• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERTUMBUHAN RUMPUT Panicum maximum Cv Purple guinea PADA BEBERAPA LEVEL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PERTUMBUHAN RUMPUT Panicum maximum Cv Purple guinea PADA BEBERAPA LEVEL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PERTUMBUHAN RUMPUT

Panicum maximum Cv

Purple guinea

PADA BEBERAPA LEVEL PEMBERIAN PUPUK

ORGANIK KASCING

(

Evaluation of Growth

Panicum maximum Cv Purple guinea

on Organic

Fertilizer Levels of Kascing

)

ACHMAD FANINDI,HETI RESNAWATI danENDANG SUTEDI

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

Land fertility is main constrain in development of forage, because competition with farm of food. Therefore needed a technology for producing of forage in land with low fertility. One of way can be conducted by using fertilizer casting (dirt of ex- worm) because having complete element required. Casting can improve aggregate and structure of soil. Research was conducted at Ciawi Research Hall glass with Complete Random Design, use 9 treatment and 3 replication. Crop used is grass Panicum maximum cv Purple Guinea, media plant used is soil from Ciawi (latosol soil), crop planted in pot have diameter 28 Cm with soil as much 8 kg. Treatment given is: A). 100% soil (Control) B) 80% soil + 20% casting C) 60% soil + 40% casting D) 40% soil + 60% casting E) 20% soil + 80% casting F) soil + Urea 300 kg/ha, TSP 150 kg/ha, KCL 150 kg/ha (NPK) G) Soil + Urea 300 kg/ha, H) Soil + TSP 150 kg/ha, I) Soil+ KCL 150 kg/ha. Parameter measured were high of plant, wide of plant, total of tiller and forage produce. Results indicated that high of plant using all dose casting at first harvest show better value in comparison with all treatment (P<0,05) however don’t differ from complete fertilizer. While at second until five cropping, casting better if comparison with all treatment (P<0,05). Casting give wide and forage produce better if compared to all treatment (P<0,05) at harvest 1 and 2 howefer for harvest 3 until 5, casting better (P<0,05) if compared to all treatment. Casting give better total of tiller too, at 1-5 harvest. It can be concluded that casting could increase production of Panicum maximum Cv Purple Guineae

Key Words: Casting, Grass, Fertilizer, Production, Forage

ABSTRAK

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT), adalah terbatasnya lahan subur yang diperuntukan untuk lahan penanaman HPT karena bersaing dengan lahan untuk penanaman tanaman pangan. Oleh karena itu diperlukan teknologi untuk peningkatan produksi HPT dilahan yang kurang subur. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pupuk kascing (kotoran bekas cacing) karena mempunyai unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanah dan dapat memperbaiki struktur dan agregat tanah. Penelitian dilakukan di Rumah kaca Balai Penelitian Ternak Ciawi dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Tanaman yang digunakan adalah rumput Panicum maximum cv Purple Guinea, media tanam yang digunakan adalah tanah Ciawi, ditanam dalam pot berdiameter 28 Cm dengan tanah sebanyak 8 kg. Perlakuan yang diberikan adalah :A). 100% tanah (Kontrol), B) 80% tanah + 20% kascing , C) 60% tanah + 40% kascing D) 40% tanah + 60% kascing, E) 20% tanah + 80% kascing, F) Tanah + Urea 300 kg/ha, TSP 150 kg/ha, KCl 150 kg/ha (NPK), G) Tanah + Urea 300 kg/ha, H)Tanah + TSP 150 kg/ha, I)Tanah + KCl 150 kg/ha. Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, lebar tanaman, jumlah rumpun dan produksi hijauan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang menggunakan semua dosis kascing pada pemanenan pertama menunjukkan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan semua perlakuan (P<0,05) akan tetapi tidak berbeda dengan penggunaan pupuk lengkap. Sementara itu, pada pemanenan selanjutnya penggunaan kascing lebih baik jika dibandingkan dengan semua perlakuan (P<0,05). Penggunaan kascing nyata memberikan lebar rumput yang lebih baik dibanding semua perlakuan (P<0,05) pada pemanenan 1 dan 2, sedangkan pada pemanenan selanjutnya kascing nyata lebih baik (P<0,05) dibandingkan dengan semua perlakuan. Jumlah rumpun pada pemanenan 1-5 yang menggunakan kascing nyata lebih baik(P<0,01-5) jika dibandingkan dengan semua perlakuan kecuali

(2)

pada penggunaan pupuk lengkap. Produksi rumput dengan semua dosis kascing memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada pemanenan 1-2, kecuali pada penggunaan pupuk lengkap, sedangkan pada pemanenan selanjutnya penggunaan semua dosis kascing nyata lebih baik (P<0,05) dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan ada indikasi bahwa penggunaan kascing memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap produksi rumput Panicum maximum cv Purple Guineae.

Kata Kunci: Kascing, Rumput, Pupuk, Produksi, Hijauan

PENDAHULUAN

Usaha peningkatan produksi peternakan di Indonesia belum dapat memberikan hasil yang optimal, sedangkan kebutuhan makanan asal ternak tiap tahun terus meningkat terutama pada produksi daging dan susu. Salah satu permasalahannya adalah belum terpenuhinya ketersediaan hijauan yang terus menerus sepanjang hari terutama pada musim kemarau. Hal ini disebabkan ketersediaan lahan-lahan untuk penanaman hijauan bersaing dengan kebutuhan untuk penanaman tanaman pangan sehingga lahan yang diperuntukkan untuk hijauan tersisih ke arah tanah yang kurang subur. Berbagai upaya untuk peningkatan kualitas lahan tersebut sudah banyak dilakukan, salah satu usaha untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memanfaatkan bahan organik yang banyak tersedia di lapang dan belum mendapatkan perhatian. Kascing atau bekas kascing adalah salah satu bahan organik yang dapat dijadikan sebagai pupuk organik. Menurut NADJIB (1983), kascing adalah kotoran cacing tanah maupun media bekas pemeliharaan cacing tanah yang dapat dimasukan kedalam golongan pupuk alam.

Kascing banyak mengandung unsur-unsur penting untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara makro dan mikro. Selain itu di dalam kascing terdapat zat perangsang tumbuh, enzim-enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik (ROSS dan CHAIRNS dalam MUSTAFA, 1996). Komposisi kimia kotoran

kascing adalah N total (0.35%), C Organik (5,17%), nitrat (21,9 ppm N), P tersedia (150 ppm P2O5), Ca yang dapat dipertukarkan

(492,0 ppm Mg), KTK (4,67 me/100 g). Biomasa cacing/ha sekitar 15 kg–1,1 ton dengan populasi antara 60–235.000 ekor (HAKIM, et al., 1986). Kascing juga dapat memperbaiki pH tanah sehingga cendawan endomikorhija mampu hidup dan berkembang

dengan baik. Secara keseluruhan pemberian kompos kascing mampu meningkatkan jumlah spora dalam 10 g media (HUNDIYANI, 2000)

juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. MUSTAFA (1996) mengatakan bahwa struktur remah yang dimiliki kascing dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah, sehingga bakteri aerob yang sangat berperan untuk kesuburan tanah dapat tumbuh dengan baik.

Kascing dapat digolongkan sebagai pupuk organik dan bermanfaat bagi pertanian. Hasil penelitian menunjukan kascing mempunyai kemampuan meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan produksi berbagai tanaman. Pemberian pupuk organik bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan penambahan unsur hara ke dalam tanah terutama unsur hara makro. Kascing mengandung unsur makro yaitu N, P, K, Ca dan Mg dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah, dan unsur-unsur makro tersebut berada dalam bentuk siap diserap tanaman sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan dan produksinya (SIMANDJUNTAK dan WALUYO, 1982).

Penelitian penggunaan kascing pada rumput belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui respon penggunaan berbagai jenis media terhadap pertumbuhan dan perkembangan rumput Panicum maximum cv purple guinea.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Ternak Ciawi selama 7 bulan. Tanaman rumput yang digunakan adalah

Panicum maximum cv Purple Guinea dan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan, Perlakuan media adalah sebagai berikut:

(3)

A. 100% tanah (Kontrol)

B. 80% tanah + 20% kascing KCl 150 kg/ha (pupuk lengkap)

C. 60% tanah + 40% kascing D. 40% tanah + 60% kascing E. 20% tanah + 80% kascing

F. Tanah + urea 300 kg/ha + TSP 150 kg/ha

G. Tanah + Urea 300 kg/ha H. Tanah + TSP 150 kg/ha I. Tanah + KCl 150 kg/ha

Komposisi kascing yang digunakan tertera pada Tabel 1. Semua perlakuan ditempatkan kedalam pot masing-masing berdiameter 28 cm, dengan kapasitas tanah 8 kg. Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, lebar tanaman, jumlah rumpun dan bobot segar dan kering rumput/tahun. Pengukuran semua parameter dilakukan pada 5 periode panen dan setiap periode terdiri dari 45 hari. Analisis variasi data yang diperoleh dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, bila ada beda nyata antara perlakuan dilakukan uji jarak Duncan (STELL dan TORRIE, 1960). Tabel 1. Kandungan zat hara pada kascing yang

digunakan sebagai bahan perlakuan Zat hara Kandungan zat hara (%) Nitrogen (N) 0,36–0,63 Posphor (P) 0,08–0,21 Kalium (K) 0,40–0,70 Karbon (C) 53,30–54,90 Sumber:RESNAWATI (2004)

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi rumput

Pertumbuhan tinggi rumput dan jumlah daun terutama berlangsung pada fase pertumbuhan vegetatif. Fase pertumbuhan vegetatif ini berhubungan dengan beberapa proses penting, yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel dan tahap pertama dari diferensiasi sel. Tinggi rumput pemanenan lima kali terteaa pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pemanenan pertama, rumput yang diberi kascing sebanyak 20%, 80% dan NPK

mempunyai tinggi rumput yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sementara itu, pemberian kascing 40 dan 60% memiliki tinggi yang tidak berbeda.

Kesamaan hasil tinggi rumput yang diberi pupuk kascing dengan pupuk anorganik lengkap (NPK) pada awal pemanenan menunjukkan bahwa pupuk kascing yang diberikan mudah terurai dan dapat diserap secara cepat sebagaimana pengaruh yang diberikan oleh pupuk anorganik. Pemberian kascing memberikan tinggi rumput yang lebih baik jika dibandingkan dengan kontrol dan pupuk anorganik tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kascing dapat memberikan suplai unsur hara seperti N, P, K yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama unsur N, karena pada fase awal pertumbuhan, tanaman sangat membutuhkan unsur N (PRAWIRANATA et al., 1981).

Tinggi rumput pada pemanenan selanjutnya menunjukkan penurunan, namun rumput yang menggunakan kascing memiliki tinggi rumput yang lebih baik jika dibandingkan dengan rumput yang menggunakan pupuk anorganik. Ini menunjukkan bahwa pupuk kascing dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman dalam jangka lebih lama. Selain itu kascing juga dapat menstabilkan agregrat tanah terhadap pembasahan sehingga agregratnya lebih baik. Sementara itu, pembentukan agregrat tanah sangat penting untuk kesuburan tanah dan akan mempunyai drainase dan aerasi yang baik (ANAS, 1990).

Lebar rumput

Rata-rata lebar rumput dari setiap periode pemanen tertera pada Tabel 3. Lebar rumput pada pemanenan pertama menunjukkan bahwa rumput yang diberi kascing dengan berbagai dosis pemberian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan rumput yang diberi pupuk NPK. Sementara itu, lebar rumput pada pemanenan ke dua dengan semua dosis kascing dan NPK memiliki nilai yang lebih baik jika dibandingkan perlakuan lainnya. Pada panen selanjutnya lebar rumput yang diberi kascing memiliki nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan nilai yang dimiliki semakin tinggi sejalan dengan jumlah dosis kascing yang diberikan.

(4)

Tabel 2. Tinggi rumput pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama 5 kali pemanenan Panen Perlakuan I II III IV V Kontrol Kascing 20 % Kascing 40% Kascing 60% Kascing 80% NPK Urea 300 kg/ha TSP 150 g/ha KCl 150 kg/ha 48,33e 158,33a 110,00bcd 120,00bc 147,33ab 123,33abc 74,33de 96,67cd 76,67de 37,66d 56,66c 69,66b 81,66a 81,00a 69,33b 39,33d 42,00d 45,66d 40,00e 64,00cb 76,66ab 63,33bc 79,33a 59,00cd 36,66e 46,66de 43,33e 59,00d 92.00a 88.33ab 86.67abc 94.00a 67.67bcd 44.00d 63.67cd 66.67bcd 75,00bc 90,00ab 96,66a 98,33a 93,33ab 43,33d 40,00d 63,33c 65,00c Superskript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Tabel 3. Lebar rumput pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama 5 kali pemanenan

Panen Perlakuan I II III IV V Kascing 20 % Kascing 40% Kascing 60% Kascing 80% NPK Urea 300 kg/ha TSP 150 kg/ha KCl 150 kg/ha Kontrol 105,00ab 133,00a 105,33ab 133,67a 121,67ab 85,67bc 60,33cd 47,67d 51,00cd 72,00b 88,33ab 103,33a 106,66a 96,66a 38,33c 26,66c 46,66c 35,00c 47,67b 68,67a 73,33a 83,33a 46,00bc 36,67bcd 26,67d 30,67cd 23,33d 46,67bc 52,67ab 55,33ab 60,00a 53,33ab 38,33cd 27,67de 18,67e 17,33e 25,33cd 33,33bc 36,67b 46,67a 23,33d 5,00e 6,67e 8,33e 10,00e Superskript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Jumlah rumpun

Jumlah rumpun dari masing-masing perlakuan dan pemanenan tercantum pada Tabel 4. Pemanenan pertama menunjukkan bahwa pemberian pupuk lengkap (NPK), memberikan jumlah rumpun yang paling banyak berbeda nyata (P<0,05) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun tidak berbeda nyata (P<0,05) pada rumput yang diberi kascing. Pada pemanenan kedua, jumlah rumpun setiap perlakuan cenderung stabil, sedangkan rumput yang diberi kascing dan yang diberi NPK cenderung bertambah. Namun pada pemanenan selanjutnya jumlah anakan yang diberi pupuk anorganik menurun, sedangkan jumlah rumpun

yang diberi pupuk kascing tetap stabil, bahkan cenderung bertambah. Ini menunjukkan bahwa kemampuan tumbuh kembali pada rumput yang diberi kascing lebih baik jika dibandingkan dengan rumput yang menggunakan pupuk anorganik.

Produksi rumput

Bobot segar rumput pada masing-masing perlakuan selama 5 kali pemanenan tertera pada Tabel 5. Bobot segar merupakan ukuran produksi rumput yang dapat dipanen dan dikonsumsi oleh ternak, sedangkan bobot kering menunjukkan ukuran produksi biologi rumput.

(5)

Tabel 4. Jumlah rumpun pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama 5 kali pemanenan. Panen Perlakuan I II III IV V Kascing 20 % Kascing 40% Kascing 60% Kascing 80% NPK Urea 300 kg/ha TSP 150 kg/ha KCl 150 kg/ha Kontrol 11,33ab 9,33bc 15,00ab 13,00ab 18,33a 3,33c 3,33c 2,67c 3,33c 8,33c 15,00b 19,33ab 17,67ab 21,33a 4,33cd 3,00cd 2,67d 3,33cd 8,67d 14,67c 19,33ab 20,67a 15,67bc 3,00e 3,67e 3,67e 3,67e 10,00b 14,67b 21,33a 20,67a 11,67b 2,67c 3,67c 3,00c 2,33c 6,00cd 11,00ab 15,00a 14,00a 8,33cd 2,33d 2,33d 2,67d 2,67d Superskript yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Bobot segar rumput Purple guieneae pada pemanenan pertama menunjukkan bahwa pemberian kascing sebanyak 80% nyata (P<0,05) memiliki bobott segar tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya, akan tetapi nilainya tidak berbeda dengan rumput yang diberi NPK dan kascing sebanyak 40%. Ini menunjukkan bahwa pada pemanenan pertama dengan dosis kascing sebanyak 40% memberikan pengaruh yang sama dengan NPK terhadap penyediaan unsur hara yang dibutuhkan rumput.

Sementara itu, pada pemanenan kedua, pemberiaan kascing sebanyak 80% masih memiliki bobot segar tertinggi dan masih memiliki nilai yang sama dengan bobot segar pada rumput yang menggunakan NPK dan kascing 60%. Pada pemanenan selanjutnya, bobot segar rumput yang diberikan pupuk NPK (anorganik) menunjukkan penurunan bobot segar yang dihasilkan. Rumput yang diberi kascing pada berbagai dosis pemberian memiliki bobot segar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan rumput yang diberi pupuk anorganik. Bobot segar rumput cenderung naik dengan semakin banyaknya dosis kascing yang diberikan. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kascing yang diberikan maka kandungan unsur hara yang terdapat dalam media tanam semakin banyak. Selain itu kascing tidak hanya memiliki unsur hara N,P,K tetapi juga memiliki hara mikro yang diperlukan oleh tanaman, menggemburkan tanah dan meningkatkan kapasitas menahan

air, juga memiliki banyak mikroba yang merupakan bakteri penambat N2 (Azotobacter

sp, misalnya) yang akan membantu memperkaya unsur N dalam kascing sehingga memberikan nilai bobot segar yang lebih baik

Bobot kering (BK) rumput pada masing-masing perlakuan tercantum pada Tabel 6. Pada pemanenan pertama BK terberat diperoleh pada rumput yang mendapatkan dosis pupuk kascing tertinggi yaitu 80%, namun tidak berbeda dengan BK pada rumput yang diberi NPK dan kascing 40%. Sedangkan pada pemanenan ke dua dan selanjutnya BK yang dihasilkan oleh rumput yang menggunakan kascing pada setiap dosis pemberian memiliki nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan rumput yang diberikan pupuk anorganik dan kontrol.

Hasil rata-rata panen selama lima kali pemanenan menunjukkan bahwa tinggi rumput dengan dosis 40 dan 80 % memiliki nilai yang tertinggi dan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan tinggi yang diberi pupuk anorganik atau kontrol. Sementara itu, untuk lebar, jumlah anakan, bobot segar dan bobot kering, nilai yang tertinggi diperoleh pada rumput yang diberi kascing dengan dosis 80%. Sementara itu, pemberian dosis kascing 40 dan 60% memberikan pengaruh yang sama dengan NPK untuk jumlah anakan dan bobot kering. Serta memberikan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik (NPK, pupuk tunggal) dan kontrol untuk bobot segar rumput.

(6)

Tabel 5. Bobot segar (g) per rumpun rumput pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama 5 kali pemanenan

Bobot Segar (gr) pada Panen ke Perlakuan I II III IV V Kascing 20 % Kascing 40% Kascing 60% Kascing 80% NPK Urea 300 kg/Ha TSP 150 kg/ha KCl 150 kg/ha Kontrol 49,88cd 156,87a 79,29bc 159,05a 139,97ab 16,88cd 7,49cd 7,92cd 5,96d 18,72bc 37,38b 67,69a 65,82a 60,44a 7,83c 3,56c 4,69c 4,20c 24,30d 48,44c 60,56b 99,22a 21,59d 5,27e 4,74e 5,61e 5,57e 31,74c 51,31b 57,35b 87,80a 17,34d 4,34e 7,53de 8,28de 7,51de 27,84c 41,83b 55,85a 65,610a 12,01d 3,50d 6,07d 7,12d 5,23d Superskript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 6. Bobot kering (G) per rumpun rumput pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama 5 kali pemanenan

Bobot Kering (gr) pada Panen ke Perlakuan I II III IV V Kascing 20 % Kascing 40% Kascing 60% Kascing 80% NPK Urea 300 Kg/Ha TSP 150 Kg/Ha KCl 150 Kg/Ha Kontrol 13,3bc 37,93a 20,68b 38,01a 38,11a 4,21c 2,40c 2,31c 1,85c 5,253bc 9,697b 16,913a 15,283a 18,890a 2,150c 1,263c 1,447c 1,360c 6,34d 12,23c 16,85b 25,00a 6,94d 1,45e 1,48e 1,59e 1,70e 7,58d 12,77c 15,33b 22,44a 5,23d 1,19e 2,12e 2,15e 2,03e 7,14d 10,70c 14,34b 16,94a 3,52e 1,00e 1,71e 1,89e 1,55e Superskript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (<0,05)

Hal ini diduga karena fungsi pupuk kascing selain menyediakan unsur hara yang diperlukan juga dapat memperbaiki struktur tanah.

Karena kascing sebagai bahan organik dapat mempengaruhi dan memperbaiki kesuburan tanah ditinjau dari sifatnya yang berfungsi: 1) menyerap air 20 kali lipat bobotnya sendiri dan 2) berfungsi sebagi bahan perekat, mampu berikatan dengan ion-ion logam, kemampuan sebagai bahan penyangga, kapasitas pertukaran ion tinggi dan sebagai unsur hara bagi tanaman (ASMARA dan ENNY,

2001).

KESIMPULAN

Tinggi rumput, lebar rumput, jumlah rumpun dan produksi rumput yang menggunakan pemupukan kascing memberikan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan rumput yang diberi pupuk anorganik. Selain itu produksi yang dihasilkan oleh rumput yang memperoleh pemupukan kascing, cenderung lebih stabil

Dosis pupuk kascing sebanyak 20% mengindikasikan pengaruh yang sama dengan pemupukan NPK pada rumput Panicum

(7)

maximum cv Purple guineae menggunakan tanah Ciawi. Sementara itu, dosis kascing 40-80% mengindikasiakan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan pemupukan anorganik.

DAFTAR PUSTAKA

ASMARA, A.A. dan R. ENNY. 2001. Peran Bahan

Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Buletin Ilmiah INSTIPER 8(1): 69–78.

HUNDIYANI, I. 2000. Pengaruh Cendawan Endomikoriza Glomus aggregatum, Gigaspora margarita dan Kompos Kascing Terhadap Pertumbuhan Cananga odorata Baill Forma Genuina pada Tanah Bekas Pengolahan Tambang Emas (Tailing). Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

MUSTAFA, D. 1996. Kascing Cacing Tanah (Eisenia foetida Sav) untuk Perbaikan Beberapa Sifat fisik Hapdult dari Gajrug serta Pertumbuhan dan Produksi Jagung Semi. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

NADJIB, A. 1983. Peningkatan Manfaat Limbah Melalui Pemeliharaan Cacing Tanah. Karya ilmiah. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

SIMANDJUNTAK,A.K.danD.WALUYO. 1982. Cacing Tanah Budidaya dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya, Jakarta.

STEEL,R.G.D.andJ.H.TORRIE. 1960. Principle and Prosedure of Statistic with Special Reference to the Biological Science. Mc Graw Hill Book Company. Inc. New York. Toronto.London RESNAWATI, H. 2004. Komposisi Zat Nutrisi Kascing

pada Penggunaan Media Sabut Kelapa. Balai Penelitian Ternak Ciawi (Unpublish).

DISKUSI Pertanyaan:

Rumput yang lain juga sudah diujicobakan dan disarankan agar kesehatan hewan yang memanfaatkan produk penggunaan pupuk organik kascing dilakukan. Apakah sudah dilakukan tinjauan ekonominya jika dibandingkan penggunaan pupuk buatan. Berapa umur cacing yang digunakan?

Jawaban:

Ujicobanya baru dilakukan pada Panicum maximum. Dampak terhadap kesehatan hewan akan kita pikirkan selanjutnya. Belum dilakukan perhitungan biaya, karena akan sangat tergantung pada media pengembangan cacing perlu diperhatikan. Misalnya jika kita menggunakan media limbah pasar mungkin akan jauh lebih murah. Pada kegiatan ini kami menggunakan media sabut kelapa dengan menggunakan cacing berumur 3–4 bulan, semakin lama dilakukan (pemberian kascing) semakin baik hasilnya.

Gambar

Tabel 1.  Kandungan zat hara pada kascing yang  digunakan sebagai bahan perlakuan  Zat hara  Kandungan zat hara (%)  Nitrogen (N)  0,36–0,63  Posphor (P)  0,08–0,21
Tabel 3. Lebar rumput pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama 5 kali pemanenan  Panen  Perlakuan  I II III IV  V  Kascing 20 %  Kascing 40%  Kascing 60%  Kascing 80%  NPK  Urea 300 kg/ha  TSP 150 kg/ha  KCl 150 kg/ha  Kontrol  105,00 ab1
Tabel 4. Jumlah rumpun pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama  5 kali pemanenan
Tabel 6.  Bobot kering (G) per rumpun rumput pada berbagai perlakuan kascing dan pupuk anorganik selama   5 kali pemanenan

Referensi

Dokumen terkait

he purposes of this research are to analyze peer group efects on Moslem consumers’decision to purchase halal-labeled cosmetics directly and indirectly which is mediated

Staf ahli terdiri dari tenaga ahli yang bertugas membantu direksi dalam menjalankan tugasnya baik yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staf ahli

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Malakaji adalah salah satu Madrasah Aliyah di Kabupaten Gowa berstatus negeri dengan akreditasi A, beralamat di Jalan Masjid Raya No. MAN

Adapun sifat-sifat dari kekebalan malaria adalah darah mungkin mengandung parasit malaria, hanya aktif terhadap bentuk eritrosit dari parasit spesifik terhadap

Semua tanda-tanda alam tersebut, oleh para nelayan dijadikannya sebagai petunjuk atau pedoman dalam menentukan posisi dan arah perahu disaat sedang berlayar atau berada di

Data yang dibutuhkan dalam metode ini adalah alternatif keputusan, kriteria penilaian dan bobot keputusan yang mempengaruhi dalam pendukung keputusan untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas XI

Selain pada unsur- unsur rupanya, simbol dalam karya seni rupa dua dimensi dapat kamu jumpai pada visualisasi bentuk objek dan tema yang terdapat pada karya seni rupa tersebut..