• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Lansia tentang Kesiapan Menghadapi Kematian di Panti Wreda Salib Putih Salatiga T1 462011029 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Lansia tentang Kesiapan Menghadapi Kematian di Panti Wreda Salib Putih Salatiga T1 462011029 BAB IV"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Salib Putih Kopeng - Salatiga. Penulis memilih tempat penelitian di Panti Wredha Salib Putih Kopeng-Salatiga, karena peneliti pernah melakukan kunjungan di Panti tersebut dalam mata kuliah gerontik, sehingga peneliti sudah mengetahui gambaran aktivitas dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan di Panti Wredha Salib Putih Kopeng - Salatiga. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wredha Salib Putih yang berada di jl. Salatiga Kopeng. Panti ini didirikan pada 19 Mei 1902 oleh Johanes Van Emmerick dan Alice Cleverly yang merupakan sepasang suami istri asal dari Inggris. Panti juga merupakan tempat yang cukup baik bagi lansia dan bangunan panti ini terdiri dari ruang masak, tempat mencuci, kamar mandi, kamar tidur dan ruang tamu. 1 kamar tidur terdiri dari dua sampai tiga orang penghuni. Panti ini juga memiliki 4 orang pengurus dengan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing. Ibu Sugesti merupakan kepala panti dan 3 orang lainnya memiliki tugas sebagai juru masak serta pembersih panti.

(2)

orang. Di panti ini juga terdapat 6 orang lansia yang terbaring sakit dan hanya berada di tempat tidur mereka. Lansia yang tidak tinggal di panti adalah mereka yang memiliki rumah sendiri di sekitar panti dan tempat tinggal mereka dibangun oleh anak-anak mereka. Lansia yang berada di Panti Wredha Salib Putih Kopeng - Salatiga ini merupakan orang asli Salatiga sehingga tidak perlu membayar biaya panti atau gratis. Sedangkan lansia yang bukan merupakan orang asli salatiga mereka harus membayar biaya panti sebesar Rp. 500.000/bulan.

Sebelum peneliti melakukan wawancara, peneliti menjalin hubungan saling percaya dengan seluruh lansia yang berada di panti. Setelah itu peneliti memilih lansia yang akan menjadi sumber informasi bagi penelitian ini, peneliti mengambil 5 orang yang sesuai kriteria untuk menjadi partisipan. Semua lansia yang berada di panti bahkan yang tidak tinggal dipanti sangat senang dengan kedatangan peneliti. Mereka menganggap seperti cucu mereka sendiri. Lansia yang terkadang sifat mereka seperti anak kecil ternyata punya keunikan tersendiri dan mereka juga sangat perhatian dengan sesama teman di panti.

(3)
(4)

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian, mendapatkan data atau hasil tersebut diperoleh peneliti melalui proses wawancara dan observasi terhadap lansia yang menjadi partisipan peneliti.

4.2.1 GAMBARAN SECARA UMUM PARTISIPAN Karakteristik

Partisipan

Partisipan

1 Mbah Y

2 Oma M

3

Mbah S’a 4

Mbah S’b 5

Mbah S’c

Usia 68 tahun 71 tahun 82 tahun 87 tahun 88 tahun Jenis

Kelamin

(5)

Agama Kristen Protestan Kristen Katolik Kristen Protenstan Kristen Protestan Kristen Protestan

Suku Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa

Pendidikan Terakhir

SD SD SD SJ

(Sekolah jawa)

SD

Masuk panti 10 Febuari 2006

19 Januari 2014

1 April 1990

23 Januari 1989

1 Juli 1993

Lama rawat 9 tahun 1 tahun 25 tahun 26 tahun 22 tahun Lama

wawancara

25 Menit

45 menit 35 menit 60 menit 30 menit

(Sumber: Data Primer , 2015)

(6)

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan bahwa persepsi lansia tentang kematian itu sendiri di pikir positif oleh partisipan yang telah diwawancara. Dari ke 5 partisipan ini mereka mengatakan bahwa mereka siap ketika harus di panggil oleh yang Maha Kuasa. Partisipan peneliti juga mengatakan bahwa tidak takut dengan namanya kematian karena mereka selalu berdoa dan melakukan puji-pujian bersama atau pun sendiri. Dari ke 5 orang partisipan hanya 1 orang partisipan yang ingin berada bersama-sama dengan keluarga, dan partisipan ini juga mengatakan sudah siap menghadapi kematian tetapi masih tidak mau terpisah dari cucu terkasih. Ketika ada teman di panti yang meninggal mereka tidak takut, tapi mereka ikut memandikan. Keluarga tidak setiap saat atau setiap satu minggu sekali berkunjung di panti melihat orang tua atau nenek mereka. Untuk beberapa lansia di jenguk satu bulan sekali bahkan ada yang dikunjungi saat natalan saja. Mereka ingin sekali dikujungi oleh keluarga mereka, tetapi lansia tidak merasa sedih ketika tidak dikunjungi mereka selalu tersenyum dan bahagia. Lansia yang berada di Panti Wredha Salib Putih Kopeng - Salatiga dalam kesehariannya mereka selalu bahagia tanpa harus memikirkan hal-hal yang membuat mereka stress.

(7)

terjadi atau yang dinamakan kematian dan partisipan yang lain juga mengatakan ketika Tuhan memanggil sudah siap dan tidak takut dengan kematian. Persiapan menghadapi kematian antara lain spiritual: partisipan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian adalah faktor spiritual : kelima partisipan yang diteliti ini mereka mempunyai banyak waktu untuk mengikuti kegiatan kerohanian seperti berdoa serta renungan bersama setiap pagi. faktor dukungan keluarga: partisipan-partisipan ini ingin selalu dikunjungi keluarga mereka tetapi ketika tidak ada kunjungan mereka mengatakan sudah biasa. Diharapkan dalam menghadapi kematian Kondisi yang diharapkan dalam proses menghadapi kematian partisipan menginginkan saat meninggal nanti keadaan atau kondisi sehat bukan meninggal dalam kondisi sakit. Tempat yang diharapkan dalam proses menghadapi kematian, partisipan ingin meninggal di panti saja tetapi ada partisipan yang lain mengatakan ingin meninggal berada bersama-sama dengan keluarga atau berada di rumah. Dukungan yang dibutuhkan dalam proses menghadapi kematian, partisipan ingin sekali dukungan dari keluarga dan teman-teman yang berada bersama-sama di panti.

4.2.2 Analisa

(8)

tersebut peneliti menemukan 3 tema utama yakni persepsi tentang kematian, faktor yang mempengaruhi persepsi, dan yang diharapkan oleh partisipan dalam menghadapi kematian.

4.2.2.1 Persepsi tentang kesiapan menghadapi kematian

Persepsi positif : partisipan selalu mengatakan sudah siap dengan apa yang nanti akan terjadi atau yang dinamakan kematian dan partisipan yang lain juga mengatakan ketika Tuhan memanggil sudah siap dan tidak takut dengan kematian. Seperti yang dikatakan oleh partisipan 4 dari pertanyaan Mbah sudah siap ketika waktunya dipanggil Tuhan?

“Saya selalu siap, karena nanti juga akan kesana

apalagi umur saya sudah 87 tahun pasti akan matilah”

Spiritual : partisipan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Seperti yang dikatakan partisipan 4 dari pertanyaan Apakah mbah tidak takut?

“Buat apa takut. Saya selalu berdoa pada Tuhan”

4.2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian

(9)

Apakah oma selalu mengikuti ibadah di panti sebagai berikut:

“Saya selalu ikut beribadah, tidak pernah saya tidak

ikut paling kalau sakit saya berdoa di kamar saja.”

Sama halnya yang dikatakan oleh partisipan yang baru 1 tahun dirawat di panti ini yaitu partisipan 2 ia menjawab: Apakah oma selalu mengikuti ibadah di panti sebagai berikut:

“Iya oma selalu ikut ibadah. Bahkan oma sudah

pernah pimpin ibadah di panti.”

Faktor dukungan keluarga : partisipan-partisipan ini ingin selalu dikunjungi keluarga mereka tetapi ketika tidak ada kunjungan mereka mengatakan sudah biasa. Seperti yang dikatakan oleh partisipan 4 ia menjawab Apakah mbah sedih saat keluarga mbah tidak menjenguk mbah sebagai berikut:

“Buat apa sedih? Malah saya senang berada disini.”

Dan juga yang dikatakan oleh partisipan 3 ia menjawab Apakah mbah sedih saat keluarga mbah tidak menjenguk mbah sebagai berikut:

“Tidak, sudah biasa.”

(10)

4.2.2.3.1 Kondisi yang diharapkan dalam proses menghadapi kematian partisipan menginginkan saat meninggal nanti keadaan atau kondisi sehat bukan meninggal dalam kondisi sakit. 4.2.2.3.2 Tempat yang diharapkan dalam proses

menghadapi kematian. Partisipan ingin meninggal di panti saja. Dibenarkan dengan yang dikatakan partisipan 1 ia menjawab Ketika mbah meninggal nanti mbah maunya kubur dimana sebagai berikut:

“Di panti saja”

4.2.2.3.3 Tetapi ada partisipan yang lain mengatakan ingin meninggal berada bersama-sama dengan keluarga atau berada di rumah. Dibenarkan oleh partisipan 2 menjawab pertanyaan Ketika oma meninggal nanti oma maunya kubur dimana sebagai berikut:

Di rumah juga boleh. Di panti juga boleh. Tapi

oma tidak mau jenasa oma di bakar oma mau

(11)

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Persepsi tentang kesiapan menghadapi kematian

Cicirelli (2003), memaparkan bahwa sebagian besar lansia siap dalam menghadapi kematian tanpa ada rasa takut dengan kematian. Hasil yang sama juga peneliti dapatkan ketika penelitian yang telah dilakukan bahwa kelima partisipan memiliki persepsi positif tentang kematian, kelima partisipan mengatakan sudah siap dengan apa yang nanti akan terjadi atau yang dinamakan kematian. Kelima partisipan menunjukkan bahwa mereka melakukan persiapan spiritual dalam menghadapi kematian dengan beribadah dan pasrah buat Tuhan. Hal ini didukung juga oleh Adelina (2007), yang mengatakan bahwa kecerdasan rohani berhubungan kesiapan lansia menghadapi kematian.

4.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian

(12)

Dari faktor dukungan keluarga. Dari kelima partisipan mengatakan bahwa dukungan keluarga bagi mereka juga sangat penting. Karena mereka ingin dimasa tua mereka ada keluarga disamping mereka saat menjelang kematian. Pada penelitian Hattori, et al (2005), menyebutkan bahwa faktor keluarga mempengaruhi tempat kematian dan siapa yang diinginkan lansia berada disampingnya saat menjelang kematian.

4.3.3 Yang diharapkan dalam menghadapi kematian

Referensi

Dokumen terkait

partisipan tidak dapat mengendalikan emotion dengan baik4. karena bila merasa kesal partisipan selalu

melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari pada lansia di Panti. Wredha salib

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel kecemasan menghadapi kematian, digunakan 4 (empat) kategori, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Kurang dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi kematian pada lansia di Panti Inakaka Ambon.. Metode

Minda Rambu Ana Lauru, 462007057, Peran Perawat bagi Lansia dalam Persiapan Menghadapi Kematian di Panti Werdha Pelayanan Kristen Semarang, Skripsi, Fakultas Ilmu

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang rendah antara psychological well being dengan kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia di Panti Sosial

Hal ini juga didukung oleh teori dari Higgins (1989) yang mengatakan bahwa panti juga memberikan kesempatan lansia untuk mengambil peran dalam aktifitas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kecemasan menghadapi kematian pada lansia di Panti Inakaka Ambon.. Metode