• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA GURU SMKN KOTA PADANG (STUDI KASUS: SMKN KELOMPOK TEKNOLOGI DAN REKAYASA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KINERJA GURU SMKN KOTA PADANG (STUDI KASUS: SMKN KELOMPOK TEKNOLOGI DAN REKAYASA)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA GURU SMKN KOTA PADANG

(STUDI KASUS: SMKN KELOMPOK TEKNOLOGI DAN

REKAYASA)

Aminda Dewi Sutiasih

Universitas Negeri Padang Email : amindadewi_tik@yahoo.com

ABSTRACT

Problem of this research is the low of Work Motivation and Organizational Climate indicated by the lack of performance of teachers in vocational and substance engineering procedures. The sampel using proportional random sampling technique amounted to 181 teachers. The research instrument is structured in the form of Likert scale model questioner, after the tests of validity and reliability, then the data were analyzed using simple linear regression and multiple regression. The results of the data analysis showed that (1) there is a positive and significant relationship between work motivation with teacher performance, the value of the correlation coefficient of ryx1 = 0.445 with significant 0.000 < 0.05, (2) there is a positive and significant relationship between organizational climate with teacher performance, correlation coefficient of ryx2 = 0.455 with significant 0.000 < 0.05, (3) there is a positive and significant relationship between work motivation and organizational climate together with the teacher's performance, the value of the correlation coefficient of ryx12 = 0.522 with significant 0.000 < 0.05. Based on the findings of this study concluded that the work motivation and organizational climate has an important role on the performance of teachers.

Keywords: Work Motivation, Organizational Climate and Teacher Performance

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembukaan undang-undang dasar 1945 tujuan nasional adalah Untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukkan. Supaya berkualitas, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam bentuk perangkat Undang-Undang RI No.20/2003 yang mengatur standar kualitas pelayanan, proses, tenaga pendidikan, fasilitas dan lulusan. Undang-undang ini menegaskan bahwa.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (undang-undang RI No.20/2003).

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15, menjelaskan bahwa SMK merupakan “Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang pekerjaan tertentu”. Selanjutnya dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 Pasal 26 ayat (3) dinyatakan tujuan pendidikan menengah kejuruan “Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya”.

(2)

Sekolah menengah kejuruan negeri merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan dan mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu sehingga siap memasuki lapangan kerja. Tuntutan dunia kerja akan SDM yang handal tidak dapat kita hindarkan. Pada saat ini, seseorang yang ingin meraih kesuksesan di dunia kerja tidak cukup hanya dengan memiliki kemampuan dalam hard skills dalam pekerjaannya, tetapi juga seseorang yang memiliki pemikiran terintegrasi, cerdas emosional, mampu bekerja dalam tim dan beretika, yang semuannya itu disebut soft skills. SMKN 1 Padang, SMKN 5 Padang, SMKN Sumbar merupakan lembaga pendidikan menengah kejuruan kelompok teknologi dan rekayasa di kota padang dibawah dinas pendidikan kota padang, sebagai penyedia tenaga kerja terampil tingkat menengah dengan peran dan fungsi utama merencanakan dan menciptakan SDM tingkat menengah yang professional dan produktif untuk terjun di dunia kerja dan industri serta melanjutkan ke perguruan tinggi.

SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Pergeseran pendidikan harus berorientasi kebutuhan industri segera direspon SMK sebagai institusi pendidkan dengan mandat utama menghasilkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja. Perubahan yang harus dilakukan oleh SMK semestinya tidak berhenti hanya pada slogan “SMK Bisa”, karena pada kenyataannya masih banyak lulusan SMK yang tidak terserap oleh dunia kerja, bekerja tidak sesuai bidang, masa tunggu yang lama dan mendapat upah yang jauh dari harapan cukup. Sebagai tenaga pendidik, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Guru mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kegiatan proses pembelajaran yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Guru yang berkualitas adalah mereka yang mampu mengubah anak yang kurang menjadi anak potensial. Sebagai salah satu komponen penting dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM), guru memerlukan perhatian yang khusus. Tugas guru tidak hanya sekedar mampu mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing siswa berfikir secara ilmiah dengan menggunakan sarana-sarana berpikir ilmiah dengan baik.

Guru harus melaksanakan peranya sebagai pengajar dengan baik. Guru harus menguasai empat kompetensi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Pencapaian kualitas lulusan dan hasil belajar siswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kinerja guru, karena kinerja guru sangat erat kaitannya dengan keberhasilan proses belajar yang efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dan terwujud dari hasil belajar siswa yang baik yang pada akhirnya dapat mencetak lulusan yang berkualitas. Kinerja seorang guru dikatakan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, mengusai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur, dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Kinerja guru adalah hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang meliputi menyusun program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan analisis evaluasi. Mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Salah satu sebab rendahnya mutu lulusan SMK adalah belum efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar peserta didik menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi pada

(3)

guru (teacher oriented) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan menjadi kurang optimal.

Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti terhadap guru SMK Negeri kelompok teknologi dan rekayasa di Kota Padang, maka teramati optimalisasi kinerja guru SMK dalam prosedur dan substansi keteknikan yang masih rendah. Optimalisasi kinerja guru SMK dalam prosedur dan substansi keteknikan yang diduga masih rendah teridentifikasi dari fakta bahwa guru SMK belum melengkapi program kegiatan pembelajaran dengan standar kompetensi kerja di dunia kerja. Standar Kompetensi Kerja yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran. Program kegiatan pembelajaran terdiri dari program tahunan, program semester, analisis Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD), analisis Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, absen peserta didik, minggu efektif, modul, daftar nilai peserta didik dan jadwal tatap muka. Program semester yang disusun oleh guru SMK belum konsisten dengan kebutuhan dunia kerja. Kinerja guru SMK dalam melengkapi program kegiatan pembelajaran dengan standar kompetensi kerja di dunia kerja ini belum dapat terwujudkan. Padahal program kegiatan pembelajaran penting untuk dipersiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan wawancara terhadap guru di SMKN Sumbar, kenyataan yang teramati dilapangan ialah bahwa kinerja guru disekolah menunjukkan gejala-gejala yang kurang menggembirakan. Indikasi ini dapat dilihat melalui berbagai fakta, sebagai berikut: 1) guru kurang memiliki kinerja yang tinggi, inovasi kerja dan iklim organisasi dalam melakukan suatu pekerjaan terlihat santai dan kurang keseriusannnya, 2) dalam mengajar guru terkesan kurang menguasai bahan, media dan metode yang digunakan, 3) proses belajar mengajar terkesan terselenggara tanpa variasi, 4) guru kurang memiliki pengetahuan keguruan dan latar pendidikannya yang rendah, 5) guru kurang memotivasi kerja untuk lebih dan berkompetensi dikalangan guru, dan 6) hubungan iklim organisasi guru dengan guru kurang harmonis. Gejala-gejala tersebut diatas diduga ikut mempengaruhi kinerja guru.

Berdasarkan hasil pengamatan lainnya di salah satu lembaga pendidikan SMKN Sumbar (Semester I Juli – Desember 2013) fakta di lapangan menunjukkan masih ada beberapa guru yang kinerjanya belum optimal dalam pelaksanaan proses pembelajaran teori di kelas dan praktek di workshop. Masih banyak guru menghadapi siswa tanpa persiapan yang matang dan rendahnya kemampuan guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif. Kondisi ini membuat siswa kurang termotivasi dan kurang bergairah menghadapi kegiatan belajar mengajar. Gejala ini mulai terlihat dari: (1) mulai jam pembelajaran teori/praktek siswa kurang tepat waktu dan siswa ada kalanya dipanggil masuk setiap awal pembelajaran, (2) siswa kurang memiliki motivasi dalam belajar, kecendrungan siswa datang sekedar mendapatkan absensi kehadiran, (3) beberapa siswa berada diluar ketika jam teori/praktek berlangsung.

Fenomena sehari-hari yang berhubungan dengan kinerja guru terlihat seperti; (1) kompetensi professional guru dalam; penguasaan guru terhadap kurikulum mata pelajaran kemampuan merencanakan pembelajaran, penguasaan guru terhadap materi pelajaran, penggunaan strategi dan pendekatan pembelajaran,penggunaan metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, (2) kurangnnya persiapan mengajar, (3) kurangnya partisipasi dalam kegiatan rapat pendidikan, (4) iklim organisasi yang kurang kondusif, (5) rendahnya tingkat kehadiran, keberadaan seorang guru di sekolah hanya pada jam-jam mengajar saja.

2. LANDASAN TEORI

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja seorang guru juga dijelaskan wahyudi (2009;129) bahwa; ada beberapa faktor-faktor yang terlihat dalam fenomena sehari-hari yang berhubungan dengan kinerja guru yaitu; (1) sikap, (2) keterlibatan kerja, (3) perilaku, (4) partisipasi , (5)

(4)

penampilan. Rusman (2012:50) kinerja sebagai suatu wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan memberi nilai manfaat (outcomes) sesuai dengan moral maupun etika.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru yaitu kompetensi profesional, pelaksanaan supervisi, disiplin kerja, etos kerja, motivasi kerja dan iklim organisasi, jika diperhatikan faktor tersebut dapat bersumber dari dalam dan luar diri guru itu sendiri. Diantarnya yang dapat mempengaruhi kinerja guru disebabkan oleh belum termotivasi kerja dan iklim organisasi yang lemah. Motivasi kerja merupakan tindakan-tindakan yang dapat dilihat dari kesungguhan dan kesukaan terhadap pekerjaan dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Ada kecenderungan bahwa guru akan bekerja dengan baik tergantung kepada motivasi kerja dari setiap guru. Apabila masing-masing guru dapat menyadari begitu pentingya motivasi kerja dalam melaksanakan tugas, maka diduga kinerja guru akan optimal. Tetapi sebaliknya jika guru masih belum menyadari sepenuhnya akan pentingnya motivasi kerja dalam melaksanakan tugas, maka selama itu pula kinerja guru belum optimal. Menurut Yamin (2006:176) “motivasi harus memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang mendorong dan mengarahkan kegiatan seseorang, atau diarahkan pada tujuan tertentu”. Latihan atau kegiatan lainnya yang menimbulkan suatu perubahan secara kognitif, afektif dan psikomotorik pada individu yang bersangkutan.

Di samping faktor motivasi kerja, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah iklim organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus diiringi oleh iklim organisasi yang kuat. Iklim organisasi yang kuat dapat tercipta dari hubungan kerja yang baik diantara para guru dalam organisasi sekolah. Iklim organisasi yang kuat berperan terhadap perilaku dan peningkatan kinerja guru. Guru akan merasa nyaman dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, saling menghargai, saling mendukung, tidak individualisme atau egoisme dan dapat bekerjasama dengan baik sehingga tidak terbentuk kelompok-kelompok tertentu yang dapat mengganggu kinerja seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada guru SMK Negeri kelompok tekonlogi dan rekayasa di kota Padang, banyak guru yang mengeluhkan permasalahan terkait kurang harmonisnya iklim organisasi sekolah mereka. Hal ini teridentifikasi dari fenomena yaitu: (1) belum terciptanya keterbukaan komunikasi dan suasana kerjasama yang harmonis diantara guru, (2) tingginya tingkat persaingan dan rasa individualisme diantara guru, (3) guru cenderung tidak mau menerima perubahan, mereka telah merasa puas dengan apa yang ada pada mereka, (4) guru belum mendapat pelatihan berkaitan dengan perubahan, (5) kurangnya kontrol terhadap sarana dan prasarana terutama yang menunjang pembelajaran, dan (6) belum terlihatnya tanggung jawab guru terhadap pembelajaran produktif di workshop. Dengan begitu akan semakin berkurangnya intensitas keakraban guru dalam berbagi pengalaman, dan bertukar informasi serta menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya di workshop sehingga guru cenderung membentuk kelompok-kelompok tertentu yang dapat mengganggu kenyamanan dalam bekerja. Iklim organisasi yang lemah ini perlu disikapi dengan serius dan dicari solusi penyelesaiannya agar kinerja guru dapat meningkat.hal ini diperhatikan seringkali menjadi wacana yang merusak iklim organisasi sekolah.

Wibowo (2011:318) menjelaskan pengertian organisasi adalah tempat bekerja yang dinamis, dan vital dimana orang menetapkan dan mencapai tujuan yang menantang dan mengambil tanggung jawab untuk keberhasilannya sendiri. Apabila iklim organisasi yang kuat di sekolah, dapat tercipta dengan baik, maka diduga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas, semangat kerjanya akan meningkat, sehingga kinerjanya cenderung akan tinggi. Tetapi sebaliknya, ada keengganan guru melaksanakan tugasnya dengan baik kalau iklim organisasi diantara mereka kurang kuat. Akibatnya ada kecenderungan guru dalam melaksanakan tugasnya bekerja sendiri-sendiri, sehingga diduga sebahagian masalah yang ditemui guru dalam tugasnya, seperti masalah metode mengajar yang kurang baik atau masalah pelaksanaan proses

(5)

pembelajaran dan kesulitan belajar peserta didik, terkesan tidak dapat diselesaikan secara optimal.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut Suharsimi (2006) ”Penelitian deskriptif korelasional merupakan penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan variabel (X) terhadap variabel (Y) serta bentuk hubungan yang terjadi”.

Populasi penelitian ini adalah semua guru yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang mengajar di SMKN Sumbar, SMK N 5 Padang, SMK N 1 Padang (Kelompok Teknologi dan Rekayasa) dengan jumlah populasi sebanyak 331orang. Teknik pengambilan sampel adalah sampel ditarik secara acak proporsional (Proposional Random Sampling) sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 181 orang guru.

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket mengenai hubungan Motivasi kerja dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Dalam penulisan angket, penulis berpedoman kepada model skala likert.

Ujicoba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan memilih butir-butir yang sahih dan handal. Dengan ujicoba ini akan diperoleh instrumen tingkat kesahihan (validitas) serta kehandalan (reliabilitas) sehingga layak untuk menjadi alat ukur dalam pengumpulan data. Uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas, uji linearitas dan uji multikolinearitas. Teknik analisis data dengan analisis korelasi sederhana, korelasi ganda dan korelasi parsial. Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 16.00.

4. HASIL PENELITIAN

Deksripsi data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Deskripsi Data

Analisis dilakukan dengan menggunakan progran SPSS Versi 16, didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru sebesar 27,3 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, sedangkan secara empirik kekuatan hubungan antara Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi secara bersama-sama dengan Kinerja Guru diwakili oleh hubungan (R) sebesar 0,522.

Pembahasan

1. Kinerja Guru SMKN Kota Padang

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dan iklim organisasi dengan kinerja guru dengan koefisien korelasi 0,273 dan koefisienya 0,522 setelah melakukan uji korelasi signifikan pada taraf 5%.

Dengan demikian motivasi kerja dan iklim organisasi secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap kinerja guru. Pada analisis ini motivasi kerja dan iklim

(6)

organisasi secara bersama-sama hanya memberikan sumbangan sebesar 27,3%. Hal ini diduga bahwa 72,7% sisanya diduga berasal dari variabel lainnya yang ikut mempengaruhi kinerja guru. Hasil analisis korelasi ganda bukan merupakan gabungan dari korelasi sederhana, tetapi merupakan korelasi secara bersama-sama antara motivasi kerja dan iklim organisasi dengan kinerja guru.

Untuk mengetahui model persamaan regresi yang terbentuk dari perhitungan keberartian regresi ganda, sebagai alat untuk meramalkan terjadinya variabel kinerja guru (Y) akibat variabel motivasi kerja iklim organisasi secara bersama-sama dapat dilihat pada kualitas model persamaan keberartian garis regresi dengan Y, diperoleh model persamaan keberartiannya adalah Ỹ =70.161+ 0,362X1 + 0,533X2.

Koefisien yang diperoleh bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara motivasi kerja (X1) dan iklim organisasi (X2) dengan kinerja guru (Y). Semakin baik motivasi kerja

(X1) dan iklim organisasi (X2), maka semakin meningkat kinerja guru (Y).

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Motivasi Kerja (X1) dan Iklim Organisasi (X2) secara bersama-sama dengan Kinerja guru

(Y) sebesar 0,522. Sisanya yaitu 0,478 merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lain. Maka persamaan regresi ganda Ỹ =70.161+ 0,362X1 + 0,533X2 adalah sangat

signifikan.Berdasarkan temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan “Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan Kinerja guru” dapat diterima.

Saran

1. Kepala dinas pendidikan sebagai pimpinan lembaga pendidikan perlu melaksanakan berbagai kegiatan yang mampu mendorong guru untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

2. Kepala-Kepala SMK Negeri kelompok teknologi dan rekayasa di kota padang disarankan agar dapat mengambil langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja guru melalui kebijakan-kebijakan yang respontif agar tercipta lingkungan kerja yang kondusif dan memotivasi guru dalam upaya meningkatkan kinerja guru dan berusaha melakukan kegiatan pembinaan terhadap guru yang tidak tepat waktu dalam melakukan kewajibannya disekolah.

3. Guru perlu meningkatkan lagi keharmonisan, kenyamanan dan menjaga agar iklim organisasi di sekolah sehingga terciptanya suasana yang kondusif dari sekolah yang dipimpin melalui pembinaan kerjasama serta koordinasi yang bersifat terbuka dalam lingkungan sekolah.

4. Peneliti selanjutnya yang akan meneliti faktor-faktor lain yang diduga ikut memberikan sumbangan terhadap kinerja guru, selain motivasi kerja dan iklim organisasi sebaiknya melakukan penelitian melalui siswa. Dengan demikian akan dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang faktor lain yang diduga mempengaruhi kinerja guru.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

[1].. Rusman. 2012. Model-model pembelajaran;mengembangkan profesionalisme

guru. Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada

[2].. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20.2003. Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

[3].. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14.2005. Undang-Undang tentang

Guru dan Dosen. [Online]. http://advokat-rsgmitra.com/. Diakses Januari 2014.

[4].. Wahyudi. 2009. Kepemimpinan kepala sekolah dalam organisasi pembelajar. Bandung:Alfabeta

[5].. Wibowo. 2011. Budaya organisasi sebuah kebutuhan untuk meningkatkan

kinerja jangka panjang. Jakarta:PT Raja Grafindo persada

[6].. Yamin, Martinis. 2006. Sertifikasi Profesi Guru di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke

SMK Negeri 1 Batang masih menggunakan kurikulum KTSP. Kurikulum SMK Negeri 1 Batang terdiri dari tiga kelompok mata pelajaran yaitu normatif, adaptif, dan

Institusi ini penting karena, pertama setiap masalah yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak, baik berupa masalah

Perusahaan yang mempunyai struktur modal optimal menggunakan DER lebih besar dari angka 1,00 yang berarti perusahaan menggunakan lebih banyak utang daripada saham yang digunakan

selalu diselimuti oleh kegelisahan, ekonominya takkan pernah cukup- cukup, dan persoaalan yang berhubungan dengan kegitan yang ada dalam lingkungan masyarakat kurang sempat

Tingkat pencapaian payout ratio ADHI telah sesuai dengan yang direncanakan yaitu sebesar 20%, sehingga target pencapaian 100% dengan skor 6..

Pada buku tematik terpadu untuk siswa kelas enam, tema kesembilan adalah dengan tema “Benda-benda di sekitar kita” Pada tema kesembilan ini terdapat beberapa cerita

Asisten Lab Riset Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya terutama Ko Dicky, Ko Yoseph, Rosa, Michelle, Stanley, Fico yang telah membantu,