BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna”, karena tiada suatu bacaan pun yang sempurna dan mulia sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu sampai sekarang dan mendatang yang dapat menandingi
Al-qur’ānu Al-karīm, bahkan dihafal oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak
dikalangan umat Islam. (Shihab, 2004:3)
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama lebih kurang dua puluh tiga tahun, sebagian besar waktu Rasulullah dihabiskan di Makkah. Allah SWT berfirman :
/Wa qur̓ ānan faraqnāhu litaqra ̓ahū ̒alā an-nāsi ̒alā mukṡin wa nazzalnāhu tanzīlan/ “Dan Al-Qur’an itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian”. (Q.s 17:106)
Melihat masa turunnya Al-Qur’an para ulama membagi Al-Qur’an menjadi dua bagian : Makkiyah dan Madaniyyah. Makiyyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebelum berhijrah ke Madinah.
Madaniyyah adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
setelah berhijrah ke Madinah. Ayat-ayat Makkiyah meliputi 19/30 dari isi Al-Qur’an terdiri atas 86 surat, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al-Qur’an terdiri atas 28 surat.
Ayat-ayat yang turun di Makkah itu adalah dalam tempo dua belas tahun lima bulan, tiga belas hari, yaitu dari 17 Ramadhan tahun 41 hingga permulaan
Rabi’ul Awal tahun 54 dari Miladun Nabi s.a.w. dan yang turun di Madinah itu
masanya ialah sesudah Hijrah hingga tamat Al-Qur’an. (Hassan, 2004:IX-X) Al-Qur’an dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya saja, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Al-Qur’an layaknya seperti sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya
manusia dari kegelapan. Dan didalamnya penuh dengan pengetahuan dan memiliki bahasa yang paling tinggi nilai sastra dan sebagai peraturan yang paling benar. (Shihab, 2004:3) Firman Allah SWT :
/Wa każālika ̓anzalnāhu ḥukman ̒arabiyyan wa la̓̓ in ittaba̒ ta ̓ahwā ̓ahum ba̒ da mā jā ̓aka mina al- ̒ ilmi mā laka mina allāhi min walliyyin walā wāqin/ “Dan
Demikianlah, kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah”. (Qs. 13:37)
Ada beberapa keistimewaan bahasa Arab itu sehingga mendukung posisinya menjadi bahasa Al-Qur’an antara lain ialah: a). Sejak zaman dahulu kala hingga sekarang bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup. b). Bahasa Arab adalah bahasa yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang Ketuhanan dan Keakhiratan. c). Bentuk-bentuk kata dalam bahasa Arab mempunyai tasrif (konjugasi) yang amat luas sehingga dapat mencapai 3000 bentuk perubahan, yang demikian tak terdapat dalam bahasalain. (Software Al-Qur’an)
Ilmu bahasa Arab terdiri dari beberapa ilmu, yaitu Ilmu Lughoh, Ilmu
Nahwu, Ilmu Isytiqaq, Ilmu ‘Arudh, Ilmu Qardhus Syi’ri, Ilmu Khat, Ilmu Insya,
Ilmu Muhadharat, Ilmu Badi’, Ilmu Bayan, Ilmu Ma ̒ani.(Said, 1984:98-106)
Salah satu ilmu bahasa Arab yang mengambil peranan penting dalam pengkajian Al-Qur’an adalah ilmu Balaghah. Secara ilmiah Balaghah merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara macam-macam uslub (ungkapan). Nurkholis dkk, 2005:6)
Ilmu Balagah terdiri dari tiga bagian.
1) Ilmu Ma̒ ānī, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur lafal- lafal Arab yang sesuai dengan tuntutan keadaan dan sesuai dengan maksud pembicara. Objek pembahasan ilmu ini ialah lafal-lafal Arab yang berkaitan
dengan makna-makna yang dimaksudkan oleh pembicara sesuai dengan tuntutan situasi. Dengan ilmu ini dapat diketahui:
a) Kemukjizatan Al-Qur’an yang berkaitan dengan aspek-aspek keindahan susunan kata, kebaikan deskripsinya, keindahan susunan kalimatnya, penggunaan kalimat padat, dan lain-lainnya.
b) Rahasia-rahasia balāgah dan al-faṣāḥah dalam prosa dan syair-syair Arab.
2) Ilmu al-bayān, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang berhubungan dengan pengungkapan suatu makna dengan berbagai macam cara yang sesuai dengan konteks kalimatnya.
3) Ilmu al-badī̒, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan aspek-aspek keindahan kalimat seiring dengan kesesuaiannya dengan kondisi dan situasi serta kejelasan pengertian yang dikandungnya, baik menurut lafal maupun maknanya. (Azra, 2003:224)
Diantara pembahasan ilmu Ma ̒ani adalah Kalam Khabar dan Kalam Insya’. Kalam Insya’ terdiri dari Insya’ Talabi dan Insya’ Ghairu Talabi. Diantara
pembahasan Insya’ Talabi adalah Istifham. (Nurkholis dkk, 2005:238) Defenisi istifham adalah:
ﺐﻠﻃ ﻮﻫ مﺎﻬﻔﺘﺳﻹا
ﻢﻠﻌﻟا
ﻣ ﺎﻣﻮﻠﻌﻣ ﻦﻜﻳ ﱂ ﺊﺸﺑ
ﻞﺒﻗ ﻦ
/Al-̓ istifhāmu huwa ṭalabu al-̒ ilmi bisyai’in lam yakun ma̒ lūman min qablu/
“Istifham adalah mengharapkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui sebelumnya”. (Al-Jarim dan Amin, 1999: 235)
Defenisi adawat istifham adalah:
ﻫ مﺎﻬﻔﺘﺳﻹا تاودأ
و ﻢﺳا ﱃا ﻢﺴﻘﻨﻳ ﻲﻫو .ﺎﻣ ﺊﻴﺷ ﻦﻋ لاﺆّﺴﻠﻟ ﻞﻤﻌﺘﺴﻳ نﺎﻴﻨﺒﻣ فﺮﺣ وا ﻢﺳا ﻲ
ﻦﻣ ّﻞﳏ ﺎﳍﺎﻣ مﺎﻬﻔﺘﺳﻹا فﺮﺣ ﺎّﻣاو بﺮﻌﻳ نأ ﻪﻟ ﻦﻜﳝو باﺮﻋﻹا ﻞﳏ ﺎﳍ مﺎﻬﻔﺘﺳا ﻢﺳا ﺎّﻣأ .فﺮﺣ
.باﺮﻋﻹا
/’Adawātu al-istifhāmi hiya ismun au ḥarfun maniyāni yasta̒ milu li as-su̓ ali ̒an sya̓ in mā. Wa hiya yanqasimu ilā ismin wa ḥarfin. ̓Amma ismun istifhāmi lahā maḥalli al-i̒ rābi wa yumkinu lahu ̓an yu̒ raba wa ̓amma ḥarfu al- istifhāmi mā lahā maḥallu al-i̒ rābi/” Adawat istifham adalah isim dan huruf yang mabni (tidak
i’rab (memiliki jabatan dalam kalimat bahasa Arab), sedangkan huruf Istifham
hanya sebagai penyempurna kalimat”. (Yulia, 2008:121)
Salah satu contoh isim istifham yang mempunyai tempat i’rab (memiliki jabatan dalam kalimat bahasa Arab) :
…
...
/...Fa̓ tū ḥarśakum ̓annā syi̓ tum.../”maka datangilah tanah tempat
bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”. (Qs. 2:223)
Fungsi (jabatan)
ّﱏأ
/’annā/ dalam ayat ini sebagaiﻖﻠﻌﺘﻣ ﻦﻛﺎﺳ نﺎﻣز وأ نﺎﻜﻣ فﺮﻇ
ﺑ
ﻒﻴﻛ ﲎﻌﲟ وأ اﻮﺘﺋا
/ẓarfun makānin ̓au zamāninsākinun muta̒ allaqun bi i̓ tū ̓ au bi ma̒ nā kayfa /”zaraf makan atau zaman
berhubungan dengan kalimat
اﻮﺘﺋا
/i̓ tū/ yang berarti ‘bagaimana’ ”.(Al-Ibrahim, 2006:35) Dengan demikan fungsi isim istifhamّﱏأ
/’annā/ dalam ayat ini sebagaizaraf makan atau zaraf zaman.
Istifham berfungsi sebagai kata tanya, baik menanyakan tentang sesuatu
yang berakal, atau tidak, yang lalu maupun akan datang. Istifham itu ada yang khusus dipergunakan untuk menanyakan tempat, waktu, keadaan, bilangan, hal yang meragukan dan yang pasti. (Nurkholis dkk, 2005:276)
Terkadang kata-kata tanya itu keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat, jadi fungsi istifham disini bukan sebagai kata tanya lagi, hal ini terjadi karena
مﻼﻜﻟا قﺎﻴﺳ
/siyāqual-kalāmi/”rasa bahasa” pada kalimat yang dimasuki adawat istifham. (Amin,
1999:218) Oleh karena itu, kalimatnya tidak memungkinkan untuk diartikan sebagai kalimat tanya. Diantaranya yaitu menunjukkan makna
ﻲﻔّﻨﻟا
/an-nafyu/ “meniadakan”,رﺎﻜﻧﻹا
/al-̓ ̓ inkāru/ ”ingkar”,ﺮﻳﺮﻘﺘﻟا
/at-taqrīru/“penegasan”,
ﺦﻴﺑﻮﺘﻟا
/at-taubīkhu/ “celaan”,ﻢﻴﻈﻌّﺘﻟا
/at-ta̒żīmu/”mengagungkan/membesar-besarkan”,
ﲑ
ﻘﺤﺘﻟا
/at-taḥqīru/”menghinakan”, dan lainsebagainya. (Dayyab dkk, 2004 : 437-439)
/Wajī̓ a yauma̓ iżin bi jahannama yauma̓ iżin yatażakkaru al-̓ insānu wa ̓annā lahu aż-żikrā/ “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu
ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya”. (Qs. 89:23)
Istifham pada ayat di atas mempergunakan isim istifham
ّﱏأ
/’annā/. Makna ayat di atas adalahﻲﻔّﻨﻟا
/an-nafyu/” meniadakan, menginkari, menyangkal“ artinya, penyesalan pada saat itu tidak ada gunanya lagi. (Al-Mahalli dan As-Suyuthi, (Jilid IV) 2005 : 2721)Adawat istifham selain
أ
/hamzah/ danﻞﻫ
/hal/ (huruf-huruf istifham) adalah sebagai berikut /man/,ﺎﻣ /māﻦﻣ
/ , /matāﱴﻣ
/,نﺎّﻳا
/ayyāna/,ﻒﻴﻛ
/kaifa/,ﻦﻳأ
/̓ ̓aina/,ّﱏأ
/ ̓annā/,ﻢﻛ
/kam/,ّيأ
/ ̓ayyun/ (isim-isim istifham). (Nurkholis dkk, 2005:276).Dari adawat istifham yang telah dijelaskan diatas, maka penulis merasa tertarik membahas tentang
ّﱏأ
/’annā/ dalam Al-Qur’an, karena setelah dicermati memiliki beberapa keistimewaan diantaranya terdapat beragam makna leksikal dariّﱏأ
/’annā/ sehingga hal ini perlu diteliti secara mendetail.1.2 Batasan Masalah
Agar penelitian tidak menyimpang dari pokok bahasan dan demi tercapainya hasil penelitian, maka penulis memberikan perumusan masalah pada penelitian ini yaitu: Bagaimanakah makna-makna isim istifham
ّﱏأ
/’annā/ dalam Al-Qur’an?1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan makna-makna
isim istifham
ّﱏأ
/’annā/ dalam Al-Qur’an.1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui penggunaan Istifham dalam bahasa Arab khususnya
Isim Istifham
ّﱏأ
/’annā/ dalam Al-Qur’an.2. Dapat mengetahui fungsi (jabatan)
ّﱏ
أ
/’annā/ pada ayat itu dalam Al-Qur’an.3. Dapat menemukan dan menghitung jumlah isim istifham
ّﱏأ
/’annā/ dalam Al-Qur’an serta memahami makna-maknanya.4. Dapat memperluas pemahaman para mahasiswa Sastra Arab program studi Sastra Arab Universitas Sumatera Utara mengenai isim istifham
ّﱏأ
/’annā/ dalam Al-Qur’an yang menggunakan konsep Al-Balagah.5. Sebagai tambahan kontribusi atau penambahan karya ilmiah karena judul ini belum pernah dibahas sebelumnya, bagi Fakultas Sastra USU khususnya bagi mahasiswa Program Studi Sastra Arab.
1.5 MetodePenelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah suatu metode dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis, dan menginterpretasikan, serta menguraikan dalam bentuk narasi.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Peneliti mengambil data primer dari Al-Qur’an dengan menggunakan Software Al-Qur’an Al-Karim, Software Maktabah Syamilah, versi ke-3 nomor versi :3,13 dalam mencari
ّﱏأ
/’annā/ dalam Qur’an, bukuAl-Balāgah karangan Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, serta data sekunder dari
berbagai kamus seperti Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Kamus Al-Bisri Indonesia – Arab dan Arab – Indonesia, tafsir seperti Tafsir Al-Misbah, Tafsir Jalalain, dan Tafsir Ibnu Kastir, Tafsir Al-Azhar, buku-buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah isim istifham
ّﱏأ
/’annā/ ini.Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, peneliti memakai sistem transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahap-tahap yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengumpulkan buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan
isim istifham
ّﱏأ
/’annā/.2. Mengumpulkan ayat-ayat yang terdapat isim istifham
ّﱏأ
/ ̓annā/ dalam Al-Qur’an dengan menggunakan Software Maktabah Syamilah, versi ke-3 nomor versi :3,13.3. Membaca dan memahami buku-buku dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan isim istifham
ّﱏأ
/’annā/ .4. Mengklasifikasi dan menganalisis data yang telah diperoleh.
5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi.