BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Anggaran
Menurut Garrison (2007) “Anggaran adalah rencana terperinci
tentang pemerolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber
daya lainnya selama suatu periode tertentu”.
Menurut Mardiasmo (2002),anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Konsep anggaran di sector publik, selama ini telah banyak mengalami perkembangan sehingga muncul dua pendekatan utama dalam penyusunan dan perencanaan anggaran publik, yaitu pendekatan anggaran tradisional dan pendekatan New Public Management (NPM). Anggaran tradisional lebih menekankan pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat, sedangkan NPM lebih menekankan pada kinerja organisasi bukan sekedar kebijakan yang terkesan kaku, birokratis dan hirarkis.
Anggaran memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Mardiasmo (2002) anggaran
sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut
:
a. Alat perencanaan, anggaran digunakan untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan, baik terkait tujuan atau sasaran kebijakan, program dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut, serta dana yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
b. Alat pengendalian, anggaran yang dipertanggungjawabkan kepada publik akan mengendalikan alokasi sumber daya dan membatasi kekuasaan eksekutif sehingga anggaran tidak salah sasaran
(misappropriation).
d. Alat politik, anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif terhadap pengguna dana publik. Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan atas prioritas.
e. Alat koordinasi dan komunikasi, proses penyusunan anggaran memerlukan mekanisme koordinasi dan komunikasi dari setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Anggaran perlu dikomunikasikan ke setiap satuan kerja untuk dapat dilaksanakan secara menyeluruh. f. Alat penilai kinerja, anggaran merupakan alat yang efektif dalam
pengendalian dan penilaian kinerja. Kinerja manajer publik akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
g. Alat motivasi, anggaran dapat mendorong manajer maupun stafnya melakukan tindakan yang ekonomis, efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi.
h. Alat untuk menciptakan ruang publik, proses penganggaran harus melibatkan publik sebagai salah satu komponen penting. Publik dapat menyampaikan aspirasi dan pendapatnya untuk menciptakan suatu mekanisme pertanggungjawaban keuangan terhadap publik yang lebih transparan dan akuntabel
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja
Tabel 2.1 Perbedaan Anggaran Tradisionaldengan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran Tradisional Anggaran Berbasis Kinerja
Sentralistis Desentralisasi & devolved management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, dan outcome
(value for money) Tidak terkait dengan
perencanaan jangka panjang
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang
Line-item dan incrementalism
Berdasarkan sasaran dan target kinerja
Batasan departemen yang kaku (rigid department)
Lintas departemen (cross department)
Menggunakan aturan klasik:
Vote accounting
Zero-Base Budgeting, Planning Programming Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional Bersifat tahunan Bottom-up budgeting
Sumber: Mardiasmo (2002)
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa
rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah
ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk
belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan
diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau
tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja
yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Proses penyusunan dan sasaran
yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan
adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta
mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang
dimiliki daerah yang bersangkutan.
Tolak ukur anggaran berbasis kinerja dinilai dari indikasi adanya
peningkatan input, output, outcome serta kinerja dan perbaikan kinerja yang
signifikan dalam pelaksanaannya dan berdasarkan data laporan keuangan
pemerintah daerah.
Bastian (2006) mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja sebagai
sistem penganggaran yang berorientasi pada output suatu organisasi dan erat
kaitannya dengan adanya visi, misi, dan rencana strategis organisasi”.
sebagai elemen dari kinerja manajemen, yang mana program kinerjanya
relevan untuk setiap pengambilan keputusan, tidak hanya pengalokasian
sumber daya”.
Menurut Robinson dan Brumby (2005) “anggaran berbasis kinerja
merupakan prosedur atau mekanisme yang dimaksud untuk memperkuat hubungan
antara dana yang diberikan pada suatu entitas sector publik dengan outcome dan/atau outcome melalui penggunaan informasi kinerja formal dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.”
Mardiasmo, (2002) menjelaskan bahwa “Tujuan utama anggaran
berbasis kinerja ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja
publik”.
“Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan
pada konsep value for money yang mencakup prinsip ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas” Sancoko (2008).
Andayani (2007) mendefinisikan “ekonomis sebagai upaya untuk
memperoleh input dengan kualitas dan kuantitas dengan harga terendah”.
Rai (2008) menjelaskan “efisiensi merupakan perbandingan output dan
input”. Efektif didefinisikan oleh Andayani (2007) “sebagai tingkat
pencapaian hasil dengan target yang telah ditentukan”.
“Anggaran berbasis kinerja juga erat kaitannya dengan prinsip good
corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban para
pengambil keputusan atas pengguna uang yang dianggarkan untuk mencapai
tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan” Sancoko (2008). Hal
tentang keuangan negara, Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara, dan Undang-Undang nomoe 15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Menurut Sancoko (2008), penerapan anggaran berbasis kinerja dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Anggaran yang terbatas kinerja memungkinkan pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas sehingga tujuan dapat tercapai dengan efisien dan efektif
2. Penerapan anggaran berbasis kinerja digunakan untuk pelaksanaan kegiatan dan program yang transparan. Dengan anggaran yang jelas, dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta transparansi
3. Organisasi pembuat kebijakan akan berada pada posisi yang lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional
“Anggaran berbasis kinerja dipercaya memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat terutama dalam
mendorong tata kelola pemerintahan yang lebih baik” Utomo (2007).
Pengimplementasian tersebut diharapkan akan meningkatkan proses
pembangunan menjadi lebih efisien dan partisipatif, karena melibatkan
masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik.
Meninjau tujuan dan manfaat anggaran berbasis kinerja penting untuk
dilaksanakan terutama dengan berpedoman pada peraturan-peraturan terkait
yang mewajibkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.
2.1.3. PenerapanAnggaranBerbasisKinerja
Dalam menerapkan Anggaran Berbasis Kinerja, terdapat
prinsip-prinsip yangdapatdijadikanpedomanBPKP, (2005),yaitu:
Anggaran harus dapatmenyajikan informasiyang jelas mengenai tujuan, sasaran,hasil,danmanfaatyang diperoleh masyarakat darisuatukegiatanatau proyekyangdianggarkan. Anggotamasyarakatmemilikihakdanaksesyang samauntuk mengetahuiprosesanggarankarena menyangkut aspirasi dan kepentinganmasyarakat,terutamapemenuhankebutuhan-kebutuhan hidup
masyarakat.Masyarakatjugaberhakuntukmenuntutpertanggungjawaban atas rencanaataupunpelaksanaananggarantersebut.
2) Disiplinanggaran
Pendapatanyang direncanakan merupakanperkiraanyang terukursecara rasionalyangdapatdicapaiuntuksetiapsumberpendapatan.
Sedangkanbelanja yangdianggarkan
padasetiappos/pasalmerupakanbatastertinggipengeluaran belanja.Penganggaranpengeluaranharusdidukung
denganadanyakepastian tersedianya penerimaandalamjumlahyangcukup dantidakdibenarkan akademika dan karyawantanpadiskriminasidalampemberianpelayanan,karenapendapata n perguruantinggi pada hakikatnyadiperolehmelaluiperan serta masyarakat secarakeseluruhan.
4) Efisiensidanefektivitasanggaran Penyusunan
anggaranhendaknyadilakukanberlandaskanazasefisiensi,tepat
guna,tepatwaktupelaksanaan, danpenggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.
Danayangtersediaharusdimanfaatkandengansebaik mungkinuntuk dapatmenghasilkan peningkatan dankesejahteraanyang maksimaluntukkepentinganstakeholders.
5) Disusundenganpendekatankinerja
Anggaranyang disusun denganpendekatankinerjamengutamakanupaya
pencapaianhasilkerja(output/outcome)dariperencanaanalokasibiayaatau
inputyang telahditetapkan.
PenganggaranBerbasis Kinerja mengalokasikan sumber daya
didasarkan
padapencapaianoutcomeyangdapatdiukursecaraspesifik.Outcome
didefinisikan melaluiprosesperencanaanstrategisyang mempertimbangkan
isu kritis yang
dihadapilembaga,kapabilitaslembaga,danmasukandaristakeholder.
Terdapatbeberapakarakteristikpenyusunan
anggaranyangdidasarkanpada kinerja.Asmoko(2006)
menjelaskanbeberapakarakteristikkunci dalamPBKdiantaranya:
1. Pengeluarananggarandidasarkan padaoutcomeyang ingindicapai,dimana
outcomemerupakandampaksuatuprogramataukegiatanterhadapmasya rakat. Misalnya,untukorganisasisepertiUniversitas Diponegoro, outcomeyang ingindicapaiadalahmeningkatnyaperanserta Undipdalampembangunan masyarakatkhususnya dibidangilmupengetahuan.Maka,atasdasaroutcomeitulahpengeluaran anggarandilaksanakan.
2. Adanyahubunganantaramasukan(input)dengankeluaran(output) danoutcomeyangdiinginkan.Inputatau masukanmerupakan sumber
daya yang digunakan untuk
pelaksanaansuatukebijakan,program,danaktivitas. Outputataukeluaran merupakanhasilataunilaitambahyang
dicapaiolehkebijakan,programdan
aktivitas.Sementaraoutcomemerupakandampakyang
ditimbulkandarisuatu aktivitastertentu.Konsepvalueformoney dalamkerangkaanggaranberbasis
kinerjadapattercapaiapabilaorganisasitelahmenggunakan
biayainputpaling keciluntuk mencapaioutputyangoptimumsertamemperolehoutcomeyang
berkualitas.
pemerintahharus bertindak berdasarkanfokuspadabiaya(costminded)dan harusefisien.
4. Adanyapenyusunantargetkinerjadalamanggaran.
padatujuandansasaran program unitkerja.Halinipadaakhirnyaakan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberianpelayananpublik. Kedua,ukurankinerjadigunakan untuk pengalokasian sumberdayadanpembuatankeputusan.Ketiga,ukurankinerja
dimaksudkanuntukmewujudkanpertanggungjawabanpublikdanmemp erbaiki komunikasikelembagaan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain disajikan
pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti Variabel Hasil penelitian
2009 Cahya Variabel bebas:
Sumber daya,
Dari analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya dan pengembangan sistem pengukuran kinerja, terbukti mempengaruhi secara positif efektivitas
Implementasi
Variabel Bebas :
Akuntabilitas,Transpa ransi, Partisipasi Masyarakat, Efisiensi dan Efektifitas.
Variabel Terikat :
Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan hasil penelitian, maka secara simultan variabel akuntabilitas, transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja. Secara parsial variabel akuntabilitas,
transparansi, partisipasi masyarakat,
efisiensi dan efektivitas juga berpengaruh terhadap
penyusunan anggaran berbasis kinerja.
2011 Izzaty
Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan, dan Kualitas SDM
Variabel Terikat : Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Hasil dari pengujian hipotesis di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan
anggaran berbasis kinerja. Kualitas SDM juga memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap penerapan anggaran berbasis kinerja.
2013
Kusuma Variabel Bebas : Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan.
Variabel Terikat : Ketetapan Anggaran Pendapatan,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kejelasan Sasaran
Anggaran dan
Komitmen Organisasi berpengaruh positif pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan
Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan
Ketetapan Anggaran Belanja
dan Belanja.
2013 Nugraeni Variabel bebas
Faktor Rasional, Faktor Politik dan Faktor Budaya
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor rasional yaitu sumber daya, informasi, orientasi tujuan, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja.
Sedangkan faktor politik yang diukur oleh kelompok internal berpengaruh positif signifikan. Faktor budaya yang diukur oleh sikap memiliki pengaruh positif tidak signifikan
2015 Nawastri Variabel Bebas Kompetensi SDM,
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi sumber daya manusia, Informasi,
2015 Adiwirya,
akuntabilitas dan transparansi berpengaruh positif secara simultan
pada anggaran berbasis kinerja. Secara parsial, transparansi
berpengaruh positif pada anggaran berbasis kinerja
2015 Bakrie Variabel Bebas :
Perencanaan, Umpan Balik, dan Interaksi Pengendalian.
Variabel Terikat :
Anggaran Berbasis Kinerja
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas Pengendalian Anggaran (X) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar
98,28%. Dan secara parsial menunjukkan bahwa Perencanaan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 44%, Umpan Balik (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar 24,9%, Interaksi Pengendalian
(X3) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran
Berbasis Kinerja (Y) sebesar 35,5%. Adapun variabel lain yang tidak diteliti dan
ikut mempengaruhi variabel Y adalah sebesar 27,7%
Sumber: diolah sendiri (2016)
Cahya (2009) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kota Surakarta. Dari
analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya
dan pengembangan sistem pengukuran kinerja, terbukti mempengaruhi secara
positif efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pada pemerintah kota
Surakarta.
Meutia dan Nurfitriani (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh
penerapan good governance terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja pada
pemerintah aceh. Dari hasil penelitian, maka secara simultan variable
akuntabilitas, transparansi,
partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap
penyusunan anggaran berbasis kinerja. Secara parsial variabel akuntabilitas,
transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas juga berpengaruh
terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
Izzaty (2011) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja Badan Layanan Umum Universitas Diponegoro
Semarang. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa gayakepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan
anggaranberbasiskinerja.KualitasSDMjugamemilikipengaruh positifdan
signifikan terhadappenerapananggaranberbasiskinerja.Secarasimultan,gaya
kepemimpinan dankualitassumberdayamanusiamemilikipengaruhyang positif
dansignifikan terhadappenerapananggaranberbasiskinerja badanlayananumum
(BLU).
Kusuma (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai ketetapan
anggaran pada SKPD di pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan hasil penelitian
berpengaruh positif pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan
Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh negatif pada Ketepatan Anggaran
Pendapatandan Belanja.
Nugraeni (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor rasional yaitu sumber daya,
informasi, orientasi tujuan, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja. Sedangkan faktor
politik yang diukur oleh kelompok internal berpengaruh positif signifikan. Faktor
budaya yang diukur oleh sikap memiliki pengaruh positif tidak signifikan.
Nawastri (2015) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil
penelitian, kompetensi sumber daya manusia, Informasi, penggunaan anggaran,
dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap efektivitas anggaran
berbasis kinerja sedangkan orientasi tujuan dan komitmen tidak berpengaruh
terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan kebaikan model, model regresi dapat dipergunakan untuk
memprediksi efektivitas anggaran berbasis kinerja. Sedangkan efektivitas
anggaran berbasis kinerja mampu dijelaskan oleh keenam variabel yaitu
kompetensi sumber daya manusia, informasi, orientasi tujuan, penggunaan
anggaran, gaya kepemimpinan dan komitmen sebesar 89,6%.
Adiwirya dan Sudana (2015) melakukan penelitian mengenai anggaran
menyimpulkan bahwaakuntabilitas dantransparansiberpengaruh
positifsecarasimultan padaanggaranberbasiskinerja.Secaraparsial,transparansi
berpengaruh positifpada anggaranberbasis
kinerja.Penelitianini,menunjukkanbahwaresponden memiliki persepsi
yanglebihcondongpadatransparansidibandingkandenganakuntabilitas.
Bakri (2015) melakukan penelitain mengenai pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas Pengendalian Anggaran (X) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar
98,28%. Dan secara parsial menunjukkan bahwa Perencanaan (X1) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 44%, Umpan
Balik (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran
Berbasis Kinerja (Y) sebesar 24,9%, Interaksi Pengendalian (X3) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Y)
sebesar 35,5%. Adapun variabel lain yang tidak diteliti dan ikut mempengaruhi
��
��
�� 2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual 2.3.1. Efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja
“Efektivitasimplementasianggaranberbasiskinerjaadalahtahappenggun
aan kinerja dalam proses
penganggaranuntukmemberikandampakpadatingkat hasil
programyangditetapkan”Asmadewa, ( 2006). “ Sistem
anggaranberbasiskinerjapada
dasarnyamerupakansistemyangmencakupkegiatanpenyusunanprogramdantol
ak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran
program” Mardiasmo, (2002).
Implementasi menurut Julnes dan Holzer (2001) “merupakan
penggunaan pengukuran kinerja untuk perencanaan strategis, alokasi
Sumber Daya Manusia (��)
Efektivitas Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja
(Y) Akuntabilitas
(��)
Penerapan Teknologi (��)
Ketidakpastian Lingkungan (��)
sumber daya, manajemen program, pengawasan, pengevaluasian, dan
pelaporan kepada manajemen internal, kantor terkait, masyarakat, dan
media massa”.
2.3.2. Sumber Daya Manusia
Nogi, (2006) berpendapat bahwa “kualitas
SDMadalahunsuryangsangatpenting dalammeningkatkan pelayanan
organisasi terhadapkebutuhan
publik”.Olehkarenaitu,terdapatduaelemenmendasaryang
berkaitandenganpengembangan
SDMyaitutingkatpendidikandanketerampilan
yangdimilikikaryawan/pekerja.
SedangkanNotoadmodjo (2006) menyatakanbahwa
“kualitasSDMmenyangkut duaaspek,yaituaspekkualitasfisik
danaspekkualitasnonfisik,yang menyangkut
kemampuanbekerja,berpikir,dan keterampilan-keterampilanlain”.
Sumberdayamanusia(SDM) berkualitastinggiadalahSDMyang mampu menciptakanbukansaja nilaikomparatif,tetapi juganilaikompetitif-generatif- inovatifdenganmenggunakan energitertinggisepertiintelligence,creativity,dan imagination; tidaklagisemata-matamenggunakanenergykasarsepertibahan
mentah,lahan,air,tenagaotot,dansebagainya (Ndraha 1997).
2.3.3. Akuntabilitas
Mardiasmo, (2002) “akuntabilitas menunjukkan bagaimana
pelayanan-pelayanan yang dibuat oleh pemerintah”. Penelitian yang
dilakukan oleh Asrida, (2012) menunjukkan bahwa “akuntabilitas secara
parsial mempengaruhi kinerja penyusunan RAPBD Kabupaten Bireuen”.
2.3.4. Penerapan Teknologi
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. “Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
kinerja yang memadai” Julnes dan Holzer, (2001).
Literatur manajemen kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah
faktor kunci dalam memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan
pegawai harus dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi.
Survei GPRA tahun 2003 menemukan bahwa “terdapat hubungan positif
antar lembaga yang memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan
target kinerja program dengan penggunaan informasi kinerja ketika
menyusun atau merevisi target kinerja” GAO, (2005).
2.3.5. Ketidakpastian Lingkungan
Miliken (1987) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkunganterdiri
dari:
“Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal
darilingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator,
danteknologi yang dibutuhkan” Govindarajan, (1986).
“Ketidakpastianlingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala
untukmemprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukansesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Luthans,
(2006).
“Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Minanda,
(2009).
Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Tetapi dalam hal ini
lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri
bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau pegawai merupakan bagian
dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuan
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang
hubungan dari beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai tuntunan
sementara dalam penelitian untuk menguji kebenarannya.
2.4.1. Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
Keberhasilan implementasi anggaran berbasis kinerja sangat
dipengaruhi kemampuan organisasi menyediakan sumber daya yang
memadai, pegawai dengan kemampuan analisis kerja program, alokasi dana
untuk mengumpulkan dana, atau dana untuk pengembangan implementasi
anggaran berbasis kinerja, dan waktu yang cukup untuk menilai keandalan
data kinerja penting bagi keberhasilan implementasi. Wang (2000)
berpendapat bahwa penggunaan anggaran memerlukan pembangunan
kapasitas dalam standar akuntansi, sistem informasi, personil, dan dana.
Organisasi-organisasi publik yang memiliki pengalaman dengan
penggunaan anggaran memberikan perhatian besar atas kebutuhan staf
untuk kinerja, dan mengumpulkan data.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nawastri (2015), Achyani dan Cahya
(2011), Cholifah (2013), Fitri (2013), dan Nalarreason (2014) yang
menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif
dan signifikan terhadap anggaran berbasis kinerja. Dengan demikian
�� : Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
2.4.2. Akuntabilitas Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Mardiasmo (2002) akuntabilitas menunjukkan bagaimana kemampuan
untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait
pelayanan-pelayanan yang dibuat oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh
Nurfitriana (2011), yang menunjukkan bahwa hasil penelitian secara parsial
variabel akuntabilitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis
kinerja.
�� : Akuntabilitas Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.3. Penerapan Teknologi Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
kinerja yang memadai (Julnes dan Holzer, 2001). Literatur manajemen
kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah faktor kunci dalam
memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan pegawai harus
dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi. Survei GPRA tahun
memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan target kinerja
program dengan penggunaan informasi kinerja ketika menyusun atau
merevisi target kinerja (GAO, 2005).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
�� : Penerapan Teknologi Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.4. Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
"Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut”Minanda,
2009. Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi.
Tetapi dalam hal ini lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau
pegawai merupakan bagian dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk
membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari penjelasan di atas maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
�� : Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas