• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI

JURNAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persaratan Dalam Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) Pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia Dan Daerah

Oleh BUNI YAMIN

E1C 112 018

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

(2)
(3)

KAJIAN EKRANISASI NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN FILM 5 CM KARYA SUTRADARA RIZAL MANTOVANI

Buni Yamin, Sapiin, Murahim

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM

Buniyamin21@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekranisasi novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro yang ditransformasikan ke dalam film dengan judul yang sama karya sutradara Rizal Mantovani. Jangkauan analisis ini meliputi ekranisasi berupa pengurangan (latar, tokoh dan penokohan) novel dalam film, penambahan (latar, tokoh dan penokohan) dalam film dan perubahan bervariasi (latar, tokoh dan penokohan) novel dan film. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif naratif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka dan metode dokumenter, selanjutnya metode analisis data menggunakan pendekatan struktural. Hasil penelitian ini adalah : (1) Ekranisasi berupa pengurangan (latar, tokoh dan penokohan) novel dalam film adalah dirancang oleh sutradara karena adanya beberapa hal, antara lain untuk memadatkan pesan kepada penonton, adanya keterbatasan waktu karena film memiliki batasan durasi, dan karena medium gambar yang terdapat dalam film tidak dapat menggambarkan semua hal yang ada dalam novel, (2) Ekranisasi berupa penambahan (Latar, tokoh dan penokohan) dalam film adalah sebagian besar menyesuaikan dalam novel. Akan tetapi, terdapat beberapa penambahan yang sebelumnya tidak terdapat dalam novel. Namun, yang ada tidak memperburuk cerita, melainkan sebagai bukti kreatifitas sutradara untuk mengemas film yang diproduksi, (3) Ekranisasi berupa perubahan variasi (Latar, tokoh dan penokohan) dalam novel dan film adalah tidak merubah karakter yang ada dalam novel 5 Cm. Hal tersebut dilakukan sutradara selaku pembuat film 5 Cm, hanya untuk kepentingan penikmat cerita yang tak lain adalah para penonton. Perubahan beberapa variasi membuktikan kreatifitas yang dimiliki seorang sutradara.

(4)

INVESTIGATE TRANSFERRING OF NOVEL 5 CM CREATION BY DONNY DHIRGANTORO AND FILM 5 CM CREATION BY PLAY DIRECTION RIZAL

MANTOVANI

Buni Yamin, Sapiin, Murahim

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNIVERSITAS MATARAM

Buniyamin21@gmail.com

ABSTRACT

This research would like to analysis transferring of Novel 5 CM creation by Donny Dhirgantoro Who transformated into film with the same title, creation by film or play director Rizal Mantovani. Reach to analysis include transferring like decrease in (background, figure, character in story ) novel in film, to increasing ( background, figure, and character in story ) in film and modification of variation ( background, figure, and character in story ) Novel and film. This research using descriptive, qualitative, and narrative method. For Accumulation data that is using book research and documentary method and for analysis data that is using structural approach. The result of this research are: (1).Transferring like decrease in (background, figure, and character in story) novel in film who arranged by play director because of there are some case, such as for solidify message to audience and limited of time because the film has limitation of duration, and also because of mediation of film cannot describe all of things in novel, (2). Transferring like increasing of (background, figure, and character in story) in film is adapt in novel, but there are some increment before was not found in novel. But however it‟s not make worse of story in film, except as proof creation of play direction in film that production. (3) Transferring like change of variation ( background, figure, and character in story ) in novel and film is not change character in novel 5 Cm, in that case play direction just do that as author of film 5 Cm, only for the importance and the happiness to audience, the modification in some variation is evidence of creation who has a play direction.

(5)

A. PENDAHULUAN

Berbagai alasan mendasari proses ekranisasi dari novel ke film. Alasan-alasan tersebut antara lain karena sebuah novel sudah terkenal, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan cerita novel itu. Alasan lain adalah karena ide

cerita novel dianggap bagus oleh masyarakat dan penulis skenario film. Ketika film ditayangkan, kebanyakan para pembaca yang sudah terlebih dulu

membaca novel tersebut merasa kecewa terhadap hasil film transformasinya. Hal ini dikarenakan gambar-gambar yang dihadirkan film disertai suara dan musik, sehingga membatasi seorang penonton untuk berimajinasi. Selain itu, faktor film yang terikat dengan durasi menyebabkan para pekerja film harus kreatif untuk dapat memilih peristiwa-peristiwa penting untuk difilmkan.

Sejak awal, film memang tidak hanya berfungsi sebagai media penghibur semata, film juga digunakan sebagai alat berbagi informasi dan pendapat terutama menyangkut tujuan sosial (Subarkat, 2008). Hal inilah yang lambat laun menyajikan pengaruh secara emosional terhadap jiwa manusia. Kesanggupannya mencapai banyak segmen sosial membuat film memiliki pengaruh terhadap masyarakat luas. Film dapat dijadikan sebagai dokumen kehidupan yang mewakili kenyataan hidup masyarakat, baik kenyataan tersebut tertuang dalam bentuk khayalan ataupun fakta.

Berdasarkan paparan di atas, novel 5 Cm diekranisasi ke dalam film dikarenakan novel 5 Cm sudah terkenal, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan cerita novel itu, ide cerita novel 5 Cm dianggap bagus oleh masyarakat dan penulis skenario film. Film 5 Cm dalam lima hari tayang, sudah mencapai 500. 000 penonton. Hal itu juga yang mejadikan dasar dilakukannya penelitian ini. Disamping itu penting pula kiranya mengetahui bagaimana proses ekranisasi dari novel ke film terjadi sehingga menjadi sebuah film. Novel 5 Cm adalah novel yang memikat para penontonnya dengan bagaimana kita menjalin persahabatan, cinta dan impian dalam diri kita khususnya buat saya. Dalam proses ekranisasi kita bisa mengetahui bentuk pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi yang terdapat dalam novel dan film 5 Cm.

(6)

B. LANDASAN TEORI

Ekranisasi adalah suatu proses pemindahan atau pengadaptasian dari novel ke film. Eneste (1991: 60) menjelaskan bahwa ekranisasi adalah suatu proses pelayar-putihan atau pemindahan / pengangkatan sebuah novel ke dalam bentuk film (ecran dalam bahasa Prancis berarti „layar‟).

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, (Nugriyantoro, 1995:216).

Kata penokohan berasal dari kata “tokoh” yang berarti pelaku, karena yang dilukiskan dalam cerita adalah pelaku cerita atau watak-watak tokohnya sehingga penokohan disebut sebagai perwatakan. Dalam perkembangan sebuah karya sastra (cerita, novel dan lain-lain), perlu dikenal dan diketahui tokoh dan penokohan yang terdapat di dalam cerita yang dibaca. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:165).

Novel adalah karya sastra berbentuk tulisan atau sudah disusun menjadi sebuah buku, yang memiliki urutan kejadian suatu peristiwa, biasanya bersifat khayalan ataupun kisah nyata yang memunculkan imajinasi. Selain itu, makna-makna dalam karya sastra sengaja disembunyikan maksud yang sebenarnya, sehingga menambah nilai estetika tersendiri bagi karya sastra, sastra juga dapat berguna atau bermanfaat bagi pembaca.

Berdasarkan pengertian film di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah gambaran kehidupan manusia yang banyak terjadi di sekitar kita dituangkan dalam bentuk audio visual, bisa disaksikan oleh semua orang kapanpun dan dimanapun.

(7)

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriprif kualitatif naratif. Menurut Bogdan dan Tylor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi Moleong menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif naratif, dikarenakan ada beberapa pertimbangan di antaranya adalah penelitian ini bersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal dengan apa adanya, maksudnya adalah data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata atau penalaran, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan kualitatif; penyajian data dilakukan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan responden; lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan. Suatu rencana prosedur kualitatif harus menghasilkan bagian tentang naratif yang muncul dari analisa data.

D. PEMBAHASAN

1. Ekranisasi Berupa Pengurangan (Latar, Tokoh dan Penokohan) Novel dalam Film

Novel 5 Cm memiliki 12 latar, dan dalam film memiliki 9 latar. Latar yang sama dalam novel dan film berjumlah 8 latar. Sehingga dapat disimpulkan, terdapat 4 latar yang mengalami pengurangan. Pengurangan latar yang dimaksud antara lain pengurangan latar sekolah, Bogor, Stasiun Lempuyungan, dan Stasiun Madiun.

Pengurangan latar di atas dirancang oleh sutradara karena adanya beberapa hal, antara lain untuk memadatkan pesan kepada penonton, adanya keterbatasan waktu karena film memiliki batasan durasi, dan karena medium gambar yang terdapat dalam film tidak dapat menggambarkan semua hal yang ada dalam novel. Pengurangan tersebut menunjukkan bahwa latar yang ditampilkan dalam film merupakan latar-latar yang penting dan memadai.

Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa bentuk ekranisasi berupa pengurangan tokoh dan penokohan novel dalam film adalah tokoh dan penokohan

(8)

yang terdapat dalam novel 5 Cm antara lain, Arial, Genta, Ian, Riani, Zafran, Arinda, Mama Arial, Indy, Citra, Pak Sukonto Legowo, Mas Dono, Pak Nono, Mbok Penjual Nasi, Mas Gembul, dan tokoh yang terakhir adalah Deniek.

Adapun pengurangan tokoh dan penokohan yang terdapat dalam film 5 Cm berjumlah 3 tokoh yaitu, Mbok Penjual Nasi, Mas Gembul, dan Deniek. Sementara tokoh yang tetap berada dalam film tetapi mengalami perubahan nama, yaitu dalam novel bernama Nono sedangkan dalam film bernama Rudi.

Pengurangan beberapa tokoh di atas dilatarbelakangi oleh beberapa hal antara lain, peran tokoh yang dikurangi keberadaannya tidak terlalu berpengaruh dalam jalanya cerita. Selain itu, keterbatasan teknis film atau medium film terdapat durasi waktu yang terbatas dan alasan mengganggu jalannya cerita jika tokoh- tokoh tersebut tetap dihadirkan. Sementara itu, pengurangan watak dari beberapa tokoh dalam film betujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak pada tokoh lain yang juga berkontribusi besar dalam film, tetapi watak dalm novel tidak begitu dimunculkan.

2. Ekranisasi Berupa Penambahan (Latar, Tokoh dan Penokohan) dalam Film Berdasarkan latar novel di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk ekranisasi berupa penambahan latar novel dalam film adalah Latar-latar yang terdapat dalam film 5 Cm tidak jauh berbeda dengan latar yang terdapat dalam novel antara lain Rumah Arial di malam hari, Secret Garden, Kampus Ian, Stasiun Senen pada siang hari, Stasiun Malang, Ranu Pane malam hari, Ranu Kumbolo siang hari, dan latar terakhir adalah Puncak Mahameru pagi hari.

Latar dalam film 5 Cm sebagian besar menyesuaikan dengan latar yang terdapat dalam novel. Akan tetapi, terdapat beberapa penambahan latar yang sebelumnya tidak terdapat dalam novel. Namun, latar-latar yang ada tidak memperburuk cerita, melainkan sebagai bukti kreatifitas sutradara untuk mengemas film yang diproduksi. Film 5 Cm memiiki satu latar tambahan yaitu latar tempat warung roti bakar. Latar tempat warung roti bakar merupakan tempat Arial dan Indy membeli jagung bakar dan menghabiskan waktu malam di sana.

(9)

Latar tambahan dalam film 5 Cm merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Aktifitas para tokoh yang bergulat pada suatu aktifitas rutin membutuhkan tempat yang jelas. Penulis novel sering berfokus pada beberapa latar yang sama, sehingga cerita tampak monoton. Selain itu, penulis kadang melupakan latar-latar penting yang mendukung jalanya cerita. Oleh karena itu, penambahan latar dalam film bertujuan untuk melengkapi latar yang kurang dalam novel.

Bentuk ekranisasi berupa penambahan tokoh dan penokohan novel dalam film adalah tokoh dan penokohan yang terdapat dalam film 5 Cm antara lain, Arial, Genta, Ian, Riani, Zafran, Arinda, Mama Arial, Indy, Citra, Pak Sukonto Legowo, Mas Dono, dan Pak Nono. Adapun tokoh dan penokohan yang terdapat dalam film 5 Cm mengalami beberapa perbedaan dengan novel yaitu terdapat penambahan tokoh dan penokohan seperti mama Zafran, papa Arial dan mama papa Ian. Sementara tokoh yang tetap berada dalam film tetapi mengalami perubahan nama, yaitu dalam novel bernama Nono dan dalam film bernama Rudi.

Dari segi tokoh dan penokohan dalam novel 5 Cm tidak jauh berbeda dengan tokoh dan penokohan dalam film 5 Cm. Namun terdapat beberapa tokoh tambahan dalam film 5 Cm yang sebelumnya tidak ada dalam novel. Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh tambahan tersebut dibutuhkan untuk menciptakan keutuhan cerita. Terdapat tiga tokoh tambahan dalam film 5 Cm yaitu mama Zafran, mama papa Ian dan ayah Arial. Tiga tokoh tersebut membantu jalannya cerita. Sutradara dapat merancang sebuah film agar memiliki klimaks yang apik dan menarik. Klimaks dalam sebuah film merupakan inti jalannya cerita. Penambahan jumlah tokoh dalam film merupakan sebuah cara untuk menemukan klimaks yang tepat.

3. Ekranisasi Berupa Perubahan Variasi Variasi (Latar, Tokoh Dan Penokohan) Dalam Novel Dan Film

Dalam novel novel 5 Cm, terdapat 12 latar yang ditampilkan yaitu Rumah Arial, Secret Garden, Sekolah, Bogor, Kampus Ian, stasiun senen, Stasiun Lampuyangan yang terletak di Jogjakarta, Stasiun kereta Madium, Stasiun Malang, Ranu Pane, Ranu Kumbolo, dan Puncak Mahameru. Latar yang terdapat dalam novel

(10)

secara jelas ditulis dalam novelnya, sedangkan dalam film latarnya dapat dilihat berdasarkan gambar-gambar yang ditampilkan.

Sedangkan dalam film 5 Cm terdapat 9 latar yang ditampilkan yaitu warung roti bakar, Rumah Arial, Secret Garden, kampus Ian, Stasiun Senen, Stasiun Malang, Ranu Pane, Ranu Kumbolo dan Puncak Mahameru. Perubahan latar yang terjadi pada novel ke dalam film, tidak mungkin bisa ditampilkan seluruhnya karena keterbatsan waktu dan durasi. Namun, hal tersebut tidak banyak merubah alur cerita yang ingin ditampilkan sutradara dalam film.

Latar yang digunakan dalam novel 5 Cm tidak semua bisa diwujudkan seutuhnya oleh sutradara ketika difilmkan. Karena adanya keterbatasan waktu dan durasi, sehingga hal tersebut tidak bisa diwujudkan. Namun, hal tersebut tidak mengurangi minat dan antusias para pemain film, maupun peminat film untuk terus menyelesaikan film tersebut sehingga dapat diminati oleh banyak orang.

Perubahan variasi latar bertujuan agar cerita dalam film tidak benar-benar persis atau sama dengan novelnya. Prolog diawal dapat berubah posisi menjadi di tengah atau di akhir cerita dalam film. Hal ini dilakukan agar cerita dalam film menemukan klimaks cerita.

Dalam novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro terdapat lima tokoh utama yang kemunculannya sering dan selalu bersama-sama. Kelima tokoh tersebut adalah Arial, Genta, Ian, Riani, dan Zafran. Terdapat juga tokoh tambahan yang utama yaitu Arinda saudara kembar Arial yang kemunculannya lebih banyak dari tokoh tambahan lainnya. Sedangkan, untuk tokoh tambahan terdapat 9 tokoh yaitu mama Arial, Indy, Citra, Pak Sukonto Legowo, Mas Dono, Pak Nono, Mas Gembul, Mbok penjual nasi, dan Deniek.

Sedangkan dalam film 5 Cm karya Rizal Mantovani tidak terdapat perubahan pada tokoh utama maupun tokoh tambahan yang utama. Namun, terdapat beberapa perubahan baik pengurangan maupun penambahan tokoh. Pada film terdapat 4 karakter tokoh tambahan yang tidak ada dalam novel 5 Cm seperti munculnya Papa Arial, Mama Zafran dan Orangt tua Ian. Dalam novel, tokoh tersebut memang pernah disebutkan keberadaanya, namun tidak memiliki peran penting dan tidak terdapat

(11)

dialog. Kemudian dalam film, terdapat juga tiga tokoh yang ada dalam novel, namun tidak dimunculkan dalam film, yaitu tokoh Mas Gembul, Mbok penjual nasi, Deniek, dan tokoh Pak Nono yang dalam film namanya mengalami perubahan menjadi Rudi.

Sedangkan pada tokoh dan penokohan mengalami sedikit perubahan. Pertama,Genta. Dalam novel, Genta digambarkan sosok pemuda yang berbadan agak besar, memakai kacamata dan seorang perokok. Sedangkan dalam film, sosok Genta digambarkan sebaliknya. Tokoh kedua yaitu Arial, dalam novel Ia digambarkan sosok pemuda atletis berbadan kekar dan berkulit hitam. Sedangkan dalam film, Ia digambarkan sosok pemuda tampan yang berkulit putih dan tetap atletis. Tokoh ketiga yaitu Zafran, tidak ada banyak perubahan terhadap tokoh Zafran. Perubahan yang terjadi hanya pada model rambut yang Ia miliki. Dalam novel, Zafran digambarkan pemuda yang memiliki rambut gondrong atau panjang. Sedangkan pada film Ia digambarkan sebaliknya.

Tokoh keempat yang mengalami sedikit perubahan adalah pada tokoh Riani yang dalam novel digambarkan sebagai seorang gadis berkacamata yang berpenampilan sederhana namun tetap cantik, memiliki rambut panjang yang selalu diikat.Sedangkan dalam film digambarkan sebaliknya, sosok Riani digambarkan sebagai gadis cantik yang berpenampilan feminim tidak menggunakan kacamata dan memiliki rambut panjang yang selalu digerai indah. Dari segi karakter, tidak ada perubahan besar yang terjadi. Semua karakter dalam novel, berhasil digambarkan dengan baik dalam film.

Perubahan yang terjadi pada beberapa tokoh di atas, tidak merubah karakter yang ada dalam novel 5 Cm. Hal tersebut dilakukan sutradara selaku pembuat film 5 Cm, hanya untuk kepentingan penikmat cerita yang tak lain adalah para penonton. Perubahan beberapa variasi membuktikan kreatifitas yang dimiliki seorang sutradara dalam menggambarkan tokoh-tokoh yang sulit untuk dihadirkan.

(12)

E. SIMPULAN DAN SARAN

Ekranisasi berupa pengurangan (latar) novel dalam film adalah Pengurangan latar dirancang oleh sutradara karena adanya beberapa hal, antara lain untuk memadatkan pesan kepada penonton, adanya keterbatasan waktu karena film memiliki batasan durasi, dan karena medium gambar yang terdapat dalam film tidak dapat menggambarkan semua hal yang ada dalam novel. Pengurangan tersebut menunjukkan bahwa latar yang ditampilkan dalam film merupakan latar-latar yang penting dan memadai.

Ekranisasi berupa pengurangan (tokoh dan penokohan) novel dalam film adalah dilatarbelakangi oleh beberapa hal antara lain, peran tokoh yang dikurangi keberadaannya tidak terlalu berpengaruh dalam jalanya cerita. Selain itu, keterbatasan teknis film atau medium film terdapat durasi waktu yang terbatas dan alasan mengganggu jalannya cerita jika tokoh- tokoh tersebut tetap dihadirkan. Sementara itu, pengurangan watak dari beberapa tokoh dalam film betujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak pada tokoh lain yang juga berkontribusi besar dalam film, tetapi watak dalm novel tidak begitu dimunculkan.

Ekranisasi berupa penambahan (latar) novel dalam film adalah Latar dalam film 5 Cm sebagian besar menyesuaikan dengan latar yang terdapat dalam novel. Akan tetapi, terdapat beberapa penambahan latar yang sebelumnya tidak terdapat dalam novel. Namun, latar-latar yang ada tidak memperburuk cerita, melainkan sebagai bukti kreatifitas sutradara untuk mengemas film yang diproduksi. Film 5 Cm memiiki satu latar tambahan yaitu latar tempat warung roti bakar. Latar tempat warung roti bakar merupakan tempat Arial dan Indy membeli jagung bakar dan menghabiskan waktu malam di sana.

Latar tambahan dalam film 5 Cm merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Aktifitas para tokoh yang bergulat pada suatu aktifitas rutin membutuhkan tempat yang jelas. Penulis novel sering berfokus pada beberapa latar yang sama, sehingga cerita tampak monoton. Selain itu, penulis kadang melupakan latar-latar penting yang mendukung jalanya cerita. Oleh karena itu, penambahan latar dalam film bertujuan untuk melengkapi latar yang kurang dalam novel.

(13)

Ekranisasi berupa penambahan (tokoh dan penokohan) novel dalam film adalah dari segi tokoh dan penokohan dalam novel 5 Cm tidak jauh berbeda dengan tokoh dan penokohan dalam film 5 Cm. namun terdapat beberapa tokoh tambahan dalam film 5 cm yang sebelumnya tidak ada dalam novel. Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh tambahan tersebut dibutuhkan untuk menciptakan keutuhan cerita.

Sutradara dapat merancang sebuah film agar memiliki klimaks yang apik dan menarik. Klimaks dalam sebuah film merupakan inti jalannya cerita. Penambahan jumlah tokoh dalam film merupakan sebuah cara untuk menemukan klimaks yang tepat.

Ekranisasi berupa perubahan variasi (latar) novel dan film 5 Cm adalah latar yang digunakan dalam novel 5 Cm tidak semua bisa diwujudkan seutuhnya oleh sutradara ketika difilmkan. Karena adanya keterbatasan waktu dan durasi, sehingga hal tersebut tidak bisa diwujudkan. Namun, hal tersebut tidak mengurangi minat dan antusias para pemain film, maupun peminat film untuk terus menyelesaikan film tersebut sehingga dapat diminati oleh banyak orang.

Perubahan variasi latar bertujuan agar cerita dalam film tidak benar-benar persis atau sama dengan novelnya. Prolog diawal dapat berubah posisi menjadi pertengahan atau di akhir cerita dalam film. Hal ini dilakukan agar cerita dalam film menemukan klimaks cerita.

Ekranisasi berupa perubahan variasi (tokoh dan penokohan) novel dan film 5 Cm adalah tidak merubah karakter yang ada dalam novel 5 Cm. Hal tersebut dilakukan sutradara selaku pembuat film 5 Cm, hanya untuk kepentingan penikmat cerita yang tak lain adalah para penonton. Perubahan beberapa variasi membuktikan kreatifitas yang dimiliki seorang sutradara dalam menggambarkan tokoh-tokoh yang sulit untuk dihadirkan.

Adapun saran dalam penelitian ini adalah Penelitian ekranisasi novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro ke film 5 Cm karya Rizal Mantovani dapat digunankan sebagai perbandingan dengan penelitian- penelitian yang lain yang telah ada sebelumnya.

(14)

Penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif dalam penelitian selanjutnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Aderia, Prastika. 2013. “Ekranisasi Novel ke Film Surat Kecil Untuk Tuhan. Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang : Sinar Baru Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Jakarta : Editum Dhirgantoro, Donny . 2014. 5 Cm . Jakarta. Gramedia pustaka Endraswara, Swardi. 2014 Metode Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Wedatama

Eneste, pamusuk. 1991. Novel dan film. Ende : Nusa Indah

Hayati, Ria Hikmatul. 2015. “ Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa : Sebuah Kajian Ekranisasi.” Mataram. Universitas Mataram

Jhon, W. Creswell. Penelitian Kualitatif dan desain Riset : Pustaka Pelajar KBBI.1995. Jakarta : Balai Pustaka

Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000)

Mantovani, Rizal.”Film 5 Cm ”Soraya Intercine Films.

Nofia (2014). Analisis Fakta Cerita Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari dalam Film Perahu Kertas 1 dan 2

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahman, Wildan Taufiqur.2011.”Ekranisasi Novel dan Film di Bawah Lindungan Ka‟bah”. Jakarta

Subarkat. 2008. “ Pengaruh Tayangan Film Dokumenter Finalis Eagle Award 2008 di Metro TV Terhadap Sikap Peduli Pada Lingkungan Hidup”. Jakarta : Universitas Mercu Buana

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa

(16)

Wiratama, Bima Sakti. 2014.”Aspek-Aspek Perubahan Adegan dalam Film Une de Campagne Karya Sutradara Jean Renoir Diangkat dari Cerpen Karya Guy de Maupassant: Analisis Ekranisasi”. Yogyakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan pembentukan identitas tokoh Ian dalam novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro dengan tinjauan psikologi

Adapun objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah pembentukan identitas tokoh Ian dalam novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro dengan tinjauan psikologi sastra.. Data

Perjuangan tokoh utama dilihat dari unsur intrinsik (alur, tokoh, penokohan, latar, dan tema) yang terdapat dalam novel 2 karya Donny Dhirgantoro.. Berdasarkan hasil

Skripsi berjudul Aspek Sosial Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro telah diuji. dan

Pendakian menuju Mahameru merupakan sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta.. Sebuah perjalanan yang telah mengubah para tokoh

Novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro diperankan oleh para pemuda yang memiliki pemikiran modern namun tidak melupakan budaya bangsa sendiri. Nilai-nilai nasionalisme di

Alur yang disajikan di dalam novel Perburuan dan film Perburuan sama-sama menggunakan alur campuran. Hal tersebut dapat dilihat dari skema alur berikut.. Dalam

Tidak hanya tokoh Riani yang memiliki soft skill berpikir kritis ini, tokoh Genta juga berpikir kritis dalam novel 5 Cm karya Donny Dhirgantoro dengan berpikir kritis