• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Perbedaan Prinsip Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004 [Pertemuan 9]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2.2. Perbedaan Prinsip Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004 [Pertemuan 9]"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH :

Prinsip Pemerintahan Daerah

Riana Susmayanti, SH.MH.

Faculty of Law, Universitas Brawijaya

Email : [email protected], [email protected]

Pertemuan 8-9

1. PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Prinsip-prinsip pemerintahan daerah di Indonesia mengalami perubahan seiring dinamika perubahan politik hukum pemerintahan daerah. Diawali dengan Pasal 18 UUD NRI 1945, sampai pada perbedaan yang signifikan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004

1.2 Tujuan

Dengan penguasaan materi dalam modul ini, mahasiswa akan dapat :

• Menjelaskan prinsip-prinsip pemerintahan daerah menurut

Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945

• Memahami dan membedakan pengaturan pemerintahan

daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004.

2.

PRINSIP-PRINSIP PEMERINTAHAN

DAERAH

2.1. Prinsip-prinsip Pemerintahan Daerah menurut Pasal 18 UUDNRI 1945

 Prinsip Kedaerahan (sebelum Amandemen UUD 1945) :

 Indonesia dibagi menjadi daerah besar dan kecil

 Berbeda dengan wilayah yang merupakan lingkungan

pemerintahan administrasi, daerah menunjukkan ikatan kesatuan masyarakat hukum

1. 1. 1.

1. PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

[Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8] a. Pengantar b. Tujuan 2. PRINSIP PEMERINTAHAN 2. PRINSIP PEMERINTAHAN 2. PRINSIP PEMERINTAHAN 2. PRINSIP PEMERINTAHAN DAERAH DAERAH DAERAH DAERAH

2.1. Prinsip Pemerintahan Daerah menurut Pasal 18 UUD NRI 1945 [Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8]

2.2. Perbedaan Prinsip Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004 [Pertemuan 9][Pertemuan 9][Pertemuan 9][Pertemuan 9]

S

E

L

F

-P

R

O

P

A

G

A

T

IN

G

E

N

T

R

E

P

R

E

N

E

U

R

IA

L

E

D

U

C

A

T

IO

N

D

E

V

E

L

O

P

M

E

N

T

4

MODUL

(2)

 Prinsip Permusyawaratan

 Penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan permusyawaratan

 Permusyawaratan merupakan proses pengambilan kebijakan

 Dalam rangka permusyawaratan dilakukan pembentukan lembaga perwakilan di

daerah

 Prinsip Penghargaan terhadap asal usul daerah

 Pembentukan daerah dengan menghormati hak asal usul bersifat istimewa

 Penghargaan terhadap hak masyarakat daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah (kelembagaan, hukum, sumber daya alam)

 Penghargaan terhadap pluralistik

 Pemerintahan administrasi di daerah

 Pemerintahan administrasi (dekonsentrasi) hanya tercantum dalam Penjelasan

Pasal 18 UUD 1945 dimana daerah-daerah tersebut bersifat otonom atau administrasi belaka

 Dalam implementasi pemerintahan justru pemerintah administrasi yang lebih

dominan

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

[Pasal 18 (2)]

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai

urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5)]

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan [Pasal 18 (6)] Anggota DPRD dipilih melalui pemilu [Pasal 18 (3)] Gubernur, Bupati, Walikota dipilih secara demokratis [Pasal 18 (4)]

NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan

kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18

(1)] PEMERINTAHAN DAERAH KEPALA PEMERINTAH DAERAH DPRD PEMERINTAHAN DAERAH

PASCA AMANDEMEN UUD 45

11

2.1. Perbedaan Prinsip-prinsip Pemerintahan Daerah Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004

2.1.1. Pengaturan dalam UU No. 22 Tahun 1999

 Karakter ingin mempertahankan NKRI dengan semangat federalistik

Tata cara pembagian kewenangan :

 Daerah menjalankan urusan pemerintahan luas kecuali urusan yang oleh

(3)

Page 21 of 52

 Ditentukan kewenangan pangkal

 Kewenangan propinsi sempit

 Prinsip Pertanggung jawaban

 Tidak ada mekanisme pertanggung jawaban daerah kepada pusat (hilangnya

pertanggungjawaban vertikal sebagai ciri negara kesatuan)

 Kepala daerah bertanggung jawab kepada DPRD (dominasi DPRD menghilangkan

check and balances system)

 Prinsip Pengawasan

 Melemahnya pengawasan pusat kepada daerah (pengawasan merupakan

pengikat negara kesatuan)

 Pengawasan tunggal berbentuk represif (terhadap Peraturan Daerah) disertai hak

pengajuan keberatan kepada MA

 Pengawasan era UU No. 5 Tahun 1974 : prefentif, represif, umum (supervisi bukan kontrol)

 Prinsip Pembagian Wilayah

 Penyerahan pengelolaan wilayah lautan kepada daerah (12 mil kepada propinsi, 4

mil kepada kabupaten / kota)

 Laut termasuk wilayah kedaulatan negara

 Tidak lazim otonomi teritorial

 Laut merupakan hak lintas damai

 Implementasi

 “Keterpaksaan” model dan keinginan secepat mungkin melaksanakan politik

hukum otonomi luas itulah yang sekarang justru menyebabkan rumitnya pelaksanaan otonomi daerah

 Inkonsistensi kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan otonomi

daerah

 Sistem pemerintahan

 Kecenderungan ke arah model parlementar (kedudukan eksekutif tergantung

aprlemen), namun tidak memenuhi asas parlementer

 Inkosistensi sistem pemerintahan setiap level pemerintahan

2.1.2. Pengaturan dalam UU No. 32 Tahun 2004

 Latar belakang dibentuknya UU No. 32 Tahun 2004 :

 Berbagai Perubahan Dalam Pengaturan Ketatanegaraan :

− Amandemen UUD 1945

− UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik

− UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu

− UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

− UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Anggota MPR, DPR,

DPD dan DPRD

− UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

− UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab

(4)

 Penyelesaian Permasalahan Otonomi Daerah Selama Berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 :

− Kerancuan dan tarik menarik kewenangan antar tingkat pemerintahan yang

menghambat kinerja pemerintah secara keseluruhan

− Kurang harmonisnya hubungan antara propinsi dan kabupaten / kota akibat

tidak jelas dan tidak tegasnya kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah

− Sistem kepegawaian yang menimbulkan ego kedaerahan yang sempit dan

sulitnya mutasi pegawai negeri sipil daerah

− Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang diwarnai politik uang dan

menjadi sumber konflik horisontal di daerah

− Konflik antara Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa karena praktek

pemerintahan kota / kabupaten yang diadopsi di desa sehingga kehidupan musyawarah di desa berubah menjadi arena kompetisi yang tidak sehat

 Prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langusng, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh sekurang-kurangnya 15 persen dari jumlah kursi DPRD atau 15 persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilu anggota DPRD di daerah yang bersangkutan

Gubernur menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Bupati dan Walikota menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Gubernur, Walikota, Bupati memberikan laporan keterangan pertanggungjawabannya kepada DPRD masing-masing dan menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat

Sekretaris daerah propinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri. Sekretaris Daerah Kabupaten atau Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati atau Walikota.

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing memiliki pemerintahan daerah. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa.

Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan serta menjalankan otonomi seluas-luasnya (kecuali urusan pemerintah pusat) yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan serta kekhususan.

Urusan Pemerintah Pusat meliputi politik luar negari, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama.

Sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

(5)

Page 23 of 52

− perencanaan dan pengendalian pembangunan

− perencanaan pemanfaatan dan pengawasan tata ruang

− penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat,

− penyediaan sarana dan prasarana umum

− kesehatan

− pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial

− penanggulangan masalah sosial

− ketenagakerjaan

− koperasi dan usaha kecil menengah

− lingkungan hidup

− pertanahan

− kependudukan dan catatan sipi

− pelayanan administrasi umum pemerintahan

− pelayanan administrasi penanaman modal

− penyelenggaraan pelayanan dasar dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan

oleh peraturan perundang-undangan

 Urusan Pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, meliputi : urusan

pemerintahan yang nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah bersangkutan, seperti : − Pertambangan − Perikanan − Perkebunan − Kehutanan − Pariwisata

Adapun urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah penyelenggara otonomi daerah berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harus menjamin keserasian hubungan antar daerah maupun hubungan dengan pemerintah pusat untuk menjaga keutuhan wilayah dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Daerah mempunyai kewenangan dalam bidang sumber daya alam dan daerah yang memiliki laut diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut, seperti eksplorasi, ekspoiltasi, konservasi, pengelolaan kekayaan laut, pengaturan administratif, pengaturan tata ruang, pemeliharaan keamanan dan pertahanan kedaulatan negara

Terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent, yaitu urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Dengan demikian ada bagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pusat, ada bagian urusan pemerintahan yang diserahkan pada propinsi dan ada bagian urusan pemerintahan yang diserahkan pada kabupaten atau kota.

Dalam menyelenggarakan otonomi daerah, pemerintah daerah mempunya hak dan kewajiban. Kewajiban pemerintah daerah :

 Melindungi masyarakat

 Menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan NKRI

 Meningkatkan kualitas kehidupan masyarkaat

 Mengembangkan kehidupan demokrasi

 Mewujudkan keadilan dan pemerataan

 Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan

(6)

 Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak

 Mengembangkan sistem jaminan sosial

 Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah

 Mengembangkan sumber daya produktif

 Melestarikan lingkungan hidup

 Mengelola administrasi kependudukan melestarikan nilai sosial budaya

 Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan di daerah

Sedangkan Hak pemerintah daerah :

 mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya

 memilih pimpinan daerah (Kepala Daerah dan DPRD)

 mengelola aparatur daerah

 mengelola kekayaan daerah

 memungut pajak dan retribusi daerah

 mendapatkan bagian dari hasil pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

lainnya di daerah

 mendapatkan sumber-sumber lain yang sah

 mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

 penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai

dari dan atas beban APBD, sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di daerah didanai dari dan atas beban APBN.

 Sumber Pendapatan Daerah

Sumber pendapatan daerah terdiri atas :

 Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi : hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya.

 Dana perimbangan, meliputi :

− dana bagi hasil, yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam

− dana alokasi umum (DAU) yang dialokasikan berdasarkan presentase tertentu

dari pendapatan dalam negeri netto dengan memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan.

− dana alokasi khusus (DAK), dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu

dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk kegiatan khusus atas dasar prioritas nasional. Keseluruhan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

(7)

Page 25 of 52

PEMERINTAH PUSAT

TERGANTUNG & SUBORDINASI

DAERAH OTONOM

PROVINSI

DAERAH OTONOM

KAB / KOTA

HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

SEBAGAI DAERAH OTONOM

GUBERNUR

(WAKIL PEMERINTAH)

Pembinaan,

Pengawasan,

Supervisi,

Monev

Fasilitasi

Kab/Kota

melaksanakan Otda

PELAYANAN

OPTIMAL

PERAN GUBERNUR

SEBAGAI

WAKIL PEMERINTAH

 Elemen Dasar Pemerintahan Daerah

Elemen dasar pemerintahan daerah terdiri atas :

 kewenangan

 kelembagaan

 personil

 keuangan daerah

(8)

 pelayanan public

 pengawasan

 Penataan Kewenangan Filosofi Otonomi Daerah :

 Eksistensi pemerintah daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan secara

demokratis

 Setiap kewenangan yang diserahkan ke daerah harus mampu menciptakan

kesejahteraan dan demokrasi

 Kesejahteraan dicapai melalui pelayanan public

 Pelayanan public ada yang bersifat pelayanan dasar (basic services) dan ada yang bersifat pengembangan sector unggulan (core competence)

