• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI DAN KOMPOSISI NUTRISI Indigofera sp. PADA INTENSITAS PEMOTONGAN DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA DI DATARAN TINGGI DENGAN CURAH HUJAN SEDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI DAN KOMPOSISI NUTRISI Indigofera sp. PADA INTENSITAS PEMOTONGAN DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA DI DATARAN TINGGI DENGAN CURAH HUJAN SEDANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI DAN KOMPOSISI NUTRISI

Indigofera

sp.

PADA INTENSITAS PEMOTONGAN DAN JARAK TANAM

YANG BERBEDA DI DATARAN TINGGI

DENGAN CURAH HUJAN SEDANG

(Productivity and Nutritional Composition of

Indigofera

sp. at Different

Cutting Height and Different Planting Space at Upland and Moderate

Rainfall)

Andi Tarigan, Sirait J, Ginting SP

Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, PO Box 1, Galang 20585, Sumatera Utara anditarigan77@gmail.com

ABSTRACT

One of the main constraints in increasing livestock productivity in the tropics is the lack of good quality feed throughout the year, especially during the long dry season. As tree legume plants, Indigofera sp can be an alternative feed for ruminants because it has a high tolerance to drought and salinity. This research aims was to study morphology, shoot production and nutritional content of Indigofera sp at different cutting height and different planting space in the highland and moderate land. Research was designed based on factorial randomized block design. The first factor was cutting height (50, 100, 150 cm) and the second factor was planting space (1.0 x 0.5, 1.0 x 1.0 and 1.0 x 1.5 m). Indigofera sp was planted in 27 plots with plot size 3 x 3 m2. Treatments were replicated 3 times. Plant trimming was done after 8 months old. Indigofera sp plant was harvested at cutting intervals of 60 days. Dry matter production (DM), nutrient composition were analyzed according to the treatments. The average highest number of branches was at cutting height of 150 cm and planting space 1,0 x1.5 m (22 branches). The highest shoot production was (24.23 ton ha-1 year-1) obtained at 150 cm cutting height and planting space of 1.0 x 0.5 meters, and significantly different (P<0.05) from other planting space, as well as their interaction between the two treatments. The ratio of leaf: stem (1.74) was not affected significantly (P>0.05) by cutting height and planting space. Crude protein, NDF and ADF was not significantly (P>0.05) affected by planting space. Crude protein (CP) content was in a ranged of 27%-29%. Mean NDF content was in a ranged of 34%-39%. Average content of ADF ranged from 24% to 27%. No interaction between cutting height and planting space (P>0.05) on a dry matter content and ash content on

Indigofera sp. Whereas planting space affected significantly P <0.05) on ash content of Indigofera sp. The highest ash content was at planting space 1.0 x 1.0 m (9.79%). It is concluded that Indigofera sp. grown at upland and moderate rainfall agro-ecosystems produced optimal yield and nutritional quality at cutting height 1.5 meters and planting space of 1.0 x 0.5 for animal feed.

Key Words: Cutting Height, Planting Space, Production,Nutritional Quality, Indigofera sp

ABSTRAK

Penelitian bertujuan mempelajari data produksi dan morfologis, kandungan nutrisi Indigofera sp., pada intensitas pemotongan dan jarak tanam yang berbeda pada dataran tinggi, iklim sedang. Rancangan acak kelompok pola faktorial telah digunakan. Faktor 1 tinggi pemotongan (50, 100, 150 cm), faktor 2 jarak tanam (1,0 x 0,5; 1,0 x 1,0 dan 1,0 x 1,5 m). Ukuran plot 3x3 m; 3 ulangan dan dipotong pertama kali berumur 8 bulan. Tanaman Indigofera sp. di panen pada interval 60 hari. Parameter yang diukur produksi bahan kering (BK), komposisi nutrisi. Rataan jumlah cabang terbanyak pada perlakuan tinggi pemotongan 150 cm dan jarak tanam 1,0 x 0,5 m. Produksi paling tinggi (24,23 ton ha-1 tahun-1) dan tinggi pemotongan 150 cm dan jarak tanam 1,0 x 0,5 meter, dan nyata berbeda (P<0,05) dengan jarak tanam, serta interakasi antara kedua perlakuan. Rasio daun/batang tidak dipengaruhi secara nyata (P>0,05) oleh tinggi pemotongan dan jarak tanam berbeda. Kandungan protein kasar, NDF dan ADF tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap perlakuan tinggi pemotongan dan jarak tanam. Kandungan protein kasar berkisar 27-29%. Rataan kandungan NDF berkisar 34-39%. Rataan kandungan ADF berkisar 24-27%. Tinggi pemotongan maupun interaksinya

(2)

tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan bahan kering dan kadar abu pada Indigofera sp. Perlakuan jarak tanam berpangaruh nyata P<0,05) terhadap kadar abu Indigofera sp. Rataan kadar abu tertinggi pada perlakuan jarak tanam 1,0x1,0 m sebesar 9,79%. Disimpulkan bahwa Indigofera sp. yang ditanam pada agroekosistem dataran tinggi, iklim sedang pada tinggi pemotongan 1,5 meter dan jarak tanam 1,0 x 0,5 meter menghasilkan produksi dan kualitas nutrisi yang paling optimal sebagai pakan ternak.

Kata Kunci: Tinggi Pemotongan, Jarak Tanam, Produksi, Kualitas, Indigofera sp

PENDAHULUAN

Hijauan pakan dalam budidaya ternak ruminansia, memiliki arti strategis karena merupakan komponen yang sangat menentukan baik produktifitas ternak maupun efisiensi ekonomis usaha produksi. Pengembangan dan pemanfaatan hijauan pakan dalam sistem produksi ternak ruminansia terus mendapat prioritas oleh karena: 1) Spesies tanaman ini dapat tumbuh dan dikembangkan pada lahan yang sering tidak sesuai bagi tanaman pangan, 2) Tanaman ini tidak berkompetisi secara langsung dengan tanaman pangan, dan 3) Biaya penggunaan tanaman pakan umumnya lebih murah untuk menghasilkan setiap unit nutrien yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia dibandingkan dengan jenis pakan lain (Bull 2000).

Fluktuasi ketersediaan tanaman pakan untuk mendukung produksi ternak ruminansia merupakan salah satu kendala serius didaerah tropis seperti Indonesia. Kekeringan, terutama diwilayah dengan musim kemarau panjang menyebabkan ketersediaan pakan menurun tajam dan mengakibatkan produksi ternak ikut menurun, baik laju pertumbuhan maupun tingkat reproduksinya. Oleh karena itu, pengembangan tanaman pakan yang mampu beradaptasi pada kekeringan akan menjadi solusi penting dalam mengatasi kendala tersebut.

Tanaman leguminosa pohon telah dikenal memiliki potensi sebagai sumber pakan berkualitas tinggi, terutama selama musim kering saat mana ketersedian hijauan rumput menurun tajam. Salah satu jenis tanaman leguminosa pohon yang belum banyak di ekplorasi adalah Indigofera sp. Hassen et al. (2007) melaporkan bahwa kandungan protein kasar maupun lemak kasar Indigofera sp tergolong tinggi, yaitu berturut-turut 24,2% dan 6,2%. Tanaman ini juga toleran terhadap kekeringan, genangan maupun salinitas.

Indigofera sp tersebar didaerah tropis Afrika,

Asia, Australia dan Amerika. Produktivitas Indigofera sp mencapai 30 ton bahan kering per hektar per tahun (Tarigan et al. 2010). Dengan demikian, Indigofera sp merupakan tanaman pakan yang potensial untuk dikembangkan terutama diwilayah dengan iklim kering sebagai salah satu tanaman pakan ternak unggulan.

Kabi dan Bareeba (2008) menyatakan bahwa frekwensi pemotongan tanaman yang tinggi dapat menurunkan produksi bahan kering sehingga dapat mempengaruhi produksi tanaman, komposisi morfologis, komposisi nutrisi tanaman dan kecernaan pakan. Intensitas pemotongan berpengaruh terhadap jumlah cabang dengan tendensi meningkatnya jumlah cabang dengan rendahnya tinggi pemotongan (Tarigan et al. 2010). Pada tanaman dengan intensitas pemotongan yang rendah ketersediaan cadangan energi lebih tinggi untuk mendukung perkembangan jumlah cabang. Rasio daun/batang dipengaruhi oleh intensitas pemotongan.

Penurunan kandungan nutrisi dengan meningkatnya usia tanaman dapat digambarkan melalui rasio daun/batang pada tanaman (Waters dan Givens 1992). Helai daun mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian batang tanaman (Whitehead 2000). Hal ini juga berarti bahwa kandungan protein pada batang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan protein kasar fraksi daun.

White et al. (2001) menyatakan bahwa hasil panen lebih responsif terhadap jarak tanam dibandingkan dengan populasi tanaman. Pemendekan jarak tanam dari 100-70 cm akan meningkatkan produksi Navy Bean sebanyak 17%.

Informasi mengenai manajemen defoliasi menyangkut tinggi pemotongan dan jarak tanam penting artinya dalam mengelola tanaman pakan ternak untuk menghasilkan produksi dan kualitas nutrisi yang optimal, bila digunakan sebagai pakan ternak. Penelitian ini

(3)

bertujuan mempelajari data produksi dan morfologis serta mengevaluasi kandungan nutrisi Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan jarak tanam yang berbeda.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Stasiun Kebun Percobaan Gurgur, Kabupeten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan bulan Januari-Desember 2011.

Tanaman yang dibudidayakan untuk diamati pada penelitian ini adalah tanaman

Indigofera sp; ditanaman secara generatif

berasal dari biji tanaman yang sudah dewasa. Rancangan percobaan pada penelitian ini mengunakan rancangan acak kelompok berpola faktorial 3 x 3 x 3 dimana tinggi potong dan jarak tanam sebagai faktor perlakuan. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah: jumlah cabang, lebar daun, produksi segar, rasio daun/batang, bahan organik/abu, bahan kering, NDF, ADF, protein kasar.

Benih Indigofera sp dari tanaman yang sudah dewasa dibibitkan terlebih dahulu pada baki dengan media pasir dicampur pupuk organik, untuk memastikan bahwa benih dapat tumbuh dengan baik. Setelah 2 minggu tanaman ditanam ke dalam wadah yang sudah disiapkan yakni kantong plastik berukuran 1 kg berisi sejumlah tanah (satu tanaman/kantong), setelah itu dilakukan penyiraman 2 kali sehari selama 2 minggu; selanjutnya tanaman diberikan perawatan terutama pengendalian gulma. Setelah tanaman tumbuh 2 bulan kantong plastik dibuka dan tanaman dipindahkan ke lahan percobaan. Lahan percobaan diolah dengan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha dan kapur sebanyak 1 ton/ha. Kemudiaan lahan dibagi menjadi 27 petak percobaan (3 x 3 m2) berdasarkan perlakuan yang sudah dirancang terlebih dahulu untuk mengakomodasi perlakuan tinggi pemotongan yaitu: 50, 100 dan 150 cm serta jarak penanaman 1,0 x 0,5 m, 1,0 x 1,0 m dan 1,0 x 1,5 m.

Sebelum dilakukan pemanenan pada interval panen 60 hari, dilakukan pengambilan data jumlah cabang dan lebar daun dihitung setiap minggu selama tiga kali pengamatan berturut-turut. Tanaman yang menjadi sampel

untuk penghitungan jumlah cabang dan lebar daun adalah tanaman yang berada di tengah petak percobaan dan untuk memudahkan pengamatan, maka tanaman yang dijadikan sampel diberi tanda pita merah.

Setelah tanaman berumur 8 bulan dilakukan perlakuan tinggi pemotongan pada tanaman yaitu: T1 = 50 cm, T2 = 100 cm dan T3 = 150 cm. Interval pemanenan 60 hari selama tiga kali pemanenan secara berturut-turut untuk setiap perlakukan pengamatan. Panen dilakukan dengan memotong bagian tajuk tanaman, selanjutnya tanaman yang dipanen ditimbang untuk mengetahui jumlah produksi, kemudian daun dan batang dipisahkan/ diseparasi untuk memperoleh data proporsi daun. Sampel sebanyak 500 g dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105°C selama 24 jam untuk mendapatkan bahan kering. Sebagian sampel dikeringkan pada temperatur 65°C selama 72 jam untuk analisis komposisi nutrisi. Sampel digiling menggunakan alat penggiling (hummer mill) dengan saringan berdiameter 1,0 mm. Kandungan nitrogen dianalisis dengan metode Kjeldahl menurut AOAC (2005). Kandungan serat deterjen netral (NDF) dan serat deterjen asam (ADF) dianalisis menurut metoda Van Soest et al. (1991).

Penelitian intensitas pemanenan dan jarak tanam Indigofera sp menggunakan Rancangan Acak Kelompok berpola faktorial terdiri atas 2 faktor yaitu tinggi pemotongan dan jarak tanam 3 x 3 x 3 sehingga didapat 27 satuan percobaan. Interval pemanenan 60 hari.

Faktor pertama adalah tinggi potong yaitu: T1 : 50 cm

T2 : 100 cm T3 : 150 cm

Faktor kedua adalah jarak tanam Indigofera yaitu:

J1 : 1,0 x 0,5 m J2 : 1,0 x 1,0 m J3 : 10 x 1,5 m

Data yang diperoleh dianalisa statistik dengan sidik ragam menggunakan analisa SAS 6,12 (SAS 1997), dan bila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie 1995). Model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah:

(4)

Yijk = Nilai pengamatan pada intensitas pemanenan ke-i, jarak tanam ke- j dan kelompok ke-k

μ = Rataan umum

αi = Pengaruh tinggi pemotongan ke-i βj = Pengaruh jarak tanam ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi tinggi pemotongan ke-i dengan jarak tanam ke-j

σk = Pengaruh kelompok ke-k εijk = Pengaruh galat

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap Indigofera sp dilakukan untuk mengetahui karakteristik agronomi (jumlah cabang, lebar daun, produktivitas dan rasio daun/batang), dan kandungan nutrisi tanaman pada berbagai tinggi pemotongan dan pada jarak tanam yang berbeda. Informasi mengenai produktivitas Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan jarak tanam yang berbeda di dataran tinggi sebagai alternatif pakan yang mengandung protein tinggi dan mudah diperoleh sangat penting untuk diketahui. Rataan jumlah cabang dan lebar daun

Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan

jarak tanam yang berbeda disajika pada Tabel 1. Jumlah cabang Indigofera sp tidak dipengaruhi secara nyata (P>0,05) oleh jarak tanam maupun interaksi perlakuan jarak tanam dengan perlakuan tinggi pemotongan. Namun peubah jumlah cabang tanaman Indigofera sp dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh

perlakuan intensitas pemotongan. Rataan jumlah cabang Indigofera sp pada perlakuan intensitas pemotongan 50, 100, 150 cm secara berturut-turut sebanyak 14,66; 16,33; 20,33 cabang. Rataan jumlah cabang terbanyak pada intensitas pemotongan 150 cm serta jarak tanam 1,0 x 1,5 m sebanyak 22 cabang. Ada tendensi semakin menurunnya jumlah cabang dengan meningkatnya tinggi pemotongan. Tinggi pemotongan berpengaruh terhadap jumlah cabang (Tarigan et al. 2010). Penurunan jumlah cabang akibat tinggi pemotongan kelihatnya terkait dengan ketersediaan cadangan energi (karbohidrat) setelah pemotongan untuk menopang pertumbuhan kembali (regrowth) (Anis 1992). Pada tanaman dengan tinggi pemotongan yang rendah ketersediaan cadangan energi lebih tinggi untuk mendukung perkembangan jumlah cabang.

Lebar daun Indigofera sp tidak dipengaruhi secara nyata (P>0,05) oleh perlakuan jarak tanam maupun interaksi perlakuan jarak tanam dengan tinggi pemotongan. Rataan lebar daun pada Indigofera sp pada intensitas pemotongn 50, 100, 150 cm secara berturut-turut adalah 2,16; 2,23; 2,46 mm. ada tendesi peningkatan lebar daun Indigofera sp dengan meningkatnya tinggi pemotongan, namun peningkatan tersebut tidak nyata. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterima. Peranan cahaya bagi tanaman terlihat jelas dalam proses fotosintesis, yang ditangkap oleh klorofil untuk menghasilkan bahan baku Tabel 1. Rataan jumlah cabang dan lebar daun Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan jarak tanam yang

berbeda

Peubah Tinggi potong (cm) Jarak tanam (m) Rataan 1 x 0,5 1 x 1,0 1 x 1,5 Jumlah cabang 50 15 14 15 14,66C 100 16 17 16 16,33B 150 20 19 22 20,33A Rataan 17,00 16,66 17,66 Lebar daun 50 2,20 2,06 2,23 2,16 100 2,26 2,13 2,30 2,23 150 2,66 2,30 2,43 2,46 Rataan 2,37 2,16 2,32

Angka dengan superskrip yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) pada uji jarak berganda Duncan

(5)

utuk pertumbuhan antara lain pembentukan bunga, daun, perkecambahan.

Rataan total produksi secara nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh perlakuan intensitas pemotongan dan jarak tanamam yang berbeda disajikan dalam Tabel 2. Produksi Indigofera sp nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh perlakuan tinggi pemotongan, jarak tanam maupun interaksi kedua perlakuan. Semakin rapat jarak tanam semakin meningkatnya produksi

Indigofera sp pada setiap perlakuan.Rataan

produksi Indigofera sp pada jarak tanam 1 x 0,5 m; 1 x 1m; 1 x 1,5 m secara berturut-turut adalah 20,13: 14,44 dan 12,69 ton/ha/tahun. Terjadi peningkatan produksi sejalan dengan semakin rapatnya jarak tanam. Hal ini dapat dipahami karena semakin rapat jarak tanam semakin banyak jumlah tanaman pada plot percobaan di masing-masing perlakuan. Produksi Indigofera sp tertinggi diperoleh pada jarak tanam 1 x 0,5 m dan tinggi pemotongan 150 cm, yakni 24,23 ton/ha/tahun. Hasil ini nyata lebih tinggi dari semua perlakuan lainnya. Hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan produksi Gliricidia maculata sebesar 23 ton/ha/tahun (Van Hao dan Inger 2001).

Rataan rasio daun/batang Indigofera sp pada tinggi potong dan jarak tanam yang berbeda disajikan dalam Tabel 2. Rasio daun/batang tidak dipengaruhi secara nyata (P>0,05) oleh perlakuan tinggi potong dan jarak tanam yang berbeda maupun interaksi keduanya. Rataan rasio daun/batang Indigofera

sp pada intensitas pemotongan 50, 100, 150 cm secara berturut-turut 1,72; 1,71 dan 1,63. Rasio daun/batang perlakuan tinggi pemotongan 50 cm (1,72) lebih tinggi dibandingkan dengan rasio daun/batang perlakuan tinggi pemotongan yang lainya. Hasil ini masih lebih tinggi bila dibandingakan dengan rasio daun/batang Indigofera sp penelitian di Sei Putih pada interval panen yang sama (60 hari) tinggi pemotongan 50 cm adalah 1,67 (Tarigan 2010). Pada perlakuan jarak tanam 1,0 x 0,5; 1,0 x 1,0; 1,0 x 1,5 m rataan rasio daun/batang Indigofera sp secara berturut-turut adalah 1,66; 1,69; 1,72 rasio daun/batang Indigofera sp meningkat sejalan dengan meningkatnya jarak tanam dan tinggi pemotongan tetapi peningkatnya tidak nyata. Rasio daun/batang tidak dipengaruhi oleh jarak tanam dan tinggi pemotongan. Bagian tanaman yang lebih disukai ternak dan memiliki kualitas nutrisi lebih tinggi adalah fraksi daun (Shehu et al. 2001).

Rataan komposisi nutrisi Indigofera sp pada tinggi potong dan jarak tanam berbeda disajikan pada Tabel 3. Perlakuan tinggi pemotongan maupun interaksinya dengan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan protein kasar, NDF dan ADF. Rataan kandungan Protein kasar pada tinggi pemotongan 50,100, 150 cm berturut-turut sebesar 27,61; 27,66; 28,05% seperti dalam Tabel 3. Rataan kandungan protein kasar pada perlakuan jarak tanam 1,0 x 0,5; 1,0 x 1,0; 1,0 x 1,5 m berturut-turut Tabel 2. Rataan total produksi dan prasion daun/batang Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan jarak

tanam yang berbeda

Peubah Tinggi potong(cm) Jarak tanam (m) Rataan 1 x 0,5 1 x 1,0 1 x 1,5 Total produksi 50 15,23 11,50 10,10 12,27C (ton/ha/tahun) 100 20,95 14,66 12,44 16,01B 150 24,23 17,16 15,55 18,84A Rataan 20,13A 14,44B 12,69C Rasio daun/batang 50 1,68 1,77 1,73 1,72 100 1,68 1,73 1,73 1,71 150 1,64 1,57 1,70 1,63 Rataan 1,66 1,69 1,72

Angka dengan superskrip berbeda pada kolom dan baris yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) pada uji jarak berganda Duncan

(6)

sebesar 28,30; 27,55; 27,81%. Kandungan protein kasar Indigofera sp dalam penelitian ini berkisar antara 27-29%. Kandungan protein kasar Indigofera sp paling tinggi pada tinggi pemotongan 150 cm dan jarak tanam 1,0 x 0,5 m (29,30%) tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan lainya. Hasil ini secara numerik lebih tinggi bila dibandingkan dengan protein kasar pada I. arrecta sebesar 24-26% (Tjelele 2006).

Rataan kandungan NDF dan ADF disajikan pada Tabel 3. Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tinggi pemotongan maupun interaksinya dengan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan NDF dan ADF. Kandungan NDF dan ADF pada jarak tanam 1,0 x 0,5; 1,0 x 1,0; 1,0 x 1,5 m berturut-turut 36,73; 37,29; 36,93% dan 25,72; 26,31; 25,13%. Kandungan

NDF Indigofera sp dalam penelitian ini

berkisar antara 34-39% relatif sebanding dengan kandungan NDF Indigofera arrecta (32,80%) yang dilaporkan oleh Hassen et al. (2007), namun relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan L .leucocephala (44-53%) (Pamo et al. 2006). Kandungan ADF

Indigofera sp pada penelitian ini berkisar antara

24-27% relatif lebih rendah dibandingkan

dengan kandungan ADF pada C. calothyrsus (33-41%) (Pamo et al. 2006). Tingginya kandungan protein kasar pada penelitian ini dapat disebabkan oleh relatif rendahnya kandungan NDF dan ADF Penelitian Dzowela et al. (1995) mengindikasikan adanya kecenderungan hubungan negatif antara kandungan protein kasar dengan kandungan ADF pada tanaman leguminosa pohon.

Rataan kandungan bahan kering dan kadar

abu Indigofera sp pada perlakuan tinggi

pemotongan dan jarak tanam yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Perlakuan tinggi pemotongan maupun interaksinya dengan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan bahan kering dan kadar abu Indigofera sp. Namun perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar abu Indigofera sp. Rataan kadar abu pada perlakuan jarak tanam 1,0 x 0,5; 1,0 x 1,0; 1,0 x 1,5 m secara berturut-turut adalah 9,16; 9,36; 8,55% Kadar abu Indigofera sp tersebut menunjukan peningkatan dari jarak tanam 1,0 x 1,5 m (8,55%) ke 1,0 x 0,5 m (9,16%). Peningkatan kadar abu tersebut menunjukan peningkatan kandungan mineral Indigofera sp. Hasil kadar abu pada penelitian ini relatif lebih tinggi bila dibandingkan Tabel 3. Kandungan protein kasar, NDF dan ADF Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan jarak tanam

yang berbeda

Peubah Tinggi pemotongan (cm) Jarak tanam (m) Rataan 1,0 x 0,5 1,0 x 1,0 1,0 x 1,5 Protein kasar 50 27,35 28,00 27,50 27,61 (% BK) 100 28,25 27,45 27,30 27,66 150 29,30 27,20 28,65 28,05 Rataan 28,30 27,55 27,81 NDF (% BK) 50 39,40 35,66 36,80 37,28 100 35,83 38,40 36,33 36,85 150 34,96 37,83 37,66 36,81 Rataan 36,73 37,29 36,93 ADF (% BK) 50 27,91 25,35 25,06 26,10 100 25,04 26,98 24,00 25,34 150 24,21 26,60 26,34 25,71 Rataan 25,72 26,31 25,13

Angka dengan superskrip yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) pada uji jarak berganda Duncan

(7)

Tabel 4. Bahan kering dan kadar abu Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan jarak tanam yang berbeda Peubah Tinggi pemotongan (cm) Jarak tanam (m) Rataan

1,0 x 0,5 1,0 x 1,0 1,0 x 1,5 Bahan kering 50 91,50 88,41 88,55 89,49 (%) 100 89,70 90,01 89,60 89,77 150 88,53 88,87 87,87 88,42 Rataan 89,91 89,09 88,68 Abu (% BK) 50 9,10 9,79 9,04 9,31 100 9,38 8,84 8,97 9,06 150 9,00 9,45 8,55 9,00 Rataan 9,16A 9,36A 8,55B

Angka dengan superskrip yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) pada uji jarak berganda Duncan

dengan kadar abu pada Indigofera arrecta sebesar 5,91% yang dilaporkan oleh Hassen et al. (2007).

KESIMPULAN

Indigofera sp dapat tumbuh dengan baik di

dataran tinggi beriklim sedang seperti di daerah Gurgur Sumatera Utara dengan rataan produksi segar berkisar 10,10-24,23 ton/ha/thn pada perlakuan tinggi pemotongan dan jarak tanam yang berbeda. Tinggi pemotongan berpengaruh nyata terhadap total produksi dan jumlah cabang sedang perlakuan jarak tanam menghasilkan pengaruh nyata terhadap total produksi dan kadar abu. Manajemen tinggi pemotongan dan jarak tanam yang optimal menghasilkan produksi dan kualitas nutrisi yang optimal pada tinggi pemotongan 150 cm dan jarak tanam 1,0 x 0,5 m.

DAFTAR PUSTAKA

Anis SD. 1992. Pengaruh kepadatan dan interval pemotongan Gliricidia sepium terhadap produksi dan mutu hijauan di lahan pertanaman kelapa (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, KPK Institut Pertanian Bogor-Universitas Sam Ratulangi.

Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official methods of analysis. 17thed. Washington: AOAC International. Bull LS. 2000. Some steps in the progress to

improved forage utilization. Asian-Aust J Anim Sci. 13:192-200.

Dzowela BH, Hove L, Topps JH, Mafongoya PL. 1995. Nutritional and anti-nutritional characters and rumen degradability of dry matter and nitrogen for some multi purpose tree species with potential for agroforestry in Zimbabwe. Anim Feed Sci Technol. 55:207-124.

Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk, Tjelele TJ. 2007. Influence of season/year and species on chemical composition and In Vitrodigestibility of five Indigofera accession. J Anim Feed Sci Technol. 136:312-322.

