• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPONIMI NGARAN-NGARAN CURUG DI WILAYAH PURWASUKA (PURWAKARTA, SUBANG, KARAWANG) DUMASAR CARITA RAYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOPONIMI NGARAN-NGARAN CURUG DI WILAYAH PURWASUKA (PURWAKARTA, SUBANG, KARAWANG) DUMASAR CARITA RAYAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

D A N G I A N G S U N D A V o l . 3 N o . 0 2 A g u s t u s 2 0 1 5 | 1

TOPONIMI NGARAN-NGARAN CURUG

DI WILAYAH PURWASUKA (PURWAKARTA, SUBANG,

KARAWANG) DUMASAR CARITA RAYAT

Yan Priyan , Yayat Sudarya , Dede Kosasi

Email: Priyana.yan@yahoo.co.id, yayat.sudaryat@upi.edu,DekosBdg@yahoo.co.id

Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Panalungtikan ieu dikasangtukangan ku kurangna pamahaman masarakat Sunda ngeunaan cara méré ngaran tempat (toponimi), hususna sasakala curug di wilayah Purwasuka. Panalungtikan ieu miboga maksud pikeun ngaguar deui sasakala ngaran-ngaran curug nu aya di wilayah Purwasuka dumasar kana carita rayat. Ngaliwatan ieu panalungtikan dipiharep masarakat Sunda bisa apal deui ngeunaan sasakala ngaran-ngaran curug di wilayah Purwasuka. Metode nu dipaké dina ieu panalungtikan ngagunakeun metode deskriptif-kualitatif. Dina ieu panalungtikan kapanggih aya 17 curug nu kabagi di tilu kabupatén nya éta: di Purwakarta aya Curug Cipurut, Ciséoh, Gandasoli, Panembahan, di Subang aya Curug Cijalu, Cimuja, Cilampér, Cikondang, Guha Badag, Karémbong, Sadim, Saga, Pamandian Tuan, jeung di Karawang aya Curug Bandung, Cigentis, Panundaan, Peuteuy. Katujuhbelas curug ieu ge miboga dasar munculna ngaran, nu munculna didasaran ku aspék jalma, tutuwuhan (flora), sato (fauna), jeung barang. Unggal ngaran curug di wilayah Purwasuka ogé miboga pola linguistik, nya éta: (1) pola salancar, (2) pola rundayan, jeung (3) pola kantétan.

Kecap Galeuh: Toponimi, Curug, Carita Rayat, Purwasuka

1) Penulis Utama

2) Penulis Penanggung Jawab 1 3)

(2)

TOPONIMI NAMA-NAMA AIR TERJUN

DI WILAYAH PURWASUKA (PURWAKARTA, SUBANG,

KARAWANG)

BERDASARKAN CERITA RAKYAT

1

Yan Priyan , Yayat Sudarya , Dede Kosasi

Email: Priyana.yan@yahoo.co.id, yayat.sudaryat@upi.edu,DekosBdg@yahoo.co.id

Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman masyarakat Sunda mengenai cara pemberian nama tempat (Toponimi), khususnya asal-muasal tempat wisata air terjun di wilayah Purwasuka. Penelitian ini bertujuan untuk menguak kembali asal-usul nama-nama air terjun di wilayah Purwasuka berdasarkan cerita rakyat yang berkembang. Melalui penelitian ini juga diharapkan masyarakat Sunda akan kembali tahu mengenai sejarah asal-muasal nama-nama air terjun di wilayah Purwasuka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini ditemukan 17 air terjun yang terbagi di tiga kabupaten, yaitu: di Purwakarta ada Air terjun, Cipurut, Ciséoh, Gandasoli, Panembahan, di Subang ada Air terjun Cijalu, Cimuja, Cilampér, Cikondang, Guha Badag, Karémbong, Sadim, Saga, Pamandian Tuan, dan di Karawang ada Air terjun Bandung, Cigentis, Panundaan, Peuteuy. Ketujuhbelas air terjun tersebut mempunyai dasar munculnya nama air terjun, yang didasari oleh aspek manusia, tumbuhan (flora), hewan (fauna), dan barang. Setiap nama air terjun di wilayah Purwasuka juga ditemukan memiliki pola linguitik, seperti: (1) pola kata tunggal, (2) pola kata berimbuhan, dan (3) pola kata gabungan.

Kata Kunci: Toponimi, Air terjun, Cerita Rakyat, Purwasuka

1)

Penulis Utama

2) Penulis Penanggung Jawab 1 3) Penulis Penanggung Jawab 2

(3)

D A N G I A N G S U N D A V o l . 3 N o . 0 2 A g u s t u s 2 0 1 5 | 3

TOPONYMY OF THE WATERFALL

IN PURWASUKA (PURWAKARTA, SUBANG, KARAWANG)

BASED ON FOLKLORE

1

Yan Priyan , Yayat Sudarya , Dede Kosasi

Email: Priyana.yan@yahoo.co.id, yayat.sudaryat@upi.edu,DekosBdg@yahoo.co.id

Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRACT

This research is based on the Sundanese people that have lacks of understanding on how to give a name to a certain place (Toponimi),especially the history of waterfall tourisme in Purwasuka region. The research is aimed to go along the history of the waterfall in Purwasuka region based the developing folklore. By the research it is also hoped that the Sundanese people will know the names of waterfall in Purwasuka region with their history. In this research we use Descriptive – Qualitative Method and find 17 waterfalls spread out in three regions that is, Cipurut, Ciséoh, Gandasoli, Panembahan waterfall in Purwakarta region, Cijalu, Cimuja, Cilampér, Cikondang, Guha Badag, Karémbong, Sadim, Saga, Pamandian Tuan waterfall in Subang region,and Bandung, Cigentis, Panundaan, Peuteuy waterfalls in Karawang region. Those seventeen waterfalls have canyons which based on human, plants, animals (plora and fauna) and materials aspects. Each name of waterfalls in Purwasuka Region has linguistic patterns for example: (1) Singular word pattern, (2) Affixation word pattern and (3) compound words pattern.

Key Word: Toponymy, Waterfall, Folklore, Purwasuka

1)

Writer

2)

Corespondent Writer 1

(4)

Kebudayaan suatu masyarakat, termasuk budaya masyarakat Jawa Barat, tidak stagnan, tetapi berubah atau bergeser, baik bentuk maupun isi dan nilai-nilainya. Pergeseran nilai-nilai kehidupan masyarakat di Jawa Barat diakibatkan adanya kemajuan Teknologi, Infomatika dan Komunikasi (TIK) atau globalisasi. Pergeseran tersebut ada yang bersifat positif ada juga yang bersifat negatif. Perubahan dan pergesaran itu terjadi pada penamaan (toponimi) tempat di Jawa Barat. Contohnya dalam memeberi nama secara tradisional berubah jadi sitem member nama secara istilah asing. Sebenarnya di dalam sistem toponimi tersebut terdapat nilai-nilai kehidupan atau filosofis yang menjadi ciri khas bahasa daerah..

Kata toponimi berasal dari bahasa Yunani topoi = “tempat” dan onama = “nama” Jadi, secara harfiah toponimi bermakna „nama tempat‟. Dalam hal ini, toponimi diartikan sebagai pemberian nama-nama tempat (Sudaryat, 2015, hlm. 51 ).

Dalam sistem pemberian nama tempat pasti ada pengaruh lingkungan di dalamnya, baik dari aspek fisikal dan non fisikal (aspek sosial dan aspek kultural). Aspek fisikal mencakup tiga unsur yaitu; unsur hidrologis, unsur geografis, dan unsur biologis (flora dan fauna). Toponimi berdasarkan cerita rakyat mengandalkan cerita yang berkembang di masyarakat dan bukti yang mendukung pada cerita tersebut, baik itu berupa aspek fisikal ataupun dari non fisikal, tidak berdasarkan pada mitos yang ada di masyarakat saja (Kosasih, 2009, hlm. 3).

