• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Pelatihan dan Pendampingan Progam Sekolah Berkarakter dan Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Lokal Genius

untuk Membangun Karakter Bangsa Bagi Guru-Guru SMP Negeri 1 Kintamani

Oleh:

Dr. I Nengah Suastika, S.Pd., M.Pd./ 0020078003 (Ketua Pelaksan) I Ketut Sedana Arta, S.Pd.,M.Pd./ 0012047607/ (Anggota) Dewa Gede Sudika Mangku, SH., LL.M./ 0027128401 (Anggota)

Dibiayai Dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2015 Nomor: 023.04.2.552581/2015 Revisi 1 Tanggal 5 Pebruari 2015

JURUSAN PPKn

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

OKTOBER 2015

(2)
(3)

3 KATA PENGANTAR

Puji syukur dan segala hormat dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan karunia-Nya sehingga laporan akhir program pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Pelatihan dan Pendampingan Progam Sekolah Berkarakter dan Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Lokal Genius untuk Membangun Karakter Bangsa Bagi Guru-Guru SMP Negeri 1 Kintamani” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai dan SMP Negeri 1 Kintamani yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini, dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini.

Kami meyakini, bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di SMP Negeri 1 Kintamani. Namun besar harapan kami kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya civitas akademika SMP Negeri 1 Kintamani.

(4)

4 DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengatar ………. iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Analisis Situasi ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Kegiatan ...……… 6

D. Manfaat ……… 8

BAB II METODE KEGIATAN ... 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

BAB IV PENUTUP ... 26

A. Kesimpulan ... 37

(5)

5 BAB I

PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kintamani merupakan salah satu sekolah yang terletak di Pusat Kota Kecamatan Kintamani. Visi SMP Negeri 1 Kintamani adalah “mewujudkan sekolah yang aman, nyaman, cerdas dan berkarakter berlandasakan nilai-nilai budaya Bali”. Sedangkan misi SMP Negeri 1 Kintamani adalah (1) mendidik siswa untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap hingga menjadi lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, beriman dan berahlak mulia melalui proses PAIKEM; (2) meningkatkan peran serta warga sekolah dalam berprilaku hidup bersih, sehat dan peduli lingkungan sekolah secara mandiri dan bersama-sama agar menjadi budaya sekolah, (3) menciptakan sekolah berbudaya lingkungan, kondusif dan memadai sebagai tempat proses pendidikan yang menyenangkan, (4) menciptakan suasana kerja yang harmonis, berdasarkan 10 indikator budaya sekolah, yaitu: (i) kedisiplinan, (ii) partisipasi dan tanggung jawab, (iii) kebersamaan dan kekeluargaan, (iv) kejujuran yang tinggi, (v) semangat hidup, (vi) semangat belajar, (vii) menyadari kelemahan diri sendiri dan mengakui kelebihan orang lain, (viii) menghargai orang lain, (ix) mewujudkan persatuan, dan (x) berpandangan positif, (5) membina dan mengembangkan potensi peserta didik, guru, dan karyawan agar menjadi sumber daya manusia yang handal, (6) meningkatkan pelayanan yang optimal dan menyenangkan bagi siswa, insan pendidik dan masyarakat, serta (7) mengembangkan sikap dan perilaku religius.

Pengembangan visi dan misi ini didasarkan pada konsisi sosial budaya masyarakat Kintamani yang multikultural, namum memiliki nilai-nilai budaya Bali yang kuat. Untuk mewujudkan visi dan misi sebagaimana digambarkan di atas SMP Negeri 1 Kintamani mengembangkan berbagai upaya. Salah satu upaya strategis yang dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan adalah dengan meningkatkan kualifikasi akademik tenaga pengajarnya yang sebelumnya masih berkualifikasi diploma dan sarjana untuk melanjutkan kejenjang sarjana dan magister. Selain itu, sekolah juga mengirim tenaga pengajarnya untuk mengikuti berbagai pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melangsungkan proses pembelajaran. Setangkup dengan usaha tersebut adalah dengan

(6)

6 mengikutkan siswa dalam berbagai ajang perlombaan, baik yang bersifat akademik mapun non akademik.

SMP Negeri 1 Kintamani termasuk kategori Sekolah Standar Nasional (SSN) dan memiliki 62 orang tenaga pendidik dengan kualifikasi pendidikan S2 sebanyak 24 orang dan S1 sebanyak 38 orang. Sekolah ini memiliki 993 siswa yang dikelompokan ke dalam 24 rombongan belajar. Ruang kelas yang dimiliki sekolah sebanyak 23 ruang ditambah dengan 1 ruang lain yang difungsikan sebagai ruang kelas. Selain itu sekolah juga memiliki 1 ruang perpustakaan, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan ruang serba guna/aula. Sekolah juga memiliki ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang tamu. Prasarana lain adalah 1 buah gudang, 1 buah dapur, 1 ruang produksi, 1 ruang data, 1 ruang arsip, 1 ruang BK, 1 ruang PMR/Pramuka, 1 ruang OSIS, 1 ruang koperasi, 1 Hall/lobi, kantin sehat, rumah penjaga sekolah, bangsal kendaraan, dan pos satpam. Untuk menunjang pendidikan lingkungan hidup dan kesehatan sekolah dilengkapi dengan taman sekolah, 1 ruang UKS yang lengkap dan representatif, 2 buah WC/kamar mandi guru dan 4 toilet/kamar mandi siswa, taman belajar dan 10 buah tong sampah.

Dilihat dari kualifikasi akademik tenaga pengajar di SMP 1 Kintamani sudah sangat memadai, mengingat hampir semua guru berkualifikasi akademik sarjana, bahkan beberapa telah memiliki kualifikasi akademik magister. Namun secara faktual para guru mengakui berbagai kendala masih dihadapi dalam mewujudkan sekolah yang berkarakter sebagaimana visi dan misi sekolah. Ada beberapa kendala yang dihadapi sekolah dalam mengembangkan sekolah berkarakter, yaitu : (1) daya dukung masyarakat sebagai pemilik dan penikmat hasil pendidikan, belum mampu menunjukkan budaya berkarakter sebagaimana praktek pendidikan yang dilakukan di sekolah, (2) latar belakang siswa yang berasal dari berbagai daerah dan berbagai etnis belum sepenuhnya mampu menunjukkan perbauran budaya yang positif, (3) kemampuan siswa yang sangat beragam dengan berbagai latar belakang sosial budaya, (4) perubahan kurikulum yang secara terus menerus belum dibarengi dengan pelatihan yang memadai membuat guru kesulitan dalam implementasinya, (5) perubahan kurikulum 2013 yang menghendaki perubaha pola pikir tenaga pendidik untuk dapat membangun karakter siswa melalui pendekatan scientific, model pembelajaran konstruktivis, asesment hasil dan proses pembelajaran dan pengembangan multi

(7)

7 intlegensi siswa, dan (6) para guru di SMP 1 Kintamani sampai saat ini belum mampu mengembangkan dan mengimplementasikan model-model pembelajaran yang berbasis kearifan lokal yang mampu mempermudah siswa dalam membangun karakter berdasarkan budaya lokal yang berkembang pada masyarakat. Disamping upaya tersebut, dorongan dan motivasi para guru di SMP 1 Kintamani untuk mengitegrasikan pendidikan karakter bangsa dalam proses pembelajaran tampak dalam melangsungkan praktek pembelajaran. Akan tetapi, upaya tersebut masih tampak dalam tataran teoritis atau baru menyentuh pada tingkatan kognitif siswa, belum tampak upaya terstruktur yang mampu membangun sikap dan keterampilan karakter yang menjadi tujuan pengembangan pembelajaran karakter bangsa. Untuk itu diperlukan proses pelatihan dan pendampingan yang lebih komperhensip bagi para guru SMP 1 Kintamani untuk dapat mengembangkan program sekolah berkarakter, program pengelolaan lingkungan berkarakter serta pelatihan dan pendampingan implementasi model-model pembelajaran berbasis lokal genius sesuai kurikulum nasional tahun 2013.

Infrastruktur SMP 1 Kintamani memiliki daya dukung yang memadai untuk menjadi sekolah berkualitas dan berkarakter. Tata ruang SMP 1 Kintamani dibangun berdasarkan konsep Tri Mandala, yaitu pembagian tata ruang berdasarkan pada tiga wilayah, yaitu: (1) utama mandala (wilayah utama/suci), (2) madya mandala (wilayah tengah), dan (3) nista mandala (wilayah bawah). Berdasarkan pada pembagaian ruang ini pada kawasan utama mandala dibangun tempat suci, ruang kepala sekolah, ruang tamu dan depan sekolah dibangun gapura serta taman hijau sebagai perindang, sedangkan pada madya mandala dibangun ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang osis, ruang UKS, ruang belajar, laboratorium, lapangan upacara ruang administrasi dan ruang aula untuk pertemuan. Sedangkan pada wilayah nista mandala dibangun tempat MCK, tempat sampah dan kantin sekolah. Untuk mempercantik tampilan wilayah sekolah pada setiap depan ruang kelas atau ruang belajar dibangun taman. Namun penataan kebersihan dan keindahan ruangan belum banyak mendapatkan perhatian, baik dari guru, siswa mapun dari pegawai administrasi. Implikasinya ruangan yang ada di SMP 1 Kintamani tampak tidak tertata dengan baik, sehingga tidak memiliki nilai ergonomi. Demikian juga dengan penataan dan perawatan taman sekolah, tampak tidak mendapatkan perhatian yang memadai.

(8)

8 Berdasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 dan 17 Juni 2014, disampaikan bahwa SMP 1 Kintamani memiliki visi dan misi yang strategis untuk membangun sekolah berkarakter, mengingat berbagai persoalan demoralisasi pernah terjadi di SMP 1 Kintamani ini. Kasus perkelahian pelajar yang terjadi pada tahun 2011 yang melibatkan puluhan siswa, kasus siswa yang berhenti sekolah karena hamil dan “pemalakan” yang dilakukan pelajar yang memiliki power merupakan persoalan yang sangat urgen. Persoalan implementasi karakter dalam kehidupan sekolah juga kurang tampak karena program sekolah yang belum bersesuaian, belum ada pedoman standar prilaku civitas akademika, belum ada pedoman standar pengelolaan lingkungan sekolah dan belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan dalam mengemas dan mengimplementasikan model-model pembelajaran berbasis lokal genius. Para guru mengakui memiliki motivasi yang kuat dalam mewujudkan sekolah yang berkarakter dan berdaya saing, terlebih lebel SMP 1 Kintamani yang pernah memiliki nama bersar merupakan tanngungjawab yang cukup berat. Untuk itu, kepala sekolah, guru dan komite sekolah telah melakukan upaya strategis dengan merumuskan visi dan misi yang sejalan dengan pembangunan dan pengembangan sekolah berkarakter. Berdasarkan pada analisis konseptual dan kondisi empirik di atas, urgensi masalah pengembangan sekolah berkarakter pada SMP 1 Kintamani adalah berkaitan dengan melatih dan membuadayakan prilaku berkarakter warga sekolah, diantaranya adalah: (1) perlu adanya pedoman standar prilaku budaya sekolah yang menujukkan budaya berkarakter, baik standar prilaku bagi guru, pegawai, bagi siswa dan civitas sekolah lainnya, (2) perlu adanya pedoman standar baku bagi civitas akademika sekolah dalam memelihara dan menjaga lingkungan sekolah, (3) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang berbasis karakter, (4) peningkatan wawasan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran berbasis lokal genius yang sejalan dengan nilai-nilai karakter masyarakat setempat, (5) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangankan model evaluasi yang berbasis nilai-nilai karkter yang mampu mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa, dan (6) pengembangan program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah.

(9)

9 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada analisis siatuasi sebagaimana di gambarkan di atas, makapermasalahan utama dari pengabdian masyarakat pengembangan sekolah berkarakter ini adalah bagaimanakah strategi meningkatkan kemampuan dan keterampilan civitas akademika SMP 1 Kintamani dalam mengembangkan program sekolah berkarakter, pengembangan pedoman standar baku budaya berkarakter bagi sivitas akademika, pedoman pengelolaan lingkungan sekolah berkarakter dan keterampilan mengemas dan mengimplementasikan model-model pemberlajaran berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Secara lebih rinci permasalahan pengabdian masyarakat ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah strategi memformulasikan program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah;

2. Bagaimanakah strategi meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru SMP 1 Kintamani dalam mengembangkan prangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013;

3. Bagaimanakah strategi meningkatkan wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan model evaluasi pembelajaran karkter berbasis lokal genius yang mampu mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa SMP;

4. Bagaimanakah strategi meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius yang sesuai dengan pendekatan scientific dan filsafat konstruktivisme kurikulum 2013;

5. Bagaimanakah strategi mengembangkan kreativitas dan motivasi kelapa sekolah, guru-guru SMP 1 Kintamani dalam melangsungkan pembelajaran yang sejalan dengan pendidikan karakter bangsa, untuk membangun pengetahuan, sikap dan prilaku berkarakter siswa yang selama ini terabaikan dalam proses pembelajaran; 6. Bagaimanakah strategi mengembangkan sekolah yang miliki karakter dan daya saing. Melalui pegembangan program sekolah berkarakter, pedoman standar prilaku budaya sekolah berkarakter, pedoman standar perawatan lingkungan sekolah berbasis lingkungan, pelatihan, pendampingan, supervise praktik

(10)

10 pembelajaran berbasis lokal genius akan terbangun suasana akademik dan kebiasaan berkarakter, baik dikalangan guru, pegawai administrasi mapun siswa (seluruh civitas akademika SMP 1 Kintamani). Kondisi ini akan mampu membangun kesadaran akan jiwa dan semangat berkarakter, yang pada akhirnya melekat dan menjadi label bagi SMP 1 Kintamani.

C. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan pada analisis siatuasi sebagaimana di gambarkan di atas, tujuan utama dari pengabdian masyarakat pengembangan sekolah berkarakter ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan civitas akademika SMP 1 Kintamani dalam mengembangkan program sekolah berkarakter, pengembangan pedoman standar baku budaya berkarakter bagi sivitas akademika, pedoman pengelolaan lingkungan sekolah berkarakter dan keterampilan mengemas dan mengimplementasikan model-model pemberlajaran berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Secara lebih rinci permasalahan pengabdian masyarakat ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk memformulasikan program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah;

2. Untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan guru-guru SMP 1 Kintamani dalam mengembangkan prangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013;

3. Untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan model evaluasi pembelajaran karkter berbasis lokal genius yang mampu mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa SMP;

4. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius yang sesuai dengan pendekatan scientific dan filsafat konstruktivisme kurikulum 2013;

5. Untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi kelapa sekolah, guru-guru SMP 1 Kintamani dalam melangsungkan pembelajaran yang sejalan dengan pendidikan karakter bangsa, untuk membangun pengetahuan, sikap dan prilaku berkarakter siswa yang selama ini terabaikan dalam proses pembelajaran;

(11)

11 6. Untuk mengembangkan sekolah yang miliki karakter dan daya saing. Melalui pegembangan program sekolah berkarakter, pedoman standar prilaku budaya sekolah berkarakter, pedoman standar perawatan lingkungan sekolah berbasis lingkungan, pelatihan, pendampingan, supervise praktik pembelajaran berbasis lokal genius akan terbangun suasana akademik dan kebiasaan berkarakter, baik dikalangan guru, pegawai administrasi mapun siswa (seluruh civitas akademika SMP 1 Kintamani). Kondisi ini akan mampu membangun kesadaran akan jiwa dan semangat berkarakter, yang pada akhirnya melekat dan menjadi label bagi SMP 1 Kintamani.

D. Manfaat

Sedangkan manfaat yang relevan dengan progaram pengabdian masyarakat ini adalah terbangunnya budaya SMP 1 Kintamani yang berkarakter dan berdaya saing. Secara khusus manfaat kegiatan ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Pemerintah Kabupaten Bangli, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli, bahwa program ini dapat membantu merealisasikan salah satu program yang telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan Kabupaten Bangli, khususnya pada jenjang SMP, yaitu peningkatan kualitas proses dan mutu pendidikan melalui pemberdayaan civitas akademika;

2. Bagi Sekolah, program ini dapat membantu merealisasikan visi dan misi sekolah dalam membangun dan mengembangkan sekolah berkarakter dan berdaya saing dengan keunggulan lokal genus yang dimiliki. Melalui pengembangan program sekolah berkarakter, standar prilaku civitas akademika SMP 1 Kintamani, standar pemeliharaan dan perawatan lingkungan sekolah serta peningkatan wawasan dan keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran serta implementasi model pembelajaran berbasis lokal genius akan terealisasi nilai-nilai karakter pada lingkungan sekolah;

3. Bagi Komite Sekolah, program ini membantu mewujudkan tujuan komite sekolah dalam membangun budaya sekolah yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai multikultural masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Kintamani; 4. Bagi Guru, program pengabdian masyarakat ini akan mampu meningkatkan

kemampuan dan keterampilan guru dalam merancang dan mengembangkan perangkat pembelajaran serta cara mengimplementasikan model pembelajaran

(12)

12 berbasis lokal genius sesuai dengan kurikulum 2013. Kemampuan dan keterampilan ini akan menjadi bekal dalam megembangkan siswa berkarakter sebagaimana tujuan pemberlakuan kirkulum 2013.

5. Bagi Civitas Akademika Sekolah, pelatihan dan pendampingan pengembangan standar budaya berkarakter yang akan menghasilkan program sekolah berkarakter, pedoman standar baku pemeliharaan lingkungan sekolah dan pedoman standar prilaku berkarakter bagi civitas akademika sekolah, sehingga memudahkan civitas akademika sekolah dalam mewujudkan tujuan membangun sekolah berkarakter sebagaimana tujuan sekolah;

6. Bagi Siswa, program pengabdian masyarakat yang menghasilkan standar prilaku berkarakter dan standar perawatan lingkungan sekolah serta mengimplementasikan model pembelajaran lokal genius akan memberikan wahana bagi siswa baik diluar kelas mapun di dalam kelas dalam melatih, membiasakan dan membudayakan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat dalam konteks akademik proses penanaman nilai-nilai karakter sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa akan berhasil jika dilakukan melalui tauladan, pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan dalam semua aspek kehidupan.

(13)

13 BAB II

METODE PELAKSANAAN

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan pengembangan dan pengemasan model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013 pada guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani. Pelatihan dan pendampingan melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius dalam rangka pendidikan karakter bangsa sesuai kurikulum 2013 dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober di SMP Negeri 1 Kintamani dengan mendatangkan tim pakar dari Undiksha Singraja khususnya pakar pendidikan karakter (PPKn). Pelatihan melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013 dalam rangka pendidikan karakter bangsa, sangat membantu guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani dalam membuat dalam mengembangan dan mengemas perangkat pembelajaran yang akan digunakan di sekolah-sekolah mereka, khususnya dalam rangka implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan P2M pengembangan sekolah berkarakter berbasis lokal genius ini akan dilakukan dengan tiga metode secara sinergis, yaitu: metode diklat, pendampingan/supervisi kelas, dan metode showcase. Tiga metode ini juga sudah digunakan oleh CCE, CICED, dan CCEI dalam pembinaan kepada guru-guru dan dinilai sangat efektif dalam menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilan para guru. Pada fase pertama, metode diklat akan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan kepala sekolah dan guru guru-guru SMP 1 Kintamani berkaitan dengan pedoman standar prilaku budaya sekolah, pedoman standar dalam memelihara dan menjaga lingkungan sekolah, strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah, hakekat pendidikan karakter bangsa, model pembelajaran lokal genius (catur asrama), perangkat pembelajaran berbasis pendidikan karakter bangsa dan mode evaluasi pendidikan karakter bangsa berbasis budaya lokal. Pada proses pendidikan dan latihan ini tim P2M akan bekerja sama dengan pakar pendidikan karakter Undiksha Singaraja, pakar manajemen pendidikan dan pengawas sekolah. Pakar pendidikan karakter, pakar

(14)

14 manajemen pendidikan dan pengawas sekolah ini akan memberikan paket materi kepada para guru dan kepala sekolah tentang cara membuat pedoman standar prilaku budaya sekolah, pedoman standar dalam memelihara dan menjaga lingkungan sekolah, strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah, implementasi Kurikulum 2013, perangkat pembelajaran berbasis karakter, model evaluasi berbasis karakter dan model pembelajaran berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa. Pada proses ini akan di libatkan sebanyak 30 orang guru dan kepala sekolah yang akan dijadikan satu kelas. Kelas diberi diklat selama 50 jam (enam hari kegiatan) oleh tim ahli pendidikan karakter dan tim ahli kurikulum serta atas keikutsertaanya diberikan penghargaan berupa sertifikat. Materi yang didiklatkan adalah: strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah (selama 5 jam), kurikulum 2013 (selama 5 jam), pendidikan karakter dan budaya bangsa (selama 5 jam), workshop model pembelajaran berbasis lokal genius (selama 15 jam), workshop pengembangan model evaluasi pembelajaran karakter berbasis lokal genius (selama 5 jam), workshop pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran (selama 10 jam), dan evaluasi/refleksi pengalaman belajar (5 jam).

Pada fase kedua kegiatan P2M pengembangan sekolah berkarakter berbasis lokal genius ini akan menggunakan metode pendampingan dan supervisi kelas. Pada fase ini akan dilakukan dua bentuk kegiatan sekaligus. Pertama adalah pendampingan dari pakar Pendidikan Karakter dan Manajemen Pendidikan terhadap realisasi dari program standar prilaku civitas akademika SMP 1 Kintamani, program standar pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah dan program sekolah berkarakter yang telah dikembangkan dari proses pelatihan. Pendampingan pelaksanaan program ini dilakukan untuk menjamin kontinyuitas program, sasaran program, manfaat program dan luaran program yang telah dikembangkan untuk dilakukan refleksi dan revisi sesuai dengan kebutuhan. Proses pendampingan implementasi program ini akan dilakukan selama tiga bulan yang bersifat isidental sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di SMP 1 Kintamani. Kedua, guru-guru dengan ijin dari kepala sekolah

(15)

15 mengimplementasikan perangkat embelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius di kelas masing-masing (cukup 9 kelas sebagai fase uji coba). Pada saat implementasi inilah kegiatan supervisi dan pembinaan dilakukan oleh tim pakar pendidikan karakter bekerja sama dengan para pengawas yang dilibatkan dalam kerja sama. Pembinaan juga dilakukan oleh kepala sekolah secara internal untuk memperkuat program yang dikembangkan. Pendekatan supervisi yang digunakan adalah superviri klinis. Supervisi klinis dalam proses ini dimaksudkan untuk membimbing guru melalui tatap muka secara kolegial, yang dipusatkan pada “tampilan guru” dalam melangsungkan proses pembelajaran sehingga sesegera mungkin dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan. Secara sirkuler supervisi klinis diawali dengan proses perencanaan, observasis pelaksanaan pembelajaran di kelas dan diakhiri dengan refleksi. Proses perbaikan akan dilakukan secara langsung pada saat akhir pembelajaran dilaksanakan, sehingga masukan dan perbaikan yang diberikan dapat bermanfaat bagi guru-guru yang melakukan praktik pembelajaran dengan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa.

Pada fase ketiga, guru dengan sepengetahuan dan seijin kepala sekolah diminta melakukan kegiatan showcase keberhasilan program dan hasil belajar siswa yang dijadikan sebagai subjek kegiatan. Pada kegiatan ini akan dilakukan penyajian/presentasi hasil program pengembangan standar prilaku budaya sekolah berkarakter, standar pengelolaan dan perawatan lingkungan sekolah dan program sekolah berkarakter serta penyajian/persentasi portofolio oleh siswa (masing-masing mata pelajaran yang diwakili oleh 1 kelas). Pada saat showcase ini para pejabat pemerintahan terkait di tingkat lokal/kabupaten akan diundang untuk menjadi tim penilai. Showcase akan dilakukan di SMP 1 Kintamani di mana kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan. Di akhir showcase kepala sekolah, guru-guru dan seluruh civitas akademika diminta untuk melanjutkan program standar prilaku budaya sekolah berkarakter, standar pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah dan program sekolah berkarakter serta implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal genius ini sebagai wahana pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah dan di kelas masing-masing dengan tetap memperoleh pembinaan dari tim P2M, Pengawas, dan kepala sekolah secara internal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin

(16)

16 keberlanjutan program pengembangan sekolah berkarakter di SMP 1 Kitamani sebagaimana visi dan misi sekolah.

Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap positif, dan keterampilan seluruh civitas akademika dalam mengimplementasikan prilaku berkarakter, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program sekolah berkarakter dan keterampilan profesional guru-guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa. Di samping itu perlu dilihat output penerapan model pembelajaran ini sebagai wahana pendidikan karakter bangsa terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran di tingkat SMP secara terintegrasi dalam ranah-ranah: pemahaman konseptual, kemampuan pemecahan masalah, peningkatan rasa percaya diri, kepekaan dan komitmen terhadap lingkungan; orientasi nilai dan sikap sosial religius, serta beberapa keterampilan sosial siswa, seperti: keterampilan berkomunikasi, presentasi, kerja sama, sharing tanggung jawab kepemimpinan, kemampuan mendistribusi tugas, dan mengatasi konflik. Untuk menilai keberhasilan program tersebut akan dievaluasi melalui metode observasi, wawancara dan tes sumatif Tayibnapis (2000). Evaluasi melalui observasi dilakukan untuk melihat secara langsung proses keberhasilan program dilihat dari aktivitas sekolah, lingkungan sekolah, budaya akademik sekolah, proses pembelajaran dan pola pelatihan, pembiasaan serta pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk memformulasi pandangan kepala sekolah, pandangan guru-guru, pendapat siswa dan sivitas akademika SMP 1 Kintamani lainnya berkaitan dengan pedoman standar prilaku berkarakter, pedoman pegelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program sekolah berkarakter, pengembangan perangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius dan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius. Wawancara dan observasi terhadap program ini dilakukan selama kegiatan berlangsung atau penilaian proses. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai keberhasilan program melalui persentasi oleh guru dan persentasi hasil belajar siswa oleh siswa yang dijadikan subjek kegiatan ini. Penilaian sumatif ini dilakukan pada fase akhir program atau penilaian output/produk kegiatan. Kegiatan evaluasi proses akan berfokus pada efektivitas kegiatan diklat, kegiatan pendampingan/supervisi dan pembinaan, dan kegiatan showcase. Sedangkan evaluasi output akan berfokus pada

(17)

17 capaian program dan hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan program, karena itu dikembangkan sebagai berikut:

Tabel 01: Indikator Evaluasi Program P2M

No Model

Evaluasi

Fokus Indikator

1 Formatif 1.1. Diklat 1.1.1. Relevansi dan kejelasan materi diklat bagi peserta

1.1.2. Kecocokan porsi waktu diklat

1.1.3. Relevansi dan sikap peserta terhadap strategi diklat

1.1.4. Tingkat pemahaman konsetual cara pengembangan program sekolah yang mendukung pembentukan sekolah berkarakter

1.1.5. Tingkat pemahaman konseptual pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius

1.1.6. Tingkat pemahaman konseptual tentang model pembelajaran karakter berbasis lokal genius.

1.2. Pendampingan/ Supervisi

1.2.1. Sikap dan prilaku kepala sekolah, guru, siswa dan civitas akademika sekolah terhadap pedoman prilaku berkarakter 1.2.2. Sikap dan prilaku kepala sekolah, guru,

siswa dan civitas akademika sekolah terhadap pedoman perawatan dan penataan lingkungan sekolah

1.2.3. Sikap dan prilaku kepala sekolah, guru, siswa dan civitas akademika sekolah terhadap program sekolah yang mendukung pembentukan sekolah berkarakter

1.2.4. Sikap guru-guru terhadap kegiatan supervisi dan pembinaan

1.2.5. Keterampilan profesional guru-guru dalam mengimplementasikan perangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius

1.2.6. Keterampilan profesional guru-guru dalam melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius

1.2.7. Keterampilan profesional guru-guru dalam melaksanakan model evaluasi karakter berbasis lokal genius

(18)

18 1.3. Showcase guru

dan siswa

1.3.1. Kesiapan peserta mengikuti showcase 1.3.2. Relevansi dokumen portofolio guru

(kelengkapan, kejelasan, informasi, hal-hal yg mendukung, grafis, bagian dokumentasi, persuasif, kegunaan, koordinasi, dan refleksi).

1.3.3. Relevansi dokumen portofolio siswa (kelengkapan, kejelasan, informasi, hal-hal yg mendukung, grafis, bagian dokumentasi, persuasif, kegunaan, koordinasi, dan refleksi).

1.3.4. Kebermaknaan presentasi guru (signifikansi, pemahaman, argumentasi, responsif, relevansi program, eviden, koordinasi, dan refleksi program) 1.3.5. Kebermaknaan presentasi siswa

(signifikansi, pemahaman, argumentasi, responsif, kerja sama kelompok, persuasif, kegunaan, koordinasi, dan refleksi)

2 Sumatif 1.1. Hasil program secara

menyeluruh

1.1.1. Pemahaman konseptual civitas sekolah terkait program

2.1.2. Penguasaan relevansi program terhadap sikap dan prilaku civitas akademika terhadap program

2.1.3. Penguasaan keunggulan dan kendala program yang telah dilaksanakan 2.1.4. Penguasaan terhadap keterkaitan antar

program

2.1.5. Penguasaan atas komitmen dan keberlanjutan program

2.1.6. Penguasaan kerjasama civitas akademika sekolah dalam implementasi program P2M

2.1.5. Penguasaan rencana kegiatan untuk keberlanjutan program setelah kegiatan P2M dilaksanakan

1.2. Hasil belajar siswa secara terintegrasi

1.2.1. Pemahaman konseptual siswa 1.2.2. Kemampuan pemecahan masalah 1.2.3. Rasa percaya diri

1.2.4. kepekeaan dan Komitmen social 1.2.5. Orientasi nilai dan sikap sosial religius 1.2.6. Keterampilan sosial siswa

Sumber: Sukadi, Sanjaya, Kertih. 2010, 2011. Belajar dan Pembelajaran sebagai Yadnya. Buku Panduan Guru. Singaraja: Undiksha.

(19)

19 Untuk melakukan penilaian pada setiap indikator keberhasilan program, tim akan mengembangkan sendiri instrumen penilaian baik berupa tes pemahaman konsep, pedoman wawancara, pedoman observasi, form penilaian kinerja, form penilaian produk, form penilaian diri, dan form penilaian portofolio. Pengembangan instrumen ini akan dilakukan melalui pengembangan kisi-kisi, petunjuk pengerjaan instrumen, pengembangan instrumen, uji konstruk untuk mengetahui kesesuaian isi atau conten, uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan.

(20)

20 BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada analisis konseptual dan kondisi empirik SMP Negeri 1 Kintamani maka urgensi masalah di SMP Negeri 1 Kintamani adalah pengembangan sekolah berkarakter berkaitan dengan melatih dan membuadayakan prilaku berkarakter warga sekolah, diantaranya adalah: (1) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang berbasis karakter, (2) peningkatan wawasan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran berbasis lokal genius yang sejalan dengan nilai-nilai karakter masyarakat setempat, (3) peningkatan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangankan model evaluasi yang berbasis nilai-nilai karkter yang mampu mengevaluasi pengetahuan, sikap dan keterampilan moral siswa, dan (4) pengembangan program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah. Berkenaan dengan itu, maka akan dilakukan pelatihan dan pendampingan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis karakter dan pendampingan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius pada guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani. Pelatihan dan pendampingan pengemasan perangkat pembelajaran dan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013 dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober di SMP Negeri 1 Kintamani dengan mendatangkan tim pakar dari Undiksha Singraja khususnya pakar pendidikan karakter dan pakar kurkulum.

Pada fase pertama, metode diklat akan digunakan untuk meningkatkan pengetahuan kepala sekolah dan guru guru-guru SMP 1 Kintamani berkaitan dengan strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah, hakekat pendidikan karakter bangsa, model pembelajaran lokal genius (catur asrama), perangkat pembelajaran berbasis pendidikan karakter bangsa dan mode evaluasi pendidikan karakter bangsa berbasis budaya lokal. Pada proses pendidikan dan latihan ini tim P2M akan bekerja sama dengan pakar pendidikan karakter Undiksha Singaraja, pakar kurikulum dan kepala sekolah. Pakar pendidikan karakter, pakar kurikulum dan kepala sekolah ini akan memberikan paket

(21)

21 materi kepada para guru strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah, implementasi Kurikulum 2013, perangkat pembelajaran berbasis karakter, model evaluasi berbasis karakter dan model pembelajaran berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa. Pada proses ini akan di libatkan sebanyak 30 orang guru dan kepala sekolah yang akan dijadikan satu kelas. Kelas diberi diklat selama 50 jam (enam hari kegiatan) oleh tim ahli pendidikan karakter, tim ahli kurikulum serta atas keikutsertaanya diberikan penghargaan berupa sertifikat. Materi yang didiklatkan adalah: strategi merancang program-program sekolah yang mampu mendukungan secara langsung pengembangan karakter siswa melalui pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan pada lingkungan sekolah (selama 5 jam), kurikulum 2013 (selama 5 jam), pendidikan karakter dan budaya bangsa (selama 5 jam), workshop model pembelajaran berbasis lokal genius (selama 15 jam), workshop pengembangan model evaluasi pembelajaran karakter berbasis lokal genius (selama 5 jam), workshop pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran (selama 10 jam), dan evaluasi/refleksi pengalaman belajar (5 jam).

Pelaksanaan pelatihan pengembangan perangkat pembelajaran dan implementasi model-model pembelajaran karakter sesuai kurikulum 2013 dimulai dari pemberian materi mengenai: (1) rasional kurikulum 2013, (2) elemen perubahan kurikulum 2013, (3) pendekatan dan model evaluasi dalam kurikulum 2013, (4) pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013, dan (5) model-model pembelajaran berbasis kearifan local dalam imlementasi pendidikan karakter sesuai kurikulum 2013. Rasional kurikulum 2013 adalah tantangan yang bersifat internal dan tantangan yang bersifat eksternal yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa mendatang. Tantangan internal, dilihat dari angka pertumbuhan penduduk Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada angka penduduk produktif di tahun 2045, sehingga mesti dipersiapkan dari saat ini. Tantangan berikutnya secara internal adalah masalah semakin menurunnya moralitas masyarakat yang ditunjukkan dengan berbagai pristiwa dan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancancasil. Kondisi ini perlu direspon dengan menyesuaikan kurikulum agar siap menghadapi tantangan di masa yang akan dating.

(22)

22 Secara prinsip perubahan kurikulum 2013 terletak pada: (1) kompetensi lulusan, yaitu adanya upaya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, (2) kedudukan mata pelajaran yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi, (3) pendekatan, yaitu untuk SD tematik terpadu dalam semua mata pelajaran, SMP mata pelajaran, SMA mata pelajaran dan SMK vokasional, (4) struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu (isi), untuk SD bersifat holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya), untuk SMP TIK menjadi media semua mata pelajaran, pengembangan diri terintegrasi pada setiap matapelajaran dan ekstrakurikuler, untuk SMA ada matapelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan, untuk SMK terjadi penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan (6 program keahlian, 40 bidang keahlian, 121 kompetensi keahlian), (5) proses pembelajaran, yaitu standar proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta, belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar, sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan, (6) penilaian hasil belajar menggunakan penilaian berbasis kompetensi, pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil], memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal), penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL, dan mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian, dan (7) ekstrakurikuler yaitu adanta ekstra wajib dan pilihan (Badan Pengembangan SDM dan Penjamin Mutu Pendidikan, 2013).

Dengan diterapkannya kurikulum 2013, maka setiap sekolah mesti mampu merancang dan menggunakan perangkat pembelajaran. Sementara menurut Standar Nasional Pendidikan (2013: 3) pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan UU No. 20 Tahun 2003 yaitu Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

(23)

23 demokratis serta bertanggung jawab dapat tercapai melalui pencapaian empat kompetensi inti. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard

skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu: (1) sikap spiritual yang mencakup beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) sikap sosial yang mencakup berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis, (3) berilmua, dan (4) yang mencakup kecakapan dan keterampilan.

Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5) mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

LANGKAH

PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI YANG

DIKEMBANGKAN

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

Mengembangkan

kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu

(24)

24 Mengumpulkan informasi/

eksperimen - melakukan eksperimen - membaca sumber lain

selain buku teks

- mengamati objek/ kejadian/

- aktivitas

- wawancara dengan nara sumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar Mengasosiasikan/

mengolah informasi

- mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. - Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta

deduktif dalam

menyimpulkan .

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6)

(25)

25 media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.

Berkenaan dengan kewenangan tersebut, maka guru dapat melakukan pengembangan RPP. Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut: (1) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran, (2) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik, (3) mendorong partisipasi aktif peserta didik, (4) sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar, (5) mengembangkan budaya membaca dan menulis, (6) proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan, (7) memberikan umpan balik dan tindak lanjut, (8) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan

(26)

26 setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik, (9) keterkaitan dan keterpaduan, (10) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya, (11) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi, dan (12) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Berdasarkan pada rasional pengembangan RPP tersbut maka RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian. Komponen-komponen tersebut secara oprasional diwujudkan dalam bentuk format berikut:

Sekolah : Matapelajaran : Kelas/Semester : Materi Pokok : Alokasi Waktu : Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1. _____________ (KD pada KI-1 Indikator) 2. _____________ (KD pada KI-2 Indikator) 3. _____________ (KD pada KI-3 Indikator) 4. _____________ (KD pada KI-4 Indikator) C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran H. Penilaian

Pada fase kedua kegiatan P2M pengembangan sekolah berkarakter berbasis lokal genius ini akan menggunakan metode pendampingan dan supervisi kelas. Guru-guru dengan ijin dari kepala sekolah mengimplementasikan perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius di kelas masing-masing (cukup 3 kelas sebagai fase uji coba). Pada saat implementasi inilah kegiatan supervisi dan pembinaan dilakukan oleh tim pakar pendidikan karakter bekerja sama dengan ahli kurikulum yang dilibatkan dalam kerja sama. Pembinaan juga dilakukan

(27)

27 oleh kepala sekolah secara internal untuk memperkuat program yang dikembangkan. Pendekatan supervisi yang digunakan adalah superviri klinis. Supervisi klinis dalam proses ini dimaksudkan untuk membimbing guru melalui tatap muka secara kolegial, yang dipusatkan pada “tampilan guru” dalam melangsungkan proses pembelajaran sehingga sesegera mungkin dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan. Secara sirkuler supervisi klinis diawali dengan proses perencanaan, observasis pelaksanaan pembelajaran di kelas dan diakhiri dengan refleksi. Proses perbaikan akan dilakukan secara langsung pada saat akhir pembelajaran dilaksanakan, sehingga masukan dan perbaikan yang diberikan dapat bermanfaat bagi guru-guru yang melakukan praktik pembelajaran dengan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa.

Pada fase ketiga, guru dengan sepengetahuan dan seijin kepala sekolah diminta melakukan kegiatan showcase keberhasilan program dan hasil belajar siswa yang dijadikan sebagai subjek kegiatan. Pada kegiatan ini akan dilakukan penyajian/presentasi portofolio oleh siswa (masing-masing mata pelajaran yang diwakili oleh 1 kelas). Pada saat showcase ini para pejabat pemerintahan terkait di tingkat kecmatan akan diundang untuk menjadi tim penilai. Showcase akan dilakukan di SMP 1 Kintamani di mana kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan. Di akhir

showcase kepala sekolah, guru-guru dan seluruh civitas akademika diminta untuk

melanjutkan implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal genius ini sebagai wahana pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah dan di kelas masing-masing dengan tetap memperoleh pembinaan dari tim P2M, dan kepala sekolah secara internal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjamin keberlanjutan program pengembangan sekolah berkarakter di SMP 1 Kitamani sebagaimana visi dan misi sekolah. Keberhasilan program P2M ini ditentukan oleh tingkat pemahaman, sikap positif, dan keterampilan seluruh civitas akademika dalam mengimplementasikan prilaku berkarakter, pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program sekolah berkarakter dan keterampilan profesional guru-guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sebagai wahana pendidikan karakter bangsa. Di samping itu perlu dilihat output penerapan model pembelajaran ini sebagai wahana pendidikan karakter bangsa terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran di tingkat SMP secara terintegrasi dalam ranah-ranah:

(28)

28 pemahaman konseptual, kemampuan pemecahan masalah, peningkatan rasa percaya diri, kepekaan dan komitmen terhadap lingkungan; orientasi nilai dan sikap sosial religius, serta beberapa keterampilan sosial siswa, seperti: keterampilan berkomunikasi, presentasi, kerja sama, sharing tanggung jawab kepemimpinan, kemampuan mendistribusi tugas, dan mengatasi konflik. Untuk menilai keberhasilan program tersebut akan dievaluasi melalui metode observasi, wawancara dan tes sumatif Tayibnapis (2000). Evaluasi melalui observasi dilakukan untuk melihat secara langsung proses keberhasilan program dilihat dari aktivitas sekolah, lingkungan sekolah, budaya akademik sekolah, proses pembelajaran dan pola pelatihan, pembiasaan serta pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk memformulasi pandangan kepala sekolah, pandangan guru-guru, pendapat siswa dan sivitas akademika SMP 1 Kintamani lainnya berkaitan dengan pedoman standar prilaku berkarakter, pedoman pegelolaan dan pemeliharaan lingkungan sekolah, program sekolah berkarakter, pengembangan perangkat pembelajaran karakter berbasis lokal genius dan implementasi model-model pembelajaran karakter berbasis lokal genius. Wawancara dan observasi terhadap program ini dilakukan selama kegiatan berlangsung atau penilaian proses. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai keberhasilan program melalui persentasi oleh guru dan persentasi hasil belajar siswa oleh siswa yang dijadikan subjek kegiatan ini. Penilaian sumatif ini dilakukan pada fase akhir program atau penilaian output/produk kegiatan. Kegiatan evaluasi proses akan berfokus pada efektivitas kegiatan diklat, kegiatan pendampingan/supervisi dan pembinaan, dan kegiatan showcase. Sedangkan evaluasi output akan berfokus pada capaian program dan hasil belajar siswa

(29)

29 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelatihan dan pendampingan pengembangan sekolah berkarakter dan implementasi model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013 pada SM Negeri 1 Kintamani dapat ditarik beberapa kesimpulan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu :

1. Sebelum dilakukan pelatihan dan pendampingan pengembangan sekolah berkarakter dan implementasi model-model pembelajaran berbasis lokal genius sesuai dengan kurikulum 2013 pada guru SMP Negeri 1 Kintamani hampir semua guru belum memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan mengemas rencana pelaksanaan pembelajaran yang mampu meimplementasikan nilai-nilai karakter sesuai dengan kurikulum tahun 2013, sebagain besar guru belum memiliki keterampilan yang memadai dalam menterjemahkan pendidikan karakter bangsa melalui proses evaluasi pembelajaran yang dilangkan, belum tampak upaya strategis yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan nilai-nilai karakter, hal ini tampak dari hasil analisis terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani dan belum dimilikinya kemampuan mengembangkan model-model pembelajaran yang mampu mengimplementasikan proses pelatihan, pembiasaan dan pembudayaan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran

2. Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan oleh tim pakar dari Undiksha Singaraja, guru-guru SMP Negeri 1 Kintamani memiliki kemampuan yang memadai melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Hal ini dapat diketahui dari hasil pelatihan dan pendampingan melaksanakan model pembelajaran karakter berbasis lokal genius sesuai kurikulum 2013. Selain itu para guru mengaku tak takut dan was-was lagi bila mereka harus menerapkan kurikulum 2013 dengan internalisasi nilai-nilai karakternya karena telah mampu membuat perangkat pembelajaran dan imlementasinya dalam proses pembelajaran. Ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh guru, yaitu (1)

(30)

30 mereka mendapatkan informasi yang jelas dan utuh mengenai hakekat kurikulum 2013, karena selama ini mereka belum mengetahui secara pasti apa hakekat kurikulum 2013, dan (2) para guru memperoleh gambaran yang jelas bagaimana cara dan strategi pengembangan dan pengemasan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Guru juga mengakui telah terjadi peningkatan wawasan dan keterampilan mereka dalam memahami kurikulum tahun 2013 dan pengembangan serta pengemasan perangkat pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum tahun 2013. 4.2. Saran

Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan pada guru SMP Negeri 1 Kintamani, ada beberapa saran yang layak dipertimbangkan, yaitu :

1. Bagi guru SMP Negeri 1 Kintamani hendaknya terus melatih diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu memberikan keterampilan yang memadai pada siswa. Terlebih dengan pemberlakuan kurikulum 2013 yang mengisyaratkan pengembangan pembelajaran yang sejalan dengan filsafat pendidikan konstruktivisme. 2. Bagi Dinas pendidikan setempat, semestinya mengusahakan

program-program pelatihan dan pendampingan bagi guru-guru SMP, sehingga kemampuan dan keterampilan mereka memadai untuk mengembangkan perangkat pembelajar, mondel pembelajar, dan model evaluasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum 2013

(31)

31 DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta Pemerintah Kabupaten Bangli. (2012). Bangli dalam Angka. Bangli: Pemda Bangli Djohar. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah

Kejuruan. (Disertasi, tidak diterbitkan). Bandung: PPS UPI.

Dantes. (2007). Hakekat Asesmen Otentik sebagai Penilaian Proses dan Produk dalam Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi. (Makalah). Disampaikan pada Pelatihan Kepala SMP/SMA di Kabupaten Buleleng.

Hasan. (1992). An Evaluation of the 1975 General Senior Secondary Social Studies

Curriculum Implementation in Bandung Municipality. Disertasi Doctor dari

Macquary University. Tidak diterbitkan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BPP

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendiknas

Klein, M. Frances. (1989). Curriculum Reform in the Elementary School. New York: Columbia University.

Lasmawan, W. (2010). Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif

Kontekstual-Empirik. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.

MaLaughin. (1987). Implementing of ESEA Title I. New York: Columbia University. Miller, J. and Wayne S. (1985). Curriculum: Perspective and Practice. New York:

Longman.

Nana, S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun: Bandung: Rosdakarya

Oliva, F.F. 1984. Developing the Curriculum. Boston: Little Brawn and Company. Surapranata. (2006). Penilaian Portofolio. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Suastika. (2006). Strategi Kebijakan Mewujudkan Singaraja Sebagai Kota Pendidikan (Laporan Penelitian). Singaraja: Undiksha

Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Lubuk Linggau. "KTSP Sulit Diterapkan Secara

Nasional" Lubuk Linggau Pos, Selasa, 5 Juni 2007.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(32)

32

(33)
(34)

34 Lampiran 02. Denah Lokasi Kegiatan P2M

Gambar

Tabel 01: Indikator Evaluasi Program P2M  No  Model

Referensi

Dokumen terkait

Analisis dilakukan dengan melakukan pencocokan (matching) data kematian dari survei independen tesebut dengan data kematian dari sistem registrasi kematian dalam kurun waktu sama

International Organization for Migratioan (IOM) berdedikasi untuk memajukan migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama, dilaksanakan dengan meningkatkan

Adapun tentang tauhid juga sangat beliau kedepankan agar supaya masyarakat banyak yang selalu menomorsatukan Allah Swt dimanapun berada, apalagi pada sat itu adalah

Pada evaluasi pengering dengan menggunakan paduan radiasi surya dan biomass didapati bahwa pengering dapat dipakai secara kontiniue dimana pada siang hari supali panas dari

DATA KELOMPOK TANI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2014... Luas

Koreksi Biaya Pemasaran/Promosi sebesar Rp1.404.377.236,00 dan Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif sebesar Rp16.898.990.503,00 yang tidak dipertahankan oleh Majelis

Hasil uji analisis dengan metode Discounted Payback Period menunjukkan bahwa waktu pengembalian investasi yaitu selama 2 tahun 9 bulan, karena rencana investasi