Kabi F, Bareeba FB. 2008. Herbage biomass production and nutritive value of mulberry (Morus alba) and Calliandra calothyrsus

harvested at different cutting frequencies. J Anim Feed Sci Tech. 140:178-190.

Pamo ET, Fonteh FA, Tendonkeng F, Kana JR, Boukila B, Djaga PJ, Fomewang G II. 2006. Influence of supplementary feeding with multipurpose leguminous tree leaves on kid growth and milk production in the West African dwarf goat. Small Rumin Res. 63:142-149.

Shehu Y, Alhassan WS, Phillips CJS. 2001. Yield and chemical composition response of Lablab purpureus to nitrogen, phosphorous andpotassium fertilizer. J Trop Grassl. 35:180-185.

Statistics Analytical System. 1997. SAS user’s

guide: statistic. 6th Ed., SAS Institute Inc. Cary. NC. USA.

Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan prosedur statistika: suatu pendekatan biometrik. Penerjemah: Sumantri B. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics.

(8)

Tarigan A, Abdullah L, Ginting SP, Permana IG. 2010. Produksi dan komposisi nutrisi serta kecernaan in vitro Indigofera sp pada interval dan tinggi pemotongan berbeda. JITV. 15:188-195.

Tjelele TJ. 2006. Dry matter production, intake and nutritive value of certain Indigofera species. (Thesis) University Pretoria, Pretoria, South Africa.

Van Hao NG, Inger L. 2001. Performance of growing fed Gliricidia maculata. J Small Rumin Res. 39:113-119.

Van Soest PJ, Robertson JB, Lewis BA. 1991. Methods for dietary fibre, neutral detergent fibre, and non-starch polysaccharides in

relation to animal nutrition. J Dairy Sci.

74:3583-3597.

Water CJ, Givens DI. 1992. Nitrogen degradability of fresh herbage: effect of maturity and growth type and prediction from chemical composition and by near infrared reflectance spectroscopy. J Anim Feed Sci Tech. 75:3278-3286.

White DJ, Chamberlain, Harris G. 2001. Navy and culianry beans min Central Queensland. Farming System Institute. Australia. Http://www.dpi.gld.gov.au./fieldcroops/3343. html. (Tanggal 12 Januari 2002).

Whitehead DC. 2000. Nutrient element in grassland: soil, plant, animal relationship. Wallingford. CAB International Publishing. p. 367.

DISKUSI Saran:

Intensitas pemotongan sama tinggi, interaksi tidak nyata. Perlu ditambah parameter bahan organik, karena kadar abu tinggi dan NDF juga tinggi.

Gambar

Tabel 4.  Bahan kering dan kadar abu Indigofera sp pada tinggi pemotongan dan jarak tanam yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Wahidin Sudiro Husodo Medan Labuhan Kota Medan Pario,

Penggalian, Pengayaan dan Perumusan Gagasan Sosialisasi Gagasan kepada Mitra Kegiatan Pembentukan Kelompok Kerja Pelaksana bersama Warga dan Mitra Kegiatan Penjabaran

Pengaruh Perspektif Pemberdayaan Perempuan dalam Kebangkitan Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu di Dusun Mrisi-Yogyakarta.. Membangun ekonomi yang kuat, 2) Membentuk masyarakat

Pada soal nomor 3, mencakup tentang penentuan arah gaya Lorentz pada kawat yang dialiri arus dan berada diantara kutub utara dan selatan magnet seperti pada Gambar

Hari ini saya kira sangat penting untuk kita mencoba mengerti apa yang kita laksanakan, terutama di satu program atau kelompok program yang akhir-akhir ini mendapatkan

Namun terdapat satu bentuk keselarasan dari sistem pengangkatan hakim karir, hakim agung dan hakim konstitusi yaitu melibatkan Komisi Yudisial sebagai organ independen, dan

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut (1) Patin merupakan komoditas perikanan yang potensial dikembangkan di Kabupaten Mesuji dengan