• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu 1. Uji BOD (Biological Oxygen Demand) yang diduga mengandung zat beracun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu 1. Uji BOD (Biological Oxygen Demand) yang diduga mengandung zat beracun."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Prosedur Kerja Uji Kualitas Kimia dan Fisik Air Limbah Tahu 1. Uji BOD (Biological Oxygen Demand)

a. Sampel yang besifat asam dinetralkan pada pH 7,0 ± 10 dengan menggunakan asam atau basa.

b. Tentukan konsentrasi klor aktif untuk sampel yang diduga mengandung sisa klor aktif (yang dapat menghalangi proses mikrobiologis) sampel yang diduga mengandung zat beracun.

c. Turunkan kadar oksigen dengan cara pengocokan pada sampel yang mengandung oksigen melebihi kejenuhannya (terlalu jenuh). Keadaan tersebut dapat terjadi pada sampel yang ditumbuhi ganggang.

d. Pengenceran sampel, jumlah oksigen dalam botol terbatas maksimum 9 mg O2/l tersedia, dan sebaiknya oksigen terlarut pada

akhir masa inkubasi antara 3 dan 6 mg O2/l, maka sampel perlu

diencerkan.

e. Botol-botol BOD (sampel dan blanko) disimpan dalam inkubator (suhu 20o C ± 10 o C) selama kira-kira 1 jam. Setelah 1 jam botol tersebut dibuka sebentar lalu diisi dengan air pengencer sehingga di dalam botol tertutup tidak ada gelembung udara.

f. Simpan terus dalam inkubator (suhu 20 o C ± 10 o C) selama 5 hari, separuh dari jumlah botol-botol BOD tersebut dan separuhnya dikeluarkan untuk analisa oksigen.

(2)

Untuk menghitung BOD yang ada dalam limbah maka rumus yang digunakan Alaerts dan Santika,(1997) :

BOD5 20 = ( X0 – X5 ) – ( B0 – B5 ) ( 1- P )

P Keterangan:

BOD205 = sebagai mg O2/ℓ

X0 = OT (oksigen terlarut) sampai pada saat t = 0 (mg O2/ℓ)

X5 = OT sampai pada saat t = 5 hari (mg O2/ℓ)

B0 = OT blanko pada saat t = 0 (mg O2/ℓ)

B5 = OT blanko pada saat t = 5 hari (mg O2/ℓ)

P = derajat pengenceran 2. Uji DO (Dissolved Oxygen)

a. Masukkan sejumlah 20 ml sampel dan tambahkan 2 ml larutan mangan ke dalam botol. Tambahkan 2 ml larutan alkali Iodida azida

b. Botol ditutup kembali dengan hati-hati kemudian dikocok dengan cara membolak – balik botol

c. Biarkan gumpalan mengendap selama 10 menit

d. Tambahkan 2 ml H2SO4 pekat pada sisa larutan yang mengendap

e. Botol digoyangkan dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut f. Seluruh isi botol dituangkan secara kuantitatif ke dalam erlenmeyer 500

ml

g. Iodin yang dihasilkan dari kegiatan tersebut dititrasi dengan Na-thiosulfat 0,025 N sehingga terjadi warna coklat muda

(3)

h. Tambahkan indikator pati sebanyak 1 ml sehingga timbul warna biru. Kemudian lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang pertama kali i. Perhitungan nilai DO OT = a × N × 8000 V- 4 Keterangan : OT : mg/l A : Volum titrasi N : N-Na – thiosulfat V : Volum sampel 3. Uji pH

pH meter dihubungkan dengan elektroda kaca dan elektroda referensi. Pilih jenis elektroda sesuai dengan pH meter. Pada pH meter ada skala yang menyatakan hasil pengukuran beda potensial. Putar tombol pengukuran untuk memilih skala pH atau mV. Karena alat ini selalu memerlukan 10 s/d 20 menit pemanasan maka alat tetap dihidupkan selama mungkin. Alat dibiarkan dalam keadaan stanby, pH meter digunakan dengan elektroda terendam larutan sampel atau buffer. Dengan melihat tombol koreksi suatu sistem pengukuran pH baik dalam potensiometer maupun elektroda dapat disesuaikan dengan suhu yang ada dalam larutan. Analisis standardisasi dilakukan setiap 4 jam sekali karena analisa banyak (Alaerts dan Santika, 1997 4. Uji TSS

(4)

a. Panaskan Filter kertas biasa didalam oven pada suhu ± 105 0 C selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan kemudian timbang dengan cepat. Pemanasan biasanya cukup 1 jam. Namun, pemanasan perlu diulang sampai didapatkan berat yang konstan atau kehilangan berat sesudah pemanasan ulang kurang dari 0,5 mg.

b. Sampel yang sudah dikocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan dengan menggunakan pipet, ke dalam alat penyaringan atau cawan Gooch, yang sudah ada filter kertas didalamnya. Kemudian saring dengan sistem vakuum.

c. Filter kertas diambil dari alat penyaring dengan hati-hati dan kemudian ditempatkan diatas jaring- jaring yang diletakkan pada cawan lalu (bila memakai cawan Gooch, filter beserta cawan Gooch) dimasukkan dalam oven untuk dipanaskan pada suhu 105 0 C, selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang dengan cepat. Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya konstan atau berkurangnya berat sesudah pemanasan ulang, kurang dari 0,5 mg.

d. Agar supaya hasil analisa teliti , harap dibuat duplikat. e. Perhitungan Analisa TSS yaitu :

Mg/l zat tersuspensi = ( a – b ) × 1000 c

dimana

a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105 0 C (mg). b = berat filter kering (sudah dipanaskan 105 0 C ) (mg).

(5)

C = m/l sampel.

Lampiran 2. Hasil analisa data dengan SPSS 16.0 1.Tabel 1. Uji ANAVA BOD

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:data

Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F hitung Sig.

F table (5%) Model 272915.332a 9 30323.926 1.740E3 .000 LP 12743.019 2 6371.509 365.593 .000 3.55 Konsentrasi 11790.441 2 5895.221 338.264 .000 3.55 LP * konsentrasi 836.524 4 209.131 12.000 .000 2.93 Error 313.702 18 17.428 Total 273229.034 27

2.Tabel 2. Uji DMRT pengaruh konsentrasi terhadap BOD Data Duncan konse ntrasi N Subset 1 2 3 1 9 40.3600 2 9 95.3522 3 9 121.5422 Sig. 1.000 1.000 1.000 .

3.Tabel 3. Uji DMRT pengaruh luas penutupan terhadap BOD Data Duncan LP N Subset 1 2 3 3 9 73.3178

(6)

2 9 88.7889

1 9 125.1543

Sig. 1.000 1.000 1.000

4.Tabel 4. Uji DMRT interaksi konsentrasi dan luas penutupan terhadap BOD Data Duncan Interaksi N Subset 1 2 3 4 5 6 7 8 7 3 43.8967 4 3 56.5033 8 3 74.2133 5 3 91.383 3 9 3 101.8422 1 3 110.6832 6 3 118.4822 2 3 120.4652 3 3 144.3032 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 .569 1.000 5.Tabel 5. Uji ANAVA DO

Dependent Variable:data

Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F hitung Sig.

F table (5%) Model 8734.116a 9 970.457 1.616E3 .000 LP 690.105 2 345.053 574.704 .000 3.55 Konsentrasi 387.489 2 193.745 322.693 .000 3.55 LP * konsentrasi 69.940 4 17.485 29.122 .000 2.93 Error 10.807 18 .600 Total 8744.923 27

(7)

6.Tabel 6. Uji DMRT pengaruh konsentrasi terhadap DO Data Duncan konse ntrasi N Subset 1 2 3 3 9 12.1533 2 9 16.7022 1 9 21.4322 Sig. 1.000 1.000 1.000

7.Tabel 7. Uji DMRT pengaruh luas penutupan terhadap DO

LP N Subset 1 2 3 1 9 9.8467 2 9 18.6500 3 9 21.7911 Sig. 1.000 1.000 1.000

8.Tabel 8. Uji DMRT interaksi luas penutupan dan konsentrasi terhadap DO Data Duncan Interaksi N Subset 1 2 3 4 5 6 7 8 3 3 7.6767 2 3 10.3567 1 3 11.5067 11.5067 6 3 12.6833 9 3 16.1000 5 3 18.1200 8 3 21.6300 4 3 25.1467 7 3 27.6433 Sig. 1.000 .086 .079 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

(8)

9.Tabel 9. Uji Two Way ANAVA pH

Tests of Between-Subjects Effects Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F hitung Sig.

F table (5%) Model 715.790a 9 79.532 8.768E3 .000 LP 9.991 2 4.995 550.747 .000 3.55 konsentrasi 2.753 2 1.376 151.755 .000 3.55 LP * konsentrasi .470 4 .117 12.946 .000 2.93 Error .163 18 .009 Total 715.953 27

10.Tabel 10. Uji DMRT pengaruh konsentrasi terhadap pH Data konse ntrasi N Subset 1 2 3 3 9 4.722 2 9 5.078 1 9 5.503 Sig. 1.000 1.000 1.000

11.Tabel 11. Uji DMRT pengaruh luas penutupan terhadap pH Data LP N Subset 1 2 3 1 9 4.248 2 9 5.433 3 9 5.622 Sig. 1.000 1.000 1.000

(9)

12.Tabel 12. Uji DMRT interaksi luas penutupan dan konsentrasi terhadap pH Data Duncan Interaksi N Subset 1 2 3 4 5 6 7 8 3 3 4.067 2 3 4.233 1 3 4.443 6 3 4.867 9 3 5.233 5 3 5.500 8 3 5.500 4 3 5.933 7 3 6.133 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 13.Tabel 13. Uji Two Way ANAVA nitrat (N-NO3)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:data

Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F hitung Sig.

F table (5%) Model 53330.709a 9 5925.634 942.565 .000 LP 614.136 2 307.068 48.844 .000 3.55 konsentrasi 5719.664 2 2859.832 454.901 .000 3.55 LP * konsentrasi 20.188 4 5.047 12.803 .000 2.93 Error 113.161 18 6.287 Total 53443.870 27

(10)

14.Tabel 14. Uji DMRT pengaruh konsentrasi terhadap nitrat Data Duncan konsentrasi N Subset 1 2 3 1 9 23.2744 2 9 43.0056 3 9 58.8556 Sig. 1.000 1.000 1.000 .

15.Tabel 15. Uji DMRT pengaruh luas penutupan terhadap nitrat Data Duncan LP N Subset 1 2 3 9 37.5000 2 9 39.2556 1 9 48.3800 Sig. .155 1.000

16.Tabel 16. Uji DMRT interaksi luas penutupan dan konsentrasi terhadap nitrat Data Duncan Intera ksi N Subset 1 2 3 4 5 6 7 3 19.1700 4 3 20.1933 1 3 30.4600 8 3 38.2200 5 3 40.0133 2 3 50.7833 9 3 55.1100 6 3 57.5600 3 3 63.8967 Sig. .623 1.000 .393 1.000 .247 1.000

(11)

17.Tabel 17. Uji Two Way ANAWA TSS

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:data

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F hitung Sig.

F table (5%) Model 306169.048a 9 34018.783 1.085E3 .000 LP 69725.851 2 34862.925 1.112E3 .000 3.55 konsentrasi 19462.150 2 9731.075 310.361 .000 3.55 LP * konsentrasi 417.802 4 104.450 3.331 .033 2.93 Error 564.373 18 31.354 Total 306733.421 27

18.Tabel 18. Uji DMRT pengaruh konsentrasi terhadap TSS Data Duncan konse ntrasi N Subset 1 2 3 1 9 57.8878 2 9 87.2589 3 9 123.5332 Sig. 1.000 1.000 1.000 .

19. Tabel 19. Uji DMRT pengaruh luas penutupan terhadap TSS Data Duncan LP N Subset 1 2 3 3 9 49.6289 2 9 57.7767 1 9 161.2722 Sig. 1.000 1.000 1.000 .

(12)

20.Tabel 20. Uji DMRT interaksi luas penutupan dan konsentrasi terhadap TSS Duncan Interaksi N Subset 1 2 3 4 5 6 7 7 3 17.7767 4 3 21.1100 8 3 46.6667 5 3 62.2200 9 3 84.4433 6 3 90.0000 1 3 134.7842 2 3 152.8972 3 3 196.1532 Sig. .475 1.000 1.000 .240 1.000 1.000 1.000

(13)

Lampiran 3. Hasil Uji Korelasi dengan SPSS 16.0

21. Tabel 21. Korelasi antara luas penutupan dan konsentrasi terhadap BOD Correlations luaspenutupan konsentrasi luaspenutupan Pearson Correlation 1 .680 * Sig. (2-tailed) .004 N 9 9 konsentrasi Pearson Correlation .680 * 1 Sig. (2-tailed) .004 N 9 9

Interprestasi: Korelasi luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair Tahu terhadap penuranan BOD adalah 0.680, menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara luas penutupa kayu apu dan konsentrasi limbah cair tahu. Arah hubungan (r) adalah positif, semakin tinggi luas penutupan kayu apu pada limbah cair tahu maka semakin tinggi pula penurunan BOD pada limbah cair tahu.

22. Tabel 22. Nilai Koefisiensi determinasi antara luas luas penutupan dan konsentrasi terhadap BOD

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .680a .463 .761 25.50244 .512

Interprestasi: Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.761 artinya Luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah terhadap BOD sebesar 76.1%.

(14)
(15)

23. Tabel 23. Korelasi antara luas penutupan dan konsentrasi terhadap DO Correlations

luaspenutupan Konsentrasi luaspenutupan Pearson Correlation 1 .551

Sig. (2-tailed) .007

N 9 8

konsentrasi Pearson Correlation .551 1

Sig. (2-tailed) .007

N 8 8

Interprestasi: Korelasi luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair Tahu terhadap DO adalah 0.551, menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair tahu. Arah hubungan (r) adalah positif, semakin tinggi luas penutupan kayu apu pada limbah cair tahu maka semakin tinggi pula DO pada limbah cair tahu.

24.Tabel 24. Nilai Koefisiensi determinasi antara luas luas penutupan dan konsentrasi terhadap DO

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .580a .337 .75 6.02185 .552

Interprestasi: Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.75 artinya Luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah terhadap DO sebesar 75%.

(16)

25. Tabel 25. Korelasi antara luas penutupan dan konsentrasi terhadap pH Correlations

Luaspenutupan konsentrasi

Luaspenutupan Pearson Correlation 1 .521

Sig. (2-tailed) .006

N 11 8

Konsentrasi Pearson Correlation .521 1

Sig. (2-tailed) .006

N 8 8

Interprestasi: Korelasi luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair Tahu terhadap pH adalah 0.521, menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair tahu. Arah hubungan (r) adalah positif, semakin tinggi luas penutupan kayu apu pada limbah cair tahu maka semakin tinggi pula pH pada limbah cair tahu.

26.Tabel 26. Nilai Koefisiensi determinasi antara luas luas penutupan dan konsentrasi terhadap pH

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .442a .195 .670 .70894 .470

Interprestasi: Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.670 artinya Luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah terhadap TSS sebesar 67%.

(17)

27. Tabel 27. Korelasi antara luas penutupan dan konsentrasi terhadap nitrat Correlations

luaspenutup konsentrasi luaspenutup Pearson Correlation 1 .85

Sig. (2-tailed) .001

N 9 8

konsentrasi Pearson Correlation .85 1

Sig. (2-tailed) .001

N 8 8

Interprestasi: Korelasi luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair Tahu terhadap penurunan nitrat adalah 0.85, menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair tahu. Arah hubungan (r) adalah positif, semakin tinggi luas penutupan kayu apu pada limbah cair tahu maka semakin tinggi pula penurunan nitrat pada limbah cair tahu.

28.Tabel Nilai Koefisiensi determinasi antara luas luas penutupan dan konsentrasi terhadap Nitrat Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .538a .289 .87 15.79152 2.519

Interprestasi: Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.87 artinya Luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah terhadap TSS sebesar 87%.

(18)

29. Tabel 29. Korelasi antara luas penutupan dan konsentrasi terhadap TSS Correlations

Penutupan konsentrasi Penutupan Pearson Correlation 1 .80

Sig. (2-tailed) .008

N 9 9

konsentrasi Pearson Correlation .80 1 Sig. (2-tailed) .008

N 9 9

Interprestasi: Korelasi luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah cair Tahu terhadap penurunan TSS adalah 0.80, menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup antara luas penutupa kayu apu dan konsentrasi limbah cair tahu. Arah hubungan (r) adalah positif, semakin tinggi luas penutupan kayu apu pada limbah cair tahu maka semakin tinggi pula penurunan TSS pada limbah cair tahu. Tabel 30.Nilai Koefisiensi determinasi antara luas luas penutupan dan konsentrasi

terhadap TSS

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .80a .006 .136 5.46338 .958

Interprestasi: Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.136 artinya Luas penutupan kayu apu dan konsentrasi limbah terhadap TSS sebesar 13.6%.

(19)

Lampiran 4. Gambar Pengamatan

Aklimatisasi tumbuhan Kayu Apu Luas penutupan 100%, konsentrasi (50%, 75% dan 100%) limbah cair tahu

Perlakuan luas penutupan 100%, konsentrasi 50% setelah fitoremediasi

Perlakuan luas penutupan 100% , konsentrasi 75% setelah

fitoremediasi

Perlakuan 100%, konsentrasi 100% setelah fitoremediasi

Luas penutupan 50% , konsentrasi (50%, 75% dan 100%) limbah cair tahu

(20)

Perlakuan 50%, konsentrasi 50% setelah fitoremediasi Perlakuan 50%, konsentrasi 75% setelah fitoremediasi Perlakuan 50%, konsentrasi 100% setelah fitoremediasi

(21)

KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Jl. Gajayana No. 50 Dinoyo Malang (0341)558933 Fax.(0341) 558933

BUKTI KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Driyana rike ahmadlia

NIM : 09620061

Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi

Judul Skripsi : Pengaruh luas penutupan kayu apu (Pistia stratiotes) terhadap kualitas kimia dan fisik pada berbagai konsentrasi limbah cair tahu.

Pembimbing I : Dr. Evika Sandi Savitri, M.P Pembimbing II : Ach. Nashichuddin, M.A

No Tanggal HAL TandaTangan

1. 30 Januari 2013 KonsulBAB I, II 1.

2. 8 Februari 2013 Revisi BAB I, II 2.

3. 14 Februari 2013 Konsul BAB I, II, III 3

4. 22 Februari 2013 Revisi BAB I, II, III 4.

5. 18 Maret 2013 Revisi BAB I, III 5.

6. 23 Maret 2013 Revisi BAB III 6.

7. 26 Maret 2013 Revisi BAB III 7.

8. 23 April 2013 ACC BAB I, II, III 8.

9. 8 Mei 2013 Konsul BAB I, II, IV Agama 9.

10. 9 Mei 2013 Konsul BAB IV 10.

11. 13 Mei 2013 Revisi BAB I, II, IV Agama 11.

12. 23 Mei 2013 Revisi BAB IV 12.

13. 28 Mei 2013 Revisi BAB I, II, IV Agama 13.

14 Juli 2013 ACC Skripsi 14

Malang, Juni 2013 Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi

Dr. H. Eko Budi Minarno, M.Pd NIP. 197630114 199903 1 001

(22)

Gambar

Tabel 30.Nilai Koefisiensi determinasi antara luas luas penutupan dan konsentrasi  terhadap TSS

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hasil nilai kemampuan membaca siswa meningkat bedasarkan nilai yang diberikan oleh guru sebelum penelitian dengan skor rata-rata

Kami telah melakukan review atas neraca PT Asahimas Flat Glass Tbk (“Perusahaan”) tanggal 30 Juni 2007 dan 2006, serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan

Kelima Direktorat tersebut memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing, sedangkan susunan organisasi BPCB Jawa

Beragam jenis tumbuhan obat yang telah lama digunakan secara tradisional kini dipopulerkan kembali, salah satunya sirih ( Piper betle L.). Daun sirih dikenal

untuk menetapkan suatu dasar sehingga dapat mengumpulkan bukti yang berupa data-data dalam menentukan keputusan apakah menolak atau menerima kebenaran dari pernyataan

Jika dilihat dari usaha pemerintah Pakistan dalam implementasi konvensi CEDAW di Pakistan dan kebijakan yang sudah pemerintah Pakistan lakukan untuk mengurangi

Niat ikhlas,Penafsiran para ulama tafsir tentang Surat Hud ayat yang ke 29, menjelaskan bahwa dakwah Nabi Nuh kepada kaumnya memang didasarkan oleh

 Ada 4 jenis Al powder tidak bulat yang bisa digunakan sebagai fuel propelan yaitu AlLpn (yang digunakan Lapan selama ini), AlDhn (diperoleh dari PT dahana), AlPnc