Penelitian ini bertujuan untuk menguak asal-usul nama air tejun, dasar munculnya nama air terjun, dan pola toponimi yang dipakai dalam pemberian nama air terjun di wilayah Purwasuka.

METODE

Penelitian ini termasuk bentuk penelitian kualitatif, yang mengkaji

toponimi nama-nama air terjun di wilayah Purwasuka. Dalam penelitian ini juga digunakan metode deskriptif, yang artinya menjelaskan satu hal, misalnya; keadaan, atawa hal lain yang hasilnya dijelaskan dalam bentuk laporan penelitian. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian nama suatu wilayah bisa dilihat dari cerita rakyat (legenda), historis dan linguitik. Legenda merupakan caerita rakyat yang menceritakan satu tokoh terkenal pada masanya, atau kejadian alam, manusia, binatang, tumbuhan. Penelitian ini menjelaskan bagaimana pemberian nama satu tempat objek wisata air terjun yang berada di wilayah Purwasuka berdasarkan cerita rakyat (legenda).

Air terjun yang di temukan ada tujuh belas air terjun. Semua air terjun mempunyai legenda masing-masing, legendanya ada yang menceritakan tentang satu tokoh yang terkenal, binatang, atau kejadian alam. Penataan air terjunya di antaranya: di Purwakarta ada Air terjun Cipurut, Ciséoh, Gandasoli, Panembahan. Di Subang ada Air terjun Cijalu, Cimuja, Cilampér, Cikondang, Guha Badak, Karémbong, Sadim, Saga, Pamandian Tuan. Di Karawang ada Air terjun Bandung, Cigentis, Panundaan, Peuteuy.

Dasar munculnya nama tempat biasanya dilatarbelakangi oleh beberapa aspek, yaitu: aspek binatang, aspek tumbuhan, dan aspek barang. (Sudaryat, 2009, hlm. 35).

Hasil analisis data ditemukan ada beberapa dasar dan aspek munculnya nama-nama air terjun di wilayah Purwasuka, yaitu:

a. Dasar munculnya nama air terjun berdasarkan aspek manusia

Ditemukan ada sembilan air terjun yang namanya muncul berdasarkan aspek manusia, atau ada cerita mengenai manusia

(5)

D A N G I A N G S U N D A V o l . 2 N o . 0 2 A g u s t u s 2 0 1 5 | 5

di dalamnya. Penataan air terjunya yaitu: Air terjun Ciséoh, Gandasoli, Panembahan, Cimuja, Sadim, Saga, Pamandian Tuan, Bandung, Cigentis.

b. Dasar munculnya nama air terjun berdasarkan aspek ekologis

Dilihat dari jihat ekologis, munculnya toponimi air terjun di wilayah Purwasuka merujuk pada tiga aspek, yaitu: aspek binatang, aspek tumbuhan, dan aspek barang.

Hasil analisiS data ditemukan ada dua toponimi air tejun yang berdasarkan aspek binatang, atau ada cerita mengenai binatang didalamnya. Dua air terjun tersebut, yaitu; Air terjun Cijalu dan Guha Badak. Serta ada tiga toponimi air terjun di wilayah Purwasuka yang namanya muncul berdasarkan aspek tumbuhan, atau ada cerita mengenai tumbuhan didalamnya. Tiga air terjun tersebut, yaitu: Air terjun Cipurut, Cikondang, dan Peuteuy. Di wilayah Purwasuka ada tiga toponimi ait terjun yang namanya muncul berdasarkan aspek Barang, atau ada cerita yang berhubungan dengan barang didalamnya. Air terjunya, yaitu: Air terjun Karémbong dan Cilampér, Panundaan.

Setiap nama air terjun di wilayah Purwasuka tidak terlepas dari aspek kebasaan, serta mempunyai pola-pola linguistik tertentu. Pola ini dapat di golongkan kedalam tiga pola, yaitu: pola toponimi kata tunggal, pola toponimi kata berimbuhan, dan kata gabungan.

a. Pola toponimi kata tunggal

Pola toponimi kata tunggal dalam nama-nama air terjun di wilayah Purwasuka bisa dilihat dari jumlah suku katanya. Ada macam-macam kata tunggal di antaranya; kata tunggal satu suku kata, kata tunggal dua suku kata, kata tunggal tiga suku kata, kata tunggal empat suku kata (Sudaryat.Spk, 2007, hlm. 59)

Suku kata dalam kata tunggal di bahasa Sunda dibentuk oleh vokal (V) atau rendon vocal jeung konsonan (K) (Sudaryat. Spk, 2007, hlm. 30). Bila dirumuskan atau dipolakan, pola suku kata

yang terdapat dalam nama air terjun di wilayah Purwasuka, bisa dijelaskan seperti di bawah ini.

Pola 1: Top Air terjun KT (kata tunggal)Dwiengang (dua suku kata)

Pola 1 merupakan pola toponimi air terjun dalam bentuk kata tunggal yang bentuk oleh dua suku kata. Hasil analis data terdapat empat kata dasar dalam nama air terjun, yang subpolanya seperti di bawah ini

Pola 1a: Top Air terjun KT  KV-KV Pola 1a merupakan toponimi air terjun dalam bentuk kata dasar, yang dibentuk oleh dua suku kata, yang pola suku katanya, yaitu baik suku kata pertama maupun kedua masing-masing dibentuk oleh konsonan dan vokal, data curug pola pertama bisa dilihat seperti di bawah ini. (01) Saga

Sa – ga KV– KV

Pola 1b: Top Air terjun KTKV-KVK Pola 1b merupakan toponimi air terjun dalam bentuk kata tunggal, yang dibentuk oleh dua suku kata, yang pola suku katanya, yaitu suku kata pertama dibentuk oleh konsonan dan vokal, sedangkan suku kata kedua dibentuk oleh konsonan, vokal dan konsonan. Hasil analisis data, toponimi air terjun 1b ditemukan dua tempat. Datanya bisa dilihat seperti di bawah ini.

(02) Peuteuy Peu – teuy KV – KVK (03) Sadim Sa – dim KV – KVK

Pola 1c: Top Air terjun KT  KVK-KVK Pola 1c merupakan toponimi air terjun dalam bentuk kata tunggal, yang dibentuk oleh dua suku kata, yang pola suku katanya, yaitu baik suku kata pertama ataupun suku kata ke dua masing-masing dibentuk oleh konsonan, vokal dan konsonan. Hasil analisis data pola toponimi 1c ditemukan hanya satu air terjun. Data nya bisa dilihat di bawah ini

(6)

Ban - dung KVK – KVK

Pola 2: Top Air terjun KT  Triengang KV-KVK-KVK

Pola dua merupakan toponimi air terjun dalam bentuk kata tunggal anu dibentuk oleh tiga suku kata, yaitu suku kata pertama dibentuk oleh konsonan dan vokal, sedangkan suku kata kedua dan ketiga masing-masing dibentuk oleh konsonan, vokal jeung konsonan. Hasil analisis data ditemukan satu air terjun yang termasuk pola 2. Polanya bisa dilihat di bawah ini.

(05) Karémbong Ka–rém–bong KV–KVK–KVK

Pola 3: Top Air terjun KT  Caturengang KVK – KV – KV – KV

Pola 3 merupakan toponimi air terjun bentuk kata tunggal yang di bentuk oleh empat suku kata, yaitu suku kata pertama dibentuk oleh konsonan, vokal dan konsonan, sedangkan suku kata ke dua, ke tiga dan ke empat masing-masing dibentuk oleh konsonan dan vokal. Hasil analisis data ditemukan satu air terjun yang termasuk kedalam pola 3, yang polanya bisa dilihat seperti di bawah ini.

Pola 3: Top Curug KT  Caturengang KVK – KV – KV – KV

(06) Gandasoli Gan–da–so –li

KVK– KV– KV– KV

b. Pola toponimi kata berimbuhan/ Rundayan

Nama-nama tempat di tatar Sunda umunya dipengaruhi oleh kata barang berimbuhan/rundayan. Kata barang berimbuhan/rundayan adalah kata barang yang sudah diberi imbuhan, baik imbuhan depan, tengah, belakang, ataupun imbuhan barung (gabungan). Sedangkan kata dasarnya bisa digolongkan ke dalam kata barang (KB), Kata kerja (KK), Kata Sipat (KS), dan Kata bilangan (KBil) (Sudaryat, Spk, 2007, kc. 70).

terjun yang termasuk kedalam kta barang berimbuhan /rundayan bisa dipolakan seperti ini. KRd=(Pa-an, paN-, -an,) +

(KB, KP, KS ). Hasil analisis data toponimi

air terjun di Purwasuka yang termasuk kedalam pola kata barang berimbuhan ada dua air terjun. Polanya jelas seperti di bawah ini.

Pola 4: Top Air terjun KRd/Imb  paN-an + KK

Pola 4 marupakan toponimi air terjun dalam bentuk kata berimbuhan/salancar yang dibentuk oleh kata kerja yang diberi imbuhan gabungan paN–an. Hasil analisis data ditemukan ada dua air terjun air terjun yaitu, Air terjun Panembahan dan Air terjun Panundaan.

(07) Panundaan

Tunda paN-+-an (08) Panembahan

Tembah  paN-+-an

Toponimi air terjun Panundaan merupakan kata berimbuhan/ rundayan. Yang asal katanya dari tunda ditambah imbuhan gabungan paN- +an. Yang artinya “tempat nunda/tempat menyimpan”. Begitu pula dengan kata Panembahan merupakan kata berimbuhan/ rundayan yang kata dasarnya tembah ditambah imbuhan gabungan paN- +an, yang hartinya “tempat yang ditembah”.

c. Pola toponimi gabungan/kantétan

Ngaran curug di wilayah Purwasuka ada yang termasuk ke dalam kata barang gabungan/ kantétan. Kata barang gabungan di bentuk dengan jalan menggabungkan kata, sehingga menghasilkan arti mandiri yang berbeda dengan arti unsur-unsurnya (Sudaryat, Spk, 2007, hlm. 84)

Pola toponimi gabungan/ kantétan ditemukan dalam nama-nama air terjun di wilayah Purwasuka, bisa dilihat seperti dibawah ini.

Pola 5: Top Air terjun Kant/Gab  Kc+Kc Pola 5 merupakan toponimi tempat dalam bentuk kata gabungan/ kantétan, yang dibentuk ku dua kata yaitu; kata barang dan kata barang, kata barang dan

(7)

D A N G I A N G S U N D A V o l . 2 N o . 0 2 A g u s t u s 2 0 1 5 | 7

kata sipat atawa pagawéan. Hasil analisis data ditemukan ada Sembilan air terjun yang yang termasuk ke dalam pola kata kantétan/gabungan yaitu; Air terjun Cipurut, Ciséoh, Cijalu, Cimuja, Cilampér, Cikondang, Guha Badak, Pamandian Tuan dan Cigentis

Pola 5 juga mempunyai subpola lagi. Supaya lebih jelas bisa dilihat di bawah ini. Pola 5a: Top Air terjun Kant/Gab  KB + KB

Pola 5a merupakan toponimi air

terjun dalam bentuk kata

Gabungan/kantétan yang dibentuk oleh dua kata, yaitu: kata barang dan kata barang. Hasil analisis data, toponimi air terjun pola gabungan/kantétan pola 5a ditemukan ada delapan air terjun. Supaya lebih jelas bisa dilihat di bawah ini.

(09) Cipurut Ci + Purut KB + KB (10) Ciséoh Ci + Éoh KB + KB (11) Cijalu Ci + Jalu KB + KB (12) Cilampér Ci + Émpér KB + KB (13) Cikondang Ci + Kondang KB + KB (14) Guha Badak Guha + Badak KB + KB (15) Pamandian Tuan Pamandian + Tuan KB + KB (16) Cigentis Ci + Gentis KB + KB

Pola 5b: Top Air terjun Kant/Gab  KB + KK

Pola 5b merupakan toponimi air terjun dalam bentuk kata gabunga/kantétan yang dibentuk oleh dua kata, yaitu kata barang dan kata kerja. Hasil analisis data,

toponimi air terjun kata gabungan/kantétan pola 5b ditemukan ada satu air terjun yaitu; Air terjun Cimuja. Supaya lebih jelas bisa dilihat dibawah ini.

(17) Cimuja Ci + Muja KB + KK KESIMPULAN

Di wilayah Purwasuka ada tujuh belas curug yang mempunyai legenda masing-masing, di antarana; di Purwakarta ada Air terjun Cipurut, Ciséoh, Gandasoli, Panembahan. Di Subang ada Air terjun Cijalu, Cimuja, Cilampér, Cikondang, Guha Badak, Karémbong, Sadim, Saga, Pamandian Tuan. Di Karawang ada Air terjun Bandung, Cigentis, Panundaan, Peuteuy.

Ada beberapa dasar serta aspek yang ditemukan dalam munculna nama air terjun di wilayah Purwasuka berdasarkan carita rakyat, yaitu; (1) Dasar munculnya nama air terjun berdasarkan aspek manusia, di temukan ada sembilan air terjun yang muncul namanya berdasarkan aspek manusia yaitu; Air terjun Ciséoh, Gandasoli, Panembahan, Cimuja, Sadim, Saga, Pamandian Tuan, Bandung, Cigentis. (2) Dasar munculnya nama Air terjun berdasarkan aspek ékologis, dilihat dari jihat ekologis, munculnya nama air terjun di wilayah Purwasuka mencakup kedalam aspek binatang, tumbuhan, dan aspek barang.

Munculnya nama air terjun di wilayah Purwasuka berdasarkan aspek binatang di temukan dua air terjun yaitu; Air terjun Cijalu dan Curug Guha Badak. Munculnnya nama air terjun di wilayah Purwasuka berdasarkan aspek tumbuhan ditemukan tiga air terjun, yaitu; Air terjun Cipurut, Cikondang, dan Peuteuy. Sedangkan nama air terjun di wilayah

Purwasuka yang munculnya

dilatarbelakangi aspek barang, yaitu Air terjun; Karémbong, Cilampér, dan Panundaan.

(8)

Purwasuka tidak terlepas dari aspek kebasaan, serta mempunyai pola-pola linguistik tertentu. Pola ini dapat di golongkan kedalam tiga pola, yaitu: (1) Pola toponimi kata tunggal, (2) Pola toponimi kata berimbuhan, (3) Kata gabungan.

DAPTAR PUSTAKA

Kosasih, D. (2009). Toponimi Masyarakat

Sunda. (Makalah) Diskusi Jurusan

Sunda FPBS UPI.

Sudaryat, Y, Spk. (2007). Tatabasa Sunda

kiwari. Bandung: YramaWidya.

Sudaryat, Y, Spk. (2009). Toponimi Jawa

Barat (Berdasarkan Cerita Rakyat).

Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Sudaryat, Y. (2015). Wawasan Kesundaan.

Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait