• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Metode Pembelajaran Ceramah dengan Penguasaan Materi Kuliah pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Metode Pembelajaran Ceramah dengan Penguasaan Materi Kuliah pada Mahasiswa Program Sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Ceramah

2.1.1 Definisi Metode Ceramah

Metode ceramah diartikan sebagai proses penyampaian informasi dengan

jalan mengeksplanasi atau menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada

saat yang sama materi itu diterima oleh sekelompok subjek (Nurhidayah, 2009).

Sukses tidaknya metode ceramah sangat ditentukan oleh kemampuan dosen

menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah

materi yang disajikan, kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang

mendengarkan, dan lain-lain. Ceramah biasanya disertai dengan tanya jawab.

Pengertian yang lain metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan

metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar

(Djamarah, 2013).

Cara mengajar ceramah dapat dikatakan sebagai teknik kuliah, merupakan

suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau

informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan lisan secara langsung

terhadap siswa. Ceramah mengandalkan penuturan dari pengajar atau pembicara

dan tidak banyak berharap atas respon dari para pesertanya (Setiawati, 2008).

(2)

pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara

langsung terhadap siswa.

2.1.2Tujuan Metode Ceramah

Secara spesifik pesifik metode ceramah bertujuan untuk menciptakan

landasan pemikiran melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan sehingga

mahasiswa dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah, menyajikan

garis-garis besar isi materi dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran,

merangsang mahasiswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu

melalui pemerkayaan belajar, memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan

penjelasan secara jelas, sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam

upaya menjelaskan prosedur-prosedur yang harus ditempuh mahasiswa (Sanjaya,

2011).

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Sanjaya (2011) adapun kelebihan-kelebihan penggunaan dari metode

ceramah yaitu :

1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah

dalam hal ini berarti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan

yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi dan

peragaan. Dikatakan mudah karena memang ceramah hanya mengandalkan

suara pendidik, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang

(3)

2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi

pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh

pendidik dalam waktu yang singkat.

3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

Artinya, pendidik dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu

ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

4. Melalui ceramah, pendidik dapat mengontrol keadaan kelas oleh karena itu

sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab pendidik yang memberikan

ceramah.

5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih

sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak

memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.

Beberapa kelebihan-kelebihan diatas, penggunaan metode ceramah juga

memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas pada apa

yang dikuasai pendidik. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling

dominan, sebab apa yang diberikan pendidik adalah apa yang dikuasainya.

2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya

verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat mungkin disebabkan

oleh proses ceramah. Oleh karena itu dalam proses penyajiannya, pendidik

hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan

(4)

kemampuan yang berbeda termasuk dalam ketajaman menangkap materi

pelajaran melalui pendengarannya.

3. Pendidik yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah

sering dianggap sebagai metode yang membosankan;

4. Melalui ceramah sangat sulit diketahui apakah seluruh siswa sudah mengerti

apa yang dijelaskan pendidik atau belum.

2.1.4 Faktor-Faktor Pembelajaran Metode Ceramah

Agar pembelajaran menggunakan metode ceramah dapat dilakukan secara

lebih baik, perlu mempertimbangkan faktor berikut perumusan tujuan secara jelas,

kesesuaian metode ceramah dengan tujuan artinya metode pembelajaran ini

dipandang lebih efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran yang

bersangkutan, memvariasikan metode ceramah dengan metode pembelajaran lain,

menggunakan alat pelajaran yang relevan untuk membangkitkan minat belajar

mahasiswa maupun, pengorganisasian materi pembelajaran harus dilakukan

secara cermat, dengan menggunakan prinsip belajar dan mengajar.

Untuk menambah tingkat keefektifan, diperlukan kemampuan memberi

penjelasan. Hal yang harus diperhatikan dalam memberi penjelasan adalah

kejelasan bahasa, baik dalam memilih kata-kata, sususan kalimat, maupun

menghindari kekaburan memberikan batasan pengertian terhadap istilah “baru”,

menggunakan contoh secara memadai dan relevan dengan ide, konsep atau

generalisasi apa yang dijelaskan disesuaikan juga dengan tingkat kemampuan

yang diberi penjelasan, melakukan penekanan terhadap bentuk-bentuk informasi

(5)

pengulangan (repetisi) penjelasan, mencari kata atau ungkapan lain yang

mempunyai arti sama (paraphrase) dengan tindakan, dengan menggunakan

gambar atau demonstrasi, penyusunan materi pembelajaran yang dijelaskan harus

logis dan jelas pola penyusunan pun harus jelas dan menggunakan umpan balik

(feedback) (Sumiati & Asra, 2016).

Berdasarkan uraian diatas, pelaksanaan metode ceramah sebagai berikut:

1. Dosen menjelaskan tujuan dan topik yang akan diajarkan.

2. Memberi motivasi belajar dengan berbagai kegiatan seperti

ungkapan-ungkapan verbal yang dapat memberikan suasana senang, humor dan

sebagainya dan menyajikan petunjuk yang sesuai, seperti dengan alat-alat

gambar, slide, film, infocus ataupun transparansi.

3. Memberikan penjelasan singkat tentang materi atau submateri pembelajaran

dalam garis besar (dengan ceramah).

4. Menyelingi kuliah dengan berbagai contoh dan tanya jawab.

5. Setelah ceramah, dapat dilakukan diskusi tentang masalah yang dipelajari.

6. Untuk materi pembelajaran memantapkan dapat diberikan tugas atau kegiatan

inquiry dan discovery.

7. Dilakukan evaluasi dengan prosedur dan teknik tertentu.

2.1.5 Kombinasi Metode Ceramah

2.1.5.1 Metode Ceramah dan Media Instruksional

Konsentrasi mahasiswa akan menurun dengan cepat setelah mendengarkan

ceramah lebih dari 20 menit secara terus-menerus (E.J.Thomas, 1972, dalam

(6)

tulis dapat mengurangi menurunnya konsentrasi belajar mahasiswa dalam

mendengarkan ceramah. Selain itu dengan menggunakan metode ceramah yang

dikombinasikan dengan media visual, daya ingat mahasiswa terhadap materi yang

baru menjadi meningkat. Untuk memudahkan dan mengarahkan konsentrasi

mahasiswa, tulisan yang ditulis pada papan tulis atau Over Head Transparancies

(OHT) harus terbaca oleh semua mahasiswa. Media visual lain yang dapat dipakai

sewaktu berceramah adalah video, film, slide. Hand-outs yang berisi berupa

ringkasan materi atau inti materi pembelajaran juga media visual yang dapat

membantu dan memusatkan perhatian mahasiswa pada materi melalui penjelasan

dosen, dan tidak menjadi sibuk mencatat.

2.1.5.2 Metode Ceramah dan Diskusi

Metode diskusi memungkinkan adanya interaksi antara dosen dengan

mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa. Di sinilah keunggulan metode

diskusi yang tidak dimiliki metode ceramah. Melalui metode diskusi dosen dapat

membaca pikiran mahasiswa tentang konsep yang baru dipelajarinya, seperti

menilai pemahaman mereka terhadap konsep baru. Demikian pula reaksi terhadap

konsep tersebut dapat melihat kesiapan menerima inovasi atau konsep-konsep

baru.

Namun, karena metode diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila

mahasiswa telah memiliki pengalaman atau konsep dasar tentang masalah yang

akan didiskusikan, maka metode ceramah dapat dimanfaatkan untuk menerangkan

(7)

2.1.6Evaluasi Pembelajaran

2.1.6.1 Definisi Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan

penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam

merancang suatu sistem pengajaran (Hamalik, 2003, dalam Nurhidayah, 2011).

Masih menurut Hamalik evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral

dalam proses pendidikan, oleh karena itu evaluasi harus dilakukan oleh setiap

pendidik atau dosen sebagai bagian dari tugasnya dalam merancang pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kegiatan mengoreksi hal-hal

yang telah terjadi atau dilakukan selama kegiatan pembelajaran yang telah

berlangsung. Evaluasi pembelajaran dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan

mereka ulang kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk

mengetahui hal-hal penting, baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan yang

terjadi pada kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.

Kegiatan evaluasi cenderung diidentifikasi sama dengan menilai, karena

aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan

evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki yang akan selalu ada dalam

pembelajaran. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Penilaian

(assessment) merupakan cara memperoleh informasi tentang hasil belajar atau

ketercapaian kompetensi mahasiswa dengan menggunakan beragam alat

penilaian. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif) dan

(8)

Evaluasi tidak hanya akan dilakukan terhadap hasil belajar tetapi juga

harus dilakukan terhadap pembelajaran itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menilai

tingkat pencapaian kompetensi mahasiswa. Evaluasi dipandang penting sebab

hasil evaluasi akan menjadi masukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

berbagai komponen yang terdapat dalam pembelajaran. Informasi-informasi yang

didapat dari evaluasi ini akan dipergunakan untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran yang sekaligus berfungsi sebagai indikator yang menentukan

kualitas pembelajaran dan mutu sebuah program pendidikan (Nurhidayah, 2011).