 Core competence merupakan sintesis dari PDRB, employment dan pemanfaatan

lahan

 Pelayanan public menghasilkan outputs : public goods (jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, pasar, terminal, irigasi, dll) dan public regulations (akte kelahiran, KTP, KK, IMB, HO, dll)

Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah :

 Kewenangan Absolut (distinctive) hanya dimiliki Pemerintah Pusat, yaitu pertahanan

keamanan (hankam), politik luar negeri, agama, moneter / fiscal nasional, dan peradilan

 Kewenangan Bersama (concurrent) dikerjakan bersama antara pusat, propinsi dan

kabupaten/kota

Kewenangan bersama ada yang bersifat wajib (obligatory) dan ada yang bersifat

optional (core competence)

− Kewenangan wajib diikuti oleh SPM

Kriteria pembagian kewenangan :

 Eksternalitas : yang berwenang mengurus adalah pihak yang terkena dampak

 Akuntabilitas : yang berwenang mengurus adalah unit pemerintahan yang paling

dekat dengan dampak

 Efisiensi : otonomi harus menciptakan efisiensi dengan memperhatikan economies of

scale. Untuk itu perlu mempertimbangkan catchment area pelayanan. Adanya

inter-relasi dan inter-dependensi antar tingkatan pemerintahan dalam melaksanakan kewenangan masing-masing.

(9)

Page 27 of 52

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT

(Mutlak urusan Pusat)

CONCURRENT (Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

PILIHAN/OPTIONAL

(Sektor Unggulan)

WAJIB/OBLIGATORY (Pelayanan Dasar)

SPM

(Standar Pelayanan Minimal)

- Hankam

- Moneter

- Yustisi

- Politik Luar Negeri

- Agama

Contoh: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan perhubungan Contoh: pertanian,

industri, perdagangan, pariwisata, kelautan dsb

 Penataan Kelembagaan

Penataan Kelembagaan adalah untuk mengakomodasikan kewenangan yang dilaksanakan oleh daerah. Kelembagaan untuk menyediakan pelayanan

dasar dan pengembangan sector unggulan. Right sizing dengan

mempertimbangkan reinventing government dengan privatisasi (BOO, BOT, BTO, BOL, dll). Penyusunan strategi kelembagaan masa transisi akibat tekanan birokrasi yang terlalu banyak. Kejelasan tupoksi camat, kepala desa, dan hubungan kerjanya. Keseimbangan antara strategic apex, middle line, operating

core, support staff dan techno structure

 Penataan Personil

Penataan Personil dilakukan dengan :

 Penentuan standar kompetensi untuk setiap jabatan

 Rekrutmen, promosi, mutasi berbasis standar kompetensi

 Pengembangan pegawai dan training berbasis need assessment untuk memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan

 Penentuan minimal performance yang harus dicapai pegawai

 Kejelasan antara posisi pejabat karir dengan pejabat politik

 Manajemen kepegawaian perpaduan antara separated dan integrated system

 PNS masih dianggap sebagai alat perekat bangsa

 Penataan Keuangan Daerah

Penataan Keuangan Daerah dilakukan dengan :

 Penerapan prinsip money follows function

 Penataan cost centres

(10)

sector unggulan

− Penerapan SPM untuk menentukan SSA dari setiap pelayanan dasar yang

dilaksanakan

Deteksi biaya setiap pelayanan

Penghitungan biaya seluruh pelayanan yang merupakan fiscal need daerah

 Penataan revenues centres

Desentralisasi fiscal, pajak daerah dan retribusi daerah

Gejala horizontal inequality karena perbedaan tax base antara kota dengan

kabupaten dan perbedaan sumber daya alam

Intensifikasi dan ekstensifikasi dengan memperhatikan taxations

− Pengembangan ekonomi daerah, penciptaan kondisi yang menarik investor,

kemitraan, penggalian potensi daerah, penyehatan BUMD, pengembangan usaha kecil

Deteksi fiscal capacity

 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Perimbangan keuangan pusat dan daerah dihitung dari perbandingan antara fiscal

