• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN SISTEM DISTRIBUSI DALAM PERSPE (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMBANGUN SISTEM DISTRIBUSI DALAM PERSPE (2)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN SISTEM DISTRIBUSI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Konvensional)

Denny Iswanto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Djuanda No. 95 Ciputat 15412 Tangerang Selatan

085648801244

[email protected]

Abstrak

Distribusi merupakan bagian dari kegiatan ekonomi manusia dan menjadi penting untuk dikaji dalam studi ilmu ekonomi. Karena permasalahan ekonomi terletak pada masalah Distribusi barang dan jasa dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan manusia. Krisis ekonomi yang terjadi di berbagai negara-negara dunia menunjukkan bahwa sistem ekonomi konvensional (sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis) tidak mampu memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Realitas di masyarakat saat ini menunjukkan bahwa banyak ketidakadilan dan ketimpangan dalam distribusi barang dan jasa yang menghasilkan kelangkaan, pendapatan tidak merata, kepemilikan faktor modal yang berlebihan dan berdampak pada harga barang dan jasa di pasar. Sistem ekonomi yang tujuannya untuk mensejahterakan rakyat, justru membuat ketimpangan diantara rakyat semakin besar. Makalah ini meneliti, dan menganalisis berbagai masalah sistem distribusi yang banyak terjadi dalam perekonomian di Indonesia, dan menawarkan sistem distribusi dalam perspektif sistem Ekonomi Islam sebagai solusi untuk menciptakan keadilan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.

Kata Kunci: Keadilan Distributif, Sistem Ekonomi Islam, Sistim Ekonomi Konvensional

Abstract

The distribution is part of the economic activity and becomes important in the study area of the economy. Due to economic problems lies in the issue of distribution of goods and services in order to meet human needs. The economic crisis in various countries of the world shows that the conventional economic system (capitalist economic system and socialist economic system) is not able to provide solutions to resolve problems that occur. Reality in today's society shows that a lot of injustice and inequality in the distribution of goods and services that generate scarcity, unequal income, ownership and excessive capital factors affect the price of goods and services in the market. Economic systems which aim for the welfare of the people, it makes greater inequality among people. This paper examines and analyzes various issues of ownership and distribution systems which are prevalent in the Indonesian economy, and offers a distribution system in the perspective of the Islamic Economic system as a solution to create justice and prosperity of the Indonesian people.

(2)

1. PENDAHULUAN

Dalam usaha untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara tepat saluran distribusi. Fungsi dan peranan saluran distribusi adalah sebagai salah satu aspek kegiatan pemasaran perusahaan yang berkaitan dengan produk, penetapan harga dan promosi (Aziz, 2008:88). Distribusi juga merupakan salah satu aktivitas perekonomian manusia, disamping produksi dan konsumsi, sebagai upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat luas untuk menciptakan pemerataan pendapatan antar masyarakat.

Sebagai salah satu aktivitas perekonomian, distribusi menjadi bidang kajian terpenting dalam perekonomian. Distribusi menjadi posisi penting dari teori mikro sebab pembahasan dalam bidang distribusi ini tidak berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir Ekonomi Islam dan konvensional sampai saat ini (Sudarsono, 2002:216).

Sistem Ekonomi yang seimbang seharusnya menuntun kepada manusia untuk menyebarkan hartanya agar kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat saja. Hal ini disebabkan karena masalah besar yang umumnya dihadapi oleh negara-negara berkembang dalam membangun ekonominya termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pandapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Pendistribusian harta yang tidak adil dan merata akan membuat orang yang kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin.

Masalah distribusi pendapatan mengandung dua aspek. Aspek pertama adalah bagaimana menaikkan tingkat kesejahteraan mereka yang masih berada di bawah garis kemiskinan, sedang aspek kedua adalah pemerataan pendapatan secara menyeluruh dalam arti mempersempit perbedaan tingkat pendapatan antar penduduk atau rumah tangga. Keberhasilan mengatasi aspek yang pertama dapat dilihat dari penurunan persentase penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Sementara keberhasilan memperbaiki distribusi pendapatan secara menyeluruh, adalah jika laju pertambahan pendapatan golongan miskin lebih besar dari laju pertambahan pendapatan golongan kaya.

Untuk mengukur suatu keadilan dan kemakmuran ekonomi maka alat analisis distribusi pendapatan dan kekayaan mampu melihat masalah-masalah yang mendasar dalam kehidupan masyarakat. Pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu, pendapatan merupakan konsep aliran (flow concept). Dan kekayaan adalah nilai aset seseorang diukur pada satu waktu tertentu, kekayaan merupakan konsep stok (stock concept). Pengertian aset disini adalah aset produktif dan tidak produktif (Rahardja dan Manurung, 2010:294).

Pendapatan dianggap didistribusikan sempurna bila setiap individu mendapat bagian yang sama dari output perekonomian. Distribusi pendapatan dianggap kurang adil jika sebagian besar output nasional dikuasai oleh sebagian kecil penduduk. Tetapi distribusi pendaptan menjadi sangat tidak adil bila bagian sangat besar output nasional dinikmati hanya oleh segelintir kelompok masyarakat.

(3)

penduduk yang dihitung pendapatannya. Sumbu vertikal menunjukkan pangsa pandapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah penduduk. Jumlah ini juga kumulatif sampai 100 persen, dengan demikian kedua sumbu itu sama panjangnya dan akhirnya membentuk bujur sangkar. Sebuah garis diagonal kemudian digambarkan melalui titik origin menuju sudut kanan atas dari bujur sangkar tersebut. Setiap titik pada garis diagonal tersebut menunjukkan bahwa persentasae pendapatan yang diterima sama persis dengan persentase penerima pendapatan tersebut. Sebagai contoh, titik tengah dari diagonal tersebut betul-betul menunjukkan bahwa 50 persen pendapatan diterima oleh 50 persen jumlah penduduk. Demikian juga titik 75 atau 25. Dengan kata lain, garis diagonal tersebut menunjukkan distribusi pendapatan dalam keadaan kemerataan sempurna (perfect equality). Oleh karena itu garis tersebut juga disebut sebagai garis kemerataan sempurna. Semakin jauh kurva Lorenz tersebut dari garis diagonal (kemerataan sempurna), semakin tinggi derajat ketidakmerataan yang ditunjukkan dan sebaliknya.

Gambar 1.3. Kurva Lorenz

Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan dalam suatu negara biasa diperoleh dengan menghitung luas daerah antara garis diagonal (kemerataan sempurna) dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan luas total dari separuh bujur sangkar dimana terdapat kurva Lorenz tersebut adalah koefisien Gini. Koefisien Gini ini merupakan ukuran ketidakmerataan agregat dan nilainya terletak antara 0 (kemerataan sempurna) sampai 1 (ketidakmerataan sempurna). Koefisien Gini dari negara-negara yang mengalami ketidakmerataan tinggi berkisar antara 0,50–0,70; ketidakmerataan sedang berkisar antara 0,36 – 0,49; dan yang mengalami ketidakmerataan rendah berkisar antara 0,20-0,35.

(4)

Sumber : BPS 2012

Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Indeks Gini 2002-2011

Menurut pengukuran gravitasi aktivitas ekonomi Indonesia masih cenderung terkonsentrasi secara geografis ke kawasan barat Indonesia (KBI) atau dengan kata lain terdapat disparitas antar provinsi. data BPS hingga triwulan IV 2012 menunjukkan, struktur perekonomian Indonesia secara spasial masih didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sekitar 57,5 persen, diikuti Pulau Sumatera sekitar 23,9 persen. Kawasan timur Indonesia (KTI) hanya kebagian sisanya, sekitar 18,6 persen. Dengan kata lain, ketimpangan antarwilayah dan pulau terus terjadi (Mudrajad Kuncoro, 2013).

Beberapa kasus seperti kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak) di beberapa provinsi, ternyata disinyalir sebagai akibat terjadinya penyimpangan distribusi. Akibat dari kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium menjadi sebesar Rp6.500 per liter dan solar sebesar Rp5.500 per liter yang berlaku efektif sejak bulan Juni 2013 oleh pemerintah banyak terjadi penimbunan dan penyelewengan distribusi BBM untuk mempengaruhi harga pasar (http://www.kabar24.com). Kelangkaan pupuk bersubsidi di Provinsi Lampung yang merupakan salah satu titik rawan penyelewengan pupuk subsidi sehingga mengakibatkan harga pupuk di pasaran naik juga akibat dari distributor pupuk bersubsidi yang berupaya mempermainkan harga di pasaran untuk mendapatkan keuntungan berlipat (http://ekonomi.kompasiana.com).

Realitas-realitas di atas menunjukkan bahwa masalah dan penyimpangan distribusi pendapatan, bahan bakar minyak, dan pupuk berdampak pada langkanya barang-barang produksi sehingga harga barang di pasaran melambung tinggi, jarak antara si kaya dan si miskin juga semakin besar dan timpang sehingga membuat dampak sosial baru dan menghambat pembangunan ekonomi serta fokus pembangunan yang masih tidak merata di tiap-tiap daerah di Indonesia.

Dari uraian tersebut muncul sebuah kebutuhan untuk mengkaji lebih jauh mengenai sistem distribusi yang adil dan membawa kemakmuran pada seluruh masyarakat di Indonesia dengan membandingkan dan mengkritisi secara mendalam sistem distribusi yang telah diterapkan oleh masyarakat saat ini. Sehingga akan didapatkan sistem distribusi baru yang dapat menyelesaikan permasalahan ini dan membawa pada keadilan dan kemakmuran masyarakat.

(5)

ekonomi yang diterapkan di Indonesia, yang masih didominasi oleh sistem ekonomi pasar (kapitalis). pendistribusian dalam sistem ekonomi kapitalis ini ternyata menimbulkan ketidakadilan dan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat serta menciptakan kemiskinan ’permanen’ bagi masyarakat sebab sistem ini berimplikasi pada penumpukan harta kekayaan pada sebagian kecil pihak saja. Sistem Ekonomi Islam menawarkan sistem penditribusian ekonomi yang mengedepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi oleh ajaran agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada dua sendi, yaitu kebebasan dan keadilan. Sistem distribusi ini menawarkan mekanisme dalam sistem distribusi Ekonomi Islam, yaitu mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi, dengan melibatkan adanya peran pemerintah dalam aktivitas ekonomi produktif dan non-produktif, sehingga dapat mewujudkan keadilan distribusi.

Zuhairan (2013) juga meneliti mengenai kegagalan sistim ekonomi kapitalis dalam pembangunan ekonomi yang tidak dapat menyelesaikan ketimpangan distribusi dalam masyarakat. Harta hanya berputar diantara orang-orang kaya dan kondisi tersebut mengakibatkan segala sumber daya yang seharusnya bisa dinikmati oleh masyarakat luas, hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Oleh karena itu distribusi harus dilakukan secara berkeadilan, sehingga setiap masyarakat dapat mengakses berbagai sumber daya yang tanpa ada halangan atau keterbatasan sama sekali. Untuk mewujudkan hal tersebut sitem Ekonomi Islam membagi secara jelas mengenai kepemilikan sumber daya, yaitu Kepemilikan Individu, Kepemilikan Publik, dan Kepemilikan Negara. Dengan konsep kepemilikan tersebut sumber daya yang tersedia akan mudah didistribusikan oleh negara kepada masyarakat, karena negara yang mengelola barang yang menjadi kebutuhan umum. Pembangunan ekonomi yang dilakukan dengan distribusi yang berkeadilan (Distributive Equity) akan membawa masyarakat menjadi lebih sejahtera.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah dan batasan penelitian yang akan diangkat dalam makalah ini adalah untuk menganalisis bagaimana sistem distribusi ekonomi yang telah diterapkan di Indonesia dan bagaimana sistem distribusi dalam Ekonomi Islam sebagai solusi menuju keadilan dan kesejahteraan masyarakat untuk seluruh masyarakat di Indonesia.

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1.Jenis dan Pendekatan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan kegiatan studi literatur yang mendalam, yakni dengan menggunakan penulisan deskriptif dan data yang digunakan merupakan data pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif, yang meliputi kata-kata tertulis atas objek penulisan yang sedang dilakukan yang didukung oleh studi literatur berdasaran pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan maupun angka yang dapat dipahami dengan baik.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

2.2.Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan.

(6)

1. Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-literatur yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak maupun elektronik (data-data internet). 2. Dokumenter

Studi dokumentasi dilakukan dengan jalan membaca laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari internet, buku maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan.Pada metode ini penulis hanya memindahkan data yang relevan dari suatu sumber atau dokumen yang diperlukan.

3. Intuitif Subjektif

Intuitif subjektif merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah yang sedang dibahas.

2.3.Metode Analisis Data

Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode analisa deskriptif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun, sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada. Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka) dan data sekunder serta data primer, maka data yang diumpulkan merupakan data kualitatif.

Proses analisis data yang dilakukan dalam penulisan ini terdiri dari: 1. Pengumpulan data (data collection)

2. Reduksi data (datareduction) 3. Penyajian data (datadisplay)

4. Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclutiondrawingandverification) 3. Hasil dan Pembahasan

4. Kesimpulan dan Saran 2.4. Sifat dan Bentuk Makalah

Sifat dan bentuk makalah ini akan bersifat deskriptif dan analitis. Deskriptif karena makalah ini akan menjelaskan sistem distribusi dalam perekonomian. Analitis karena makalah ini menilai bagaimana dampak sistem distribusi tersebut dan kaitannya dengan kesejahteraan ekonomi melalui perbandingan sistem ekonomi yang ada saat ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Pengaruh Ideologi, Isme dan Agama Terhadap Sistem Ekonomi

Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai sistem ekonomi yang ada maka akan lebih dulu disinggung mengenai ideologi, isme dan agama. Hal sangat penting karena ketiga hal ini memiliki pengaruh yang besar bagi pembentukan sebuah sistem ekonomi.

Selain deiartikan dengan faham, teori dan cara berfikir seseorang atau suatu golongan, idelologi juga diartikan dengan kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapatan yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup ekonomi. Sedangkan isme diartikan dengan sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial ataupun ekonomi, dipakai sebagai akhiran dan dapat dilambangkan pada setiap kata atau nama seperti kapitalisme, sosialisme dan lain-lain.

Suatu ideologi, menurut Gregory Grossman dalam Suma (2008:137) adalah sekumpulan ide, dianut oleh suatu kelompok sosial (misalnya bangsa atau kelas) yang (1) merupakan suatu gambaran kenyataan sosial tertentu dan (2) membentuk nilai-nilai dan sasaran yang ingin dicapai atau dipelihara. Ideologi timbul dalam suatu sejarah tertentu sebagai reaksi terhadap keadaan dan kebutuhan tertentu dalam hubungan dengan sekumpulan ide yang lain. Grossman juga menyatakan bahwa semua isme mendukung gerakan politik, ideologi, doktrin, kebijaksanaan, sistem ekonomi dan sosial. Ideologi dan isme memiliki pengaruh besar bagi pembentukan sebuah aliran atau sistem ekonomi.

(7)

mempengaruhi sistem ekonomi. Pengaruh agama terhadap ekonomi tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat filosofis-normatif akan tetapi lebih dari itu hingga bersifak teknis operasional.

Charles Mitchell dalam Suma (2008:139) menyatakan pengaruh Tuhan terhadap strategi bisnis bisa jauh lebih besar dibanding dugaan. Dominasi filosofi religius dalam budaya berdampak besar pada pendekatan seseorang dalam bisnis sekalipun orang tersebut bukan pengikut suatu agama yang taat.

Pengaruh agama terhadap ekonomi itu sendiri ada yang bersifat positif dan terkadang ada yang bersifat negatif. Pembagian masyarakat ke dalam sistem kasta yang ketat seperti terdapat di dalam agama Hindu telah menjadi sebab terhambatnya laju pertumbuhan perekonomian, begitu juga penguasaan atas hak tanah kepada golongan gereja Nasrani sebelum revolusi kaum Protestan di bawah pimpinan Martin Luther telah menyebabkan juga terhambatnya perkembangan ekonomi. Antony Reid dalam Suma (2008:141) mengatakan diantara semua agama besar di dunia, agama Islam yang paling serasi dengan dunia perdagangan, dunia kerja dan pekerjaan hal ini dinyatakan dengan adanya bukti-bukti dari AlQuran maupun Hadis dalam proses perekonomian.

Berikut adalah gambar yang menunjukkan bagaimana pengaruh ideologi, isme dan agama terhadap suatu sistem ekonomi dan menghasilkan ilmu ekonomi sampai tataran teknis.

Sumber: Triono (2011:32), dimodifikasi

Gambar 3.1.Pengaruh Ideologi, Isme dan Agama terhadap Suatu Sistem Ekonomi dan Menghasilkan Ilmu Ekonomi

Ilmu Ekonomi

Ideologi, Isme dan Agama yang dianut/

dijadikan landasan

Sistem Ekonomi

Membentuk Masyarakat Ekonomi

Menghasilkan Teori Ekonomi Keteraturan Perilaku

Ekonomi

Dikaji Secara Ilmiah

Didukung Ilmu Matematika dan Statistika

Disusun Secara Sistematis

Menerangkan Mengapa dan Bagaimana Peristiwa Perekonomian Terjadi

Meramalkan dan Memecahkan Problem

(8)

3.2.Sistem Ekonomi : Kapitalisme, Sosialisme dan Islam

Sistem ekonomi adalah suatu hasil dari pemikiran ekonomi yang memeiliki teori tertentu tentang ekonomi dan oleh akademisi dan pelaksana berusaha untuk menjalankan atau mempraktekkan teori ekonomi yang telah difahaminya tersebut.

