaan. 26 Dalam pelaksanaan suatu pemeriksaan kinerja, BPK dapat

menggunakan tenaga ahli yang berasal dari dalam atau luar BPK. Atas penggunaan tenaga ahli intern ataupun ekstern tersebut, pemeriksa perlu mempertimbangkan kualifikasi mereka seperti yang telah diatur dalam Pasal 6 Peraturan BPK RI Nomor 1 tahun 2008 tentang Penggunaan Pemeriksa dan/atau Tenaga Ahli dari Luar BPK, dan diatur juga dalam SPKN PSP 01 paragraf 09.

Hal Penggunaan tenaga ahli dari luar BPK

27 SPKN PSP 04 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 7 juga telah menetapkan jenis pekerjaan yang harus dilakukan pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja yang juga mengisyaratkan bahwa pemeriksa harus kompeten dan mempunyai keahlian yang cukup dalam menjalankan tugasnya. 28 Lebih lanjut, SPKN PSP 01 Standar Umum Paragraf 10 secara jelas

juga mengatur persyaratan dasar kemampuan/keahlian para pemeriksa yang harus dipenuhi dalam melakukan tugas pemeriksaan.

E. MetodologiPetunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja

(18)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9

30 Secara garis besar metodologi ini terbagi dalam tiga siklus, yaitu pada tahap perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan pelaporan pemeriksaan. Masing-masing tahap mempunyai uraian detail seperti tertera dalam sistematika di bawah ini:

1. Perencanaan Pemeriksaan

a. Pengidentifikasian Masalah b. Penentuan Area Kunci

c. Penentuan Obyek, Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan d. Penetapan Kriteria Pemeriksaan

e. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP)

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

a. Pengujian terhadap tujuan pemeriksaan

b. Penyusunan dan penyampaian konsep Temuan Pemeriksaan (TP)

c. Perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep TP d. Penyampaian TP

3. Pelaporan Pemeriksaan

a. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan b. Perolehan Tanggapan atas Rekomendasi

c. Penyusunan dan Penyampaian LHP

F. Kegiatan Dalam Pemeriksaan Kinerja

1. Perencanaan Pemeriksaan

a. Pengidentifikasian Masalah

31 Bab ini menjelaskan bagaimana pemeriksa dapat mengidentifikasi suatu permasalahan pada sebuah entitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memahami rencana strategis Badan dan kebijakan tentang pemeriksaan kinerja serta dengan melakukan pemahaman atas karakteristik entitas. Berdasarkan pemahaman ini, pemeriksa dapat memperoleh pengetahuan mengenai kegiatan pokok, identitas, dan data umum entitas, yang memungkinkan untuk merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan. Ke dalam informasi ini juga termasuk adanya isu-isu tentang permasalahan yang sedang dihadapi oleh entitas tersebut. 32 Pengetahuan ini akan membantu pemeriksa dalam hal:

1) Penaksiran risiko dan pengidentifikasian masalah. 2) Penilaian Sistem Pengendalian Intern.

3) Penentuan tujuan pemeriksaan kinerja yang selaras dengan renstra Badan.

4) Perencananaan dan pelaksanaan pemeriksaan secara efisien dan efektif.

5) Pengevaluasian bukti pemeriksaan.

6) Pengidentifikasian masalah-masalah pemeriksaan yang signifikan.

Manfaat pemahaman atas Resntra Badan dan entitas yang akan diperiksa

b. Penentuan Area Kunci

33 Bab ini menjelaskan bagaimana pemeriksa bisa menentukan Penentuan area kunci dan pemahaman SPI

(19)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Pendahuluan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10

area kunci dalam entitas yang diperiksa. Area kunci adalah area, bidang, atau kegiatan yang merupakan fokus audit dalam entitas. Penentuan area kunci sangat penting agar pelaksanaan audit dapat lebih fokus pada tujuan pemeriksaan dan memungkinkan penggunaan sumber daya audit yang lebih efisien dan efektif. Pemilihan area kunci dapat dilakukan berdasarkan faktor-faktor pemilihan (selection factors), yang berkaitan dengan elemen-elemen; (1) risiko terhadap manajemen, (2) signifikansi suatu program, (3) dampak pemeriksaan, dan (4) auditabilitas. Selain itu, penentuan area kunci juga bisa dilakukan melalui pendekatan terhadap lima komponen SPI yang dikemukakan oleh COSO, yang meliputi: (1) lingkungan pengendalian, (2) penilaian risiko, (3) aktivitas pengendalian, (4) komunikasi dan informasi, dan (5) monitoring.

c. Penentuan obyek, tujuan, dan lingkup pemeriksaan.

34 Bab ini menjelaskan bagaimana pemeriksa menetapkan obyek, tujuan, dan lingkup pemeriksaan yang berguna dalam merencanakan suatu pemeriksaan dan menentukan metodologi yang akan dipergunakan. Selain itu, juga dijelaskan bagaimana pemeriksa mengidentifikasi jenis-jenis dan sumber bukti pemeriksaan serta cara-cara mendapatkannya. Ketiga tahapan ini merupakan kegiatan survei/pemeriksaan pendahuluan yang menjadi dasar bagi satuan kerja (satker) untuk menyusun Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP).

Kegiatan survey/ pemeriksaan pendahuluan

d. Penetapan Kriteria Pemeriksaan.

35 Bab ini menjelaskan bagaimana pemeriksa menetapkan kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah suatu entitas mencapai kinerja yang diharapkan.

Penetapan kirteria pemeriksaan

e. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP)

36 Bab ini menjelaskan bagaimana pemeriksa menyusun Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP) yang digunakan sebagai rencana kegiatan pemeriksaan.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan 37

38

a. Pengujian terhadap Tujuan Pemeriksaan

Bab ini menjelaskan bagaimana cara pemeriksa mendapatkan dan menganalisis bukti pemeriksaan dari entitas yang diperiksa dalam rangka memperoleh keyakinan yang cukup, relevan, dan kompeten yang akan menjadi dasar dalam menjawab tujuan pemeriksaan.

b. Penyusunan Temuan Pemeriksaan.

Bab ini menjelaskan bagaimana pemeriksa menyajikan temuan pemeriksaan yang dikumpulkan dan diolah selama melakukan pemeriksaan tentang ekonomi, efisiensi, dan atau efektivitas secara analitis dan sistematis yang meliputi

unsur-Kegiatan dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan

(20)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11

unsur kondisi, kriteria, akibat, sebab, dan komentar dari entitas yang diperiksa; serta cara penyampaian temuan pemeriksaan kepada entitas yang diperiksa.

3. Pelaporan Pemeriksaan

39 Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan.

Bab ini menjelaskan proses penyusunan konsep LHP yang memuat unsur-unsur seperti: pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar; tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan; hasil pemeriksaan (temuan, simpulan dan rekomendasi); tanggapan pejabat terperiksa atas HP; dan pelaporan informasi rahasia bila ada. Bab ini juga menjelaskan proses-proses perolehan atas rekomendasi yang diberikan sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan kinerja serta proses penyusunan LHP dan pendistribusiannya kepada pihak-pihak yang telah diatur sesuai dengan ketentuan.

G. Asumsi pelaksanaan petunjuk pelaksanaan

40 Tahap perencanaan di dalam metodologi pemeriksaan kinerja pada langkah ke-1 (pengidentifikasian masalah) sampai dengan langkah ke-4 (penetapan kriteria) dapat dituangkan dalam suatu kegiatan Pemeriksaan Pendahuluan.

Pemeriksaan Pendahuluan

41 Jika tahap perencanaan dilaksanakan dengan pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan, maka akan dihasilkan suatu laporan hasil pemeriksaan pendahuluan. Laporan hasil pemeriksaan pendahuluan tersebut berisi resume hasil penelaahan setiap langkah yang tertuang di dalam tahap perencanaan pemeriksaan kinerja. Secara umum, hasil dari pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan digunakan untuk menentukan apakah suatu pemeriksaan kinerja terhadap suatu entitas/program dapat dilakukan atau tidak; dan juga sebagai dasar dalam penyusunan P2 dan PKP.

Laporan Hasil Pemeriksaan Pendahulan

(21)
(22)

BAGIAN II

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

A. Tujuan

01 Tujuan perencanaan pemeriksaan adalah mempersiapkan suatu program pemeriksaan yang akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan pemeriksaan sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Tujuan perencanaan pemeriksaan

02 Tahap perencanaan pemeriksaan yang ada dalam petunjuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja ini tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari siklus perencanaan pemeriksaan yang telah disusun dalam Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) BPK. Di dalam penyusunan RKP, sebelum ditentukan obyek pemeriksaan dan jenis pemeriksaan, maka pelaksana pemeriksa BPK mencoba memahami entitas, program atau kegiatan yang akan diperiksa melalui berbagai data dan informasi baik yang didapat dari database entitas yang dikelola BPK maupun dari sumber-sumber lainnya. Berbekal olahan data dan informasi tersebut, pelaksana pemeriksa BPK kemudian menyusun RKP yang memuat rencana kerja BPK di bidang pemeriksaan yang meliputi, objek pemeriksaan, jenis pemeriksaan, kebutuhan SDM, dan anggaran pemeriksaan. Pemeriksa melakukan prosedur perencanaan sebalum menyusun RKP

03 Di dalam pelaksanaan RKP tersebut, suatu jenis pemeriksaan kinerja membutuhkan kembali tahap perencanaan secara mendetail mengenai bagaimana menentukan tujuan dan lingkup pemeriksaan yang akan dilakukan. Tujuan dan lingkup pemeriksaan itu dapat ditetapkan setelah pemeriksa dapat memahami dengan baik entitas, program atau kegiatan yang akan diperiksa serta menentukan beberapa area kunci yang mempunyai risiko tinggi dalam pelaksanaan pemeriksaan. Selanjutnya dengan penentuan tujuan pemeriksaan, diharapkan pemeriksa dapat menentukan kriteria pemeriksaan dan jenis serta sumber bukti yang kemudian akan dituangkan dalam suatu Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP) .

Penentuan tujuan pemeriksaan

04 Dalam perencanaan pemeriksaan, pemeriksa mengumpulkan informasi untuk menentukan kebijakan awal mengenai lingkup pemeriksaan, biaya, waktu, dan keahlian yang diperlukan. Selain itu, juga untuk mengusulkan tujuan pemeriksaan, area pemeriksaan yang perlu untuk direviu secara mendalam, penentuan kriteria pemeriksaan, dan cara-cara pengujian yang akan dilakukan. Pada saat menyusun RKP, satker diharapkan telah dapat menyiapkan alasan dan tujuan pemeriksaan yang diwujudkan dalam P2 yang disiapkan, dengan memperhatikan renstra dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja.

Pengumpulan informasi

B. Kegiatan dalam Perencanaan Pemeriksaan

05 Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan, terutama pada langkah ke-1 hingga langkah ke-4 dapat dituangkan dalam suatu

(23)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13

pemeriksaan pendahuluan. Hasil pemeriksaan pendahuluan digunakan sebagai bahan keputusan untuk meneruskan pemeriksaan kinerja ini ke tahap berikutnya, yaitu pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan kinerja. Jika diputuskan untuk diteruskan ke tahap berikutnya, maka hasil pemeriksaan pendahuluan ini juga sekaligus digunakan sebagai dasar dalam penyusunan P2 dan PKP.

06 Kegiatan dalam perencanaan pemeriksaan meliputi: pemahaman atas renstra dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja, pemahaman atas entitas, penentuan area kunci, penentuan obyek, tujuan, dan lingkup pemeriksaan, penetapan kriteria pemeriksaan, dan penyusunan program pemeriksaan.

07 Petunjuk pelaksanaan pada tahap perencanaan pemeriksaan ini terdiri dari enam tahap, yaitu:

(1) Tahap Pengidentifikasian Masalah (2) Tahap penentuan area kunci.

(3) Tahap penentuan obyek, tujuan, dan lingkup pemeriksaan. (4) Tahap penetapan kriteria pemeriksaan.

(5) Tahap penyusunan program pemeriksaan.

1 Pengidentifikasian Masalah

2. Penentuan Area Kunci 3. Penentuan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan Kinerja 4. Penetapan Kriteria

5. Penyusunan P2 dan PKP PERENCANAAN

(24)

BAB III

PENGIDENTIFIKASIAN MASALAH

01

02

Bab ini menguraikan bagaimana pemeriksa dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada pada obyek yang akan diperiksa. Tahap ini terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu pemahaman atas rencana strategis dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja dan pemahaman atas entitas yang akan diperiksa.

Pemahaman atas rencana strategis dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja akan digunakan oleh pemeriksa untuk menentukan arah dari pelaksanaan pemeriksaan kinerja. Selanjutnya, dengan memahami karakteristik entitas, pemeriksa dapat memahami kegiatan pokok, identitas, dan data umum entitas, yang dapat digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan (SPKN).

03 Pengetahuan akan renstra dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja serta pemahaman akan kondisi entitas ini dapat membantu pemeriksa dalam hal:

• penentuan arah pemeriksaan kinerja sesuai rencana strategis Badan.

• penaksiran risiko dan identifikasi masalah pemeriksaan yang signifikan.

• penentuan tujuan pemeriksaan.

• perencananaan dan pelaksanaan pemeriksaan secara efisien dan efektif.

• pengevaluasian bukti pemeriksaan.

Manfaat pemahaman entitas

A. Dasar

04 Dasar kegiatan pengidentifikasian masalah ini adalah SPKN PSP 04 paragraf 10.

B. Tujuan

05 Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah:

(a) memahami rencana strategis dan kebijakan Badan tentang pelaksanaan pemeriksaan kinerja;

(b) memperoleh data, informasi, serta latar belakang organisasi, program dan fungsi pelayanan publik yang diperiksa mengenai hal-hal yang berhubungan dengan input, proses, output, dan outcome;

(c) mengetahui landasan hukum atas kegiatan atau program dari organisasi, program dan fungsi pelayanan publik yang diperiksa;

(d) mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam organisasi, program, dan fungsi pelayanan publik yang diperiksa Tujuan pelaksanaan kegiatan pemahaman entitas 1 Pengidentifikasian Masalah

2. Penentuan Area Kunci

3. Penentuan Obyek, Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan

Kinerja 4. Penetapan Kriteria

5. Penyusunan P2 dan PKP PERENCANAAN

(25)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15

(e) memahami tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang diemban oleh entitas yang diperiksa, tujuan, dan program kerja entitas, hubungan antarunit kerja, organisasi dan akuntabilitas di dalam entitas, lingkungan internal dan eksternal entitas serta pihak terkait (stakeholders), hambatan-hambatan yang berasal dari luar entitas yang mempengaruhi, proses manajemen dan operasional entitas yang diperiksa, serta sumber daya entitas.

C. Input yang Diperlukan

06 Input yang diperlukan dalam kegiatan ini dapat berupa antara lain:

(a) Peraturan perundang-undangan yang seperti: Undang-Undang (UU), Keputusan Presiden (Keppres), Instruksi Presiden (Inpres), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri (Kepmen), Keputusan Dirjen, Surat Edaran Direktur, Keputusan Kepala Dinas, Surat Edaran Kepala Dinas, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUMN/BUMD, Keputusan Direksi, dan Company Profile BUMN/BUMD.

(b) Rencana Strategis BPK dan kebijakan Badan tentang pemeriksaan kinerja.

(c) Laporan pemeriksaan dari pemeriksa sebelumnya, hasil reviu dari instansi lain, dan hasil studi dari lembaga penelitian dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengenai entitas yang diperiksa.

(d) Rencana Jangka Panjang (RJP), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan laporan tahunan entitas.

(e) Kebijakan entitas dan risalah-risalah yang berkaitan dengan entitas.

(f) Struktur organisasi, pedoman sistem dan prosedur organisasi (SOP), dan petunjuk operasional.

(g) Hasil evaluasi terhadap program entitas dan rencana kerja pemeriksa intern dan laporan hasil pemeriksaannya.

(h) Hasil-hasil diskusi dengan manajemen dan stakeholder. (i) Hasil liputan media masa.

(j) Hasil penelaahan informasi dari internet. (k) Hasil database entitas yang dikelola oleh BPK

(l) Sumbangan bahan dari Satker nonpemeriksaan, seperti Binbangkum, Biro Humas, EPP, dan Litbang.

Input yang diperlukan dalam pemahaman entitas

07 Tidak semua input yang terdaftar ini harus diperoleh pemeriksa, tergantung dari lingkup entitas yang diperiksa dan pertimbangan pemeriksa.

D. Petunjuk Pelaksanaan

08 Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengidentifikasian masalah dapat dirinci sebagai berikut.

a. Dapatkan dan pelajari rencana strategis BPK serta kebijakan

Langkah-langkah dalam pengidentifikasian masalah

(26)

Badan tentang pemeriksaan kinerja.

b. Pelajari sejarah dan latar belakang entitas yang diperiksa, antara lain mengenai:

• Sejarah dan latar belakang berdirinya entitas; • Tujuan yang hendak dicapai;

• Kewenangan entitas dalam mencapai tujuan dan dalam melaksanakan program yang telah ditetapkan;

• Tanggung jawab pimpinan entitas;

• Batasan-batasan yang berlaku terhadap entitas; dan • Ketentuan-ketentuan yang berlaku terhadap entitas. c. Reviu struktur organisasi dan uraian tugas atas entitas yang

diperiksa.

d. Reviu hasil pemeriksaan sebelumnya terhadap entitas untuk memperoleh gambaran umum entitas dan mengidentifikasi permasalahan yang ada berdasarkan pemeriksaan sebelumnya.

e. Analisis dokumen anggaran dari entitas yang diperiksa. f. Analisis SOP dari entitas yang diperiksa yang relevan

dengan tujuan pemeriksaan.

g. Analisis AD/ART, RJP, dan RKA dari entitas yang diperiksa.

h. Jika diperlukan, lakukan observasi singkat di lokasi kegiatan utama entitas, misalnya, pabrik atau gudang untuk BUMN/BUMD, atau kantor untuk instansi pemerintah. i. Jika diperlukan, lakukan interviu/wawancara dengan

manajemen. Wawancara ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh informasi yang bersifat umum, seperti misi entitas yang diperiksa, target kegiatan pada tahun berjalan yang diperiksa, anggaran yang tersedia, realisasi kegiatan, dan sebagainya.

j. Reviu peraturan-peraturan yang mendasari program yang diperiksa, laporan kemajuan pelaksanaan program, serta hambatan-hambatan dalam pencapaian program.

k. Identifikasi dan reviu tujuan dan sasaran dari program yang diperiksa, kemudian teliti apakah dalam mencapai tujuan tersebut terdapat tolok ukur, standar, atau key performance indicator (KPI) untuk menentukan kelemahan dan keberhasilan program tersebut.

l. Lakukan inventarisasi tolok ukur, standar, atau KPI yang telah diterapkan oleh entitas dalam melaksanakan program/kegiatan. Misalnya, dalam pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Pelajar SMU terdapat tolok ukur sebagai berikut:

1) Standar rata-rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) adalah 6,5.

2) Standar nilai rata-rata mata pelajaran ilmu pasti (Matematika, Fisika, dan Kimia) adalah 7.

(27)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17

m. Teliti kemungkinan adanya hambatan yang dialami entitas dalam melaksanakan kewenangannya, yang mungkin disebabkan oleh adanya kewenangan serupa yang dimiliki oleh entitas lain.

Contoh: Dinas Kehutanan telah mengalokasikan 25 hektar lahan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI). Namun, berdasarkan laporan pemeriksaan sebelumnya, ternyata terdapat seluas delapan hektar lahan yang tumpang tindih dengan lahan untuk lokasi transmigrasi. Berdasarkan kondisi ini, maka Dinas Kehutanan merevisi alokasi lahan untuk HTI menjadi seluas 17 hektar.

n. Teliti kemungkinan adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh entitas tersebut.

Contoh: Dinas Kehutanan telah memberi izin alokasi lahan seluas 500 Ha untuk pembangunan perumahan, tetapi di lokasi Hutan Lindung. Hal ini jelas menyalahi undang-undang tentang kehutanan.

o. Teliti kemungkinan adanya peraturan atau kebijakan pemerintah yang menghambat pencapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.

Contoh 1: Dinas Koperasi dan Pengusaha Kecil

menggulirkan Program Pembinaan bagi petani dan pengusaha kecil untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Namun, berdasarkan laporan pemeriksaan sebelumnya, ternyata banyak petani mengeluhkan harga hasil panen mereka yang sangat rendah. Penyebabnya adalah adanya Surat Izin Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang mengizinkan impor beras yang harganya lebih murah daripada harga beras dari petani.

Contoh 2: Peraturan Daerah Provinsi A telah menetapkan bahwa lahan hijau untuk Provinsi A minimal seluas 20% dari luas wilayah provinsi tersebut. Namun, laporan pemeriksaan sebelumnya menunjukkan bahwa penentuan lokasi tersebut harus ditetapkan melalui rapat koordinasi dinas-dinas terkait, tidak semata-mata berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Provinsi A. Hal ini mengakibatkan penentuan lokasi lahan hijau sangat lambat sehingga target Program Pembangunan Lahan Hijau Provinsi A tidak tercapai

p. Pelajari kemungkinan adanya batasan-batasan berdasarkan peraturan atau kebijakan institusi di atasnya yang diberlakukan terhadap entitas yang diperiksa.

Contoh: Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pemerintah Pusat telah menyerahkan urusan pendidikan kepada pemerintah daerah. Namun, di lain pihak, bidang kurikulum masih ditangani oleh Pemerintah Pusat. q. Reviu atas hasil-hasil studi yang telah dilakukan kelompok

industri, kelompok profesional, dan kelompok-kelompok lain yang mempunyai kepentingan terhadap entitas tersebut.

(28)

r. Dapatkan dan inventarisasi isu-isu mutakhir tentang permasalahan yang sedang dihadapi oleh entitas, yang dapat diperoleh dari media masa atau sumber-sumber lain.

s. Buatlah kesimpulan mengenai permasalahan yang berhasil diidentifikasi dalam tahap ini. Permasalahan ini merupakan identifikasi awal bagi pengembangan arah dan tujuan pemeriksaan pada tahap perencanan selanjutnya.

E. Output

09 Output dari kegiatan “Pengidentifikasian Masalah” adalah: (a) Gambaran umum dari kegiatan/program dari entitas yang

diperiksa yang antara lain meliputi input, proses, output, dan outcome.

(b) Hasil reviu peraturan perundang-undangan yang meliputi kewenangan, maksud dan tujuan, dan struktur organisasi. (c) Informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja entitas.

(d) Kesimpulan umum tentang identifikasi masalah.

Output kegiatan pengidentifikasian masalah

F. Pendokumentasian

10 Seluruh pengkajian pemeriksa mengenai tahap ”Pengidentifikasian Masalah” harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian pengendalian internal dan risiko kecurangan. Secara keseluruhan pendokumentasian dapat dijadikan sebagai KKP. Contoh KKP kegiatan pengidentifikasian masalah dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan

(29)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19

BAB IV

PENENTUAN AREA KUNCI

01 Bab ini menguraikan tentang bagaimana pemeriksa dapat

menentukan area kunci dalam entitas yang diperiksa. Selain itu, akan diuraikan tentang bagaimana pemeriksa dapat menentukan urutan prioritas area kunci yang akan dipilih sebagai obyek pemeriksaan kinerja, yang akan menjadi fokus pemeriksaan, dengan menggunakan faktor-faktor pemilihan, yang berkaitan dengan elemen-elemen:

(a) risiko terhadap manajemen, yaitu risiko yang dihadapi oleh manajemen atas tidak tercapainya aspek 3E (ekonomi, efisiensi dan efektivitas);

(b) signifikansi suatu program, yaitu penilaian apakah suatu kegiatan dalam suatu area audit secara komparatif mempunyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam obyek audit secara keseluruhan;

(c) dampak pemeriksaan, yaitu pengaruh hasil audit terhadap perbaikan atas area yang diperiksa; dan

(d) auditabilitas, berhubungan dengan kemampuan tim pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai standar. 02

03

Dalam rangka menentukan area kunci pemeriksa dapat melakukan tiga kegiatan utama, yaitu (1) mempertimbangkan kualitas pengendalian intern atas entitas/kegiatan/program yang akan diperiksa dengan menggunakan lima komponen SPI yang dikemukakan oleh COSO, yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, komunikasi dan informasi, serta monitoring; (2) melakukan penilaian atas pengaruh peraturan perundang-undangan yang signifikan terhadap entitas/kegiatan/program yang akan diperiksa, serta (3) mengidentifikasi potensi terjadinya kecurangan.

Berdasarkan hasil dari ketiga kegiatan di atas dan input dari kegiatan sebelumnya (pengidentifikasian masalah), pemeriksa dapat menentukan area kunci. Area kunci yang sudah dipilih, selanjutnya diurutkan menurut prioritasnya dengan menggunakan faktor pemilihan. Sesuai dengan sumber daya pemeriksaan yang ada, pemeriksa memilih area kunci dengan prioritas tertinggi, yang akan menjadi fokus pelaksanaan pemeriksaan kinerja.

Penentuan area kunci dengan pendekatan pertimbangan SPI entitas, menilai pengaruh peraturan perundang-undangan, dan mengidentifikasi potensi kecurangan. A. Dasar

04 Dasar kegiatan penentuan area kunci ini antara lain adalah: 1) SPKN PSP 04 paragraf 07 s.d. paragraf 09;

2) SPKN PSP 04 paragraf 11 s.d. paragraf 15; 3) SPKN PSP 04 paragraf 16 s.d. paragraf 26.

