• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain untuk memberikan informasi dan bahkan dapat merubah sikap,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain untuk memberikan informasi dan bahkan dapat merubah sikap,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan kita sebagai mahkluk hidup, berinteraksi merupakan kegiatan yang begitu melekat dalam identitas sebagai manusia sosial. Setiap manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan pokok manusia. Kita menyadari bahwa salah satu fungsi pokok dan hakiki dari komunikasi adalah menghubungkan manusia satu dengan yang lain. komunikasi itu sedndiri merupakan proses penyampaian suatu pesan oleh seorang kepada orang lain untuk memberikan informasi dan bahkan dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang melalui media tertentu baik langsung secara lisan, maupun tak langsung.

Media Komunikasi berasal dari dua kata yakni media dan komunikasi, yang masing-masing mempunyai arti tertentu. Media adalah peralatan atau perantara serta komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan seseorang atau beberapa orang dengan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Dengan berdasarkan dua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa media komunikasi adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mempermudah penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Media komunikasi mempunyai peranan dan pengaruh dalam perubahan masyarakat.

Dalam dunia ilmu komunikasi banyak macam ragam kajian yang dapat kita lihat. Sejauh banyak kajian baru dalam pengembangan ilmu komunikasi, seperti Komunikasi Politik, Komunikasi Budaya, Komunikasi Organisasi, Komunikasi

(2)

2

Internasional, salah satunya komunikasi dakwah. Komunikasi Dakwah bisa dikatakan merupakan kajian baru dalam dunia ilmu komunikasi. Selain itu, Komunikasi Dakwah juga merupakan kajian yang khusus berkaitan dengan komunitas atau masyarakat beragama khususnya islam (kaum muslim), karena mengingat terminologi da’wah sendiri hanyalah milik Islam.

Kajian komunikasi dakwah baru muncul seiring dengan baru munculnya kesadaran di kalangan praktisi dakwah tentang pentingnya sentuhan dan pendalaman ilmu komunikasi untuk pengembangan dakwah sebagai ilmu dan teknik. Komunikasi dakwah dapat dipahami sebagai komunikasi yang melibatkan pesan-pesan dakwah dan aktor-aktor dakwah, atau berkaitan dengan ajaran Islam dan pengamalannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dakwah merupakan kewajiban individual umat Islam. Itulah sebabnya Islam disebut “agama dakwah”. Artinya, agama yang harus disebarkan kepada seluruh umat manusia. Seperti halnya yang diisyaratkan dalam ayat Al-Quran.

دْع ُ ِلَى ٰ بِ لَِ َب ِّك ََ اَْعِ ْعىة ك اَْ َ عَْْعىُ َِ اَََََْعىُ ةَج َِ علدهعى ب الىة ك َب َ دحََعنَُ لن ٰ َبلك ََ َْدَ دلَلعََُ عحَْ ك لبََّ عحََ ب لِ لَِ َْدَ َِ َلعََُ دل َحل مَاعهدْعىة ك

"Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik.. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. an-Nahl:125).

Proses komunikasi dakwah berlangsung sebagaimana proses komunikasi pada umumnya, mulai dari komunikator (da’i/subjek dakwah) hingga pada feedback atau respon oleh komunikan (mad’u/objek dakwah). Aktivitas dakwah dimulai dari adanya seorang komunikator (sender, pengirim pesan, da’i). Dalam perspektif Islam, setiap Muslim adalah komunikator dakwah karena dakwah

(3)

3

merupakan kewajiban individual setiap Muslim. Komunikator dakwah memilih dan memilah ide berupa materi dakwah (encoding) lalu diolah menjadi pesan dakwah (message). Pesan itu disampaikan dengan sarana (media) yang tersedia untuk diterima komunikan (receiver, penerima pesan, objek dakwah). Komunikan menerjemahkan atau memahami simbol-simbol pesan dakwah itu (decoding) lalu memberi umpan balik (feedback) atau meresponnya, misalnya berupa pemahaman

dan pengamalan pesan dakwah yang diterimanya1.

Pesan atau materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam (syari’at Islam). Artinya, pesan dakwah adalah informasi keislaman yang menunjukkan sekaligus mendorong objek dakwah menuju syariat Islam. Secara garis besarnya, ajaran Islam meliputi ajaran tentang sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan), sistem ritus (tata peribadatan), dan sistem norma (tata kidah atau tata aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan alam lain), yang diklasifikasikan dalam ajaran tentang: Akidah/Iman, Syari'at/Islam, dan Akhlak/Ihsan.

Perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Malang selain sebagai salah satu lembaga yang menyelengarakan pendidikan juga mendedikasikan sebagai lembaga dakwah. Artinya penyelengaraan pendidikan yang memuat materi tentang keislaman mulai dari materi pengembangan kepribadian pada semester I, aqidah dan ibadah pada semester II, materi kemuhammadiyahan pada semester V, dan ditutup dengan materi akhlak dan mu’amalah pada semester VI. Semua materi tersebut dikemas menjadi sebuah media dakwah dalam bentuk program pendidikan yang disebut Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).

(4)

4

Bagi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang yang menempuh jenjang DI sampai dengan jenjang SI wajib mengikuti seluruh program pendidikan AIK, tidak terkecuali Mahasiswa non Muslim. Untuk mahasiswa non muslim diberikan kelas pada tingkatan dasar yang disebut kelas Mubtadi’in. Tetapi didalam kelas ini tidak hanya Mahasiswa non Muslim saja. Bagi mahasiswa muslim yang belum bisa membaca Al Qur’an dan kurang tentang pengetahuan keislamannya juga termasuk dalam kelas Mubtadi’in.

Menurut Kabag. AIK Ir. Muhtadawati dalam wawancaranya bersama peneliti, dalam proses pelaksanaan program AIK di kelas Mubtadi’in yang memiliki peserta Mahasiswa Muslim dan non Muslim didalamnya, harusnya menerima materi secara berbeda. Bagi Mahasiswa non Muslim seharusnya diberikan informasi keislam dalam lingkup ilmu pengetahuan saja, tidak harus disamakan dengan mahasiswa yang memang mengimani islam sebagai sebuah keyakinan. Menurut beliau Mahasiswa Muslim bisa saja mendapatkan pengajaran dalam bentuk metode doktrin untuk memperkuat keimanannya pada agamanya yaitu islam tersebut.

Dalam kondisi ini terkadang beberapa pengajar tidak bisa membedakan cara penyampaian pesan atau materi mereka secara seimbang. Menurut beberapa pendapat dari para mahasiswa yang termasuk didalam kelas Mubtadi’n menyatakan bahwa Mahasiswa non Muslim kerap diwajibkan mempraktikan ilmu keislaman pada materi-materi yang berhubungan dengan ibadah. Seperti pada saat mendapatkan materi tentang membaca Al Qur’an, Mahasiswa non Muslim pun juga disuruh untuk belajar membaca ayat-ayat suci tersebut. Mahasiswi non muslim dibeberapa kelas juga di wajibkan mengunakan jilbab. Hal seperti ini sudah

(5)

5

menyentuh permasalahan aqidah yang menitik beratkan pada keyakinan seseorang. Adapula yang menjumpai prilaku diskriminasi agama yang dilakukan oleh pengajar kepada para Mahasiswa non muslim. Tidak jarang pengajar menyatakan bahwa ajaran agama mereka itu menyimpang dari norma dan sebagainya yang berbeda dari

ajaran agama islam2. Padahal dalam perspektif hubungan antara umat beragama,

Islam menegaskan dalam sikap Alquran terhadap orang kafir sekalipun bersikap

"lakum dinukum waliyadin" buat mu agamamu, buatku agamaku.

Tidakkah seharusnya pendidikan adalah sarana pengembang potensi manusiawi agar kehidupan manusia sejalan dengan fitrah dan sunnatullahnya. salah satu fungsi pendidikan adalah fungsi sosial, yaitu mengenalkan dan mengkondisikan seluruh instrument didik untuk menerima dan siap hidup dalam

keberbedaan secara damai dan harmoni3. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan

manusia itu terdiri dari berbagai macam ras, suku, bahasa, budaya, dan khususnya agama. Seharusnya perbedaan tidak menjadikan munculnya sikap menyalahkan karena perbedaan bukanlah sebuah rekayasa yang diinginkan oleh beberapa orang melainkan perbedaan itu sudah menjadi fitrahnya, pemberian, atau mungkin sekaligus rakhmat dari pencipta.

Dengan intensitas pertemuan didalam program AIK yang terbilang rutin ini dan dengan kondisi seperti yang sudah dijabarkan peneliti, hal tersebut memungkinkan Mahasiswa non Muslim mulai mempersepsi segala stimulus pada setiap aspek tentang ajaran agama islam yang didapatkannya dalam program pendidikan AIK tersebut. Mereka bisa mempersepsikan secara positif ataupun

2Tobroni. Relasi Kemanusiaan Dalam Keberagamaan : Mengembangkan Etika Sosial Melalui Pendidikan. Bandung. CV Karya Putra Darwati. 2012. Hlm.17.

