• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODEL BLENDED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGKONSTRUKSI PENGETAHUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODEL BLENDED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENGKONSTRUKSI PENGETAHUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

210

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODEL BLENDED

LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM

MENGKONSTRUKSI PENGETAHUAN

Muhammad Adri

Jurusan Teknik Elektronika FT UNP Padang Email : mhd.adri@unp.ac.id

ABSTRACT

The presence ofonline technologyhasprovide an opportunitiesfor educationindevelop a new experience of online learningmodels. But inrealitythe implementation ofonlinelearningmodelhasa weakness,becauseeducationcan’t besimplifiedtojustdownload thelearning materialspassivelyinfront ofa computer monitor. The best approachare integrated between theonline learningwithclassroomlearningknown asblendedlearning. The purposeof thisresearchis to developan integrated learning environment between informationtechnology-based learning and classroom learning which are suitable with teaching and learning in higher education. This model is developed to improving of student ability in construction their knowledge by them self independently. R&D approach is used to develop blended.Inthis studydevelopedan onlinelearning environmentinthe course ofComputerNetworksand Data Communication. Implementation ofBlendedLearningis managedby the Learning Management System (LMS), tocontrolthe learning activitiesof studentsinan onlineenvironment, throughalearningprocessmodeltocontrol theactivitiesof studentsin theclassroom(classroom activity) andactivitiesoutsidethe classroom(out-of-class activity) thatwill beevaluated in theclassroom

Key Word :information technology, online learning, blended learning, learning management system, , learning process

1. PENDAHULUAN

Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan dampak yang nyata bagi kehidupan masyarakat, hampir semua bidang kehidupan tidak bisa terlepas dari pengaruh TIK, tak terkecuali bidang pendidikan. Pengaruh TIK di dunia pendidikan dapat dilihat pada tiga aspek utama, yaitu dunia pendidikan sebagai pemanfaat teknologi informasi, dunia pendidikan sebagai penghasil tenaga ahli bidang teknologi informasi dan dunia pendidikan sebagai pengembang teknologi informasi (Lukito, 2001). Sebagai pengguna TIK, maka pendidikan, yang pada dasarnya merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004). Beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang penyelenggaraan pendidikan berbasis teknologi informasi (Utomo, 2001). Sebagai penghasil tenaga ahli bidang

(2)

211

teknologi informasi, dunia pendidikan berperan serta dalam menghasilkan tenaga-tenaga ahli bidang teknologi informasi dan sebagai pengembang TIK diwujudkan dengan adanya program-program pendidikan dengan kajian bidang TIK.

Salah satu bentuk implementasi teknologi ini telah banyak diimplementasikan oleh banyak perguruan tinggi di dunia adalah pembelajaran online (PO) (online learning), namun program ini banyak ditawarkan oleh perguruan tinggi bukan bagi “full-time student” (Kasworm, et.al, 2000), banyak yang memilih PO dengan alasan finansial dan kebanyakan mereka pindah ke pendidikan PO (Molenda & Harris, 2000). Namun penyelenggaraan PO ini kemudian mendapatkan banyak kendala dan tantangan, seperti di Amerika, 840 orang dosen University of Washington (UW) mengundurkan diri pada saat UW disetujui menjadi universitas online (Clearly, 2001), karena pendidikan tidak dapat disederhanakan menjadi hanya mendowload informasi yang terjadi secara pasif dan sendirian di depan layar monitor, yang kemudian alasan ini terbantahkan dengan kehadiran teknologi “online collaborative learning” (Dufner, D., Kwon, O., & Hadidi, R, 1999), yang memungkinkan bagi seorang mahasiswa berkolaborasi secara online, yang kemampuan ini disempurnakan dengan kehadiran teknologi jejaring sosial (social networking) seperti Friendster, Facebook, dan Twitter (Roberts, Timothy, 2004).

Pendekatan terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan mengadopsi teknologi ini dengan metoda pembelajaran blended learning, yang mengintegrasikan antara pemanfaatan teknologi internet dengan online learning-nya dan pembelajaran di kelas (classroom teaching) dalam bentuk tatap muka, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan sekaligus, meningkatkan peran aktif mahasiswa. Teknologi online learning ditujukan agar mahasiswa memiliki kesempatan lebih awal mempelajari materi perkuliahan, sebelum mereka menerima penjelasan ketika berada di dalam kelas. Disamping itu dengan adanya dukungan teknologi online ini akan memberikan kemudahan belajar bagi mahasiswa sebagaimana diungkapkan oleh Goodfelow (2007 : 29) :” We accept that much e-learning practice is of benefit to students in enhancing the quality and flexibility of their learning”, artinya kunci utama teknologi e-learning ini terletak pada fleksibelitas belajar yang dilalui oleh mahasiswa. Pemanfaatan blended learning, dewasa ini sudah menjadi trend pada lingkungan pendidikan tinggi, sebagaimana dikemukakan oleh Ellis et.al (2006), karena mahasiswa pada perguruan tinggi telah memiliki budaya belajar mandiri, sehingga potensi ini berpeluang besar untuk dapat diterapkan. Berbagai bentuk dan implementasi blended learning telah dikembangkan sejalan dengan perkembangan teknologi dan aplikasi internet, yang diawali dalam bentuk pemberian alamat sumber belajar online yang dapat diakses secara mandiri oleh mahasiswa (Newby, 2000), pemanfaatan blog sebagai sarana delivery system ( Deng, Liping et.al. 2010, Gomes, 2008), pengembangan materi berbasis web (web-based learning)(Hall, Owen, 2010), pembentukan komunitas belajar online (Martin, Jenifer, 2010) dan implementasi blended learning dengan suatu sistem administrasi pembelajaran (Shimic, Goran, 2010, Garcia and Suzuki, 2010) dan salah satunya diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa (Kang, P, 2010).

(3)

212

Pengelolaan proses pembelajaran online diadministrasi dengan menggunakan suatu sistem yang disebut dengan Learning Management System (LMS) yang berfungsi sebagai pusat administrasi pembelajaran online yang mencakup berbagai aktifitas utama dosen dan mahasiswa seperti upload dan download materi perkuliahan, sistem absensi, sistem ujian dan kuis, komunikasi serta pengaturan konfigurasi perkuliahan dan hak akses pengguna, semua data berkaiatan dengan semua aktifitas di atas direkam dalam suatu sistem basis data yang kemudian dapat dianalisis dan digunakan dalam kegiatan evaluasi proses pembelajaran online learning.

Sebagai tool pengembangan LMS ini digunakan teknologi LMS Moodle berbasis Open Source sebagai engine sistem LMS, hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Graf (2006) tentang perbandingan LMSberbasis Open Source, menunjukkan bahwa Moodle termasuk yang terbaik secara kelengkapan fitur dibandingkan dengan software LMS lain, lebih Graf (2006) menyatakan bahwa dengan kelengkapan fiturnya Moodle sangat mendukung dan sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan. Kekuatan dan kelebihan Moodle tersebut tidaklah terlepas dari filosofi yang digunakan oleh pengembang Moodle. Rice IV (2006), mengemukakan bahwa Moodle dirancang untuk mendukung gaya belajar yang disebut dengan social constuctionist pedagogy, yang menggunakan gaya belajar interaktif. Social constuctionist pedagogy meyakini bahwa orang akan belajar dengan baik, jika mereka berinteraksi dengan learning material, membangun material baru untuk materi lainnya, dan berinteraksi dengan peserta lainnya tentang material tersebut. Implementasi Moodle sebagai LMS dalam perkuliahan Fisika diujicoba oleh Martin-Blas, et.al (2009).

Pada penelitian ini dikembangkan suatu model pembelajaran blended learning, berbasis LMS yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan institusi pendidikan di Indonesia. Pada penelitian ini akan dikaji bagaimana mahasiswa belajar dalam model mixed, online learning pada satu sisi dan pembelajarn di kelas pada sisi yang lain. Sehingga blended learning ini sesuai untuk diimplementasikan di lembaga pendidikan tinggi.

Pengembangan model blended learning ini diimplementasikan pada mata kuliah Jaringan Komputer dan Komunikasi Data, dengan pendekatan blended learning, antara lain :

a. Pengembangan Learning Management System (LMS) berbasis Open Source yang akan digunakan sebagai sarana administrasi dan record keepingaktifitas online mahasiswa.

b. Metoda Pembelajaran dan alat ukur yang akan digunakan untuk mengontrol kegiatan belajar mahasiswa baik ketika berada dilingkungan kelas (classroom activity) maupun di luar kelas (out-class activity)

Kebehasilan penyelenggaraan blended learning tidak hanya tergantung pada sistem dan konten, namun juga partisipasi aktif pesertanya (Hrastinski, Stefan, 2009), oleh karena itu mekanisme untuk mengontrol peran aktif peserta didik ini perlu dikembangkan.

(4)

213

Dari uraian yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang, dan identifikasi masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu :

Sejauhmanakah model pembelajaran Blended Learning memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa

2. METODOLOGI

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development/ R&D) yang menghasilkan suatu produk model pembelajaran yang mengintegrasikan keutamaan teknologi informasi melalui it-based education dengan pembelajaran tatap muka (classroom teaching) dalam wujud blended learning dengan dukungan teknologi online learning.

Sebagaimana dikemukakan oleh Richey dan Nelson (1996), penelitian pengembangan merupakan studi sistematis tentang perancangan, pengembangan, evaluasi program pengajaran, proses dan produk yang harus memenuhi kriteria konsistensi internal dan keefektifan.

Lebih jauh Sugiyono (2006 : 407) menungkapkan bahwa dengan R&D produk yang dihasilkan akan diuji keefektifannya, jika dibandingkan dengan produk lama yang telah ada. Maka dalam penelitian ini akan diuji keefektifan pembelajaran dengan pendekatan Blended learning dengan pembelajaran konvensional

Penelitian pengembangan blended learning ini dikembangkan berdasarkan kerangka konseptual seperti terlihat pada Gambar 4, yang menggambarkan bagaimana proses pengembangan model pembelajaran blended learning dilaksanakan.

Gambar 1. Kerangka Pengembangan Blended Learning

Realisasi dari kerangka konseptual penelitian, kemudian diwujudkan pada kerangka penelitian, seperti terlihat pada Gambar 2. Dua kelas mahasiswa dibagi

(5)

214

menjadi kelas kontrol dan kelas treatmen. Kelas Control adalah dengan metoda pembelajaran konvensional sedangkan kelas Experiment adalah kelas dengan model pembelajaran blended learning. Kemudian terhadap kedua kelas diberikan pre-test untuk mengukur kemampuan awal dan post-test untuk mengukur hasil akhir proses pembelajaran setelah adanya proses perlakuan dalam penelitian ini dilaksanakan. Dari hasil post-test ini, kemduian di analisis pengaruh dari implementasi model pembelajaran blended learning terhadap hasil belajar mahasiswa.

Gambar 2. Kerangka Penelitian

Aktifitas penelitian ini diadopsi dari Supplemental Model (Twigg, 2003), dengan mengkombinasikan sistem online learning yang digunakan sebagai sarana pendistribusian materi kuliah dengan beberapa perlakuan pada aktifitas di kelas. Dalam hal studi kasus ini penggunaan aplikasi web yang ditetapkan sebagai suplemen pembelajaran di campus-based university (Agrusti, 2008). Sedangkan fase desain instruksional diadopsi dari 5 distinct phase yang diperkenalkan oleh Walker and Bats (2009 : 252).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Pengembangan Desain Theme LMS Moodle

Learning Management System yang digunakan dalam penelitian ini adalah Moodle, yang dikembangkan oleh Martin Dougemas (berkebangsaan Australia), berdasarkan kepada hasil perbandingan yang dilakukan oleh Graf (2005), yang merekomendasikan Moodle sebagai salah satu LMS Open Source yang memiliki fitur terlengkap dan memenuhi kriteria pedagogi. Ujicoba pengembangan LMS Moodle menggunkan Moodle versi 1.9 sebagai versi terakhir pada saat penelitian ini dikembangkan. Pengembangan dilakukan pada localhost sebelum diimplementasikan pada site e-learning yang akan digunakan dalam pembelajaran Blended Learning dalam mata kuliah Jaringan Komputer dan Komunikasi Data. Setelah hasil ujicoba dan ekplorasi kemampuan Moodle sebagai sebuah LMS untuk kebutuhan penelitian ini sempurna pada localhost, kemudian kegiatan dilanjutkan dengan proses ujicoba instalasi dan konfigurasi pada server situs online yang akan diimplementasikan dalam kegiatan blended learning nantinya.