Dunia selalu berubah dan sistem ekonomipun mengalami pergeseran dan bahkan pergantian. Secara garis besar para ahli ilmu ekonomi membedakan sistem ekonomi ke dalam tiga aliran yaitu, sistem Ekonomi Kapitalis, sistem Ekonomi Sosialis, dan sistem Ekonomi Islam. Masing-masing sistem ini mempunyai ciri tersendiri dan saling membedakan antara satu dengan yang lain.

3.2.1. Sistem Ekonomi Kapitalis

Dasar filosofis pemikiran ekonomi kapitalis bersumber dari karya monumental Adam Smith pada tahun 1776 dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations yang merumuskan bahwa alam semesta berjalan serba teratur, sistem ekonomi-pun akan mampu memulihkan dirinya sendiri (selfadjustment) karena ada kekuatan pengatur yang disebut sebagai invisible hands (tangan gaib) (Jusmaliani, dkk, 2005: 38). Dalam bahasa sederhana, invisible hands tersebut adalah mekanisme pasar, yaitu mekanisme alokasi sumber daya ekonomi berlandaskan interaksi kekuatan permintaan dan penawaran.

Pendukung doktrin ekonomi pasar bebas atau dikenal dengan istilah ”Laissez-faire”. ”Laissez-faire” adalah sebuah frase bahasa Perancis yang berarti "biarkan terjadi". Istilah ini berasal dari diksi Perancis yang digunakan pertama kali oleh para psiokrat di abad ke-18 sebagai bentuk perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan (Chapra, 2001: 22). Pandangan ini berpendapat bahwa pemanfaatan terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas akan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, dan pada gilirannya akan mendorong tercapainya pemerataan dan kesejahteraan bersama apabila pemerintah tidak campur tangan secara langsung dalam perekonomian (Jusmaliani, dkk, 2005: 34). Dalam pandangan ”laissezfaire”, kewajiban negara bukanlah melakukan intervensi untuk menstabilkan distribusi kekayaan atau untuk menjadikan sebuah negara makmur untuk melindungi rakyatnya dari kemiskinan, melainkan masalah ekonomi hendaknya sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar.

Landasan atau sistem nilai (value based) yang membentuk kapitalisme adalah paham materialisme-hedonisme dan sekulerisme. Paham materialisme-hedonisme cenderung berpandangan parsial tentang kehidupan dengan anggapan bahwa materi adalah segalanya. Paham materialisme ini telah membawa orientasi hidup kebanyakan manusia lebih kepada kekayaan, kesenangan, dan kenikmatan fisik semata sehingga mengabaikan dimensi spiritual. Sedangkan paham sekulerisme berusaha memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan, bahkan cenderung mengabaikan dimensi normatif atau moral. Implikasi selanjutnya, paham ini menempatkan manusia sebagai pusat dari segala hal kehidupan (antrophosentris) yaitu manusialah yang berhak menentukan kehidupannya sendiri (Anto, 2003: 358-359). Pandangan ini menganggap bahwa segala aturan kehidupan masyarakat, termasuk di bidang ekonomi, tidaklah diambil dari agama, tetapi sepenuhnya diserahkan kepada manusia dan seluruh alat untuk memenuhi kebutuhan manusia baik melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi adalah merupakan alat pemuas yang bersifat materi.

3.2.2. Sistem Ekonomi Sosialis

(9)

Pandangan sosialis mulai nampak pada abad ke sembilan belas, pada saat masyarakat berusaha memerangi pandangan-pandangan ekonomi kapitalis. Munculnya sosialisme adalah akibat kedzaliman yang diderita masyarakat karena sistem ekonomi kapitalis serta beberapa kekeliruan yang terjadi di dalamnya. Karl Marx adalah tokoh yang menawarkan konsep sistem ekonomi sosialis. Sistem masyarakat yang ada pada masa Karl Marx, sebenarnya merupakan akibat dari kondisi ekonomi, dimana perubahan-perubahan yang dialami sistem tersebut semata-mata bisa dikembalikan kepada satu sebab, yaitu perjuangan kelas (class struggle) dalam rangka memperbaiki kondisi kelas tersebut secara materi. Sejarah telah menceritakan kepada kita, bahwa perjuangan ini ketika itu selalu berakhir dengan satu bentuk, yaitu menangnya kelas yang lebih dominan jumlahnya dan lebih jelek kondisinya atas kelas orang-orang kaya dan kelas yang jumlahnya lebih sedikit. Inilah yang kemudian disebut dengan hukum Dialektika Sosial. Dimana, hukum ini masih bisa berlaku untuk masa-masa mendatang, sebagaimana hukum ini sebelumnya pernah terjadi.

Ekonomi sosialis memiliki beberapa prinsip dasar. Diantaranya adalah otoritas suatu negara untuk menguasai semua aset masyarakat. Di sini regulasi seputar ekonomi serta kepemilikan harta dilakukan oleh pemerintah. Prinsip lain adalah keseteraan ekonomi. Maksudnya, masyarakat tidak bekerja untuk pribadi, mereka hanyalah pegawai pemerintah yang gajinya berasal dari keringat mereka sendiri. Prinsip lainnya adalah tentang disiplin politik. Di negara yang menganut sistem ekonomi sosialis, parlemen sebagai lembaga yang berhak membuat konstitusi dan regulasi dikuasai oleh kaum proletarian atau kaum buruh. Mereka ditempatkan oleh partai-partai guna membuat regulasi yang cenderung berpihak pada kaum buruh sebagai representasi kaum sosialis.

Istilah sosialisme mengacu pada sistem ekonomi yang menuntut perencanaan sentral (pusat) dimana pemerintah memiliki kontrol langsung dan seutuhnya atas produksi yang didasarkan atas keingingan rakyat tanpa memandang harga atau permintaan produk secara individual. Kepemilikan pribadi juga ditekan bahkan dinyatakan tidak sah. Paham sosialisme ini juga berpandangan sekulerisme dan materialisme-komunisme. Paham ini lebih memusatkan pada aturan oleh manusia dan meniadakan aturan agama karena pada dasarnya paham komunis adalah paham yang tidak mengakui adanya agama. Dimensi moral juga tidak menjadi titik tekan karena semua dipusatkan pada pemenuhan kebutuhan rakyat kecil.

3.2.3. Sistem Ekonomi Islam

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian integral dari agama Islam. Berbeda dengan ilmu ekonomi konvensional, ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk mencapai falah berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai AlQur’an dan A s-Sunnah (P3EI UII dan BI, 2008: 19).

Tidak sama dengan ekonomi kapitalis yang lebih mementingkan hak-hak individu dengan mengorbankan hak-hak masyarakat umum dan berlainan dengan ekonomi sosialis apalagi komunis yang mementingkan kepentingan kolektif dengan mematikan hak-hak individu, Ekonomi Islam dengan asas keadilan dan asas pemerataan kesejahteraaan ekonomi yang diajarkannya tampak mempertahankan keseimbangan antara hak-hak ekonomi individu di satu pihak dan sekaligus melindungi hak-hak sosial ekonomi masyarakat. Dengan kata lain, Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional tidak hanya dalam aspek cara penyelesaian masalah, namun juga dalam aspek cara memandang dan manganalisis terhadap masalah ekonomi (P3EI UII dan BI, 2008: 19).

(10)

al-Fiqhiyyah, ada tiga sasaran yang ingin diwujudkan oleh sistem Ekonomi Islam yakni, (1) merealisasikan pertumbuhan ekonomi; (2) mewujudkan kesejahteraan manusia; dan (3) mengurangi perbedaan pendapatan dan pemerataan kekayaan (Suma, 2008:147).

Pencapaian pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan dua cara yakni dengan memperbesar permodalan untuk kepentingan produksi dengan melakukan pembiayaan pada sektor riil dan dengan cara mendayagunakan semua faktor produksi yang tersedia. Pengembangan modal pada sektor riil ini bisa dilakukan dengan tiga macam industri yakni, industri yang bergerak pada bidang pertambangan dan pertanian, industri pengolahan yang membawa nilai tambah dan industri pelayanan jasa.

Sumber : Qal’ah-ji dalam Suma (2008:149)

Gambar 3.2. Tiga Sasaran Ekonomi Islam dan Upaya Pencapaiannya

3.2.4. Analisis Perbandingan

Dari definisi sistem ekonomi mengenai sistem ekonomi konvensional (sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis) dan sistem Ekonomi Islam tampak jelas banyak perbedaan yang cukup signifikan dan mendasar. Perbedaan yang mendasar terdapat pada makna, filosofi, spirit, sumber dan tata nilai yang terkandung dalam sistem ekonomi itu sendiri. Bila sistem ekonomi konvensional mengandalkan sumber hukum dan etika ekonominya dari pengalaman dan rekayasa kebudayaan dan pemikiran manusia maka bagi sistem Ekonomi Islam sumber utama hukum dan etika ekonominya adalah berdasarkan atas ajaran Tuhan yang ada pada AlQur’an dan As-Sunnah.

Dalam ilmu Ekonomi Islam individu juga harus memperhitungkan perintah Kitab suci AlQur’an dan Sunnah dalam melaksanakan aktivitasnya. Dalam Ekonomi Islam kesejahteraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga dialokasikan sedemikian rupa, sehingga dengan pengaturan kembali keadaannya tidak seorangpun lebih baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk di dalam kerangka AlQuran dan Sunnah.

Target Ekonomi

Islam

Merealisasikan Pertumbuhan Ekonomi

Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

Mengurangi Perbedaan Pendapatan dan Pemerataan

Kekayaan

Memperbesar Pertumbuhan Modal

Bertumpu pada sektor Riil

Memenuhi Kebutuhan Fisik minimum

Memenuhi Kebutuhan Kerohanian

(11)

Menurut Mannan dalam Suma (2008:153) seluruh lingkaran aktivitas ekonomi (islam dan konvensional) dapat dijelaskan dengan bantuan gambar dibawah ini :

Sumber : Manan dalam Suma (2008:153)

Gambar 3.3. Aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional

Dalam ilmu Ekonomi Islam kita tidak hanya mempelajari individu sosial melainkan juga manusia dengan bakat religius. Permasalahan ekonomi muncul karena ada kebutuhan dan kurangnya prasarana tetapi perbedaan timbul pada pilihan karena Ekonomi Islam dikendalikan oleh nilai-nilai dasar Islam sedangkan Ekonomi Konvensional berdasar atas kepentingan individu. Hal ini akan membawa kesejahteraan ekonomi yang menyeluruh.

Prof. Mubyarto dalam Suma (2008:155) menuliskan bahwa perbedaan paling mendasar sistem Ekonomi Islam dengan sistem ekonomi Konvensional terletak pada hal etika dan perilaku ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya pada perilaku ekonomi yang bersumber dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dalam ekonomi barat merujuk pada kitab injil (Bible) dan etika ekonomi Yahudi banyak menunjuk pada Taurat. Begitu pula dengan etika Ekonomi Islam yang termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam AlQur’an. Sistem Ekonomi Islam meskipun mengakui motif laba tetapi mengikat motif itu pada syarat-syarat moral, sosial dan

temperance (pembatasan diri). Perbedaan ketiga sistem ini dapat diringkas :

Ilmu Ekonomi Islam Ilmu Ekonomi Konvensional

Manusia (sosial dan Religius)

Kebutuhan Kekurangan Sarana

Masalah Ekonomi

Pilihan Alternatif (berdasarkan nilai Islam)

Pertukaran terpadu dan trasnfer yang dituntun oleh

etika Islam dan Berasas keadilan

Manusia (sosial)

Kebutuhan tidak terbatas Kekurangan Sarana

Masalah Ekonomi

Pilihan Alternatif Berdasarkan kepentingan individu)

(12)

Gambar 3.4. Ciri-ciri Utama Sistem Ekonomi

3.3.Kritik terhadap Distribusi dalam Sistem Ekonomi Konvensional di Indonesia

Sistem distribusi ekonomi di Indonesia masih mengandung beberapa permasalahan. Hal ini disebabkan dominasi sistem ekonomi konvensional yang lebih cenderung ke sistem ekonomi kapitalis yang banyak memiliki kelemahan, diantaranya ketidakmerataan dan ketimpangan sosial, timbul ketidakselarasan, maksimasi profit, materialistis, krisis moral dan mengesampingkan kesejahteraan (Sudarsono, 2002: 84-86). Kecenderungan ekonomi kapitalis sebagaimana dikemukakan di atas menyebabkan keadilan sebagai tujuan ekonomi tidak mungkin dapat dicapai.

Perekonomian hanya difokuskan pada kebutuhan masyarakat secara makro dengan cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan pendapatan nasional (national income), sebab dengan banyaknya pendapatan nasional maka seketika itu terjadilah pendistribusian pendapatan (landasan teori Trickle down effect). Asas distribusi yang diterapkan oleh sistem ekonomi pasar (kapitalis) ini pada akhirnya berdampak pada realita bahwa yang menjadi penguasa sebenarnya adalah para kapitalis (pemilik modal dan konglomerat). Kepemilikan faktor-faktor produksi tidak dibatasi bahkan individu boleh menguasai sebanyak-banyaknya, dan perilaku ini diakui oleh negara sebagai kepemilikan mutlak individu. Setiap individu yang mampu melakukan produksi terhadap seluruh sumber daya, maka dia berhak untuk memiliki. Pemerintah juga tidak terlalu banyak mengintervensi dan membuat aturan yang mendukung rakyat karena semuanya diserahkan pada pasar dan berfokus pada tingkat pertumbuhan ekonomi saja walaupun hanya sebagian kecil masyarakat saja yang berperan pada pertumbuhan ekonomi itu.

(13)

Kritik konstruktif di atas menghantarkan kita kepada pemikiran untuk membangun sistem distribusi perspektif ekonomi Islam yang diharapkan akan mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

3.4.Sistem Distribusi dalam Ekonomi Islam : Solusi Menuju Keadilan Distribusi

Ekonomi Islam mempelajari perilaku individu yang dituntun oleh ajaran Islam, mulai dari penentuan tujuan hidup, cara memandang dan menganalisis masalah ekonomi, serta prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus dipegang untuk mencapai tujuan tersebut. Sistem Ekonomi Islam berakar pada hukum Islam yang bersumber dari AlQur’an dan As-Sunnnah. Berikut gambar yang akan menjelaskan dasar Agama Islam yang mempengaruhi sistem Ekonomi Islam hingga menjadikan ilmu Ekonomi Islam untuk memecahkan masalah ekonomi.

Sumber: Triono (2011:98)

Gambar 3.5. Agama Islam yang Mempengaruhi Sistem Ekonomi Islam sehingga Menjadikan Ilmu Ekonomi Islam

Pembahasan mengenai distribusi tidak akan lepas dari pembahasan mengenai konsep moral konomi yang dianut dan juga tidak lepas dari model instrumen yang diterapkan individu maupun negara dalam menentukan sumber-sumber maupun cara- cara pendistribusian pendapatannya. Konsep moral tersebut harus dipahami untuk tujuan menjaga persamaan ataupun mengikis kesenjagangan antara si kaya dan si miskin. Idealisme prinsip-prinsip ekonomi harus disepakati dalam koridor pencapaian standar hidup secara umum.

Tatanan Masyarakat Ekonomi Islam

Al Qur’an As Sunnah

Pandangan Ekonomi Islam

Teori Ekonomi Islam

Sistem Ekonomi Islam

Jika Muncul Masalah Ekonomi

Masalah Ekonomi Diselesaikan

Disusun Secara Sistematis Dikaji Secara Ilmiah

Dikaji Faktanya

Istinbathul Ahkam

Ilmu Ekonomi Islam

(14)

Islam dengan tegas menggariskan kepada pemerintah untuk meminimalkan kesenjangan dan ketidakseimbangan distribusi. Pajak ditetapkan atas kekayaan seseorang untuk membantu yang miskin dan membentuk dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan zakat, dengan demikian tidak akan ada ruang bagi muslim untuk melakukan tindakan berlebihan dalam upaya melancarkan proses distribusi pendapatan. Perintah untuk mendistribusikan pendapatan ini tercermin dalam Firman Allah SWT

Apa saja harta rampasan (fay’) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang dalam perjalanan; supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kalian saja. Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang Dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS al-Hasyr ayat 7).

Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral spiritual dalam pemeliharaan keadilan sosial pada setiap aktivitas ekonomi karena ketidakseimbangan distribusi kekayaan adalah hal yang mendasari hampir semua konflik individu maupun sosial. Upaya pencapaian manusia akan kebahagiaan, membimbing manusia untuk menerapkan keadilan ekonomi yang dapat menyudahi kesengsaraan di dunia, hal ini bisa dicapai dengan disiplin dan yakin pada prinsip moral serta menjadikan konsep moral sebagai faktor endogen dalam perekonomian untuk dapat mengalahkan kepentingan pribadi.

Masalah utama di bidang ekonomi dalam Ekonomi Islam terletak pada pendistribusian sumber daya yang ada. Dalam Islam menyadari bahwa pengakuan akan kepemilikan adalah hal yang sangat penting, setiap hasil usaha ekonomi seorang muslim dapat menjadi hak miliknya, karena hal inilah yang menjadi motivasi dasar atas setiap aktivitas produksi dan pembangunan untuk terus berkompetisi dengan yang lain dalam menggapai kepemilikan. Namun islam mengarahkan kepemilikan dengan prinsip moral sehingga dapat selalu menjamin keseimbangan dan tidak berlebihan yang nantinya akan mengarahkan pada materialisme. Konsep kepemilikan dalam pespektif islam memasukkan muatan nilai moral etika sebagai faktor endogen dan konsep etika tersebut berkaitan dengan hukum Allah SWT karena sebagai pemilik hakiki dan absolut sebagaimana dalam firmanNya.

Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha perkasa atas segala sesuatu (QS Ali Imran ayat 189)

(15)

Tabel 3.1. Sebab-Sebab Kepemilikan Dalam Sistem Ekonomi Islam

Sumber : Triono (2011:319)

Kepemilikan umum adalah izin dari Asy-Syari’ kepada suatu komunitas masyarakat untuk sama-sama memanfaatkan sumber daya. Benda-benda yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh Asy-Syari’ memang diperuntukkan bagi suatu komunitas dan melarang dikuasai oleh individu, sehingga pengelolaannya secara penuh harus dilakukan oleh negara. Berdasarkan tabel dibawah ini maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan umum menurut An Nabhani (1996:300) dibagi kedalam tiga jenis, yaitu Barang yang menjadi kebutuhan umum, Barang tambang dalam jumlah besar, Barang yang tidak mungkin dimiliki individu.

Tabel 3.2. Kepemilikan Publik Dalam Sistem Ekonomi Islam Barang Kebutuhan

Kepemilikan negara merupakan suatu sumber daya yang tidak termasuk kategori milik umum melainkan milik pribadi, namun barang-barang tersebut terkait dengan hak negara secara umum. Pengelolaan sepenuhnya menjadi wewenang kepala negara, yaitu menurut pandangan dan ijtihad (Triono, 2011:339).

Tabel 3.3. Kepemilikan Negara Dalam Sistem Ekonomi Islam

Sumber : Triono (2011:339)

Sebab-Sebab Kepemilikan

• Bekerja (Menghidupkan Tanah Mati, Menggali Kandungan Bumi, Berburu, Samsarah (Makelar), Mudharabah, Musaqat, Ijaratul Ajir

• Waris

• Kebutuhan Untuk Menyambung Hidup • Pemberian Dari Negara

• Diperoleh Tanpa Adanya Kompensasi Tenaga dan Harta

Kepemilikan Negara

(16)

Dengan demikian, sistem distribusi dalam pandangan Ekonomi Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip dasar Ekonomi Islam, diantaranya adalah kebebasan individu, adanya jaminan sosial, larangan menumpuk harta dan distribusi kekayaan yang adil.

Pemerintah berperan secara aktif dalam sistem distribusi ekonomi di dalam mekanisme pasar Islami yang bukan hanya bersifat temporer dan minor, tetapi pemerintah mengambil peran yang besar dan penting. Pemerintah bukan hanya bertindak sebagai 'wasit' atas permainan pasar tetapi berperan aktif bersama-sama pelaku-pelaku pasar yang lain. Pemerintah akan bertindak sebagai perencana, pengawas, produsen sekaligus konsumen bagi aktivitas pasar (P3EI UII dan BI, 2008:83).

Berkaitan dengan hal tersebut maka Islam menawarkan instrumen yang sangat beragam untuk optimalisasi proses distribusi pendapatan. Dari konsep yang ditawarkan ada yang menuntut bantuan otoritas dari pemerintah ada pula yang memang sangat bergantung pada personal (rumah tangga) maupun masyarakat.

Pemerintah berperan dalam mekanisme ekonomi, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu pertama, peran yang berkaitan dengan implementasi nilai dan moral Islam; kedua, peran yang berkaitan dengan teknis operasional mekanisme pasar; dan ketiga, peran yang berkaitan dengan kegagalan pasar (P3EI UII dan BI, 2008:84).

Dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersedia pemerintah harus mampu mendistribusikan secara baik atas pemanfaatan lahan dan industri artinya kesempatan tidak hanya diberikan kepada sekelompok orang untuk menjalankan proses produksi. Kebijakan distribusi menganut kesamaan dalam kesempatan kerja, pemanfaatan lahan-lahan yang menjadi sektor publik, pembelaan kepentingan ekonomi untuk kelompok miskin, menjaga keseimbangan sosial dan investasi yang adil dan merata berdsasarkan geografis, area, sektor dan perkotaan dan pedesaan serta lapangan pekerjaan (Mohzer Kahf, 1991 dalam Nasution 2007:148).

Ajaran Islam memberikan otoritas kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan penggunaan lahan untuk kepentingan negara dan publik, distribusi tanah kepada sektor swasta, penarikan pajak dan subsidi yang dikembalikan kepada aturan syariah untuk memenuhi kepentingan publik dan pembebasan ketimpangan. Penguasaan pengelolahan publik oleh pihak swasta diarahkan untuk tidak merusak kepentingan banyak pihak karena barang publik (barang kebutuhan Umum dan barang tambang) harus sepenuhnya di kuasai oleh Negara untuk kepentingan seluruh masyarakat. Kalaupun untuk kepentingan maslahat tertentu seperti adanya peran tekhnologi sehingga lahan tidak dapat sepenuhnya digarap oleh sektor publik maka kebijakan pemerintah harus menetapkan tarif zakat yang tinggi sebesar 20 persen karena menghindari penguasaan lahan oleh sekelompok atau individu. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

“Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api, dan harganya haram” (HR. Imam Ibnu Majah)

Rasulullah sudah sangat jelas mengatakan bahwa seluruh barang yang termasuk dalam ketiga jenis tersebut (barang-barang publik) dan juga yang menjadi turunannya jika ada harganya, maka haram hukumnya.

(17)

jasa) seluruh bangsanya (muslim secara khusus dan nonmuslim secara umum) diatas kemampuan materi limit of pittance (Nisab) dengan indikator yang mengacu kepada kepentingan (maslahat) dari maqashid syariah.

Distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait dengan mekanisme non ekonomi yakni mekanisme yang tidak melalui aktivitas ekonomi produktif melainkan melalui aktivitas non-produktif, seperti pemberian hibah, shodaqoh, zakat dan warisan. Dalam konsep distribusi pendapatan ini yang menjadi tekanan adalah adanya hak Allah dan RasulNya serta hak umat muslim yang lain dari pendapatan seorang muslim. Hal ini juga diarahkan sebagai bentuk dari jaminan sosial seorang muslim dengan keluarga dan orang lain sehingga menjamin adanya minimalisasi ketidak setaraan pendapatan dan keadilan sosial. Berikut model distribusi pendapatan dengan memaksimalkan aktivitas non ekonomi.

Gambar 3.6. Model Pendistribusian Pendapatan dari Rumah Tangga

Dengan adanya pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi melalui aktivitas pemberian zakat, infaq, hibah, wakaf dan shadaqoh, maka diharapkan akan dapat menjembatani kesenjangan distribusi pendapatan. Hal ini juga sangat dianjurkan oleh Allah SWT dalam firmanNya dan Allah SWT juga sangat menyukai orang-orang yang menafkahkan hartanya.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran ayat 134)

4. SIMPULAN

Konsep distribusi dalam sistem Ekonomi Konvensional ini ternyata menimbulkan ketidakadilan dan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat. Permasalahan yang utama adalah diabaikannya peran moral dan agama dalam sistem ekonomi untuk turut mensejahterahkan masyarakat. Sistem ekonomi Islam menawarkan sistem pendistribusian ekonomi yang mengedepankan nilai kebebasan individu, adanya jaminan sosial, larangan menumpuk harta dan distribusi kekayaan yang adil dengan dilandasi dengan batasan moral dan etika. Sistem distribusi dalam ekonomi Islam, menawarkan mekanisme ekonomi dan

Perencanaan Pendistribusian

Hibah, Shodaqoh, zakat dan warisan oleh

Masyarakat

Hibah, Shodaqoh, zakat dan warisan oleh

Perorangan

Bait al Maal

(Masyarakat)

 Fakir

 Miskin

 Amil

 Muallaf

 Budak

 Penghutang

 Sabilillah

(18)

mekanisme non-ekonomi, dengan melibatkan adanya peran pemerintah dalam aktivitas ekonomi produktif dan peran masyarakat dalam aktivitas ekonomi non-produktif, sehingga dapat mewujudkan keadilan distribusi. Sehingga pemerintah Indonesia harus menerapkan sistem distribusi dalam perspektif Ekonomi Islam ini mengingat kegagalan sistim distribusi Ekonomi Konvensional yang berujung pada kenaikan indeks Gini Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Rahmawati. 2010. Membangun Sistem Distribusi Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam.

An Nabhani, Taqiyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif Islam. Risalah Gusti, Surabaya.

Anto, Hendrie, 2003. Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Ekonisia. Yogyakarta. Aziz, Abdul. 2008. Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro. Graha Ilmu. Yogyakarta. Chapra, M. Umer, 2001. Masa Depan Ilmu Ekonomi Islam: Sebuah Tinjauan Islam, Gema

Insani Press. Jakarta.

Jusmaliani, dkk. 2005. Kebijakan Ekonomi dalam Islam, Kreasi Wacana, Yogyakarta. Karim, Adiwarman, 2002. Ekonomi Mikro Islami, IIT Indonesia, Jakarta.

Kompasiana. 2013. Lemahnya Pengawasan Distribusi, Timbul Penyelewengan Pupuk Subsidi. http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2013/09/12/lemahnya-pengawasan-distribusi-timbul-penyelewengan-pupuk-subsidi-591899.html. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2013

Mudrajad Kuncoro, Mengurangi Ketimpangan; Kompas, 2 Maret 2013

Nasution dkk. 2007. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia (P3EI UII) dan Bank Indonesia, 2008. Ekonomi Iskam, PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2010. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar, LPFEUI. Jakarta.

Saeno. 2013. 185 Orang Dijadikan Tersangka Penyimpangan BBM.

http://www.kabar24.com/nasional/read/20130704/67/195021/penyimpangan-distribusi-bbm-185-orang-dijadikan-tersangka-penyimpangan-bbm. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2013

Sudarsono, Heri. 2002. Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar, Ekonisia. Yogyakarta. Suma, Muhammad Amin. 2008. Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan

Syariah. Kholam Publishing. Tangerang.

Triono, Condro, Dwi. 2011. Ekonomi Islam Madzhab Hamfara. Irtikaz, Jakarta.

Gambar

Gambar 1.3. Kurva Lorenz
Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan dan Indeks Gini 2002-2011 Sumber : BPS 2012
Gambar 3.1.Pengaruh Ideologi, Isme dan Agama terhadap Suatu Sistem Ekonomi Sumber: Triono (2011:32), dimodifikasi dan Menghasilkan Ilmu Ekonomi
Gambar 3.3. Aktivitas Ekonomi Islam dan Konvensional Sumber : Manan dalam Suma (2008:153)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Peraturan Darah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Semarang Selatan memiliki

Hasil percobaan lapang dan hasil Uji DMRTpengaruh konsentrasi dan pemberian insektisida nabati (daun mimba) terhadap pengendalian hama penggerek polong tanaman

Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa kesadaran masyarakat mempunyai hubungan yang lemah dengan pemanfaatan Puskesmas Langara Kabupaten Konawe Kepulauan tahun

Banyak destinasi unggulan yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung kesana, jika kita lihat dari banyak nya jumlah objek wisata yang ada di desa kabupaten

Melalui penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa indikasi-indikasi rendahnya kualitas pelayanan izin mendirikan bangunan (IMB) tersebut adalah sebagai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipologi berdasarkan usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan/profesi, dan tempat tinggal, dan motivasi dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari bukti empiris bahwa proporsi jaminan yang dibebankan kepada penerima pinjaman dipengaruhi secara positif oleh besar