HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH :
Prinsip Pemerintahan Daerah
Riana Susmayanti, SH.MH.
Faculty of Law, Universitas Brawijaya
Email : [email protected], [email protected]
Pertemuan 8-9
1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Prinsip-prinsip pemerintahan daerah di Indonesia mengalami perubahan seiring dinamika perubahan politik hukum pemerintahan daerah. Diawali dengan Pasal 18 UUD NRI 1945, sampai pada perbedaan yang signifikan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004
1.2 Tujuan
Dengan penguasaan materi dalam modul ini, mahasiswa akan dapat :
• Menjelaskan prinsip-prinsip pemerintahan daerah menurut
Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945
• Memahami dan membedakan pengaturan pemerintahan
daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004.
2.
PRINSIP-PRINSIP PEMERINTAHAN
DAERAH
2.1. Prinsip-prinsip Pemerintahan Daerah menurut Pasal 18 UUDNRI 1945
Prinsip Kedaerahan (sebelum Amandemen UUD 1945) :
Indonesia dibagi menjadi daerah besar dan kecil
Berbeda dengan wilayah yang merupakan lingkungan
pemerintahan administrasi, daerah menunjukkan ikatan kesatuan masyarakat hukum
1. 1. 1.
1. PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
[Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8] a. Pengantar b. Tujuan 2. PRINSIP PEMERINTAHAN 2. PRINSIP PEMERINTAHAN 2. PRINSIP PEMERINTAHAN 2. PRINSIP PEMERINTAHAN DAERAH DAERAH DAERAH DAERAH
2.1. Prinsip Pemerintahan Daerah menurut Pasal 18 UUD NRI 1945 [Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8][Pertemuan 8]
2.2. Perbedaan Prinsip Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004 [Pertemuan 9][Pertemuan 9][Pertemuan 9][Pertemuan 9]
S
E
L
F
-P
R
O
P
A
G
A
T
IN
G
E
N
T
R
E
P
R
E
N
E
U
R
IA
L
E
D
U
C
A
T
IO
N
D
E
V
E
L
O
P
M
E
N
T
4
MODUL
Prinsip Permusyawaratan
Penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan permusyawaratan
Permusyawaratan merupakan proses pengambilan kebijakan
Dalam rangka permusyawaratan dilakukan pembentukan lembaga perwakilan di
daerah
Prinsip Penghargaan terhadap asal usul daerah
Pembentukan daerah dengan menghormati hak asal usul bersifat istimewa
Penghargaan terhadap hak masyarakat daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah (kelembagaan, hukum, sumber daya alam)
Penghargaan terhadap pluralistik
Pemerintahan administrasi di daerah
Pemerintahan administrasi (dekonsentrasi) hanya tercantum dalam Penjelasan
Pasal 18 UUD 1945 dimana daerah-daerah tersebut bersifat otonom atau administrasi belaka
Dalam implementasi pemerintahan justru pemerintah administrasi yang lebih
dominan
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
[Pasal 18 (2)]
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5)]
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan [Pasal 18 (6)] Anggota DPRD dipilih melalui pemilu [Pasal 18 (3)] Gubernur, Bupati, Walikota dipilih secara demokratis [Pasal 18 (4)]
NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18
(1)] PEMERINTAHAN DAERAH KEPALA PEMERINTAH DAERAH DPRD PEMERINTAHAN DAERAH
PASCA AMANDEMEN UUD 45
11
2.1. Perbedaan Prinsip-prinsip Pemerintahan Daerah Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32 Tahun 2004
2.1.1. Pengaturan dalam UU No. 22 Tahun 1999
Karakter ingin mempertahankan NKRI dengan semangat federalistik
Tata cara pembagian kewenangan :
Daerah menjalankan urusan pemerintahan luas kecuali urusan yang oleh
Page 21 of 52
Ditentukan kewenangan pangkal
Kewenangan propinsi sempit
Prinsip Pertanggung jawaban
Tidak ada mekanisme pertanggung jawaban daerah kepada pusat (hilangnya
pertanggungjawaban vertikal sebagai ciri negara kesatuan)
Kepala daerah bertanggung jawab kepada DPRD (dominasi DPRD menghilangkan
check and balances system)
Prinsip Pengawasan
Melemahnya pengawasan pusat kepada daerah (pengawasan merupakan
pengikat negara kesatuan)
Pengawasan tunggal berbentuk represif (terhadap Peraturan Daerah) disertai hak
pengajuan keberatan kepada MA
Pengawasan era UU No. 5 Tahun 1974 : prefentif, represif, umum (supervisi bukan kontrol)
Prinsip Pembagian Wilayah
Penyerahan pengelolaan wilayah lautan kepada daerah (12 mil kepada propinsi, 4
mil kepada kabupaten / kota)
Laut termasuk wilayah kedaulatan negara
Tidak lazim otonomi teritorial
Laut merupakan hak lintas damai
Implementasi
“Keterpaksaan” model dan keinginan secepat mungkin melaksanakan politik
hukum otonomi luas itulah yang sekarang justru menyebabkan rumitnya pelaksanaan otonomi daerah
Inkonsistensi kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan otonomi
daerah
Sistem pemerintahan
Kecenderungan ke arah model parlementar (kedudukan eksekutif tergantung
aprlemen), namun tidak memenuhi asas parlementer
Inkosistensi sistem pemerintahan setiap level pemerintahan
2.1.2. Pengaturan dalam UU No. 32 Tahun 2004
Latar belakang dibentuknya UU No. 32 Tahun 2004 :
Berbagai Perubahan Dalam Pengaturan Ketatanegaraan :
− Amandemen UUD 1945
− UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
− UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu
− UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
− UU No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Anggota MPR, DPR,
DPD dan DPRD
− UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
− UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Penyelesaian Permasalahan Otonomi Daerah Selama Berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 :
− Kerancuan dan tarik menarik kewenangan antar tingkat pemerintahan yang
menghambat kinerja pemerintah secara keseluruhan
− Kurang harmonisnya hubungan antara propinsi dan kabupaten / kota akibat
tidak jelas dan tidak tegasnya kewenangan gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah
− Sistem kepegawaian yang menimbulkan ego kedaerahan yang sempit dan
sulitnya mutasi pegawai negeri sipil daerah
− Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang diwarnai politik uang dan
menjadi sumber konflik horisontal di daerah
− Konflik antara Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa karena praktek
pemerintahan kota / kabupaten yang diadopsi di desa sehingga kehidupan musyawarah di desa berubah menjadi arena kompetisi yang tidak sehat
Prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langusng, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh sekurang-kurangnya 15 persen dari jumlah kursi DPRD atau 15 persen dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilu anggota DPRD di daerah yang bersangkutan
Gubernur menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Bupati dan Walikota menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Gubernur, Walikota, Bupati memberikan laporan keterangan pertanggungjawabannya kepada DPRD masing-masing dan menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat
Sekretaris daerah propinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur melalui Menteri Dalam Negeri. Sekretaris Daerah Kabupaten atau Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati atau Walikota.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing memiliki pemerintahan daerah. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa.
Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan serta menjalankan otonomi seluas-luasnya (kecuali urusan pemerintah pusat) yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan serta kekhususan.
Urusan Pemerintah Pusat meliputi politik luar negari, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama.
Sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Page 23 of 52
− perencanaan dan pengendalian pembangunan
− perencanaan pemanfaatan dan pengawasan tata ruang
− penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat,
− penyediaan sarana dan prasarana umum
− kesehatan
− pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial
− penanggulangan masalah sosial
− ketenagakerjaan
− koperasi dan usaha kecil menengah
− lingkungan hidup
− pertanahan
− kependudukan dan catatan sipi
− pelayanan administrasi umum pemerintahan
− pelayanan administrasi penanaman modal
− penyelenggaraan pelayanan dasar dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan
oleh peraturan perundang-undangan
Urusan Pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, meliputi : urusan
pemerintahan yang nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah bersangkutan, seperti : − Pertambangan − Perikanan − Perkebunan − Kehutanan − Pariwisata
Adapun urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah penyelenggara otonomi daerah berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harus menjamin keserasian hubungan antar daerah maupun hubungan dengan pemerintah pusat untuk menjaga keutuhan wilayah dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Daerah mempunyai kewenangan dalam bidang sumber daya alam dan daerah yang memiliki laut diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut, seperti eksplorasi, ekspoiltasi, konservasi, pengelolaan kekayaan laut, pengaturan administratif, pengaturan tata ruang, pemeliharaan keamanan dan pertahanan kedaulatan negara
Terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent, yaitu urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Dengan demikian ada bagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pusat, ada bagian urusan pemerintahan yang diserahkan pada propinsi dan ada bagian urusan pemerintahan yang diserahkan pada kabupaten atau kota.
Dalam menyelenggarakan otonomi daerah, pemerintah daerah mempunya hak dan kewajiban. Kewajiban pemerintah daerah :
Melindungi masyarakat
Menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan NKRI
Meningkatkan kualitas kehidupan masyarkaat
Mengembangkan kehidupan demokrasi
Mewujudkan keadilan dan pemerataan
Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan
Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
Mengembangkan sistem jaminan sosial
Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah
Mengembangkan sumber daya produktif
Melestarikan lingkungan hidup
Mengelola administrasi kependudukan melestarikan nilai sosial budaya
Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan di daerah
Sedangkan Hak pemerintah daerah :
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya
memilih pimpinan daerah (Kepala Daerah dan DPRD)
mengelola aparatur daerah
mengelola kekayaan daerah
memungut pajak dan retribusi daerah
mendapatkan bagian dari hasil pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya di daerah
mendapatkan sumber-sumber lain yang sah
mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai
dari dan atas beban APBD, sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di daerah didanai dari dan atas beban APBN.
Sumber Pendapatan Daerah
Sumber pendapatan daerah terdiri atas :
Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi : hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya.
Dana perimbangan, meliputi :
− dana bagi hasil, yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam
− dana alokasi umum (DAU) yang dialokasikan berdasarkan presentase tertentu
dari pendapatan dalam negeri netto dengan memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan.
− dana alokasi khusus (DAK), dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu
dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi untuk kegiatan khusus atas dasar prioritas nasional. Keseluruhan belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.
Page 25 of 52
PEMERINTAH PUSAT
TERGANTUNG & SUBORDINASI
DAERAH OTONOM
PROVINSI
DAERAH OTONOM
KAB / KOTA
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
SEBAGAI DAERAH OTONOM
GUBERNUR
(WAKIL PEMERINTAH)
Pembinaan,
Pengawasan,
Supervisi,
Monev
Fasilitasi
Kab/Kota
melaksanakan Otda
PELAYANAN
OPTIMAL
PERAN GUBERNUR
SEBAGAI
WAKIL PEMERINTAH
Elemen Dasar Pemerintahan Daerah
Elemen dasar pemerintahan daerah terdiri atas :
kewenangan
kelembagaan
personil
keuangan daerah
pelayanan public
pengawasan
Penataan Kewenangan Filosofi Otonomi Daerah :
Eksistensi pemerintah daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan secara
demokratis
Setiap kewenangan yang diserahkan ke daerah harus mampu menciptakan
kesejahteraan dan demokrasi
Kesejahteraan dicapai melalui pelayanan public
Pelayanan public ada yang bersifat pelayanan dasar (basic services) dan ada yang bersifat pengembangan sector unggulan (core competence)
Core competence merupakan sintesis dari PDRB, employment dan pemanfaatan
lahan
Pelayanan public menghasilkan outputs : public goods (jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, pasar, terminal, irigasi, dll) dan public regulations (akte kelahiran, KTP, KK, IMB, HO, dll)
Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah :
Kewenangan Absolut (distinctive) hanya dimiliki Pemerintah Pusat, yaitu pertahanan
keamanan (hankam), politik luar negeri, agama, moneter / fiscal nasional, dan peradilan
Kewenangan Bersama (concurrent) dikerjakan bersama antara pusat, propinsi dan
kabupaten/kota
− Kewenangan bersama ada yang bersifat wajib (obligatory) dan ada yang bersifat
optional (core competence)
− Kewenangan wajib diikuti oleh SPM
Kriteria pembagian kewenangan :
Eksternalitas : yang berwenang mengurus adalah pihak yang terkena dampak
Akuntabilitas : yang berwenang mengurus adalah unit pemerintahan yang paling
dekat dengan dampak
Efisiensi : otonomi harus menciptakan efisiensi dengan memperhatikan economies of
scale. Untuk itu perlu mempertimbangkan catchment area pelayanan. Adanya
inter-relasi dan inter-dependensi antar tingkatan pemerintahan dalam melaksanakan kewenangan masing-masing.
