• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PELAKSANAAN LAHAN 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PELAKSANAAN LAHAN 2"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN PEMBANGUNAN KEBUN HIJAUAN PAKAN TERNAK 

PEKERJAAN PEMBANGUNAN KEBUN HIJAUAN PAKAN TERNAK 

SISTEM PASTURA UNGGUL DAN SISTEM POTONG PUSAT PEMBIBITAN

SISTEM PASTURA UNGGUL DAN SISTEM POTONG PUSAT PEMBIBITAN

( BREDING CENTRE ) SAPI BALI

( BREDING CENTRE ) SAPI BALI

LOKASI DESA LEBAHO ULAQ KECAMATAN MUARA KAMAN

LOKASI DESA LEBAHO ULAQ KECAMATAN MUARA KAMAN

I.

I.

PEKERJAAN PENDAHULUAN / PERSIAPAN

PEKERJAAN PENDAHULUAN / PERSIAPAN

A.

A.

Mobilisasi /

Mobilisasi /

demobili

demobili

sasi

sasi

Mobilisasi dilakukan setelah penandatangan kontrak, yang meliputi mobilisasi Mobilisasi dilakukan setelah penandatangan kontrak, yang meliputi mobilisasi alat dan tenaga kerja. Sedangkan demobilisasi dilaksanakan setelah seluruh alat dan tenaga kerja. Sedangkan demobilisasi dilaksanakan setelah seluruh  pekerjaan

 pekerjaan selesai selesai dan dan dinyatakan dinyatakan dengan dengan Berita Berita Acara Acara yang yang ditandatangani ditandatangani oleholeh  pihak

 pihak User User dan dan Konsultan Konsultan Pengawas Pengawas dan dan dinyatakan dinyatakan Telah Telah Diterima Diterima sesuaisesuai dengan spesifikasi yang tercantum didalam dokumen

dengan spesifikasi yang tercantum didalam dokumen kontrak.kontrak.

Pekerjaan penadahuluan / persiapan juga meliputi pembuatan barak kerja dan Pekerjaan penadahuluan / persiapan juga meliputi pembuatan barak kerja dan tempat penyimpanan cadangan BBM serta alat-alat lain yang mendukung tempat penyimpanan cadangan BBM serta alat-alat lain yang mendukung  pekerjaan.

 pekerjaan.

B.

B.

Pengukuran dan Pematokan

Pengukuran dan Pematokan

Pengukuran dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai untuk mengetahui batas Pengukuran dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai untuk mengetahui batas areal lahan yang akan dibuka. Pengukuran diberi tanda berupa patok dengan areal lahan yang akan dibuka. Pengukuran diberi tanda berupa patok dengan ukuran 5/10 tinggi 1 meter serta diberi cat berwarna merah.

ukuran 5/10 tinggi 1 meter serta diberi cat berwarna merah.

II.

II.

PEKERJAAN PENYIAPAN / PENGOLAHAN LAHAN

PEKERJAAN PENYIAPAN / PENGOLAHAN LAHAN

A.

A.

Land Clearing

Land Clearing

 Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer.Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer.

Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan 8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan  penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor)  penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor)

 Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk Ilalang).Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk Ilalang).

Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida. Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida.

(2)

Larangan :

Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan

melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan

 Tahap PekerjaanTahap Pekerjaan

a. Membabat / Imas a. Membabat / Imas

Sebelum melaksanakan

Sebelum melaksanakan pekerjaan imas, pekerjaan imas, maka pekerjaan maka pekerjaan babatbabat

 pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak belukar dan poho  pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak belukar dan poho nn

kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5 sampai 6 orang / HA.

membutuhkan 5 sampai 6 orang / HA.

Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon kecil yang Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon kecil yang

 berdiameter 10 cm di tebas atau di potong dengan parang atau kapak untuk   berdiameter 10 cm di tebas atau di potong dengan parang atau kapak untuk 

mempermudah penumbangan pohon besar. mempermudah penumbangan pohon besar.

 Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cmMemotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm 

 Menggunakan parang dan kampak Menggunakan parang dan kampak  

 Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakanPemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan

serendah mungkin atau dekat dengan tanah serendah mungkin atau dekat dengan tanah

 Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohonTujuan untuk memudahkan penumbangan pohon

dan pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar  dan pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar  tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun

tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis

mekanis

b. Menumbang b. Menumbang

Menumbang adalah kegiatan menebang/menumbang pohon dengan Menumbang adalah kegiatan menebang/menumbang pohon dengan

gergaji ( chain saw ) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm ditebang. gergaji ( chain saw ) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm ditebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada diameternya.

Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada diameternya. Ketentuan yang berlaku biasanya

Ketentuan yang berlaku biasanya

 Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur  

 Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah :Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah :

Diameter 

Diameter  Ditebang dari permukaan tanah Ditebang dari permukaan tanah maks.maks.

> 10

> 10 –  – 15 cm15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)15 cm (serapat mungkin dengan tanah)

16

16 –  – 30 cm30 cm 25 cm25 cm

31

(3)

76 – 150 cm 100 cm

> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama

Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :

 Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air d an jalan  Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang

setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar 

 Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang

sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)

B. Pembajakan Tanah

Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras. Hal yang diperhatikan dalam pembuatan jalan kontur :

 Harus memotong teras/kontur 

 Badan jalan dibuat miring ke arah tebing

 Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih

dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam

Berbagai kondisi urutan pengolahan tanah yang akan dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan adalah :

 Subsoiling → Bajak I → Garu → Kair   Bajak I → Bajak II → Garu → Kair   Bajak I → Bajak II → Kair 

 Bajak I → Garu I → Kair   Bajak I → Kair 

(4)

 Bajak I → Bajak II → Kair + pupuk

Perbedaan pola pengolahan tanah didasarkan pada kondisi lahan yang akan dikerjakan. Sebelum dilakukan kegiatan pengolahan tanah, lahan diperiksa terlebih dahulu kondisinya terutama pada aspek kegemburan tanah. Pemeriksaan konidsi tanah dilakukan secara visual oleh tenaga teknis.

a. Pemecahan TanahS u b s o i l  (r i p p i n g  )

Pemecahan tanah (ripping ) merupakan kegiatan pengolahan tanah awal sebelum pengolahan tanah berikutnya. kegiatan ini bertujuan untuk memecah bagian subsoil tanah dengan kedalaman 45-50 cm dan menghancurkan guludan. Pemecahan tanah dilakukan jika kondisi tanah mengalami pemadatan akibat lalu lintas traktor, truk, dan trailer yang masuk ke dalam lahan. Namun, jika tanah tidak mengalami pemadatan, kegiatan ini tidak dilakukan untuk menghemat biaya dan waktu. Keputusan untuk melakukan pekerjaan ripping berada pada tenaga teknis berdasarkan hasil laporan dari pelaksana lapangan. Pengujian kepadatan tanah dilakukan oleh tim laboratorium.

Pemadatan tanah diukur dengan menggunakan penetrometer. Pengukuran

pemadatan tanah juga bisa dilakukan secara indrawi oleh pelaksana yang hasilnya akan dilaporkan kepada Manager.

Implement yang digunakan pada kegiatan pemecahan tanah adalah ripper . Impelent ini memiliki tiga buah mata dengan jarak antar mata adalah 125 cm. Sedangkan traktor yang digunakan adalah traktor John Deere 8200 yang memiliki tenaga 200 hp dan traktor john Deere 7710 yang memiliki tenaga 150 hp dengan sistem roda bergerak 4 WD. Untuk ripper dibutuhkan tenaga yang besar, minimal 150 hp, karena untuk memecah lapisan keras tanah pada subsoil merupakan kegiatan berat.

Traktor berjalan lurus dengan alur tanam rumput dengan tujuan agar  mata ripper menembus bagian guludan yang akan mengangkat bongkahan tanah pada

 juring. Jarak antar juring adalah 125 cm, sama dengan jarak antar 

mata ripper sehingga mata ripper diharapkan mampu memecah guludan pada juring. Pemecahan guludan pada saat ripping bertujuan untuk mengangkat akar-akar pohon sehingga meringankan proses pengolahan tanah berikutnya, yaitu pembajakan.

(5)

Gambar 2. Bagian yang dipecah oleh implement ripper 

Pola kerja yang digunakan pada saat ripping adalah pola headland patern from

boundaries. Pola ini digunakan untuk mempersingkat waktu belok karena implement yang digunakan cukup lebar. Untuk mempermudah pekerjaan, satu petak lahan

biasanya dibagi ke dalam 3 – 4 bagian petakan. Metode belok yang digunakan

adalah U-Shape Turning yaitu traktor langsung belok dengan membentuk seperti huruf  U ketika headland cukup lebar, tapi jika headland sempit traktor membelok dengan metode maju mundur.

Gambar 3. Pola kerja ripping 

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh kapasitas lapang pada

pekerjaan ripping sebesar 0.69 ha/jam  – 0.96 ha/jam dengan efisiensi berkisar antara 62.72 %  – 87.2 %, data lengkap terdapat pada lampiran 6. Berdasarkan data dari bagian mekanisasi kapasitas lapang untuk ripping adalah 0.60 ha/jam  – 0.65 ha/jam, tercantum pada lampiran 4.

a. Pembajakan

Pembajakan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memecah dan membalikkan

tanah serta mengangkat dan mengubur gulma. Dengan proses pembajakan

(6)

pemadatan, sebelum di bajak tanah di-ripping terlebih dahulu. Namun, untuk tanah yang cukup gembur, langsung dibajak tanpa ripping (pemecahan).

Jika kondisi tanah setelah dibajak belum cukup gembur, maka dilakukan dua kali pembajakan. Akan dilaksanakan Bajak I dan Bajak II. Sebaliknya, jika kondisi tanah sudah cukup gembur dan siap untuk pengolahan selanjutnya pembajakan cukup dilakukan satu kali. Bajak II juga dilakukan untuk lahan yang tidak akan digaru. Fungsi dari bajak II ini selain untuk meningkatkan kedalaman juga untuk mengahancurkan tanah sehingga tanah semakin gembur. Tenaga yang dibutuhkan pada bajak II umumnya lebih ringan dari bajak I karena kondisi tanah sebelumnya cukup gembur setelah dilakukan bajak I.

Pembajakan merupakan kegiatan pengolahan tanah yang harus ada di setiap lahan yang akan ditanami dengan sistem plant cane atau dengan kata lain pembajakan bukanlah kegiatan pilihan seperti ripping , yang menjadi pilihan adalah bajak II. Oleh karena itu, pembajakan merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan pada pembukaan lahan.

Implement yang digunakan pada pembajakan adalah Disc Plow jenis circular yang

memiliki 4 buah piringan. Tidak digunakan bajak singkal sebagai implement

pembajakan yang umum digunakan karena kondisi tanah yang penuh dengan akar  pohon. Pola pembajakan yang digunakan adalah headland pattern from back  furrow dan metode belok adalah U-shape turning . Satu petak lahan umumnya dibagi tiga bagian untuk memudahkan pekerjaan dan meningkatkan efisiensi.

Gambar 4. Pola kerja pembajakan

Traktor pada pembajakan berjalan tidak lurus mengikuti alur juring tapi membentuk

sudut sekitar 300dari alur tanam atau alur ripping . Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan hasil bajakan yang diharapkan. Untuk bajak II traktor berjalan tegak lurus dari alur bajakan pertama atau tegak lurus dari alur tanam. Pada bajak II biasanya traktor masuk tidak miring tapi lurus mengukuti bentuk lahan.

(7)

Gambar 5. Alur pembajakan melintasi alur tanam sekitar 300

Berdasarkan data hasil pengukuran yang terdapat pada lampiran 6, didapatkan kapasitas lapang untuk pembajakan sebesar 0.31 ha/jam dengan efisiensi 66.7 % serta kecepatan berjalan rata-rata adalah 0.75 m/s. Sedangkan berdasarkan data sekunder dari bagian mekanisasi PG. Subang kapasitas lapang untuk pembajakan adalah 0.30 ha/jam – 0.35 ha/jam. Data lengkap terdapat pada lampiran 4.

Traktor yang digunakan adalah Massey Furgusson (MF) 3085 yang memiliki tenaga 110 hp, Massey Furgusson 399 bertenaga 110 hp, Ford 8730 bertenaga 150 hp dan Jhon Deere 4255 bertenaga 150 hp semuanya memiliki sistem roda gerak 4 WD.

C. PENYEBARAN KOHE / PUPUK KANDANG

 Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

 Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

 Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

(8)

 Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 160 g/pohon.

D. PEMBERSIHAN KAYU / AKAR / BATANG KAYU

1. Merencek 

Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.

 Memotong batang, cabang dan ranting  Pedoman panjang potongan kayu :

Diameter (cm) Panjang Potongan (m)

10 - 30 1,5

 – 

3

30 - 75 2

 – 

4

> 75 4 - 5

2. Merumpuk 

Kegiatan merumpuk adalah pelaksanaan pengumpulan atau menata cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang Utara

 – 

Selatan agar dapat diterpa panas matahari dan cepat kering, jarak anar rmpukan dibuat 50

 – 

100 meter  tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.

 Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi

 barisan yang teratur 

 Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar   Jarak antar rumpukan 50

 – 

100 m.

Mekanismenya

o Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan

(9)

o Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah

dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang  pembantu sehingga terdapat 6

 – 

8 pancang pembantu dalam jaluran

o Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh

dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.

o Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau

 perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius  pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

o Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer,

 posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

3. Membersihkan areal

 Membersihkan sisa-sisa potongan untuk 

dikumpulkan di jalur rumpukan secara sistem

mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator  merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur 

 – 

Barat

4. Perun mekanis

 Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan

kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur 

 – 

Barat

 Jenis alat berat untuk perun mekanis :

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Rumpuk Kerapatan kayu

Buldozer Hutan sekunder, semak belukar 

Gelombang, darat, datar 4 : 1 Sedang

 – 

rendah

Buldozer Hutan primer Datar, gelombang 2 : 1 Tinggi

 – 

sedang Buldozer &

Excavator 

Hutan primer, sekunder, semak 

 belukar 

Bukit, gelombang Antar teras Tinggi

 – 

rendah

Excavator Hutan primer, sekunder, semak 

 belukar 

(10)

Pancang jalur rumpukan

 Pancang jalur rumpukan

dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati

 Tinggi pancang 4 m dan harus

dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat  berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6

 – 

8 pancang  pembantu dalam jaluran

 Pada jarak 150 m (inti) atau

200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.

Pelaksanaan perun mekanis

 Posisi alat berat berada di gawangan hidup,

kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah

 Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis

oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas  permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

5. Cincang Jalur

Kegiatan yang dilakukan pada areal datar 

 Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong

kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur  rumpukan

 Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara

selatan harus bebas dari kayu

 Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :

o Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2 o Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4 o Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m

(11)

Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

 Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu

yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di  jalur rumpukan

 Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada

kebijakan manajemen

6. Perhitungan Waktu

Waktu untuk pembukaan lahan 3.000

 – 

5.000 ha :

 Survey/mengukur areal : ± 1 bulan

 Babat/imas : 2

 – 

3 bulan

 Menumbang : 2

 – 

3 bulan

 Merencek dan merumpuk : 1

 – 

2 bulan  Membersihkan areal : 2

 – 

3 bulan  Pemberantasan lalang : 2

 – 

3 bulan  Jalan + saluran air : 2

 – 

3 bulan  Penanaman kacangan : 1

 – 

2 bulan

 Memancang : 2 bulan

 Teras, benteng : 2

 – 

3 bulan

 Melubang : ± 2 bulan

 Menanam : ± 2 bulan

Perencanaan dibuat dalam suatu barchart . Pembukaan lahan dilakukan  bahwa tidak harus selalu menunggu suatu pekerjaan selesai dulu/dapat

saling tumpang tindih.

7. Perhitungan Kebutuhan Traktor

Kapasitas traktor dengan beberapa implement

Jenis Pekerjaan Implement Lebar Potongan (m)

Kecepatan (km/jam)

Efisiensi (%)

Kapasitas (ha) JKT/ha

Membabat JD 307 1,8 4,0 70 0,50 2,00

Membajak I JD SA 234, 4 Plow 28 inch

1,0 5,0 70 0,35 2,86

(12)

Plow 28 inch Menggaru I JD Integral disc harrow 9,5 inch 2,8 5,0 80 1,12 2,89 Menggaru II JD Integral disc harrow 9,5 inch 2,8 5,0 80 1,12 0,8

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia

8. Pedoman Pelaksanaan

Hutan Primer 

 Cara yang digunakan : Manual atau mekanis

 Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :

Uraian Manual Mekanis

Alat Keb. HK (HK/ha) Alat Keb. HK / JKT

Babat/Imas Parang panjang 20-25 Parang 20-25 HK 

Menumbang Gergaji rantai, kampak 

30-60 Buldozer 10-14 JKT

Merencek Parang + kampak, gergaji

40-50 Gergaji rantai 40-50

(13)

Membersihkan  jalur 

Cangkul 20 Buldozer 8 JKT

Jumlah 120-160 HK (60-75 HK) + (25-32 JKT)

 HK : Hari Kerja

 JKT : Jam Kerja Traktor 

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

Hutan Sekunder

 Cara yang digunakan : manual atau mekanis

 Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder :

Uraian Manual Mekanis

Alat Keb. HK (HK/ha) Alat Keb. HK / JKT

Babat/Imas Parang 15-20 Parang 15-20 HK 

Menumbang Gergaji rantai 25-35 Buldozer 8-12 JKT

Merencek Parang + gergaji 20-30 Gergaji rantai 20-30

Merumpuk - 10-12 Buldozer 4-6 JKT

Membersihkan areal

Cangkul 15-20 Buldozer 6 JKT

Jumlah 85 - 117 HK (35-55 HK) + (18-24 JKT)

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

Semak Belukar

 Cara yang digunakan : manual atau mekanis

(14)

Uraian Manual Mekanis

Alat Keb. HK (HK/ha) Alat Keb. HK / JKT

Babat/Imas Parang 20-25 Parang 15-20 HK 

Merencek Parang + gergaji 15-20 Parang 15-20 HK 

Merumpuk - 10-15

Membersihkan  jalur/areal

Cangkul 20 Buldozer 4-6 JKT

Jumlah 65-80 HK (30-40 HK) + (4-6 JKT)

Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan 2004

E. PENGGARUAN

 Penyisiran (harrowing) - dimaksudkan untuk memecahkan kepingan tanah  besar kepada partikel lebih kecil.

 Pemutaran (rotovating) dimaksudkan untuk memecahkan partikel tanah kepada saiz lebih kecil lagi dilakukan setelah penyisiran selesai kecuali tanah gembur.

(15)

F. PENGGALURAN

1. Teras Kontur 

Pada umumnya areal lahan di Indonesia terletak pada daerah yang banyak  hujannya. dan tidak semuanya datar/flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan musim hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit). Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama pada musim kemarau dan untuk  mencegah erosi maka dibangunlah teras, rorak, bente4ng, parit dan lain-lain dilapangan. Tindakan pengawetan tanah ini mutlak diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada lahan yang  berombak, berbukit.

Pada daerah datar yang diutamakan adalah parit, drainase dan jembatan , sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan, Untuk mematahkan aliran air permukaan (run off) dan memperbesar daya infiltrasi air ketanah maka diperlukan teras. Teras ini juga berguna untuk meningkatkan daya simpan air, mempermudah pemeliharaan, tempat pupuk ditabur dan akan mempermudah pengmbilan hasil, sampai dengan kemiringan 8 derajat dbuat teras tunggal (individual/tapak kuda) dan diatas ini dibuat teras bersambung. Teras tunggal yang telah dibuat, berukuran 2x 1,5 meter dimana panjang menurut arah kountur dan lebar menurut kemiringan dimulai 50 cm dibawah  pancang.

(16)

Permukaanya dibuat miring kedalam dengan sudut 10 derajat, disebelah dalam dibuat rorak kecil guna penampungan air dan benteng kecil. Teras ini harus dapat diperbesar menjadi 3x3 meter. Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan,jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan, makin tinggi kemiringannya maka makin jauh jaraknya, lebar teras minimum 3,7 meter dan maksimum 4,27 meter dengan asumsi bahwa diameter batang 2,36 meter maka masih tersedia ruang masing-masing sepanjang 1,175 meter  didepan maupun dibagian belakang pokok. Terutama pada areal kemiringan 14% maka teras sinambung ini sudah mutlak perlu, untuk kedapatan pokok per  HA 128 dan 138 pokok misalnya maka jarak antar kontur dan jarak antar   pokok adalah :

Tabel Jarak Antar Teras dan Tanaman

Jarak antar kontur (m ) pokok/ha

Jarak antar pokok pada kepadatan 128 136  7,0  7,3  7,6  7,9  8,2  8,5  8,8  11,1  10,6  10,2  9,8  9,5  9,1  8,8  10,3  9,9  9,5  9,2  8,8  8,5  8,2

Tabel Bentuk Pengawaetan Tanah

Kelas lahan Kemiringan Tindakan Pengawetan Derajat (º) ( % ) Rata Agak miring 0º 0º - 3º < 1% 1

 – 

6% Tidak perlu Benteng, rorak 

(17)

Miring Sangat miring 4º - 28º 29º - 45º 7

 – 

54% 55% - 100%

kuda dan teras kontur 

Teras

 bersambung/Kontur 

Tabel Jarak Teras dan Kemiingan Persyaratan Teras

Kemiringan ( º ) Jarak Teras ( m ) Kemiringan ( º ) Jarak Teras ( m )

0 8,16 25 9,00

5 8,19 30 9,42

10 8,28 35 9,96

15 8,45 40 10,65

20 8,68 45 11,54

1. Tahap Pembuatan Kontur.

Penentuan pancang induk.Pancang induk adalah pancang dengan jarak  tertentu dan tetap, tempat dimulainya pembuatan kontur. Penempatan  pancang induk dimulai dari puncak lereng kearah kaki lereng, sedangkan lereng yang dipilih adalah lereng dengan kemiringan dominan atau rata-rata terbanyak pada suatu areal, bukan lereng yang ekstrim (lereng paling terjal atau paling landai).

2. Penempatan pancang induk 

Penempatan Pancang Induk pada lereng yang terjal akan mengakibatkan  banyaknya kontur sisipan, sedangkan pada lereng yang landai mengakibatkan banyak kontur terputus, hal ini harus dihindari. Jarak antar   pancang induk : 8 m timbang air ( water pass ),

(18)

Penentuan titik tanam pada kontur teratas (kontur 1) jarak antar titik tanam 9,2 m dan konstan.Penentuan titik tanam pada kontur berikutnya :

 Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada kontur 1.  Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II dibelokan

kekanan dan digeser-geser hingga sudut belokannya +/- 90 derajat.

 Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II.

 Ujung t6ali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut diberi

 pancang tanam.

Penentuan titik tanam berikutnya adalah : pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser ketanah pada kontur 1 diikuti oleh 2 orang yang berada dikontur II, titik tanam terakhir ada pada kontur II merupakan titik siku-siku, dan ujung tali  pada kontur tanam merupakan titik tanam baru.Untuk mendapatkan titik

siku-siku pada titik siku-siku pembawa ujung tali pada kontur 1 menggeser kekiri atau kekanan diikuti pembawa ujung tali. Untuk selanjutnya penentuan kontur,  berikut prinsipnya sama dengan penentuan pada kontur 1 dan II. Pancang

kontur dicabut bila pancang tanam sudah ditancapkan.Pancang induk dicabut  jikatitik tanam terakhir telah selesai dalam 1 kontur.Pancang dapat digesr 1-2

meter untuk menyesuaikan letak dengan tanaman diatasnya agar tidak terletak  segaris atau sejajar.

2. Benteng dan Rorak

 Dibuat pada tanah agak miring : 10

 – 

15 m/HK 

 Ukuran : lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi

30 cm

 Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng :

Tabel Persyaratan Pembuatan Benteng/Rorak 

Kemiringan Jarak (m) 1% 2% 3% 4% 5% (0º34´) (1º9´) (1º44´) (2º18´) (2º52´) 60 40 30 25 20

(19)

6% (3º26´) 18

Cara pembuatan benteng 

 Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai

 jaraknya

 Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng

sesuai ukuran

 Parit (rorak) : lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.

3. Teras Individu (Tapak Kuda)

 Dibuat pada tanah agak miring  Ukuran lebar = 4 meter 

 Prestasi kerja 2

 – 

3 st/HK 

Cara pembuatan

o Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam o Tapak kuda tepat pada pancang tanaman

o Tanah bagian atas pancang digali

o Kemiringan tapak kuda 10-15º ke arah bukit

Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan

G. HERBISIDA

Klasifikasi herbisida berdasarkan pada waktu aplikasinya :

 Ada dua tipe herbisida berdasarkan aplikasinya yaitu herbisida pratumbuh

(preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide).

 Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih

ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.

 Waktu penyemburan

 Ada tiga waktu penyemburan, yaitu: Pra -tugal, Pra-tumbuh, dan Pasca tumbuh.

Pasca tumbuh dibagi lagi menjadi Pasca tumbuh awal, Pasca tumbuh tengah, dan pasca tumbuh akhir.

(20)

 Penyemburan Pratugal, misalnya, trifluralin dan EPTC. Oleh karena keduanya

mudah menguap dan terurai oleh sinar ultraviolet, sesudah semburan ditujukan ke tanah perlu penggaruan tanah untuk menutup keduanya. Paraquat dan glyphosate dapat pula dipakai secara pratugal. Sehari sesudah penyemburan, tanah diolah, disiapkan untuk ditanami.

 Herbisida pra-tumbuh disemburkan setelah penungalan benih tetapi sebelum

semai mencuat keluar. Pakailah herbisida yang tida mudah menguap dan mudah dilarutkan air hujan sehingga dapat masuk ke bawah permukaan tanah, tempat benih berkecambah. Contohnya : alachlor, benfluralin, chlorthal, dichlobenil dan linuran.

 Paraquat dapat pula dipakai secara pra tumbuh. Dinas P.U. memakai diuron,

atrazine, dan bromacil untuk mecengah gulma tumbuh.

 Herbisida pasca tumbuh. Penyemburan dilakukan terhadap gulma yang telah

tumbuh.

 Herbisida selektif dipakai pada pertanaman dan perumputan. Herbisida

nonselektif disemburkan pada pekarangan, antara gudang dan tangki minyak. Herbisida nonselektif dipakai untuk gulma yang tumbuh mendahului tanaman. Umumnya makin muda gulma makin mudah terbunuh gulma yang sedang tumbuh cepat. Umumny terdapat catatan berikt pada kemaan herbisida :

 ―Pakailah herbisida ini bila gulma sedang tumbuh cepat dan berdaun hanya 2-3

helai.” Bila daun gulma berjumlah 4-5 helai maka naikkan dosis sebanyak 50%.

 Tingkat Pra-Tugal, Pra-Tumbuh, dan Pasca-Tumbuhan Gulma tahunan

(perennial) lebih tepat dikuasai dengan herbisida sistemik daripada dengan cara lain. Cyperus rotundus mempunyai rangkaian umbi. Imperata cylindrical mempunyai rimpang. Umbi dan rimpang tersembunyi di dalam tanah. Hanya herbisida sistemik yang dapat menjangkaunya. Bila diulang tiga kali teki dapat terbunuh oleh semburan 2,4-D. Lalang dapat terbunuh bila kena dalapon 2-3 kali. Yang terakhir dengan mengusap dengan “salam

maut”. Glyposate dapat membunuh lalang sekali sembur.

