• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Micellar Surf Act Ant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Paper Micellar Surf Act Ant"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK

DENGAN INJEKSI MICELLAR-POLYMER

DENGAN INJEKSI MICELLAR-POLYMER

Eko Sumber Siswoyo Eko Sumber Siswoyo Mahasiswa Teknik Perminyakan Mahasiswa Teknik Perminyakan

UPN “Veteran” Yogyakarta UPN “Veteran” Yogyakarta

Hasil Evaluasi dari proses produksi konvensional tahap lanjut (terutama pada injeksi Hasil Evaluasi dari proses produksi konvensional tahap lanjut (terutama pada injeksi ai

air) r) memenununjnjukukkakan n babahwhwa a bebesasarnrnya ya gagaya ya kakapipileler r yayang ng teterjrjadadi i memengngakakibibatatkakan n titidadakk tersapunya fluida minyak secara merata. Gaya kapiler

tersapunya fluida minyak secara merata. Gaya kapiler terjadi karena adanya tegangan antarterjadi karena adanya tegangan antar muka (

muka (inter-facial tensioninter-facial tension, IFT) minyak – air yang timbul dari pengaruh gaya viscous yang, IFT) minyak – air yang timbul dari pengaruh gaya viscous yang men

menyebyebabkabkan an tertertintinggaggalnya lnya flufluida ida minminyayak k dibdibelaelakankang g zonzona a penpenyapyapuan uan air air injinjekseksi i ((by- by- passed oil

 passed oil). Dengan injeksi Micellar-Polymer, diharapkan dapat menyapu dan mendorong). Dengan injeksi Micellar-Polymer, diharapkan dapat menyapu dan mendorong by by   passed oil

 passed oil dengan mengurangi tegangan antar muka antara minyak dengan dengan mengurangi tegangan antar muka antara minyak dengan air.air.

I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN

Dal

Dalam am tahtahap ap proprodukduksi si priprimermer dan

dan produproduksi ksi sekunsekunder, der, minyminyak ak tidaktidak dapat sepenuh

dapat sepenuhnya nya dikuradikuras s habishabis. . HalHal ter

tersebsebut ut berberartarti, i, bahbahwa wa padpada a sasaatat pr

prososes es prprododukuksi si beberarakhkhirir, , mmasasihih terdapat sisa minyak yang tertinggal terdapat sisa minyak yang tertinggal di dalam reservoir. Hal ini disebabkan di dalam reservoir. Hal ini disebabkan karen

karena a tidak tidak semsempurnanpurnanya ya efisefisiensiiensi penyapuan reservoir dan terjebaknya penyapuan reservoir dan terjebaknya m

mininyyaak k ddaallaam m mmaattrrikiks s bbaattuuaann.. P

Peennjjeebbaakkaan n miinmnyyaak k tteerrsseebbuutt di

dipepengngararuhuhi i ololeh eh tetekakananan n kakapipileler,r, wettabilitas reservoir, serta sifat fisik wettabilitas reservoir, serta sifat fisik fluida dan batuan reservoir lainnya. fluida dan batuan reservoir lainnya.

Us

Usahaha a ununtutuk k memengngururas as sisisasa mi

minynyak ak yayang ng tetertrtininggggal al tetersrsebebutut,, d

diillaakkuukkaan n ddeennggaan n mmeettoodde e EEOORR ((Enhanced Oil Recovery Enhanced Oil Recovery ). Salah satu). Salah satu m

metetodode e EOEOR R yayang ng dadapapat t didipapakakaii adalah metode injeksi kimia. Metode adalah metode injeksi kimia. Metode injeksi zat kimia ini dapat mengatasi injeksi zat kimia ini dapat mengatasi masalah tersebut antara lain dengan masalah tersebut antara lain dengan cara-cara sebagai berikut :

cara-cara sebagai berikut : 1

1.. MMeenngguurraannggi i mmoobbiilliittaas s rarattioio a

annttaarra a aaiir r ddeennggaan n mmiinnyyaakk se

sehihingngga ga dadapapat t memeniningngkakatktkanan efisiensi penyapuan.

efisiensi penyapuan. 2

2.. MMeenniinnggkkaattkkaan n eeffiissiieennssii pende

pendesakasakan n dengadengan n mengmengurangiurangi g

gaayyaa--ggaayya a kakappiilleer r ddaann m

menenuururunknkaan n tetegagangngan an aantntaarr muka fluida.

muka fluida. 3.

3. MMemempeperbrbesesar ar popororossititaas s dadann per

permeameabilbilitaitas s batbatuan uan sehsehinginggaga da

dapapat t memengnghihilalangngkakan n adadananyaya tortuocity.

tortuocity. 4.

4. MeMeniningngkakatktkan an trtranansmsmisisibibililitityy batuan.

batuan.

5

5.. MMeemmeeccaahhkkaan n rrigigidide e bbaattuuaann seh

sehingingga ga flufluida ida dapdapat at memengangalirlir dengan mudah.

dengan mudah. D

Denengagan n aadadanynya a ininjejeksksi i zzaatt kim

kimia ia tertersebsebut, ut, berberartarti i akaakan n terterjadjadii perubahan pada sifat fisik fluida dan perubahan pada sifat fisik fluida dan batua

batuan n reserreservoir voir yang yang berpenberpengaruhgaruh ter

terhadhadap ap efiefisiesiensi nsi penpendesdesakaakan n dandan efisiensi penyapuan.

efisiensi penyapuan. Met

Metode ode injeinjeksksi i zat zat kimkimia ia yayangng dib

dibahaahas s padpada a pappaper er kalkali i ini ini adaadalahlah injeksi

injeksi micellar-polymer micellar-polymer , , sseerriinngg d

diisseebbuut t jjuugga a dedennggaan n iinnjjeekkssii surfaktan-polimer atau injeksi emulsi surfaktan-polimer atau injeksi emulsi mikro

mikro

II. DASAR TEORI II. DASAR TEORI

2.1. Konsep Pendesakan 2.1. Konsep Pendesakan

Sua

Suatu tu flufluida ida yanyang g terterdapdapat at didi dalam reservoir apabila didesak oleh dalam reservoir apabila didesak oleh flu

fluida ida lailainnynnya, a, mamaka ka akaakan n terterdapdapatat s

suuaattu u zzoonna a ttrraannssiissi i aattaau u zzoonnaa campuran. Zona tersebut

campuran. Zona tersebut mempunyaimempunyai p

peerruubbaahahan n ssaattuurraassi i ddaarri i ffluluiiddaa pendesak dan fluida yang didesaknya pendesak dan fluida yang didesaknya de

dengngaan n jajararak k yayang ng ccukukup up jjelelasas,, seperti yang terlihat pada

seperti yang terlihat pada Gambar 1Gambar 1.. Zona transisi

Zona transisi akan akan mempmempunyaiunyai pe

perurubabahahan n sasatuturarasi si flfluiuida da dedengnganan variasi 100% fluida pendesak sampai variasi 100% fluida pendesak sampai 10

100% 0% flfluiuida da yayang ng dididedesasak. k. BaBagigianan re

resserervovoir ir yyanang g ddiiiissi i ooleleh h flfluiuiddaa pendesak terus bertambah besar dan pendesak terus bertambah besar dan m

miinnyyaak k yyaanng g tteerrddeessaak k tteerruuss ber

berkurkurangang, , karkarena ena sesebagbagian ian mumulailai terproduksi dari sumur produksinya. terproduksi dari sumur produksinya. 2.1.1. Pendesakan Tak Tercampur  2.1.1. Pendesakan Tak Tercampur 

P

Penendedessaakakan n ttaak k tetercrcamampupurr ((immimmiciicible ble disdisplaplacemcement ent ) ) aaddaallaahh p

(2)

menginjeksikan fluida yang mempunyai sifat tidak mencampur dengan fluida reservoir3).

Apabila fluida pendesak bersifat tidak membasahi, maka akan terbentuk suatu bidang antar permukaan, antara fluida yang membasahi dan fluida yang bersifat tidak membasahi. Fluida injeksi harus melalui bidang antar muka tersebut supaya dapat masuk ke reservoir, untuk itu diperlukan suatu gradien tekanan pendesakan (displacement   pressure). Pada lubang pori-pori yang

kecil saja gradien tekanan yang diperlukan sangat besar, terutama pada lubang bor. Dengan demikian, pada umumnya injeksi fluida yang bersifat tidak membasahi akan lebih efisien jika digunakan pada daerah yang mempunyai lubang pori-pori yang besar.

Apabila fluida pendesak bersifat membasahi, maka gradien tekanan pendesakan tidak mutlak diperlukan. Proses pendesakan akan terus berlangsung selama fluida yang didesak masih terus mengalir hingga dicapai suatu keadaan dimana fluida yang didesak akan merupakan fasa tidak kontinyu dan mempunyai harga permeabilitas efektif mendekati harga nol yang sudah dapat mengalir lagi.

Proses pendesakan oleh fluida membasahi lebih efisien jika dibandingkan dengan pendesakan oleh fluida yang tidak membasahi. Hal ini terjadi karena adanya efek kapiler, gradien saturasi di belakang front , zona transisi yang sempit dan saturasi fluida yang diinjeksi lebih sempit.

Apabila fluida pendesak lebih viscous daripada fluida yang didesak (seperti air mendesak gas atau minyak ringan) dan perbedaan porositas yang terdapat pada batuan reservoir tidak begitu banyak, maka bidang front akan lebih jelas nampak.  Jadi semua fluida yang didesak, baik gas ataupun minyak akan mengalir di depan front  sedangkan di belakang front  hanya terdapat saturasi sisa dari fluida-fluida yang didesak tersebut.

Apabila air yang merupakan fluida pendesak kurang viscous jika dibandingkan dengan fluida yang didesak (misalnya minyak yang sangat berat) atau terdapatnya suatu

perbedaan porositas yang sangat besar pada reservoir tersebut, maka zona transisinya akan semakin besar dan bidang front  antara fluida pendesak dengan fluida yang didesak tidak tampak dengan jelas. Di samping itu suatu penerobosan fluida pendesak lebih mungkin terjadi, sehingga akan meninggalkan residu fluida yang didesak oleh minyak. Ilustrasi mengenai proses geometri aliran, dapat dilihat pada Gambar 2.

Asumsi – asumsi yang digunakan dalam persamaan fraksi aliran adalah 3):

1. Aliran mantap (steady state), 2. Sistem pendesakan dari dua

fluida yang tidak larut satu sama lain (immiscible),

3. Fluida tidak dapat dimampatkan, dan

4. Aliran terjadi pada media berpori yang homogen.

Persamaan yang digunakan untuk meng-hitung efisiensi pendesakan dikembangkan pertama kali oleh Buckley-Leverret.

Untuk pendesakan satu dimensi di dalam media berpori, fraksi aliran fluida pendesak adalah :

M)  ν(1 P λ  M)  ν(1 Δρgsinα λ  M 1 M f 1 1 1 c + ∇ + + − + = ... (2-1) 1 r2 2 r1 2 1 μ k  μ k  λ  λ  M = = ... ... (2-2)

Fraksi aliran fluida yang didesak dapat dihitung dari persamaan fraksi aliran fluida pendesak, sebagai berikut : 2 1 1 1 μ μ μ f  + = ... ... (2-3) 1 2 1 f  f  = − ... ... (2-4) Fraksi aliran adalah fungsi dari saturasi sepanjang variasi permeabilitas relatif. Plot antara fraksi aliran versus saturasi fluida pendesak disebut kurva fraksi aliran (fractional flow curve), yang biasanya bebrbentuk kurva – S. Bentuk sebenarnya dari kurva ini dan posisinya tergantung dari kurva

(3)

permeabilitas relatif, viskositas fluida, densitas, sudut kemiringan dan hubungan saturasi-tekanan kapiler.

Kemajuan front pendesakan tak tercampur dapat ditentukan dengan menghitung saturasi fluida pendesak sebagai fungsi waktu dan jarak dari slope kurva fractional flow. Termasuk   juga waktu breakthrough pada saat

fluida pendesak tiba di ujung media berpori dan kemudian terproduksi water cut . Saturasi fluida pendesak rata-rata sebelum breakthrough ditentukan dengan material balance untuk media berpori, setelah brekthrough ditentukan dengan perluasan tangen terhadap kurva fractional flow pada satu titik yang menghubungkan kondisi di ujung  jalan keluar.

Hal ini dapat dilakukan pada waktu yang berbeda-beda sampai   producing cut (yang sama dengan harga f 1 pada ujung jalan keluar)

tercapai batas yang telah ditentukan. Efisiensi pendesakan minyak (ED), jika terdapat dua fluida di dalam

proses pendesakan tak tercampur (immiscible) seperti yang digambarkan di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut :

o o D B S B S 1 E α α − = ... ... (2-5)

Berdasarkan persamaan fraksi aliran, maka faktor yang memperngaruhi pendesakan taktercampur adalah :

1. Mobilitas rasio

Pada suku pertama dalam persamaan, yang menunjukkan gaya viscous merupakan faktor yang berpengaruh pada fraksi aliran. Pada harga saturasi tertentu, fraksi aliran fluida pendesak lebih kecil pada mobilitas rasio yang kecil. Akibatnya terjadi keterlambatan breakthrough dan meningkatkan efisiensi pendesakan pada volume yang diinjeksikan. Dengan kata lain, efisiensi pendesakan pada abandonment  akan lebih tinggi pada mobilitas rasio yang lebih kecil karena berkurangnya   producing cut  dari fluida pendesak.

2. Gaya Gravitasional

Suku kedua menyajikan perbandingan antara gaya gravitasional dan gaya viscous. Hal ini dapat ditulis lagi sebagai Bilangan Gravitasi (Ng), untuk kasus ini tekanan kapiler dapat diabaikan, adalah :

[

− α

]

+ = 1 N sin 1 M M f 1 g ... ... (2-6) u Δρg λ   Ng = 2 ... ... (2-7)

  Jika harga (Ng sin α ) berarti,

gaya gravitasional akan cukup berpengaruh kuat terhadap kurva fraksi aliran. Harga positif yang lebih tinggi dari Ng sin α menurunkan

fraksi aliran fluida pendesak pada saturasinya. Jadi pengaruh gaya gravitasional positif sama dengan pengaruh mobilitas rasio yang kecil. Gambar 3 menunjukkan pengaruh mobilitas rasio dan gaya gravitasional terhadap efisiensi pendesakan.

3. Tekanan Kapiler

Pada suku ketiga persamaan fraksi aliran, menunjukkan perbandingan gaya kapiler dan gaya viscous. Gradien tekanan tekanan kapiler dalam arah aliran adalah positif, karena gradien saturasi air dan turunan tekanan kapiler berkenaan dengan saturasi air adalah negatif. Oleh karena itu pengaruh tekanan kapiler adalah untuk menaikkan aliran fraksional fluida pendesak pada saturasi air yang diberikan.

Pengaruh ini lebih nyata pada saturasi air yang lebih luas, seperti didekat flood front . Akibatnya, jika tekanan kapiler cukup, maka saturasi front akan menyebar di atas jarak tertentu. Gambar 4 menunjukkan pengaruh tekanan kapiler terhadap profil saturasi dalam pendesakan tak tercampur.

2.1.2. Distribusi Saturasi saat Pendesakan

Pada saat injeksi fluida mulai dilaksanakan melalui suatu sumur injeksi, maka fluida injeksi tersebut akan mengisi pori-pori yang semula

(4)

ditempati oleh fluida yang didesaknya. Fluida yang didesak tersebut akan berusaha menuju sumur produksi dengan mendesak fluida yang terdesak didepannya.

Pada zona transisi akan terdapat suatu perkembangan saturasi, dari saturasi fluida pendesak di belakang dan saturasi fluida yang didesak di bagian depannya. Perubahan saturasi ini tidak dialami oleh bagian reservoir yang tidak tersapu oleh fluida pendesak. Apabila fluida yang dapat didorong yang terdapat di muka front lebih dari satu seperti minyak dan gas, maka distribusi saturasi yang berada di depan front akan lebih kompleks jika dibandingkan dengan hanya satu fluida saja.

Contohnya adalah proses pendesakan air pada reservoir solution gas drive. Minyak dan gas yang ada dalam reservoir, keduanya dapat bergerak. Gas umumnya mempunyai viskositas yang lebih kecil dan mobilitas yang lebih besar dari minyak, sehingga gas akan lebih cepat bergerak meninggalkan minyak. Perbedaan mobilitas ini membentuk zona tertentu didepan front  yang mempunyai saturasi minyak yang lebih besar. Zona ini disebut zona “oil bank ”.

Dalam zona transisi fluida pendesak dan fluida yang didesak, saturasi dan fraksi aliran fluida pendesak akan bertambah besar ke arah sumur injeksi, kemudian saturasi dan fraksi aliran fluida yang didesak akan bertambah besar ke arah sumur produksi. Pada beberapa proses injeksi, fluida yang diinjeksikan akan mengisi semua ruangan pori-pori di daerah reservoir yang tersapu. Ada juga kemungkinan bahwa fluida yang diinjeksikan tidak dapat mengisi semua pori-porinya, karena pori-pori tersebut ditempati oleh minyak, air atau gas yang merupakan suatu saturasi residu. 2.2. Cadangan Minyak Sisa

Cadangan minyak sisa merupakan cadangan minyak yang belum dapat terproduksi pada tahap produksi primer, karena cadangan minyak sisa tersebut terjebak dalam matrik batuan 5). Penjebakan minyak

ini disebabkan oleh adanya

gaya-gaya kapiler dan tidak sempurnanya efisiensi penyapuan dan pendesakan.

Cadangan minyak sisa dapat dibedakan menjadi dua 5), yaitu :

1. Unrecovered mobile oil , yaitu cadangan minyak sisa karena berkurangnya kemampuan reservoir untuk mengangkatnya keatas, berkaitan dengan penurunan tekanan dan temperatur reservoir. Cadangan ini dapat diproduksi dengan proses konvensional, yaitu dengan memperbaiki ataupun menambah kinerja tekanan reservoir, misalnya dengan menggunakan metode Artificial Lift, seperti Electric Submersible Pump dan Gas Lift, ataupun dengan metode injeksi air (water flood ).

2. Immobile oil , merupakan cadangan minyak yang tersisa dari produksi primer dan sekunder. Minyak ini hanya dapat diproduksi dengan metode produksi tahap lanjut (Enhanced Oil Recovery, EOR)

  Tahap produksi primer hanya dapat memproduksi 1/3 dari OOIP, dimana 2/3 dari OOIP tidak dapat diproduksi dengan teknologi konvensional. Penerapan teknologi EOR diharapkan dapat memproduksi sekitar 20% - 30% dari cadangan minyak sisa tersebut, seperti yang terlihat pada Gambar 5.

2.3. Mobilitas Fluida

Mobilitas fluida adalah suatu ukuran yang menunjukkan kemudahan suatu fluida untuk mengalir melalui media berpori dengan suatu gradien tekanan tertentu.

Mobilitas Fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara permeabilitas efektif fluida tersebut terhadap viskositasnya pada kondisi reservoir, sesuai dengan persamaan

4) : f  f  f 

µ

=

λ

... ... (2-8)

(Subscript f menunjukkan fluida-fluida

tertentu, seperti minyak, air dan gas.)

Mobilitas merupakan fungsi dari sifat-sifat fluida batuannya, harganya bervariasi sesuai dengan saturasi,

(5)

tekanan dan temperaturnya. Mobilitas fluida akan berbeda-beda tergantung pada tempat fluida itu berada dan waktu pelaksanaan injeksi fluidanya. Mobilitas fluida kadang-kadang tidak beraneka ragam harganya untuk suatu reservoir pada saat proses pendesakan berlangsung, tetapi bila terjadi perubahan biasanya dicari harga rata-ratanya sehingga dapat digunakan untuk perhitungan.

Mobilitas rasio didefinisikan sebagai perbandingan mobilitas minyak dengan mobilitas fluida pendesak. Mobilitas rasio air terhadap minyak dinyatakan sebagai : w o ro rw o w o w, μ μ x k  k  M = λ λ = ... ... (2-7)

Persamaan diatas menggunakan asumsi-asumsi :

1. Pendesakannya seperti pendesakan piston (  piston like displacement ), yaitu saturasi fluida yang didesak berkurang dengan tajam dari saturasi awal sampai dengan ke saturasi residunya setelah dilalui bidang front.

2. Pada daerah yang belum tersapu oleh fluida pendesak hanya terdapat satu aliran fluida saja yaitu fluida yang didesak, sedangkan pada daerah yang tersapu juga terdapat aliran satu macam fluida yaitu fluida yang merupakan fluida pendesak.

3. Seluruh batuan reservoir mempunyai spesifik permeabilitas yang sama (reservoir homogen isotropik)

4. Viskositas, permeabilitas efektif, mobilitas fluida pendesak dan fluida yang didesak dianggap tetap selama pendesakan berlangsung.

5. Apabila proses

pendesakannya oleh fluida yang tercampur, maka permeabilitas efektif fluida pendesak dan fluida yang didesak adalah sama. Dengan demikian mobilitas rasionya dapat disederhanakan menjadi perbandingan visko-sitasnya saja.

2.4. Efisiensi Pendesakan

Efisiensi pendesakan adalah perbandingan antara volume hidrokarbon yang dapat didesak dari pori-pori dengan volume hidrokarbon total dalam pori-pori tersebut3).

Dalam kenyataannya, efisiensi pendesakan merupakan fraksi minyak atau gas yang dapat didesak setelah dilalui oleh front  dan zona transisinya.

Pada kasus pendesakan linier, contohnya media berpori berbentuk silinder seperti Gambar 2, kemudian semua pori-pori di belakang front dapat diisi oleh fluida pendesaknya, maka efisiensi volumetrik akan mencapai 100% dan hubungan umum yang menunjukkan efisiensi pendesakan adalah sebagai berikut :

oi or  oi d

S

S

S

E

= − ... ... (2-9)

Dalam kenyataan, harga Sordan

Ed akan konstan sampai pada bidang

front mencapai titik produksinya. Pada saat dan sebelum breaktrough terjadi, efisiensi pendesakan ditunjukkan oleh persamaan :

oi BT or  oi BT d S ) (S S ) (E = − ... ... (2-10)

Harga Sor akan berkurang dan

Ed akan bertambah dengan terus

berlalunya zona transisi melalui sumur produksi, sehingga setelah zona transisi ini berlalu akan diperoleh harga Sor minimum yang

merupakan harga saturasi minyak irreducible dan efisiensi pendesakan mencapai harga maksimum, sesuai dengan persamaan : oi min or  oi max d S ) (S S ) (E = − ... ... (2-11) 2.5. Efisiensi Penyapuan Efisiensi penyapuan didefinisikan sebagai perbandingan antara luas daerah hidrokarbon yang telah didesak di depan front dengan luas daerah hidrokarbon seluruh reservoir atau dengan luas daerah

(6)

hidrokarbon yang terdapat pada suatu pola.

2.5.1. Efisiensi Penyapuan Areal

Efisiensi penyapuan areal didefinisikan sebagai perbandingan antara luasan reservoir yang kontak dengan fluida pendesak terhadap luas areal total atau fraksional dari reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi. Pada pola sumur yang terbatasi, efisiensi tersebut dapat diperkirakan sebagai fungsi dari bentuk pola, volume pori yang diinjeksikan dan perbandingan mobilitas. Kegiatan perolehan minyak tahap lanjut tidak semuanya menggunakan pola sumur terbatasi, sehingga efisiensi penyapuan areal akan lebih rendah dari coverage factor .

a. Faktor Cakupan (coverage factor ) Coverage factor  (faktor cakupan) adalah perbandingan sederhana antara volume reservoir pada sumur dengan pola yang teratur, dengan volume reservoir total, seperti terlihat pada Gambar 6. Volume reservoir digunakan sebagai pengganti areal untuk memasukkan variasi ketebalan lapisan.

b. Korelasi Efisiensi Penyapuan Areal Untuk sumur dengan pola yang teratur pada reservoir yang homogen, diperlukan korelasi efisiensi penyapuan areal. Korelasi ini dipersiapkan untuk pengujian pendesakan dan dibantu dengan beberapa pertimbangan analitik. Efisiensi penyapuan areal pada volume pori yang telah diinjeksi, akan berkurang dengan naiknya perbandingan mobilitas. Perbandingan mobilitas akan meningkat dengan naiknya volume yang telah diinjeksikan, sehingga harga akhir untuk efisiensi penyapuan areal akan diambil pada harga volume pori yang telah diinjeksikan dihubungkan dengan limiting cut yang ditentukan dalam produksi.

Hal yang perlu dicatat adalah daerah harga efisiensi penyapuan yang ditentukan dari korelasi tidak dapat menunjukkan beberapa anisotropi (directional permeability 

variation) atau hetero-genitas tertentu.

Pada kebanyakan korelasi penyapuan areal, perbandingan mobilitas dihitung dengan memakai permeabilitas relatif end-point, yang akan menghasilkan mobilitas rasio rata-rata. Mobilitas rasio didefinisikan sebagai perban-dingan antara mobilitas total fluida dibelakang front pendesakan dengan di depan front pendesakan, dirumuskan dengan persamaan :

a r2 r1  b r2 r1 ) λ  (λ  ) λ  (λ  M + + = ... ... (2-12)

Subskrip b dan a berturut-turut menunjukkan kondisi pada saturasi rata-rata di belakang front dan saturasi awal didepan front.

c. Pengaruh Viscous Fingering

Front pendesakan yang tidak stabil akan menyebabkan fluida pendesak tersembul di dalam lebar finger  yang kecil melewati fluida terdesak. Sebagai hasilnya fluida terdesak tertinggal di belakang front pendesakan. Keadaan seperti ini terjadi di dalam reservoir yang homogen dan terlebih lagi pada heterogenitas reservoir. Viscous fingering berhubungan langsung dengan perbedaan viskositas antara fluida pendesak dengan fluida terdesak.

Keberadaan viscous fingering pada proses pendesakan akan berpengaruh pada penentuan efisiensi pendesakan. Jika pengaruh viscous fingering tidak memasukkan pada perhitungan efisiensi pendesakan, dan diketahui pengaruh tersebut ada, maka harus dilakukan beberapa koreksi pada penentuan efisiensi penyapuan vertikal dan areal.

  Jika pengaruh viscous fingering dimasukkan dalam perhitungan efisiensi pendesakan, maka volume yang tersapu sama dengan daerah terinvasi (invaded region). Sedangkan jika tidak, maka volume penyapuan hanya merupakan daerah yang terkena kontak dengan fluida pendesak (contacted  region). Perbedaan antara invaded 

(7)

dan contacted region terdapat pada Gambar 7.

2.5.2. Efisiensi Penyapuan Vertikal Efisiensi penyapuan vertikal didefinisikan sebagai fraksi dari bagian vertikal pada reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi. Efisiensi penyapuan vertikal dipengaruhi oleh gravitasi dan hetero-genitas lapisan reservoir. Pengaruh gravitasi disebabkan oleh perbedaan densitas antara fluida pendesak dengan fluida terdesak. Jadi pengaruh gravitasi dapat terjadi di semua reservoir (homogen dan heterogen). Gas akan mendahului minyak lewat bagian atas (over-rides) dan air akan mendahului minyak pada bagian bawah (under-runs), karena itu terjadi breakthrough lebih awal di bagian atas dan bawah reservoir. Secara teori, stabilitas front pendesakan dan sudut ke arah mana menghadap (terhadap arah aliran) berhubungan dengan laju penginjeksian, mobilitas fluida dan perbedaan densitas.

  Jika reservoir menunjukkan variasi permeabilitas dan porositas terhadap kedalaman, heterogenitas lapisan, flood front  akan terpengaruh oleh variasi tersebut. Fluida pendesak akan bergerak lebih cepat dilapisan dengan permeabilitas yang tinggi dan breakthrough terjadi lebih awal dalam sumur produksi.

2.6. Efisiensi Invasi

Efisiensi invasi didefinisikan sebagai perbandingan antara volume hidrokarbon dalam pori-pori yang telah didesak oleh fluida atau front terhadap volume hidrokarbon yang masih tertinggal di belakang front. Pada efisiensi penyapuan, seolah-olah dianggap bahwa yang sedang mengalami proses pendesakan mempunyai sifat merata (uniform) ke arah vertikal. Pada keadaan yang sebenarnya, dalam reservoir jarang terjadi hal seperti itu. Oleh karena itu, supaya pengaruh aliran ke arah vertikal turut diperhitungkan, maka harus diketahui efisiensi invasi.

Pengaruh perubahan sifat batuan ke arah vertikal dinyatakan dengan adanya perlapisan dalam reservoir yang sifat batuannya berbeda terutama permeabilitasnya. Pengaruh perlapisan terhadap bidang

front atau zona transisi adalah bidang front akan bergerak lebih cepat pada daerah dengan permeabilitas yang tinggi, sehingga breakthrough air akan lebih dahulu terjadi pada lapisan yang lebih permeabel.

III. INJEKSI ZAT KIMIA

Injeksi zat kimia adalah salah satu metode EOR (Enhanced Oil Recovery ) dengan meng-injeksikan zat kimia ke dalam reservoir, dengan tujuan utama untuk mengubah sifat fisik fluida dan batuan reservoir yang berpengaruh terhadap peningkatan efisiensi pendesakan dan penyapuan. Untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dapat dilakukan dengan mengurangi perbandingan mobilitas antara fluida injeksi dengan fluida reservoir, sedangkan untuk meningkatkan efisiensi pendesakan dapat dilakukan dengan mengurangi gaya kapiler. Di samping itu, injeksi zat kimia juga dapat memperbesar porositas dan permeabilitas batuan sehingga dapat menghilangkan adanya tortuocity , meningkatkan transmisibilitas, serta memecahkan rigide batuan

3.1. Jenis Zat Kimia 3.1.1. Surfaktan

  Tipikal monomer surfaktan kutub nonpolar (lypophile moiety ) dan kutub polar (hydrophile moiety ), atau disebut juga amphiphile.

Struktur kimia monomer surfaktan secara umum dilambangkan dengan ‘tadpole’, dimana ekornya adalah kutub nonpolar dan kepalanya sebagai kutub polar, seperti terlihat pada Gambar 8.

  Jenis-jenis Surfactant yang biasa digunakan dalam injeksi zat kimia adalah sodium dodecyl sulfate dan sulfonate, seperti terlihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Berdasarkan pada jenis kutubnya, surfactant dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu

Jenis Contoh Anionics Sulfonates, Sulfa-tes, Carboxyla-tes, Phosphates. Cationics Quaternary am-monium organics, Pyridinum, Imida-zolinium,

(8)

Piperidi-nium.

Nonionics

Alkyl-, Alkyl- acyl- Acyl-, Acylamin-do-, Aminepoly-glycol.

Amphoterics

Aminocarboxylie Acids

3.1.2. Polimer 

  Jenis-jenis polimer yang dapat digunakan dalam proses injeksi polimer antara lain adalah  xanthan gum, hydrolized polyacrylamide (HPAM), polimer gabungan (copolymer ) antara monomer asam akrilik (acrylic acid ) dengan acrylamide, gabungan polimer antara acrylamide dengan acrylamide 2-metil propana sulfonat  (AM/AMPS), hydroxyethylcellulose (HEC), carboxymethyl-hydroxyethylcellulose (CMHEC),  polyacrylamide (PAM),   polyacrylic acid , glucan, dextran  polyacrylic oxide (PEO), dan polyvinyl alcohol. Dari semua jenis tersbut,  jenis polimer yang banyak digunakan dalam aplikasi lapangan adalah xanthan gum, hydrolized   polyacrylamide dan copolymer 

acrylic acid-acrylamide.

Secara garis besar, jenis polimer yang beredar di pasaran dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu  polyacrylamide dan  polysacharide.

1. Polyacrylamide

Molekul  polyacrylamide adalah rangkaian molekul yang sangat panjang dari unit molekul acrylamide. Struktur kimia unit acrylamide dan polimer  polyacrylamide dapat dilihat pada

Gambar 11.

Berat molekul dari  polyacrylamide antara 1 sampai 10 juta dan bersifat tahan terhadap serangan bakteri. Polyacrylamide mudah terkena kerusakan mekanik karena rantainya yang sangat panjang sehingga mudah putus, pecah. Polyacrylamide lebih sensitif  terhadap salinitas tetapi lebih tahan terhadap serangan bakteri. Pada penambahannya untuk menaikkan viskositas,  polyacrylamide merubah permeabilitas batuan reservoir, dan ini juga menurunkan mobilitas air injeksi.

 Jika permeabilitas batuan reservoir rendah, maka polimer dengan konsentrasi rendah dapat digunakan untuk memperoleh kestabilan mobilitas yang sama 4).

2. Polysacharide

Polysacharide terbentuk dari proses fermentasi pada bakteri (biopolimer). Jenis  polysacharide yang digunakan dalam proses injeksi adalah  xanthan gum, yang merupakan kotoran extracellular  yang terbentuk pada permukaan sel mikroba. Xanthan Gum dihasilkan dari aktivitas bakteri   xanthomonas campsentris pada media karbohidrat, dengan tambahan protein dan zat anorganik dari nitrogen.

Pemanasan dilakukan untuk mematikan bakteri  xanthomonas campsentris, dan setelah itu polimer diendapkan dari kaldu dengan penambahan alkohol tertentu. Berat molekul ± 5 juta dan memiliki kerentanan yang relatif lebih besar terhadap bakteri jika di bandingkan dengan  polyacrylamide.

Xanthan Gum tidak sensitif  terhadap salinitas dan tahan terhadap kerusakan mekanik, sehingga lebih mudah

menanganinya dalam

hubungannya dengan peralatan di lapangan.

Kelemahan dari Xanthan Gum adalah menyebabkan adanya penyumbatan formasi dan lemah terhadap serangan bakteri. Problem pernyumbatan formasi dapat diperbaiki dengan filtrasi atau proses penambahan dan bactericides dapat untuk mencegah degradasi oleh bakteri.   Temperatur yang cocok untuk

Xanthan Gum adalah 160 °F 4).

Struktur kimia dari  polysacharide dapat dilihat pada Gambar 12. 3.2. Mekanisme Injeksi

3.2.1. Proses Injeksi Micellar Surfactan Pencampuran antara surfaktan dengan minyak akan membentuk emulsi yang akan mengurangi tekanan kapiler. Pada injeksi micellar-polymer kita tidak perlu menginjeksikan zat kimia secara menerus, tetapi diikuti dengan fluida

(9)

pendorong lainnya, yaitu air untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan air pendorong. Skema injeksi surfaktan (micellar ) – polimer standar dapat dilihat pada Gambar 13.

Secara garis besar, injeksi micellar – polimer terdiri dari

Chase water  , digunakan sebagai tenaga pendorong fluida injeksi dari sumur injeksi ke sumur produksi.

Polimer slug  , penggunaan polimer dalam injeksi surfactan berfungsi sebagai mobility buffer, yaitu sebagai pengontrol mobilitas surfaktan dalam rangka effisiensi penyapuan dan melindungi surfaktan dari fluida pendorong. Mobility buffer biasanya berupa campuran dari 250 – 2500 gr/cm3

polymer, 0 - 1% alkohol, stabilizers dan biocide, dimana volumenya berkisar antara 1 – 100% dari volume pori injersi (Vpf ).

Micellar (Surfactan) Solution , berupa surfactan dan tambahan oil recovering agent yang berupa alkohol (0-5%), cosurfactan (0-5%), minyak, dan polimer. Volume larutan berkisar antara 5 – 20% Vpf .

Preflush , merupakan larutan

pembuka yang berupa air garam (Na+, Ca2+) yang berfungsi untuk

menurunkan salinitas air formasi, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara air formasi dengan surfaktan yang diinjeksikan. Volume dari preflush berkisar antara 0 – 100% Vpf .

Larutan surfaktan yang diinjeksikan ke dalam reservoir akan bersinggungan dengan permukaaan gelembung minyak, surfaktan bekerja sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan minyak-air.

Molekul surfaktan (R . SO3H)

terurai menjadi RSO3-3 dan H-2, ion

RSO-3 akan bersinggungan dengan

permukaan gelembung minyak dan membentuk ikatan yang semakin kuat, gaya adhesi kecil sehingga terbentuk oil bank  untuk didorong dan diproduksikan.

Slug polimer yang diinjeksikan diantara slug fresh water  adalah untuk mengurangi kontak langsung dengan air reservoir yang

mengandung garam. Air garam menurunkan viskositas polimer.

 Jadi injeksi polimer tidak menurunkan saturasi minyak sisa, tetapi memperbaiki perolehan minyak yang lebih dari injeksi air dengan menaikkan volume reservoir yang berhubungan.

3.2.2. Hal-hal yang mempengaruhi Mekanisme Pendesakan

Didasarkan pada sifat dan karakteristik reservoir, serta sifat fluida injeksi, terdapat hal-hal yang akan berpengaruh terhadap mekanisme pendesakan pada injeksi micellar-polymer .

Hal-hal tersebut antara lain adalah : 1. Adsorbsi batuan reservoir 

Adsorbsi batuan reservoir cenderung mengadsorbsi surfaktan dengan berat ekivalen yang tinggi (500 atau lebih). Hal ini menyebabkan adanya friknisasi, semakin jauh dari titik injeksi berat ekivalent semakin kecil. Jenis friksinasi ini yang menyebabkan recovery minyak semakin kecil, karena fungsi petroleum sulfonat menjadi kurang aktif.

Adsorbsi batuan reservoir disebabkan karena gaya tarik-menarik antara molekul surfaktan dengan batuan reservoir. Besarnya gaya ini tergantung dari afinitas batuan reservoir terhadap surfaktan.

2. Clay

Sifat clay yang suka air akan menyebabkan adsorbsi yang terjadi besar sekali. Untuk reservoir yang mempunyai salinitas rendah, peranan clay sangat dominan. 3. Salinitas

(10)

Salinitas formasi berpengaruh terhadap penurunan tegangan permukaan minyak-air. Pada konsentrasi NaCl tertentu akan mengakibatkan penurunan tegangan permukaan minyak-air menjadi tidak efektif lagi. Hal ini disebabkan karena ikatan kimia yang membentuk NaCl adalah ion yang sangat mudah terurai menjadi Na++ dan Cl- , demikian

  juga dengan molekul surfaktan dalam air akan terurai menjadi R . SO3-3 dan H+.

Konsekuensinya, bila dalam surfaktan flooding terdapat garam NaCl, maka akan membentuk HCl dan R . SO3 Na, dimana keduanya

bukan merupakan zat permukaan dan tidak dapat menurunkan tegangan permukaan minyak-air. 4. Konsentrasi slug surfaktan

Konsentrasi surfaktan akan mempengaruhi adsorbsi. Semakin pekat konsentrasi surfaktan, maka akan semakin besar adsorbsi yang dihasilkan hingga mencapai titik   jenuh dimana batuan reservoir

tidak lagi mengadsorbsi surfaktan. 5. Kelakuan Polimer 

Polyacrylamide dan  polysacharide dikelom-pokkan dalam fluida non-newtonian karena kelakuan alirannya terlalu kompleks yang tidak dapat dicirikan oleh satu parameter yaitu viskocitas. Perbandingan shear rate dan shear  stress tidak konstan. Karakteristik mobilitas pengontrol dapat ditentukan dengan mengukur viskositas dan faktor screening. 6. Adsorpsi Polimer

Adsorpsi polimer tergantung dari jenis polimer dan batuan permukaan. Adsorpsi akan naik sejalan dengan naiknya salinitas. 7. Polimer Retention

Retensi polimer dibawah kondisi reservoir akan selalu lebih rendah dari harga yang terukur di laboratorium.

8. Volume pori yang tidak dapat dimasuki

Polimer mengalir melalui media berpori dengan kecepatan yang berbeda dengan air, karena

adsorpsi dan volume pori yang tidak dapat dimasuki. Adsorpsi cenderung membentuk ujung slug polimer bergerak dengan kecepatan lebih rendah dari water  bank . Volume pori yang tidak dapat dimasuki cenderung membuat slug polimer bergerak dengan kecepatan lebih rendah dari water bank .

3.3. Kriteria Teknis dan Batasan

Proses screening pada injeksi micellar-polymer  meliputi pemilihan unuk kriteria sifat dan karakteristik reservoir, baik batuan maupun fluida reservoir. Hal-hal yang dipertimbangkan pada proses screening untuk pelaksanaan injeksi micellar-polymer, antara lain adalah mobilitas rasio, temperatur reservoir, saturasi mobile oil, permeabilitas reservoir, serta jenis dan kedalaman reservoir 2).

a. Mobilitas Rasio

Reservoir yang memiliki mobilitas rasio minyak-air dengan kategori sangat tinggi (diatas 50) ataupun sangat rendah (kurang dari 1) merupakan kriteria yang harus dihindari dalam pelaksanaan injeksi micellar-polymer . Dari uji coba dihasilkan hahwa injeksi micellar-polymer  mempunyai kinerja yang optimal pada reservoir dengan mobilitas rasio minyak-air pada kisaran harga 1 sampai 42. Indikasi lain yang dapat dijadikan patokan untuk kriteria mobilitas rasio adalah viscositas minyak. Viskositas minyak pada reservoir yang dianjurkan untuk injeksi micellar-polymer adalah antara 5 – 125 cp (maksimum pada harga 200).

b. Temperatur Reservoir.

Screening pada temperatur reservoir didasarkan pada penurunan performance kinerja polimer yang berhubungan dengan temperatur. Seabagai catatan, polyacrylamide akan mengalami penurunan pada temperatur diatas 250 oF, sedangkan xanthan gum

pada temperatur diatas 175 oF.

(11)

Reservoir yang dianjurkan untuk pelaksanaan injeksi micellar- polymer  adalah reservoir dengan harga saturasi mobile oil diatas 15 % PV.

d. Permeabilitas Reservoir.

Berdasarkan pada rendahnya mobilitas zat kimia injeksi (terutama polimer), jika dibandingkan dengan air injeksi ataupun air formasi, maka injeksi micellar-polymer tidak akan effektif   jika diterapkan pada reservoir yang

memiliki permeabilitas rendah. Besarnya permeabilitas reservoir yang dianjurkan untuk injeksi micellar-polymer  adalah diatas 20 mD (angka minimum pada 10 mD). e. Jenis Reservoir.

Sebagian besar injeksi micellar-polymer dilaksanakan pada formasi batu pasir, walaupun tidak

menutup kemungkinan

pelaksanaannya pada formasi karbonat, walaupun dengan memperhatikan batasan yang berkaitan dengan heterogenitas reservoir, dan besarnya kandungan kalsium dan magnesium karbonat. Satu hal yang harus dihindari adalah reservoir yang mempunyai rekah yang besar.

f. Kedalaman Reservoir.

Kedalaman reservoir yang terlalu dangkal tidak efektif untuk pelaksanaan injeksi micellar-polymer, demikian juga dengan reservoir yang terlalu dalam. Batasan pada reservoir yang dangkal berkaitan dengan tekanan injeksi yang akan digunakan. Hal ini juga akan berhubungan dengan permeabilitas reservoir. Sedangkan pada reservoir yang dalam cenderung memiliki temperatur reservoir salinitas air formasi yang tinggi.

Sedangkan batasan-batasan pada injeksi micellar-polymer, meliputi : a. Sifat formasi yang relatif  

homogen

b. Tingginya kandungan anhidrit, gipsum dan lempung dalam formasi

c. Surfaktan yang ada saat ini, terbatas pada kondisi dimana

kadar Cl (dalam air formasi) 20000 ppm dan kadar ion Ca++ dan Mg++

500 ppm.

IV. CONTOH APLIKASI LAPANGAN Aplikasi lapangan yang akan dibahas pada kesempatan ini adalah pada Loudon Pilot Field, United  States, tahun 1988.

Loudon field digunakan sebagai lapangan uji coba injeksi micellar- polymer  dengan menggunakan pola

five spot (4 sumur injeksi dan 1 sumur produksi ditengah, dengan  jarak masing-masing 0,68-acre).

4.1. Karakteristik Reservoir  Karaktersitik batuan : Lapisan Ketebalan Rata-rata Kedalaman Permeabilitas Rata-rata Porositas Var. Permeabilitas (Dykstra-Parson) : Missisipi Chester (batupasir) : 13-ft : 1550-ft : 150 mD : 19 % : 0,42 Karaktersitik fluida : Saturasi minyak sisa (setelah injeksi air) Viskositas Salinitas air formasi : 25,5 % : 5-cp @ 78o F : 104.000 ppm@TDS

4.2. Desain Fluida Injeksi

Fluida injeksi dirancang untuk dapat optimal dan effektif pada reservoir dengan kadar salinitas air formasi yang tinggi (yang perlu diperhatikan adalah perlunya  pre-flush dan larutan tidak mengandung  petroleum sulfonate surfactant )

Desain pokok dari fluida injeksi yang digunakan pada Loudon Field  adalah sebagai berikut :

Micellar-Polimer Slug - 40 % Volume pori (Vpf ) - Viskositas 28-cp - Terdiri dari campuran 2,3 wt surfaktan (selain petroleum sulfonate) dengan air garam yang mengandung biopolimer dengan

(12)

konsentrasi 1000 ppm. -Polimer Slug (sebagai buffer ) - Viskositas 38-cp - Berupa air garam

yang mengandung biopolimer dengan konsentrasi 1000 ppm. Tambaha n - Oxigen Scavenger  - Larutan Asam, dan - Well Tracers

4.3. Hasil Uji Coba

Hasil dari proses injeksi, mulai terlihat setelah 25 % Vpf terproduksi,

yang ditandai dengan peningkatan oil cut . Oil cut maksimum pada angka 0,26 tercapai pada saat 70 % Vpf 

terproduksi (Gambar 14). Setelah produksi mencapai 225 % Vpf  ,

tercatat bahwa 60 % dari OOIP telah terproduksi.

Pada interpretasi log induksi menunjukkan bahwa lapisan bagian bawah memiliki effisiensi penyapuan yang lebih besar jika dibandingkan dengan bagian atas.

Sedangkan dari penelitian fluida produksi diperoleh data adanya penurunan viscositas polimer yang sangat besar serta pengurangan konsentrasi bakteri biopolimer.

Pada akhir proses tercatat bahwa 60 % dari fluida injeksi ikut terproduksi ke permukaan.

V. KESIMPULAN

1. Injeksi micellar-polymer  merupakan penyem-urnaan dari injeksi air, terutama yang berkaitan dengan effisiensi penyapuan dan peningkatan mobilitas.

2. Injeksi micellar-polymer  dapat meningkatkan perolehan minyak dengan jalan

a. menurunkan tegangan permukaan antara minyak-air,

b. membentuk emulsi

minyak, dan

c. memperbaiki mobilitas. 3. Masalah yangs sering dihadapi

dalam pelaksanaan injeksi micellar-polymer antara lain adalah :

• proses yang mahal dan sukar,

• masalah adsorpsi,

• interaksi antara surfaktan dan polimer, serta

• degradasi kimiawi pada temperatur yang tinggi.

4. Injeksi micellar-polymer akan efektif pada reservoir jenis batu pasir dengan komposisi fluida minyak yang menengah-ringan, dan tidak efektif pada reservoir yang memiliki temperatur serta salinitas air formasi yang tinggi.

TATA NAMA SIMBOL DAN SATUAN M = mobilitas rasio,

λ 1 = mobilitas fluida pendesak,

m2/Pa s

λ 2 = mobilitas fluida yang didesak,

m2/Pa s

∆ ρ = perbedaan densitas, kg/m3

 ν = kecepatan superficial (permukaan), m/s

g = kecepatan gravitasi, m/s2

α = sudut kemiringan, derajat ∇Pc = gradien tekanan kapiler

kr1 = permeabilitas relatif fluida

pendesak,

kr2 = permeabilitas relatif fluida

yang didesak

µ 1 = viskositas fluida pendesak, Pa

s

µ 2 = viskositas fluida yang didesak,

Pa s

o

S = saturasi minyak rata-rata

α

S = saturasi minyak awal rata-rata

Bo = faktor volume formasi minyak,

RB/STB

Bα = faktor volume formasi minyak

awal, RB/STB

Ed = efisiensi pendesakan, fraksi

Soi = saturasi minyak mula, fraksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Carcoana, Aurel, “Applied Enhanched Oil Recovery”, Englewood Cliffs, Prentice Hall, New Jersey, 1992. 2. Chang, H.L., “Polymer Flooding

  Technology : Yesterday,  Today and Tomorrow”, SPE

7043, Central Expwy, Dallas, Texas, 1978.

(13)

3. Dedy K., “Pengantar Metode Produksi Tahap Lanjut”,

Jurusan Teknik

Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta,  Yogyakarta, 1994.

4. Lake, W.L., “Enhanched Oil Recovery”, Englewood Cliffs, Prentice Hall, New  Jersey, 1989.

5. Pinczewski, W.V. , “Enhanced Oil Recovery ”, University of  New South Wales Sydney, 1994.

6. Van Pollen, H.K., and Associates Inc., “Fundamental of  Enhanched Oil Recovery”, PennWell Books Co., Tulsa, Oklahoma, 1980.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan membaca cepat yang telah dibahas pada bab IV sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca cepat siswa kelas

Clouston (1986), menyatakan bahawa lanskap bandar berada dalam keadaan krisis, contohnya Bandaraya Georgetown, diseluruh bandar ini tidak ada kawasan yang dikhaskan

Buku “KECAMATAN SEMARANG BARAT DALAM ANGKA TAHUN 2012“ ini merupakan bentuk penyajian data yang setiap tahun kami laporkan kepada Instansi yang lebih tinggi dari

Menurut SK kepala Badan POM RI Nomor K.!!.!".#.$%#" tetang kosmetik& yang Nomor K.!!.!".#.$%#" tetang kosmetik& yang dimaksud kosmetik adalah

Pemimpin di Indonesia kerap menggunakan faktor keturunan dari tokoh-tokoh besar, atau setidaknya berusaha menunjukkan kesamaan ide atau pemikiran dengan tokoh-tokoh

Sering kali metode-metode yang ada kurang dapat diterapkan dalam pemantauan jenis- jenis satwa yang menjadi satwa kunci taman-taman nasional di Indonesia karena keterbatasan

Dari Tabel 2 telah ditunjukkan bahwa antara responden yang tidak mempunyai tanggungan dan responden yang mempunyai tanggungan juga memiliki kesamaan pada 3 peringkat