• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBU GA A TARA TI GKAT KETERGA TU GA PASIE DE GA LAMA YA KO TAK PERAWAT DALAM MEME UHI KEBUTUHA UTRISI PADA PASIE STROKE DI RSUD TUGUREJO SEMARA G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBU GA A TARA TI GKAT KETERGA TU GA PASIE DE GA LAMA YA KO TAK PERAWAT DALAM MEME UHI KEBUTUHA UTRISI PADA PASIE STROKE DI RSUD TUGUREJO SEMARA G"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUGA ATARA TIGKAT KETERGATUGA

PASIE DEGA LAMAYA KOTAK PERAWAT DALAM MEMEUHI KEBUTUHA UTRISI

PADA PASIE STROKE DI RSUD TUGUREJO SEMARAG

Endra Yuanita*) Maria Suryani**), Sayono***)

*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Elisabeth Semarang

***) Dosen Program Studi S1 Kessehatan Masyarakat UNIMUS Semarang ABSTRAK

Pasien stroke mengalami ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, mandi maupun berpakaian sangat tergantung terhadap bantuan orang lain. Tingkat ketergantungan berdasarkan indeks barthel di bagi menjadi 6 yaitu minimal, ketergantungan minimal, membutuhkan bantuan ADL, tergantung sebagian, sangat tergantung dan ketergantungan total. Sedangkan Waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung berdasarkan mandiri 2 jam, partial care/sebagian 3 jam, total care 6 jam, Intensive care 8 jam. Desain penelitian ini adalah Cross sectional dengan jumlah 48 sampel responden stroke di RSUD Tugurejo. Hasil analisis diperoleh hasil tingkat ketergantungan terbanyak adalah kategori sangat tergantung sebanyak 27 responden (56,2%) dengan berkebutuhan nutrisi oral sebanyak 42 responden (87,5%) dimana membutuhkan kontak perawat 18 menit dan responden yang berkebutuhan nutrisi dengan bantuan alat 3asogastric Tube yang menggunakan spuit sebanyak 6 responden (12,5%) dimana membutuhkan kontak perawat rata-rata 49 menit. Hasil uji korelasi Spearman Rank didapatkan nilai p-value = 0,023 (p<0,05) dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang, dengan nilai Korelasi 0,328 memiliki kekuatan hubungan sedang. Penelitian ini dapat menambah referensi tentang hubungan tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien stroke.

Kata Kunci : tingkat ketergantungan, dan lamanya kontak. ABSTRACT

Stroke patients addicted to meet daily needs such as eating, drinking, bathing and dressing is very dependent on the help of others. Level of dependence based on the Barthel index to 6 which is minimal, minimal dependence, need ADL assistance, depending in part, depend and total dependence. While the time required for direct care based on independent 2 hours, partial care / part 3 hour, 6 hour total care, Intensive care 8 hours. Results obtained by analysis of the results of the highest dependency rate is highly dependent category by 27 respondents (56.2%) with oral nutritional needs as many as 42 respondents (87.5%) which takes 18 minutes and contact a nurse respondents nutritional needs with the aid of a 3asogastric Tube using a syringe as 6 respondents (12.5%) which requires contact nurses average 49 minutes. Spearman Rank correlation test results obtained p-value = 0.023 (p <0.05) can be concluded that there is a significant relationship between the level of dependency of patients with duration of contact nurses in meeting the nutritional needs of stroke patients in hospitals Tugurejo Semarang, with a correlation value of 0.328 has the power relations being. This study can add references to the relationship with the patient's level of dependence on the length of contact nurses in meeting the nutritional needs of stroke patients.

(2)

2 PENDAHULUAN

Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat (tiba-tiba) dan berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak (Wiwit, 2010, hlm.13).

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia, salah satunya dengan menyerang korteks motorik, sehingga berpengaruh pada kekuatan otot ekstremitas. Sebanyak 80-85% penderita stroke adalah stroke non hemoragik (Hayyi, 2009, hlm.193).

Dengan kemajuan teknologi, stroke lebih sering meninggalkan kecacatan dibandingkan kematian. Stroke merupakan penyebab kecacatan kedua terbanyak di seluruh dunia pada individual di atas 60 tahun. Beban biaya yang ditimbulkan akibat stroke sangat besar, selain bagi pasien dan keluarga, juga bagi negara (Rosiana,2009,hlm.62).

Baik di negara maju maupun berkembang, dampak yang ditimbulkan stroke sangat besar. Stroke merupakan penyebab penyakit kedua terbanyak di negara maju dan ketiga terbanyak di negara berkembang. Berdasarkan Data World Health Organization (WHO) tahun 2002, lebih dari 5,47 juta orang meninggal karena stroke di dunia. Dari data yang dikumpulkan oleh American Heart Association tahun 2004 setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke (Rosiana, 2009, hlm.62). Insiden pasien stroke Di RSUD Tugurejo tahun 2010 ada 262 kasus,tahun 2011 ada 242 kasus dan tahun 2012 ada 201 kasus(RSUD Tugurejo, 2012).

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang di perlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien di bagi menjadi 3 kategori, yaitu:

Perawatan minimal memerlukan waktu 1 -2 jam / 24 jam. Perawatan intemediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Perawatan maksimal atau total memerlukan 5-6 jam/24 jam (Nursalam, 2002, hlm.157). Pemberian asuhan keperawatan diperlukan waktu keperawatan yang meliputi waktu keperawatan langsung 4-5 jam/pasien/hari, waktu perawatan tidak langsung 60menit/jam/hari dan waktu penyuluhan kesehatan 15 menit /pasien/hari (Simamora, 2012 , hlm.50).

Sebelumnya belum ada penelitian tentang hubungan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien stroke , oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Ketergantungan Pasien Dengan Lamanya Kontak Perawat Dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.

METODOLOGI PEELITIA Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dengan pendekatan Dengan pendekatan cross sectional atau potong silang yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen yang diamati pada waktu yang sama (Nursalam, 2011, hlm.83). Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010, hlm.37). Penelitian dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada 1 April sampai dengan 13 Mei 2013

Populasi penelitian ini adalah pasien stroke yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit

(3)

3 Umum Daerah Tugurejo yang berjumlah 92

orang, Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sapel sebanyak 48 responden dengan kriteria inklusi :

1. Pasien Stroke yang bersedia menjadi responden

2. Usia ≥ 45 tahun

3. Pasien stroke yang dirawat inap di RSUD Tugurejo Semarang

4. Pasien stroke yang membutuhkan bantuan perawat dalam memenuhi nutrisi enteral atau oral

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi yang menggunakan lembar observasi, stopwatch dan metode kuesioner dengan menggunakan angket indeks barthel .Data dianalisa dengan dengan cara kuantitatif yaitu statistik deskriptif dalam bentuk analisa presentase berdasarkan data yang terkumpul. Analisa persentase untuk mengetahui hubungan tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien stroke. Selajutnya dilakukan analisa univariat dan bivariat.

HASIL PEELITIA

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan Umur di RSUD. Tugurejo Semarang

(n=48)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 48 responden paling banyak adalah pada umur antara 60-74 tahun sebanyak 29 responden (60,4%) sedangkan jumlah responden paling sedikit adalah umur antara ≥75 tahun sebanyak 1 responden (2,1%)

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2

Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin

di RSUD. Tugurejo Semarang (n=48) Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki – laki 38 81.2 Perempuan 10 18.8 Total 48 100

responden laki – laki lebih banyak yaitu 38 responden (81,2%) dibandingkan dengan jumlah responden perempuan 10 responden (18,8 %).

3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat ketergantungan

Tabel 5.3

Distribusi responden berdasarkan Kategori Tingkat Ketergantungan

di RSUD. Tugurejo Semarang (n=48) Tingkat Ketergantungan Jumlah Persentase (%) Mandiri Minimal Bantuan ADL 0 10 0 0 20.8 0 Tergantung sebagian Sangat tergantung Ketergantungan total 5 27 6 10.4 56.2 12.5 Total 48 100 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui responden paling banyak yaitu responden yang

mengalami tingkat

ketergantungan sangat tergantung sebanyak 27 Umur Jumlah Persentase

(%) 45-59 18 37.5 60-74 29 60.4 ≥75 ≥90 1 0 2.1 0 Total 48 100

(4)

4 responden (56,2%) sedangkan

jumlah responden paling sedikit yaitu responden yang

mengalami tingkat

ketergantungan sebagian sebanyak 5 responden (12,5%). 4. Karakteristik responden berdasarkan

lama kontak perawat Tabel 5.4

Distribusi responden berdasarkan kebutuhan nutrisi di RSUD. Tugurejo Semarang

(n=48)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui responden yang berkebutuhan nutrisi oral sebanyak 42 responden

(87,5%) dimana

membutuhkan kontak perawat 18 menit dan responden yang berkebutuhan nutrisi bantuan alat 3asogastric Tube yang menggunakan spuit sebanyak 6 responden (12,5%) dimana membutuhkan kontak perawat rata-rata 49 menit.

5. hubungan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang analisis dengan menggunakan uji Korelasi Spearman Rank menunjukkan hasil analisis hubungan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan ditunjukkan korelasi tingkat ketergantungan dengan lama kontak dengan nilai korelasi (r) 0,328 yang memiliki kekuatan hubungan sedang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,023 yang berarti (p<0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien stroke

PEMBAHASA

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Usia merupakan masa hidup responden yang dihitung dari sejak lahir sampai ulang tahun. Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden stroke pada kelompok berumur antara 60-74 tahun sebanyak 29 responden (60,4%) dibandingkan yang berumur 45-59 tahun sebanyak 18 (37,5%) responden dan berumur ≥75 tahun tahun sebanyak 1 responden (2,1%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di lakukan oleh

Kristiyawati,Irawaty,&

Hariyati,2009, dengan judul “faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang di dapatkan hasil sebanyak 72.9 % berusia ≥ 60 tahun.

Sumbatan aliran diarteria karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerosik dipembuluh darah

sehingga terjadi

penyempitan/stenoris. Pangkal arteiria karotis interna merupakan tempat tersering terbentuknya aterosklerosis( Price & Wilson,2006,hlm.113).

2. Karakteristik responden berdasarkan umur

Hasil penelitian diperoleh hasil sebagian besar responden stoke dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 38 ( 81,2 % ) responden dibandingkan responden perempuan 10 (18,8 %) responden. Kebutuhan nutrisi Jumlah Kontak perawat (menit) Persentase( %) Nutrisi oral 42 17.9 87.5 Enteral spuit 6 48.6 12.5 Jumlah 4 8 66.7 100.0

(5)

5 Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Damry ( 2012, ¶ 18) bahwa laki-laki lebih rentan terkena stroke dibandingkan dengan perempuan.

Hal ini berhubungan dengan faktor pemicu lainnya yang lebih banyak di lakukan oleh laki-laki di bandingkan dengan perempuan, misalnya merokok, mengkonsumsi alkohol, dan sebagainya. Kebiasaan merokok berisiko terkena stroke disebabkan karena efek zat kimia yang terdapat pada rokok ( tar, CO, nikotin, polonium) dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi, fibrinogen, hematokrit, dan agregrasi platelet, menurunkan aktifitas fibrinolitik, dan aliran darah serebral. Kondisi

tersebut menyebabkan

vasokontriksi, sehingga mempercepat terjadinya plak atherosklerosis.

3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat ketergantungan

Ketergantungan adalah sikap seseorang yang menggantungkan nasibnya pada orang lain,atau barang sehingga ia mendapatkan dukungan ,ketentraman hati serta dapat memenuhinya(Phyllis Cooper,et al 1987,hlm. 82). Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian responden stroke dengan tingkat ketergantungan terbanyak yaitu kategori ketergantungan sangat tergantung sebanyak 27 responden (56,2%) dibandingkan dengan ketergantungan minimal sebanyak 10 (20.8%) responden, ketergantungan total sebanyak 6 (12,5%) responden dan sebagian sebanyak 5 responden (10,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Peppy (2011) dengan judul “hubungan antara tingkat ketergantungan activity daily living dengan depresi pada pasien stroke Di RSUD Tugurejo Semarang” menunjukkan sebanyak 9 respoden sangat tergantung (45%), 30%

tergantung sebagian, dan 20% ketergantungan total dan 5 % mengalami ketergantungan minimal dalam melakukan ADL. Dalam penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa sebagian besar pasien stroke dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari memerlukan bantuan dari orang lain.

Penyakit stroke dapat mengakibatkan kelumpuhan motorik, karena kendali otak sebelah kanan bertugas menggerakkan tubuh bagian kiri begitupun sebaliknya. Hal ini biasanya sulit bagi pasien stroke untuk melakukan aktivitas harian lainnya. Hal ini menunjukkan, jika pasien terserang stroke secara langsung dalam jangka waktu serangan stroke terjadi, ia akan mengalami ketidakberfungsian bagian belahan tertentu sehingga akan mempengaruhi aktivitas gerak tubuh dan kehidupan sehari-hari ( Taylor 1999, dalam Tirtawati & Zulkaida, 2009, hlm.2).

Stroke di dahului oleh serangan iskemik transien ( TIA) yang serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan defisit neurologis yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat penyebuhan bervariasi, tetapi biasanya 24 jam. Serangan –serangan ini

menimbulkan beragam

gejala,tergantung dari lokasi jaringan otak yang terkena, dan disebabkan oleh gangguan vaskular yang sama dengan yang menyebabkan stroke. Sumbatan total sebuah arteri karotis mungkin tidak menimbulkan gejala apabila arteri serebri media sinistra dan arteri serebri media sinistra mendapat darah yang adekuat dari arteria komunikans arterior. Apabila pasokan darah ini tidak

(6)

6 memadai, timbul berupa gejala

hemiparesis kontralateral ( Price & Wilson, 2006, hlm.112).

Menurut Melcon ( 2006, dalam Betesdha Stroke Center , 2012, ¶ 2) pasien stroke dengan tingkat kecacatan yang dimilki tidaklah dapat hidup mandiri. Sebagian besar aktivitas kehidupan yang paling dasar sekalipun seperti makan, berkemih dan mandi. 4. Karakteristik responden

berdasarkan lama kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi Hasil penelitian menunjukkan bahwaberkebutuhan nutrisi oral sebanyak 42 responden (87,5%) dimana membutuhkan kontak perawat 18 menit dan responden yang berkebutuhan nutrisi dengan bantuan alat 3asogastric Tube yang menggunakan spuit sebanyak 6 responden (12,5%) dimana membutuhkan kontak perawat rata-rata 49 menit. Menurut Raymon (2012 ,hlm.50) rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan lagsung 4-5 jam/pasien/hari. Sedangkan Sedangkan Waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung berdasarkanmandiri 2 jampartial care/sebagian 3 jam, total care 6 jam, Intensivecare8jam.

5. Hubungan antara Tingkat Ketergantungan Pasien dengan Lamanya Kontak Perawat dalam Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Pasien Stroke di RSUD Tugurejo Semarang

hasil penelitian pada 48 responden stroke diperoleh hasil tingkat ketergantungan terbanyak adalah kategori sangat tergantung sebanyak 27 responden (56,2%).Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besarresponden yang berkebutuhan nutrisi oral sebanyak 42 responden (87,5%) dimana membutuhkan kontak perawat 18 menit dan responden yang berkebutuhan nutrisi bantuan

alat 3asogastric Tube yang menggunakan spuit sebanyak 6 responden (12,5%) dimana membutuhkan kontak perawat selama rata-rata 49 menit. Perawat memberikan nutrisi kepada pasien stroke dengan bantuan alat3asogastric Tube yang menggunakan spuit mebutuhkan waktu lama dikarenakan kondisi pasien yang tidak bisa di ajak kerjasama dan perawat setelah memberikan nutrisi melalui 3asogastric Tubejuga memberikan obat dan berkomunikasi dengan keluarga tentang pemberian nutrisi melalui 3asogastric Tube. Dimana uji korelasi SpearmanRank dengan nilai p-value = 0,023 berarti (p<0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang, Nilai Korelasi 0,328 memiliki kekuatan hubungan sedang.

Stroke merupakan penyakit mengerikan. Sebab, bila sudah terkena penyakit ini bisa membuat pasien tergantung pada orang lain, terutama keluarga. Setiap pekerjaan, mulai makan, mandi, berpakaian dan lain sebagainya tidak dapat dikerjakan oleh pasien sendiri. sebagian besar membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain( Sutrisno, 2007, hlm. 113). Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya sangatlah tergantung pada orang lain. Pemberian nutrisi melalui oral adalah tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi melalui per oral secara mandiri. Pemberian nutrisi melalui oral ini adalah memberikan kepada klien secara langsung melalui

(7)

7 mulut, dimana klien tidak bisa

makan dan minum secara mandiri sehingga aktivitas makan perlu di bantu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien(Potter &Perry, 2005, hlm.1451).

Pemberian nutrisi melalui spuit atau 3asogastric Tube ( NGT) adalah memberikan makan dalam bentuk cair dan minum melalui selang/ pipa NGT kepada klien yang tidak mampu makan secara normal.

Tujuan pemberian nutrisi melalui NGT bertujuan untuk memenuhi, memperbaiki, mempertahankan kebutuhan nutrisi klien yang tidak mampu makan dan minum secara normal, sedangkan metabolisme tubuh untuk mempercepat penyembuhan luka(Potter &Perry, 2005, hlm.1452).

SIMPULA

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada 48 responden penderita stroke yang dirawat inap di RSUD Tugurejo Semarang dapat diketahui bahwa ada hubungan antara tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada pasien stroke

1. Kelompok umur yang terbanyak adalah 60-74 tahun sebanyak 29 responden (60,4%). Sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 38 responden (81,2%).

2. Tingkat ketergantungan responden, dapat dilihat bahwa didapatkan jumlah terbanyak yaitu dengan kategori sangat tergantung 27 responden (56,2%) 3. Hasil penelitian diperoleh

bahwa sebagian besar

responden yang

berkebutuhan nutrisi oral sebanyak 42 responden

(87,5%) dimana

membutuhkan kontak perawat 18 menit dan

responden yang

berkebutuhan nutrisi bantuan alat 3asogastric Tube yang menggunakan spuit sebanyak 6 responden

(12,5%) dimana

membutuhkan kontak perawat rata-rata 49 menit 4. Terdapat hubungan antara

tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengusulkan saran sebagai berikut :

1. Bagi pelayanan keperawatan

Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang untuk lebih meningkatkan kompetensi perawatnya dengan cara memberikan pelatihan dan uji kompetensi, perawat bisa memodifikasi pemberian nutrisi agar lebih koefisien dalam memanajemen waktunya, dan bisa memberikan edukasi pemberian nutrisi lewat NGT kepada keluarga pasien . 2. Bagi pendidikan keperawatan

Dapat menambah referensi tentang hubungan tingkat ketergantungan pasien dengan lamanya kontak perawat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien stroke. 3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini masih perlu dikembangkan lagi, diharapkan bagi peneliti selanjutnya menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak lagi dan menambah variabel lain yang berhubungan dengan tingkat ketergantungan pasien serta analisis penelitian selanjutnya yanglebihbaiklagi.

(8)

8 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsini. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta: PT Rhineka Cipta

Bethesda Stroke Center. (2012). Melanjutkan Hidup Pasca Stroke. Http: // www. Strokebethesda.com, diperoleh 19 Januari 2013

Dahlan,M.Sopiyudin. (2009). Stastistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 4,deskriptif,bivariat dan multivariat dilengkapi aplikasi dengan menggunakan spss. Jakarta: Salemba

Damry. (2012). http// www.squido.com/ penyebab penyakit stroke, diperoleh 17 januari 2013

Gofir,Abdul. (2009). Manajemen Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press

Hayyi,Muhammad.,et al. (2010). Pengaruh fisioterapi terhadap kekuatan otot ekstremitas pada penderita stroke non hemoragik. http:// sains medika.fkunisula.ac.id/index.php/sainsm edika/article/view/88/68 diperoleh tanggal 29 Maret 2012

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika

Junaidi, Iskandar. (2006).Stroke A-Z .Jakarta: PT Bhuana ilmu populer

Kristiyawati, Sri Puguh, Irawaty, Dewi., & Hariyati, Rr.Tuti Sri. (2009). Faktor yang berhubungan stroke di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, 1 (1) : 1-7

Machfoedz, Ircham. (2008). Metodologi penelitian bidang kesehatan,

Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogjakarta: Fitramaya

_______. (2010). Metodologi penelitian kesehatan Edisi Revisi cetakan pertama. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmojo,Soekidjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan Edisi Revisi cetakan pertama. Jakarta: Rineka Cipta

_______. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2002). Manajemen keperawatan; Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Jakarta: Salemba medika Pepy,R.,Puguh,S.,Solechan,A. (2011).Hubungan

antara tingkat ketergantungan

activity daily living dengan depresi pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang.http:// e journal.stikes

telogorejo.ac.id/index.php/ilmu

keperawatan/ .../107 diperoleh tanggal 26 November 2012

Phyllis Cooper,et al. (1984).Pedoman perencanaan perawatan jilid 1.Jakarta: yayasan pendidikan keperawatan Carolus. (di terjemahkan yayasan pendidikan keperawatan Carolus Jakarta)

Potter.,patricia., & Perry,Anne. (2005). Fundamental keperawatan volume 2.Jakarta:EGC

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit edisi 6. Jakarta: EGC

Riwidikdo, Handoko .( 2009). Statistik untuk penelitian kesehatan dengan aplikasi

(9)

9 program r dan spss. Yogyakarta:

Pustaka Rihana

Riyanto, Agus. (2009). Pengolahan dan analisis data kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Rosiana.P.(2009).Rehabilitasi stroke pada pelayanan kesehatan primer.Jakarta: Majalah kedokteran Indonesia: volume 59,nomor:2

Saryono.(2009).Metodologi penelitian kesehatan.Jogjakarta: Mitra cendikia press

Simamora,R.(2012).Buku ajar manejemen keperawatan.Jakarta: EGC

Sugiyono . (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta

Supratiningsih,Lamsudin,R.,Was’an,M.,&

Sutanto.(2002). Realibitas modifikasi indeks barthel pada penderita stroke.(3).(2).1-10

Sutrisno, Alfred. (2007). Stroke ??? You Must Know Before You Get It ?. Jakarta: Gramedika Pustaka Utama

Tirtawati, Krisna SAN.,& Zulkaida, Anita. (2009). Locus Control

Pada Insan Pasca Stroke Usia 40-64 tahun, 1-11 Wiwit.(2010).Strokedan

Penanganannya.Jogjakarta: Katahati Wirawan,RosianaPradanasari.(2009).Rehabilitasi

stroke pada pelayanan kesehatan primer.Jakarta: Majalah kedokteran Indonesia: volume 59,nomor:2

Referensi

Dokumen terkait

Lemahnya bukti permulaan yang cukup yang dimiliki oleh penyidik untuk memulai penyidikan Untuk membuktikan adanya motif “kriminalisasi” hal yang paling utama untuk diketahui adalah

Bab ini akan mengemukakan alasan medis yang dapat diterima untuk memberi susu formula pada bayi baru lahir yaitu beberapa situasi khusus dimana ASI memang tidak

Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan: Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan Strategi Belajar Mind Mapping adalah sangat baik, hal ini didukung oleh

Presiden baru Korea Selatan Lee Myung Bak sejak memegang jabatan Februari 2008 lalu telah menyesuaikan kembali kebijakan terhadap Korea Utara dengan menekankan perlunya

57) HADİD süresini, yetmiş kere okuyanın işi açılır, gücü artar sıkıntılardan halas olur. 58) MÜCADELE süresini, bir kimse bir avuç toprak üzerine üç kez okursa

Interaksi antara sivitas akademika yang terdiri dari dosen dengan mahasiswa dilakukan melalui proses belajar mengajar di kelas, bimbingan akademik, tutorial,

Sistem yang saat ini ada pada Puskesmas Payo Selincah Jambi untuk permintaan obat ke Instalasi Farmasi Kota adalah asisten apoteker mencatat penerimaan, pemakaian

Gaya gesek adalah gaya yang terjadi akibat adanya gesekan dari kedua benda, gaya gesek berpengaruh pada kehidupan kita sehari –hari yaitu membuat kita tidak.. Nama kelompok : 1)