JURNAL SEDIAAN LIQUID
JURNAL SEDIAAN LIQUID
Syrup Paracetamol
Syrup Paracetamol
Kelompok V Kelompok V A
Asshhaarruul l FFaahhrriizzii 99004400110099 Y
Yuubbiilla a AAbbiimmaannyyuu 220011111100441100331111111166 M
Maahhiirru u UUllllaammaassyyiittoohh 220011111100441100331111112277 IIffnnuurrtti i RRoouurraa 220011111100441100331111114422 F
Faarraaddiilla a RRiizzkky y LLaakkuuyy 220011111100441100331111114477 W
Wiinndda a RReessttiiaannii 220011111100441100331111115500 IIllhhaam m NNiiaawwaan n SS.. 220011111100441100331111115566 B
Baaiiq q AAssttrriid d RR..HH 220011111100441100331111116699 R
Raakkhhmmaat t SShhooddiiqqiinn 220011111100441100331111117700 T
Trriiaanna a MMaauulliiddyyaahh 220011111100441100331111225500
Tanggal
Tanggal Pembuatan (tanggal Pembuatan (tanggal diskusi) : 24 diskusi) : 24 september 2013september 2013 Dosen Pembimbing : Arina Swastika M
Dosen Pembimbing : Arina Swastika M
PROGAM STUDI FARMASI PROGAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013 2013
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A
A.. DDeeffiinniissi i PPaarraasseettaammooll Paraset
Parasetamol amol adalah metabolit aktif adalah metabolit aktif dari fenasetin dari fenasetin yang bertangguyang bertanggungjawngjawabab aka
akan n efek efek anaanalgelgesiksiknyanya. . MeruMerupakpakan an penpenghaghambambat t proprostastaglaglandindin n lemlemah ah daldalamam jaringan
jaringan perifer perifer dan dan tidak tidak memiliki memiliki efek efek inflamasi inflamasi yang yang signifikan. signifikan. Efek Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C
kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C88HH99 NO NO22 di hitung zat yang telahdi hitung zat yang telah dikeringkan.
dikeringkan.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, Par
Parasetasetamoamol l hamhampir pir tidtidak ak memmemiliiliki ki sifasifat t antanti i radradangang. . JadJadi i parparasetasetamoamol l tidtidak ak tergolong dalam obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada tergolong dalam obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin.
janin.
aa.. KKaarraakktteerriissttiik P ak P arraasseettaammooll •
• Nama bahan obat Nama bahan obat : Paracetamol (FI III Hal: 37): Paracetamol (FI III Hal: 37) •
• SSiinnoonniimm : : NN--AAcceettiill--PP--AAmmiinnooffeennooll, , AAcceettaammiinnooffeenn •
• Struktur Kimia: C8Struktur Kimia: C8HH55 NO NO22
•
• BBMM :: 115511,,1166 •
• KKeemmuurrnniiaann : : PPaarraacceettaammool l ttiiddaak k kkuurraanng g ddaarri i 9988% % ddaan n ttiiddaak k lleebbiihh dari 101%C
dari 101%C88HH99 NO NO22 •
• Efek Efek teraupetik teraupetik : : Analgesik, Analgesik, antipiretik antipiretik •
• PePemmereriaian n : : HaHabblulur r ppututihih, , titidadak k beberbrbauau, , rarasa sa ppahahitit b.
b. Organoleptis Bahan Obat Organoleptis Bahan Obat (FI III : 37)(FI III : 37) •
• WWaarrnnaa : : PPuuttiihh •
• BBaauu : : TTiiddaak k bbeerrbbaauu •
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A
A.. DDeeffiinniissi i PPaarraasseettaammooll Paraset
Parasetamol amol adalah metabolit aktif adalah metabolit aktif dari fenasetin dari fenasetin yang bertangguyang bertanggungjawngjawabab aka
akan n efek efek anaanalgelgesiksiknyanya. . MeruMerupakpakan an penpenghaghambambat t proprostastaglaglandindin n lemlemah ah daldalamam jaringan
jaringan perifer perifer dan dan tidak tidak memiliki memiliki efek efek inflamasi inflamasi yang yang signifikan. signifikan. Efek Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C
kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0% C88HH99 NO NO22 di hitung zat yang telahdi hitung zat yang telah dikeringkan.
dikeringkan.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, Par
Parasetasetamoamol l hamhampir pir tidtidak ak memmemiliiliki ki sifasifat t antanti i radradangang. . JadJadi i parparasetasetamoamol l tidtidak ak tergolong dalam obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada tergolong dalam obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin.
janin.
aa.. KKaarraakktteerriissttiik P ak P arraasseettaammooll •
• Nama bahan obat Nama bahan obat : Paracetamol (FI III Hal: 37): Paracetamol (FI III Hal: 37) •
• SSiinnoonniimm : : NN--AAcceettiill--PP--AAmmiinnooffeennooll, , AAcceettaammiinnooffeenn •
• Struktur Kimia: C8Struktur Kimia: C8HH55 NO NO22
•
• BBMM :: 115511,,1166 •
• KKeemmuurrnniiaann : : PPaarraacceettaammool l ttiiddaak k kkuurraanng g ddaarri i 9988% % ddaan n ttiiddaak k lleebbiihh dari 101%C
dari 101%C88HH99 NO NO22 •
• Efek Efek teraupetik teraupetik : : Analgesik, Analgesik, antipiretik antipiretik •
• PePemmereriaian n : : HaHabblulur r ppututihih, , titidadak k beberbrbauau, , rarasa sa ppahahitit b.
b. Organoleptis Bahan Obat Organoleptis Bahan Obat (FI III : 37)(FI III : 37) •
• WWaarrnnaa : : PPuuttiihh •
• BBaauu : : TTiiddaak k bbeerrbbaauu •
c.
c. MiMikrkrososkokopipis (s (FI FI IIIII , I , 3737)) •
• BBeennttuuk k KKrriissttaall : : hhaabblluur r aattaau u sseerrbbuuk k hhaabblluurr..
d.
d. KaraKaraktekterisristik Fitik Fisiksika Meka Mekanianik ( FI IVk ( FI IV, 649 , 649 ))
•
• TTiittiik k LLeebbuurr : : 116633 00c – 172c – 172 00 cc •
• HHiiggrroosskkooppiissiittaass : ttiid: daak k hhiiggrroosskkooppiiss
e.
e. KaKarakrakterterisistitik Fik Fisiksika Kia Kimimiaa •
• Kelarutan menurut ( FI III, 37) : larutan dalam 70 bagian air, dalam 7Kelarutan menurut ( FI III, 37) : larutan dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
bagian etanol etanol (95%) (95%) P, P, dalam dalam 40 40 bagian bagian Gliserol Gliserol P, P, dan dan 9 9 bagianbagian propilenglikol.
propilenglikol. •
• Kelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalamKelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol.
NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol.
•
• StabilitasStabilitas
Bahan Padat : Bahan Padat : •
• TeerrhT haaddaap p SSuuhhuu : : ssttaabbiill •
• TeerrhT haaddaap p CCaahhaayyaa : : ttiiddaak k ssttaabbiill •
• TerhTerhadadap ap kekelelembmbapaapann : : ststababilil Bahan Larutan :
Bahan Larutan : •
• TeerrhT haaddaap p ppeellaarruutt : : ssttaabbiill ff.. HHiiggrroosskkooppiissiittaass
•
• Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex)Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex) •
• PPkkaa :: 99,,5 5 ppaadda a ssuuhhu u 2255oo CC •
• Nama Kimia Nama Kimia :: N – Asetil – 4 aminofenolN – Asetil – 4 aminofenol
g.
g. KelKelaruarutan (Matan (Martirtindandale : The Eksle : The Ekstra Phtra Pharmarmacoacopeipeia 28a 28thth ed)ed) 1 bagian Parasetamol larut dalam
1 bagian Parasetamol larut dalam 70 bagian air, 70 bagian air, 20 bagian air 20 bagian air mandmandidih,idih, dalam 7 sampai 10 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, 40 bagian dalam 7 sampai 10 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, 40 bagian gl
kloroform, agak sukar larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida kloroform, agak sukar larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida membentuk larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1 sampai 6,5.
membentuk larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1 sampai 6,5. h.
h. Khasiat Khasiat dan dan PenggPenggunaan unaan : ana: analgetiklgetikum daum dan ann antipirettipiretikumikum i.
i. PePenynyimimppanananan : : ddalalam am wawadadah th terertutututup rp rapapatat, t, tididak ak tetemmbubus cs cahahayayaa j.
j. Titik LeburTitik Lebur : : antara 168antara 168°°- 172- 172°C°C k
k.. SSttaabbiilliittaass ::
Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar pada
pada pH 6 pH 6 diperkirakan diperkirakan 21,8 tahun; 21,8 tahun; degradasi degradasi dikatalisis dikatalisis oleh oleh asam asam dan basadan basa dan waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil dan waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil deg
degradradasinasinya ya adaadalah lah P-aP-aminmini i fenfenol ol dan dan asam asam asetasetat at (Ma(Martirtindandale: le: EkEkstrastra Pharmacopeia 28
Pharmacopeia 28ththed)ed)
Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam keadaa
keadaan n kering Parasetakering Parasetamol murni mol murni stabil pada temperatur sampai stabil pada temperatur sampai 4545°°C. JikaC. Jika hasil hidrolisis parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau hasil hidrolisis parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau sebagai hasil pemaparan kondisi yang lemah. P aminofenil dapat terdegradasi sebagai hasil pemaparan kondisi yang lemah. P aminofenil dapat terdegradasi den
dengan gan okoksidasidasi si padpada a QuiQuinnonnonimnimineine. . ParParasetasetamoamol l relrelatif atif stabstabil il terhterhadaadapp oksidasi. (The pharmaceutical Codex)
oksidasi. (The pharmaceutical Codex) Hid
Hidrolrolisiisis s parparasetasetamoamol l baibaik k yanyang g di di katkatalialisis sis oleoleh h asam asam maumaupun pun basbasaa men
mengikgikuti uti reareaksi ksi ordorde e 1 1 karkarena ena dipdipengengaruaruhi hi oleoleh h satu satu reareaktaktan. n. DegDegradradasiasi Parasetamol tergantung pada konsentrasi dan tidak
Parasetamol tergantung pada konsentrasi dan tidak berikatan dengan kekuatanberikatan dengan kekuatan ionik.
ionik.
l.
l. TinTinjaujauan Bahan Bahan Oban Obatat •
• FarmakologiFarmakologi Par
Parasetasetamoamol l mermerupaupakan kan salsalah ah satsatu u derderivaivat t amiaminofnofenoenol. l. DeriDerivat vat P- P-aminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit aminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit fe
fenanasetsetinin, , paparasrasetetamamol ol memerurupapakakan n memetabtabololit it fefenanasetsetin in dedengngan an efefek ek an
antitipipireretitik k yayang ng sasamama. . EfEfek ek anantitipipireretitik k didititimbmbululkakan n ololeh eh guguguguss am
amininobobenenzezen. n. PaParasrasetetamamol ol di di InIndodonenesisia a lelebibih h didikekenanal l dedengngan an nanamama Parasetamol dan tersedia dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan Parasetamol dan tersedia dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada.
• Efek Samping
Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi. Manisfestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa penggunaan semua jenis analgesik
dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpontensi menyebabkan nefropati analgesik.
• Toksisitas Akut
Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuh renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB) parasetamol. Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol belum
mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin. Aktivitas alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas Parasetamol meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturat. Antikonvulsi lain atau pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis sentrilobularis. Kerusakan akut ini biasanya diobati secara simtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati.
N-asetilsistein cukup efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik Parasetamol.
• Farmakodinamik
Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini., demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa.
(Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238)
• Farmakokinetik
Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan dengan protein plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
(Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238)
• Indikasi
Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya, Parasetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak
mengiritasi lambung, Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS untuk analgesik.
(Farmakologi dan Teraoi, FK UI, ed 5 hal 238)
• Kontra Indikasi
Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang hipersensitif terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan fungsi hati.
m. Skema
Rancangan Formula
Parasetamol hanya memiliki satu bentuk sehingga tidak ada pilihan lain dari parasetamol
Paracetamol
Tidak Stabil bila terkena cahaya Agak Sukar Larut Penambahan cosolvent untuk meningkatkan kelarutan paracetamol Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan botol gelap
Tidak Berbau Pengaroma dan perasa Rasa Pahit pemanis Media Air Pengawet Stabil pada pH 6 Diberi dapar
BAB II
PRA FORMULASI
A. Tabel Bahan Obat dan Karakteristik Fisika-Kimia a. Tabel Khasiat dan Efek Samping Parasetamol
Senyawa Aktif Efek / Khasiat Efek Samping
Parasetamol Analgesik Antipiretik Gangguan pencernaan Hipersensitifitas Kelainan darah Hepatotoksisitas
Mual, muntah, anorexia
b. Tabel Karakteristik Fisika-Kimia Parasetamol
Karakteristik Fisika-Kimia Keterangan Khusus 1. Karakteristik Fisika
• Kelarutan dalam air
Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N dan mudah larut dalam etanol
Dalam
1:70 dengan air 1:40 dengan gliserol
1:9 dengan propilen glikol 1:7 dengan etanol 95% (FI III: 37)
• Bentuk
Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa seperti pahit
• Tahan pemanasan • Mudah terbasahi
2. Karakteristik Kimia
• Stabil pada pH 3,8-6,1 • pKa 9,5
• Tidak mudah teroksidasi • TL : 169-172
• BJ : 1,21-1,23
Dari daftar tabel di atas, bahan dan sediaan yang kami pilih adalah: Bahan aktif terpilih : Parasetamol
Alasan : karena bahan aktif parasetamol efek sampingnya sedikit jika di bandingkan dengan analgetik lain (misalnya
asetosal yang dapat menimbulkan iritasi pada lambung) Bahan sediaan terpilih : Sirup
Alasan : - merupakan campuran homogen - absorbsi dapat lebih cepat
- dosis dapat di ubah-ubah dalam pembuatan
- dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit di encerkan
- mudah penggunaannya bagi bayi, anak dan orang yang sulit menelan
- penggunaan obat luar lebih mudah
- dapat menutupi rasa dan bau tidak enak dari bahan aktif
B. Dosis dan Jumlah per Kemasan
Perhitungan dosis (Martindale The Extra Pharmacopeia 27thed) a. Dosis dalam literatur
0,5 to 1 g; up to 4 g daily in divided doses children up to 1 year, 120 mg;1 to 5 year, 250 mg; 6 to 12 years; 250 to 500 mg,dewasa 500mg to1000 mg
Alasan : Anak-anak pada rentang 1-12 tahun lebih mudah untuk meminum obat dalam bentuk cairan/larutan daripada bentuk tablet.
c. Dosis pemakaian : Anak 1-6 tahun : 120 – 250 mg Anak 6-12 tahun: 250 – 500 mg
d. Lama pengobatan : 3 hari
e. Bila dalam 1 sendok takar 5 ml mengandung 120 mg Parasetamol, maka dosis pakai : 1-6 tahun = 1 - 2 sendok takar
6- 12 tahun = 2 - 4 sendok takar
f. Di pilih dosis 120 mg/5 ml karena lebih efesien dalam pembuatan sediaan dan pemakaiannya bisa untuk anak-anak 1-12 tahun
g. Volume yang dibutuhkan
1 – 6 tahun : 1 - 2 sendok takar (120mg/5ml) • 1 hari = (5ml – 10ml) x 4 = 20 – 40 ml • 3 hari = (20ml – 40ml) x 3 = 60 – 120 ml 6 – 12 tahun : 2 – 4 sendok takar (120 mg/5ml)
• 1 hari = (10 ml – 20 ml) x 4 = 40 – 80 ml • 3 hari = (40 ml – 80 ml) x 3 = 120 – 240 ml h. Di pilih kemasan terkecil 60 ml
Alasan :
Lebih efektif dan efisien untuk semua konsumen yang dituju dan karena pertimbangan jumlah pemakaian (untuk 3 hari), dibuat dalam jumlah 60ml
karena memperhitungkan stabilitas bahan aktif pada saat penyimpanan.
C. Peryaratan Bentuk Sediaan
Bentuk Sediaan Sirup (Larutan) Kadar Bahan Aktif
Dosis pH sediaan Kemasan terkecil Warna 90% - 110% 120 mg/5 ml ± 6,0 60 ml Hijau
Bau Rasa Wadah Penyimpanan Melon Manis Botol D. Macam – macam Bahan dan Fungsi
Fungsi bahan
Macam-macam bahan dan Karakteristiknya
Bahan terpilih, kadar, dan alasan PELARUT Aquadestilata (FI III : 96)
Bentuk :
cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Glyserin (HPE : 301) Bentuk :
cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, kental, higroskopis, rasa
manis 0,6x sukrosa. Kelarutan :
sedikit larut dalam aseton, larut dalam etanol 95%, methanol, air, tidak larut dalam benzena, kloroform minyak, larut 1 : 500 dengan eter dan 1 : 11 dengan etil asetat.
Propilen Glikol (HPE : 624) Bentuk :
cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dengan rasa manis, sedikit pahit.
Kelarutan :
campur dengan aseton, kloroform, eter, etanol 95%, gliserin, air. Larut dengan perbandingan 1 : 6 dengan
Propilen glikol, glyserin, dan PEG 400 karena berdasarkan perbandingan kelarutan, ketiga bahan di atas memiliki kelarutan yang cukup tinggi terhadap bahan aktif asetaminofen. Dengan bahan aktif 2880 mg PCT dapat dilarutkan dalam propilen glikol,
glyserin, dan PEG 400 dilarutkan dalam
(Berdasarkan perhitungan)
PENGAWET (Presevatif)
eter, tidak larut dengan minyak mineral.
PEG 400 (FI III : 504) Bentuk :
cairan kental, jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna. Bau khas lemah, agak higroskopik. Kelarutan :
larut dalam air, dalam etanol, dalam aseton, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon, aromatik, praktis tidak larut dalam eter, dan dalam
hidrokarbon alifatik.
Natrium Benzoat (HPE : 662) Pemerian :
granul putih/kristalin, sedikit higroskopik, tidak berbau, tidak berwarna, tidak manis dan asin. Kelarutan : pada T = 20°C Etanol 95% = 1 : 75 Etanol 90% = 1 : 50 Air = 1 : 1,8 Air (100°C) = 1: 1
Nipagin (Metil Paraben) (HPE : 466) Pemerian :
kristal tidak berwarna atau serbuk kristalin, berwarna putih, tidak berbau/berbau lemah, rasa sedikit
Propilen glikol, karena konsentrasi yang kita
tambahkan 15-30% dan konsentrasi itu yang digunakan untuk pengawet.
membakar. Kelarutan : pada T = 25°C Etanol 95% = 1 : 3 Etanol 50% = 1 : 6 Eter = 1 : 10 Glyserin = 1 : 60 Etanol = 1 : 2
Nipasol (Propil Paraben) Pemerian :
kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan :
pada T = 20°C
Dalam aseton sangat larut Etanol 1 : 1,1
Etanol 50% = 1 : 5,6 Eter sangat larut Glyserin = 1 : 250 Mineral oil = 1 : 3330 Minyak ikan = 1 : 70 Air = 1 : 2500
Propilen glikol = 1 : 3,9
Propilen glikol (HPE : 624) Pemerian :
jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau dengan rasa manis mirip
gliserin. Kelarutan :
PEMANIS
etanol 95%, glyserin dan air, dalam eter 1 : 6 tidak larut dalam mineral oil tapi akan tercampur dengan beberapa essensial oil.
Saccharin (FI IV : 748) Bentuk :
serbuk Kristal berwarna putih, tidak berbau/berbau aromatic lemah.
Larutan encer sangat manis. Larutan bereaksi dengan lakmus.
Kelarutan :
Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter. Larut dalam air mendidih, sukar larut dalm etanol. Mudah larut dalam larutan ammonia encer, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali karbonat dengan pembentukan karbon dioksida
Glyserin (HPE : 301) Bentuk :
cairan jernih tidak berbau, tidak berwarna, kental, higroskopis, rasa
manis 0,6x sukrosa.
Kelarutan : sedikit larut dalam aseton, larut dalam ethanol 95%, methanol, air, tidak larut dalam benzene, kloroform, minyak, larut dalam 1 : 500 dengan eter dan 1 : 11 dengan etil asetat
Sukrosa (FI IV : 762) Bentuk :
PEWARNA
Serbuk atau hablur kristal tidak berwarna, masa hablur atau
berbentuk kubus atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa manis,
stabil di udara, larutannya netral terhadapa lakmus.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Sorbitol ( FI IV : 756) Bentuk :
serbuk, granul atau lempengan, higroskopik, warna putih, rasa manis.
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol dan dalam asam asetat.
Saccharin Na (FI IV : 750) Bentuk :
Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, agak aromatik, rasa sangat manis walaupun dalam
larutan encer. Larutan encernya lebih kurang 300x manisnya sukrosa.
Kelarutan :
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
Allura red. (Martindale : 28 : 424)
Kelarutan : larur dalam air ADI : 7mg/kg BB
Inkompatibilitas : -Ket. lain :
berdasarkan penelitian FAO tidak karsinogen.
Amaranth (Martindale : 28 : 424) Pemerian : serbuk coklat kemerahan, hampir tidak berbau dan berasa
Kelarutan :
larut dalam air 1 : 15
Sangat sedikit larut dalam alcohol. Inkompatibilitas :
inkompatibilitas dengan cetrimide ADI : 730mg/kgBB
karena lebih larut daripada amaranth.
E. Formula Terpilih Formula 1
Nama bahan Fungsi Kadar % digunakan Jumlah
Parasetamol Propilen glikol Glyserin NaH2PO4. 2H2O Na2HPO4. 2H20 Sukrosa Allura Essense melon Aquadest Bahan aktif Pengawet Pelarut Dapar Dapar Pemanis Pewarna Perasa 120 mg / 5 ml 15% – 30% < 50% 120 mg / 5 ml 18% 30% qs qs 1,44 g 10,8 ml~11,20g 18ml~22,68g 2,76g 0,20g 10g Ad 60ml F. Larutan Dapar (FI III hal : 14-15)
Larutan dapar pada umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar borat dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika
disebutkan pH dalam paparan obat jadi, pengaturan pH di lakukan dengan penambahan asam, basa, atau larutan dapar yang tertera pada daftar berikut ini,
hingga pH dikehendaki: 1. Larutan Dapar Fosfat
Larutan NaH2PO4. 2H2O 2,55% (ml)
Larutan Na2HPO4. 12H2O 0,97% (ml) pH 1 9 7,6 2 8 7,3 3 7 7,05 4 6 6,85 5 5 6,65 6 4 6,45 7 3 6,25 8 2 6,05 9 1 5,7 9,5 0,5 5,3
2. Larutan Dapar Isotonis
Larutan NaH2PO4
80% (ml)
Larutan Na2HPO4
0.97% (ml) pH
NaCl yang diperlukan untuk isotonis (g/100ml) 90 10 5,9 0,52 80 20 6,2 0,51 70 30 6,5 0,50 60 40 6,6 0,40 50 50 6,8 0,48 40 60 7,0 0,46 30 70 7,2 0,45 20 80 7,4 0,44 10 90 7,7 0,43 5 95 8,0 0,42
Larutan NaH2PO4. 2H2O 2,55% (ml)
Larutan Na2HPO4. 12H2O 0,97% (ml) Ph 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9,5 9,85 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0,5 0,15 9,05 8,95 8,80 8,65 8,50 8,30 8,05 7,65 7,00 6,80 6,30
Dalam Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1144 tercantum atau disebutkan tentang Dapar fosfat-sitrat:
• Dapar fosfat-sitrat pH 7,2 Campur 87,0 ml larutan natrium fosfat dibasa dodekahidrat P 7,15% dengan 13,0 ml larutan asam sitrat P 2,1%.
• Dapar fosfat-sitrat pH 7,6 Campur 6,35 ml asam sitrat 0,1 M dengan natrium fosfat dibasa dodekahidrat 0,2 M secukupnya hingga 100 ml.
a. Karakteristik Dapar Fosfat 1. Na2HPO4
• Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin, dalam udara kering rapuh
• Kelarutan : larut d alam 5 bagian air, s ukar l arut dalam e tanol (95%)
• Incompatibilitas : dengan alkaloida, antipyrine, khloralhidrat, ion asetat Pyrogaliol, resorsinol dan asam glukonote dan ciproxo.
• ADI : untuk sediaan oral, maksimal penggunaan adalah 100 mmol phosphat per hari.
2. NaH2PO4
• Pemerian : tidak berbau, tidak berwarna, slighly deliquescent crystal (bentuk hydarat), granul (bentuk anhidrat) • Kelarutan : larut dalam satu bagian air, sangat larut dalam etano
(95%)
• Incompatibilitas : dengan sam mineral, biasanya dengan bahan alkali dan Karbonat.
• ADI : up to 100 mmol of phosphat daily.
b. Perhitungan Dapar
Sediaan yang digunakan pH 6,0
Menggunakan dapar phosphat, phosphat memiliki pKa dalam suhu 25◦C.
pKa1 = 2,15 (H2PO4) Na3HPO4
pKa2 = 7,20 (H2PO4-) Na2HPO4
pKa3 = 12,38 (HPO42-) NaH2PO4
pKa yang digunakan adalah pKa2karena paling dekat dengan pH sediaan (pH 6,0) dengan H2PO4- sebagai asam dan Na2HPO4sebagai garam.
pH = pKa + log [garam] / [asam] 6,0 = 7,20 + log [Na2HPO4] / [H2PO4-] -1,2 = log [Na2HPO4] / [H2PO4-]
0,63 = [Na2HPO4] / [H2PO4-] 0,63 [H2PO4-] = [Na2HPO4]
Kapasitas Dapar
pKa = 7,20 Ka = 6,31 x 10-8
pH = 6,0 [H3O+] = 10-6
Persamaan Van Slyke
0,02 = 2,3 C {(6.31 x 10-8)( 10-6)} / (6.31 x 10-8 + 10-6)2 0,02 = 0,128 C C = 0,156 M C = [garam] + [asam] 0,156 = [Na2HPO4] + [H2PO4-] 0,156 = 0,063 [H2PO4-] + [H2PO4-] 0,156 = 1,063 [H2PO4-] + [H2PO4-] [H2PO4-] = 0,156 / 1,063 [H2PO4-] = 0,147 M [Na2HPO4] = 0,063 x [H2PO4-] = 0,063 x 0,147 = 9 x 10-3 M
Untuk NaH2PO4.2H2O dalam 120 ml NaH2PO4 = massa x 1000 Mr vol 0,1466 M = gram x 1000 156,98 120 gram = 0,1466 x 156,98 (1000 / 120) = 2,7616 gram = 2761,6 mg
Untuk Na2HPO4. 2H2Odalam 120 ml Na2HPO4 = massa x 1000
Mr vol
9,2505 x 10-3M = gram x 1000 177,98 120 gram = 9,2505 x 10-3 x 177,98
(1000 / 120)
= 0,1976 gram ~ 0,20 gram= 200mg
G. Perhitungan Expiration Date
Parasetamol pada pH 6,0 : t 1/2 = 21,8 (Martindale) Dengan menggunakan rumus :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct) Maka :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co / 1/2Co) Log k = (2,303 / 21,8) x log 2
Log k = 0,0318
Sehingga di peroleh nilai T90sebesar :
Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct) 0.0318 = (2,303 / T90) x log (Co/0,9 Co) 0.0318 = 0,105 / T90
T90 = 3,31 tahun
Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal pembuatan.
H. Formula Baku Pustaka
Formularium Nasional, edisi 2, tahun 1978 hal. 3 Acetaminopheni Elixir (Elixir Paracetamol) Komposisi : Tiap 5 ml mengandung :
Acetaminophenum 120 mg Glycerolum 2,5 mg Propylenglicolum 500 μl Sorbitol solution 70% 1,25 ml Aethanolum 500 μl
Zat tambahan yang cocok secukupnya Aqua destilata hingga 5 ml
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya. Dosis : Anak ◦ 1 tahun 1 sendok teh
◦ 1-5 tahun 2 sendok teh Catatan : 1. Air dapat diganti sirupus simplex
2. Sediaan berkekuatan lain : 150 mg
I. Perhitungan Tetapan Dielektrik
a. Tetapan dielektrik Parasetamol secara umum Aquadest = 78,5 Etanol = 24 PEG = 12,5 Gliserin = 43 Propilenglycol = 32 Paracetamol = {(50 x 43) + (32 x 10) + (24 x 10) + (5 x 78,5) / 100 = {(2150) + (320) + (240) + (392,5) / 100 = 3102,5 / 100 = 31,025 ≈ 31
Jadi konstanta dielektrik yang di tetapkan adalah 31. b. Konstanta dielektrik Parasetamol Formula I
Aquadest = 78,5
Etanol = 24
PEG = 12,5
Gliserin = 43 Propilenglycol = 32
Paracetamol = {(% gliserin x kons. gliserin) + (% propilenglikol x kons. propilengikol) + (% PEG x kons. PEG) + (% air x kons. air)}
Paracetamol = (18% x 32) + (30% x 43) + (52% x 78,5) = 576 + 1290 + 4082 = 59,48
100
% KD = 59,48 x 100% = 191,87 % 31
c. Konstanta dielektrik Parasetamol Formula II
Paracetamol = {(% gliserin x kons. gliserin) + (% propilenglikol x kons. propilengikol) + (% PEG x kons. PEG) + (% air x kons. air)}
Paracetamol = (15% x 32) + (15% x 43) + (50% x 78,5) + (20% x 12,5) = 480 + 645 + 3925 + 250 = 53
100
Jadi konstanta dielektrik yang di tetapkan adalah 53 d. Konstanta dielektrik Parasetamol Formula III
Paracetamol = {(% gliserin x kons. gliserin) + (% propilenglikol x kons. propilengikol) + (% PEG x kons. PEG) + (% air x kons. air)}
Paracetamol = (15% x 32) + (30% x 43) + (40% x 78,5) + (15% x 12,5) = 480 + 1290 + 3140 + 187,5 = 50,97
100
J. Perhitungan ADI 1. Formula I
No. Nama Bahan Fungsi Rentang % yang dipakai
Jumlah
1 Paracetamol Bahan aktif 1440 mg
2 Propilen glikol Pengawet 15 – 30% 18% 10,8 ml ~ 11,20g
3 Gliserin Pelarut < 50% 30% 18 ml ~ 22,68g
4 NaH2PO4.2H2O Dapar 2,76 gram
5 Na2HPO4.2H2O Dapar 0,20 gram
6 Sukrosa Pemanis 10 gram
7. Essense Cherry Perasa Qs 0,05 gram
8. Allura Pewarna Qs 0,05 gram
9. Aquadest Pembawa Ad 60ml
Perhitungan penggunaan kosolvent dan pemanis dalam menyusun formula Propilenglikol : 18 x 60 ml = 10,8 ml
100
Paracetamol yang bisa larut : 10,8 ml x 1 g = 1.2 gram 9 ml
Sisa paracetamol yang terlarut : 1,44 – 1,2 = 0,24g
Gliserin : 30 x 60 = 18 ml
100
Paracetamol yang terlarut : 18 ml x 1 g = 0,45 gram 40 ml
Jadi sisa paracetamol 0,24 dapat dilarutan oleh gliserin
Aquadest : 11,62ml x 1g = 0,17g
70ml
Perhitungan ADI:
Propilen Glikol Formula 1 (25mg/kg BB (HPE hal 625)) BJ Propylen glycol : 1,035 – 1,037 g/ml (FI III : 534)
Umur BB (kg) 25mg / kg BB 1 – 5 tahun 10 – 15 kg 250mg – 375mg 6 – 12 tahun 16 – 23 kg 400mg – 575mg Umur 1 – 5 tahun ADI = 250 – 375 mg Propilenglikol = 18% x 60 ml = 10,8 ml = 10,8 ml x 1,037 g/ml = 11,20 g Sehari = 4 x (5ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Dalam 20ml = 18 x 20ml = 3,6ml (3,73 g) 100 Dalam 40ml = 18 x 40ml = 7,2ml (7,47 g) 100 Batas ADI : 250mg – 375mg
Pemakaian setiap hari : 3730mg – 7470mg Umur 6 – 12 tahun ADI = 400 mg – 575 mg Sehari = 4 x (10ml – 20ml) = 40ml – 80ml Dalam 40ml = 18 x 40ml = 7,2ml (7,47 g) 100 Dalam 80ml = 18 x 80ml = 14,4ml (14,94 g) 100 = 7,47 g – 14,94 g = 7470 mg – 14940 mg
Kesimpulan : tidak masuk rentang tapi masih diperbolehkan karena tidak digunakan sehari-hari
Gliserin Formula 1 (1,0 – 1,5 / kg BB ( HPE : 303 ))
Umur BB ( kg ) 1,0 – 1,5 mg / kg BB 1 – 5 tahun 6 – 12 tahun 10 – 15 kg 16 – 23 kg ( 10 - 15 ) / ( 15 – 22,5) ( 16 – 23) / ( 23 – 34,5 )
Umur 1-5 tahun (Batas ADI : ( 10 - 15 ) / ( 15 – 22,5)) Pemakaian paracetamol dalam sehari :
= 4 x (5 ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Kandungan gliserin : 20 ml = 30 x 20 ml = 6 ml (7,56 g) 100 40 ml = 30 x 40 ml = 12 ml (15,12 g) 100
Batas ADI perhari = (10 g – 15 g) – (15 g – 22,5 g) Pemakaian per hari = 7,545 g – 15,09 g
Umur 6 – 12 tahun : 16 g – 23 g / 23 g – 34,5 g Pemakaian parasetamol dalam sehari= 4 x (10 ml – 20 ml)
= 40 ml – 80 ml Kandungan gliserin : 40ml = 30 x 40 ml = 12 ml (15,12 g) 100 80ml = 30 x 80 ml = 24 ml (30,24 g) 100
Batas ADI per hari = 16 g – 23 g / 23 g – 34,5 g Pemakaian per hari = 15,09 g – 30,18 g
= 15120 mg – 30240 mg Kesimpulan : Masuk dalam rentang ADI
Formula 2
No. Nama Barang Fungsi Rentang % yang dipakai
Jumlah
1 Paracetamol Bahan aktif 1440 mg
2 Propilenglikol Pelarut 15 – 25 % 15 % 9 ml~9,33g 3 Gliserin Pelarut < 50 % 15 % 9 ml~11,34g 4 PEG Pelarut 15 – 25 % 20 % 12 ml~13,5g 5 NaH2PO4.2H2O Dapar 2,76g 6 Na2HPO4.2H2O Dapar 0,20g 7 Sukrosa Pemanis 10g
8. Essense Cherry Perasa Qs 0,05 g
9. Allura Pewarna Qs 0,05g
10. Aquadest Pembawa Ad60 ml
Perhitungan penggunaan kosolvent dan pemanis dalam menyusun formula
Propilenglikol : 15 x 60 ml = 9 ml 100
Paracetamol yang bisa larut : 9 ml x 1 g = 1 gram 9 ml
Sisa paracetamol yang terlarut : 1,44 –1 = 0,44
Gliserin : 15 x 60 = 9 ml 100
Paracetamol yang terlarut : 9 ml x 1 g = 0,225 gram 40 ml
Sisa paracetamol yang terlarut : 0,44 – 0,225 = 0,215
PEG 400 : 20 x 60 = 12 ml 100
7 ml
Jadi sisa paracetamol dapat dilarutkan dengan PEG 400
Aquadest : 11,41ml x 1g = 0,163g 70
Perhitungan ADI:
Propilen Glikol Formula 2 (25mg/kg BB (HPE hal 625))
Umur BB (kg) 25mg / kg BB 1 – 5 tahun 10 – 15 kg 250mg – 375mg 6 – 12 tahun 16 – 23 kg 400mg – 575mg Umur 1 – 5 tahun ADI = 250 – 375 mg Propilenglikol = 15% x 60 ml = 9 ml = 9 ml x 1,037 g/ml = 9,324 g Sehari = 4 x (5ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Dalam 20ml = 15 x 20ml = 3 ml (3,11 g) 100 Dalam 40ml = 15 x 40ml = 6 ml (6,22 g) 100 Batas ADI : 250 mg – 375 mg Pemakaian setiap hari : 3110 mg – 6220 mg Umur 6 – 12 tahun ADI = 400 mg – 575 mg Sehari = 4 x (10ml – 20ml) = 40 ml – 80 ml Dalam 40ml = 15 x 40ml = 6 ml (6,22 g) 100 Dalam 80ml = 15 x 80ml = 12 ml (12,44 g) 100 Batas ADI = 400mg – 575mg Pemakaian per hari = 6,22 g – 12,44 g
= 6220 mg – 12440 mg
Kesimpulan : tidak masuk rentang tapi masih diperbolehkan karena tidak digunakan sehari-hari
Gliserin Formula 2 (1,0 – 1,5 / kg BB ( HPE : 303 ))
Umur BB ( kg ) 1,0 – 1,5 mg / kg BB 1 – 5 tahun 6 – 12 tahun 10 – 15 kg 16 – 23 kg ( 10 - 15 ) / ( 15 – 22,5) ( 16 – 23) / ( 23 – 34,5 ) Umur 1-5 tahun ( 10 - 15 ) / ( 15 – 22,5)
Pemakaian paracetamol dalam sehari : = 4 x (5 ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Kandungan gliserin : 20 ml = 15 x 20 ml = 3 ml (3,78 g) 100 40 ml = 15 x 40 ml = 6 ml (7,56 g) 100
Batas ADI perhari = (10 g – 15 g) – (15 g – 22,5 g) Umur 1 – 5 tahun = 3,78 g – 7,56 g
Umur 6-12 tahun (16 g – 23 g / 23 g – 34,5 g)
Pemakaian dalam sehari = 4 x (10 ml – 20 ml)
= 40 ml – 80 ml Dalam 40ml = 15 x 40 ml = 6 ml (7,56 g) 100 Dalam 80ml = 15 x 80 ml = 12 ml (15,12 g) 100 = 7,56 g – 15,12 g = 7560 mg – 15120 mg Kesimpulan : Masuk dalam rentang ADI
Umur BB ( kg ) 10 mg / kg BB 1 – 5 tahun 6 – 12 tahun 10 – 15 kg 16 – 23 kg 100 mg – 150 mg 160 mg – 230 mg Umur 1 – 5 tahun Sehari : 4 x (5ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Dalam 20ml = 20 x 20ml = 4 ml ( 4,5 g) 100 Dalam 40ml = 20 x 40ml = 8 ml ( 9,0 g) 100 Batas ADI : 100 mg – 150 mg
Pemakaian setiap hari : 4500 mg – 9000 mg
Umur 6 – 12 tahun Sehari = 4 x (10ml – 20ml) = 40 ml – 80 ml Dalam 40ml = 20 x 40ml = 8 ml (9,0 g) 100 Dalam 80ml = 20 x 80ml = 16 ml (18,0 g) 100 = 9 g – 18 g = 9000 mg – 18000 mg Batas ADI = 160 mg – 230 mg
Kesimpulan : Tidak masuk dalam rentang ADI namun tetap dapat digunakan karena pemakaian dilakukan tidak sehari-hari.
Formula 3
No Nama Bahan Fungsi Rentang % yang dipakai
Jumlah
1. Paracetamol Bahan aktif 1440 mg
2. Propilen glikol Pelarut 10 – 25% 15% 9 ml~9,33g
3. Gliserin Pelarut <50% 30% 18 ml~22,68g
4. PEG 400 Pelarut 15% - 25% 15% 9 ml~10,13g
5. NaH2PO4.2H2O Dapar 2,76 gram
6. Na2HPO4.2H2O Dapar 0,20 gram
7. Sukrosa Pemanis 10 gram
8. Essense Cherry Perasa Qs 0,05 gram
9. Allura Pewarna Qs 0,05 gram
10. Aquadest Pembawa Ad 60ml
Perhitungan penggunaan kosolvent dan pemanis dalam menyusun formula Propilenglikol : 15 x 60 ml = 9 ml
100
Paracetamol yang bisa larut : 9 ml x 1 g = 1 gram 9 ml
Sisa paracetamol yang terlarut : 1,44 – 1 = 0,44
Gliserin : 30 x 60 = 18 ml
100
Paracetamol yang terlarut : 18 ml x 1 g = 0,45 gram 40 ml
Jadi sisa paracetamol dapat dilarutkan dengan gliserin
PEG 400 : 15 x 60 = 9 ml
100
Paracetamol yang terlarut : 9 ml x 1 g = 1,29 ml 7 ml
Aquadest : 14,7ml x 1g = 0,21g
70ml Perhitungan ADI:
Umur BB (kg) 25mg / kg BB 1 – 5 tahun 10 – 15 kg 250mg – 375mg 6 – 12 tahun 16 – 23 kg 400mg – 575mg Umur 1 – 5 tahun ADI = 250 – 375 mg Propilenglikol = 15% x 60 ml = 9 ml = 9 ml x 1,037 g/ml = 9,33 g Sehari = 4 x (5ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Dalam 20ml = 15 x 20ml = 3 ml (3,11 g) 100 Dalam 40ml = 15 x 40ml = 6 ml (6,22 g) 100 Batas ADI : 250 mg – 375 mg Pemakaian setiap hari : 3110 mg – 6220 mg Umur 6 – 12 tahun ADI = 400 mg – 575 mg Sehari = 4 x (10ml – 20ml) = 40 ml – 80 ml Dalam 40ml = 15 x 40ml = 6 ml (6,22 g) 100 Dalam 80ml = 15 x 80ml = 12 ml (12,44 g) 100 Batas ADI = 400mg – 575 mg Pemakaian per hari = 6,22 g – 12,44 g
= 6220 mg – 12440 mg
Kesimpulan : Tidak masuk dalam rentang ADI namun tetap dapat digunakan karena pemakaian dilakukan tidak sehari-hari.
Gliserin Formula 3 (1,0 – 1,5 / kg BB ( HPE : 303 )) Umur BB ( kg ) 1,0 – 1,5 mg / kg BB 1 – 5 tahun 6 – 12 tahun 10 – 15 kg 16 – 23 kg ( 10 - 15 ) / ( 15 – 22,5) ( 16 – 23) / ( 23 – 34,5 ) Umur 1-5 tahun ( 10 - 15 ) / ( 15 – 22,5)
Pemakaian paracetamol dalam sehari : = 4 x (5 ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Kandungan gliserin 20 ml = 30 x 20 ml = 6 ml (7,56 g) 100 40 ml = 30 x 40 ml = 12 ml (15,12 g) 100
Batas ADI perhari = (10 g – 15 g) – (15 g – 22,5 g) Pemakaian per hari = 7,560 g – 15,12 g
Umur 6-12 tahun ( 16 – 23) / ( 23 – 34,5 ) Pemakaian dalam sehari :
= 4 x (10 ml – 20 ml) = 40 ml – 80 ml Kandungan Gliserin : Dalam 40ml = 30 x 40 ml = 12 ml (15,12 g) 100 Dalam 80ml = 30 x 80 ml = 24 ml (30,24 g) 100
Pemakaian per hari = 15,12 g – 30,24 g = 15120 mg – 30240 mg Kesimpulan : Masuk dalam rentang ADI
PEG 400 formula 3 (10mg/kg BB) Umur BB ( kg ) 10 mg / kg BB 1 – 5 tahun 6 – 12 tahun 10 – 15 kg 16 – 23 kg 100 mg – 150 mg 160 mg – 230 mg Umur 1 – 5 tahun Sehari = 4 x (5ml – 10 ml) = 20 ml – 40 ml Dalam 20ml = 15 x 20ml = 3 ml (3,375 g) 100 Dalam 40ml = 15 x 40ml = 6 ml (6,750 g) 100 Batas ADI = 100 mg – 150 mg Pemakaian setiap hari = 3375 mg – 6750 mg Umur 6 – 12 tahun Sehari = 4 x (10ml – 20ml) = 40 ml – 80 ml Dalam 20ml = 15 x 40ml = 6 ml (6,75 g) 100 Dalam 40ml = 15 x 80ml = 12 ml (13,5 g) 100 Batas ADI = 160 mg – 230 mg Pemakaian per hari = 6,75 g – 13,5 g
= 6750 mg – 13500 mg
Kesimpulan : Tidak masuk dalam rentang ADI tapi di perbolehkan karena penggunaan tidak sering atau sehari-hari
K. CARA PERACIKAN a. Cara 1 (Cara terpilih)
1. Timbang Parasetamol
2. Timbang PEG 400 di cawan porselen, Masukkan ke dalan beaker glass
3. Timbang gliserin di cawan porselen, Masukkan ke no (2)
4. Timbang propilenglikol di cawan porselen, Masukkan ke no (3) 5. No (3) aduk ad homogen
6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad larut dan homogen sampai parasetamol habis
7. Timbang sukrosa kemudian larutkan dengan air hangat hingga larut 8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen 9. Timbang NaH2PO4.2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam
aquadest
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua
11. Teteskan essence melon ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga warna yang diinginkan telah sesuai
12. Kemudian tambahkan perisa melon tetes per tetes ad manis 13. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen
14. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar
b. Cara 2
1. Timbang Parasetamol
2. Timbang PEG 400 di cawan porselen, Masukkan ke dalan beaker glass
3. No (1) tambahkan sedikit demi sedikit ke no (2) aduk ad larut
4. Timbang propilenglikol di cawan porselen, Masukkan ke no (3) aduk ad larut
5. Timbang gliserin di cawan porselen, Masukkan ke no (4) aduk ad larut 6. No (5) aduk ad homogen
7. Timbang sukrosa kemudian larutkan dengan air hangat hingga larut 8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen 9. Timbang NaH2PO4.2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam
aquadest
10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua
11. Teteskan essence melon ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga warna yang diinginkan telah sesuai
12. Kemudian tambahkan perisa melon tetes per tetes ad manis 13. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen
14. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar
L. Skema Pembuatan Cara 1
PEG 400 PROPILENGLIKOL GLICERIN
aduk ad homogen PARASETAMOL
Aduk ad larut & homogen
SUKROSA AQUA ±5 ML Aduk ad homogen NaH2PO4. 2H2O AQUA 5 ML Aduk ad larut Na2HPO4. 2H2O Aduk ad larut ALLURA AQUA ±5ML Aduk ad homogen ESSENSE MELON
Aduk ad homogen
Masuk botol
Cara 2
PEG 400 PARASETAMOL
Aduk ad larut PROPILENGLIKOL
Aduk ad larut GLICERIN
Aduk ad larut SUKROSA AQUA
Aduk ad homogen
NaH2PO4. 2H2O AQUA
Aduk ad larut
Na2HPO4. 2H2O
ALLURA AQUA ±5ML
Aduk ad homogen
ESSENSE MELON
Aduk ad homogen
Masuk botol
Formula yang di pilih untuk di praktikum kan dari tiga formula adalah formula 1 dan 3. Keduanya menggunakan cara kerja 1 dimana semua pelarut di campur terlebih dahulu. Namun formula terpilih untuk dibuat produksi besar (scale up) adalah formula 1 dan dibuat dengan cara kerja 1, karena dari ke dua sediaan yang paling baik hasilnya adalah formula I.
M. Perhitungan Bahan dalam Volume 60ml dan 150ml (Scale up) Formula 1 Formula 3 Nama Bahan 60 ml 150 ml 100 ml 60ml Parasetamol 1,44g 3,6g 2,4g 1,44g Propilen glikol 11,20g 28g 18,67 9,33g Gliserin 22,68g 56,7g 37,8g 22,68g PEG400 - - - 10,13g NaH2PO4.2H2O 2,76g 2,76g 2,76g 2,76g Na2HPO4.2H2O 0,20g 0,20g 0,20g 0,20g Sukrosa 10g 10g 10g 10g Allura Qs Qs Qs Qs Essense melon Qs Qs Qs Qs Aquadest Ad 60ml Ad 150ml Ad 100ml Ad 60ml
BAB III EVALUASI
A. Parameter Evaluasi
1. Organoleptis
• Bau : Melon
• Rasa : Manis sedikit pahit
• Warna : Hijau
2. Uji Berat Jenis
Alat : Piknometer
Cara kerja :
1. Gunakan alat piknometer yang telah dibersihkah dan dalam keadaan kering
2. Timbang piknometer kosong di timbangan analitik
3. Setelah ditimbang kosong, isi piknometer dengan air hingga terisi penuh, kemudian timbang botol berisi air.
4. Buang air dalam piknometer, kemudian isi piknometer dengan larutan sirup dan timbang. Lakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing larutan sirup.
5. Setelah ditimbang semuanya hitung BJ masing-masing dan kemudian di rata-rata dan cari standart deviasinya.
3. Penetapan pH
Alat : pH meter
Cara kerja :
1. Nyalakan alat pH meter. 2. Kalibrasi pH meter
3. Masukkan sediaan dalam beker glass kurang lebih 50 ml.
4. Celupkan elektrode glass ke dalam sediaan untuk mengetahui pH sediaan yang akan di ukur.
6. Catat angka pH yang muncul pada monitor pH meter
4. Viskositas
Alat : Viskostester
Cara kerja :
1. Cuci alat dengan aquadest, keringkan
2. Ukur larutan sediaan ±100ml
3. Masukkan kedalam gelas viskostester
4. Masukan gantungan yang berbolong ke dalam gelas sampai tenggelam dalam larutan tadi tetapi jangan sampai menyentuh dasar gelas.
5. Tekan tombol on pada viskostester
6. Catat hasil
7. Lakukan sebanyak 3 kali dan hitung rata-ratanya
B. Hasil Evaluasi
1. Organoleptis
• Warna : Hijau
• Rasa : Melon (Manis agak pahit)
• Bau : Melon 2. Berat Jenis • Penimbangan Botol Botol kosong : 33,10 g Botol + air : 57,51 g 57,51 g – 33,10 g = 24,41 g Botol + sirup 1 : 62,49 g 62,49 g – 33,10 g = 29,39 g Botol + sirup 2 : 62,54 g 62,54 g – 33,10 g = 29,44 g Botol + sirup 3 : 62,52 g 62,52 g – 33,10 g = 29,42 g • Berat jenis Botol aquadest : 24,41 g / 24,488 g = 0,9968 g Botol 1 : 29,39 g / 24,488 g = 1,2002 g Botol 2 : 29,44 g / 24,488 g = 1,2022 g
Rata2 : 1,2002 + 1,2022 + 1,2014 = 3,6038 / 3 = 1,2013 Standart deviasi : ± 1,01 × 10-3
3. pH
pH sebelum di campur dengan larutan sirup baru
• pH 1 : 6,13 • pH 2 : 6,13 • pH 3 : 6,11
Rata-rata : 6,13 + 6,13 + 6,11 = 6,12 3
pH setelah di campur dengan larutan sirup baru
• pH 1 : 6,13 • pH 2 : 6,11 • pH 3 : 6,11 Rata-rata : 6,13 + 6,11 + 6,11 = 6,12 3 4. Viskositas
Sebelum di campur dengan larutan sirup baru : 1 = 0,5
2 = 0,5 3 = 0,5
Setelah di campur dengan larutan sirup baru : 1 = 0,6
2 = 0,6 3 = 0,6
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan sirup Parasetamol, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih bahan aktif Parasetamol, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna, essence, dan larutan dapar. Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari sifat fisika-kimianya serta rentangnya agar dapat berfungsi sebagai pelarut, pengawet maupun pemanis untuk sediaan obat. Setelah itu kami menentukan salah satu bahan yang kiranya paling baik untuk digunakan dalam membuat sediaan sirup Parasetamol. Di mulai dari bahan aktif parasetamol, kami mulai menghitung dosis parasetamol per hari (sendok takar) yang disesuaikan dengan dosis dalam literatur. Setelah itu, kami menentukan kemasan terkecil sediaan berdasarkan dosis sediaan yang ingin kami buat, didapatkan kemasan terkecilnya 60ml. Dari dosis yang sudah di dapat, kami memperkirakan berapa banyak sirup yang bisa dibuat untuk waktu terapi 3 hari dengan penggunaan bahan yang efektif dan efisien serta untuk memaksimalkan stabilitas sediaan. Dari kemasan terkecil, kami menentukan berapa jumlah Parasetamol yang akan digunakan dalam satu botolnya (60 ml). Selanjutnya kami menentukan kadar pelarut yang dapat melarutkan Parasetamol. Untuk mengetahui kelarutan parasetamol dalam formulasi, ada dua cara yaitu :
1. Menghitung konstanta dielektrik dan membandingkannya dengan formulasi dasar
2. Menggunakan data kelarutan parasetamol pada masing-masing pelarut
Dalam pembuatan formulasi, kami merancang 3 buah formulasi. Dari 3 formulasi tadi akan dipilih 2 formulasi yang di anggap terbaik untuk di buat sediaan yang nantinya akan di pilih lagi salah satu yang terbaik untuk di buat dalam skala besar. Dari ketiga formulasi yang kami rencanakan, konstanta dieletrik yang paling mendekati konstanta dielektrik formula baku adalah formula 3. Formula standard ini diambil dari Formularium Nasional. Nilai konstanta dielektrik pada formula satu adalah 59,48, formula dua adalah 53, formula tiga adalah 50,97. Sedangkan nilai konstanta dielektrik formula baku adalah 31. Nilai
konstanta dielektrik akan mempengaruhi kelarutan sediaan yang akan di buat. Semakin dekat nilai konstanta dielektrik sediaan yang ingin di buat dengan nilai konstanta dielektrik formula baku akan semakin baik kelarutannya.
Kami memilih formula yang akan di buat dengan mempertimbangkan nilai konstanta dielektrik (kelarutan) yang paling mendekati formula baku dan perbedaan penggunaan kosolven dari masing-masing formulasi. Berdasarkan hal di atas maka kami memilih formula 1 dan 3 untuk di buat sediaan (60ml). Dalam pembuatan sediaan formula 1 dan 3, terdapat dua cara dalam melarutkan bahan
aktif parasetamol yaitu :
Cara 1 : Dengan mencampurkan seluruh pelarutnya terlebih dahulu kemudian
bahan aktifnya (Parasetamol) dimasukkan dalam pelarut campuran tersebut. Kemudian ditambahkan bahan-bahan lainnya.
Cara 2 : Dengan melarutkan bahan aktif ke dalam pelarut yang mempunyai kelarutan paling besar. Kemudian ditambahkan pelarut yang mempunyai kelarutan lebih rendah dari pelarut yang pertama. Dan seterusnya.
Dari dua cara melarutkan bahan aktif parasetamol diatas, kami memilih cara 1 karena di anggap paling efektif untuk di buat sediaan. Dari hasil percobaan, ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kelarutan sediaan formula 1 dan 3. Kedua formula diatas dapat larut secara sempurna walaupun awalnya masih berbuih, namun dapat di atasi dengan penggunaan sinar ultraviolet. Perbedaan
yang sangat terlihat yaitu :
• Viskositas. Formula 1 memiliki viskositas lebih rendah
dibandingkan dengan formula 3. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penambahan PEG 400 pada formula 3.
• Pewarna dan perisa. Formula 1 menggunakan rasa melon dengan
warna hijau, sedangkan formula 3 menggunakan rasa anggur dengan warna ungu. Hal ini mungkin akan berpengaruh pada pH sediaan. Terbukti setelah pengukuran pH dengan pH meter di dapatkan pH formula 1 4,95, sedangkan pH formula 3 adalah 5,08. Dari hasil pertimbangan di atas, kami memilih formula 1 untuk di buat dalam skala besar karena :
• Viskositasnya lebih baik di banding viskositas formula 1
• Rasanya lebih baik dibandingkan ras formula 1
• Walaupun pH formula 1 jauh dari pH yang di inginkan (pH=6) namun
dengan keunggulan lebih dari hal viskositas dan rasa, kami lebih cenderung memilih formula 1. pH yang jauh dari pH yang di ingin kan dapat di atasi dengan adjustment pH. Untuk mendapatkan pH 6, kami
menambahkan 310 tetes garam Na2HPO4.2H20 10%.
Pada pengamatan pH yang dilakukan, pH formula 1 dan 3 tidak dapat mencapai pH yang direncanakan (pH=6) dikarenakan beberapa hal, yaitu :
1. Adanya penimbangan yang kurang akurat, maka mempengaruhi pH.
2. Adanya penambahan essense yang tidak teratur (berlebihan) sehingga
dapat mempengaruhi pH.
Setelah pH formula 1 di anggap masuk rentang, maka di buatlah dalam skala besar (150ml + 100ml) dengan cara yang sama.
Evaluasi dilakukan untuk mengontrol organoleptis, pH, viskositas dan hal lain yang berhubungan dengan kestabilan sediaan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Formula yang terpilih untuk pembuatan skala besar adalah formula 1 dengan cara kerja 1, karena memberikan hasil yang lebih baik daripada formula lainnya.
pH yang diperoleh tidak sesuai dengan pH yang direncanakan (pH=6) yaitu 4,95 , hal ini terjadi karena:
• Penimbangan yang kurang akurat
• Penambahan essence yang tidak teratur.
Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut : 1. Organoleptis
• Warna : Hijau
• Rasa : Melon (Manis agak pahit)
• Bau : Melon
2. Berat Jenis
Rata2 : 1,2002 + 1,2022 + 1,2014 = 3,6038 / 3 = 1,2013 Standart deviasi : ± 1,01 × 10-3
3. pH rata-rata = 6,12
Sediaan sirup Parasetamol yang dihasilkan memenuhi kriteria karena sediaan kami stabil dalam hal pH, viskositas, BJ, maupun organoleptisnya.
B. Saran
1. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan.
2. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang bahan-bahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang telah di rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence secara teratur dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam sehingga penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH.