BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel
Penentuan tempat penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja, yaitu kecamatan Beringin.. Tempat penelitian ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa di kecamatan Beringin mulai banyak usaha yang bergerak pada ikan hias.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan ikan koi di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. Metode yang digunakan penentuan sampel adalah metode sensus, yaitu semua jumlah populasi digunakan sebagai sampel pada penelitian ini. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 19 0rang petani ikan koi.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.4 Metode Analisis Data
Tujuan penelitian (1) yaitu untuk mengetahui berapa banyak biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya variabel dalam usahatani ikan koi di daerah penelitian.
Penyusutan
Menurut Suratiyah (2006 : 35) untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis lurus. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
NA – NS NPA =
n
Dimana :
NPA = nilai penyusutan alat (Rp) NA = nilai awal (Rp)
NS = nilai sisa (Rp)
n = umur ekonomis (Tahun)
Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:
TC = FC + VC
Dimana :
TC (Total Cost) = total biaya (Rp)
VC (Variabel Cost) = total biaya variabel (Rp)
Tujuan penelitian (2) untuk mengetahui berapa jumlah pendapatn dan penerimaan petani pada usahatani ikan koi yang diusahakan pada daerah penelitian.
Analisis Pendapatan
Menurut Soemarso (2002 : 274), pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban yang timbul dari penyerahan barang dan jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode. Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui nilai pendapatan yang diperoleh oleh petani. Terlebih dahulu dilakukan perhitungan penerimaan dengan rumus sebagai berikut:
TR = P . Q
Dimana :
TR = total penerimaan (Rp)
P = harga jual produk (Rp/ekor)
Q = jumlah produksi (Ekor)
Perhitungan pendapatan sebagai berikut:
π
= TR – TCDimana :
Tujuan Penelitian (3) yaitu untuk mengetahui kelayakan finansial dari budidaya ikan koi di daerah penelitian yaitu dengan analisis pendapatan, R/C ratio dan BEP.
R/C Ratio
Menurut Darsono (2008) R/C Ratio adalah metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi.
TR R/C Ratio =
TC
Dimana :
R/C Ratio = Revenue Cost Ratio TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) Dengan kriteria hasil:
a. Jika R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan adalah layak
b. Jika R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas (break even point)
Break Even Point (BEP)
Break Even point (BEP) merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana
jumlah manfaat ( pendapatan ) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan kata lain pada keadaan ini perusahaan tidak mendapat laba maupun rugi (Bambang Riyanto, 2011 : 364).
FC BEP Produksi =
(P - VC)
Dimana :
BEP Produksi = Break Even Point Produksi (Ekor) FC = Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp)
P = Price / Harga penjualan (Rp / Ekor)
FC BEP Harga =
(1 – VC/S)
Dimana :
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Modal Kerja adalah semua biaya yang dikeluarkan per periode dilaksanakannya kegiatan produksi perusahaan. Modal kerja terdiri dari biaya tetap dan biaya variable.
2. Perhitungan penyusutan dengan menghitung nilai sisa sebesar 10% dari harga awal pembelian.
3. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk didalam interval tertentu.
4. Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi.
5. Produksi adalah hasil dari usahatani ikan koi.
6. Total biaya adalah jumlah dari modal kerja dan biaya penyusutan yang dikeluarkan selama umur proyek.
7. Usahatani adalah suatu penataan dimana petani mengolah usahataninya berdasarkan tanggapan terhadap faktor lingkungan fisik, biologis, dan sosial ekonomi sesuai dengan kemampuan petani
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2016 sampai tahun 2017.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Kecamatan beringin merupakan salah satu dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Luas kecamatan Beringin adalah 52,69 km2. Kecamatan Beringin berada di daerah Dataran Rendah dengan ketinggian 2,5- 40 meter diatas permukaan laut.
Kecamatan Beringin terdiri dari 11 desa yaitu Desa Tumpatan, Desa Kualanamu, Desa Sidodadi Ramunia, Desa Kebun Kelapa, Desa Araskabu, Desa Serdang, Desa Sidourip, Desa Pasar VI Kualanamu, Desa Karanganyar, Desa Beringin dan Desa Sidoarjo. Secara administrative Kecamatan Beringin mempunyai batas-batas sebagai berikut :
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam
4.1.2 Kependudukan
Penduduk di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang berjumlah 59.537 jiwa yang tersebar di 11 desa. Berdasarkan jenis kelamin penduduk Kecamatan Beringin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Beringin Tahun 2014
Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah
Jiwa Jiwa Persentase Jiwa Persentase
Tumpatan 3.702 12,26 3.602 12,27 7.304
Sumber : Kantor Kecamatan Beringin, 2014
4.1.3 Penduduk Kecamatan Beringin menurut tingkat pendidikan
Penduduk Kecamatan Beringin menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamatan TK, SD, SLTP,SLTA, Perguruan Tinggi, Ibtidaiyah, Sanawiyah.
Tabel 4.2 Penduduk Kecamatan Beringin Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2014
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. TK 683 5,34
Sumber : Kantor Kecamatan Beringin, 2014
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Beringin paling besar berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 6055 jiwa (47,41%), selanjutnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu sebesar 2919 jiwa (22,86%), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu sebesar 1924 jiwa (15,06%), Ibtidaiyah sebesar 807 jiwa (6,31%), Taman Kanak-Kanak sebesar 683 jiwa (5,34%), tingkat Sanawiyah sebesar 241 jiwa (1,88%), dan tingkat Perguruan Tinggi sebesar 142 jiwa (1,11%).
4.1.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 4.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Beringin Tahun 2014
No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Petani 8.056 30,99
Sumber : Kantor Kecamatan Beringin, 2014
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk di Kecamatan Beringin yang terbesar yaitu selain mata pencaharian dari petani, buruh, tanaga kesehatan, tenaga pengajar, pedagang adalah sebesar 15.983 jiwa (61,49%). Kemudian petani sebesar 8.056 jiwa (30,99%), buruh sebesar 1.246 jiwa (4,79%), pedagang sebesar 547 jiwa (2,10%), tenaga pengajar sebesar 391 jiwa (1,50%) dan tenaga kesehatan sebesar 120 jiwa (0,46%).
4.2 Karakteristik Sampel
Pada penelitian ini jumlah responden petani adalah sebesar 19 orang responden. Petani responden berasal dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Beringin yang informasinya diperoleh dari petani ikan koi di Kecamatan Beringin. Petani yang menjadi responden merupakan petani yang melakukan usahatani ikan koi baik sebagai usaha sampingan maupun usaha pokok. Karakteristik petani responden satu dengan yang lainnya tidak banyak berbeda.
Tabel 4.4 Usia Petani Ikan Koi di Kecamatan Beringin Tahun 2017
No Usia Petani Jumlah Petani (Orang)
1. 35-40 4
2. 41-45 7
3. 46-50 6
4. 51-55 2
Jumlah 19
Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 1)
Dari segi pendidikan petani ikan koi di Kecamatan Beringin belum dikatakan tinggi. Terlihat pada tabel yang akan menyajikan sebaran tingkat pendidikan petani pada responden sebagai berikut. Berdasarkan tabel berikut sebagian besar petani tamatan SMP dan SMA dari total seluruh petani responden.
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Petani Ikan Koi di Kecamatan Beringin Tahun 2017
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (orang)
1. Tamat SD 3
2. Tamat SMP 9
3. Tamat SMA 7
4. Sarjana -
Jumlah 19
Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 1)
Tabel 4.6 Jumlah Tanggungan Petani Ikan Koi di Kecamatan Beringin Tahun 2017
No. Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah Petani (Orang)
1. 0 -
2. 1 2
3. 2 5
4. 3 7
5. 4 3
6. 5 2
Jumlah 19
Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 1)
Luas lahan atau kolam yang digunakan petani ikan koi di Kecamatan Beringin cukup beragam. Petani yang memiliki lahan / kolam sendiri sebanyak 19 orang. Jadi keseluruhan petani responden memiliki lahan sendiri.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Produksi
Petani sebagai pelaksana usahatani mengharapkan produksi yang besar untuk menghasilkan pendapatan yang besar pula. Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya. Dalam proses produksi dikeluarkan biaya-biaya yang mendukung terjadinya proses produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung,. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dimana penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah sewa lahan, penyusutan alat dan bangunan. Selain biaya tetap terdapat juga biaya tidak tetap (Variable Cost) dimana penggunaanya habis dalam satu masa produksi. Biaya yang termasuk kedalam biaya tidak tetap adalah benih, pakan, dan tenaga kerja.
5.1.1 Biaya Tetap
1. Penyusutan Peralatan
Tabel 5.1 Rata-Rata Biaya Tetap (Penyusutan Peralatan) Usahatani Ikan Koi Per Petani dan Per Hektar Per Periode Produksi
No. Alat Biaya Per Petani
3. Jaring Samping 351.535 1.372.549
4. Seser 3.542 21.305
5. Ember 5.877 35.483
Total 573.849 2.513.628
Sumber : diolah dari data primer 2017, lampiran 18,19
Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa rata-rata biaya tetap penyusutan peralatan usahatani ikan koi untuk pompa air sebesar Rp. 155.000,- per petani dan sebesar Rp. 811.013,- per Ha dalam sekali periode. Untuk jaring atas sebesar Rp. 57.894- per petani dan sebesar Rp. 273.279,- per Ha dalam sekali periode. Untuk jarring samping sebesar Rp. 351.535,- per petani dan sebesar Rp. 1.372.549,- per Ha dalam sekali periode. Seser sebesar Rp. 3.542,- per petani dan sebesar Rp. 21.305,- per Ha dalam sekali periode.. sedangkan untuk ember sebesar Rp. 5.877,- per petani dan sebesar Rp. 35.483,- per Ha dalam sekali periode, total biaya penyusutan di dapat sebesar Rp.2.513.628 ,- per Ha. Dari data tersebut diketahui jaring samping adalah biaya penyusutan terbesar yang harus dikeluarkan dalam usahatani ikan koi.
2. Pajak Bumi Bangunan (PBB)
Tabel 5.2 Biaya PBB Usahatani Ikan Koi
Sumber : Diolah dari data primer, Lampiran 8
5.1.2 Biaya Variabel
Biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan usahatani ikan koi di Kecamatan Beringin adalah, terdiri atas biaya benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja. Penjelasan umum untuk biaya variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Benih
Benih ikan koi dibeli dengan kisaran ukuran 3 cm- 4 cm. Untuk rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam pembelian benih sebagai komponen biaya variabel dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 5.3 Rata-rata Biaya Produksi Benih Ikan Koi Per Petani dan Per Ha Per Periode
No. Uraian Rupiah
1 Per Petani 4.910.526
2 Per Ha 20.930.451
Berdasarkan data di tabel diketahui bahwa rata-rata biaya produksi benih Ikan Koi per petani mencapai Rp. 4.910.526,- dan sebesar Rp. 20.930.451,- untuk per Ha dalam sekali periode. Dari data tersebut didapat bahwa biaya produksi benih Ikan Koi merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh petani ikan koi.
2.Pakan
Untuk pakan ikan koi di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang harus diberikan dengan dosis yang tepat agar ikan koi tidak mati kelaparan atau kekenyangan, jumlah pemberian pakan ikan koi disesuaikan dengan banyaknya ikan koi yang di pelihara petani. Besarnya rata-rata jumlah biaya pakan yang dikeluarkan petani untuk memberi makan ikan koi dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 5.4 Rata-Rata Biaya Pakan Usahatani Ikan Koi Per Petani dan Per Hektar Per Periode
No Uraian Rupiah
1. Per Petani 4.045.394
2. Per Hektar 17.288.162
Sumber : Diolah dari data primer 2017, lampiran 3
Berdasarkan tabel 5.4 di dapat rata-rata biaya pakan yang dikeluarkan dalam usahatani ikan koi per petani mencapai Rp. 4.050.394,- dan biaya pakan per Ha yang dikeluarkan mencapai Rp. 17.288.162 untuk sekali periode.
3.Biaya Obat-Obatan
jumlah biaya obat-obatan yang dikeluarkan petani ikan koi dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 5.5 Rata-Rata Biaya Obat-obatan Usahatani Ikan Koi Per Petani dan Per Hektar Per Periode
No. Uraian Rupiah
1. Per Petani 139.105
2. Per Hektar 736.130
Sumber : Diolah dari data primer 2017, Lampiran 4
Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh rata-rata biaya obat-obatan yang dikeluarkan dalam usahatani ikan koi per petani mencapai Rp. 139.105,- dan biaya obat-obatan per hektar sebesar Rp. 736.130,- untuk sekali periode.
3. Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Jenis komoditi yang diusahakan menentukan jumlah tenaga kerja. Besarnya biaya tenaga kerja didasarkan pada jumlah hari kerja yang dilakukan dan jumlah tenaga kerja yang terlibat. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ikan koi di daerah penelitian adalah tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam usahatani ikan koi perpetani dan per Ha dalam sekali periode dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.
Tabel 5.6 Rata-Rata Total biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Koi Per Petani dan Per Hektar Per Periode
No Rata-rata biaya tenaga kerja Rupiah
1. Per Petani 3.166.042
2. Per Hektar 16.423.598
Sumber : Diolah dari data primer 2017, Lampiran 14,15
dan biaya per Ha yang dikeluarkan mencapai Rp. 16.432.598,- untuk sekali periode.
4. Biaya BBM
Bahan bakar minyak yang digunakan berguna untuk mengisi pompa air yang digunakan untuk mengalirkan air kedalam kolam. Rata-rata biaya BBM yang dikeluarkan dalam usahatani ikan koi per petani dan per Ha dalam sekali periode dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.7 Rata-rata total biaya BBM usahatani Ikan koi Per petani dan Per Hektar Per Periode
No Rata-rata biaya BBM Rupiah
1. Per Petani 238.797
2. Per Hektar 1.224.507
Sumber : Diolah dari data Primer 2017, Lampiran 13
Berdasarkan tabel 5.7 didapat rata-rata biaya BBM dalam usahatani ikan koi sebanyak Rp. 238.797,- untuk per petani dan Rp. 1.224.507,- biaya per Ha untuk sekali periode produksi.