(6)

6

negatif. Saat seseorang berada pada lingkungan yang mayoritas berbeda dari dia, maka bisa saja akan membuat sisi psikologis tertekan sehingga membuatnya beradaptasi untuk memaksa diri memahami bahkan sampai pada tingkatan mengamalkan.Akan tetapi tidak sedikit kasus seorang nonmuslim memilih untuk meakukan konversi agama karena dorongan yang kuat dari faktor eksternal. Mungkin selama ini kita berpikir proses seseorang memilih keagamaannya berdasarkan wahyu semata. Dalam kajian psikologi agama seseorang dapat memutuskan untuk berpindah agama melalui keterpaksaan yang berkelanjutan

secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan diluar kesadaraannya4.

Pembicaraan tentang manusia dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda dari setiap individunya selalu menarik untuk diteliti. Pada prinsipnya manusia membutuhkan agama untuk menuntunnya mencapai kebahagiaan. Manusia memerlukan bimbingan tuhan dalam menjalani kehidupanna yang senantiasa diwarnai oleh keadaan dan ujian yang tidak menentu. Kebutuhan kita akan agama sesungguhnya sejalan dengan kecenderungan manusia sendiri yang selalu mencari kebenaran. Sama seperti yang dikatakan oleh MC Guire bahwa seseorang mempercayai sebuah sistem nilai berdasarkan agama agar dapat memberikan

keabsahan dan pembenaran dalam mengatur sikapnya dalam kehidupan5.

Disinilah yang menjadi menarik bagi peneliti. Saat setiap individu telah menemukan kebenaran spiritualnya masing-masing dan kemudian harus dihadapkan dengan kebenaran-kebenaran dari keyakinan yang lain, maka hal tersebut bisa saja bertentangan dengan keyakinan yang sudah sejak lama dipahami

4Anwar Arifin. Dakwah Kontemporer; Sebuah Study Komunikasi. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2011. Hlm.155.

(7)

7

dan dijalankan hingga pada terjadinya penolakan yang kuat dari dalam diri seseorang. Melihat fenomena tersebutlah yang menjadi modal peneliti ingin mengetahui bagaimana Mahasiswa non Muslim di Universitas Muhammadiyah Malang mempersepsikan tentang perkuliahan keislaman di dalam program AIK khususnya pada AIK II

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah penelitian yaitu :

 Bagaimana persepsi mahasiswa non muslim Universitas Muhammadiyah

Malang tentang perkuliahan keislaman dalam program AIK II?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi tentang perkuliahan keislaman pada program AIK II yang diikuti oleh mahasiswa non muslim di Universitas Muhammadiyah Malang.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu komunikasi di bidang dakwah, dan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis di bidang pendidikan dakwah.

(8)

8

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi instansi terkait (Pengelola bagian AIK Universitas Muhammadiyah Malang) dalam proses kegiatan dakwah didalam perkuliahan program AIK yang lebih efektif dan efisien.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa variabel pada Teori Lawrence Green yang mengacu pada penelitian ini seperti pengetahuan PUS mengenai MKJP, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) KB,

Melakukan klasifikasi perusahaan yang terprediksi finansial distress dengan metode analisis diskriminan menggunakan variabelprediktor asli dan variabel prediktor yang

arsip vital dengan cara atau metode yang baik dan tepat. Untuk memahami dan mengetahui lebih lanjut tentang

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berguna dalam perkembangan penelitian mengenai lembaga pengelola zakat dan infaq/shadaqah khususnya

(2) Pelaksanaan Banhatkum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri yang bertindak sebagai Penasehat Hukum /Kuasa

Diisi dengan jumlah seluruh pegawai di Kantor Pusat, Kantor Divisi Regional, dan Kantor Cabang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Nama Aktuaris.. Diisi

Waktu reaksi tidak hanya di pengaruhi oleh suatu ransangan tetapi juga tingkat kelatihan yang dapat memberikan efek peningkatan kekuatan otot, kontrol postur dan tubuh,

Pelaku penganiayaan bayi berumur 14 bulan yang berujung kematian tersebut adalah ibu kandung dari korban dan dijerat Pasal 80 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan