• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIALISASI KUR GORONTALO TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOSIALISASI KUR GORONTALO TAHUN 2012"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIALISASI KUR GORONTALO TAHUN 2012

[ Jum`at, 7 Desember 2012 10:58:18 Oleh : Administrasi]

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE Gorontalo 14/6,

Kegiatan Workshop/Sosialisasi Perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 14 Juni 2012 pukul 09.00 s.d selesai, bertempat di

Gedung Pertemuan Muzdalifah, Jl. Arif Rachman Hakim, Gorontalo. Kegiatan

Workshop/Sosialisasi Kredit Usaha Rakyat Perluasan (KUR) dihadiri oleh wakil-wakil dari berbagai instansi terkait yaitu, Sekda Propinsi Gorontalo, Wakil dari

Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM, Bank Indonesia, Wakil dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana, Kementerian Pertanian, Perwakilan Asisten Deputi

Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Wakil dari Direktorat Badan Jasa Keuangan dan

Manufaktur, (BPKP), SKPD Pemerintah Daerah Propinsi Gorontalo, SKPD Pemerintah Daerah Tingkat

II Propinsi Gorontalo, Bank Pelaksana KUR (Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Bukopin, Bank Syariah

Mandiri, BNI Syariah, dan Bank Sulut), Perusahaan Penjamin KUR (PT.

Askrindo (Persero), Perum Jamkrindo), KADIN Propinsi Gorontalo, Koperasi dan UKM Binaan Bank Pelaksana KUR, dan Instansi lain yang terkait.

Dalam Sambutannya Kepala Perwakilan

Bank Indonesia Propinsi Gorontalo (Bapak Wahyu Purnama) menyampaikan bahwa tujuan diadakannya Sosialisasi Perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah untuk

memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam rangka meningkatkan realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat, baik

melalui pola linkage maupun non linkage. KUR adalah sebagai salah

satu usaha untuk memberdayakan usaha mikro dan kecil dari aspek pembiayaan. Saat ini angka kemiskinan di Propinsi Gorontalo adalah 18,75% dari ± 1 juta penduduk Propinsi Gorontalo yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan PDB Propinsi

Gorontalo 18% disumbang dari sektor pertanian sehingga diperlukan pemberdayaan UKM sektor pertanian dengan cara memberikan penguatan permodalan salah satunya

(2)

melalui program KUR. Melalui program KUR diharapkan dapat menjadi pembelajaran

bagi UKM yang belum bankable agar menjadi bankable sehingga bisa mandiri dan akhirnya bisa mengakses kredit

komersial. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Gorontalo berkisar 7% yang masih didorong oleh sektor konsumtif, dan berdasarkan kredit perbankan masih

didominasi sektor konsumtif yang hampir mencapai 60%, kedepan diharapkan kredit disalurkan untuk sektor produktif terutama ke UKM. Jumlah kredit yang

disalurkan perbankan di Propinsi Gorontalo melampaui Dana Pihak Ketiga (DPK). Untuk kredit pertanian, kehutanan, dan kelautan baru mencapai 58 miliar yaitu 2% dari total kredit, sedangkan pertanian menyumbang 28% dari pertumbuhan pendapatan, sehingga kedepan harus ada upaya untuk meningkatkan kredit ke sektor pertanian. Dalam mendorong sektor riil dan UKM, BI melakukan penelitian terkait pembiayaan sektor UKM, dan kedepan BI akan melakukan program pembinaan desa untuk perikanan darat. Terima kasih diucapkan kepada semua pihak khususnya Kemenko Perekonomian, Pemerintah Daerah (Pemda), dan Pimpinan Perbankan yang telah berpartisipasi dalam acara Workshop/Sosialisasi Kredit Usaha Rakyat.

Staf Ahli Bidang

Ketenagakerjaan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Bapak Arifin Habibie)

mewakili Komite Kebijakan KUR menyampaikan bahwa dalam Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Sulawesi termasuk dalam koridor 4 yang terdiri dari sektor pertanian, perikanan, minyak, dan gas, jika dilihat dari perekonomian Gorontalo maka Gorontalo masuk dalam sektor pertanian. Berdasarkan penjelasan Bank Indonesia kredit sektor pertanian masih sangat kecil sehingga kedepannya harus diperbaiki agar searah dengan tujuan MP3EI. Kalau dilihat program KUR digorontalo baru

mencapai ± 33.000 debitur dari ± 1 juta penduduk Gorontalo sehingga baru mencapai 3,3% (data BI) sehingga perlu dipercepat agar dapat mengejar propinsi

lainnya. Yang sangat memprihatinkan bagi kita adalah saat ini kita masih mengimpor daging dan susu dari negara tetangga sedangkan pada dasarnya kita mampu, sehingga KUR diharapkan bisa masuk kedalam sektor ini. Diharapkan KUR dapat disinkronkan dengan MP3EI, jangan sampai arah kebijakan KUR berlawanan arah dengan tujuan MP3EI, dan tujuan kita hari ini adalah untuk membedah

pemberdayaan UKM dengan mengundang para pelaku baik pemerintah, bank dan UKM itu sendiri. Dalam skala ekonomi Indonesia saat ini mempunyai 4 klaster yaitu,

klaster 1 bantuan langsung, klaster 2 bantuan kelompok, klaster 3 KUR, dan klaster 4 fasilitas prasarana murah (rumah, air dll). Diharapkan melalui

klaster 3 dapat menumbuhkan pelaku-pelaku usaha baru dan jangan sampai KUR didominasi oleh sektor perdagangan namun bisa mendorong sektor pertanian khususnya di Gorontalo. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh para pelaku usaha dan pemerintah berfungsi sebagai pendukung kelangsungan usaha melalui kebijakan yang diambilnya. Diharapkan seluruh SKPD mampu membuat Gorontalo bisa setara dengan propinsi lain, maju namun dengan cara tidak meminta-minta.

Sambutan sekaligus pembukaan acara oleh

Gubernur Propinsi Gorontalo yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda)

Propinsi Gorontalo (Ibu Winarni Manoarfa), dalam sambutannya disampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran Bapak Gubernur, karena saat ini masih mengadakan

pertemuan dengan Bapak Menteri Pertanian dan dengan diwakilinya beliau tidak mengurangi rasa hormat kami selaku Pimpinan Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi

(3)

Gorontalo. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada tahun 2006 adalah 5,6% dan tahun 2012 berdasarkan BPS dan BI mencapai 7,86%. Dari sisi pengangguran terbuka 2011 sebesar 4,6%, dan tantangan kedepan adalah tingginya angka kemiskinan berkisar 18,7%, sehingga persentase kemiskinan di Gorontalo diatas kemiskinan rata-rata nasional 12,6%. Ada 3 (tiga) masalah besar yang dihadapi Propinsi Gorontalo dan diharapkan ada dukungan dari Pemerintah Pusat sehingga KUR di Gorontalo bisa meningkat untuk sektor produktif. 3 (tiga) masalah yang dihadapi adalah:

(1) Kemiskinan; (2) Energi; (3) Infrastruktur.

Masalah tersebut sudah dibahas dalam

pertemuan MP3EI dan telah masuk pada Koridor 4 dan sektor yang disepakati adalah pengembangan pertanian. Perikanan, minyak dan gas. Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mendominasi dalam pertumbuhan perekonomian di

Gorontalo, namun sektor pertanian lebih mendorong dalam pembangunan di Propinsi Gorontalo. Visi Propinsi Gorontalo adalah Percepatan pembangunan di semua sektor serta mewujudkan peningkatan ekonomi masyarakat yang berkeadilan. Sektor

ekonomi kerakyatan, ujung tombaknya ada pada Kredit Usaha Rakyat dan UKM, strategi yang ingin dilakukan adalah UKM bisa menjadi Usaha yang mandiri sehingga

diharapkan peran dari perbankan. Diharapkan kedepan ada regulasi yang mendukung sektor UKM yang berdasarkan arahan Bapak Presiden di Gorontalo agar persyaratan KUR dipermudah. Diharapkan dari pihak penerima KUR dapat mendukung program Pemerintah daerah (Pemda) propinsi Gorontalo dalam memberdayakan UKM dengan cara mengembangkan usaha yang dimilikinya. Kerjasama antara Pemda Propinsi Gorontalo dengan Bank Indonesia saat ini sangat baik dan sinkron sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah mengadakan festival krawang yang membuat bangga masyarakat untuk memakainya sehingga mendorong industri pakaian krawang. Diharapkan dari pertemuan sosialisasi ini dapat

menghasilkan rekomendasi yang menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi Gorontalo dalam meningkatkan penyaluran KUR. Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi Gorontalo siap mendukung kegiatan sosialisasi seperti ini dan apabila

harus ada sharing budget dari APBD kami pun siap

mendukung. Kami mewakili Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi Gorontalo dengan membaca Bismillahirrahmanirrahiim menyatakan Sosialisasi KUR dibuka. Panel diskusi mengenai Sosialisasi Perluasan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) dimoderatori oleh Asdep Pasar Modal, Perbankan, dan LKBB, Kemenko Perekonomian (Bapak Djoko Waluyo) yang didampingi wakil dari, Kementerian

Pertanian (Ibu Sumarmi), Sekertaris Daerah Propinsi Gorontalo (Ibu Winarni Manoarfa), Bank Rakyat Indonesia Cabang Gorontalo (Bapak Guntoro), Bank Indonesia

Perwakilan Gorontalo (Bapak Dudung C. Setyadi), dan Bank Indonesia Pusat (Ibu Rahmi Artati) .

Dalam presentasinya,

Ibu Sumarmi dari Kementerian Pertanian menjelaskan mengenai tugas Kementerian Pertanian dalam pelaksanaan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) adalah bahwa berdasarkan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) antara Pemerintah, Bank Pelaksana,

dan Lembaga Penjaminan, Kementerian Pertanian mempunyai kewajiban sebagai berikut: a.

(4)

Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi yang melakukan usaha produktif yang menghasilkan barang dan jasa yang bersifat individu, kelompok, kemitraan dan atau klaster untuk dapat dibiayai dengan kredit/pembiayaan.

b. Menetapkan

kebijakan dan prioritas bidang usaha barang dan jasa yang akan menerima kredit/pembiayaan;

c. Melakukan

pembinaan dan pendampingan selama masa kredit/pembiayaan; d.

Memfasilitasi

hubungan antara UMKMK dengan pihak lain seperti perushaan inti/offtaker. Dukungan dari perbankan diharapkan

untuk mendukung pencapaian target peningkatan produksi pertanian tahun 2012 yaitu untuk sasaran produksi padi sebesar 71,4 juta ton GKG (pada tahun 2014 mencapai surplus 10 juta ton beras), sasaran produksi jagung sebesar 24,00 juta ton PK, sasaran produksi kedelai sebesar 1,90 juta ton, sasaran Produksi Gula Hablur sebesar 4,39 juta ton, dan

sasaran produksi daging local sebesar 470 ribu ton. Mengenai Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian yaitu bagi Kelompok yang sudah feasible dan bankable maka fasilitas kreditnya adalah Kredit Komersial, Kelompok yang feasible tetapi belum bankable, fasilitas kreditnya adalah Kredit dengan penjaminan

(KUR), Kelompok yang

sudah bankable tetapi tidak feasible (dengan bunga komersial) dengan fasilitas kredit subsidi bunga yaitu, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit

Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), dan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS).

Serta Kelompok yang

tidak feasible dan tidak bankable tetapi usahanya potensial untuk berkembang difasilitasi dengan

kredit dengan skema Dana BLM

(APBN), PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan). Sementara itu menurut

Sekretaris Daerah (Sekda) Propinsi Gorontalo (Ibu Winarni Manoarfa) dalam presentasinya menyampaikan upaya Pemerintah Daerah dalam peningkatan dan perluasan penyaluran KUR di Propinsi Gorontalo mengenai pemberdayaan UMKM menuju peningkatan ekonomi kerakyatan di Propinsi Gorontalo yaitu melalui: (1)

Peran UMKM. UMKM sebagai pilar

ekonomi kerakyatan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan dan pengangguran

serta sebagai pemain utama dalam kegiatan diberbagai sektor baik pertanian, perikanan, peternakan, perdagangan, industri

kerajinan, dan jasa. Selain itu UMKM berperan sebagai penyedia lapangan kerja dan pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal

dan pemberdayaan masyarakat. (2)

Maksud dan tujuan pengembangan UMKM. Mempercepat

(5)

pengembangan sektor riil yaitu pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, industri dan pemberdayaan UMKM serta koperasi dalam rangka penanggulangan/pengentasan

kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja dan meningkatkan akses pembiayaan dan pengembangan UMKMK dan

koperasi,

serta melaksanakan

sosialisasi kepada UMKM agar tidak terjadi kesimpang-siuran pengertian dan informasi yang selama ini diterima dari berbagai sumber yang berbeda. (3) Jumlah

UMKM di Propinsi Gorontalo pada tahun 2008 berjumlah 51.332, dengan jumlah usaha mikro sebesar 47.810 dan

pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 58.904 dengan jumlah usaha mikro 50.745, atau sebesar 86,06% dari jumlah UMKM secara keseluruhan.

(4) Misinya adalah:

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan,

memperluas kesempatan kerja dan

menurunkan jumlah kemiskinan serta mewujudkan Provinsi Gorontalo yang sejahtera, demokratis dan berkadilan.

Sedangkan menurut

Bank Rakyat Indonesia (Bapak Guntoro) dalam presentasinya mengenai Sosialisasi Kredit Usaha Rakyat menyampaikan hal-hal berikut ini:

Latar Belakang Kredit Usaha Rakyat: (1) Jumlah

pelaku Usaha Mikro dan Kecil sebanyak 51,3 juta unit usaha; (2) Usaha

Mikro dan Kecil menyerap tenaga kerja sebanyak 90,9 juta pekerja;

(3) Kontribusi

Usaha Mikro dan Kecil terhadap PDB sebesar 55,6% terhadap PDB; (4) UMKMK

cukup strategis dalam membantu perekonomian pada masa krisis; (5) Terbatasnya

UMKMK dalam mengakses kredit/ pembiayaan dari Perbankan; (6) Terbatasnya

kemampuan UMKM dalam menyediakan agunan. Hal tersebut

perlu dilakukan untuk membantu Usaha

Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) yang produktif dan layak namun

belum bankable (belum memenuhi persyaratan kredit/pembiayaan Bank) agar dapat mengakses kredit/pembiayaan dari bank

serta menjembatani kebutuhan UMKMK dalam mengakses perbankan, Pemerintah menerbitkan Inpres No. 6 tahun

2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK. KUR adalah kredit/pembiayaan modal

kerja dan atau investasi kepada UMKMK di bidang usaha yang produktif dan layak namun belum bankable dengan plafon kredit sampai dengan Rp.

(6)

KUR yang menguntungkan/

memberikan laba sehingga mampu membayar bunga/marjin dan mengembalikan seluruh hutang/kewajiban pokok KUR dalam jangka waktu yang disepakati antara Bank

dengan Terjamin dan memberikan sisa keuntungan untuk mengembangkan usahanya. Belum Bankable adalah Calon Debitur KUR yang belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan dari Bank

antara lain dalam hal penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan sesuai dengan ketentuan Bank.

Dari Bank Indonesia Kantor

Perwakilan Gorontalo (Bapak Dudung C. Setyadi) dalam paparannya menyampaikan Peranan Bank Indonesia dalam Perluasan KUR mengenai Perkembangan Perbankan di Gorontalo bahwa DPK di

Gorontalo mencapai Rp 2,88

trilliun atau tumbuh 22,93%. Penyaluran Kredit mencapai Rp 4,74 trilliun atau tumbuh 22,93%. Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo telah mencapai 164.38%

dengan NPLs berkisar

2,65%. Kredit investasi pada triwulan I Tahun 2012 tercatat sebesar Rp 238

milliar atau tumbuh 49,12%, sementara itu kredit modal kerja menunjukkan peningkatan positif yaitu sebesar Rp 1,41 trilliun atau tumbuh 31,25% (y.o.y).

Kredit konsumsi hingga triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp 2,36 trilliun dengan pertumbuhan sebesar 11,37% (y.o.y). Kualitas kredit UMKM yang tercermin dari rasio kredit

UMKM bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) juga masih cukup terjaga, yaitu total sebesar 3,88%. Kualitas

kredit skala mikro dan skala kecil tercatat cukup baik sebagaimana tercermin

dari rasio NPLs dari kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing 3,10% dan 2,74%. Sedangkan kredit skala menengah memiliki rasio kredit

bermasalah (NPLs) yang relatif lebih tinggi sebesar 6,78%. Bank Indonesia Kantor Pusat (Ibu

Rahmi Artati) menambahkan melalui presentasinya mengenai Kebijakan Bank

Indonesia dalam Pengembangan UMKM yang menjelaskan bahwa penyajian statistik kredit UMKM per Januari 2011 yang diterbitkan Bank Indonesia

telah menggunakan definisi usaha sesuai

dengan UU.No.20/2008 tentang UMKM, kredit UMKM mencakup Kredit Produktif di luar Kredit Konsumsi dan Kartu Kredit. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (posisi April 2012) jika dilihat dari skala usaha,

maka Kredit Usaha Menengah (47%) lebih mendominasi dari pada Kredit Usaha Kecil

(32%) dan Kredit Usaha Mikro (21%). Sedangkan jenis penggunaan dan segmentasi kredit (posisi April 2012) Secara

segmentasi, Kredit UMKM lebih didominasi oleh Kredit Modal Kerja (78%). Beberapa karakteristik yang melekat pada sebagian besar UMKM dan

sekaligus menjadi sumber permasalahan yaitu: (1)

Rendahnya kualitas

sumber daya manusia yang bekerja pada sektor UMKM; (2)

Rendahnya

produktifitas tenaga kerja yang berimbas pada rendahnya upah; (3)

(7)

Kualitas

barang yang dihasilkan relatif rendah (belum tersertifikasi/standar); (4)

Kurangnya

inovasi dan adopsi teknologi-teknologi baru dalam produksi; (5)

Lemahnya

struktur permodalan dan kurangnya akses kepada sumber pembiayaan; (6)

Kurangnya

akses pemasaran ke pasar yang potensial.

Sesi Tanya Jawab: Pertanyaan:

Ibu Wilan Antuke (UKM). Kami memiliki beberapa usaha

diantaranya adalah usaha peternakan ayam yang bibitnya kami datangkan dari pulau Jawa, selain itu juga memiliki usaha peternakan sapi dan kambing serta usaha pembuatan kue, kue kami cukup laku dalam hal pemesanan, namun yang menjadi kendala usaha kami adalah pembayaran pesanan dilakukan oleh konsumen setelah 3 (tiga) kali memesan baru dibayar sehingga kami terbatas pada modal apakah KUR bisa membantu kami dalam menambah modal usaha kami. Saran kepada Ibu dari Kementerian

Pertanian, seharusnya kita tidak mengejar target tapi yang terpenting adalah realisasinya dilapangan bagaimana para petani mengatasi kegagalan panen yang diakibatkan oleh hama adalah dengan cara memutus rantai hama melalui pola tanam yang berganti sebagai contoh, 2 (dua) kali musim tanaman padi baru diganti dengan tanaman jagung.

Bapak Agus Fikri (BRI).

Kenapa suku bunga KUR Mikro antara

Bank yang satu dengan Bank yang lain berbeda, padahal pemerintah telah

mendukung suku bunga KUR agar rendah sebagai contoh suku bunga Bank BRI lebih rendah dari pada Bank yang lain.

Bapak Puding (Dinas Pertanian Gorontalo Utara).

Yang mau saya sampaikan adalah bahwa

ada Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) yang diluncurkan oleh pemerintah pada Tahun 2008 agar pada Tahun 2014 Indonesia bisa swasembada daging sapi. Kami berharap program pemerintah yang telah diluncurkan agar terintegrasi satu

dengan yang lainnya supaya tidak terkesan jalan sendiri-sendiri dan susah

ketika berhubungan dengan perbankan. Yang menjadi pertanyaan adalah ketika kami membina kelompok peternak sapi dan mencoba mengajukan kredit ke perbankan maka pihak perbankan meminta agar peternak sapi mengelola peternakannya dengan

profesional, saya rasa di Gorontalo belum ada peternakan sapi yang dikelola secara profesional oleh pemiliknya, Bagaimana peran Pemda dan Perbankan agar satu kata dalam menjalankan program pemerintah terkait pengembangan usaha peternakan sapi agar para peternak bisa

(8)

mengakses kredit dari perbankan. Jawaban:

Sekda Propinsi Gorontalo (Ibu Winarni Manoarfa):

Saya sangat mengapresiasi Ibu Wilan

Antuke yang membuka usaha pembuatan kue yang telah mengikuti pembinaan bersama Dinas Tenaga Kerja Propinsi Gorontalo, Pada dasarnya Pemda telah memberikan skim untuk usaha-usaha kecil agar dapat berkembang, terkait keinginan

mengembangkan usaha karena terbentur oleh permodalan maka Ibu bisa mengajukan KUR ke Bank pelaksana KUR mungkin dengan mengajukan proposal terlebih dahulu. Kepada Bapak Puding, untuk

pengembangan sektor peternakan dalam rangka membangun kerjasama dengan peternakan sapi di Ciawi saat ini masih terkendala dengan SDM, kalau dilihat dari potensi peternakan sapi di Gorontalo potensinya sangat bagus, sehingga diharapkan kedepan kerjasama dengan peternakan sapi di Ciawi dapat terlaksana. Terkait bantuan, sebenarnya bantuan itu sudah ada namun biasanya peternaknya belum berminat untuk mengakses bantuan

tersebut, sehingga harus ada transfer pengetahuan dan pengalaman tadi. Seperti yang Bapak Puding sampaikan

bahwa saat ini banyak program dari pemerintah namun sifatnya masih parsial sehingga dengan adanya sosialisasi seperti ini dapat terjalin komunikasi dan koordinasi dengan instansi yang terkait.

Kementerian Pertanian (Ibu Sumarmi): Terkait target produksi pangan

khususnya swasembada daging sapi berdasarkan instruksi presiden adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan sedangkan mengenai pola tanam tanaman pangan tergantung pada kondisi dilapangan, contoh ada yang dua kali tanam padi baru ditanami tanaman lain.

KUPS diluncurkan pada tahun 2009

bukan 2008, namun dalam perjalanannya masih tersendat-sendat, KUPS merupakan kredit bersubsidi yang diberikan kepada kelompok, artinya kelompok yang sudah mempunyai usaha bukan orang yang berkelompok untuk mendirikan usaha sehingga perbankan terkadang menolaknya dikarenakan usahannya memang belum ada. Bank Indonesia

(Ibu Rahmi Artati): Suku Bunga

merupakan perhatian bagi Bank Indonesia, Kenapa Suku Bunga KUR antara Bank yang satu dengan yang lain tidak sama pada dasarnya berdasarkan penelitian yang

pernah dilakukan oleh Bank Indonesia bahwa masyarakat tidak menghiraukan berapa besarnya Suku Bunga Bank yang terpenting adalah kemudahan untuk mengakses KUR, dan Suku Bunga KUR Mikro adalah maksimal 13%, tapi tergantung dari Bank

pelaksana berapa Cost of Fund yang

dikeluarkan untuk menyalurkan KUR dan biasannya juga dilihat dari risiko bisnisnya.

Bank Rakyat

Indonesia (Bapak Guntoro):

(9)

bahasa yang sederhana bahwa Bank menghimpun dana dari masyarakat dan disalurkan lagi ke masyarakat malalui kredit, jika bunganya rendah biasanya dana yang

disalurkan bersumber dari Giro, kalo agak menengah Suku Bunganya biasanya berasal dari tabungan dan deposito, jadi kalo komposisinya lebih besar deposito dari pada tabungan maka Suku Bunga yang diterapkan juga akan tinggi., dan biasanya Bank juga membebankan biaya operasional di situ, itulah yang menyebabkan Suku Bunga antar Bank berbeda.

Terkait Ibu Wilan Antuke yang

membuka usaha kue, kalau memang usaha ubu prospektif, mungkin ibu bisa datang ke Kantor Unit BRI, tidak usah mengajukan proposal, cukup membawa KTP dan kartu Keluarga, nanti akan dibantu prosesnya. Berapa besarnya kredit yang diterima

tergantung kebutuhan usaha IBU, artinya berdasarkan kemampuan usaha ibu untuk mencetak laba.

Rekomendasi: Berdasarkan

hasil diskusi dan pembahasan dalam Workshop/Sosialisasi Perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dapat direkomendasikan

hal-hal sebagai berikut: a.

Diharapkan Pemerintah Daerah (Pemda)

propinsi Gorontalo melakukan sosialisasi KUR ke Pemerintah Daerah tingkat II, sehingga ada persamaan pemahaman terkait penyaluran KUR di Gorontalo yang masih rendah;

b.

Penyaluran KUR di Gorontalo harus di

sinkronkan dengan tujuan MP3EI, dimana Sulawesi termasuk dalam koridor 4 yaitu sektor pertanian, peternakan, minyak dan gas, jika melihat potensi ekonomi

Gorontalo maka penyaluran KUR harus diorientasikan pada sektor pertanian dan peternakan;

c.

Untuk mempercepat penyaluran KUR di

Gorontalo, diharapkan adanya tambahan Bank pelaksana penyaluran KUR di

Gorontalo karena saat ini Bank pelaksana di Gorontalo baru 6 Bank (BRI yaitu, BRI Kota dan BRI Limboto), Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Sulut (Bank Sulut Kota, Limboto,

Tilamuta dan Marisa), Bank Syariah Mandiri). d.

Perlu dimulai kerjasama antara SKPD dan

Perbankan untuk membina wilayah tertentu guna pengembangan komoditas unggulan. Sambutan penutupan Workshop/Sosialisasi Perluasan

Kredit Usaha Rakyat dilakukan oleh Sraf Ahli Bidang ketenagakerjaan (Bapak Arifin Habibie) mewakili Komite Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dalam penutupan disampaikan bahwa Kedepan yang harus menjadi perhatian kita semua adalah bagaimana supaya Negara kita berdaulat di Negara sendiri, tidak

dikooptasi oleh Negara lain. KUR adalah kredit yang tepat untuk membangun

Negara kita, hanya KUR yang bisa diakses oleh usaha kecil dengan kemudahan persyaratannya, karena jika UKM mengajukan kredit komersial maka akan terbentur dengan segala

persyaratannya. Dengan adanya MoU antara Kementerian Pertanian dengan Pemda propinsi Gorontalo diharapkan dapat mempercepat pembangunan ekonomi di

(10)

peternakan kambing sehingga di Gorontalo muncul desa sapi/kambing sehingga ada pemetaan terhadap wilayah peternakan di Gorontalo, karena saat ini di timur

tengah kebutuhan akan kambing sangat besar. Silahkan Pemda mengkaji wilayah Gorontalo, sehingga ada tempat yang tepat untuk mengembangkan peternakan tersebut. Jumlah uang yang beredar di Gorontalo berdasarkan data Bank Indonesia adalah berkisar antara 6-7 triliun, dan uang tersebut berasal dari dana APBD, artinya belum ada usaha Investasi disitu, sehingga sektor ekonomi hanya terkonsentrasi pada sektor perdagangan saja. Jika ada 1 triliun saja uang investasi masuk ke Gorontalo maka di tahun berikutnya uang tersebut akan berlipat-lipat. Maka, berikanlah usaha kita sebesar-besarnya untuk membantu rakyat kecil, mulailah berhimpun dari usaha kecil, jika dikelola dengan baik usaha-usaha tersebut akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di Gorontalo, sekian dan terima kasih.

/* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif";}

Referensi

Dokumen terkait

Tonsilitis kronik: pada pemeriksaan fisik ditemukan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar, dan kriptus berisi detritus.. Tanda klinis

a) Guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan yang berhubuingan dengan tema hari ini. b) Guru memperlihatkan media yang akan digunakan berupa poster/gambar

Diagnosis sementara berupa sirosis hati dekompensata pada pasien dapat ditegakan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang

Maka dapat diketahui seperti dalam analisi tabel sebelum bahwa guru yang memiliki eksistensi di masyarakat maka juga akan berpengaruh terhadap kualitas dirinya

Kemukakan soalan tentang situasi yang tidak dibincangkan dalam Kod ini (atau yang mungkin timbul dalam interaksi anda dengan pelanggan, ahli pasukan, pembekal, atau pihakk

Olbmot oktiibuot ja olbmot barggus geat leat gaskal 15-74 jagi, geain lea bargobáiki olggobealde dan suohkana gos orrot, sohkabeali ja regionála juogu mielde, Norggas

Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang belum memiliki standar yang baku (secara tertulis) sebagai idealitas profesional dalam menjalankan bimbingan kerohanian

Hasil analisis korelasi ganda menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan “ada hubungan positis yang signifikan antara pelaksanaan TTM atpem mata kuliah PLH dan