Setelah didapatkan biaya tetap dan biaya variabel, penjumlahan kedua biaya tersebutlah yang menjadi biaya produksi usahatani ikan koi yang rata-rata biaya produksi usahatani tersebut dapat dilihat dari tabel 5.8 berikut ini.
Tabel 5.8 Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani ikan koi Per Hektar dan Per Petani Per Periode
No Rata-rata biaya produksi Rupiah
1. Per petani 9.076.079
2. Per hektar 38.954.770
Dari data tabel 5.8 di ketahui bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan petani dalam usahatani ikan koi mencapai Rp. 9.076.079,- untuk per petani dan untuk total biaya produksi per Ha mencapai Rp. 38.954.770,- dalam sekali periode.
Berikut ini ditampilkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per Ha dan proporsinya
Tabel 5.9 Rekapitulasi Komponen Biaya Produksi Per Ha Dan Proporsinya
No. Komponen Biaya Rp %
d. Tenaga kerja 16.423.598 27,54
e. BBM 1.224.507 2,05
Total 59.628.476 100
Sumber : diolah dari data primer 2017,lampiran 21
Tabel 5.10 Rekapitulasi Komponen Biaya Produksi Per Petani dan
Sumber : diolah dari data primer 2017,lampiran 20
Berdasarkan tabel rekapitulasi komponen biaya produksi per petani tersebut di dapat bahwa komponen biaya benih ikan koi merupakan komponen biaya terbesar yang dikeluarkan petani untuk produksi ikan koi.
5.2 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Ikan Koi
Dalam menjalankan usahatani ikan koi, ikan koi dapat di panen setelah 3 bulan setelah proses pembesaran. Setelah ikan koi dipanen, hasil produksi lansung dijual dengan agen yang datang untuk membeli ikan koi. Dengan demikian tidak ada perlakuan pasca panen yang dilakukan terhadap ikan koi tersebut.
Dibawah ini akan disajikan rata-rata penerimaan dan pendapatan usahatani ikan koi per petani dan per Ha per periode.
Tabel 5.10 Rata-Rata Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Ikan Koi Per Hektar dan Per Petani
No. Uraian Rata-rata Sumber : diolah dari data primer 2017, lampiran 22,23,24
Dari data tabel 5.10 diketahui bahwa rata-rata penerimaan petani dalam sekali periode produksi mencapai Rp. 58.131.579,- per petani dan sebesar Rp. 247.185.578,- untuk per Ha. Pendapatan yang diperoleh petani ikan koi per petani mencapai Rp.45.052.495,- dan sebesar Rp. 188.020.443,- untuk per Ha dalam sekali periode produksi.
5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Ikan Koi
Setiap petani dalam berusaha tani yang dilakukannya pasti mengharapkan keuntungan yang besar. Menganalisis kelayakan usahatani berguna untuk mengetahui apakah suatu usahatani tersebut layak di usahakan atau tidak. Kelayakan usahatani ikan koi secara finansial dapat diketahui dengan menghitung nilai R/C dan BEP.
lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usahatani tersebut layak untuk dikembangkan.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis ketiga yang mengatakan bahwa usahatani ikan koi layak dikembangkan adalah sesuai dengan hasil yang diperoleh di daerah penelitian. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima.
Selanjutnya kelayakan usahatani ikan koi dapat dilihat dengan menghitung nilai BEP (Break Even Point). BEP merupakan keadaan dimana suatu usaha dalam melakukan usaha tidak untung dan tidak rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima perusahaan. BEP harga produksi dapat dianalisis dengan membandingkan total biaya produksi dengan volume atau jumlah produksi, sedangkan BEP volume produksi dapat dihitung dengan membandingkan total biaya produksi dengan harga jual petani ikan koi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan terhadap usahatani ikan koi di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang dapat disimpulkan bahwa :
1. Biaya tetap ikan koi lebih kecil dibandingkan biaya variabel
2. Usahatani ikan koi menguntungkan, karena penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
3. Usahatani ikan koi di daerah penelitian secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan ditinjau dari kriteria kelayakan finansial yaitu nilai R/C > 1 dan nilai BEP produksi lebih kecil dari hasil produksi dan BEP harga lebih kecil dibanding dengan harga jual.
6.2 Saran
Kepada Petani
Agar petani lebih baik lagi dalam menekan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani ikan koi dan meningkatkan jumlah benih yang diusahakan untuk dapat memberikan pendapatan yang lebih tinggi lagi.
Kepada pemerintah
Agar pemerintah dapat lebih memperhatikan petani ikan koi dan membantu untuk mengembangkan usaha ikan koi karena binis ikan hias sangat berkembang dipasaran.
Kepada peneliti selanjutnya