BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Setting Penelitian
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian
Argomulyo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah yang terdapat pada simbol titik hitam pada gambar di atas.
Panti Asuhan Salib Putih Salatiga sendiri adalah suatu panti dengan status lembaga swasta, dimana dana yang masuk berasal dari donatur tetap yaitu dari dermawan yang sukarela memberikan dana dan tidak mengikat. Data anak yang tingal pada tahun 2016 di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga ini terdapat 32 anak,dimana terdapat 14 anak perempuan dan 19 anak laki-laki.
Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti tidak mendapatkan hambatan terkait birokrasi asministratif karena dari pihak Panti Asuhan sendiri menerima peneliti secara terbuka untuk melakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian pertama dimulai pada tanggal 28 November 2016 di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga. Saat itu dilakukan pengambilan informasi mengenai calon partisipan yang akan diambil sebagai partisipan kepada petugas panti. Di sini peneliti juga mendapatkan kemudahan dari pihak panti dengan diberikan informasi data-data riwayat diri anak di panti asuhan tersebut.
partisipan yang telah dipiliih untuk diwawancarai. Dua hari berikutnya peneliti kembali melakukan wawancara pada partisipan kedua,perharinya peneliti melakukan satu kali wawancara, dimana pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 17.10 WIB peneliti melakukan wawancara yang ke delapan atau terakhir. Berikut tabel karakteristik partisipan:
Tabel 4.1
Tabel Partisipan
NO Inisial L/P Tempat Tanggal Lahir Sekolah
Sesuai yang tertera pada tabel 4.1 peneliti mendapatkan delapan partisipan sebagai informan yang akan diwawancarai, dimana terdapat empat partisipan laki-laki dan empat partisipan perempuan. Tujuh Partisipan berasal dari Jawa Tengah dan satu partisipan berasal dari luar Jawa Tengah. Semua partisipan berada dibawah umur 18 tahun sesuai dengan tema penelitian.
4.2 Analisa Data
Kemandirian anak. Di sini Panti Asuhan turut berperan serta dalam membina kemandirian anak dalam hal memberikan edukasi seperti membiayai sekolah anak tersebut, selain itu mereka juga diberi ketrampilan pendidikan non-formal. Sementara itu menurut Fasli (2001) menyatakan pendidikan nonformal harus berani meniru apa yang baik dari apa ang tumbuh dimasyarakat, strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi anak. Dalam hal ini perlu disadari bahwa pengembangan anak itu akan lancar apabila motivasinya telah tumbuh dan memiliki ketrampilan tertentu yang menopangnya melalui kegiatan pendidikan agar kelak anak siap hidup mandiri dengan ketrampilan yang ia miliki.
yang sejalan dengan penelitian dari Robert Havighurst (1992) yang dimana mengatakan aspek sosial ditunjukkan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain tanpa tergantung dan menunggu aksi dari orang lain dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain merupakan ciri-ciri dari orang mandiri di mana hasil dari wawancara penliti menemukan bahwa anak-anak yang berada di panti memiliki hubungan yang baik dan mampu berkomunikasi secara aktif dengan lingkungan sosialnya.
Ke-tiga Perhatian disini peneliti menemukan peran Panti Asuhan sebagai pengganti orang tua sangat berperan dalam membina kemandirian anak, dimana mereka memberikan perhatian, nasehat, perlindungan, serta kasih sayang. Peneliti menemukan penelitian ini sejalan dengan pernyataan Menurut Johnson dan Medinnus dalam (Wiwik Sulistyaningsih, 2008) yang berpendapat terpenuhinya kebutuhan anak untuk memperoleh rasa aman juga akan berpengaruh positif terhadap terbentuknya kepribadian anak khususnya dalam membentuk kemandirian anak.
(Nayla, 2007) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemandirian anak, diantaranya yaitu:
a. Rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri dibentuk ketika anak diberikan kepercayaan untuk melakukan suatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Rasa percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih bayi.
b. Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan. Jikalau anak sudah terbiasa dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang tidak mandiri dan bergantung pada orang lain.
c. Disiplin
Kemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin. Sebelum anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus di disiplinkan oleh orang tua.
Hal ini sejalan juga dengan pendapat dari Agus Sujanto (1997) yang menyatakan pendidik/pembina masuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian seorang anak, yang dimana pembina/penjaga panti asuhan yang notabene merupakan pengganti orang tua asuh.
anak asuh merupakan suatu sarana terciptanya upaya kemandirian untuk mempersiapkan kemandirian anak dalaam menyongsong masa depan anak tersebut. Dalam membina kemandirian anak panti asuhan tidak hanya memberikan pengarahan saja melainkan kegiatan-kegiatan yang menunjang anak-anak tersebut termotivasi untuk maju dan dapat menumbuhkan kepercayaan diri dari anak tersebut.
Banyak cara yang dilakukan pengurus panti asuhan dalam melaksanakan perannya dalam menunjang keberlanjutan pendidikan anak atau masa depannya yang mana peran pengurus di panti asuhan adalah sebagai keluarga dan orang tua asuh bagi anak-anak asuh di panti asuhan.
4.2.1 Alasan
partisipan dimana mereka mengatakan bahwa sekolahnya dibiayai termasuk biaya lain-lain seperti makan, peralatan mandi ataupun buku pelajaran.
4.2.2 Lima tema peranan panti asuhan dan tahapan kemandirian
menghibur diri sendiri dalam alur yang diperbolehkan, dan mengelola uang saku sendiri. Anak bisa mengatur diri sendiri di luar rumah, misalnya di sekolah, menyelesaikan tugas dari sekolah, menyiapkan segala keperluan kehidupan sosial di luar Panti Asuhan.
Dan yang terakhir anak juga mampu berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan di sekitarnya.
4.2.2.1 Memberikan Edukasi
Di sini peneliti menemukan hasil dimana Panti Asuhan Salib Putih ini ternyata tidak hanya memberikan edukasi kepada anak-anak di bidang pendidikan formal saja. Ternyata selain itu anak-anak juga dilatih atau diberikan pelatihan pendidikan non-formal seperti les musik, membuat kerajinan tangan dan juga ada memasak.
4.2.2.1.1 Pendidikan Non-formal
“Disini ya pendidikannya gak cuman di sekolah kak, kita juga ada pendidikan
buat prakaria, kerajinan tangan gitu kak,
menyulam, sama ada latihan musik
juga. (P1.42)”
“Ya, banyak sih kak di sini sama bapak
penjaga pantinya diajarin selalu ramah
nek menyambut tamu, terus juga belajar
untuk mandiri juga, udah gitu kita juga
ada les musik kak tiap
minggunya.(P2.56)”
“Ya macem-macem kak, yang pertama
pastinya aku bisa lanjut sekolah di sini,
terus nek pendidikan dari bapak
pengasuh nya ya diajarin buat kerajinan
tangan juga, itu hiasan pohon natalnya
kita yang buat lo kak. (P3.47)”
“Ya macam-macam, mas. Contohnya
kita diajarin sopan santun, kalau ada
salam, terus Bapak pengasuh juga
memberi kita fasilitas les musik
seminggu sekali.(P5.41)”
“Ya, banyak sih kak macem-macem ya
yang pertama saya bisa sekolah lagi,
terus di luar sekolah kita juga ada
latihan musik, terus buat-buat kerajinan
tangan gitu kak, sambil belajar masak
juga kak hehe.(P6.39)”
“Ya pastinya saya bersyukur bisa
sekolah lagi, karena masih banyak
temen-temenku di desa yang gak bisa
lanjut sekolah, kalau pendidikan selain
sekolah di sini ada latihan musik juga
mas, sama ada pelatihan kerajinan
tangan mas.(P7.45)”
“Ya pendidikannya sih yang pertama
saya seneng bisa sekolah lagi mas,
terus kalau pendidikan selain di sekolah
juga buat prakaria, menyulam taplak
meja itu mas diajarin sama ibu penjaga
di sini.(P8.44)”
4.2.2.2 Membina Hubungan (komunikasi) Sosial
Hasil dari wawancara peneliti dengan partisipan, peneliti menemukan hasil dimana semua partisipan memiliki hubungan yang baik dengan teman-temannya. Hal ini juga mempermudah mereka untuk berlatih hidup mandiri karena mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan baik.
4.2.2.2.1 Hubungan (komunikasi) Sosial terjalin dengan baik
Berikut dibawah ini kutipan pernyataan dari 7 partisipan yang mengatakan hubungan komunikasi terjalin baik dengan teman-temannya :
“Baik kok kak, gak pernah ada masalah
ya mereka itu udah tak anggep
“Ya baik-baik aja kak, gak pernah kok
ada masalah gitu, apalagi aku udah kenal
deket kan sama semua temen-temen
disini.(P3.82)”
“Baik-baik aja ya mas, gak pernah ada
masalah kok.(P4.71)”
“Baik-baik aja kok, mas.Nggak pernah
ada masalah.(P5.67)”
“Baik-baik aja kok kak.(P6.65)”
“Ya, baik-baik aja ya kak.(P7.72)”
“Hubungannya baik-baik aja kok mas,
kalau aku sih gak pernah ada masalah
sama temen-temen yang lain.
Temen-temen disini baik-baik orang nya.(P8.74)”
4.2.2.3 Memberikan Perhatian
panti ini diberi perhatian yang cukup agar mereka dapat berperilaku dengan baik seperti kalau salah mereka diingatkan, diingatkan untuk rajin belajar, juga diperhatikan pergaulannya dengan lingkungan di luar panti.
4.2.2.3.1 Memberikan perhatian pada anak-anak agar bergaul dan berperilaku dengan baik
Berikut dibawah ini kutipan pernyataan partisipan yang mendapatkan perhatian dalam bergaul dan berperilaku:
“Biasanya Bapak sama Ibu pengasuh
selalu ngingetin kita belajar mas, nggak
boleh males-malesan terus. Pokoknya
perhatian banget. Iya mas, Bapak sama
Ibu pengasuh selalu nasihatin harus bisa
menjaga nama baik sendiri, harus bisa
jaga nama baik panti juga, terus nggak
boleh aneh-aneh, yo yang penting jaga
diri baik-baik gitu mas kalau lagi di luar
panti. Iya selalu mas kalau nasehatin
pengasuh sayang sama kita semua disini
.(P1.83.94.108.115)”
“Ya, banyak sih kak misalnya kalau aku
salah contonya lupa nyuci piring diingetin
baik-baik,tiap malem juga bapak
pengasuhnya ngingetin kita untuk belajar,
kadang juga kita dibeliin jajanan ka sama
bapak di sini.Iya kak, bapak ibu bilang
harus pinter-pinter milih temen jangan
sembarangan, kita pun kalau mau main
harus minta izin dulu sama bapakIya kak,
ya diajarin ramah kalau nyambut tamu,
jujur juga, belajar disiplin kayak bangun
pagi tepat waktu gitu. Ya sayang tho kak,
buktinya aku ya betah-betah aja di sini
hehe. (P2.94.109.119.128)”
“Ya, macem-macem kak misalnya kalau
salah ya ditegur baik-baik sama bapak
penjaganya, terus kita semua disini
diajarin untuk belajar mandiri juga, biar ke
sendiri.Iya tho kak, bapak ibu bilang nek
cari temen yang bener-bener dikenal aja,
apalagi kita kan belum bener-bener hapal
sama daerah sini, kita nek mau keluar
juga harus izin dulu juga kak sama
ibu-bapak.Iya tho kak, ya kan bapak sama
ibu pengasuh disini itu udah kayak orang
tua kita sendiri, ya contohnya kita diajarin
untuk sayang sama adek-adek yang
masih kecil di sini terus, peduli sama
temen yang lain misalnya ada yang sakit
gitu ya kita bantu doa bersama, kalau gak
ya dihibur, gitu kak Ya pasti kalau itu kak,
kalau gak sayang paling udah banyak
yang keluar hehe.(P3.91.105.117.133)”
“Biasanya Bapak sama Ibu pengasuh
selalu ngingetin kita untuk rajin belajar
mas, nggak boleh males-malesan,
disuruh belajar hidup berhemat juga mas.
Iya mas, ya harus sih mas kalau gak
diingetin atau gak dibatesin pergaulannya
hehe, karena itu kalau mau keluar pun
kita harus izin dulu mas, pulangnya jam
berapa kita pun harus ngasih tau juga.
Iya selalu mas kalau nasehatin
berprilaku baik. Iya mas, ya gak sama
aku aja, bapak sama Ibu pengasuh
sayang kok sama semua anak-anak di
sini. (P4.77.89.103.110)”
“Ya contohnya kalau bikin salah gitu
sama temen mas, Bapak pengasuhnya
dateng nasihatin kita suruh saling minta
maaf. Ngingetin kita buat rajin belajar
terus nggak malas-malasan. Iya mas
kalau soal itu, soalnya kan kita juga harus
menjaga nama baik panti Jadi kalau
bergaul juga harus baik-baik sama
temen-temen diluar panti. Iya mas selalu,
Bapak pengasuh nggak pernah lupa buat
ngingetin kita terus. Soalnya itu juga demi
kebaikan anak-anak di Panti Asuhan
ini.Iya, mas.Ya itu yang tak rasain.
“Ya macem-macem kak, misalnya kalau
mau maen butuh uang jajan bapak
penjaganya kadang ngasih uang buat kita
jajan, terus kalau ada berkat gitu kak dari
jemaat pasti langsung dikasih ke kita
dulu. Iya kak, kalau itu emang perlu sih
kak, kan itu buat kebaikan kita juga. Iya
kak, sebisa mungkin kan kita juga jaga
nama baik panti nama baik bapak
pengasuh Ya sayang tho kak, mereka
kalau kita sakit aja pasti langsung
ditemenin buat berobat, kadang kalau
ada adek di sini yang sakit bapak juga
nyuapin makannya.(P6.70.84.91.99)”
“Ya macem-macem sih kak, kalau malem
bapak penjaganya ngingetin udah
ngerjain pr belum gitu, kadang juga kita
kalau dingin gitu kak, bapak penjaganya
buatin teh anget buat kita.Iya kak, pasti
itu ya biar gak kenapa-napa juga tho.Iya
juga ya udah tak anggep kayak
bapak-ibuku sendiri. (P7.77.91.98.105)”
“Perhatian mereka biasanya nggak lupa
negur kita kalau kita buat salah,
mas.Mereka juga baik banget, ngingetin
juga buat tetep rajin belajar biar
cita-citanya tercapai. Iya mas, mereka selalu
bilang kalau kita harus bisa bedain
pergaulan yang baik sama buruk. Ya itu
kan karena mereka juga perhatian sama
kita, biar gak kenapa-napa tho mas. Iya
selalu mas, Soalnya kalau kita berbuat
baik dari sekarang ya kedepannya
bakalan baik juga buat kita sendiri. Yang
saya rasakan sih iya mas, mereka
sayang sama saya kayak anaknya
sendiri. (P8.84.97.109.120)”
4.2.2.4 Menjadi teladan yang baik
patuh dan disiplin pada peraturan yang ada, seperti mereka diajarkan untuk bangun pagi, ijin saat mau keluar dari panti serta mencuci pakaiannya sendiri.
4.2.2.4.1 Mengajarkan anak-anak untuk patuh dan disiplin pada peraturan
Berikut dibawah ini kutipan pernyataan partisipan yangmengatakan diajarkan untuk disiplin dan patuh pada peraturan:
“Iya ketat mas, tapi aku sih nggak
merasa terkekang disini.Kalau mau
keluar tetep dibolehin kok mas, tapi ada
batas jamnya juga.Iya mas, selalu itu
tapi ada batas jamnya
juga.(P1.123.132)”
“Kalau mengekang gak sih kak, ya kan
dibuat peraturan juga biar kita belajar
disiplin juga di sini, belajar mandiri juga
iya kayak beres-beres kamar sendiri
nek sore masak sendiri gitu kak. Ya
dijadwal untuk bangun pagi jam 4 an gtu
terus baca renungan terus beres-beres
tempat tidur masing-masing, kadang
kita yang udah SMP sama SMA gitu kak
kalau gak lagi banyak tugas kita juga
nyuci baju sendiri nek sore kita juga
masak sendiri.(P2.135.147)”
“Kalau mengekang mungkin agak sih
kak ya hehe, tapi kan ya ini dibuat
peraturan juga biar kita belajar disiplin
juga di sini, belajar mandiri juga iya kak.
Iya tho kak, contohnya kita dikasih tau
sama bapak untuk nyuci piring sendiri
setelah makan, terus nyetrika pakaian
sendiri ,ya yang terutama bangun pagi
terus bersih-bersih kamar, kadang kalau
akhir pekan kita juga ada senam pagi
lho kak.(P3.140.150)”
“Iya lumayan ketat mas, tapi aku sih
terbiasa.Kita tetep dibolehin keluar kok
mas, tapi ada batas waktunya juga.
Iya mas, pasti itu.(P4.119.19)”
“Enggak sih mas, karena saya udah
terbiasa ya jadinya saya nggak ngerasa
terkekang.Iya mas, disini banyak yang
bisa dilakuin buat melatih kemandirian
kita. (P5.1291.129)”
“Kalau mengekang gak sih kak, ya
dijalanin aja kan disini juga ada
peraturannya udah tinggal di sini ya
harus nurut tho kak, saya kan tinggal di
sini udah lama jadi ya udah biasa kak.
Ya jelas donk kak, disini semuanya
udah terjadwal kak, dari bangun pagi
sampek tidur malem lagi, jadi semuanya
diajarin tuh buat displin.(P6.110.122)”
“Enggak kok kak udah biasa saya sama
peraturan di sini. Iya kak, di sini banyak
ya kayak nyuci piring sendiri setelah
makan, belajar untuk bangun subuh pas
pertama-tama dulu kan agak susah kak,
tapi sekarang sih udah biasa kak.
(P7.113.120)”
“Ya biasa aja sih mas menurutku,
mungkin dulu iya, tapi kalau aku udah
biasa. Iya mas, ya tinggal di panti ini
kan gunanya biar kita belajar untuk
hidup mandiri juga kalau soal disiplin,
anak-anak di sini pada rajin-rajin sama
disiplin kok mas. (P8.129.137)”
4.2.2.4.2 Memberikan contoh keteladanan yang baik
Berikut dibawah ini kutipan pernyataan partisipan yang menyatakan tentang keteladanan yang baik:
“Iya mas, Bapak sama Ibu pengasuh
biasanya ikut membantu kita kerja bakti
“Ya pasti kak kalau soal itu, contohnya
kayak selalu jujur, saling berbagi gitu
kak sama temen-temen yang lain,atau
gak belajar bareng yang udah gede
diajarin bantuin adek-adek nya nek
misalnya ada yang gak bisa ngerjain pr
nya gitu kak.(P2.164)
“Ya pasti kak kalau itu, misalnya ni
kalau ada tamu disapa dengan ramah,
senyum gitu kak, terus kita juga diajarin
untuk saling berbagi sama bantu-bantu
apalagi adek-adek yang masih SD
kadang kan butuh bantuan kita nek
bapak terus yang ngurusin kasihan
capek juga.(P3.166)”
“Iya mas, ya kayak tiap malam kita
selalu doa bersama sama bapak ibu
juga, bapak juga orang nya disiplin mas,
kalau ada acara bapak pasti on
“Iya mas, misalnya kita semua disini
punya jatah piket masing-masing, tapi
terkadang Bapak juga ikut bantuin kita
piket. Kalau lagi belajar malem, Bapak
ikut ngajarin adek-adek yang masih
kecil.(P5.139)”
“Ya pasti kak kalau soal itu, bapak
selalu ngajarin hal yang baik-baik,
kayak bantuin temen kalau ada yang
lagi susah, terus displin juga apalagi
kalau soal jadwal bersih-bersih panti
kak hehe.(P6.134)”
“Iya kak, ya contoh kecilnya aja pasti
bapak pengasuh udah bangun pagi
duluan sebelum kita bangun, terus dia
langsung bersih-bersih panti
kak.(P7.137)”
“Iya tho mas, misalnya tiap pagi bapak
pengasuh pasti sudah bangun lebih
kotor bapak pasti langsung nyapu
dibersihin.(P8.151)”
4.2.2.5 Membina Kemandirian Anak
Dari hasil wawancara pertanyaan terakhir peneliti kepada anak-anak di Panti Asuhan Salib Putih ini peneliti menyimpulkan dari hasil asuhan atau didikan dari Panti Asuhan Salib Putih ini turut berperan dalam membesarkan anak terutama membina kemandirian mereka, dimana peneliti menemukan hasil bahwa partisipan mengatakan mereka siap untuk hidup mandiri setelah keluar dari panti.
4.2.2.5.1.Membuat anak siap untuk hidup mandiri setelah keluar dari panti
Berikut di bawah ini kutipan pernyataan dukungan moral yang diberikan pengasuh bagi anak-anak dalam menyongsong masa depan :
“Kalau saya sih sudah siap ya kak,
apalagi saya kan sekolah di SMK yang
emang saya pengennya langsung kerja
“Udah siap sih kak ya apalagi kan saya
sekarang udah kelas 2 SMK termasuk
yang paling tua disini saya juga
rencananya memang mau langsung kerja
kak, mau hidup mandiri. (P3.182)”
“Ya udah harus siap juga mas, gak
mungkin juga mau hidup di panti terus,
rencana kalau udah lulus saya juga
emang udah ada niatan buat kerja di kota
mas, kan kita juga udah dapet bekal
banyak dari sini. (P4.147)”
“Ya harus siap mas, karena tujuan saya
kesini buat ngelatih kedisiplinan dan
kemandirian saya. Itu jadi prinsip saya
kalau udah waktunya untuk hidup mandiri
nantinya. (P5.151)”
“Udah siap donk kak, rencana saya
emang pengennya langsung cari kerja
“Kalau saya pribadi udah siap sih kak,
saya kan rencananya habis lulus
memang mau langsung kerja. (P7.147)”
“Ya, kalau saya sih udah siap mas, udah
gak sabar pengen lulus sekolah juga
mas, biar bisa cepet kerja, terus cari
uang sendiri. (P8.161)
4.3 Pembahasan
4.3.1 Edukasi
4.3.1.1 Pendidikan Non-Formal
dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Dalam hubungan ini pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang berbasis kepentingan masyarakat lainnya, perlu mencermati hal tersebut, agar keberadaannya dapat diterima dan dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat berkaitan dengan kepentingan hidup mereka dalam mengisi upaya pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti bahwa pendidikan nonformal perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam penyelenggaaraan program pendidikannya.
dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah.
Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk mengembangkannya melalui Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat.
a. Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) : adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional di bidang pendidikan luar sekolah. BP-PLSP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan program serta fasilitasi pengembangan sumberdaya pendidikan luar sekolah berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional.
b. Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB): adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi di bidang pendidikan luar sekolah. BPKB mempunyai tugas untuk mengembangkan model program pendidikan luar sekolah sesuai dengan kebijakan Dinas Pendidikan Propinsi dan kharakteristik propinsinya.
pendidikan nonformal, mengembangkan bahan belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan dinas pendidikan kabupaten/kota dan potensi lokal setiap daerah.
d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM): suatu lembaga milik masyarakat yang pengelolaannya menggunakan azas dari, oleh dan untuk masyarakat. PKBM ini merupakan wahana pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat sehingga mereka semakin mampu untuk memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri.PKBM merupakan sumber informasi dan penyelenggaraan berbagai kegiatan belajar pendidikan kecakapan hidup sebagai perwujudan pendidikan sepanjang hayat.
e. Lembaga PNF sejenis: adalah lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yang memberikan pelayanan pendidikan nonformal berorientasi life skill/keterampilan dan tidak tergolong ke dalam
Organisasi Perempuan, LSM dan organisasi kemanusiaan lainnya.
Dalam hal ini perlu disadari bahwa pengembangan masyarakat itu akan lancar apabila di masyarakat itu telah berkembang motivasi untuk membangun serta telah tumbuh kesadaran dan semangat mengembangkan diri.Ditambah lagi dengan kemampuan serta keterampilan tertentu yang menopangnyadan juga melalui kegiatan pendidikan.Khususnya pendidikan nonformal diharapkan dapat tumbuh suatu semangat yang tinggi untuk membangun masyarakat desanya sendiri sebagai suatu kontribusi bagi pembangunan bangsa pada umumnya.
anak siap untuk hidup lebih layak di lingkungan masyarakat yang baru ke depannya.
4.3.2 Membina Hubungan (Komunikasi) Sosial
4.3.2.1 Hubungan Sosial terjalin dengan baik
Menurut Soekanto (2006) kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Secara harafiah kontak artinya bersama-sama menyentuh, namun sentuhan yang dimaksud bukan berarti secara fisik saja. Seseorang dapat melakukan komunikasi yang melibatkan aksi dan reaksi dengan berbicara tanpa menyentuh fisik pihak lain.
pengaruh negatif pergaulan, mampu menerima kritik, mampu menerima perbedaan pendapat, mempunyai hubungan baik dengan orang lain.
Di sini peneliti menemukan hasil dari wawancara peneliti yang sejalan dengan penelitian dari Robert Havighurst (1992) yang dimana mengatakan aspek sosial ditunjukkan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain tanpa tergantung dan menunggu aksi dari orang lain dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain merupakan ciri-ciri dari orang mandiri di mana hasil dari wawancara penliti menemukan bahwa anak-anak yang berada di panti memiliki hubungan yang baik dan mampu berkomunikasi secara aktif dengan lingkungan sosialnya.
4.3.3 Memberikan Perhatian
4.3.3.1 Memberikan perhatian kepada anak-anak
panti
terkhususnya dalam hal memberikan perhatian, nasehat, perlindungan, kasih sayang, merupakan salah satu cara terpenuhinya kebutuhan anak untuk memperoleh rasa aman juga akan berpengaruh positif terhadap terbentuknya kepribadian anak khususnya dalam hal membentuk kemandirian anak.
Begitu pula dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Ariani Putri (2015) yang menyatakan bahwa Panti Asuhan adalah tempat atau sarana untuk mendidik, membina anak dan merawat anak-anak yang sengaja maupun tidak sengaja ditelantarkan oleh kedua orang tuanya serta memberi pendidikan dan memenuhi segala kebutuhannya. Selain itu panti asuhan melindungi anak-anak tersebut dari ancaman orang-orang yang ingin berbuat jahat kepadanya.Anak-anak asuh memperoleh pendidikan dan pembinaan kemandirian dari pengasuhnya di berbagai bidang pendidikan termasuk juga di bidang mental, kepribadian, ketrampilan, rohani dan lain-lain. Tidak hanya pendidIkan di sekolah, anak tersebut juga diberikan pendidikan rohani agar kelak memiliki iman yang baik.
4.3.4 Keteladanan
4.3.4.1.Mengajarkan anak-anak untuk patuh dan
disiplin pada peraturan
yang dapat mempengaruhi kemandirian anak, diantaranya yaitu:
a. Rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri dibentuk ketika anak diberikan kepercayaan untuk melakukan suatu hal yang ia mampu kerjakan sendiri. Rasa percaya diri dapat dibentuk sejak anak masih bayi.
c. Kebiasaan
Salah satu peranan orang tua dalam kehidupan sehari-hari adalah membentuk kebiasaan. Jikalau anak sudah terbiasa dimanja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak yang tidak mandiri dan bergantung pada orang lain.
d. Disiplin
Kemandirian berkaitan erat sekali dengan disiplin. Sebelum anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, ia terlebih dahulu harus di disiplinkan oleh orang tua.
kemandirian anak, disini panti asuhan turut berperan serta dalam mendidik kedisiplinan anak.
Hal ini sejalan juga dengan pendapat dari Agus Sujanto (1997) yang menyatakan pendidik/pembina masuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian seorang anak, yang dimana pembina/penjaga panti asuhan yang notabene merupakan pengganti orang tua asuh, di sini dari hasil wawancara peneliti penjaga panti asuhan salib putih ini ikut berperan dalam menerapkan peraturan kedisiplinan untuk membina kemandirian anak.
4.3.4.2 Memberikan anak-anak contoh keteladanan hidup secara mandiri
Kuswanto (2000) mengemukakan bahwa kemandirian anak harus dibina sejak anak masih bayi dengan penanaman disiplin yang konsisten sehingga kemandirian yang dimiliki dapat berkembang secara utuh.
Jika lingkungan mendukung tumbuhnya kemandirian pada masa kanak-kanak dan mengembangkannya pada masa remaja akan terbentuk pribadi mandiri yang utuh pada masa dewasa. Dan bila sebaliknya remaja tumbuh menjadi pribadi yang selalu menggantungkan diri pada orang lain, selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan bahkan tidak berani memikul tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian semakin berkembang pada setiap masa perkembangan seiring pertambahan usia dan pertambahan kemampuan.
4.3.5 Membina Kemandirian
4.3.5.1 Membuat anak siap untuk hidup mandiri dalam menyambut masa depannya
Menurut Ariani (2015) bentuk kegiatan-kegiatan yang diberikan panti asuhan kepada anak asuh merupakan suatu sarana terciptanya upaya kemandirian untuk mempersiapkan kemandirian anak dalaam menyongsong masa depan anak tersebut. Dalam membina kemandirian anak panti asuhan tidak hanya memberikan pengarahan saja melainkan kegiatan-kegiatan yang menunjang anak-anak tersebut termotivasi untuk maju dan dapat menumbuhkan kepercayaan diri dari anak tersebut.
2002 Tentang Perlindungan Anak, yaitu Bab I butir 3 menyatakan bahwa: Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. Terkait dengan pengertian keluarga di atas dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang ada di panti asuhan di berikan pengasuhan yang berbasis keluarga, dimana pengasuh anak di panti asuhan ini merupakan pengganti keluarga bagi mereka.
4.4. Keterbatasan Penelitian