 Pada lahan yang baru diolah teki dan lalang yang baru berdaun lagi

(21)

Kalau daunnya sudah cukup banyak, semua rimpang telah berdaun lagi, herbisida dapat menyerang semua rimpang.

III.

PEKERJAAN PENGADAAN SAPRODI

A. Pupuk Urea 150 Kg/Ha

 Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

 Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

 Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

 Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 150 kg/Ha.

C. TSP 50 Kg/Ha

1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang P upuk

3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 50 kg/Ha.

D. KCL 50 Kg/Ha

1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang P upuk

3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 100 kg/Ha.

(22)

E. KOMPOS 1000 Kg/Ha

1. Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

2. Persiapan Pemupukan Dimulai dari Gudang Pupuk

3. Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

4. Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan yaitu 100 kg/Ha.

F. STEK RUMPUT 15.000 Stek/Ha

Penanaman pada daerah tanpa irigasi, sebaiknya dilakukan setelah hujan pertama sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau, tanaman sudah dalam dan cukup kuat.

Penanaman dilakukan dengan cara yang sesuai dengan bibit yang digunakan yaitu : 1.Stek , penanaman dilakukan dengan cara memasukkan ± ¾ bagian dari panjang stek 

dengan kemiringan ± 30 derajat atau dapat juga dengan cara memasukkan stek  kedalam tanah secara terlentang.

2.Sobekan akar (pols), menanamnya seperti menanam padi, dengan kebutuhan setiap lubang 2 stek.

Tujuh hari setelah penanaman, alirkan air secukupnya ke lahan tanaman tersebut dan

lakukan pennggantian apabila terdapat stek atau  polsyang mati.

.Perawatan Rumput Raja

Perawatan dilakukan dengan cara : Pendangiran/penyiangan,yaitu membersihkan

tanamanan liar dan penggemburan tanah disekitarnya atau langsung dilaksanakan penggemburan tanah dengan cara pencangkulan disekitar rumpun rumput dengan membalikkan tanah tersebut.

Pemupukan Rumput Raja

Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu menggunakan urea dengan dosis 50 kg/ha. Selanjutnya pemupukan dilakukan ± 3-4 kali per tahunnya, dan setelah tiga kali pemotongan dengan dosis yang sama.

(23)

Pemotongan (defoliasi) Rumput Raja

Pemotongan pertama dapat dilakukan pada umur tanaman 2-3 bulan sebagai potong paksa. Hal ini bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan dan merangsang pertumbuhan jumlah anakan. Pemotongan berikutnya dilakukan sekali setiap 6 minggu, kecuali pada waktu musim kemarau waktu potong sebaiknya diperpanjang. Tinggi pemotongan 10-15 cm dari permukaan tanah. Hindari pemotongan yang terlalu tinggi karena akan banyak sisa batang yang mengayu (keras). Demikian juga jangan dipotong terlalu pendek, karena akan mengurangi mata atau tunas muda yang tumbuh.

Peremajaan Rumput Raja

Peremajaan rumput dilakukan setelah tanaman tersebut mencapai umur 3  – 4 tahun

atau setinggi-tingginya 4,5 tahun. Hal ini tergantung situasi dan konsidi daerahnya. Sedangkan pelaksanaannya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu diantara rumpun

lama ditanam stek atau polsbaru, setelah tanaman tresebut mulai tumbuh dengan baik,

maka rumpun lama dibongkar. Begitu seterusnya sehingga kebutuhan rumput potongan tetap tersedia.

G. BIBIT PASTURA UNGGUL 4KG/HA

1. Pastura adalah rumput yang tumbuh atau ditanam dan boleh digunakan untuk  hewan ternak.

2. Cara memberikan pakan dengan memanen dan diberikan pada hewan atau dapat dengan cara hewan digembalakan.

3. Cara penanaman adalah dengan biji pastura dengan keperluan 4 Kg / Ha menggunakan tenaga manusia.

H. POHON PELINDUNG SEPANJANG SUNGAI ( POHON BUAH )

Pada tahap inilah rumput, pohon dan tanaman rendah mulai ditanam. Yang pertama sekali ditanam adalah pohon. Pohon diletakkan, sesuai rencana gambar, kemudian tanaman rendah. Dengan terpedomani gambar,tukang kebun (gardener) memberi tanda untuk setiap lokasi tanaman pohon maupun, tanaman rendah yang lain dengan tongkat kecil yang dipancangkan ke tanah. Di setiap pancang yang telah diberi tanda dilakukan penggalian lobang dan kemudian dilakukan penanaman tanaman yang sudah ditentukan. Apabila ternyata terdapat kandungan pasir ataupun endapan lumpur (silt) maka tanah tersebut pertu dikorek dan diganti dengan tanah subur yang akan diletakkan di sekeliling tanaman tersebut.

(24)

Dalam hal ini penanaman pohon adalah pohon buah dan ditanam disepanjang alur sungai.

I. POHON PELINDUNG LEGUME ( LAMTORO, GAMAL )

Pada tahap inilah rumput, pohon dan tanaman rendah mulai ditanam. Yang pertama sekali ditanam adalah pohon. Pohon diletakkan, sesuai rencana gambar, kemudian tanaman rendah. Dengan terpedomani gambar,tukang kebun (gardener) memberi tanda untuk setiap lokasi tanaman pohon maupun, tanaman rendah yang lain dengan tongkat kecil yang dipancangkan ke tanah. Di setiap pancang yang telah diberi tanda dilakukan penggalian lobang dan kemudian dilakukan penanaman tanaman yang sudah ditentukan. Apabila ternyata terdapat kandungan pasir ataupun endapan lumpur (silt) maka tanah tersebut pertu dikorek dan diganti dengan tanah subur yang akan diletakkan di sekeliling tanaman tersebut.

IV.

PEKERJAAN BUDIDAYA

A. PENANAMAN STEK 

Penanaman pada daerah tanpa irigasi, sebaiknya dilakukan setelah hujan pertama sampai pertengahan musim hujan, sehingga pada musim kemarau, tanaman sudah dalam dan cukup kuat.

Penanaman dilakukan dengan cara yang sesuai dengan bibit yang digunakan yaitu : 3.Stek , penanaman dilakukan dengan cara memasukkan ± ¾ bagian dari panjang stek 

dengan kemiringan ± 30 derajat atau dapat juga dengan cara memasukkan stek  kedalam tanah secara terlentang.

4.Sobekan akar (pols), menanamnya seperti menanam padi, dengan kebutuhan setiap lubang 2 stek.

Tujuh hari setelah penanaman, alirkan air secukupnya ke lahan tanaman tersebut dan

lakukan pennggantian apabila terdapat stek atau  polsyang mati.

B. PEMUPUKAN

 Pupuk dibagi berdasarkan jumlah karyawan pada hari pelaksanaan dengan

perhitungan setiap tenaga mendapat 35.5 kg.

(25)

 Tenaga pemupukan langsung menuju blok yang telah ditentukan, sedangkan pupuk

diangkut dengan menggunakan truk ke lokasi pemupukan.

 Pembagian pupuk dilakukan di setiap blok yang diawasi oleh pelaksana. Alat yang

dipakai adalah keranjang, karung/bagor dan cawan/gelas plastik yang sesuai dengan takaran untuk realisasi pemupukan.

C. PERAWATAN / PENYIRAMAN

Penyiraman atau perawatan dilakukan pada saat tidak ada hujan dengan cara manual, yaitu menggunakan truck tanki dan disemprotkan pada tanaman secukupnya. Penyemprotan menggunakan mesin air dengan tenaga manusia.

Disusun Oleh Penawar 

Gambar

Gambar 1.  Proses pemecahan tanah subsoil dan implement ripper 
Gambar 2.  Bagian yang dipecah oleh implement ripper 
Gambar 4. Pola kerja pembajakan
Gambar 5. Alur pembajakan melintasi alur tanam sekitar 30 0
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada parameter komponen hasil tanaman jagung, kombinasi perlakuan suhu normal dengan dan tanpa pengaplikasian pyraclostrobin mampu menghasilkan berat basah tongkol,

Skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai ( Capsicum annuum L.) di Lahan Bekas Tambang Timah Dengan Penambahan Pupuk Hayati” merupakan salah satu

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai wahana pembentukan tenaga kependidikan profesional yang siap memasuki dunia

Pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, pemakai dipermudah untuk memilih dimensi/tipe bundaran berdasarkan volume arus lalu lintas yang dihubungkan

Kecenderungan penurunan yang tidak berbeda bermakna menunjukkan rendahnya aktivitas pada ekstrak metanol daun sirsak karena senyawa yang terkandung dalam ekstrak

Berdasarkan pada kenyataan tersebut, sebagai bagian dari insan pendidikan yang senantiasa berpikir untuk selalu mengadakan sebagai bagian dari insan pendidikan yang

Gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk tropozoit dan skizon) untuk berkumpul pada

yang digunakan untuk mengestimasi kecepatan umumnya berada pada sumbu alfa-beta, sehingga menyulitkan jika akan dilakukan kompensasi atau perbaikan karena bagian fluks model,