Hasil pengembangan LMS ini kemudian diimplementasikan pada domain yang dimiliki oleh peneliti sebagai pembina mata kuliah, untuk memberikan

Kelas Experiment Kelas Control Pre Test Post Test Hasil Belajar Hasil Belajar Belajar dengan model

Blended Learning

Belajar dengan model konvensional

(6)

215

penguatan kepada mahasiswa, sehingga akan memberikan nilai lebih dalam proses pembelajaran nantinya. Domain dan hosting LMS ini ditempatkan pada alamat http://elearning.muhammadadri.net, dengan hasil seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Desain Interface LMS Moodle b. Data Statistik Pembelajaran Online dengan LMS

Proses pembelajaran online yang diberikan kepada mahasiswa dalam model blended learning ini bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar lebih awal sebelum kegiatan pembelajatan tatap muka. Maka sesuai dengan tujuan tersebut, maka materi perkuliahan online dapat diakses oleh mahasiswa sebelumnya, yang dimulai dari 5 hari sebelum kuliah tatap muka (H-5), hingga hari kuliah tatap muka (H-0). Rekapitulasi data akses oleh mahasiswa ini dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Data akses konten pembelajaran oleh Mahasiswa

Pertemuan H-5 H-4 H-3 H-2 H-1 H-0 Jumlah

1 0 2 8 9 20 5 44

2 2 4 6 14 12 2 44

3 6 5 12 15 12 0 44

4 2 4 6 22 10 0 44

Dari rekapitulasi tersebut di atas, dapat dilihat terdapat peningkatan waktu akses lebih awal mahasiswa terhadap konten pembelajaran online di system e-Learning, yang dapat dijadikan sebagai indikator peningkatan kemauan mahasiswa untuk belajar lebih awal.

Berdasarkan data akses sumber belajar yang dilakukan oleh mahasiswa, maka kemudian data akses ini dikembangkan berdasarkan data aktifitas mahasiswa pada LMS antara lain : course view, resources view, worksheet vew dan quis. Course View adalah aktifitas mahasiswa dalam melihat uraian materi kuliah secara online pada halaman perkulliahan yang ditawarkan. Resources View adalah aktifitas mahasiswa dalam mengunduh bahan

(7)

216

bacaan yang disertakan sebagai pendukung materi kuliah yang telah diuraikan. Worksheet View adalah informasi ajar tentang aktifitas mahasiswa dalam mengunduh lembaran kerja yang harus dilengkapi oleh mahasiswa pada saat belajar secara mandiri.

Tabel 2. Data aktifitas akses konten Blended Learning oleh mahasiswa

Aktifitas Pertemuan (dalam %)

1 2 3 4

Course View 97,7 100 100 100

Resources View 90 100 100 100

Worksheet view 90 100 100 100

Quiz 0 0 0 100

c. Deskripsi Data Pre-Test dan Post Test

Kegiatan Pre-test adalah data awal yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui kondisi awal sampel penelitian dan untuk mengetahui pengetahuan awal mahasiswa dalam mengikuti kegiatan Perkuliahan Jaringan Komputer dan Komunikasi Data.

Lembaran soal Pre-Test diberikan dalam bentuk pilihan objektif yang terdiri dari 40 butir soal yang disusun berdasarkan kisi-kisi jabaran materi yang akan diberikan dalam satu semester.

Tabel 3. Data hasil Pre-Test dan Post Test

Deskripsi Pre – Test Post-Test

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Reponden 44 39 44 39 Total 1818 1504 2946 2264 Rata 41.3 38.6 67 58.1 Med 41 37 66 57 Max 56 59 86 77 Min 20 26 54 38 Mod 39 35 64 57 SD 7.22 8.6 7.04 8.76

1) Deskripsi Data Pres-Test

Data skor Pre-Test adalah data kemampuan awal mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Komunikasi Data dan Jaringan Komputer yang terdri dari 2 kelas, yaitu kelas control dan kelas eksperimen. Kelas control adalah kelas yang pembelajarannya dilakukan dengan pendekatan pembelajaran konvensional, sedangkan kelas eksprerimen adalah kelas yang pembelajarannya melakukan dengan pendekatan Blended Learning. Dari hasil skor Pre-test ini dapat dilihat, terdapat kecendrungan hasil test yang hampir sama antara kelas eksperimen dengan kelas control, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa kedua kelas ini memiliki kemampuan

(8)

217

awal yang sama dalam mengikuti perkuliahan Komunikasi Data dan Jaringan Komputer.