2.1.6.2 Fungsi dan Manfaat Evaluasi Pembelajaran

Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan

dapat tercapai, evaluasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses

pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar

yang dicapai mahasiswa. Kriteria keberhasilan dosen dan mahasiswa dalam

melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompetensi dasar yang dimiliki

oleh mahasiswa. Informasi ini diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi pada

prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan tujuan, ini bisa dicapai jika

ada tindak lanjut dari kegiata evaluasi. Evaluasi akan memberikan informasi

tingkat pencapaian belajar mahasiswa, dan jika dianalisis lebih rinci akan

diperoleh informasi tentang kesulitan belajar mahasiswa yaitu konsep-konsep

yang belum dikuasai oleh sebagian besar mahasiswa (Djamarah, 2013).

Penilaian yang diselenggarakan oleh dosen mempunyai banyak kegunaan,

baik bagi mahasiswa ataupun bagi dosen sendiri. Bagi mahasiswa hasil tes yang

(9)

mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai materi pembelajaran yang

disajikan oleh dosen, mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya sehingga

mahasiswa berusaha untuk mempelajarinya lagi sabagai upaya perbaikan,

penguatan bagi mahasiswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi

dorongan atau motivasi untuk belajar lebih baik lagi, mendiagnosa kondisi

mahasiswa, bagi dosen untuk memperbaiki metode pembelajaran.

Informasi keberhasilan belajar mahasiswa dalam aspek kognitif dan

psikomotor diperoleh melalui penilaian, sedangkan aspek afektif diperoleh

melalui angket dan pengamatan di kelas. Evaluasi itu lebih dari hanya sekedar

untuk menentukan angka keberhasilan belajar yang paling penting adalah sebagai

dasar untuk umpan balik (feedback) dari proses pembelajaran yang dilaksanakan

(Sumiati & Asra, 2016).

Evaluasi dalam proses belajar mengajar memiliki tiga manfaat sebagai berikut :

1. Memahami sesuatu, setiap pendidik dalam hal ini dosen membutuhkan banyak

informasi agar proses pembelajaran yang akan dilakukannya berjalan secara

optimal. Seorang dosen membutuhkan informasi yang cukup tentang

kemampuan awal (entry behavior) calon mahasiswanya agar ia mampu

menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa bukan

hanya mengejar ketercapaian kurikulum semata.

2. Membuat keputusan, setiap proses pembelajaran harus dilakukan evaluasi.

Evaluasi yang dilakukan meliputi banyak aspek diantaranya media dan metode

pembelajaran yang dipilih, kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan,

(10)

3. Mengoptimalkan pembelajaran, sebagian atau seluruh hasil evaluasi biasanya

digunakan sebagai bahan informasi untuk memperbaiki pembelajaran di

pembelajaran berikutnya.

2.1.7 Prinsip-Prinsip Evaluasi

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes

hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan dan kemampuan

mahasiswa seperti yang tercantum dalam kompetensi yang harus dicapai yang

tertuang dalam tujuan instruksional (Nurhidayah, 2011). Beberapa hal yang

menjadi prinsip evaluasi yaitu:

1. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran

yang telah diajarkan.

2. Mencakup bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar

sesuai dengan metode dan media yang digunakan.

3. Desain evaluasi disesuaikan dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil

yang diinginkan.

4. Dibuat seandal mungkin agar mudah diinterpretasikan dengan baik.

5. Evaluasi digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dari sudut

pandang mahasiswa maupun dosen.

Strategi evaluasi dalam program profesi kesehatan tradisional sangat

mengandalkan ujian yang menggunakan metode soal pilihan ganda atau Multiple

Choice Question (MCQ) sebagai ukuran perubahan dalam pengetahuan.

Ketergantungan pada model MCQ bertentangan dengan metode problem based

(11)

untuk ujian bukan untuk pembelajaran diri sendiri, ujian MCQ tidak mengkaji

hasil akhir pembelajaran karena lebih berorientasi pada proses.

Untuk bentuk Multiple Choice Questionbeberapa faktor yang mendukung yaitu :

1. Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili

materi yang telah diajarkan kepada peserta didik atau mahasiswa.

2. Dari soal yang banyak, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya

diungkap lewat tes hasil belajar, seperti aspek pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis dapat dicakup secara lengkap melalui tes hasil belajar

tersebut. Tes objektif lebih memungkinkan untuk bertindak lebih objektif baik

dalam mengoreksi lembar maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya.

3. Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisi dari segi kesukarannya, daya

pembedanya. Berdasar hasil analisis tinggi rendahnya mutu tes dapat

diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaanya, sehingga dari waktu

ke waktu butir soal tes objektif dapat ditingkatkan mutunya dan sebagai alat

ukur hasil belajar yang baik.

Jika pengetahuan faktual merupakan hasil akhir yang ditetapkan dan

pengajar yakin bahwa MCQ metode yang paling efektif maka MCQ tersebut

harus dilibatkan. Namun, poin kuncinya adalah memasukkan metode lain untuk

mengkaji hasil akhir yang ditetapkan, misalnya pengambilan keputusan klinis dan

pembelajaran mandiri (Nurhidayah, 2009).

2.1.8 Proses dan Hasil Evaluasi Keberhasilan Belajar

Kegiatan awal pembelajaran dimana memeriksa kesiapan

(12)

penguasaan materi pembelajaran menunjukkan penguasaan materi pembelajaran,

mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang relevan,

menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan sesuai dengan hirarki

belajar dan mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan.

Pendekatan atau strategi pembelajaran dengan melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai, melaksanakan

pembelajaran secara runtut, menguasai kelas, melaksanakan pembelajaran yang

bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu yang direncanakan.

Pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran dengan menggunakan

media pembelajaran secara efektif dan efesien, menghasilkan pesan yang menarik

dan melibatkan mahasiswa dalam pemanfaatan media pembelajaran.

Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan mahasiswa

menumbuhkan partisipasi aktif mahasiswa dalam pembelajaran, menunjukkan

sikap terbuka terhadap respon mahasiswa, menumbuhkan keceriaan sdan

antusiasme mahasiswa dalam belajar, penilaian proses dan hasil belajar,

memantau kemajuan belajar selama proses, melakukan penilaian akhir sesuai

dengan kompetensi dan tujuan, penggunaan bahasa, menggunakan bahasa lisan

dan tulisan secara jelas, baik dan benar serta menyampaikan pesan dengan gaya

(13)

Evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa merupakan proses evaluasi

mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan dengan ketentuan :

Tabel 2.1 Proses dan Hasil Evaluasi

Persyaratan mengikuti ujian Menghadiri perkuliahan minimal 80% dari total

perkuliahan

Bentuk evaluasi Multy Discliplinary Examination (MDE)

Model soal Multiple Choice Questions (MCQ)

Predikat kelulusan Lulus jika nilai akhir blok minimal 60 (“C”)

Nilai prestasi, bobot prestasi dan kualitas prestasi serta hasil evaluasi belajar

dapat ditetapkan berdasarkan indeks prestasi kumulatif mahasiswa dengan

ketentuan :

Tabel 2.2 Indeks Prestasi Kumulatif Berdasarkan Peraturan Rektor USU

Nilai Prestasi Bobot Prestasi Kualitas Prestasi

A 4,00 Sangat Baik

B+ 3,50 Baik

B 3,00 Baik

C+ 2,50 Cukup

C 2,00 Cukup

D 1,00 Kurang

(14)

2.1.9 Indikator dan Tingkat Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar

mengajar dianggap berhasil adalah hal – hal sebagai berikut : daya serap terhadap

bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual

maupun kelompok. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau

instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh mahasiswa baik secara individual

maupun kelompok (Djamarah, 2013).

Tingkat Keberhasilan setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan

hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi

(hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan

proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan

keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat

dikuasai oleh mahasiswa.

2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran yang

diajarkan dapat dikuasai oleh mahasiswa.

3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60 % - 75 % saja

dikuasai oleh mahasiswa.

4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh

mahasiswa.

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap mahasiswa

(15)

dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan

mahasiswa dan dosen (Djamarah,2013).

2.2Hubungan Metode Instruksional dan Prinsip Belajar

Prinsip belajar berguna untuk melihat kelemahan dan keunggulan metode

instruksional. Kelemahan dan keunggulan metode dilihat dari prinsip-prinsip

belajar tidak sepenuhnya menjamin kelancaran proses belajar-mengajar di ruang

kuliah. Variabel lain seperti kepribadian dosen serta perilaku awal mahasiswa

juga turut menentukan kelancaran proses belajar-mengajar. Cara menentukan

keunggulan dan kelemahan metode instruksional dilihat dari prinsip-prinsip

belajar (Budiardjo, 2001).

1. Motivasi

Dalam prinsip belajar, motivasi didefinisikan sebagai pendorong tingkah laku

mahasiswa ke arah tujuan tertentu. Pendorong tersebut dapat diciptakan dosen

dalam proses belajar mengajar melalui metode instruksional. Bila metode yang

dipilih menarik maka mahasiswa akan berminat belajar, ingin bekerja keras dan

berusaha menyelesaikan tugas hingga selesai. Dengan menggunakan berbagai

variasi metode mengajar kebosanan mahasiswa dapat dikurangi dan minat belajar

dapat ditingkatkan. Misalnya untuk menerangkan sebuah konsep baru, selain

menggunakan metode ceramah dapat dipakai metode studi kepustakaan

dikombinasikan dengan metode diskusi kelompok.

2. Keaktifan berpikir mahasiswa

Setiap mahasiswa mengikuti aktivitas belajar dengan berbagai macam

(16)

pengetahuan yang baru, maka mahasiswa cenderung akan mengaitkan

pengalaman mereka dengan pengetahuan baru. Metode diskusi adalah salah satu

contoh metode yang mampu mengaktifkan proses berpikir mahasiswa dengan

menghubungkan pengalaman lama dan pengetahuan yang baru diajarkan.

3. Umpan balik dan penguatan

Keaktifan mahasiswa dalam belajar cenderung menurun bila mahasiswa tidak

diberi umpan balik atau terlambat diberi umpan balik. Implikasi dari prinsip

belajar ini adalah dalam memilih metode instruksional perlu dipertimbangkan

kemampuan metode tersebut dalam memberikan umpan balik. Adanya feedback

para dosen dan mahasiswa dapat mencapai beberapa tujuan yaitu membangkitkan

minat dan rasa ingin tahu mahasiswa, memusatkan perhatian mahasiswa terhadap

pokok bahasan, mendiagnosis kesulitan khusus yang menghambat proses belajar,

mendorong mahasiswa mengemukakan pendapat dan mengasimilasikan

informasi.

4. Kecepatan belajar

Ditinjau dari kecepatan belajar, mahasiswa dikategorikan menjadi dua yaitu

mahasiswa yang cepat dan mahasiswa yang lambat. Bila mahasiswa yang cepat

dan lambat digabung dalam satu kelas, akan timbul perbedaan kecepatan belajar.

Perbedaan kecepatan belajar yang sangat besar akan menyebabkan mahasiswa

frustasi. Metode belajar mandiri memiliki keunggulan dalam mengatasi

kesenjangan tersebut. Metode ini memungkinkan mahasiswa belajar sesuai

(17)

2.3 Tinjauan Penguasaan

Kata penguasaan tersusun dari kata kuasa yang berarti mampu, mengerti

benar dan mempelajari bolak-balik supaya paham. Maka kata penguasaan secara

operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari dengan

sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami, sedangkan penguasaan menurut ahli

pendidikan merupakan salah satu bentuk perubahan tingkah laku yang didapat

dari hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh A. Thabrani R. (1989: 13)

menyatakan bahwa :

Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang

dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau

mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat

dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan

atau pengalaman yang terorganisasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penguasaan adalah proses,

cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan

untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Kata penguasaan juga dapat

diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal. (Nurgiyantoro, 2001 dalam

Chairunita, 2012) menyatakan bahwa penguasaan merupakan kemampuan

seseorang yang dapat diwujudkan baik dari teori maupun praktik. Seseorang dapat

dikatakan menguasai sesuatu apabila orang tersebut mengerti dan memahami

materi atau konsep tersebut sehingga dapat menerapkannya pada situasi atau

(18)

Gaya belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu

merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah infromasi

(DePotter dan Hernachi, 2003, dalam Nurhidayah, 2011). Ada tiga jenis manusia

dalam hal penyerapan informasi yaitu:

1. Manusia visual adalah dimana seseorang akan secara optimal menyerap

infromasi melalui hal yang dibaca atau dilihat

2. Manusia auditori adalah dimana seseorang akan secara optimal menyerap

infromasi melalui hal yang didengar.

3. Manusia kinestetik adalah dimana seseorang akan secara optimal meyerap

informasi melalui hal yang dicontohkan atau dibayangkan orang lain

melakukan hal yang akan dipelajari.

Pembelajaran terbagi atas tiga ranah atau domain yaitu kognitif

(pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan motorik). Tujuan

pembelajaran akan mempengaruhi materi, metode, media dan evaluasi yang akan

diberikan. Pemahaman tentang setiap domain penting bagi dosen selaku pendidik

maupun mahasiswa selaku peserta didiknya. Agar mampu menentukan cara

terbaik dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dari ketiga ranah tersebut ranah

kognitiflah yang sering dan paling banyak dinilai oleh para guru atau dosen

karena erat kaitannya dengan kemampuan para mahasiswa dalam menguasai isi

bahan pelajaran.

Domain kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup

kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat sampai dengan

(19)

menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang

sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Taksonomi menurut

Bloom ada memiliki 6 tahapan yaitu :

1. Pengetahuan, kemampuan peserta didik untuk menghafal, mengingat,

mendefinisi, mengenali atau mengindentifikasi informasi tertentu, pengetahuan

merupakan tingkatan kognitif yang paling rendah.

2. Pemahaman, kemampuan peserta didik untuk memperlihatkan suatu

pemahaman atau pengertian terhadap apa yang disampaikan dengan cara

menafsirkannya ke bentuk lain atau mengenalinya dalam bentuk yang sudah

diubah misalnya menyimpulkan dengan kata-kata sendiri, membuat ringkasan,

dan meramgkum.

3. Penerapan, kemampuan peserta didik untuk menggunakan gagasan, prinsip,

atau teori di dalam situasi khusus atau konkret seperti menghitung, menulis,

membaca atau menggunkan peralatan.

4. Analisa, kemampuan peserta didik untuk mengenali dan menyusun informasi

dengan cara menguraikannya menjadi bagian-bagian konstituennya dan

menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya seperti

membuat diagram/skema atau menjabarkan dalam bagian-bagian yang kecil.

5. Sintesa, kemampuan peserta didik untuk menggabungkan atau

mengkombinasikan bagian-bagian atau unsur-unsur menjadi satu kesatuan

yang lebih besar dengan cara membentuk satu produk unik yang ditulis,

(20)

6. Evaluasi, kemampuan peserta didik untuk menentukan nilai sesuatu seperti

esai, desain atau tindakan dengan cara menerapkan standar atau kriteria,

membuat keputusan tentang nilai, gagasan, dan metode yang tepat. Evaluasi ini

berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Contoh objektif perilaku dalam domain kognitif tingkat pemahaman seperti

mahasiswa sudah dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelajaran secara berurutan setelah mengikuti perkuliahan, tingkat analisa

seperti mahasiswa sudah dapat mengklasifikasikan faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dengan baik setelah mengikuti

perkuliahan (Nurhidayah, 2011).

Penguasaan konsep yang telah dipelajari mahasiswa dapat diukur dari hasil

tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu yang dilakukan

oleh dosen. Berdasarkan hasil tes penguasaan konsep, kita dapat mengkategorikan

Gambar

Tabel 2.2 Indeks Prestasi Kumulatif Berdasarkan Peraturan Rektor USU

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghilangkan benturan tersebut maka digunakan algoritma fuzzy evolusi dengan menggunakan jumlah populasi 100 dan jumlah generasi 200, sehingga diperoleh jadwal

The small heat shock protein (sHSP) genes in the silkworm Bombyx mori and comparative analysis with other insect sHSP genes.. Molecular mechanisms of silk gland

Hasil penelitian ini konsisten dengan Merdiyat, Ahmad, dan Putri, 2012 serta Septia, 2015 yang menunjukkan hasil bahwa kebijakan dividentidak berpengaruh signifikan

Hasil analisis blastn sekuen gen Hsp 25,4 ulat sutera ( B. mori ) C301.. Sequences producing

jenjang pendidikan formal maupun informal serta pengalaman dalam praktik audit, maka auditor harus mampu mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan

atau contoh yang baik buat anak-anak panti seperti. menyapa tamu dengan ramah dan

Universitas

Hal ini sejalan dengan hasil peneliti dimana peran panti asuhan sebagai pengganti peran keluarga, pengasuh panti di sini ikut serta membina kemandirian diri anak