• Tidak ada hasil yang ditemukan

Farmakokinetika Nonlinier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Farmakokinetika Nonlinier"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Farmakokinetika linear:

Menganggap parameter farmakokinetika obat tidak akan berubah bila dosis yang berbeda atau dosis ganda diberikan

> Jika dosis meningkat, konsentrasi plasma dan AUC akan meningkat secara proporsional.

Farmakokinetika yang tergantung dosis (nonlinier):

Dalam beberapa kasus, kinetika proses farmakokinetik berubah dari yang cenderung orde 1 menjadi cenderung order 0 dgn peningkatan dosis atau pengobatan jangka panjang

Terjadi penyimpangan profil dari farmakokinetika linier pada dosis tunggal yang rendah dari obat yang sama (karena kenaikan dosis beberapa obat atau pengobatan yang kronik)

Perubahan parameter farmakokinetik dapat terjadi akibat perubahan enzmatis pada proses absorpsi, distribusi, atau eliminasi obat, yang menyebabkan

terbentuknya sistem jenuh (penjenuhan)

(3)

Perbandingan profil konsentrasi obat dalam

plasma berbanding dosis secara linier dan

non linier

(4)

Penyebab farmakokinetika nonlinier

 Jenuh

Banyak dari proses absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi obat melibatkan sistem enzim atau sistem yang

diperantarai pembawa. Untuk beberapa obat yang diberikan pada kadar terpeutik, salah satu dari proses tersebut dapat menjadi jenuh.

Contoh: penjenuhan ikatan protein plasma, penjenuhan sistem yang diperantarai pembawa

 Perubahan patologis dalam absorpsi, distribusi, dan eliminasi

obat

Contoh: aminoglikosida dapat menyebabkan nefrotoksisitas renal, dengan demikian mengubah ekskresi obat lewat ginjal.

(5)

Karakteristik farmakokinetik nonlinier

pada obat dengan reaksi penjenuhan

 Eliminasi obat tidak mengikuti kinetika orde satu  T1/2 menjadi lebih besar dengan penaikan dosis

 AUC tidak sebandung dengan jumlah obat dalam sistem

sistemik

 Reaksi penjenuhan dapat diakibatkan oleh interaksi obat

(induksi enzim, kompetisi enzim)

 Komposisi metabolit dapat dipengaruhi oleh perubahan

dosis

(6)

Ketidaklinearan terjadi karena adanya perbedaan kinetika

(terjadinya kejenuhan/ saturasi) pada konsentrasi obat

yang tinggi terutama pada proses :

• Absorpsi

• Distribusi • Metabolisme • Eliminasi

(7)

1. Kejenuhan pada proses

absorbsi

 Obat yang diabsorpsi melalui sistem penghantaran mengalami

kejenuhan. Contoh:

absorpsi amoxicilin akan menurun dengan peningkatan dosis. -Bioavaibilitas amoxicilin dosis tunggal 375 mg peroral jauh lebih tinggi dari dosis 750 mg, bahkan hampir 2 x lipat dari dosis 3000 mg.

(8)

2. Pada proses distribusi

Terjadinya kejenuhan pada ikatan protein sehingga terjadi perubahan fraksi obat yg tidak terikat dengan protein pada plasma.

Fu: Fraksi obat yg tidak terikat pada plasma

K : Afinitas konstan untuk terikat pada protein seperti albumin P : Konsentrasi protein bebas (ygang tidak terikat)

(9)

Konsentrasi obat sangat tinggi sehingga terjadi

kejenuhan pada bagian protein menyebabkan [ ] protein bebas menurun dan fu meningkat dengan

peningkatan dosis. Hal ini menyebabkan total peningkatan [ ] dalam plasma sedikit kurang proporsional dengan peningkatan dosis.

fu tidak mempengaruhi laju [ ] obat yg tidak terikat

saat steady state. Artinya [ ] obat akan meningkat proporsional dengan peningkatan dosis tapi total [ ] obat akan meningkat tidak proporsional.

(10)

3. Kejenuhan pada proses first-pass

metabolism

Obat-obatan dengan rasio hepatic extraction yang

tinggi, peningkatan dosis akan menyebabkan penjenuhan dalam metabolime oleh enzim, sehingga menurunkan klirens instrinsik.

Sehingga konsentrasi obat saat steady state akan

meningkat secara tidak proporsional dengan dosis yang diberikan.

Contoh : alprenolol

(11)

4. Kejenuhan dari klirens sekresi

renal

Renal Klirens = filtrasi + sekresi – reabsorpi

Kejenuhan dapat terjadi pada proses sekresi obat, sehingga saat filtrasi meningkat dan makin lamanya proses sekresi akan menimbulkan efek non linear

(12)

Penyebab Obat

Absorpsi

Kejenuhan transpor dalam dinding usus Riboflavin, gabapetin, L-dopa baclofen, ceftibutein

Metabolisme intestinal Salisilamid, propanolol Obat dengan kelarutan kecil dalam saluran

cerna, tetapi dosis relatif tinggi Khlotothiazid, griseofulvin, danazol Kejenuhan gastrik atau peruraian dalam

saluran cerna Penisilin G, omeprazol, saquinavir Distribusi

Kejenuhan ikatan protein plasma

Fenilbutazon, lidokain, asam salisilat, ceftriazon, diazoxid, fenitoin, warfarin, disopyramid

Ambila seluler Methisilin

Ikatan jaringan Imipramin

Transpor cairan serebrospinal Benzilpenisilin Kejenuhan transpor ke dalam dan luar

(13)

Penyebab Obat

Eliminasi Ginjal

Sekresi aktif Rmezlocilin, asam para amino-hipurat Reabsorpsi tubular Riboflavin, asam askorbat, cephapirin Perubahan pH urine Asam salisilat, dekstroamfetamin Metabolisme

Kejenuhan metabolisme Fenitoin, asam salisilat, teofilin asam valproat

Keterbatasan ko-faktor atau enzim Asetaminofe, alkohol

Induksi enzim Karbamazepin

Perubahan aliran darah hepatik Propanolol, verapamil Penghambatan metabolisme Diazepam

Eksresi bilier

Sekresi bilier Iodipamida, sulfobromophalein natrium Siklus enteropatik Simetidin, isotretinoin

(14)

Bila dosis yang besar diberikan, diperoleh kurva dengan fase eliminasi awal yang lambat, diikuti oleh eliminasi yang lebih cepat pada konsentrasi dalam darah yang lebih rendah

(kurva A). Dengan dosisi obat yang lebih kecil teramati

kinetika orde 1, arena tidak terjadi kejenuhan kinetik (kurva B). Jika data farmakokinetik hanya diperkirakan dari kadar darag yang digambarkan oleh kurva B, maka pada kenaikan dosis dua kali akan memberikan profil dalam darah yang

disajikan dalam kurva C, suatu perkiraan yang rendah dari konsentrasi obat dan juga lama kerja obat

(15)

Proses eliminasi enzimatis yang

dapat jenuh

Kinetika Michaelis-Menten

Laju eliminasi=

Cp : konsentrasi obat dalam plasma

Vmax : laju eliminasi maksimum

KM : tetapan Michaelis yang mencerminkan kapasitas sistem

enzim

Harga KM dan Vmax tergantung pada sifat obat dan proses

enzimatis yang terlibat

Persamaan ini menggambarkan suatu proses enzim nonlinier yang mencakup suatu rentang konsentrasi obat yang luas

 

(16)

Hubungan V

max

, K

M

dengan

enzim

Vmax bergantung pada jumlah enzim yang terlibat dalam

proses metabolisme. Induksi enzim akan meningkatkan jumlah ketersediaan enzim sehingga akan meningkatkan Vmax. Hal ini tidak mempengaruhi afinitas obat untuk bereaksi

dengan enzim sehingga tidak mempengaruhi nilai KM.

KM merupakan karakteristik bagaimana enzim berinteraksi

dengan obat & tidak tergantung pada konsentrasi enzim.

Adanya inhibitor kompetitif terhadap enzim menyebabkan laju metabolisme menjadi lebih lambat sehingga [ ] obat

meningkat sesuai dengan[ ] penghambat tanpa

mempengaruhi nilai Vmax.

(17)

Cp>>KM

Terjadi penjenuhan

enzim dan harga KM

diabaikan

Laju eliminasi

berlangsung pada

suatu kecepatan tak

berubah atau tetapan

laju sama dengan

Vmax

-

 

Cp<<KM

- Laju eliminasi obat

menjadi proses orde

kesatu

--= k’C

p

 

(18)

Toksisitas Klinik Karena

Farmakokinetika Nonlinier

Adanya farmakokinetika nonlinier atau tergantung dosis, apakah karena kejenuhan proses absorpsi, metabolisme lintas pertama, ikata, atau ekskresi renal, dapat

mempunyai konsekuensi klinik yang bermakna, Tetapi farmakokinetika nonlinier tidak diperhatikan pada

penelitian yang menggunakan obat rentang dosis dekat pada pasien. Pada kasus ini, estimasi obat dapat

menghasilkan peningkatan efek samping yang tidak sebanding, tetapi manfaat terapeutik tidak mencukupi. Farmakokinetika nonlinier dapat terjadi di atas, dalam, atau dibawah rentang terapeutik

(19)

Bioavailabilitas Obat yang Mengikuti

Farmakokinetika Nonlinier

Bioavailabilitasnya sulit untuk diperkirakan

secara teliti. Obat-obat yang mengikuti

farmakokinetika linier mengikuti konsep

superposisi, dimana tiap dosis obat superimpose

pada dosis sebelumnya. Dengan adanya

kejenuhan jalur untuk absorpsi, distribusi atau

eliminasi obat, bioavailabilitas obat akan

berubah pada dosis tunggal atau pada dosis

berikutnya (ganda).

Contoh: klorothiazid

(20)

Pada umumnya, jumlah bioavailabilitas diperkirakan dengan menggunakan AUC. Jika absorpsi obat dalam saluran cerna kapasitas terbatas, maka fraksi kecil obat diabsorpsi secara sistemik saat konsentrasi obat dalam saluran cerna tinggi.

Suatu obat dengan jalur eliminasi jenuh juga mempunyai AUC yang bergantung konsentrasi, yang dipengaruhi oleh KM dan Vmax enzim yang terlibat dalam eliminasi obat. Pada CP

rendah, laju eliminasi adalah orde kesatu, begitu pula pada awal absorpsi dari saluran cerna. Bila lebih banyak obat

diabsorpsi, baik dari dosis tunggal atau setelah dosis ganda, konsentrasi obat sistemik meningkat ke tingkat kejenuhan enzim yang terlibat dalam eliminasi obat. Klirens tubuh obat berubah dan AUC meningkat tidak sebanding dengan

peningkatan dosis.

(21)

Referensi

Dokumen terkait