2) Deskripsi Data Post-Test

Deskripsi data Post-Test diperoleh setelah pembelajaran selesai dilakukan untuk kelas eksperimen dengan pendekatan Blended learning. Dari hasil data Post-Test di atas dapat dilihat kecendrungan data yang berdistribusi normal karena selisih rata-rata, median dan modus tidak melebihi satu simpangan baku.

Dari hasil post-test dapat dilihat bahwa mahasiswa kelas eksperimen yang melalui proses pembelajaran dengan pendekatan blended learning memperoleh hasil belajar yang lebih baik dari kelas control.

d. Pembahasan

Upaya perbaikan kulitas proses pembelajaran dengan pendekatan model pembelajaran Blended Learning merupakan suatu solusi yang dapat ditawarkan dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa. Blended Learning telah memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa dalam melalui proses pembelajaran yang lebih teratur dan terarah. Dari hasil kajian awal dalam penelitian ini, karena ujicoba pengembangan dilakukan pada Program Studi Pendidikan Teknik Informatika FT UNP Padang, umumnya mahasiswa telah memiliki pengelaman belajar dengan bantuan teknologi informasi, khususnya teknologi internet khususnya dimanfaatkan untuk mencari referensi pendukung dan materi tambahan dalam melengkapi tugas perkuliahan. Namun proses pencarian sumber belajar baru dilakukan tidak secara terstruktur dan terarah, sehingga dengan pendekatan Blended Learning ini mahasiswa belajar untuk memanfaatkan teknologi dengan metoda yang lebih baik untuk mendukung pembelajaran yang mereka ikuti.

Pada awal proses pengembangan model Blended Learning diperoleh data masih rendahnya tingkat partisipatif mahasiswa dalam memanfaatkan fasilitas Learning Management System (LMS) sebagai basis penyelenggaraan online learning bagi mahasiswa, sehingga baru pada beberapa hari menjelang perkuliahan konten pembelajaran online diakses oleh mahasiswa, sehingga mereka memiliki waktu yang relatif pendek untuk memahami kembali materi dan sumber belajar yang telah diberikan di LMS. Maka pada saat perkuliahan tatap muka proses belajar online yang dilakukan oleh mahasiswa kemudian di bahas dan diuraikan kepada mahasiswa, bahwa dengan LMS semua aktifitas online learning yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dicatat dengan baik. Maka pada akhirnya pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dapat dilihat pada data Tabel 1 terdapat peningkatan akses lebih awal oleh mahasiswa terhadap konten pembelajaran online.

Pemilihan LMS yang akan digunakan dalam pengembangan blended learning merupakan salah satu unsur yang menyumbang kontribusi yang besar bagi

(9)

218

keberhasilan penyelenggaraan Blended Learning, karena kelengkapan fitur yang dimiliki oleh suatu LMS akan memberikan pengaruh terhadap pengembangan variasi pembelajaran online yang dapat diberikan kepada mahasiswa. Berdasarkan resume yang dikemukakan oleh Graf (2006), dapat dilihat bahwa Moodle merupakan LMS Open Source terbaik yang dapat digunakan dalam mendukung online learning. Oleh karean itu makan dalam pengembangan model Blended Learning ini dipilih Moodle sebagai engine LMS-nya. Dari hasil pengembangan dan ujicoba sistem Blended Learning yang telah dilakukan, LMS Moodle telah memberikan kinerja yang baik dalam merekan aktifitas mahasiswa dalam lingkungan belajar online blended learning.

Kemampuna LMS dalam melakukan record keeping aktifitas online learning mahasiswa belum dapat dijadikan bukti otentik tentang kemampuan belajar mandiri mahasiswa dalam lingkungan belajar online. Maka oleh sebab itu dibutuhkan suatu upaya untuk meng-assesment hasil belajar mahasiswa dalam lingkungan blended learning ini. Untuk kebutuhan pengontrolan belajar mahasiswa, maka dikembangkan suatu alat ukur yang kemudian disebut dengan student worksheet yang digunakan untuk mengevaluasi belajar mahasiswa secara mandiri dengan bantuan lingkungan belajar online pada model blended learning. Pada student worksheet ini mahasiswa menguraikan kembali pemahaman yang mereka dapat dari hasil belajar mendiri pada online learning. Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data bahwa pemahama mahasiswa semakin baik ketika mereka memperoleh sumber belajar lebih awal, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.

Untuk mengukur keberhasilan penyelenggaran pembelajaran dengan model Blended Learning ini, dilakukan dengan pendekatan two group pre-post test design, masing-masing group kontrol dan eksperimen diberikan pre-test dan post-test. Pres-test digunakan untuk mengukur kemampuan awal mahasiswa da post-test digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar mahasiswa. Dari hasil Pre-test dan Post-test sebagaimana diperlihat pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa mahasiswa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama, sebagai persyaratan utama dalam penelitian ini, dimana tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen. Sedangkan dari hasil post-test dapat dilihat bahwa kelas eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih baik dari kelas kontrol. Sehingga dari data ini dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran Blended Learning memberikan pengaruh yang besar bagi kemampuan mahasiswa dalam belajar secara mandiri yang berdampak terhadap hasil belajar yang lebih baik.

Keberhasilan penyelenggaraan Blended Learning ini tidak terlepas dari adanya dukungan infrastruktur jaringan yang baik serta latar belakang pengalaman mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai pendukung proses pembelajaran mandiri.

(10)

219

Dari kegiatan penelitian, maka dapat diperoleh beberapa simpulan penting sebagai berikut :

1. Blended learning yang mengintegrasikan antara keunggulan teknologi online dan internet dengan kekuatan pembelajaran tatap muka di kelas merupakan salah satu metoda pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

2. Dalam proses pengembangan model pembelajaran Blended Learning ini dibutukan suatu mekanisme proses pembelajaran yang dapat mengontrol aktifitas mahasiswa baik ketika belajara secara mandiri dengan Learning Management System maupun ketika perkuliahan tatap muka. Untuk menjawab kebutuhan ini Student Worksheet adalah salah satu wujud lembaran control ini.

3. Dari hasil ujicoba yang dilakukan terhadap model pembelajaran Blended learning ini, dari hasil belajar mahasiswa dapat dilihat bahwa mahasiswa yang belajar melalui pendekatan Blended Learning memiliki hasil belajar yang lebih baik dari kelas control, sehingga dapat dinyatakan bahwa model Blended Learning ini memiliki pengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa. Dalam rangka untuk perbaikan pada masayang akan datang disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Blended Learning masih perlu disempurnakan, khususnya berkaitan dengan metodea control dan evaluasi terhadap hasil belajar mahasiswa.

2. Kemampuan mahasiswa dalam literasi computer turut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran Blended Learning, sehingga perlu menjadi perhatian dalam pengembangan selanjutnya.

3. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk melihat tingkat ketercapaian melalui integrasi model Blended Learning dengan metode pembelajaran lain seperti problem based learning, collaborative learning, sehingga semakin mampu menggali kemampuan belajar mandiri mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agrusti, Francesco. (2008).Research Methodology and Approach, The Impact of New Technologies on Distance Learning Students, Dublin, Ireland.

Deng, Liping and Yuen, Allan H.K. 2010. Designing Blended learning Communities in Wang et.al (Eds) (2010). Handbook of Research on Hybrid Learning Models, New York : New York : InformationScience Reference. P.228

Ellis, R. A., et.al .(2006).How and What Univesity Students Learning through Online and Face-to-Face Discussion : Conceptions, Intentions and Approaches, Journal of Computer Assisted Learning, Vol 22, Number 4 August 2006, p. 244-256. Oxford, UK : Blackwell – Wiley.

Garcia, Karen and Suzuki, Renata (2008) The Blended learningClassroom : an Online teacher Training Programme, in Lytras, Miltriadis (ed) (2008) Technology Enhanced Learning, London : IGI Global

Goodfellow, Robin and Lea, Mary R. (2007). Learning technologies in the university: from „tools for learning‟ to „sites of practice, dalam Goodfellow,

(11)

220

Robin and Lea, Mary R. (Ed), Chalenging e-Learning in The University. Berkshire, England : McGrewHill and Open University Press. P.70 – 90. Hall, Owen P. (2010). Blended learning Systems: New Directions in Graduate

Management Education in Wang et.al (Eds) (2010). Handbook of Research on Hybrid Learning Models, New York : New York : InformationScience Reference. P.339

Kang, P. Tokyoko. (2010). Teaching Online : What Does Blended learning Require?, dalam Inoue, Yukiko (Ed), Case on Online and Blended Learning Technologies in Higher Education : Concept and Practices,New York : InformationScience Reference, p. 112 – 130

