• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Pengajian Shalawat di Pesantren As-Shogiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fenomena Pengajian Shalawat di Pesantren As-Shogiri"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima: Januari 2018. Disetujui: Februari 2018. Dipublikasikan: Maret 2018 1

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tabligh

Fenomena Pengajian Shalawat

di Pesantren As-Shogiri

Auli Muhtarudin1*, Mukhlis Aliyudin1, Rohmanur Aziz2

1Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

* Email: muhtarudin37@gmail.com ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses dakwah pada saat pengajian dipondok pesantren As-Shogiri, metode yang digunakan yaitu kualitatif fenomenologi, yang memandu peneliti untuk melihat dan mengeksplorasi situasi yang ada secara menyeluruh, mendalam dan luas. Teori fenomenologi yang digunakan adalah teori fenomenologi Edmund Husserl. Hasil penelitian pertama pengajian shalawat di pesantren As-Shogiri Tanah Baru Kota Bogor, mempunyai citra diri yang baik di masyarakat terutama para pecinta shalawat Nabi Muhammad SAW, citra diri ini ditambah oleh sosok guru yakni Ajengan Mama Nahrawi beliau merupakan sosok da’i yang terkemuka di Kota Bogor. Kedua pelaksanaan pengajian shalawat ini banyak mempunyai kebiasaan yang unik yakni jama’ah banyak membawa air doa, membakar dupa, pada saat pengajian tidak menggunakan pengeras suara,tidak diperbolehkan mengambil gambar dan simbolisme ritual pembagian buah anggur diakhir pengajian. Ketiga intensitas jama’ah di pengajian shalawat turun naik bergantung dengan keadaan, jama’ah sangat meningkat pada saat pelaksanaan haul shalawat dan menurun pada saat setelah lebaran idhul fitri. Keempat pengajian shalawat ini mempunyai interaksi yang baik dalam pelaksanaanya baik dari kiyai ajengan Mama Nahrawi ke jama’ah, jama’ah dengan jama’ah yang lainnya dalam pelaksanaanya merupakan proses penyebaran nilai-nilai Ke-Islaman.

Kata Kunci : Fenomena; Pengajian; Shalawat.

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the process of da'wah at the time of recitation in the As-Shogiri boarding school, the method used is qualitative phenomenology, which guides researchers to see and explore the situation thoroughly, deeply and extensively. The phenomenology theory used is the

(2)

2 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 phenomenology theory of Edmund Husserl. The results of the first study of recitation of prayer in the As-Shogiri Tanah Baru Islamic boarding school in Bogor City, have a good self image in the community, especially lovers of the Prophet Muhammad SAW, this self image is added by the teacher figure Ajengan Mama Nahrawi he is a prominent preacher in Bogor city. The two implementation of the prayer service have many unique habits, namely the jama'ah carrying a lot of prayer water, burning incense, when the recitation did not use loudspeakers, it was not permitted to take pictures and ritual symbolism of the distribution of grapes at the end of the recitation. The three intensity of congregation in the recitation of the prayer fell up and down depending on the situation, Jama'ah was greatly improved during the implementation of the haul prayer and decreased after the Idul Fitri Eid. The four recitations of this prayer have good interactions in implementation both from the kiyai ajengan Mama Nahrawi to jama'ah, jama'ah with jama'ah, the other in the implementation is the process of disseminating Islamic values.

Keywords: Phenomenon; Recitation; Salutation

PENDAHULUAN

Dakwah berarti seruan atau ajakan, dakwah mempunyai banya arti yang bersifat umum yang memerlukan sifat atau keterangan mendapatkan pengertian yang khusus, adapun dakwah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, pertama dakwah adalah merubah situasi ke situasi yang lebih baik dengan ajaran Islam (Muhammad Al-Bahy), kedua dakwah adalah mendorong manusia kearah kebaikan, petunjuk, dan amar ma’ruf nahyi munkar, agar mereka mendapatkan kebahagiaan yang segera yaitu di dunia dan ditunda yaitu akhirat (Aly Mahfudz), ketiga dakwah adalah menyampaikan seruan Islam kepada manusia disetiap waktu dan tempat dengan metode dan media yang sesuai dengan kondisi mad’u (Ahmad Ghalwusyi), keempat dakwah adalah penghimpun manusia pada kebaikan dan memberi petunjuk pada mereka atas hidayah dengan amar ma’ruf nahyi munkar (Muhammad Syaid Wakil) (Ardi, 2015: 3-4).

Dalam pelaksanaan dakwah dari zaman Rasulullah yang bertempat di timur tengan tentu saja banyak beberapa hal yang harus dilewati sehingga sampai ke Asia Tenggara atau negeri yang kita cintai Indonesia. Hamka menyebutkan bahwa Islam masuk Indonesia langsung dari Arab, bukan melalui India dan bukan pada abad ke-11 melainkan abad pertama hijriah atau 7 masehi (Ilaihi & Polah, 2007: 154).

Seiring dengan berjalannya waktu penyebaran umat Islam di Nusantara, Umat Islam selalu meyesuaikan dan mengondisikan dengan budaya yang ada disuatu desa atau kota sebelum Islam masuk. Hasil penelitian bahwa wujud proses asimilasi, akulturasi, adanya akomodasi di antara budaya yang saling bersentuhan terutama budaya lokal dengan budaya Islam, hubungan dan bembauran antara berbagai budaya itu merupakan salah satu wujud dalam proses

(3)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 3

dakwah Islam, maka hasilnyapun dalam dakwah akan tercipta sebuah wujud budaya yang penuh warna dan beragam (Aripudin, 2012: 82). Termasuk di daerah Jawa yang bisa disebut pusat pemerintahan banyak budaya dan tradisi, yang tujuannya untuk membentuk umat muslim yang cinta akan Tuhan maupun Rasulnya.

Kecintaan kepada Rasul ini sudah menjadi suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam, ada 25 Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dan kita imani. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Rasul terakhir yang menyampaikan wahyu dari Allah kepada umat-Nya yakni Muhammad SAW. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memulyakan Rasulullah SAW salah-satunya dengan bershalawat kepada beliau, shalawat banyak dilakukan oleh umat Islam baik secara personal atau melibatkan orang banyak yang biasa disebut shalawatan.

Shalawat banyak macamnya, salah satunya Shalawat Nariah yang sering dibaca oleh umat muslim di Indonesia. Begitupun Keluarga Besar Pondok Pesantren As-Sogiri Tanah Baru Kota Bogor rutin mengadakan pengajian Shalawat Nariah setiap malam selasa yang dimulai ba’da solat isya, dalam rangkaian pengajian Shalawat Nariah yang di pimpin oleh Mama Nahrawi kandungan isinya merupakan shalawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW baik dengan bahasa Arab ataupun Indonesia, dan dilengkapi dengan melakukan tahlil dalam pelaksanaanya. Ditambah dengan banyaknya jamaah yang hadir disetiap minggunya, jamaah yang hadir tidak hanya dari Kota Bogor atau Kabupaten Bogor melainkan banyak juga jamaah dari luar daerah Bogor seperti Sukabumi, Cianjur, Jakarta, Banten dan lain-lain. Uniknya semua jama’ah yang ada di pesantren itu tidak menggunakan pengeras suara dan tidak diperkenankan untuk mengambil gambar berbentuk foto maupun video. Bahkan fenomena dakwah pada pelaksanaan shalawat yang ada di pesantren As-Shogiri selalu dipenuhi jama’ah, tiada henti bahkan terus bertambah.

LANDASAN TEORITIS

Warson Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summom), menyeru (to propose), mendorong (to urge) dan memohon (to pray) (Samsul Munir Amin, 2013: 1).

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berenacana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan (Arifin, 2000: 6).

(4)

4 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

Nilai idealis atau cita-cita mulya hendak dicapai dalam aktivitas dakwah adalah tujuan dakwah. Tujuan dakwah harus diketahui oleh setiap juru dakwah atau da’i, karena seseorang yang melakukan aktivitas dakwah pada dasarnya harus mengetahui tujuan apa yang dilakukanya itu, tanpa mengetahui tujuan dari aktivitas dakwah tersebut , maka dakwah tidak akan mempunyai makna apa-apa (Samsul Munir Amin, 2013: 58). Tujuan dakwah dibagi menjadi dua yaitu tujuan dakwah umun dan tujuan dakwah khusus, tujuan dakwah umum merupakan tujuan pokok atau patokan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan dakwah sedangkan tujuan dakwah khusus membuat pelaksanaan dakwah kearah mana akan dibawa, diketahui kejelasan yang akan dikerjakan dengan terperinci.

Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT, yakni dengan menjalankan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhoi oleh Allah SWT sesuai dengan segi dan bidangnya masing-masing (Dede Dendi, 6: 2018).

Definisi shalawat secara etimologi, dalam kamus bahasa Arab berasal dari kata shalawat merupakan kata jamak dari shalat yang berarti doa. Sedangkan doa jika kita cermati, sebagian besar dari kehihdupan Rasulullah SAW adalah doa, meskipun doa diartikan dengan arti yang sempit terlebih lagi makna doa dipahami dalam pengertiannya yang luas maka dapat dikatakan bahwa dalam semua aspek kehhidupan Rasulullah SAW terkandung unsur-unsur doa (Dadang Ahmad Fajar, 2011:12) .

Membaca shalawat untuk nabi adalah mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah SWT untuk beliau dengan ucapan, pernyartaan dan pengharapan, semoga Allah SWT senantiasa dalam kesejahtraan (Dadang Ahmad Fajar, 2011:116).

Shalawat kepada Nabi memiliki dua bentuk, yaitu shalawat ma’surat dan shalawat ghairu ma’surat. Shalawat ma’surat adalah shalawat yang redaksinya langsung diajakarkan oelh Nabi SAW, seperti shalawat yang dibaca dalam tasyahud akhir dalam solat. Sedangkan shalawat ghairu ma’surat adalah shalawat yang disusun oleh selain Nabi SAW, yakni para sahabat, tabi’in, auliya, atau lainnya dikalangan umuat Islam. Susunan shalawat ini mengekspresikan permohonan, pujian, dan sanjungan yang disusun dalam bentuk syair (Wargadinata Wildana, 2010: 55-56).

Shalawat yang dibacakan di pengajian pondok pesantren As-Shogiri adalah shalwat nariyah adapun shalwatnya sebagai berikut:

َقُعْلا ِهِب ُّلَحْنَت ىِذَّلا ٍدَّمَحُم اَنِدِِّيَس ٰىلَع اًّماَت اًم َلََس ْمِِّلَس َو ًةَلِماَك ًة َلََص ِِّلَص َّمُهّٰللَا َت َو ُد ُُ ََِِْن َقْسَتْسُي َو ِمِتا َوَخْلا ُنْسُح َو ُبِئاَغ َِّلا ِهِب ُلاَنُت َو ُجِئا َوَحْلا ِهِب ى ٰضْقُت َو ُب َُِكْلا ِهِب ُُ اَمََْلا ى َكَل ٍُ ْوُلْعَم ِِّلُك ِدَدَعِب ٍسَََن َو ٍةَحْمَل ِِّلُك ىِف ِهِبْحَص ِو ِهِلآ ٰىلَع َو ِمْي َِِكْلا ِهِهْج َوِب Artinya: “Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam yang sempurna kepada junjungan kami, Muhammad yang dengannya dilepaskan semua kesulitan,

(5)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 5

dilenyapkan semua penderitaan, dan diperoleh semua keinginann serta khusnul khotimah. Demikian pula diberi minum dari awan berkat wajahnya yang mulia. Juga atas keluarga dan sahabatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan napas, dan dan sejumlah apa-apa yang engkau ketahuí” (Dadang Sobari Ali dan Maman Abd. Djaliel, 2016: 204-206).

Syaikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani mengutarakan berbagai macam manfaat atau keuntungan dunia akhirta yang diraih orang berkat membaca shalawat kepada Nabi SAW. Manfaat atau faedah tersebut adalah: Menebus dosa, membersihkan amal, dan mempertinggi kedudukan di hadapan Nabi SAW, Dituliskan pahala satu qirath yang takatrannya sebesar gunung Uhud, kemudian ditimbang dengan sangat sempurna, Mendapat jaminan hidup di dunia dan di akhirat bagi yang menyerahkan seluruh pahalanya kepada Nabi SAW, Mendapatkan keutamaan yang lebih dari membebaskan hamba sahaya, Selamat dari bencana (dunia dan akhirat), diakui bacaan shalawatnya oleh Nabi SAW dan mendapat syafaat beliau dan lainnya.

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani Phainomai yang berarti “menampak” Phainomeon merujuk pada “yang nampak”. Menurut The Oxford English Dictionary, yang dimaksud dengan fenomenologi adalah (a) the science of phenomena as distinct from being (ontology), dan (b) division of any science which describes and classifies its phenomena. Jadi, fenomenologi adalah ilmu mengenai fenomena yang dibedakan dari sesuatu yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu yang menjelaskan dan mengklasifikasikan fenomena, atau studi tentang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi mempelajari fenomena yang tampak di depan kita, dan bagaimana penampakannya (Engkus Kuswarno, 2019: 1). Tujuan utama fenomenologi adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran, dan dalam tindakan, seperti bagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secara estetis.

Edmund Husserl adalah pendiri dan tokoh utama dari filsafat fenomenologi. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Frans Brentano, terutama tentang “Kesengajaan” bagi Husserl fenomenologi adalah ilmu yang fundamental dalam berfilsafat. Fenomenologi adalah ilmu tentang hakikat dab bersifat a priori. Dengan demikian, makna fenomena menurut Husserl berbeda dengan makna fenomen amenurut Immanuel Kant. Jika Kant menyatakan bahwa subjek hanya mengenal fenomena bukan noumena, maka bagi Husserl fenomena mencakup noumena (pengembangan dari pemikiran Kant) (Misnal Munir 2008: 90).

Adapun pokok-pokok pemikran Husserl mengenai fenomenologi, adalahsebagai berikut: Fenomena adalah Realitas Sendiri (realitas in se) yang tampak, Tidak ada batasan antara subjek dan realitas, Kesadaran bersifat intensional, Terdapat interaksi antara tidakan kesadaran (noesis) dengan objek

(6)

6 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

yang disadari (noema) (Engkus Kuswarno 2019: 12).

Istilah fenomenologi agama pertama kali diperkenalkan Pierre Daniël Chantepie delaSaussaye (1848-1920) dalam bukunya berjudul Lehrbuch der Religionsgeschichte,“Manual/Pedoman sejarah agama”. Dalam buku yang diterbitkan pada tahun 1887 tersebut, ia meneliti fenomen-fenomen historis yang terdapat dalam suatu agama seperti ritus (upacara), mitos dan pratik keagamaan. Lewat asas kerja demikian, ia akan memperoleh gambaran secara komprehensif mengenai suatu agama terutama sejarah kemunculan dan perkembangannya. Asas kerja yang digunakan de la Saussaye adalah fenomenologi historis agama. Fenomenologi historis agama adalah “penyelidikan sistematis dari sejarah agama, yang bertugas mengklasifikasikan dan mengelompokkan menurut cara tertentu sejumlah data yang tersebar luas sehingga suatu pandangan yang menyeluruh dapat diperoleh dari isi agama-agama tersebut dan makna religius yang dikandungnya” (Mariasusai Dhavamony 2001: 8).

Fenomenologi agama adalah Studi pendekatan agama dengan cara memperbandingkan berbagai macam gejala dari bidang yang sama antara berbagai macam agama, misalnya cara penerimaan penganut, doa-doa, inisiasi, upacara, penguburan dan sebagainya, yang dicoba diperoleh dari sini ini adalah hakikat yang sama dari gejala-gejala yang berbeda, tentu saja agar penyimpulan ini sungguh ilmiah dan sesuai dengan cara kerja fenomenologi (Mariasusai Dhavamony 2001: 7).

Fenomena dakwah merupakan gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa dakwah yang terjadi dan dapat dilihat juga diamati oleh indra manusia di lingkungan sosialnya. Fenomena dakwah terbentuk dari adanya suatu fakta keadaan yang berkaitan dengan gekala aktifitas dakwah yang menjadikan dakwah menjadi sesuatu yang luar biasa atau berbeda dari pada umumnya. Sehingga fakta kegiatan dakwah tersebut memiliki dampak dan berpengaruh terhadap masyarakat disekitarnya, juga berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan dakwah yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan Penelitian

Citra diri Pondok Pesantren As-Shogiri

Citra diri Pondok Pesantren As-Shogiri merupakan pesantren yang terletak di Tanah Baru Kota Bogor, pesantren yang terkenal dengan Majlis ta’limnya ini dipimpin oleh seorang kiyai ajengan yang mahsyur di Kota Bogor yakni KH. Mama Nahrawi. Beliau merupakan ajengan yang masih eksis sampai sekarang dalam berdakwah mengajak umat Islam menuju jalan yang di ridhai oleh Allah SWT. Pengajian shalawat merupakan suatu yang sudah kental dipesantren As-Shogiri, pengajian shalawat di Pesantren As-Shogiri bermula pada sekitar tahun

(7)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 7

1998, yang berawal dari maraknya penculikan kiyai pada saat itu, santri yang berjaga mempunyai inisiatif untuk shalawatan sambil mengisi waktu.

Pengajian shalawat yang dicetuskan oleh santri As-Shogiri pun akhirnya direalisasikan, setiap malam majlis yang tidak jauh dari kediaman Mama Nahrawi di isi oleh murid-muridnya dengan membaca shalawat bersama-sama. Setelah pengajian tersebut berjalan beberapa tahun sampai sekitar 2003 pengjian shalawat mulai diikuti oleh warga sekitar, karena banyak warga yang mengikuti pengajian shalawat tersebut maka diambilah hari yang dianggap pas yakni hari senin malam selasa. Setiap malam selasa secara rutin mengadakan pengajian shalawat nariyah yang sudah dipadukan dengan shalawat-shalawat lain dan pupujian yang mengagungkan Rasulullah SAW dan Allah SWT. Pengajian shalawat secara resmi dibuka untuk warga umum yaitu mulai dilaksanakan pada tahun 2004 tepatnya minggu ke dua pada bulan syafar, awal mula pengajian ini dari ke tawaduan syaikhuna Mama Nahrawi yang ketawaduan ini berdasarkan suatu hadist “ Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat kepada orang lain”, berangkat dari ini lah beliau mengadakan pengajian shalawat nariah untuk memberikan manfaat kepada jamah yang loyal selalu mengikuti pengajian shalawat ini, yang awal mulanya cuman tujuh orang sampai sepuluh orang, seiringnya berjalan waktu semakin banyak dan semakin tersebar dari mulut-kemulut hingga sampai sekarang jama’ahnya terus bertambah yang paling menonjol pas diadakannya haul shalawat jama’ah sangat membeludak bahkan masjid pun tidak bisa menampung jamaah yang hadir. Shalawat sudah mendarah daging di pesantren ini baik terhadap santrinya ataupun jamaa’ahnya, banyak orang yang berbodong-bondong dating kepengajian Shalawat Nariyah ini dari luar kota, sampai saat ini jama’ahnya terus bertambah, ini merupakan suatu bukti bahwa pengajian shalawat di Pondok Pesantren As-shogiri ini mempunyai citra diri yang baik dihadapan masyarakat.

Kebiasaan yang dilakukan pada saat pengajian shalawat

Kebiasaan yang dilakukan pada saat pengajian shalawat di Pesantren As-Shogiri, pada saat pengajian shalawat mempunyai kebiasaan yang unik, kebiasaan ini masih dipertahankan sampai sekarang dan semakin kental, Fenomena tersebut sudah menjadi fenomena dakwah dikalangan masyarakat Tanah Baru Kota Bogor, karena saking fenomenalnya shalawat pengajian shalawat nariah tersebut dapat digunnakan menjadi media dakwah yang efektif untuk menyebarkan ajaran agama Islam.

Pertama, Tradisi pada pengajian shalawat pesantren As-Shogiri, dipesantren As-Shogiri ini mempunyai tradisi yang bisa dikatakan cukup berbeda dengan kebanyakan majlis pengajian shalawat yang lainnya, memang ada beberapa yang sama tetapi ada yang menonjol perbedaanya dengan pengajian shalawat yang lain. Adapun tradisi tersebut yaitu: Air doa Air doa merupakan

(8)

8 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

salahsatu kebiasaan yang dilakukan oleh jama’ah yang hadir pada pengajian shalawat rutin dimalam selasa. Jama’ah banyak membawa air dari rumah maupun membeli di tempat yang dijajakan oleh santri-santri yang ada dilingkungan pesantren As-Shogiri.

Jama’ah yang membawa air pada pelaksanaan pengajian shalawat, kebanyakan menggunakan botol air mineral yang besar ada juga yang sampai membawa galon untuk nantinya digunakan untuk keperluan minum sehari-hari. Jama’ah yang hadir saling berebut untuk mendapatkan posisi yang dekat dengan Ajengan Mama Nahrawi bahkan ada yang dari sore sudah datang untuk dapat menempati posisi tersebut, dan menaruh air yang telah dibawanya dekat dengan Ajengan Mama Nahrawi, mereka beranggapan lebih dekat dengan KH. Ajengan Mama Nahrawi akan lebih berkasiat pula air yang dibawa oleh mereka.

Banyak dalil yang menerangkan kenapa kita harus atau suka menyimpan air memang ada dalil salah satunya yang dikomentari oleh imam Fahruddin Ar-Raji, beliau seorang ulama yang ahli tafsir, ahli logika, ahli tauhid, ahli ilmu kalam dan banyak gelar yang disematkan kepada beliau, beliau menciptkan tafsir al-kabir, beliau mengatakan “ barang siapa yang membacakan maulid baik itu kepada garam atau nasi atau apapun, dari makanan dan minuman, maka terlihatlah nampak keberkahannya didalam perkara tersebut, ketika makanan dan minuman itu kita masuk ketubuh kita maka makanan dan minuman itu tidak akan berhenti didalam perut kita, sampai Allah megampuni dosa-dosa orang tersebut.” Dan saya pernah jumpai juga satu perkataan dari Masaru Emoto yang bukan mustahil bahkan hasil riset mengatakan seperti itu, kenapa? Karena memang tak akan bisa melawan dari kodrat Allah SWT. Jadi kita harus yakini bahwa air doa itu sangat luat biasa dan dalillnya sudah diamalkan oleh banyak ulama-ulama terdahulu salahsatunya imam Fahrur’roji” (Wawancara dengan kiyai Aziz Lc. 09 Juli 2018).

Tradisi selanjutnya pembakaran dupa pada saat pelaksanaan pengajian shalawat, setelah jama’ah duduk dengan tertib dan kebanyakan jama’ah

membawa air masing-masing yang disimpan di depannya, dimulailah pembacaan pupujian menggunakan campuran bahasa sunda dengan bahasa Indonesia. Sambil dikomandoi satu orang sebelum Mama Nahrawi masuk keruangan.

Pelantunan pupujian ini berisikan permohonan, harapan, yang dirangkai dengan seindah mungkin dan dilantunkan dengan nada yang cukup merdu. Kebanyakan jama’ah terlihat sangat menikmati lantunan tersebut tidak terlihat yang berleha-leha. Bagi yang sudah sering datang mereka jarang membawa teks, bagi yang masih baru keliatan mereka membawa buku yang bisa mereka beli di depan halaman pesantren dekat jalan.

Setelah sekitar satu jam setengah membaca pupujian, barulah Ajengan Mama Nahrawi masuk untuk mememimpin doa dan membaca shalawat Nariyah dan pembacaan zikir dan tahlil. Sambil berlangsungnya shalawat nariyah yang

(9)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 9

dibaca bersama-sama dengan jama’ah, Mama Nahrawi membakar dupa ditengah-tengah jama’ah yang sedang khusu melantunkan shalawat, jama’ah tidak terganggu dengan hal itu bahkan jama’ah malah terlihat bersemangat dan terus melantunkan shalawat dengan khusu. Tetapi ada saja jama’ah yang terlihat heran, itu biasannya jama’ah yang baru pertama kali mengikuti pengajian shalawat.

Dupa itu tidak ada unsur mistis, bahkan di zaman Rosul hanya menggunakan dupa atau bahasa sekarangnya aroma terapi, di Arab Saudi sampai sekarang masih memelihara tradisi seperti itu tidak ada sama sekali unsur mistis, mungkin hanya ada segelintir orang saja yang alergi pada hal seperti itu. Imam Malik mempunyai satu asisten yang ketika asisitenya melapor ada tamu beliau menayakan dulu apa yang ingin ditanyakan, jika menayakan tentang fiqih beliau pun mendatangi orang tersebut dengan pakaian yang beliau pakai, tapi ketika asistenya bilang tamunya akan menanyakan tentang hadist nabi Muhammad SAW maka saat itupun beliau berlekas mengganti pakaiannya dan langsung membakar dupa. Maka pantaskah kita dengan mulut yang bau, badan yang bau, pakaian yang kotor membaca shalawat atau mengkaji hadist nabi. Jadi ini bukan hanya sekedar tradisi melaikan sudah ada anjuranya langsung dari nabi Muhammad SAW. Jadi bukan untuk ritual memanggil jin, ini tidak ada unsur mistis didalamnya, ini sesuai dengan syariat Rosul dan para alim ulama. Mama Nahrawi pun sering membakar dupa hanya untuk sekedar pengharum ruangan, jika pas keadaan biasa aja diajurkan untuk membakar dupa apalagi pada saat pembacaan shalawat, apalagi dengan keadaan pengajian shalawat di As-Shogiri yang sering penuh sesak maka sangat bermanfaat dupa ini untuk mengharumkan ruangan (Wawancara dengan kiyai Aziz Lc. 09 Juli 2018).

Tradisi tidak menggunakan pengeras suara, Jama’ah sudah terlihat biasa dengan keadaan tersebut dan memulai acara pengajian shalawat dengan tanpa pengeras suara berbekal komando dari beberapa orang yang sudah biasa hadir ke acara pengajian shalawat.

Jama’ah pengajian shalawat ini terlihat sudah sehati dalam melantunkan pupujian, shalawat kepada Rosulullah SAW, dan membaca surah al-fatihah. Supaya terdengar sampai kebelakang jama’ah menyambungkan suaranya dengan meninggikan suara mereka supaya bisa menyambung ke orang yang disekitarnya.

Ada pendapat dari seorang jama’ah mengenai tidak menggunakannya pengeras suara ini, beliau adalah orang asli dari Tanah Baru Kota Bogor beliau bernama Acun, beliau merupakan jama’ah yang tergolong sejak pengajian shalawat ini dimulai, beliau mengutarakan:

Perihal kunaon teu ngangge speaker itu emang seueur nu naroskeun tapi pendapat abdi mah salami eta masih kadangu sareng bisa teu angagge speaker naha kudu

(10)

10 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

pake speaker, sareng ngajaga hate urang sadayana tina rasa riya sareng sajabannana, kusabab jama’ah didiyeu tos biasa jeung hal eta sareng dilestarikeun, sareng nambah kanikmatan sareng ka khusuan jama’ah pas pelaksanaan pengajian shalawat eta.

Perihal kenapa tidak menggunakan pengeras suara itu memang banyak yang menanyakan tapi pendapat saya selama itu masih terdengan dan masih bisa tidak menggunakan pengeras suara kenapa harus menggunakan pengeras suara, dan menjaga hati kita semua dari rasa riya dan sebagainya, karena jamaah disini sudah biasa dengan hal tersebut dan dilestarikan,dan mah kenikmatan dan ke khusuan jama’ah pas melaksanakan pengajian shalawat itu sendiri (Wawancara dengan Acun 10 Juli 2018).

Kebiasaan yang terjaga dan berdampak positif bagi jama’ahnya, yang jama’ah lakukan shalawat dengan khusu, dengan ke khusuan itu pasti akan mendapatkan hasil. Jika dilihat dari sisi yang lain tentu saja dengan tidak menggunakan pengeras suara disetiap kegiatan pengajian shalawat rutin, menjadi sebuah fenomena yang langka ditengah era digital seperti saat ini. Tapi jika hal itu dilakukan untuk kebaikan kenapa tidak, selagi tidak melanggar syariat dan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan terbukti dakwah di pesantren As-Shogiri berjalan terus walaupun tanpa menggunakan media yang mengikuti zaman saat ini.

Tradisi pelaksanaan pengajian shalawat dipesantren As-Shogiri dalam rangkaiannya tidak hanya melakukan pupujian, dalam melaksanakan shalawat tidak menggunakan pengeras suara, membakaran dupa, ada pula yang unik yakni pembagian buah anggur yang dilakukan langsung oleh ajengan Mama Nahrawi. Beliau membagikan buah anggur sebelum pengajian shalawat berakhir, beliau melemparkan buah anggur yang sudah disiapkan olehnya sebelum pelaksanaan shalawat dimulai.Tak heran jama’ah sering memperebutkan posisi yang dekat dengan ajengan Mama Nahrawi salah satunya untuk mendapatkan barokah dari buah anggur yang dibagikan beliau tersebut, seperti yang kita ketahui buah anggur merupakan buah yang digemari orang-orang memiliki manfaat yang banyak untuk tubuh manusia, khasiat itu yang diharapkan oleh jama’ah.

Tidak ada unsur apa-apa dalam pembagian buah anggur kepada jama’ah ini hanya kebetulan saja Saihuna Mama Nahrawi buah kesukaannya anggur jadi membagikannya buah anggur, dan buah anggur ini kan kecil jadi mudah dibagikan kepada jama’ah, untuk hal yang lainnya ini kita prinsipnya sama dengan air tadi, mengambil berkahnya (Wawancara dengan kiyai Aziz Lc. 09 Juli 2018).

Keberkahan banyak diharapakan oleh semua jama’ah yang hadir, tentu bukan keberkahan dari ajengan Mama Nahrawi, melaikan keberkahan membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW, salah satunya keberkahan yang akan didapat menebus dosa, membersihkan amal, dan mempertinggi kedudukan di

(11)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 11

hadapan Nabi Muhammad SAW.

Kedua, Setiap pengajian pasti mempunyai nada yang khas termasuk dipengajian shalawat dipesantren As-Shogiri. Nada shalawat yang beragam ini sudah turun-temurun digunakan tak heran jika terdengar sedikit terkesan agak tempo dulu, seperti sudah dipersiapkan jama’ah yang hadir langsung mengikuti nada tersebut, dari pelantunan nada tersebut banyak respon jama’ah yang berbeda-beda, ada yang dengan suara pelan, sedang dank eras, tetapi di pengajian shalawat di pesantren As-Shogiri ini banyak yang menggunakan nada yang keras, bukan tidak beralasan saya lihat ini untuk menyambungkan suara dari depan ke belakang agar tidak terpecah karena seperti yang kita ketahui sebelunya dipengajian shalawat ini tidak menggunakan pengeras suara, jadi inilah salah satu ihtiar yang digunakan para jama’ah untuk tetap kompak dalam melantunkan shalawat kepada nabi Muhammad SAW.

Pami abdi mah kusabab saking menikmati sareng terbawa suasana saking kuramena jam’ah nu ngirng pengajian shalawat, jadi abdi ge kadang-kadang sok ngeraskeun nada shalawatna. Abeh kasarna abdi menikmati eta shalawat teh bener-bener terasa nikmatna, jadi malik rerep weh kitu kana shalawat teh sareng nambah ka khusuan abdi dina ngiring pangaosan shalawat iyeu.

kalo saya karena saking menikmati dan terbawa suasana karena ramainya jama’ah yang ikut pengajian shalawat, jadi saya juga kadang-kadang suka mengeraskan nada shalwatnya. Supaya kasarnya saya menikmati shawalat itu tersendiri, shalawat itu tersana nikmatnya, jadi berbalik suka terhadap shalawat dan menambah ke khusuan saya dalam mengikuti pengajian shalawat (Wawancara dengan Didi 10 Juli 2018). Ketiga, tata tertib pengajian shalawat, untuk menjaga kelancaran acara shalawat itu sendiri, banyak aspek yang dijaga dan dipatuhi. Pada saat pengajian shalawat ataupun tidak saat pengajian shalawat pun dipesantren As-Shogiri ada peraturan yang cukup unik yakni jama’ah tidak diperbolehkan mengambil foto atau video, aturan ini sudah lama dilaksanakan, memang sangat sulit dipercaya jika peraturan seperti ini masih ada tetapi pada kenyataanya masih ada dan dilaksanakan di pondok pesantren As-Shogiri.

Soal larangan nyandak gambar dilingkungan pesantren mah abdi teu tiasa ngomen seueur, nu pasti pami abdi mah ngiring weh kitu sae na, tapi abdi sering ngadangu ti jama’ah nu sanes pernah aya nu nyandak gambar susulumputan pas di foto mah gambar mama ajengan Nahrawi aya tapi saatos pangajian ditingal deui foto ajengan Mama Nahrawi na teu aya ngan aya foto jama’ah na hungkul, sigana Mama Nahrawi teu ikhlaseun pami aya nu foto anjeunna tanpa bebeja sa acanna. Perihal larangan mengambil gambar dilingkungan pesantren saya tidak bisa berkomentar banyak, yang pasti saya ikut bagaimana baiknya, tapi saya sering mendengar dari jama’ah yang lain pernah ada yang mengambil

(12)

12 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

gambar secara sembunyi-sembunyi pas di foto itu ada gambar Mama ajengan Nahrawi ada tapi sesudah pengajian dilihat lagi foto ajengan Mama Nahrawi tidak ada cuman ada foto jama’ahnya aja, mungkin Mama Nahrawi tidak ikhlas jika ada yang mengambil foto tanpa mendapat izin sebelumnya (Wawancara dengan bapak Sadili 09 Juli 2018).

Perihal persoalan ini pengurus pondok pesantren As-Shogiri pun angkat bicara untuk meluruskan anggapan-anggapan yang ada mengenai pelarangan pengambilan foto ini, beliau menerangkan sebagi berikut:

Sebenarnya ini bukan perintah saihuna Mama Nahrawi tapi para jama’ah mengambil kesimpulan dari apa yang di diamkanya atau tidak dilakukannya oleh beliau kerena berangkat dari pada ulama, ulama itu ada tiga ada ulama seperti mata air, ada ulama seperti air hujan, ada ulama seperti air PAM. Nah tipikal beliau ini adalah salah satu ulama yang seperti mata air atau sumberan, tidak pernah kemana-kemana tapi orang-orang nyamperin ke beliau dan termasuk juga beliau ini seperti air hujan, air hujan ini bisa turun dimana saja ada yang besar ada yang kecil dan yang jelas bukan tipikal air PAM kalo ga dibayar gak keluar dan memang beliau ini orang yang tidak mau dipublikasikan maka sampai banyakjama’ah yang melarang tolong jangan diiklankan, jangan disebarkan, kemedia-media bairakan saja gerak Allah beliau datang dengan sendirinya, jadi kesimpulan tidak ada undangan atau semacamnya yang jelas disini ada keberkahan dan keberkahan itu sudah dirasakan jadi pelarangan pengambilan foto di pesantren As-Shogiri untuk mencegah pada ujub, takabur, riya, kan orang kalo sudah terkenal biasanya wah saya nih lagi shalawatan, tapi biarkan hal ini jadi urusan dengan Allah dan Rosulullah, pada intinya ini bukan pelarangan tetapi lebih kepada adabiyah logikanya kita kan kita lagi shalawat lagi tawasul mendekatkan diri kepada Allah ko sampai-sampainya kita menyempatkan untuk shoot mengambil foto dan lain-lain (Wawancara dengan kiyai Aziz Lc. 09 Juli 2018).

Adanya beberapa tata tertib yang ada di pesantren As-Shogiri yang mememang awalnya terlihat tidak begitu penting bahkan terkesan fenomena yang langka,bukan untuk aturan tertib semata, tetap untuk mengajak kita kepada kebaikan juga, karena mengajak kepada kebaikan banyak caranya salah satunya yaitu dengan menegakan peraturan yang sudah dibuat demi kebaikan semua. Tujuan yang baik akan berbuah baik pula, sebagai sesama manusia kita mempunyai kewajiban untuk mengingatkan karena kebahagian hidup didunia dan diakhirat merupakan tujuan hidup dan cita-cita dari dakwah Islam.

(13)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 13

Intensitas Pengajian Shalawat

Jama’ah pesantren As-Shogiri yang mengikuti pengajian shalawat ini tidak hanya dari santri melainkan banyak juga dari warga umum yakni warga dari sekitar Tanah Baru dan banyak juga dari luar tanah baru. Jama’ah yang dari jauh memiliki ciri yakni mereka sering datang lebih awal dari jama’ah yang lainnya yaitu sebelum maghrib biasanya jama’ah yang jauh sudah berdatangan karena mereka mengejar waktu dari rumah untuk bisa istirahat terlebih dahulu untuk nantinya melaksanakan pengajian shalawat. Jama’ah ini berasal dari berbagai daerah yakni umumnya daerah Jawa Barat, Jakarta dan Banten, tetapi pernah ada juga jama’ah dari Kalimantan, Lampung, Nusa Tenggara Barat dan lain-lain.

Ini cukup mengherankan intensitas jama’ah dipengajian shalawat ini semakin hari terus bertambah, dari mulai puluhan sampai sekarang ribuan jama’ah yang hadir, untuk melaksanakan pengajian shalawat setiap malam selasa, melihat pesantren As-Shogiri ini tidak dipublikasikan dengan medsos atau sejenisnya, hanya mengandalkan pembicaraan mulut kemulut dari jama’ah yang sudah sering hadir pada pengajian tersebut. Sering terlihat jama’ah yang sudah pernah mengikuti pengajian membawa temannya, atau keluarganya untuk mengikuti pengajian shalawat ini.

Ini memang yang sulit masuk akal, dan susah dijelaskan beliau (Ajengan Mama Nahrawi) sering mengatakan ini adalah muhariq Allah atau penggeraknya ini Allah saya tidak pernah iklankan, saya tidak pernah mengumumkan, dan buktinya foto dan video pun tak ada, jama’ah bisa berdatangan kesini dari mulut kemulut mangkanya bertahap mangkanya beliau (Ajengan Mama Nahrawi) menganut asas “orang sunda mah uni aseupan” artinya segala sesuatu itu harus bertahap mulai dari tujuh orang, 15, 50, 100, 1000, sampai sekarang berkat istikomah dan keunikan. Jadi sedikit-sedikit jadi banyak, yang benar itu akan punya wilayah atau kedaulatan dari sedikit dan terus bertambah banyak, kalaulah batil itu jauhlah lebih hina, seperti balon gas terbang rame dan cepat naiknya tetapi nanti turunya juga cepat, itu bisa jadi bukti bahwa untuk mencapai keberhasilan yang baik harus bertahap (Wawancara dengan kiyai Aziz Lc.09 Juli 2018).

Dalam setiap kejadian yang terjadi pasti terdapat faktor yang mempengaruhi kejadian itu terjadi, faktor tersebut bermacam-macam dan banyak bentuknya. Situasi dan kondisi di dalam masyarakat yang menyebabkan beberapa faktor yang menyebabkan intensitas jama’ah pada pengajian shalawat dipesantren As-Shogiri naik turun disetiap minggunya, tetapi walaupun begitu jama’ah tidak pernah sampai tidak ada yang hadir setiap malam selasa. Faktor pertama, yakni peringatan hari besar Islam, Peringatan hari besar umat Islam memang sering digunakan untuk momen tertentu disuatu acara termasuk pada pengajian shalawat di pesantren As-Shogiri. Peringatan hari besar umat Islam

(14)

14 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

sering disingkat di Indonesia PHBI, PHBI yang sering diperingati di Indonesia seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, tahun baru Islam, Idhul Fitri, Idhul Adha dan lain-lain. PHBI ini mempengaruhi intensitas jama,ah yang hadir. Kedua, Haul majlis ta’lim As-Shogiri Dihari pelaksanaan masyarakat sangat antusias untuk mengkitu haul shalawat ini karena merupakan sebuah momen yang fenomenal, dalam satu malam pengajian shalawat bisa dihati puluhan ribu orang dari berbagai penjuru Indonesia. Mereka berbondong-bondong mendatangi pesantren As-Shogiri dari pagi hari untuk mendapatkan tempat yang telah disediakan oleh pengurus pesantren As-Shogiri.

Datangna jama’ah naik turun, seuerna jama’ah pas haul pengajian shalawat dina bulan syafar, jama’ah dina peringatan haul eta pasti seueur pisan bahkan bisa nyampe ngangge tenda sareng nanti pasti aya rekasasa lalu lintas ti polresta Bogor iyeu kusabab jama’ah seuer pisan jalmina nyampe puluhan rebu.

Datangnya jama’ah naik turun, kebanyakan jama’ah pada saat haul pengajian shalawat pada bulan syafar, jama’ah pada peringatan haul tersebut pasti sangat banyak, bahkan bisa sampai memakai tenda dan nanti juga pasti ada rekayasa lalu lintas dari Polresta Bogor ini disebabkan oleh saking banyaknya jama’ah yang hadir sampai puluhan ribu orang (Wawancara dengan Didi 10 Juli 2018).

Ketiga, kebutuhan jama’ah jama’ah pengajian shalawat di pesantren As-Shogiri mereka membutuhkan kebutuhan matri dan rohani. Sebenarnya kedua kebutuhan ini saling berhubungan satu sama lain, jika kebutuhan materi saja yang didapatkan tidak akan terasa sempurna tanpa kebutuhan rohaninya pun tercukupi begitupun sebaliknya kebutuhan rohani saja tidak akan berimbang jika kebutuhan materinya tidak dicukupi.

Pami abdi mah memang sok rada sering shalawat di diyeu, kusabab nu sa atos-atos na pami abdi nuju seueur masalah dongkap kadiyeu, Alhamdulillah sok aya weh jalan kaluarna, terutama abdi kan dagang keliling datang kadiyeu saklian shalawat ngadoa dipermudah usaha abdi ku shalawat nariah nu dibacakeun ku abdi sareng nu sanes sasarengan.

Saya memang lumayan sering datang ke pengajian shalawat ini, karena yang sudah-sudah jika saya lagi banyak masalah datang ketempat ini, Alhamdulillah suka ada jalan keluarnya, terutama saya kan dagang keliling datang kesini sekalian shalawat dan berdoa untuk dipermudah usaha saya dengan shalawat nariah yang dibacakan oleh saya dan yang lain dengan cara membacakannya bersama-sama (Wawancara dengan Sadili 09 Juli 2018).

Kebutuhan yang dibutuhkan oleh jama’ah yang satu dan yang lainnya pasti berbeda dan hal yang mereka rasakan pun akan berbeda, bahkan cerita mereka pun berbeda-beda dan jalan mereka mendapatkan hal tersebut pun

(15)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 15

berbeda, sperti cerita seorang jama’ah berikut ini yang sudah merasakan keberkahan pengajian shalawat di pesantren As-shogiri.

Interaksi Jama’ah pada Saat Pengajian Shalwat

Interaksi sebagai sebuah hubungan antara dua manusia atau lebih, yang akan mempengaruhi tingkah laku manusia yang satu dengan manusia yang lainnya atau pun sebaliknya. Di pesantren As-Shogiri, terutama pada hari saat dilakukannya pengajian shalawat banyak terjadi interaksi antara kiyai dengan jama’ah ataupun jama’ah yang satu dengan yang lainnya.

Pertama, Kiyai dengan jama’ah, Interaksi kiyai ajengan Mama Nahrawi dengan jama’ah, pada pengajian shalawat memang tidak terdengar langsung memberi penceramahan, tetapi ajengan Mama Nahrawi memberi interaksi dengan gestur badan dan berbicara dengan jama’ah tertentu saja yang dekat dengan tempat yang biasa beliau duduki. Beliau memberi kesempatan untuk jama’ah yang memang ingin bertemu dengan beliau setengah jam sebelum acara pengajian shalawat dimulai. Pada saat bertemu dengan mama suasana pun berubah dengan sendirinya terasa sejuk dan syahdu, yang paling terasa kedalam hati menjadi terbayang kesalahan-kesalahan yang sebelumnya dan badan terasa bergemetar, walaupun Mama Nahrawi hanya terlihat berbicara tidak terlalu keras kepada setiap jama’ah yang menemui beliau, yang diucapakan oleh beliau merupakan seperti doa-doa untuk seluruh jama’ah yang ada dan hadir dalam pengajian shalawat. Setelah bertemu dan salaman dengan beliau, beberapa ekspresi yang terlihat dari jama’ah yang menemui beliau, ada yang terlihat santai, ada yang terlihat tegang, ada yang terlihat sangat segan. Tetapi kebanyakan jama’ah yang menemui Mama Nahrawi tidak bisa berkata sedikitpun dan terlihat sangat segan bercampur dengan tegang.

Sebenarnya ada waktu sekitar 30 menit sebelum acara shalawat dimulai ada kesempatan untuk bertemu dengan Kiyai Mama Nahrawi, kalo kita mau bisa, tapi kebanyakan tidak bisa berinteraksi langsung dalam hal ini ngobrol dengan beliau, dan takutnya salah bebicara dengan beliau karena beliau karismatis, saya saja yang muridnya kadang suka salh bebicara dengan beliau karena beliau itu kharismatis, memang rasanya berbeda ini karena berkah shalawat wayana lul barokah kulluman sholalla alaih , sudah jelas orang yang membaca shalawat saja mendapt keberkahan apalagi yang mengadakannya. Ahli debat, host, presenter dan yang lain-lain yang memang biasanya ahli dalam berbicara ketika bertemu dengan beliau tidak bisa berbicara, pernah ada satu calon wali kota datang dari rumahnya wah udah persiapan sesampainya dihadapan saihuna tidak berbicara apa-apa sampai pulangnya kata Mama Nahrawi, kirain mau minta doa engga, diem aja terus sampai pulang tidak berkata sedikitpun, baru aja di mobil sambil negdumel ke ajudannya (Wawancara dengan kiyai Aziz Lc. 09 Juli 2018).

(16)

16 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

Kedua, jama’ah dengan jama’ah lainnya, Melihat jama’ah yang sangat banyak dalam setiap pengajian shalawat tentu saja mempunyai kemungkinan yang lebih banyak juga untuk mereka saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Jama’ah yang memang datang dari jauh biasanya datang terlebih dahulu karena mereka butuh waktu istirahat sebelum mengikuti pengajian shalawat. Disaat-saat itu lah jama’ah banyak yang berinteraksi antara satu dengan lainya.

Sesudah asyar sampai sebelum pelaksanaan pengajian biasanya jama’ah saling berinteraksi satu sama lain, mereka sangat ramah dengan jama’ah yang lainnya bahkah terlihat sangat akrab, walaupun mereka belum saling mengenal sebelumnya. Jama’ah sering kali menanyakan asal dan sudah berapa lama mengikuti pengajian shalawat dipesantren As-Shogiri.

Jama’ah nu dongkap ka pesantren As-Shogiri seueur pisan, jama’ah seueur nu dongkap tiluar daerah Bogor, abdi pribadi sok sering ngobrol sareng jama’ah nu sanes biasana ngobrolkeun soal asal timana, sareng tos baraha lami ngiring shalawatan di As-Shogiri iyeu. Pernah abdi ngobrol sareng urang Kuningan, anjeuna jauh-jauh ti Kuningan dongkap kadiyeu kangge hoyong terang shalawatan di As-Shogiri teh kumaha, soalna sering ngadangu di rerencanganna nu tos pernah ka diyeu, intinamah ku shalawat iyeu seuer hikmah, contona janten seueur kenal jalmi ti mana-mana, ngajalin silaturahmi intina.

Jamah yang datang ke pesantren As-Shogiri sangat banyak, jama’ah banyak yang hadir dari luar Bogor, saya sendiri sering berbicang dengan jama’ah yang lain biasanya poko pembahasan obrolan yakni menanyakan asal dari mana, dan sudah berapa lama mengikuti shalawat di As-Shogiri. Pernah saya ngobrol dengan orang Kuningan, dia jauh-jauh datang dari Kuningan dtang kesini untuk mencari tau bagaimana pengajian shalawat di pesantren As-Shogiri, karena sering mendengar dari kerabatnya yang sudah pernah kesini, intinya karena shalawat ini banyak sekali hikmah, contohnya menjadi banyak kenal orang dari mana-mana, menjalin silaturahmi intinya (Wawancara dengan Didi 10 Juli 2018).

Dengan berinteraksi satu sama lain kita bisa menguatkan ukuwah Islamiayah antara sesama muslim, jalan untuk menyebarkan agama Allah itu bisa melalu mana saja dengan berinteraksi dengan semua orang.

PENUTUP

Berdasarkan penelitian, pengamatan dan analisisi penulis sebagaimana pada maka sesuai dengan hasil penelitian dapat disimpulkan.

Satu, citra diri keluarga besar pesantren As-Shogiri Tanah Baru Kota Bogor, pada pengajian ini berawal dari seorang ulama yang mahsyur di Kota Bogor beliau adalah Ajengan Mama Nahrawi, beliau merupakan ulama yang sampai sekarang masih berdakwah dengan berbagai hal salah satunya mendirikan pengajian shalawat untuk jama’ah dari Bogor ataupun dari luar Bogor. Salah satu

(17)

Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38 17

sebab beliau mendirikan pesantren As-Shogiri dan mengadakan acara pengajian shalawat rutin adalah beliau berprinsip “sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat untuk orang lain”.Dua, kebiasaan pengajian shalawat di pesantren As-Shogiri, teridentifikasi empat hal, pertama, kebiasaan menggunakan air do’a dan dupa, kedua kebiasaan berupa larangan menggambil gambar di area pondok pesantren As-Shogiri, ketiga tidak menggunakan pengeras suara pada saat pengajian shalawat berlangsung, keempat simbolisme ritual akhir shalawat yaitu dengan membagikan buah anggur kepada jama’ah disekitar tempat duduk Mama Nahrawi. Itu semua pada dasarnya hanya untuk mengharapkan keberkahan dari shalawat itu sendiri, untuk kita belajar lebih khusu dalam menjalankan ibadah dan untuk menjaga hati kita untuk selalu ingat kepada Allah SWT dan kepada Nabi kita Muhammad SAW, tradisi itu semua tidak ada sangkut pautnya dengan hal-hal yang mistis.

Tiga, intensitas jama’ah yang mengikuti pengajian shalawat ini, fluktiatif ada saatnya jama’ah membeludak tidak tertampung oleh majlis yang telah disediakan, meningkatnya jama’ah yang hadir biasanya berdasarkan dengan peringatan hari besar umat Islam dan haul shalawat yang dilaksanakan pada malam selasa minggu kedua bulan syafar, dan menurunya pada saat setelah perayaan hari raya idhul fitri. Jama’ah pengajian shalawat ini tidak hanya dari Bogor melainkan banyak dari daerah luar Bogor bahkan banyak juga dari luar pulau Jawa. Jama’ah tersebut hadir tanpa undangan tapi terus berdatangan ini karena muhariq Allah atau penggeraknya Allah.

Empat, interaksi antara jama’ah dengan ajengan Mama Nahrawi terlihat sangat syahdu, walaupun Mama Nahrawi tidak memberikan ceramah secara langsung pada saat pengajian shalawat, tetapi Mama Nahrawi memberikan interaksi dengan gestur badan dan sedikit berbincang dengan jama’ah. Jika dilihat dari itu metode dakwah yang beliau lakukan yaitu dengan bi al-hikmah atau sering disebut bijaksana yakni dengan menggunakan pendekatan yang sedemikian rupa sehingga berdampak baik terhadap jama’ah tentunya tanpa ada paksaan tertekan apapun kepada jama’ah. Tidak hanya sampai situ pengajian ini pun mempererat silaturahmi dan ukuwah Islamiyah jama’ah yang datang dari berbagai daerah.

Mengacu pada temuan-temuan penelitian dilapangan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti memberikan saran kepada pihak-pihak terkait. Satu, pengurus pesantren As-Shogiri, alangkah lebih baiknya agar lebih memperbaiki dari segi pendataan, pengarsipan dan struktural, agar kedepannya lebih memudahkan jika suatu saat nanti dibutuhkan. Dua, jama’ah dan masyarakat, alangkah baiknya masyarakat menyikapi pengajian shalawat ini dengan pikiran yang terbuka, tidak terhasut dengan perkatan orang yang tidsk bertanggung jawab. Tiga, pemerintah alangkah baiknya lebih aktif dan memperhatikan pengajian shalawat di pesantren As-Shogiri yang terus

(18)

18 Tabligh: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol. 3 No. 2 (2018) 20-38

berkembang sampai saat ini. Empat, peneliti yang nantinya meneliti masalah yang sama alangkah baiknya untuk bisa mengusahakan langsung berkomunikasi dengan pimpinan pondok pesantren langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fajar, Dadang. (2011) Epistemologi Doa, Bandung: Nuansa Cendikia.

Aripudin, Acep (2012) Dakwah Antar Buday, Bandung: Rosda Karya Arifin (2000) Psikologi Dakwah dan Perubahan sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

Dendi, Dede. (2018) Pesan Dakwah Dalam Budaya Seren Taun dalam Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homilete Studies.

Dhavamony Mariasusai,(2001) Fenomenologi Agama,Yogyakarta: Kanisius.

Kuswarno, Engkus (2009) Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung: Widya Padjadjaran.

Ilaihi Wahyu & Hefni Polah, Harjani (2007) Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana.

Munir Amin, Samsul (2008) Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Amzah.

Munir, Misnal. (2008) Aliran-Aaliran Utama Filsafat Barat Kontemporer, Yogyakarta: Lima

Sobari Ali, Dadang dan Abd. Djaliel Maman (2016) 100 Shalawat Nabi Paling Berkhasiat, Bandung: Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Dry eye disebabkan oleh gangguan pada salah satu lapisan atau kombinasi dari beberapa lapisan air mata. Gangguan pada salah satu lapisan air mata mempengaruhi

El Nino merupakan salah satu fenomena global yang berdampak terhadap sistem iklim di wilayah Indonesia; termasuk wilayah Pulau Ambon Provinsi Maluku. Salah satu

Raden Asnawi merupakan salah satu ulama yang dikenal memiliki banyak karya selain kitab berupa fasholatan, kitab soal mu’takod seked beliau juga memiliki sebuah

Pembatalan jual beli sebenarnya termasuk salah satu bentuk tindakan hukum karena telah terjadinya wanprestasi atau ingakar janji yang telah dibuat oleh salah satu pihak

Pendapat di atas senada dengan salah satu tokoh agama masyarakat di kecamatan Hutabargot, beliau mengatakan: 38 Jika tuor tidak tepenuhi solusinya ialah, laki- laki akan

El Nino merupakan salah satu fenomena global yang berdampak terhadap sistem iklim di wilayah Indonesia; termasuk wilayah Pulau Ambon Provinsi Maluku. Salah satu

Secara istilah para ulama memberikan difinisi sebagai berikut ; “Hadits Gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi pada tingkatan maupun sanad.” Jadi walaupun

Kayu ulin merupakan salah satu kayu asli kalimantan dan termasuk salah satu kayu yang tahan dengan air dan karena tanah dikalimantan sendiri termasuk