Page 27 of 52
ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN
URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT
(Mutlak urusan Pusat)
CONCURRENT (Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)
PILIHAN/OPTIONAL
(Sektor Unggulan)
WAJIB/OBLIGATORY (Pelayanan Dasar)
SPM
(Standar Pelayanan Minimal)
- Hankam
- Moneter
- Yustisi
- Politik Luar Negeri
- Agama
Contoh: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan perhubungan Contoh: pertanian,
industri, perdagangan, pariwisata, kelautan dsb
Penataan Kelembagaan
Penataan Kelembagaan adalah untuk mengakomodasikan kewenangan yang dilaksanakan oleh daerah. Kelembagaan untuk menyediakan pelayanan
dasar dan pengembangan sector unggulan. Right sizing dengan
mempertimbangkan reinventing government dengan privatisasi (BOO, BOT, BTO, BOL, dll). Penyusunan strategi kelembagaan masa transisi akibat tekanan birokrasi yang terlalu banyak. Kejelasan tupoksi camat, kepala desa, dan hubungan kerjanya. Keseimbangan antara strategic apex, middle line, operating
core, support staff dan techno structure
Penataan Personil
Penataan Personil dilakukan dengan :
Penentuan standar kompetensi untuk setiap jabatan
Rekrutmen, promosi, mutasi berbasis standar kompetensi
Pengembangan pegawai dan training berbasis need assessment untuk memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan
Penentuan minimal performance yang harus dicapai pegawai
Kejelasan antara posisi pejabat karir dengan pejabat politik
Manajemen kepegawaian perpaduan antara separated dan integrated system
PNS masih dianggap sebagai alat perekat bangsa
Penataan Keuangan Daerah
Penataan Keuangan Daerah dilakukan dengan :
Penerapan prinsip money follows function
Penataan cost centres
sector unggulan
− Penerapan SPM untuk menentukan SSA dari setiap pelayanan dasar yang
dilaksanakan
− Deteksi biaya setiap pelayanan
− Penghitungan biaya seluruh pelayanan yang merupakan fiscal need daerah
Penataan revenues centres
− Desentralisasi fiscal, pajak daerah dan retribusi daerah
− Gejala horizontal inequality karena perbedaan tax base antara kota dengan
kabupaten dan perbedaan sumber daya alam
− Intensifikasi dan ekstensifikasi dengan memperhatikan taxations
− Pengembangan ekonomi daerah, penciptaan kondisi yang menarik investor,
kemitraan, penggalian potensi daerah, penyehatan BUMD, pengembangan usaha kecil
− Deteksi fiscal capacity
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerah dihitung dari perbandingan antara fiscal
capacity dengan fiscal need akan terdeteksi fiscal gap (deficit fiscal). Fiscal gap sebagai
dasar untuk melakukan perimbangan keuangan melalui subsidi. Subsidi (grant) berperan sebagai equalizer untuk menciptakan equalization effects. Defisit khusus memerlukan subsidi khusus (specific grant) atau DAK, sedangkan defisit umum memerlukan subsidi umum (block grant) atau DAU
Penataan Perwakilan
Hubungan eksekutif dengan legistlatif
Posisi perangkat daerah yang netral
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung
Hubungan check and balances antara Kepala Daerah dengan DPRD
Kemungkinan impeachment DPRD dan Kepala Daerah
Mekanisme recall oleh partai politik dan Badan Kehormatan DPRD
Penggantian LPJ dengan keterangan pertanggung jawaban
Posisi keuangan DPRD
Pelayanan Pelayanan Publik
Pelayanan Dasar mengacu pada SPM
Dengan SPM dapat ditentukan :
− Biaya pelayanan
− Kebutuhan SOTK
− Kebutuhan personil
− Anggaran kinerja
− Transparansi dan akuntabilitas Pemerintah Daerah kepada rakyat
− Obyektivitas LPJ Kepala Daerah ke DPRD
− Fasilitas pusat terhadap daerah
− Pengawasan dan supervise terhadap daerah
Page 29 of 52
REFERENSI
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Amandemen 1 – 4)
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
Aan Eko Widiarto, Diktat Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Lokal, FHUB, Malang, 2009 Dadang Solihin, Kamus Istilah Otonomi Daerah, ISMEE, Jakarta, 2002
Dadang Juliantara, Pembaharuan Desa, Lappera, Yogyakarta, 2003
HAW Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001
Indra J Piliang, Otonomi Daerah: Evaluasi dan Proyeksi, Yayasan Harkat Bangsa, Jakarta, 2003
Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Fisipol UGM, Raja Grafindo, Jakarta, 2002
Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Yogyakarta, 1993
R. Herlambang Perdana, Penindasan atas nama Otonomi, Pustaka Pelajar-LBH Surabaya, Yogyakarta, 2001
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Fokus Media, 2003
Taliziduhu Ndraha, Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Bumi Aksara, Jakarta, 1981
PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi (Analisa Kasus dalam Paper dan Presentasi)
1. Konflik Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
2. Kerusakan Jalan Antar Propinsi : Tanggung Jawab Siapa ?
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. Mengapa prinsip pemerintahan daerah dalam Pasal 18 dan Pasal 1 UUD NRI
Tahun 1945 harus dipahami secara komprehensif ?
2. Jelaskan perbedaan prinsip pemerintahan daerah dalam UU No. 22 Tahun 1999
C. QUIZ -(evaluasi) – essay (written test) dan/atau lisan
D. PROYEK (Eksplorasi entrepreneurship, penerapan topic bahasan pada dunia nyata)