B. Tujuan

05 Tujuan penentuan area kunci dalam perencanaan adalah:

(a) menilai apakah entitas telah memiliki sistem pengendalian yang memadai untuk mengidentifikasi risiko-risiko

Tujuan penentuan area kunci 1 Pengidentifikasian Masalah 2. Penentuan Area Kunci 3. Penentuan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan Kinerja 4. Penetapan Kriteria

5. Penyusunan P2 dan PKP PERENCANAAN

(30)

kelemahan pengendalian yang akan dijadikan pertimbangan dalam menentukan area kunci;

(b) mempertimbangkan pengaruh peraturan perundangan-undangan yang signifikan dan risiko kecurangan yang mungkin terjadi dan merancang prosedur untuk bisa memberikan keyakinan yang memadai bahwa kecurangan tersebut dapat dideteksi; dan

(c) menentukan area-area kunci yang memiliki risiko tinggi untuk dilakukan pemeriksaan setelah mengidentifikasi permasalahan, mempertimbangkan pengendalian intern, risiko kecurangan yang mungkin terjadi, dan pengaruh peraturan yang berpengaruh terhadap kegiatan organisasi, program dan/atau fungsi pelayanan publik yang akan diperiksa.

C. Input yang Diperlukan

06 Input yang diperlukan untuk kegiatan ini dapat berupa antara lain:

(1) hasil kegiatan pengidentifikasian masalah;

(2) hasil telaahan pemeriksa tentang kualitas SPI entitas;

(3) hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit entitas;

(4) hasil diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan meninjau ulang laporan hasil pemeriksaan intern; (5) peraturan dan perundang-undangan yang secara signifikan

berpengaruh terhadap entitas;

(6) hasil olahan database entitas yang dikelola oleh BPK; (7) hasil kajian atau kumpulan informasi yang disediakan oleh

unit nonpemeriksa BPK seperti pada dokumen kajian hukum terhadap suatu organisasi/program/fungsi pelayanan publik (Direktorat Binbangkum); hasil kumpulan pengaduan masyarakat (Biro Humas dan LN) dan/atau hasil kajian atau studi atau kajian pemeriksaan yang dibuat oleh Litbang BPK; dan

(8) hasil kuesioner, wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya yang digunakan oleh pemeriksa dalam mengumpulkan data dan informasi dalam tahap perencanaan pemeriksaan ini.

Input yang dibutuhkan dalam kegiatan ini

D. Petunjuk Pelaksanaan

07 Setelah kegiatan pengidentifikasian masalah, tahap selanjutnya dalam menentukan area kunci meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Mempertimbangkan Sistem Pengendalian Intern Mempertimbangkan

SPI

08 Pemahaman atas sistem pengendalian intern berguna bagi pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan, menaksir risiko pemeriksaan, mengidentifikasi bukti pemeriksaan

Manfaat pemahaman atas SPI

(31)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21

09

yang relevan, dan menilai kualitas sistem pengendalian yang ada pada entitas yang diperiksa untuk mendukung saran yang akan diberikan.

Sesuai dengan COSO, SPI terdiri atas lima komponen yang saling terkait, antara lain sebagai berikut:

(a) Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian adalah kondisi lingkungan organisasi yang menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, meliputi integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite pemeriksaan, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

(b) Penaksiran risiko

Proses penaksiran risiko meliputi identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko yang dihadapi oleh manajemen, yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi. Dalam penentuan faktor pemilihan, penaksiran risiko termasuk ke dalam aktivitas identifikasi risiko manajemen.

(c) Aktivitas pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian dapat meliputi reviu kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, serta pemisahan tugas.

(d) Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi yang memungkinkan setiap orang dapat melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi menghasilkan laporan atas hal-hal yang terkait dengan operasional, keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan.

(e) Pemantauan

Seluruh sistem pengendalian organisasi harus dipantau untuk menilai kualitas sistem pengendalian tersebut. Kelemahan dalam sistem pengendalian harus dilaporkan kepada manajemen tingkat atas. Selain itu, harus dilakukan evaluasi yang independen atas SPI. Frekuensi dan lingkup evaluasi tergantung pada penaksiran risiko dan efektivitas prosedur pengawasan.

Daftar pertanyaan yang dapat membantu pemeriksa untuk memahami SPI entitas berdasarkan pendekatan COSO ini dapat dilihat pada Lampiran 4.1.

Lingkungan pengendalian Penaksiran risiko Aktivitas pengendalian Informasi dan komunikasi Pemantauan

(32)

10 Hasil revieu atas pelaksanaan pengendalian intern ini dapat membantu pemeriksa menentukan area kunci yang akan didalami pemeriksaannya dan membantu pemeriksa menetapkan tujuan pemeriksaan kinerja yang hendak dicapai. Pembahasan mengenai risiko sehubungan dengan pengendalian intern ini dapat dilihat secara detail dalam petunjuk teknis tentang pemahaman dan penilaian atas sistem pengendalian intern.

2. Mempertimbangkan Pengaruh Peraturan Perundang-undangan yang Signifikan

11 Pengaruh peraturan perundang-undangan yang relevan terhadap apa yang hendak diperiksa dalam pemeriksaan kinerja perlu diidentifikasi oleh pemeriksa dalam tahap perencanaan pemeriksaan. Hasil identifikasi tersebut akan berguna dalam penentuan kriteria pemeriksaan sehingga dapat dideteksi penyimpangan dari ketentuan perundang-undangan. Template kertas kerja untuk kegiatan ini dapat dilihat pada Lampiran 4.2.

3. Identifikasi Potensi Terjadinya Kecurangan

12 Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari dua kegiatan di atas dan input dari tahap identifikasi masalah, pemeriksa berupaya untuk mengidentifikasi risiko terjadinya kecurangan yang mungkin mempengaruhi hasil pemeriksaan. Informasi yang diperoleh oleh pemeriksa kemudian diidentifikasi sehingga dapat dihasilkan suatu prosedur untuk meyakinkan bahwa kecurangan tersebut akan dapat dideteksi. Kertas kerja untuk kegiatan ini dapat dilihat pada Lampiran 4.3. Pada lampiran tersebut akan tampak bahwa identifikasi kecurangan dapat dilakukan berdasarkan hasil dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

13 Pelaksanaan mendetail dari pengaruh perundang-undangan yang signifikan dan penilaian risiko kecurangan ini tidak terlepas dari penilaian terhadap keseluruhan risiko pemeriksaan sehingga sangat disarankan untuk juga dilihat petunjuk teknis tentang penilaian dan analisis risiko.

4. Menetapkan Area Kunci

14 Setelah mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan SPI, pengaruh peraturan perundang-undangan yang signifikan, dan potensi terjadinya kecurangan, kemudian pemeriksa dapat menentukan beberapa area kunci sebagai bahan usul pemeriksaan yang akan diajukan dalam Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP).

15 Salah satu atau secara keseluruhan area-area kunci tersebut dapat dipilih untuk dapat menjadi obyek pemeriksaan, tergantung kesiapan tenaga, waktu, dan anggaran pemeriksaan. Untuk membantu pemeriksa dalam menentukan area kunci yang akan dipilih menjadi obyek pemeriksaan, pemeriksa dapat menggunakan faktor pemilihan dengan elemen sebagai berikut:

(33)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23

(1) risiko terhadap manajemen; (2) signifikansi suatu program; (3) dampak pemeriksaan; dan (4) auditabilitas.

Area-area kunci yang telah ditentukan, kemudian diberi urutan prioritas (untuk dipilih atau tidak) berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan faktor pemilihan. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan sumber daya pemeriksaan yang ada, area kunci dipilih berdasarkan urutan prioritas yang telah ditetapkan.

E. Output

16 Output dari kegiatan penilaian terhadap area kunci ini adalah teridentifikasikannya area-area kunci yang menjadi fokus pemeriksaan. Berdasarkan data dan area kunci yang telah dipilih dan sumber daya pemeriksaan yang ada, satuan kerja (satker) pemeriksa dapat menyusun RKP.

Out put penentuan area kunci

F. Pendokumentasian

17 Seluruh pengkajian pemeriksa mengenai tahap penentuan area kunci di tingkat entitas harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian pengendalian internal dan risiko kecurangan di dalam suatu entitas dalam rangka penentuan area kunci yang terdokumentasi sebagai KKP. Contoh KKP kegiatan penentuan area kunci dapat dibaca pada Lampiran 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4.

Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan

(34)

BAB V

PENENTUAN OBYEK, TUJUAN DAN

LINGKUP PEMERIKSAAN

01 Bab ini menjelaskan tentang teknik atau tata cara pemeriksa dalam menetapkan obyek, tujuan, dan lingkup pemeriksaan yang berguna dalam merencanakan suatu pemeriksaan dan menentukan metodologi yang akan dipergunakan.

A. Dasar

02 Dasar kegiatan penentuan obyek, tujuan, dan lingkup pemeriksaan ini antara lain adalah:

1) SPKN PSP 04 Paragraf 03; 2) SPKN PSP 04 Paragraf 04; 3) SPKN PSP 04 Paragraf 05. Landasan kegiatan penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan B. Tujuan

03 Tujuan pemeriksaan kinerja harus benar-benar dipertimbangkan dan dinyatakan secara jelas. Tujuan tersebut harus didefinisikan dengan jelas agar dapat mempermudah tim pemeriksa dalam mengambil kesimpulan pada akhir pemeriksaan. Apabila tujuan pemeriksaan telah ditetapkan secara tepat dan jelas, maka pekerjaan-pekerjaan pemeriksaan akan lebih terarah kepada kegiatan-kegiatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam tujuan pemeriksaan. Oleh karena itu, tujuan pemeriksaan kinerja harus bisa didefinisikan secara tepat, sehingga dapat dihindari pelaksanaan prosedur pemeriksaan yang tidak perlu. Tujuan penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan adalah:

(1) membantu dalam mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan diperiksa dan akan dilaporkan;

(2) membantu dalam menyiapkan parameter atau ukuran pembatasan pemeriksaaan seperti periode yang akan diperiksa atau lokasi pemeriksaan lapangan yang akan dipilih; dan

(3) mempermudah tim pemeriksa dalam mengambil kesimpulan pada akhir pemeriksaan.

Tujuan penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan

C. Input yang diperlukan.

04 Input yang diperlukan dalam kegiatan “Penentuan Obyek, Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan” adalah sebagai berikut. (1) Output dari Kegiatan Pengidentifikasian Masalah. (2) Output dari Kegiatan Penentuan Area Kunci.

Input yang dibutuhkan 1 Pengidentifikasian Masalah

2. Penentuan Area Kunci

3. Penentuan Obyek, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan Kinerja

4. Penetapan Kriteria 5. Penyusunan P2 dan PKP

(35)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25

D. Petunjuk Pelaksanaan 05 06 07 08 09

Langkah-langkah yang diperlukan dalam menentukan obyek, tujuan dan lingkup pemeriksaan adalah sebagai berikut.

1. Menentukan Obyek Pemeriksaan

Berdasarkan area kunci yang telah ditetapkan dan seluruh data relevan yang telah berhasil diperoleh pada tahap sebelumnya, pemeriksa menentukan program/kegiatan yang akan diperiksa (obyek pemeriksaan) atas area-area berisiko tinggi yang akan menjadi fokus audit.

2. Menentukan tujuan pemeriksaan.

Tujuan pemeriksaan terkait erat dengan alasan dilakukannya suatu pemeriksaan. Isi dari tujuan pemeriksaan harus bisa mengungkapkan apa yang ingin dicapai dari pemeriksaan tersebut. Tujuan pemeriksaan dapat dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus pemeriksaan. Tujuan umum merupakan tujuan pemeriksaan umum atas organisasi/program dan/atau fungsi pelayanan publik yang hendak diperiksa. Sedangkan tujuan khusus lebih mengarah kepada tujuan pemeriksaan pada masing-masing area kunci pemeriksaan. Sebagai ilustrasi bahwa dalam pemeriksaan kinerja terhadap fungsi pelayanan pembuatan KTP di provinsi DKI Jakarta, bisa saja tujuan pemeriksaan umumnya adalah ”Apakah setiap orang dewasa yang tinggal di DKI telah memiliki KTP?” Sedangkan tujuan pemeriksaan khususnya dapat berupa antara lain:

• berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan KTP hingga dapat diterima oleh warga yang mengajukan aplikasi?

• apakah ada pungutan yang harus dibayar warga dalam pembuatan KTP?

• berapa persentase warga dewasa penduduk DKI yang memiliki KTP?

Dalam memformulasikan tujuan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat membuat berbagai macam pertanyaan pemeriksaan terhadap organisasi/program/fungsi pelayanan publik yang hendak diperiksa. Pemeriksa hendaknya bersandar pada informasi yang telah diperolehnya dan juga pada keahlian dan pengalaman yang dimilikinya untuk menentukan tujuan pemeriksaan tersebut.

3. Menentukan lingkup pemeriksaan.

Yang dimaksudkan dengan lingkup di sini adalah:

(a) luas sasaran pemeriksaan yang akan dilakukan, dalam hal ini pemeriksa harus mempertimbangkan hal-hal penting yang diinginkan pemberi tugas dan harus mengacu kepada tujuan pemeriksaan.

(b) permasalahan yang akan diperiksa, yaitu masalah kehematan, efisiensi, dan efektivitas; pemeriksa dapat menggunakan satu kriteria permasalahan, atau dua kriteria, atau ketiga-tiganya sesuai dengan

Langkah- langkah dalam menentukan tujuan dan lingkup pemeriksaan

(36)

10.

11.

permasalahan yang ada di lapangan.

(c) waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan dan besarnya sampel yang akan diambil.

Penentuan lingkup pemeriksaan harus terkait dengan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan dan merupakan hal yang penting dalam proses perencanaan. Hal tersebut sangat mempengaruhi prosedur yang diperlukan selama pelaksanaan pemeriksaan, sumber daya yang dibutuhkan, dan masalah-masalah penting yang akan dilaporkan. Peranan pertimbangan pemeriksa sangat penting dalam menyeleksi dan menentukan kegiatan/program yang akan diperiksa karena terdapat berbagai kegiatan atau program yang harus diperiksa. Langkah-langkah dalam penentuan lingkup audit adalah sebagai berikut:

(a) Tentukan lingkup pemeriksaan atas dasar informasi yang didapat pada pemeriksaan sebelumnya dari proses perencanaan pemeriksaan.

Keputusan mengenai penentuan lingkup pemeriksaan dapat berubah sesuai dengan perubahan informasi yang didapat. Oleh karena itu, lingkup pemeriksaan harus ditentukan secara jelas pada tahap awal perencanaan pemeriksaan sehingga kebutuhan terhadap sumber daya dan prosedur pemeriksaan yang tepat dapat ditentukan.

Contoh: Dalam pemeriksaan tahun sebelumnya terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten A, dilaporkan bahwa terdapat empat lokasi pembangunan Puskesmas yang tidak dimanfaatkan. Berdasarkan laporan tersebut, maka direncanakan pemeriksaan pada tahun berjalan untuk memperluas lokasi pemeriksaan fisik pembangunan Puskesmas tersebut. (b) Lakukan perubahan dalam lingkup pemeriksaan

apabila informasi yang didapat dalam pelaksanaan pemeriksaan mengharuskan demikian.

Hal ini terjadi jika informasi awal yang digunakan dalam menentukan lingkup pemeriksaan selama perencanaan awal kurang akurat dan kurang lengkap. Dalam kondisi demikian, pemeriksa harus membicarakannya dengan manajemen mengenai perubahan yang cukup signifikan dalam lingkup pemeriksaan yang terjadi setelah tahap perencanaan awal.

(c) Apabila perintah (mandat) pemeriksaan kinerja menentukan lingkup pemeriksaan secara luas, lakukan pertimbangan profesional untuk merincinya secara lebih khusus (spesifik).

Hal tersebut diperlukan untuk memudahkan pemeriksa dalam merancang prosedur pemeriksaan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan. Sedangkan bila perintah pemeriksaan menentukan lingkup pemeriksaan secara spesifik, lakukan pertimbangan

(37)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27

profesional apakah lingkup tersebut tepat.

E. Output

12 Output dari kegiatan “Penentuan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan” adalah sebagai berikut.

1) Tujuan pemeriksaan yang meliputi tujuan umum (entitas) dan tujuan khusus (yang berkaitan dengan area kunci). 2) Lingkup pemeriksaan meliputi:

(a) Area kunci (Fungsi, kegiatan, unit organisasi, dll). (b) Periode waktu yang akan diperiksa.

(c) Aspek kinerja yang diperiksa (3E, 2E, atau 1E).

Output penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan

F. Pendokumentasian

13 Seluruh pengkajian pemeriksa mengenai tahap penentuan tujuan dan lingkup pemeriksaan di tingkat entitas harus didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu template yang membantu pendefinisian tujuan dan lingkup pemeriksaan. Secara keseluruhan pendokumentasian dapat dijadikan sebagai KKP. Contoh KKP kegiatan menentukan tujuan dan lingkup pemeriksaan dapat dibaca pada Lampiran 5.1.

Pengkajian pemeriksa dalam tahap ini harus didokumentasikan

(38)

BAB VI

PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSAAN

01 Bab ini menjelaskan tentang teknik atau tata

cara menetapkan kriteria pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan apakah suatu entitas mencapai kinerja yang diharapkan

A. Dasar

02 03

04

Dasar kegiatan penetapan kriteria pemeriksaan ini adalah SPKN PSP 04 Paragraf 27.

Kriteria adalah standar-standar kinerja yang masuk akal dan bisa dicapai untuk menilai keekonomisan, efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilaksanakan oleh entitas yang diperiksa. Kriteria merefleksikan suatu model pengendalian yang bersifat normatif mengenai hal-hal yang sedang direviu. Kriteria merepresentasikan praktek-praktek yang baik, yaitu suatu harapan yang masuk akal mengenai "apa yang seharusnya".

Apabila kriteria dibandingkan dengan kejadian yang sebenarnya, maka akan timbul temuan pemeriksaan. Dalam hal kejadian yang sebenarnya ternyata sama atau melebihi kriteria, maka hal ini mengidentifikasikan adanya "best practice". Sebaliknya, apabila kejadian yang sebenarnya ternyata tidak bisa memenuhi kriteria, maka hal ini mengidentifikasikan bahwa suatu tindakan perbaikan harus dilakukan.

Pengertian kriteria

Timbulnya temuan pemeriksaan

B. Tujuan

05 Kriteria diperlukan sebagai dasar pembanding apakah praktek-praktek yang dilaksanakan telah mencapai standar kinerja yang seharusnya.

Tujuan Penetapan Kriteria Pemeriksaan adalah untuk:

(1) memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dalam tim pemeriksaan dan dengan manajemen pemeriksa mengenai sifat pemeriksaan;

(2) memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dengan entitas yang diperiksa;

(3) menghubungkan tujuan pemeriksaan dengan program pemeriksaan yang dilaksanakan selama tahap pelaksanaan pemeriksaan;

(4) memberikan dasar pada tahap pengumpulan data dan penyusunan prosedur pemeriksaan; dan

(5) memberikan dasar dalam menyusun temuan pemeriksaan.

Tujuan penentuan kriteria

C. Input yang Diperlukan

06 Input yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria antara Input yang 1 Pengidentifikasian Masalah

2. Penentuan Area Kunci 3. Penentuan Obyek, Tujuan dan Lingkup

Pemeriksaan Kinerja

4. Penetapan Kriteria

5. Penyusunan P2 dan PKP PERENCANAAN

(39)

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Bagian II

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29

lain adalah sebagai berikut.

1) Output dari Kegiatan Menentukan Tujuan dan Lingkup Pemeriksaan, antara lain:

(a) gambaran umum dari kegiatan/program dari entitas yang diperiksa yang antara lain meliputi input, proses, output, dan outcome;

(b) hasil reviu peraturan perundang-undangan yang meliputi kewenangan, maksud dan tujuan, dan struktur organisasi; dan

(c) informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja entitas.

2) Standar atau norma yang dikembangkan sendiri secara teknis oleh entitas.

3) Pendapat ahli dan organisasi profesional dan institusi penentu standar (lembaga pembuat standar).

4) Kriteria yang telah digunakan pada pemeriksaan sejenis sebelumnya.

5) Kriteria yang digunakan oleh institusi pemeriksa lain. 6) Kinerja tahun-tahun sebelumnya.

7) Dokumen perencanaan awal seperti studi kelayakan dan rencana yang telah disetujui.

8) Anggaran entitas yang diperiksa. 9) Kinerja entitas lain yang sejenis.

dibutuhkan dalam kegiatan ini

07 Informasi tentang kriteria tersebut di atas dapat diperoleh melalui:

1) tenaga ahli;

2) laporan pemeriksaan periode sebelumnya; 3) laporan kinerja entitas periode sebelumnya.; 4) dokumen anggaran, seperti RKAP;

5) laporan kinerja dari entitas lain yang sejenis.;

6) laporan hasil studi kelayakan dan rencana yang telah disetujui;

7) jurnal ilmiah, internet, buku teks; dan

8) hasil kuesioner, wawancara, observasi, dan metodologi pengumpulan data lainnya dengan entitas yang akan diperiksa.

Sumber perolehan informasi kriteria

D. Petunjuk Pelaksanaan

08 Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan kriteria dapat dirinci sebagai berikut.

1) Teliti apakah entitas telah memiliki kriteria sesuai dengan tujuan pemeriksaan kinerja.

2) Bila ada, tentukan apakah kriteria tersebut telah memenuhi karakteristik yang baik sebagai berikut.

(a) Dapat dipercaya (reliable); artinya bahwa apabila kriteria tersebut digunakan oleh pemeriksa lain untuk masalah yang sama, maka kriteria tersebut harus bisa memberikan kesimpulan yang sama.

(b) Obyektif (objective); artinya kriteria bebas dari bias baik oleh pemeriksa maupun entitas.

(c) Bermanfaat (usefulness); artinya kriteria yang dapat

Langkah-langkah penentuan kriteria

(40)

menimbulkan temuan dan kesimpulan pemeriksaan yang memenuhi keinginan para pengguna informasi. (d) Bisa dimengerti (understandability); artinya kriteria

yang ditetapkan secara jelas dan bebas dari perbedaan interpretasi.

(e) Bisa diperbandingkan (comparability); artinya bahwa kriteria tersebut bersifat konsisten apabila digunakan dalam pemeriksaan kinerja atas entitas-entitas atau aktivitas-aktivitas yang serupa atau apabila digunakan dalam pemeriksaan kinerja sebelumnya atas entitas yang sama.

(f) Lengkap (completeness); kriteria yang lengkap mengacu kepada penggunaan seluruh kriteria yang signifikan dalam menilai kinerja.

(g) Bisa diterima (acceptability); kriteria yang bisa diterima adalah kriteria yang bisa diterima oleh entitas yang diperiksa, DPR-RI/DPRD, media, dan masyarakat umum. Semakin tinggi tingkat keberterimaan tersebut, semakin efektif pemeriksaan kinerja yang dilaksanakan.

3) Bila tidak ada atau bila ada, tetapi tidak memenuhi karakteristik kriteria yang baik, maka pemeriksa harus mengembangkan kriteria sendiri dengan langkah-langkah sebagai berikut.

(a) Dapatkan dan pelajari sumber-sumber kriteria dalam rangka pengidentifikasian kriteria yang relevan dan memadai.

(b) Lakukan studi atau observasi atas operasional entitas. Misalnya, dengan melakukan analisis tren kinerja tahun-tahun sebelumnya dan melakukan perbandingan kinerja entitas yang diperiksa dengan organisasi lain yang mirip (jenis organisasi maupun ukurannya) atau disebut benchmarking.

(c) Bicarakan hasil pengembangan kriteria tersebut dengan pihak berwenang dari entitas yang diperiksa untuk memperoleh kesepakatan.

(d) Jika tidak tercapai kesepakatan antara pemeriksa dan entitas yang diperiksa mengenai kriteria yang telah dikembangkan, maka pemeriksa tetap menggunakan kriteria yang dikembangkan dan ketidaksepakatan dari entitas yang diperiksa dituangkan dalam kertas kerja kegiatan ini.

4) Dalam rangka mengembangkan kriteria sendiri, pemeriksa juga dapat melakukan beberapa pendekatan berikut:

(a) pemeriksa memvisualisasikan beberapa segmen kegiatan menjadi suatu tugas; setiap penugasan umumnya melalui beberapa tahap, seperti studi kelayakan, perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, operasi, dan evaluasi;

(b) pemeriksa mencari kriteria dengan mempelajari

Langkah-langkah bila kriteria yang baik tidak tersedia

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memiliki kemampuan dan keahlian yang bisa diandalkan akan dapat mempermudah alumni Jurusan Dakwah untuk segera diterima bekerja, dan ini tentu saja akan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang potensi pasar tradisional dalam peningkatan ekonomi masyarakat perspektif ekonomi Islam di pasar Wringin

b) Menyadari bahwa sesungguhnya harta yang didapat bukanlah milik kita secara mutlak, ada sebagian milik orang lain karena sesungguhnya ada campur tangan orang lain ketika

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kepemimpinan Transformasional terhadap Organization Citizenship Behavior (OCB) ,

menggunakan elastic resistance band dengan kekuatan otot tungkai tinggi dipasangkan dengan kelompok peserta didik latihan shadow dengan enkle weight dengan kekuatan otot

 Kertas adalah bahan Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang tipis dan rata, yang dihasilkan yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. dengan kompresi

Penelitian ini juga menggunakan analisis path untuk menganalisis data.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Konflik Peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran

struktur HKBP didominasi oleh pendeta laki-laki. Dalam masyarakat Batak Toba, pembeda-bedaan antara laki-laki dan perempuan masih sangat kuat,hal ini juga