• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Panti Asuhan dalam Membina Kemandirian Anak di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Panti Asuhan dalam Membina Kemandirian Anak di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga T1 BAB IV"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian

(2)

Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah yang terdapat pada simbol titik hitam pada gambar di atas.

Panti Asuhan Salib Putih Salatiga sendiri adalah suatu panti dengan status lembaga swasta, dimana dana yang masuk berasal dari donatur tetap yaitu dari dermawan yang sukarela memberikan dana dan tidak mengikat. Data anak yang tingal pada tahun 2016 di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga ini terdapat 32 anak,dimana terdapat 14 anak perempuan dan 19 anak laki-laki.

Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti tidak mendapatkan hambatan terkait birokrasi asministratif karena dari pihak Panti Asuhan sendiri menerima peneliti secara terbuka untuk melakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian pertama dimulai pada tanggal 28 November 2016 di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Saat itu dilakukan pengambilan informasi mengenai calon partisipan yang akan diambil sebagai partisipan kepada petugas panti. Di sini peneliti juga mendapatkan kemudahan dari pihak panti dengan diberikan informasi data-data riwayat diri anak di panti asuhan tersebut.

(3)

partisipan yang telah dipiliih untuk diwawancarai. Dua hari berikutnya peneliti kembali melakukan wawancara pada partisipan kedua,perharinya peneliti melakukan satu kali wawancara, dimana pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 17.10 WIB peneliti melakukan wawancara yang ke delapan atau terakhir. Berikut tabel karakteristik partisipan:

Tabel 4.1

Tabel Partisipan

NO Inisial L/P Tempat Tanggal Lahir Sekolah

(4)

Sesuai yang tertera pada tabel 4.1 peneliti mendapatkan delapan partisipan sebagai informan yang akan diwawancarai, dimana terdapat empat partisipan laki-laki dan empat partisipan perempuan. Tujuh Partisipan berasal dari Jawa Tengah dan satu partisipan berasal dari luar Jawa Tengah. Semua partisipan berada dibawah umur 18 tahun sesuai dengan tema penelitian.

4.2 Analisa Data

(5)

Kemandirian anak. Di sini Panti Asuhan turut berperan serta dalam membina kemandirian anak dalam hal memberikan edukasi seperti membiayai sekolah anak tersebut, selain itu mereka juga diberi ketrampilan pendidikan non-formal. Sementara itu menurut Fasli (2001) menyatakan pendidikan nonformal harus berani meniru apa yang baik dari apa ang tumbuh dimasyarakat, strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi anak. Dalam hal ini perlu disadari bahwa pengembangan anak itu akan lancar apabila motivasinya telah tumbuh dan memiliki ketrampilan tertentu yang menopangnya melalui kegiatan pendidikan agar kelak anak siap hidup mandiri dengan ketrampilan yang ia miliki.

(6)

yang sejalan dengan penelitian dari Robert Havighurst (1992) yang dimana mengatakan aspek sosial ditunjukkan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain tanpa tergantung dan menunggu aksi dari orang lain dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain merupakan ciri-ciri dari orang mandiri di mana hasil dari wawancara penliti menemukan bahwa anak-anak yang berada di panti memiliki hubungan yang baik dan mampu berkomunikasi secara aktif dengan lingkungan sosialnya.

Ke-tiga Perhatian disini peneliti menemukan peran Panti Asuhan sebagai pengganti orang tua sangat berperan dalam membina kemandirian anak, dimana mereka memberikan perhatian, nasehat, perlindungan, serta kasih sayang. Peneliti menemukan penelitian ini sejalan dengan pernyataan Menurut Johnson dan Medinnus dalam (Wiwik Sulistyaningsih, 2008) yang berpendapat terpenuhinya kebutuhan anak untuk memperoleh rasa aman juga akan berpengaruh positif terhadap terbentuknya kepribadian anak khususnya dalam membentuk kemandirian anak.

(7)

(Nayla, 2007) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemandirian anak, diantaranya yaitu:

a. Rasa percaya diri anak

Rasa percaya diri dibentuk ketika anak diberikan kepercayaan untuk melakukan suatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Rasa percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih bayi.

b. Kebiasaan

Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan. Jikalau anak sudah terbiasa dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang tidak mandiri dan bergantung pada orang lain.

c. Disiplin

Kemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin. Sebelum anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus di disiplinkan oleh orang tua.

Hal ini sejalan juga dengan pendapat dari Agus Sujanto (1997) yang menyatakan pendidik/pembina masuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian seorang anak, yang dimana pembina/penjaga panti asuhan yang notabene merupakan pengganti orang tua asuh.

(8)

anak asuh merupakan suatu sarana terciptanya upaya kemandirian untuk mempersiapkan kemandirian anak dalaam menyongsong masa depan anak tersebut. Dalam membina kemandirian anak panti asuhan tidak hanya memberikan pengarahan saja melainkan kegiatan-kegiatan yang menunjang anak-anak tersebut termotivasi untuk maju dan dapat menumbuhkan kepercayaan diri dari anak tersebut.

Banyak cara yang dilakukan pengurus panti asuhan dalam melaksanakan perannya dalam menunjang keberlanjutan pendidikan anak atau masa depannya yang mana peran pengurus di panti asuhan adalah sebagai keluarga dan orang tua asuh bagi anak-anak asuh di panti asuhan.

4.2.1 Alasan

(9)

partisipan dimana mereka mengatakan bahwa sekolahnya dibiayai termasuk biaya lain-lain seperti makan, peralatan mandi ataupun buku pelajaran.

4.2.2 Lima tema peranan panti asuhan dan tahapan kemandirian

(10)

menghibur diri sendiri dalam alur yang diperbolehkan, dan mengelola uang saku sendiri. Anak bisa mengatur diri sendiri di luar rumah, misalnya di sekolah, menyelesaikan tugas dari sekolah, menyiapkan segala keperluan kehidupan sosial di luar Panti Asuhan.

Dan yang terakhir anak juga mampu berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan di sekitarnya.

4.2.2.1 Memberikan Edukasi

Di sini peneliti menemukan hasil dimana Panti Asuhan Salib Putih ini ternyata tidak hanya memberikan edukasi kepada anak-anak di bidang pendidikan formal saja. Ternyata selain itu anak-anak juga dilatih atau diberikan pelatihan pendidikan non-formal seperti les musik, membuat kerajinan tangan dan juga ada memasak.

4.2.2.1.1 Pendidikan Non-formal

(11)

Disini ya pendidikannya gak cuman di sekolah kak, kita juga ada pendidikan

buat prakaria, kerajinan tangan gitu kak,

menyulam, sama ada latihan musik

juga. (P1.42)”

“Ya, banyak sih kak di sini sama bapak

penjaga pantinya diajarin selalu ramah

nek menyambut tamu, terus juga belajar

untuk mandiri juga, udah gitu kita juga

ada les musik kak tiap

minggunya.(P2.56)”

“Ya macem-macem kak, yang pertama

pastinya aku bisa lanjut sekolah di sini,

terus nek pendidikan dari bapak

pengasuh nya ya diajarin buat kerajinan

tangan juga, itu hiasan pohon natalnya

kita yang buat lo kak. (P3.47)”

“Ya macam-macam, mas. Contohnya

kita diajarin sopan santun, kalau ada

(12)

salam, terus Bapak pengasuh juga

memberi kita fasilitas les musik

seminggu sekali.(P5.41)”

“Ya, banyak sih kak macem-macem ya

yang pertama saya bisa sekolah lagi,

terus di luar sekolah kita juga ada

latihan musik, terus buat-buat kerajinan

tangan gitu kak, sambil belajar masak

juga kak hehe.(P6.39)”

“Ya pastinya saya bersyukur bisa

sekolah lagi, karena masih banyak

temen-temenku di desa yang gak bisa

lanjut sekolah, kalau pendidikan selain

sekolah di sini ada latihan musik juga

mas, sama ada pelatihan kerajinan

tangan mas.(P7.45)”

“Ya pendidikannya sih yang pertama

saya seneng bisa sekolah lagi mas,

terus kalau pendidikan selain di sekolah

(13)

juga buat prakaria, menyulam taplak

meja itu mas diajarin sama ibu penjaga

di sini.(P8.44)”

4.2.2.2 Membina Hubungan (komunikasi) Sosial

Hasil dari wawancara peneliti dengan partisipan, peneliti menemukan hasil dimana semua partisipan memiliki hubungan yang baik dengan teman-temannya. Hal ini juga mempermudah mereka untuk berlatih hidup mandiri karena mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan baik.

4.2.2.2.1 Hubungan (komunikasi) Sosial terjalin dengan baik

Berikut dibawah ini kutipan pernyataan dari 7 partisipan yang mengatakan hubungan komunikasi terjalin baik dengan teman-temannya :

“Baik kok kak, gak pernah ada masalah

ya mereka itu udah tak anggep

(14)

“Ya baik-baik aja kak, gak pernah kok

ada masalah gitu, apalagi aku udah kenal

deket kan sama semua temen-temen

disini.(P3.82)”

“Baik-baik aja ya mas, gak pernah ada

masalah kok.(P4.71)”

“Baik-baik aja kok, mas.Nggak pernah

ada masalah.(P5.67)”

“Baik-baik aja kok kak.(P6.65)”

“Ya, baik-baik aja ya kak.(P7.72)”

“Hubungannya baik-baik aja kok mas,

kalau aku sih gak pernah ada masalah

sama temen-temen yang lain.

Temen-temen disini baik-baik orang nya.(P8.74)”

4.2.2.3 Memberikan Perhatian

(15)

panti ini diberi perhatian yang cukup agar mereka dapat berperilaku dengan baik seperti kalau salah mereka diingatkan, diingatkan untuk rajin belajar, juga diperhatikan pergaulannya dengan lingkungan di luar panti.

4.2.2.3.1 Memberikan perhatian pada anak-anak agar bergaul dan berperilaku dengan baik

Berikut dibawah ini kutipan pernyataan partisipan yang mendapatkan perhatian dalam bergaul dan berperilaku:

“Biasanya Bapak sama Ibu pengasuh

selalu ngingetin kita belajar mas, nggak

boleh males-malesan terus. Pokoknya

perhatian banget. Iya mas, Bapak sama

Ibu pengasuh selalu nasihatin harus bisa

menjaga nama baik sendiri, harus bisa

jaga nama baik panti juga, terus nggak

boleh aneh-aneh, yo yang penting jaga

diri baik-baik gitu mas kalau lagi di luar

panti. Iya selalu mas kalau nasehatin

(16)

pengasuh sayang sama kita semua disini

.(P1.83.94.108.115)”

“Ya, banyak sih kak misalnya kalau aku

salah contonya lupa nyuci piring diingetin

baik-baik,tiap malem juga bapak

pengasuhnya ngingetin kita untuk belajar,

kadang juga kita dibeliin jajanan ka sama

bapak di sini.Iya kak, bapak ibu bilang

harus pinter-pinter milih temen jangan

sembarangan, kita pun kalau mau main

harus minta izin dulu sama bapakIya kak,

ya diajarin ramah kalau nyambut tamu,

jujur juga, belajar disiplin kayak bangun

pagi tepat waktu gitu. Ya sayang tho kak,

buktinya aku ya betah-betah aja di sini

hehe. (P2.94.109.119.128)”

“Ya, macem-macem kak misalnya kalau

salah ya ditegur baik-baik sama bapak

penjaganya, terus kita semua disini

diajarin untuk belajar mandiri juga, biar ke

(17)

sendiri.Iya tho kak, bapak ibu bilang nek

cari temen yang bener-bener dikenal aja,

apalagi kita kan belum bener-bener hapal

sama daerah sini, kita nek mau keluar

juga harus izin dulu juga kak sama

ibu-bapak.Iya tho kak, ya kan bapak sama

ibu pengasuh disini itu udah kayak orang

tua kita sendiri, ya contohnya kita diajarin

untuk sayang sama adek-adek yang

masih kecil di sini terus, peduli sama

temen yang lain misalnya ada yang sakit

gitu ya kita bantu doa bersama, kalau gak

ya dihibur, gitu kak Ya pasti kalau itu kak,

kalau gak sayang paling udah banyak

yang keluar hehe.(P3.91.105.117.133)”

“Biasanya Bapak sama Ibu pengasuh

selalu ngingetin kita untuk rajin belajar

mas, nggak boleh males-malesan,

disuruh belajar hidup berhemat juga mas.

Iya mas, ya harus sih mas kalau gak

diingetin atau gak dibatesin pergaulannya

(18)

hehe, karena itu kalau mau keluar pun

kita harus izin dulu mas, pulangnya jam

berapa kita pun harus ngasih tau juga.

Iya selalu mas kalau nasehatin

berprilaku baik. Iya mas, ya gak sama

aku aja, bapak sama Ibu pengasuh

sayang kok sama semua anak-anak di

sini. (P4.77.89.103.110)”

“Ya contohnya kalau bikin salah gitu

sama temen mas, Bapak pengasuhnya

dateng nasihatin kita suruh saling minta

maaf. Ngingetin kita buat rajin belajar

terus nggak malas-malasan. Iya mas

kalau soal itu, soalnya kan kita juga harus

menjaga nama baik panti Jadi kalau

bergaul juga harus baik-baik sama

temen-temen diluar panti. Iya mas selalu,

Bapak pengasuh nggak pernah lupa buat

ngingetin kita terus. Soalnya itu juga demi

kebaikan anak-anak di Panti Asuhan

ini.Iya, mas.Ya itu yang tak rasain.

(19)

“Ya macem-macem kak, misalnya kalau

mau maen butuh uang jajan bapak

penjaganya kadang ngasih uang buat kita

jajan, terus kalau ada berkat gitu kak dari

jemaat pasti langsung dikasih ke kita

dulu. Iya kak, kalau itu emang perlu sih

kak, kan itu buat kebaikan kita juga. Iya

kak, sebisa mungkin kan kita juga jaga

nama baik panti nama baik bapak

pengasuh Ya sayang tho kak, mereka

kalau kita sakit aja pasti langsung

ditemenin buat berobat, kadang kalau

ada adek di sini yang sakit bapak juga

nyuapin makannya.(P6.70.84.91.99)”

“Ya macem-macem sih kak, kalau malem

bapak penjaganya ngingetin udah

ngerjain pr belum gitu, kadang juga kita

kalau dingin gitu kak, bapak penjaganya

buatin teh anget buat kita.Iya kak, pasti

itu ya biar gak kenapa-napa juga tho.Iya

(20)

juga ya udah tak anggep kayak

bapak-ibuku sendiri. (P7.77.91.98.105)”

“Perhatian mereka biasanya nggak lupa

negur kita kalau kita buat salah,

mas.Mereka juga baik banget, ngingetin

juga buat tetep rajin belajar biar

cita-citanya tercapai. Iya mas, mereka selalu

bilang kalau kita harus bisa bedain

pergaulan yang baik sama buruk. Ya itu

kan karena mereka juga perhatian sama

kita, biar gak kenapa-napa tho mas. Iya

selalu mas, Soalnya kalau kita berbuat

baik dari sekarang ya kedepannya

bakalan baik juga buat kita sendiri. Yang

saya rasakan sih iya mas, mereka

sayang sama saya kayak anaknya

sendiri. (P8.84.97.109.120)”

4.2.2.4 Menjadi teladan yang baik

(21)

patuh dan disiplin pada peraturan yang ada, seperti mereka diajarkan untuk bangun pagi, ijin saat mau keluar dari panti serta mencuci pakaiannya sendiri.

4.2.2.4.1 Mengajarkan anak-anak untuk patuh dan disiplin pada peraturan

Berikut dibawah ini kutipan pernyataan partisipan yangmengatakan diajarkan untuk disiplin dan patuh pada peraturan:

“Iya ketat mas, tapi aku sih nggak

merasa terkekang disini.Kalau mau

keluar tetep dibolehin kok mas, tapi ada

batas jamnya juga.Iya mas, selalu itu

tapi ada batas jamnya

juga.(P1.123.132)”

“Kalau mengekang gak sih kak, ya kan

dibuat peraturan juga biar kita belajar

disiplin juga di sini, belajar mandiri juga

iya kayak beres-beres kamar sendiri

nek sore masak sendiri gitu kak. Ya

(22)

dijadwal untuk bangun pagi jam 4 an gtu

terus baca renungan terus beres-beres

tempat tidur masing-masing, kadang

kita yang udah SMP sama SMA gitu kak

kalau gak lagi banyak tugas kita juga

nyuci baju sendiri nek sore kita juga

masak sendiri.(P2.135.147)”

“Kalau mengekang mungkin agak sih

kak ya hehe, tapi kan ya ini dibuat

peraturan juga biar kita belajar disiplin

juga di sini, belajar mandiri juga iya kak.

Iya tho kak, contohnya kita dikasih tau

sama bapak untuk nyuci piring sendiri

setelah makan, terus nyetrika pakaian

sendiri ,ya yang terutama bangun pagi

terus bersih-bersih kamar, kadang kalau

akhir pekan kita juga ada senam pagi

lho kak.(P3.140.150)”

“Iya lumayan ketat mas, tapi aku sih

(23)

terbiasa.Kita tetep dibolehin keluar kok

mas, tapi ada batas waktunya juga.

Iya mas, pasti itu.(P4.119.19)”

“Enggak sih mas, karena saya udah

terbiasa ya jadinya saya nggak ngerasa

terkekang.Iya mas, disini banyak yang

bisa dilakuin buat melatih kemandirian

kita. (P5.1291.129)”

“Kalau mengekang gak sih kak, ya

dijalanin aja kan disini juga ada

peraturannya udah tinggal di sini ya

harus nurut tho kak, saya kan tinggal di

sini udah lama jadi ya udah biasa kak.

Ya jelas donk kak, disini semuanya

udah terjadwal kak, dari bangun pagi

sampek tidur malem lagi, jadi semuanya

diajarin tuh buat displin.(P6.110.122)”

“Enggak kok kak udah biasa saya sama

peraturan di sini. Iya kak, di sini banyak

(24)

ya kayak nyuci piring sendiri setelah

makan, belajar untuk bangun subuh pas

pertama-tama dulu kan agak susah kak,

tapi sekarang sih udah biasa kak.

(P7.113.120)”

“Ya biasa aja sih mas menurutku,

mungkin dulu iya, tapi kalau aku udah

biasa. Iya mas, ya tinggal di panti ini

kan gunanya biar kita belajar untuk

hidup mandiri juga kalau soal disiplin,

anak-anak di sini pada rajin-rajin sama

disiplin kok mas. (P8.129.137)”

4.2.2.4.2 Memberikan contoh keteladanan yang baik

Berikut dibawah ini kutipan pernyataan partisipan yang menyatakan tentang keteladanan yang baik:

“Iya mas, Bapak sama Ibu pengasuh

biasanya ikut membantu kita kerja bakti

(25)

“Ya pasti kak kalau soal itu, contohnya

kayak selalu jujur, saling berbagi gitu

kak sama temen-temen yang lain,atau

gak belajar bareng yang udah gede

diajarin bantuin adek-adek nya nek

misalnya ada yang gak bisa ngerjain pr

nya gitu kak.(P2.164)

“Ya pasti kak kalau itu, misalnya ni

kalau ada tamu disapa dengan ramah,

senyum gitu kak, terus kita juga diajarin

untuk saling berbagi sama bantu-bantu

apalagi adek-adek yang masih SD

kadang kan butuh bantuan kita nek

bapak terus yang ngurusin kasihan

capek juga.(P3.166)”

“Iya mas, ya kayak tiap malam kita

selalu doa bersama sama bapak ibu

juga, bapak juga orang nya disiplin mas,

kalau ada acara bapak pasti on

(26)

“Iya mas, misalnya kita semua disini

punya jatah piket masing-masing, tapi

terkadang Bapak juga ikut bantuin kita

piket. Kalau lagi belajar malem, Bapak

ikut ngajarin adek-adek yang masih

kecil.(P5.139)”

“Ya pasti kak kalau soal itu, bapak

selalu ngajarin hal yang baik-baik,

kayak bantuin temen kalau ada yang

lagi susah, terus displin juga apalagi

kalau soal jadwal bersih-bersih panti

kak hehe.(P6.134)”

“Iya kak, ya contoh kecilnya aja pasti

bapak pengasuh udah bangun pagi

duluan sebelum kita bangun, terus dia

langsung bersih-bersih panti

kak.(P7.137)”

“Iya tho mas, misalnya tiap pagi bapak

pengasuh pasti sudah bangun lebih

(27)

kotor bapak pasti langsung nyapu

dibersihin.(P8.151)”

4.2.2.5 Membina Kemandirian Anak

Dari hasil wawancara pertanyaan terakhir peneliti kepada anak-anak di Panti Asuhan Salib Putih ini peneliti menyimpulkan dari hasil asuhan atau didikan dari Panti Asuhan Salib Putih ini turut berperan dalam membesarkan anak terutama membina kemandirian mereka, dimana peneliti menemukan hasil bahwa partisipan mengatakan mereka siap untuk hidup mandiri setelah keluar dari panti.

4.2.2.5.1.Membuat anak siap untuk hidup mandiri setelah keluar dari panti

Berikut di bawah ini kutipan pernyataan dukungan moral yang diberikan pengasuh bagi anak-anak dalam menyongsong masa depan :

“Kalau saya sih sudah siap ya kak,

apalagi saya kan sekolah di SMK yang

emang saya pengennya langsung kerja

(28)

“Udah siap sih kak ya apalagi kan saya

sekarang udah kelas 2 SMK termasuk

yang paling tua disini saya juga

rencananya memang mau langsung kerja

kak, mau hidup mandiri. (P3.182)”

“Ya udah harus siap juga mas, gak

mungkin juga mau hidup di panti terus,

rencana kalau udah lulus saya juga

emang udah ada niatan buat kerja di kota

mas, kan kita juga udah dapet bekal

banyak dari sini. (P4.147)”

“Ya harus siap mas, karena tujuan saya

kesini buat ngelatih kedisiplinan dan

kemandirian saya. Itu jadi prinsip saya

kalau udah waktunya untuk hidup mandiri

nantinya. (P5.151)”

“Udah siap donk kak, rencana saya

emang pengennya langsung cari kerja

(29)

“Kalau saya pribadi udah siap sih kak,

saya kan rencananya habis lulus

memang mau langsung kerja. (P7.147)”

“Ya, kalau saya sih udah siap mas, udah

gak sabar pengen lulus sekolah juga

mas, biar bisa cepet kerja, terus cari

uang sendiri. (P8.161)

4.3 Pembahasan

4.3.1 Edukasi

4.3.1.1 Pendidikan Non-Formal

(30)

dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Dalam hubungan ini pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang berbasis kepentingan masyarakat lainnya, perlu mencermati hal tersebut, agar keberadaannya dapat diterima dan dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat berkaitan dengan kepentingan hidup mereka dalam mengisi upaya pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam penyelenggaaraan program pendidikannya.

(31)

dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah.

Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk mengembangkannya melalui Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat.

(32)

a. Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) : adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional di bidang pendidikan luar sekolah. BP-PLSP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan program serta fasilitasi pengembangan sumberdaya pendidikan luar sekolah berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional.

b. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB): adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi di bidang pendidikan luar sekolah. BPKB mempunyai tugas untuk mengembangkan model program pendidikan luar sekolah sesuai dengan kebijakan Dinas Pendidikan Propinsi dan kharakteristik propinsinya.

(33)

pendidikan nonformal, mengembangkan bahan belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan kabupaten/kota dan potensi lokal setiap daerah.

d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM): suatu lembaga milik masyarakat yang pengelolaannya menggunakan azas dari, oleh dan untuk masyarakat. PKBM ini merupakan wahana pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat sehingga mereka semakin mampu untuk memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri.PKBM merupakan sumber informasi dan penyelenggaraan berbagai kegiatan belajar pendidikan kecakapan hidup sebagai perwujudan pendidikan sepanjang hayat.

e. Lembaga PNF sejenis: adalah lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yang memberikan pelayanan pendidikan nonformal berorientasi life skill/keterampilan dan tidak tergolong ke dalam

(34)

Organisasi Perempuan, LSM dan organisasi kemanusiaan lainnya.

Dalam hal ini perlu disadari bahwa pengembangan masyarakat itu akan lancar apabila di masyarakat itu telah berkembang motivasi untuk membangun serta telah tumbuh kesadaran dan semangat mengembangkan diri.Ditambah lagi dengan kemampuan serta keterampilan tertentu yang menopangnyadan juga melalui kegiatan pendidikan.Khususnya pendidikan nonformal diharapkan dapat tumbuh suatu semangat yang tinggi untuk membangun masyarakat desanya sendiri sebagai suatu kontribusi bagi pembangunan bangsa pada umumnya.

(35)

anak siap untuk hidup lebih layak di lingkungan masyarakat yang baru ke depannya.

4.3.2 Membina Hubungan (Komunikasi) Sosial

4.3.2.1 Hubungan Sosial terjalin dengan baik

Menurut Soekanto (2006) kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Secara harafiah kontak artinya bersama-sama menyentuh, namun sentuhan yang dimaksud bukan berarti secara fisik saja. Seseorang dapat melakukan komunikasi yang melibatkan aksi dan reaksi dengan berbicara tanpa menyentuh fisik pihak lain.

(36)
(37)

pengaruh negatif pergaulan, mampu menerima kritik, mampu menerima perbedaan pendapat, mempunyai hubungan baik dengan orang lain.

Di sini peneliti menemukan hasil dari wawancara peneliti yang sejalan dengan penelitian dari Robert Havighurst (1992) yang dimana mengatakan aspek sosial ditunjukkan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain tanpa tergantung dan menunggu aksi dari orang lain dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain merupakan ciri-ciri dari orang mandiri di mana hasil dari wawancara penliti menemukan bahwa anak-anak yang berada di panti memiliki hubungan yang baik dan mampu berkomunikasi secara aktif dengan lingkungan sosialnya.

4.3.3 Memberikan Perhatian

4.3.3.1 Memberikan perhatian kepada anak-anak

panti

(38)

terkhususnya dalam hal memberikan perhatian, nasehat, perlindungan, kasih sayang, merupakan salah satu cara terpenuhinya kebutuhan anak untuk memperoleh rasa aman juga akan berpengaruh positif terhadap terbentuknya kepribadian anak khususnya dalam hal membentuk kemandirian anak.

(39)

Begitu pula dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Ariani Putri (2015) yang menyatakan bahwa Panti Asuhan adalah tempat atau sarana untuk mendidik, membina anak dan merawat anak-anak yang sengaja maupun tidak sengaja ditelantarkan oleh kedua orang tuanya serta memberi pendidikan dan memenuhi segala kebutuhannya. Selain itu panti asuhan melindungi anak-anak tersebut dari ancaman orang-orang yang ingin berbuat jahat kepadanya.Anak-anak asuh memperoleh pendidikan dan pembinaan kemandirian dari pengasuhnya di berbagai bidang pendidikan termasuk juga di bidang mental, kepribadian, ketrampilan, rohani dan lain-lain. Tidak hanya pendidIkan di sekolah, anak tersebut juga diberikan pendidikan rohani agar kelak memiliki iman yang baik.

4.3.4 Keteladanan

4.3.4.1.Mengajarkan anak-anak untuk patuh dan

disiplin pada peraturan

(40)

yang dapat mempengaruhi kemandirian anak, diantaranya yaitu:

a. Rasa percaya diri anak

Rasa percaya diri dibentuk ketika anak diberikan kepercayaan untuk melakukan suatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Rasa percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih bayi.

c. Kebiasaan

Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan. Jikalau anak sudah terbiasa dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang tidak mandiri dan bergantung pada orang lain.

d. Disiplin

Kemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin. Sebelum anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus di disiplinkan oleh orang tua.

(41)

kemandirian anak, disini panti asuhan turut berperan serta dalam mendidik kedisiplinan anak.

Hal ini sejalan juga dengan pendapat dari Agus Sujanto (1997) yang menyatakan pendidik/pembina masuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian seorang anak, yang dimana pembina/penjaga panti asuhan yang notabene merupakan pengganti orang tua asuh, di sini dari hasil wawancara peneliti penjaga panti asuhan salib putih ini ikut berperan dalam menerapkan peraturan kedisiplinan untuk membina kemandirian anak.

4.3.4.2 Memberikan anak-anak contoh keteladanan hidup secara mandiri

(42)

Kuswanto (2000) mengemukakan bahwa kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi dengan penanaman disiplin yang konsisten sehingga kemandirian yang dimiliki dapat berkembang secara utuh.

(43)

Jika lingkungan mendukung tumbuhnya kemandirian pada masa kanak-kanak dan mengembangkannya pada masa remaja akan terbentuk pribadi mandiri yang utuh pada masa dewasa. Dan bila sebaliknya remaja tumbuh menjadi pribadi yang selalu menggantungkan diri pada orang lain, selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan bahkan tidak berani memikul tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian semakin berkembang pada setiap masa perkembangan seiring pertambahan usia dan pertambahan kemampuan.

(44)

4.3.5 Membina Kemandirian

4.3.5.1 Membuat anak siap untuk hidup mandiri dalam menyambut masa depannya

Menurut Ariani (2015) bentuk kegiatan-kegiatan yang diberikan panti asuhan kepada anak asuh merupakan suatu sarana terciptanya upaya kemandirian untuk mempersiapkan kemandirian anak dalaam menyongsong masa depan anak tersebut. Dalam membina kemandirian anak panti asuhan tidak hanya memberikan pengarahan saja melainkan kegiatan-kegiatan yang menunjang anak-anak tersebut termotivasi untuk maju dan dapat menumbuhkan kepercayaan diri dari anak tersebut.

(45)

2002 Tentang Perlindungan Anak, yaitu Bab I butir 3 menyatakan bahwa: Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. Terkait dengan pengertian keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang ada di panti asuhan di berikan pengasuhan yang berbasis keluarga, dimana pengasuh anak di panti asuhan ini merupakan pengganti keluarga bagi mereka.

(46)

4.4. Keterbatasan Penelitian

Gambar

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 4.1 Tabel Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Tahap selanjutnya pengadaan kelinci, kemudian tahap pembuatan pakan yang diawali dengan menyiapkan bahan pakan yang akan digunakan dalam penelitian.. Bahan pakan

Aslak Liestøl (1953: 170) hevdet at slike bronsefat var i bruk i kirker og velstående hjem i Irland, Eng- land og i områder i utlandet der den insulære misjonen

Proses pengupasan kulit gelondong kopi telah dapat dilakukan dan untuk memastikan pengaruh perbedaan waktu pemanasan terhadap kadar air kopi yang didapatkan dilakukan

Teacher s’ Strategies in Teaching Reading to Students at Secondary Level. A

Oleh karena itu maka suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang

Penangkapan ikan dengan gill net , dilakukan oleh hampir sebagian besar nelayan yang berada di pesisir barat selatan Pulau Kei Kecil. Gill net

b..  Terapis memulai pembahasan dengan mengingatkan kembali wants yang telah diidentifikasi oleh setiap anggota kelompok.  Terapis membahas mengenai jawaban dari

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja karyawan waiter atau waitress bagian food and beverage.. Semakin