• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 8, No. 4, Juli 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 8, No. 4, Juli 2020"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

546

Hubungan Pengetahuan tentang Stunting dengan Akurasi Hasi Deteksi

Dini Kasus Stunting pada Anak Oleh Guru PAUD di Wilayah Kerja

Puskesmas Samadua Kabupaten Aceh Selatan

Orisinal1), Yenni Sasmita2), Asri Jumadewi3), Kiki Maria4) 1) 2) 3)

Prodi Keperawatan Aceh Selatan Poltekkes Aceh, 3) BLUD RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan

1)

oriebasri@gmail.com 2)yennisasmit@gmail.com 3)asrijumadewi@yahoo.co.id 4) 085262991958

ABSTRAK

Stunting adalah masalah gizi kronis, yang sering dialami oleh anak akibat tidak terpapar atau tidak mendapat perhatian pada 1000 Hari Pertama Kehidupannya. Pada masa tersebut nutrisi yang diterima bayi saat di dalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan saat dewasa. Guru PAUD mempunyai peran strategis untuk menyampaikan informasi pengetahuan dan pemahaman kepada anak-anak tentang pencegahan stunting. Oleh sebab itu, para guru PAUD harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang stimulasi perkembangannya anak usia dini. Pengetahuan tersebut menjadi sangat penting untuk memberikan layanan yang maksimal pada anak secara tepat. Pengetahuan Guru PAUD/TK tentang SDIDTK, termasuk tentang stunting sebagian besar sudah baik, tetapi sebagian besar tidak melakukan pelaksanaan deteksi penyimpangan perkembangan, dan belum diketahui bagaimana akurasi hasil deteksi dini stunting oleh guru PAUD. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui hubungan pengetahuan tentang stunting dengan akurasi hasil deteksi dini stunting pada anak oleh guru PAUD di Wilayah Kerja Puskesmas Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Tipe penelitian adalah explanatory research, dengan populasi adalah seluruh guru PAUD di wilayah kerja Puskesmas Samadua Kabupaten Aceh Selatan berjumlah 36 orang. Sampel adalah keselutuhan populasi. Pengumpulan data tentang pengetahuan dilakukan dengan memberikan quesioner kepada responden, pengumpulan data tentang akurasi hasil deteksi dini stunting pada anak dilakukan dengan meminta guru untuk memeriksa/mendeteksi seorang anak, lalu hasil deteksi dini diverikasi oleh ahli gizi untuk mengukur akurasinya. Hasil penelitian menunjukkan 63,8% hasil deteksi dini stunting pada anak oleh Guru PAUD adalah akurat, dan ada hubungan antara pengetahuan tentang stunting dengan akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD. Perlu peningkatan kualitas hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD, dan perlu peningkatan frekuensi deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD.

(2)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juli 2020 eISSN 2657- 0998

547 ABSTRACT

Stunting is a chronic nutritional problem, which is often experienced by children as a result of not being exposed or not getting attention in the first 1000 days of life. During this time, the nutrition a baby receives while in the womb and receives breast milk has a long-term impact on adult life. PAUD teachers have a strategic role to convey information, knowledge and understanding to children about stunting prevention. Therefore, PAUD teachers must have the knowledge and skills about stimulating early childhood development. This knowledge is very important to provide maximum service to children appropriately. The knowledge of PAUD / TK teachers about SDIDTK, including about stunting is mostly good, but most of them do not detect developmental deviations, and it is not yet known how accurate the results of early detection of stunting by PAUD teachers. The research objective was to determine the relationship between knowledge about stunting and the accuracy of early detection results of stunting in children by PAUD teachers in the Samadua Community Health Center, South Aceh Regency. This type of research is explanatory research, with the population being all PAUD teachers in the working area of the Samadua Health Center, South Aceh Regency, totaling 36 people. Sample is the total population. Data collection about knowledge is done by giving questionnaires to respondents, data collection about the accuracy of early detection results of stunting in children is done by asking the teacher to examine / detect a child, then the results of early detection are verified by a nutritionist to measure its accuracy. The results showed 63.8% of early detection results of stunting in children by early childhood teachers were accurate, and there was a relationship between knowledge of stunting and the accuracy of early detection results of stunting in children by PAUD teachers. It is necessary to improve the quality of the results of early detection of stunting cases in children by PAUD teachers, and it is necessary to increase the frequency of early detection of stunting cases in children by PAUD teachers

Keyword : Stunting Detection, PAUD Teachers

PENDAHULUAN

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi(Beal, Tumilowicz, Sutrisna, Izwardy, & Neufeld, 2018)(Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017). Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun Stunting bisa terjadi karena beberapa faktor, selain kurangnya gizi yang seimbang sejak anak dalam kandungan, ketidakseimbangan hormon yang dipicu stress, juga riwayat kesehatan anak yang sering terserang infeksi di usia dini (Prendergast & Humphrey, 2014). Stunting tidak hanya berkaitan dengan lambatnya pertumbuhan fisik anak, namun ditengarai juga berpengaruh kepada tidak maksimalnya

(3)

548

perkembangan otak anak, hingga mempengaruhi kemampuan belajar dan mental. Selain itu, anak yang mengalami stunting akan punya riwayat kesehatan yang kurang baik karena daya tahan tubuhnya juga buruk (Yadika, Berawi, & Nasution, 2019). Dan stunting bisa menurun (degenerative) ke generasi berikutnya (Khairani & Effendi, 2019).

Stunting yang dialami anak dapat disebabkan oleh tidak terpaparnya atau tidak mendapat perhatian khusus pada periode 1000 hari pertama kehidupan karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan. Stunting dapat pula disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai 1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama (Djauhari, 2017). Pola asuh yang tidak baik dalam penyapihan masa asi juga turut menyumbang pengaruh status gizi bayi (Masyudi dkk, 2019). Pada masa tersebut nutrisi yang diterima bayi saat di dalam kandungan dan menerima ASI memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan saat dewasa. Jika hal ini dapat terlampau maka akan terhindar dari terjadinya stunting pada anak anak dan status gizi yang kurang (Wati, Rahardjo, & Sari, 2016).

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruh kemampuan dan prestasi di sekolah, juga produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif3.

Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan masih terdapat 30,8% kasus stunting di Indonesia4. Meskipun angka ini telah menurun dibanding tahun 2013 yaitu sebesar 37,2% namun Indonesia masih dalam katagori negara gawat stunting bila dilihat dari angka yang ditetapkan oleh WHO yaitu < 20%5.

Sementara itu prevalensi stunting di Provinsi Aceh tahun 2018 adalah 37,3%, dimana angka ini telah menurun jauh bila dibanding dengan tahun 2013 yaitu sebesar 41,5%, namun angka stunting Provinsi Aceh masih diatas angka nasional. Sedangkan di Aceh Selatan angka stunting masih cukup tinggi yaitu 45%, yang diperoleh dari kegiatan Pemantauan Status Gizi Tahun 20176. Bila dilihat jumlah kasusnya berdasarkan rekapitulasi laporan K1-KIA-KB bulan November tahun 2019, maka jumlah kasus stunting Aceh Selatan berjumlah 1.694 kasus, yang merupakan peringkat lima dari seluruh kasus di kabupaten/kota di Aceh. Sementara itu kasus Stunting di Wilayah kerja Puskesmas Samadua berjumlah 11 orang

Sejalan dengan masih tingginya angka kejadian stunting di Indonesia maka hal itu dianggap sebagai suatu masalah nasional yang harus diatasi dengan segera sesuai dengan target dari WHO untuk tahun 2025 dimana stunting sebagai fokus Global Nutrition Target serta juga sebagai Sustainable Development Goals untuk tahun 2030

Tanda-tanda anak yang mengalami stunting adalah1 : (1) Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, (2). Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, (3) Berat badan rendah untuk anak seusianya, dan (4) Pertumbuhan tulang tertunda Tanda-tanda ini relatif dapat dideteksi dengan mudah oleh setiap orang yang memiliki sedikit pengetahuan dan ketrampilan tentang stunting, termasuk

(4)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juli 2020 eISSN 2657- 0998

549 guru di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang biasanya mendapat penyuluhan dari petugas puskesmas.

Guru PAUD mempunyai peran strategis untuk menyampaikan informasi pengetahuan dan pemahaman kepada anak-anak tentang pencegahan stunting. Oleh sebab itu, para guru PAUD harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang stimulasi perkembangannya anak usia dini. Pengetahuan tersebut menjadi sangat penting untuk memberikan layanan yang maksimal pada anak secara tepat.

Data dari Dinas Pendidikan Aceh Selatan menyebutkan bahwa Di Kabupaten Aceh Selatan terdapat 124 PAUD/ TK dengan jumlah siswa mencapai 8.639 orang, sedangkan di Kecamatan Samadua terdapat 36 PAUD/TK/KB

Secara umum pengetahuan dan kemampuan pendidik PAUD dalam melaksanakan asesmen perkembangan anak usia dini cukup baik. Penelitian Novianti (2013) memberikan hasil bahwa mayoritas (56,3%) Guru PAUD memiliki pengetahuan baik tentang perkembangan anak. Sedangkan (Mayasari, 2014) menemukan bahwa pengetahuan guru PAUD tentang tumbuh kembang anak ada pada kategori tinggi (70,6%).

Pelaksanaan pemantauan tumbuh kembang anak oleh guru PAUD untuk mendeteksi kejadian stunting sejak dini relatif belum banyak dilakukan, dan hal ini sangat terkait dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan para guru PAUD tersebut. Hasil penelitian Suryandari dan Purwanti (2018) menunjukkan bahwa pengetahuan Guru PAUD/TK tentang SDIDTK (stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang) sebagian besar dalam kategori baik (70,21%), tetapi sebagian besar responden (61,70%) tidak melakukan pelaksanaan deteksi penyimpangan perkembangan, namun terdapat hubungan antara pengetahuan guru PAUD/TK tentang SDIDTK dengan pelaksanaan deteksi penyimpangan perkembangan dengan ρ value 0,05 (Suryandari & Purwanti, 2018). Hal yang lebih spesifik untuk menilai kemampuan guru PAUD dalam pelaksanaan deteksi dini tumbuh kembang anak ditemukan oleh Novianti (2013) yang menemukan bahwa (1) kemampuan pendidik PAUD dalam mencatat kejadian di kelas atau perilaku anak secara rinci tergolong rendah (56,6%), (2) dukungan lembaga PAUD terhadap pelaksanaan asesmen perkembangan anak usia dini tergolong rendah bila dibandingkan dengan aspek lainnya (60,3%), terutama dalam menyediakan format khusus asesmen dan memberi arahan mengenai cara melakukan penilaian perkembangan anak bagi pendidik, dan (3) masih ada pengelola PAUD yang tidak memahami pelaksanaan asesmen perkembangan anak usia dini sehingga tidak mendorong dan mengevaluasi kinerja pendidik dalam mengases anak di lembaga PAUD (Novianti, Puspitasari, & Chairilsyah, 2013) . Penelitian Pormes (2010) memperlihatkan hasil bahwa pengetahuan orangtua murid PAUD/TK tentang gizi 83,3% baik, dan ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang gizi dengan stunting pada anak usia 4-5 tahun (Pormes, Rompas, & Ismanto, 2014) .

Kemampuan guru PAUD dalam melakukan deteksi dini kasus stunting telah banyak ditingkatkan melalui berbagai pelatihan dan pendampingan, namun penulis belum menemukan penelitian tentang penilaian terhadap akurasi hasil deteksi kasus stunting oleh guru PAUD, yang diverifikasi oleh ahli gizi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

(5)

550

tentang hubungan pengetahuan tentang stunting dengan akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD di wilayah kerja puskesmas Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang stunting dengan akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD di wilayah kerja puskesmas Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

METODE

Tipe penelitian ini adalah explanatory research untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang stunting dengan akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD di wilayah kerja puskesmas Samadua Kabupaten Aceh Selatan. Populasi adalah seluruh guru TK/PAUD/KB yang ada di wilayah kerja Puskesmas Samadua yang berjumlah 36 orang, seluruh populasi dijadikan sampel. Pengumpulan data pengetahuan tentang stunting dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada guru PAUD. Pengumpulan data deteksi dini kasus stunting pada anak dilakukan dengan cara meminta guru PAUD untuk mendeteksi/memeriksa seorang murid PAUD apakah stunting atau tidak, lalu hasil deteksi tersebut diverifikasi keakuratannya oleh ahli gizi.

Variabel dependen adalah pengetahuan tentang stunting dan variabel independen adalah akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD. Pengukuran variabel dependen menggunakan skala ordinal dengan kategori pengetahuan baik, pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang. Pengetahuan baik jika skor 80-100, pengetahuan sedang jika skor 60-79, pengetahuan kurang jika skor <60. Pengukuran variabel dependen menggunakan skala ordinal dengan kategori akurat (nilai 1) dan tidak akurat (nilai 0). Analisa data dengan univariat dan bivariat (chi square).

HASIL

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas Guru PAUD memiliki pengetahuan baik tentang stunting yaitu sebanyak 41,7%, sedangkan yang berpengetahuan sedang sebanyak 30,6% dan yang berpengetahuan kurang 27,7%. Akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak yang dilakukan oleh guru PAUD adalah mayoritas akurat (63,9%) dan hanya 36,1% yang tidak akurat.

Hasil penelitian menunjukkan diantara Guru PAUD yang berpengetahuan baik, 86,7% hasil deteksinya akurat, diantara Guru PAUD yang berpengetahuan sedang, 63,6% hasil deteksinya akurat, dan diantara Guru PAUD yang berpengetahuan kurang, 70% hasil deteksinya tidak akurat. Hasil uji square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang Stunting dengan akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD (p = 0,016).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang Stunting dengan akurasi hasil deteksi dini kasus stunting oleh guru PAUD, artinya semakin baik pengetahuan guru PAUD akan semakin akurat hasil deteksi dini kasus stunting oleh guru PAUD.

(6)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juli 2020 eISSN 2657- 0998

551 Hasil ini sesuai dengan Novianti, dkk (2016), Mayasari (2014), Suryandari dan Purwanti (2018) dan Pormes dkk (2020), dimana hasil penelitian mereka semua menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang deteksi dini ataupun pengetahuan tentang stunting masuk kategori baik. Akan tetapi belum ditemukan penelitian tentang penilaian terhadap akurasi hasil deteksi dini stunting oleh guru PAUD, sebagaimana penelitian Suryandari dan Purwanti (2018) yang menemukan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan deteksi penyimpangan tumbuh kembang juga Novianti dkk (2016) yang mengatakan bahwa kemampuan pendidik PAUD dalam mencatat kejadian di kelas atau perilaku anak secara rinci tergolong rendah; dukungan lembaga PAUD terhadap pelaksanaan asesmen perkembangan anak usia dini tergolong rendah bila dibandingkan dengan aspek lainnya, terutama dalam menyediakan format khusus asesmen dan memberi arahan mengenai cara melakukan penilaian perkembangan anak bagi pendidik; dan masih ada pengelola PAUD yang tidak memahami pelaksanaan asesmen perkembangan anak usia dini sehingga tidak mendorong dan mengevaluasi kinerja pendidik dalam mengases anak di lembaga PAUD. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas guru PAUD mendeteksi dini kasus stunting dengan akurat.

Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang stunting kepada guru PAUD/TK/RB merupakan salah satu program pemerintah dalam mendukung Global Nutrition Target Tahun 2025, dan untuk itu telah banyak dilakukan pelatihan dan pendampingan untuk Guru TK/PAUD/RB dalam upaya menekan angka stunting. Anak usia 0-6 tahun merupakan usia yang sangat penting dan menjadi kunci bagi perkembangan di masa selanjutnya. Rangsangan pendidikan awal pada anak sejak dini akan berdampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak. Oleh karena itu, pendidikan pada usia ini dianggap sebagai ujung tombak bagi pencegahan stunting di masyarakat. Upaya-upaya dalam penanggulangan stunting di ruang lingkup PAUD dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, pengajar, maupun orangtua. Dari sisi pendidik, penanggulangan stunting di ruang lingkup PAUD dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pengasuhan stimulasi pada peserta didik, melakukan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK), membuat kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan gizi sesuai dengan silabus – seperti bagaimana makanan yang bergizi dan sehat serta penerapan kebiasaan pola hidup bersih dan sehat.

Pelaksanaan deteksi dini stunting oleh Guru PAUD dilakukan melalui SDIDTK, biasanya bekerjasama dengan petugas puskesmas, dan dilakukan secara berkala. Guru PAUD merupakan salah satu elemen yang paling penting untuk dapat memberikan stimulasi yang tepat dan mengetahui adanya penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak di usia dini karena keberhasilan tumbuh kembang anak di usia dini merupakan dasar perkembangan anak selanjutnya, namun demikian banyak kendala yang dihadapi oleh guru PAUD dalam melaksanakan kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan dan ketrampilan guru PAUD serta belum dimilikinya alat yang memadai untuk kegiatan SDIDTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan Guru PAUD sudah baik dan memadai,

(7)

552

sehingga tinggal lagi menyediakan alat kelengkapan deteksi. Penelitian ini tidak mengukur ketersediaan alat di TK/PAUD yang diteliti.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut (1) mayoritas guru PAUD memiliki pengetahuan baik tentang deteksi dini stunting pada anak, (2) matoritas hasil deteksi dini kasus stunting oleh guru PAUD akurat, dan (3) ada hubungan antara pengetahuan tentang Stunting dengan akurasi hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD

Selanjutnya saran yang dapat diberikan adalah perlu peningkatan kualitas hasil deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD, dan perlu peningkatan frekuensi deteksi dini kasus stunting pada anak oleh guru PAUD .

DAFTAR PUSTAKA

Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld, L. M. (2018). A review of child stunting determinants in Indonesia. Maternal and Child Nutrition.

https://doi.org/10.1111/mcn.12617

Djauhari, T. (2017). GIZI DAN 1000 HPK. Saintika Medika. https://doi.org/10.22219/sm.v13i2.5554

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2017). Buku saku desa dalam penanganan stunting. Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting. Khairani, N., & Effendi, S. U. (2019). Family characteristics as risk factors of stunting

among children age 12-59 month. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan. https://doi.org/10.30604/jika.v4i2.188

Masyudi, M., Mulyana, M., & Rafsanjani, T. M. (2019). Dampak pola asuh dan usia penyapihan terhadap status gizi balita indeks BB/U. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 4(2), 111. https://doi.org/10.30867/action.v4i2.174

Mayasari, R. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tumbuh Kembang Anak, Self Efficacy Mengajar dan Kreativitas Guru Raudhatul Atfhal di Sulawesi Tenggara. Jurnal Al-Izzah.

Novianti, R., Puspitasari, E., & Chairilsyah, D. (2013). PEMETAAN KEMAMPUAN GURU PAUD DALAM MELAKSANAKAN ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI KOTA PEKANBARU. SOROT.

https://doi.org/10.31258/sorot.8.1.2353

Pormes, W., Rompas, S., & Ismanto, A. (2014). HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG GIZI DENGAN STUNTING PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK MALAEKAT PELINDUNG MANADO. Jurnal Keperawatan UNSRAT.

Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics and International Child Health.

https://doi.org/10.1179/2046905514Y.0000000158

(8)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juli 2020 eISSN 2657- 0998

553 tentang SDIDTK dengan pelaksanaan deteksi penyimpangan perkembangan. Jurnal Publikasi Kebidanan.

Wati, E. K., Rahardjo, S., & Sari, H. P. (2016). Upaya Perbaikan Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan Dalam Rangka Pencegahan Stunting Balita Melalui Optimalisasi Peran Tenaga Gizi Di Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting terhadap

(9)

554 Lampiran Tabel 1

Distribusi frekuensi variable Independen Pengetahuan Guru PAUD Tentang Stunting No. Pengetahuan Jumlah %

1 Baik 15 41.7

2 Sedang 11 30.6

3 Kurang 10 27.7

Total 36 100.0

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Akurasi Hasil Deteksi Dini Kasus Stunting Pada Anak Oleh Guru PAUD

No. Hasil Deteksi Jumlah %

1 Akurat 23 63,9

2 Tidak Akurat 13 36,1

Total 36 100.0

Tabel 2

Hubungan variable dependen dan independen

Pengetahuan * akurasi Crosstabulation

akurasi

Total Tidak

Akurat Akurat

Pengetahuan kurang Count 7 3 10

% within Pengetahuan 70.0% 30.0% 100.0% Sedang Count 4 7 11 % within Pengetahuan 36.4% 63.6% 100.0% Baik Count 2 13 15 % within Pengetahuan 13.3% 86.7% 100.0% Total Count 13 23 36 % within Pengetahuan 36.1% 63.9% 100.0%

Referensi

Dokumen terkait

Terima kasih untuk teman main Ferdika, Jumadi, Muhammad Alhani, Pradipta Ari kurniawan, Alja Sandriyadi, Okta Dwi Handika yang menjadi teman dari pertama masuk

Membuat sebuah bisnis media online seperti website magazine musik dalam waktu dua bulan ternyata bisa mendapatkan respon yang baik dari audiens, asalkan ide bisnis

Berdasarkan hasil deteksi histologik, luka pada kulit mencit dapat diobati dengan daun mengkudu, dan pada minggu keempat telah memberikan gambaran histologis kulit

Flavonoid biasanya terdapat sebagai flavonoid O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksi flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (atau lebih) dengan

Skripsi yang berjudul “Studi Penggunaan Captopril pada Pasien Gagal Jantung di RSUD Kabupaten Sidoarjo” ini disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh

Obrolan terarah menghadirkan tamu dengan berbagai perspektif kehidupan yang menginfluenz pendengarnya Umum / remaja Memberikan informasi kepada pendengar Obrolan /Phone

Ada berbagai bentuk-bentuk masalah sosial yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Banjarmasin. Adapun untuk penelitian ini kami telah memilih bentuk permasalahan

Menurut Banathy, teori sistem adalah suatu ekspresi yang terorganisir dari rangkaian berbagai konsep dan prinsip yang saling terkait yang berlaku untuk semua sistem. Terdapat dua