• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil (normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan (Prawirohardjo, 2006).

Menurut WHO tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000 KH), Vietnam (59/100.000 KH), serta Singapore (3/100.000 KH). Dibandingkan dengan negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia (7/100.000 KH) dan Jepang (5/100.000 KH) (WHO, 2011).

Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain, padahal Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, untuk angka kematian bayi tahun 2003-2007 sebesar 34 per 1.000 KH. Angka ini masih

(2)

cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga (Kemenkes, 2014).

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI mengacu pada jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan ( Dinkes Provsu, 2013).

(3)

Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2012, penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan (32%) dan hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%), selain penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non obstetrik) sebesar 32% ( Kemenkes, 2012). Kasus kematian ibu ini dapat dicegah jika setiap ibu hamil melakukan pemeriksaan kesehatan rutin ketika mengalami kehamilan melalui pelayanan antenatal.

Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) merupakan kunjungan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama hamil yang sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal care yang ditentukan. Kunjungan antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil ke bidan atau ke dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.

Pada setiap kunjungan pemeriksaan ibu hamil (antenatal care) petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterin, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Depkes RI, 2009). Pelayanan pemeriksaan kesehatan ketika masa kehamilan menjadi suatu bagian yang penting untuk menurunkan Angka Kematian Ibu yang saat ini masih tinggi di Indonesia.

(4)

trimester ketiga (usia kehamilan 24minggu - lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes, 2014).

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal care pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal care sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan ( Kemenkes, 2014).

(5)

Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal care juga makin diperkuat dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011, dimana keduanya saling bersinergi. Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.

Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan K4 di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 88,27% dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 90,18% sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 86,85% padahal Kementerian Kesehatan RI memberikan target cakupan K4 sebesar 90%. Penurunan angka cakupan K4 di Indonesia akan meningkatkan resiko kenaikan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB) ( Kemenkes, 2014).

(6)

budaya dan organisasional. Menurut Yanagisawa (2004), jarak tempat tinggal pasien sangat memengaruhi pemanfaatan pelayanan.

Menurut Ai Yeyeh (2009) bahwa salah satu faktor yang mendukung dalam kunjungan antenatal care adalah lokasi fasilitas kesehatan yang meliputi sarana dan prasarana kesehatan dan kemudahan dalam mencapai sarana kesehatan tersebut. Sarana dan prasarana kesehatan meliputi seberapa banyak fasilitas-fasilitas kesehatan, konseling maupun pusat-pusat informasi bagi individu/masyarakat. Kemudahan berarti bagaimana kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan tersebut termasuk biaya, waktu/lama pengobatan, dan juga hambatan budaya seperti malu mengalami penyakit tertentu jika diketahui masyarakat (Notoatmojo, 2010). Lokasi yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani.

(7)

diteliti terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care yaitu pengetahuan, sikap, dan ketersediaan transportasi

Menurut Agnes (2005) bahwa dukungan suami merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan perilaku ibu hamil. Suami perlu memberikan penjelasan dan pengajaran pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan. Dukungan suami akan memberikan kontribusi yang besar dalam tercapainya kunjungan K4 dan meminimalkan resiko yang terjadi selama kehamilan dan persalinan.

Dukungan dari petugas puskesmas juga merupakan salah satu faktor penting dalam perilaku kesehatan misalnya kunjungan K-4. Apabila seorang ibu telah mendapat penjelasan tentang pemeriksaan kehamilan yang benar dari petugas kesehatan maka ibu tersebut pasti mencoba menerapkannya, akan tetapi karena lingkungannya belum ada yang menerapkan, maka ibu tersebut menjadi asing dan bukan tidak mungkin ibu tidak mau melakukan ke petugas kesehatan untuk memeriksa kehamilannya. Penelitian Mpembeni et al (2010) menemukan bahwa wanita yang tinggal kurang dari 5 km dari fasilitas kesehatan lebih mungkin untuk merujuk ke fasilitas kesehatan daripada mereka yang tinggal lebih dari 5 km.

(8)

95%. Sedangkan cakupan K4 sebesar 64% belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 90% (Puskesmas Padang Matinggi Kota Padangsidempuan, 2013).

Hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa dari 10 orang yang diwanwancarai oleh peneliti terdapat 4 orang ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dengan rincian sebanyak 2 orang yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan, sebanyak 4 orang telah memeriksakan kehamilan sebanyak 1 kali hingga kehamilan memasuki tri semester ketiga, hal ini terjadi karena kehamilan adalah hal biasa yang akan dihadapi oleh setiap wanita sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan khusus, terutama pada ibu yang sudah memiliki lebih dari 2 orang anak, suami juga tidak mendukung untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal karena ibu dalam kondisi sehat. Ibu- ibu hamil tersebut belum mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda persalinan serta tenaga kesehatan yang tidak menganjurkan waktu untuk memeriksakan kesehatan ibu hamil. Terdapat 2 orang informan yang dilakukan wawancara menyatakan melakukan pemeriksaan kehamilan dengan lengkap (melakukan kunjungan K-1 dan K-4) selama kehamilannya karena suami dan keluarga yang terus mengingatkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan tenaga kesehatan yang terus mengingatkan ibu dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

(9)

Selain itu bidan desa jarang berada di tempatnya karena mereka pada umumnya tidak tinggal di Kecamatan Padangsidempuan Selatan dan jarang untuk mengingatkan ibu hamil dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan kembali. Dukungan keluarga ibu hamil (suami maupun orang tua atau mertua) masih sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari keluarga yang tidak pernah mengingatkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya kecuali jika ada keluhan, apalagi memberikan biaya kepada ibu untuk pergi ke Puskesmas atau mengantar ibu untuk pergi ke Bidan Desa. Lokasi fasilitas kesehatan juga menjadi faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan, dimana lokasi fasilitas kesehatan tersebut sulit dijangkau oleh ibu hamil dan keluarga karena tidak mempunyai kendaraan sendiri untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan serta jika terjadi hujan maka jalan akan sulit dijangkau sehingga ibu hamil lebih mementingkan untuk melakukan pemeriksaan kepada wanita yang dituakan saja atau sama sekali tidak melakukan pemeriksaan kehamilan.

1.2 Permasalahan

Masih rendahnya cakupan K1 (73%) dan K4 (64%) di Wilayah kerja Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care di Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Padang Sidimpuan Selatan di Kota

(10)

1.4 Hipotesis

Ada hubungan umur, pendidikan, paritas, pendapatan, pengetahuan ibu hamil, sikap ibu hamil, lokasi fasilitas kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, dukungan suami, sikap petugas kesehatan dan keterpaparan media dengan kunjungan antenatalcare di Puskesmas Padang Matinggi Kota Padang Sidempuan.

1.5 Manfaat Penelitian

1) Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Padang Sidempuan dalam upaya untuk meningkatkan kuantitas standar ANC.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel Hubungan antara Berat Bayi Lahir Rendah dengan Kematian Neonatal di Rumah Sakit PHC Surabaya 1 Januari sampai dengan 31

Nyanyian itu telah lama hidup dan berkembang di dalam masyarakat Kulawi hingga saat ini dan seakan menjadi satu-satunya kesenian yang diketahui masyarakat luas di

Judul Modul: Mengoperasikan Programmable Logic Controller (PLC). Selain itu pemrograman juga dapat dilakukan dengan komputer yang menggunakan software ”Zelio Soft 2”. Smart relay

Karya tari Maha Puja merupakan karya tari yang mengambarakan keagungan Dewi Saraswati sebagai seorang yang cantik dengan kulit halus dan bersih merupakan

Untuk itu dalam kesempatan ini, saya selaku penulis dari skripsi yang mengambil salah satu objek tari betawi kreasi baru yakni Tari Lenggang Nyai milik Wiwiek Widiyastuti

dengan Ampas Tebu dan Semen , Tugas Akhir, Bidang Geoteknik, Departemen Teknik. Sipil, Universitas

Pengujian aplikasi menunjukan bahwa aplikasi Peta Kota Salatiga dapat berjalan baik sesuai kebutuhan yang telah diuraikan pada tahap batasan masalah.. Aplikasi Peta

ini, penulis melakukan pengujian aplikasi secara mandiri dengan melakukan percobaan masuk ke Animasi yang penulis rancang dan berperan sebagai pengguna dan