capacity dengan fiscal need akan terdeteksi fiscal gap (deficit fiscal). Fiscal gap sebagai

dasar untuk melakukan perimbangan keuangan melalui subsidi. Subsidi (grant) berperan sebagai equalizer untuk menciptakan equalization effects. Defisit khusus memerlukan subsidi khusus (specific grant) atau DAK, sedangkan defisit umum memerlukan subsidi umum (block grant) atau DAU

 Penataan Perwakilan

 Hubungan eksekutif dengan legistlatif

 Posisi perangkat daerah yang netral

 Pemilihan Kepala Daerah secara langsung

 Hubungan check and balances antara Kepala Daerah dengan DPRD

 Kemungkinan impeachment DPRD dan Kepala Daerah

 Mekanisme recall oleh partai politik dan Badan Kehormatan DPRD

 Penggantian LPJ dengan keterangan pertanggung jawaban

 Posisi keuangan DPRD

 Pelayanan Pelayanan Publik

 Pelayanan Dasar mengacu pada SPM

 Dengan SPM dapat ditentukan :

Biaya pelayanan

− Kebutuhan SOTK

− Kebutuhan personil

− Anggaran kinerja

− Transparansi dan akuntabilitas Pemerintah Daerah kepada rakyat

− Obyektivitas LPJ Kepala Daerah ke DPRD

− Fasilitas pusat terhadap daerah

− Pengawasan dan supervise terhadap daerah

(11)

Page 29 of 52

REFERENSI

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Amandemen 1 – 4)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

Aan Eko Widiarto, Diktat Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Lokal, FHUB, Malang, 2009 Dadang Solihin, Kamus Istilah Otonomi Daerah, ISMEE, Jakarta, 2002

Dadang Juliantara, Pembaharuan Desa, Lappera, Yogyakarta, 2003

HAW Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Indra J Piliang, Otonomi Daerah: Evaluasi dan Proyeksi, Yayasan Harkat Bangsa, Jakarta, 2003

Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Fisipol UGM, Raja Grafindo, Jakarta, 2002

Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1993

R. Herlambang Perdana, Penindasan atas nama Otonomi, Pustaka Pelajar-LBH Surabaya, Yogyakarta, 2001

Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Fokus Media, 2003

Taliziduhu Ndraha, Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Bumi Aksara, Jakarta, 1981

PROPAGASI

A. Latihan dan Diskusi (Analisa Kasus dalam Paper dan Presentasi)

1. Konflik Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

2. Kerusakan Jalan Antar Propinsi : Tanggung Jawab Siapa ?

B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)

1. Mengapa prinsip pemerintahan daerah dalam Pasal 18 dan Pasal 1 UUD NRI

Tahun 1945 harus dipahami secara komprehensif ?

2. Jelaskan perbedaan prinsip pemerintahan daerah dalam UU No. 22 Tahun 1999

(12)

C. QUIZ -(evaluasi) – essay (written test) dan/atau lisan

D. PROYEK (Eksplorasi entrepreneurship, penerapan topic bahasan pada dunia nyata)

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan "asas otonomi dan tugas pembantuan" dalam ayat ini adalah bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara langsung

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat antara lain ...B. benar, merupakan

Urusan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah terdiri dari urusan wajib. dan urusan

Yang  dimaksud  dengan  otonomi  nyata  adalah  keleluasaan  Daerah  untuk  menyelenggarakan  kewenangan  pemerintahan  di  bidang  tertentu  yang  secara 

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 10, menyatakan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan

Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa dan untuk peningkatan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat, desa mempunyai sumber pendapatan

kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Secara teoritis ada beberapa komponen yang membentuk pemerintahan daerah yaitu adanya urusan otonomi yang merupakan dasar dari kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus