• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOSAKATA ALAT TRADISIONAL MENANGKAP IKAN MASYARAKAT MELAYU KECAMATAN GALING KABUPATEN SAMBAS ARTIKEL PENELITIAN OLEH: EDI WARDI NIM F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOSAKATA ALAT TRADISIONAL MENANGKAP IKAN MASYARAKAT MELAYU KECAMATAN GALING KABUPATEN SAMBAS ARTIKEL PENELITIAN OLEH: EDI WARDI NIM F"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KOSAKATA ALAT TRADISIONAL MENANGKAP IKAN

MASYARAKAT MELAYU KECAMATAN GALING

KABUPATEN SAMBAS

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

EDI WARDI

NIM F11106045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2017

(2)

KOSAKATA ALAT TRADISIONAL MENANGKAP IKAN

MASYARAKAT KECAMATAN GALING

KABUPATEN SAMBAS

Edi Wardi

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Email:edwardsilker@yahoo.co.id

Abstrak: Alat tradisional menangkap ikan dapat dikategorikan sebagai kekayaan

budaya Melayu, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar aliran sungai. Masyarakat Melayu Kabupaten Sambas khususnya di Kecamatan Galing masih melakukan aktivitas menangkap ikan secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk pendeskripsian tentang kosakata Bahasa Melayu Dialek Sambas berkaitan dengan kosakata alat tradisional menangkap ikan masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan bentuk kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah kosakata yang terdapat pada alat-alat tradisional menangkap ikan disungai. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini terdapat 55 leksem berkaitan dengan alat tradisional menangkap ikan. 8 leksem alat tradisional menangkap ikan yang menggunakan jaring, 31 leksem alat yang tradisional menangkap ikan menggunakan tali pancing, dan 18 alat tradisional menangkap ikan yang bukan menggunakan tali atau jaring. Semua leksem dikategorikan sebagai nomina. Terdapat 47 makna leksikal, dan 13 makna gramatikal.

Kata Kunci: Kosakata, Alat Tradisional, Semantik.

Abstract: Traditional fishing tools can be categorized as malay cultural treasure.

Malay communities of Sambas district, especially districts Galing still do traditional fishing activities. The purpose of this research was to description about vocabulary. This research aims to description about Malay language vocabulary dialect Sambas, be related with vocabulary of traditional fishing tools at Malay communities of Sambas district, especially districts Galing. Research method used this study in descriptive method with qualitative form. Data source is malay Sambas native speaker and the data is Sambas malay vocabulary in traditional fishing tools in river. The data collections technique with interviews and documentation. The results of this study as follows: there are 55 lexemes related with traditional fishing tools. 31 lexemes using fishing lines, 8 lexemes using nets, 18 lexemes not using nets or fishing lines. All lexemes categorized as noun. There are 47 lexical meanings, and 13 grammatical meanings.

(3)

ahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak dahulu sudah digunakan sebagai bahasa perantara yang tersebar di kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu memiliki dialek-dialek yang berbeda disetiap daerah. Satu di antara bahasa yang ada di Indonesia adalah bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Sambas tumbuh dan berkembang di kabupaten Sambas dan sampai saat ini masih terus dipelihara serta digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Melayu Dialek Sambas (selanjutnya disebut BMDS) merupakan satu di antara bahasa daerah di nusantara yang hingga saat ini masih digunakan di wilayah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. BMDS digunakan sebagai lambang identitas dan berfungsi sebagai alat komunikasi dalam upacara adat, kegiatan sosial bermasyarakat, penuturan cerita rakyat, serta dalam istilah-istilah yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari di masyarakat Kabupaten Sambas.

Peranan bahasa daerah semakin penting mengingat bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan bahasa daerah itu sendiri serta pengembangan dan pemerkaya bahasa nasional. Adanya bahasa daerah mampu melukiskan tentang keberadaan masyarakat penuturnya, keberagaman budaya, dan sistem sosial. Bahasa daerah juga bisa dipakai dalam menyebutkan kosakata yang dipilih oleh masyarakat dalam bidang-bidang tertentu. Satu di antara contoh kosakata yang menggunakan istilah tertentu tersebut terdapat dalam bidang penangkapan ikan.

Penangkapan ikan adalah aktivitas menangkap ikan. Istilah kata “menangkap ikan” tidak berarti bahwa yang ditangkap hanya ikan, namun istilah ini juga mencakup hewan air lainnya seperti, kerang, udang, kepiting, dan hewan air lainnya. Aktivitas menangkap ikan ini sudah dilakukan oleh orang terdahulu hingga sekarang, sehingga masih terdapat peninggalan yang berupa alat-alat menangkap ikan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Galing menangkap ikan sebagai mata pencaharian sampingan setelah bertani dan berkebun.

Alat yang digunakan untuk menangkap ikan masih menggunakan alat tradisional walaupun penggunaannya semakin hari semakin berkurang diakibatkan dengan adanya peralatan modern dan semakin berkurangnya jumlah ikan yang dapat ditangkap menggunakan alat tradisional. Alat tradisional merupakan alat yang digunakan manual oleh tenaga manusia sebagai penggeraknya dan tidak termasuk ke dalam jenis alat yang menggunakan mesin. Alat tradisional juga termasuk jenis alat yang dibuat secara tradisional oleh manusia.

Alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan memiliki keunikan yang beragam dari segi jenis, bentuk, dan cara penggunaannya. Alat yang digunakan masih berupa alat tradisional yang telah ada dan diwariskan turun-temurun dari peninggalan orang terdahulu hingga sekarang. Alat-alat tradisional ini merupakan kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat Melayu di daerah Kecamatan Galing dengan menggunakan alat dan proses yang masih tradisional. Alat-alat

(4)

tersebut memiliki nama, jenis, dan fungsi yang berbeda serta memiliki keunikan pada setiap bentuknya.

Ada beberapa alasan penelitian ini dilakukan. Pertama, Peneliti ingin mendokumentasikan dan melestarikan kosakata alat tradisional menangkap ikan di sungai dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Kedua, penelitian alat tradisional menangkap ikan dalam bahasa Melayu dialek Sambas belum pernah diteliti oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.

Ketiga, kajian kosakata dapat dijadikan bahan ajar di sekolah untuk memperkaya

kosakata. Hal tersebut terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas VII semester satu SMP/MTs. Standar kompetensi membaca (memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca).

Penelitian ini berkenaan dengan bidang linguistik yaitu dalam kajian makna sebuah bahasa (semantik). Pemilihan semantik sebagai bidang ilmu penelitian dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Pertama, kajian semantik telah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun belum mengkaji kosakata alat penangkap ikan menggunakan BMDS. Kedua, kosakata yang diteliti masih digunakan hingga saat ini di lingkungan masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). Menurut Pateda (2010:7) menjelaskan bahwa semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. Menurut Chaer (dalam Saputri 2016:13) linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang dikatakan bahasa sebagai objek kajiannya. Prawirasumantri (1998:3) mengungkapkan bahwa semantik adalah ilmu yang mengkaji makna bahasa, yang menjadi obyek semantik adalah makna bahasa atau makna baru satuan bahasa, seperti kata, frasa, klausa, dan wacana. Semantik dapat diartikan sebagai studi yang menelaah makna yang mana menggambarkan keadaan alam semesta dihubungkan dengan realitas kehidupan yang terjadi. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas arti atau makna. Semantis adalah leksikografi, masing-masing leksem diberi perian arti maknanya (Verhaar, 2012:13). Setiap bentuk (lambang bunyi) memiliki makna; apakah kata, frasa, klausa, atau kalimat terdiri atas dua lapisan, yakni bentuk dan makna. (Djajasudarma, 1999:9).

Objek studi semantik adalah makna suatu bahasa, lebih tepat lagi makna satuan-satuan bahasa seperti kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Bagian yang mengandung masalah semantik adalah leksikon dan morfologi. (Chaer, 2013:7). Ada beberapa jenis semantik, dibedakan berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa penyelidikannya yang merupakan leksikon dari suatu bahasa disebut semantik leksikal. Semantik leksikal menyelidiki makna yang ada pada leksem-leksem bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem-leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan bahasa bermakna.

Kridalaksana (2008:129) mengatakan bahwa komponen makna adalah satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau ujaran, misalnya unsur +muda, +insan, +laki-laki dan sebagainya. Komponen makna mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri atas satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau unsur leksikal tersebut.

(5)

Pendapat ahli lainnya tentang analisis komponen makna datang dari Subroto (2011:102) menyatakan bahwa “untuk megetahui perbedaan ciri semantik antara leksem yang satu dengan leksem yang lain di dalam medan leksikal itu diperlukan analisis komponen arti setiap leksem.” Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis komponen makna dilakukan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menjelaskan perbedaan dan persamaan sedetil-detilnya tiap-tiap leksem yang berada pada satu komponen makna. Sedangkan Palmer (dalam Aminuddin, 2011:128) mengatakan “pengertian komponen adalah keseluruhan makna dari suatu kata terdiri atas sejumlah elemen, yang antara elemen yang satu dengan elemen yang lain memiliki ciri yang berbeda-beda.” Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komponen makna adalah beberapa unsur leksikal yang memiliki ciri berbeda yang bersama-sama membentuk suatu makna kata.

Chaer (2013:59) membedakan makna berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sunggh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 2013:60). Misalnya kata ikan yang memiliki makna leksikal “hewan yang hidup di air dan bernapas menggunakan insang”. Kridalaksana (2008:133) mengatakan bahwa makna leksikal berarti makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lainnya, makna leksikal dimiliki unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam suatu kalimat. Menurut Faizah (2010:70) mengatakan makna gramatikal adalah makna yang terjadi akibat proses gramatikal (afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Afiksasi adalah proses melekatnya afiks (imbuhan) kepada bentuk dasar sehungga menimbulkan fungsi dan makna baru.

Fungsi semantis disebut juga peran semantis. Merupakan hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajiannya dalam ujaran. Masalah subjek, objek, predikat bersangkutan dengan fungsi sintaksis (Kridalaksana, 2008:69). Fungsi semantis dalam kalimat terdiri atas pelaku, sasaran, pengalaman dan atribut. 1) Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta umumnya manusia dan hewan. 2)Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peran sasaran itu merupakan peran utama objek atau pelengkap. 3)Pengalaman adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat. Peran pengalaman merupakan peran unsur objek yang predikatnya adjektiva atau verba intransitif yang lebih menyatakan keadaan. 4) Atribut adalah kalimat yang predikatnya nomina, predikat tersebut memiliki peran semantis atribut.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Nawawi (2012:121), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek

(6)

atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan menurut Moleong (2009:6) metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang hal yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Pendapat tersebut dipertegas oleh Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2009:4) mengemukakan bahwa penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dari perilaku yang diamati. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, video tape, dokumen pribadi, catatan dan dokumen resmi lainnya.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Definisi penelitian kualitatif adalah penelitian tersebut menggambarkan suatu keadaan dengan apa adanya untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2009:6). Sehubungan dengan itu, dikatakan bahwa penelitian kualitatif ini adalah bentuk penelitian yang menggambarkan dan memperjelas setiap unsur yang disertai penjelasan yang rinci, bukan berbentuk angka-angka tetapi data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan sebagainya. Alasan pemilihan bentuk penelitian kualitatif karena metode penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan sebagainya pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan metode yang ada.

Sumber data adalah objek darimana data itu diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah penutur asli bahasa Melayu dialek Sambas (BMDS) yang diperoleh melalui pengamatan, pencatatan di lapangan secara langsung. Penentu sumber data primer adalah adalah penutur BMDS yang kemudian dijadikan informan melalui kriteria tertentu. Menurut Djajasudarma (2006:24), informan dalam penelitian bahasa dapat ditentukan dari segi gender (jenis kelamin), pendidikan, bergantung kepada jenis penelitian itu sendiri. Jumlah informan dapat ditentukan berdasarkan kepentingan penelitian itu sendiri. Bila hanya satu informan ada bahayanya bila informan selalu bertindak untuk menyenangkan peneliti, oleh karena itu, lebih baik bila informan tidak dibatasi dari segi kuantitas.

Metode dan Alat Pengumpul Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Peneliti dituntut untuk mengumpulkan data penelitian menggunakan metode dan teknik yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik langsung yaitu metode simak dan metode cakap.

Metode Simak

Menurut Mahsun (2014:92) metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak

(7)

tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan, tetapi juga dengan penggunaan bahasa tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Selanjutnya teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap, catat dan teknik rekam. Teknik simak libat cakap maksudnya peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak pembicaraan.

Metode Cakap

Metode cakap adalah cara yang diambil dalam pengumpulan data berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Percakapan tersebut menggunakan bahasa secara lisan. Metode cakap ini kemudian memiliki teknik dasar berupa teknik pancing yaitu peneliti memberikan stimulasi (pancingan) berupa pertanyaan yang sudah disiapkan atau secara spontanitas, maksudnya pancingan dapat muncul di tengah-tengah percakapan (Mahsun, 2014:95). Tanya jawab yang dilakukan saat wawancara dengan penutur untuk menemukan kosakata yang berkaitan dengan alat tradisional dalam bidang menangkap ikan masyarakat Melayu Sambas khususnya yang ada di Kecamatan Galing.

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah instrumen pedoman wawancara, perekam gambar dan perekam suara. Peneliti sebagai instrumen kunci bertindak sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan pelapor hasil penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul. Penganalisisan dilakukan untuk menemukan penyelesain masalah-masalah dalam penelitian berdasarkan teori yang relevan. Data dianalisis setelah melalui tahap transkripsi, penerjemahan, dan klasifikasi data. Sebelum teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini kegiatan yang dilakukan sebagai berikut; (1) Transkripsi yaitu pengubahan bahasa lisan menjadi bentuk tertulis, biasanya dengan menggambarkan setiap bunyi dengan satu lambang bahasa tulis. Data yang telah terkumpul kemudian dipilih sesuai dengan pembahasan kosakata alat tradisional menangkap ikan dalam BMDS. (2) Penerjemahan, data yang telah ditranskripsikan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis data. (3) Klasifikasi Data penelitian berupa kosakata pada alat tradisional menangkap ikan dikumpulkan, kemudian diklasifikasi sesuai dengan submasalah yang diteliti. (4) Deskripsi Data, Data penelitian yang telah diklasifikasikan kemudian dideskripsikan seseuai dengan sub masalah penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Trigadu, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas. Dalam penelitian ini diwawancarai 3 informan yang berprofesi sebagai pencari ikan dan pembuat alat tangkap ikan. Penelitian ini berhasil menghimpun data yang terdiri dari 55 kosakata alat tradisional menangkap ikan dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Delapan kosakata alat tradisional menangkap ikan

(8)

berupa alat yang menggunakan jaring, 31 kosakata alat yang tradisional menangkap ikan berupa alat atau bagian alat yang menggunakan tali pancing, dan 18 alat tradisonal menangkap ikan berupa alat atau bagian alat yang bukan menggunakan tali atau jaring. Hasil penelitian ini juga menghimpun 47 makna leksikal dan 13 makna gramatikal.

Pembahasan Penelitian

Hasil analisis inventarisasi data dalam kosakata alat tradisional menangkap ikan Masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas terdapat 55 kosakata yaitu,            

Data yang diperoleh dari wawancara dengan informan kemudian dilakukan proses inventarisasi data. Peneliti menginventarisasikan data dengan cara mencatat data yang berkaitan dengan kosakata alat menangkap ikan. Inventarisasi data dalam penelitian ini memberikan gambaran awal mengenai data tentang kosakata alat tradisional menangkap ikan masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas. Pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kosakata yang didapatkan dalam proses pengumpulan data di lapangan. Hasil inventarisasi dalam penelitian ini berupa nama alat atau bagian alat tradisional menangkap ikan yang masih digunakan oleh masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas. Semua kata yang dikumpulkan dikategorikan sebagai kata benda atau nomina.

Tabel 1 Inventarisasi Data No Bahasa Sambas Bahasa

Indonesia 1.  Anak kopi 2.  Ambor 3.   Anak kopi 4.  Ancau

No Bahasa Sambas Bahasa Indonesia

5.  Aris 6.  Arau

(9)

7.  Belat

8.  Batang mang

No Bahasa Sambas Bahasa Indonesia 9.  Belacan/terasi 10.   Biji karet 11.  Batu 12.  Buah gurah 13.  Joran 14.  Bubu 15.  Cacing 16.  Dedak 17.   Getah tangkol 18.  Gerumbong 19.  Ilar 20.  Jala 21.  Jangkrik 22.  Kail 23.  Kail bekang 24.   Kail betok 25.   Kail jerat 26.  Kail lele 27.  Kail tapah 28.  Kail udang 29.  Kapang/cacing besar No Bahasa Sambas Bahasa

Indonesia 30.  Kelambu 31.  Ampas parutan kelapa 32.  Ulat tawon 33.   Lidi sagu 34.  Kelabang. 35.  Mata kail 36.  Ulat sagu 37.  Pelampung 38.  Penyarang 39.  Pukat 40.  Rawai 41.  Serampang 42.  Bubu kecil 43.  Serumbik 44.   Sutra pisang 45.  Tangguk 46.  Tempuling 47.  Tali kail 48.   Telur serangga

(10)

49.  Ulat kodok 50.  Ulat dedak



Hasil analisis komponen makna dalam kosakata alat tradisional menangkap ikan Masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas berdasarkan alat yang menggunakan jaring terdapat 8 alat atau bagian alat yaitu, 1). Ancau, 2) aris, 3) botu, 4) dedak, 5) jale, 6), kelambu, 7) pelampong, dan 8) pukat. Hasil analisis komponen makna dalam kosakata alat tradisional menangkap ikan Masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas berdasarkan alat atau bagian alat yang menggunakan tali terdapat 18 alat yaitu, 1) 2)  3) 4)  5)  6)  7)  8)  9)  10)  11)  12)  13)  14)  15)  16)  17)  18) 

Berdasarkan data yang diperoleh, analisis komponen makna dapat diuraikan dari beberapa leksem yang merupakan anggota konsepsi. Leksem yang terungkap melalui bahasa atau lambang Bahasa dalam pemberian makna, yaitu sebagai berikut; (a) Dari sudut pandang bahan ditemukan komponen makna logam, kayu, bambu, rotan, akar, kulit padi, kulit kayu, anyaman, buah, serat pohon, hewan, gabus, getah, ulat, telur, tali plastik, dan tali nilon. (b) Dari sudut bentuk ditemukan komponen makna bulat memanjang, lonjong, pipih, simetris, non-simetris, persegi, persegi panjang, lingkaran, kerucut, melengkung, bermata runcing, bermata satu, dan bermata lebih dari satu. (c) Dari sudut ukuran ditemukan komponen makna panjang, pendek, besar, dan kecil. (d) Dari sudut memiliki bingkai ditemukan komponen makna memiliki bingkai dan tidak memiliki bingkai. (e) Dari sudut pandang memiliki pegangan ditemukan komponen makna memiliki pegangan dan tidak memiliki pegangan. (f) Dari sudut pandang sifat ditemukan komponen makna lentur dan kaku. (g) Dari sudut pandang penggunaan ditemukan komponen makna dipegang, ditarik, ditekan, diangkat, dicincang, dilempar, diayun, ditenggelamkan, dikaitkan, ditusukkan, diikat, digantung, ditancapkan, digulung, dibentangkan, dan dihanyutkan. (h) Dari sudut pandang benda hidup ditemukan komponen makna benda hidup dan benda tak hidup. (i) Dari sudut pandang benda tajam ditemukan komponen makna ditemukan komponen makna benda tajam dan bukan benda tajam.

Analisis komponen makna dilakukan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menjelaskan perbedaan dan persamaan secara detil tiap-tiap leksem yang berada pada satu komponen makna atau untuk membedakan makna satu kata dengan makna kata lainnya.

Hasil analisis jenis makna dalam kosakata alat tradisional menangkap ikan Masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas terdapat 47 makna leksikal. Leksem tersebut adalah,

(11)

         

Leksem-leksem tersebut memenuhi unsur makna leksikal yaitu makna yang sesuai dengan dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata ada dalam kehidupan kita. Leksem tersebut memiliki makna tetap atau makna yang sesuai dengan kamus. Makna leksikal adalah makna suatu kata sebelum mengalami suatu proses perubahan bentuk atau makna yang sesuai terdapat di dalam kamus, baik dalam bentuk dasar maupun turunan.

Hasil analisis makna gramatikal dalam kosakata alat tradisional menangkap ikan Masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas terdapat 13 makna gramatikal yaitu, awalan me pada kata merawai, menube,

menanggok, dan (me)mukat. Awalan pe pada kata pengael dan pelampong.

Awalan se pada kata semate kael. Awalan ber pada kata be(r)mate kael dan

berburan. Akhiran kan pada kata kaelkan. Gabungan me + kan pada kata mengaelkan dan menubekan.

Makna gramatikal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah akibat proses afiksasi. Afiksasi merupakan proses pembentukan kata-kata melalui pembubuhan atau penempelan afiks pada dasar atau morfem dasar atau bentuk dasar. Adanya proses afiksasi menimbulkan fungsi dan makna yang baru terhadap kosakata alat tradisional menangkap ikan masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas. Awalan me membentuk kata kerja atau menyatakan kata kerja sesuai dengak kata dasarnya. Awalan pe membentuk makna kata benda atau pelaku. Awalan se membentuk makna keterangan atau menyatakan jumlah. Awalan ber membentuk makna kata kerja atau mempunyai. Gabungan kata me + kan membentuk makna menyatakan melakukan perbuatan untuk orang lain.

Hasil analisis fungsi semantis dalam kosakata alat tradisional menangkap ikan Masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas yaitu, 1) Leksem peran semantisnya untuk meracun ikan. 2) Leksem  peran semantisnya sebagai alat untuk menggulung atau mengulur tali pancing. 3) Leksem [peran semantisnya sebagai joran atau batang pancing. 4) Leksem  peran semantisnya alat untuk menangkap ikan kecil dan udang kecil. 5) leksem  peran semantisnya sebagai batang pancing (joran) 6) leksem  peran semantisnya untuk mengikat pelampung 7) leksem  peran semantisnya sebagai perangkap bubu. 8) Leksem  peran semantisnya untuk menghadang ikan. 9) Leksem

(12)

 peran semantisnya sebagai batang pancing (joran) 10) Leksem  peran semantisnya sebagai perangkap udang. 11) Leksem

 peran semantisnya untuk dijadikan umpan. 12) Leksem  peran semantisnya untuk dijadikan umpan belaboh. 13)

Leksem  peran semantisnya sebagai pemberat tali pancing atau pukat. 14) Leksem  peran semantisnya untuk meracun ikan. 15) Leksem

 peran semantisnya sebagai tuas atau untuk mengarahkan tali pancing. 16) Leksem peran semantisnya sebagai perangkap ikan. 17) Leksem  peran semantisnya sebagi umpan pancing. 18) Leksem [dad:ak] peran semantisnya sebagai umpan ancau. 19) Leksem  peran semantisnya untuk racun ikan. 20) Leksem peran semantisnya sebagai tempat ikan bersembunyi. 21) Leksem  berfungsi sebagai alat menangkap ikan besar di sungai. 22) Leksem  peran semantisnya untuk menangkap ikan. 23) Leksem  peran semantisnya sebagai umapn pancing. 24) Leksem  peran semantisnya sebagai alat untuk memancing ikan. 25) Leksem  peran semantisnya untuk menangkap ikan. 26) Leksem  peran semantisnya untuk menangkap iakn betok. 27) Leksem  peran semantisnya untuk menangkap ikan kecil. 28) Leksem  peran semantisnya untuk menangkap ikan lele. 29) Leksem  peran semantisnya sebagai alat menangkap ikan besar. 30) Leksem  peran semantisnya sebagai alat menangkap udang. 31) Leksem  peran semantisnya sebagai umpan pancing. 32) Leksem  peran semantisnya sebagai umpan ikan gabus. 33) Leksem  peran semantisnya sebagai alat menangkap ikan. 34) Leksem  peran semantisnya umpan ancau. 35) Leksem  peran semantisnya sebagai umpan pancing. 36) Leksem peran semantisnya sebagai joran pancing jerat. 37) Leksem  peran semantisnya sebagai umpan pancing. 38) Leksem  peran semantisnya untuk mengaitkan umpan. 39) Leksem  peran semantisnya sebagai umpan pancing. 40) Leksem

 peran semantisnya sebagai pelampung tali pancing atau pukat agar tidak tenggelam. 41) Leksem  peran semantisnya untuk menombak ikan berukuran sedang. 42) Leksem  peran semantisnya sebagai alat menangkap ikan. 43) Leksem  peran semantisnya sebagai pancing ikan. 44) Leksem  peran semantisnya untuk menombak ikan kecil. 45) Leksem  peran semantisnya untuk menjebak atau memerangkap ikan kecil. 46) Leksem  peran semantisnya sebagai racun ikan. 47) Leksem peran semantisnya sebagai tali pancing jerat. 48) Leksem  peran semantisnya sebagai alat menangkap ikan. 49) Leksem  peran semantisnya untuk menombak ikan besar. 50) Leksem  peran semantisnya sebagai penghubung joran dengan mata pancing. 51) Leksem  peran semantisnya sebagai umpan pancing. 52) Leksem  peran semantisnya sebagai umpan pancing. 53) Leksem a peran semantisnya sebagai umpan pancing. 54)

(13)

Leksem  peran semantisnya sebagai umpan pancing. 55) Leksem  peran semantisnya sebagi umpan pancing.

Fungsi semantis merupakan fungsi yang berkaitan dengan makna satuan bahasa. Peran semantis berkaitan dengan hubungan fisik (kegunaan sebuah benda dalam menghasilkan makna). Berkaitan dengan penelitian ini, setiap leksem alat tradisional mempunyai fungsi (peran) semantis yang sesuai dengan maknanya.

Fungsi semantis dapat dikategorikan sebagai pelaku, sasaran, pengalaman, dan atribut. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, fungsi semantis dari kosakata alat tradisional menangkap ikan masyarakat Melayu Kecamatan Galing Kabupaten Sambas dikategorikan sebagai atribut. Pengertian atribut yaitu kalimat yang predikatnya sebagai nomina atau kata benda. Semua leksem yang diperoleh dapat diamati dalam sebuah ujaran untuk melihat adanya kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal suatu kalimat dengan unsur leksikal kalimat lainnya. Berkaitan dengan penelitian ini, setiap leksem alat tradisional menangkap ikan mempunyai peran (fungsi) semantis yang sesuai dengan maknanya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Penelitian ini dilakukan di desa Trigadu, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas. Dalam penelitian ini diwawancarai 3 informan yang berprofesi sebagai pencari ikan sebanyak dua orang, dan satu orang pembuat alat tangkap ikan. Penelitian ini berhasil mengumpulkan data terdiri dari 55 kosakata alat tradisional menangkap ikan dalam bahasa Melayu dialek Sambas. 47 makna leksikal dalam bahasa Melayu dialek Sambas, 13 makna gramatikal dalam bahasa aMelayu dialek Sambas dan berhasil dihimpun 55 fungsi semantis yang memiliki fungsinya masing-masing.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibahas, disarankan kepada Para guru atau pendidik yang bertugas di Kecamatan Galing khususnya guru bahasa Indonesia mengajarkan kosakata sebagai bahan tambahan dalam proses pembelajaran. Selain itu, Generasi muda Kecamatan Galing Kabupaten Sambas diharapkan dapat melestarikan kebudayaan Melayu serta sebagai usaha mengenalkan keraifan lokal khususnya kosakata bahasa Melayu Sambas.

DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. 2011. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 1 (Pengantar ke Arah Ilmu Makna). Bandung: Refika Aditama.

(14)

Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: Refika Aditama.

Faizah, Hasnah. 2010. Linguistik Umum. Cendekia Insani.

Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka. Mahsun. 2014. Metode Penelitian bahasa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Ende: Nusa Indah.

Prawirasumantri, Abud, dkk. 1998. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: PT. Erlangga.

Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media.

Gambar

Tabel  1  Inventarisasi Data No  Bahasa Sambas  Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data penelitian ini bahwa ODU yang telah digunakan pada waktu yang lama maupun tidak , akan mengalami kerusakan baik disebabkan dari alat itu sendiri atau faktor

Olahraga sudah menempati posisi yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota Jepara bahkan meningkatnya minat masyarakat ditunjukkan dengan semakin

Berdasarkan data yang kami peroleh saat praktikum Ilmu Produksi Aneka ternak di  peternakan Love Bird milik Bpk.. Winarno di

Rosasea adalah suatu penyakit peradangan yang bersifat kronik pada kulit, berbentuk seperti akne yang umumnya terjadi pada kelenjar pilosebaseus di wajah dan dapat

Temuan hasil pengamatan di atas dikuatkan lagi dengan hasil wawancara (pada bulan Pebruari 2016) antara pengusul dengan Pokdarwis yang mengelola obyek wisata di Kabupaten Buleleng

NO NAMA/NIP PANGKAT/GOL/TMT PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN UNIT KERJA KETERANGAN 1 SUCI RAMADAYU Pengatur Muda /II.A SI Guru Kesenian SMAN 4 Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan

Pesanan yang disesuaikan dengan musiman dan inflasi dibulan Juni turun minus 0.4 persen dari bulan sebelumnya, ketika di revisi naik 0.1 persen, data dari Kementerian