Kasworm, C., Sandmann, L.R., & Sissel, P.A. (2000). Adult Learners in Higher Education, dalam A.L. Wilson & E.R. Hayes (Eds), Adult Learner and Contnuing Education (pp. 449 - 463). San Francisco, CA : Jossey-Bass Lukito Edi Nugroho. (2001). Prospek Pendidikan Informatika/ Teknologi Informasi

di Indonesia. Makalah Seminar Nasional E-Learning dan Tantangannya. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Martín-Blas , Teresa and Serrano-Fernández ,Ana. 2009. The role of new technologies in the learning process: Moodle as a teaching tool in Physics. Journal of Computer and Education, Vol. 52 No. 1 Tahun 2009. Pg. 35-44. Martin, Jenifer et.al. (2010). Educating a Multidisciplinary Human Services

Workforce: Using a Blended Approach in Martin, Jenifer and Hawkins, Linette (Eds).(2010). Information Commmunication Technology for Human Service Education and Delivery : Concepts and Cases, New York : Information Science References

Molenda , M., & Harris, P. (2000). Issue and Trends in Instructional Technology, Educational Media and Technology Yearbook,Vol. 26, pp. 3-15.

Newby, Timothy J, et.al. (2000). Instructional Technology for Teaching and Learning, New Jersey : Pearson Education

Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. (2004). Kajian Terhadap Model e-Media dalam Pembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004.

Rice,William (2006). Moodle : E-Learning Course Development, Birmingham,UK : Packt Publishing

Richey, Rita dan Nelson.(1996). Development Research dalam Jonassen (Ed). Handbook of Research for Educational Communication and Technology, New York : MacMillan Publishing

Roberts, Timothy S. (2004). Online Collaborative Learning : Theory and Practice, Herhey : Information Science Publishing.

Shimic, Goran. (2008) Technology Enhanced Learning Tools in Lytras, Miltriadis (ed) (2008) Technology Enhanced Learning, London : IGI Global

Soekartawi. (2002). Prospek Pembelajaran Melalui Internet, Bahan Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R& D, Bandung : Penerbit Alfabeta

(12)

221

Twigg, Carol A. (2003). Improving Learning and Reducing Cost : New Model for Online Learning, Educause Review, September/ October 2003

Utomo, (2001). E-Learning, Pendidikan berbasis Teknologi Informasi, Yogyakarta : Andi Offset

Walker , Richard,and Bats, Walter. (2009). Instructional Design for Class-Based and Computer-Mediated Learning: Creating the Right Blend for Student-Centered Learning, in Donnelly, Roisin and McSweeney (Ed), Applied E-Learning and E-Teaching in Higher Education, Hersey, PA : Information Science Reference, p. 252

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pengembangan Blended Learning
Gambar 2. Kerangka Penelitian
Gambar 3. Hasil Desain Interface LMS Moodle
Tabel 2. Data aktifitas akses konten Blended Learning oleh mahasiswa  Aktifitas  Pertemuan (dalam %)

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan adalah PAR (Participation Action Research), yaitu metoda penelitian dan pengembangan secara partisipasi yang mengakui hubungan sosial dan nilai

Tiga rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu faktor- faktor psikologi sosial apa saja yang mempengaruhi pembentukan kolaborasi antar anggota rantai

Bеrdasarkan hasil pеnеlitian mеnunjukkan bahwa Sikap Konsumеn dеngan indikator komponеn kognitif, afеktif dan konatif sеcara langsung tidak mеmiliki pеngaruh

Menunjukkan sikap menghindari plagiasi, bertanggungjawab, bekerjasama dan komunikasi yang baik dalam melakukan praktikum menguraikan dan menjelaskan variabel proses,

Membicarakan sistem penegakan hukum maka kita akan membicarakan orang-orang yang menjalankan peraturan tersebut dan juga adanya peraturan yang akan ditegakkan, terkait

3. Bandingkan ukuran semua sudut-sudut yang bersesuaian dan sepasang sisi yang bersesuaian kedua segitiga tersebut. Bandingkan hasil yang kamu dapatkan dengan hasil yang

[r]

Sorokin 14 mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap ada dan umum pada setiap masyarakat yang hidup secara teratur.Barangsiapa yang memiliki sesuatu