• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK KARTU KREDIT DALAM TRANSAKSI MELALUI SISTEM PEMASARAN MEDIA ONLINE | Kurniawan | Legal Opinion 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK KARTU KREDIT DALAM TRANSAKSI MELALUI SISTEM PEMASARAN MEDIA ONLINE | Kurniawan | Legal Opinion 1 PB"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

95 PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK KARTU KREDIT DALAM TRANSAKSI MELALUI SISTEM PEMASARAN MEDIA ONLINE

Muhammad Kurniawan Sahlan

Sulwan Pusadan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hukum mengatur tentang Perlindungan hukum bagi pemilik kartu kredit diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata serta Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. dan Undang Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Dengan demikian, bahwa perlindungan hukum bagi pemilik kartu kredit dalam transaksi pemasa ran melalui media online telah memiliki dasar hukum yang jela s yang diatur dalam Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Kitab Undang - Undang Hukum Perdata serta Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Undang Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum norma tif yakni penelitian hukum yang dilakukan dengan ca ra meneliti bahan-bahan pustaka yang terdapat dala m berbagai perangkat peraturan perundang-undangan. Teknik Pengumpulan Data, dalam penulisan ini digunakan Studi Kepustakaan (Library resea rch). Cara pengumpulan data yang bersumber dari kepusta kaan ini dengan menggunakan buku-buku, majalah, dan peraturan perundang-undangan.

Dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik serta Undang Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat memberikan Perlindungan hukum bagi pemilik kartu kredit dalam transaksi pema saran media online, sehingga jika terjadi pelangaran dapat dilakukan penyelesaian hukum yang sesuai dengan peraturan yang diatur dalam Rancangan Undang-Undang informasi dan Transaksi Elektronik, dan Undang Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Kartu Kredit, Transaksi online/elektronik

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

(2)

96 dengan perkembangan zaman.

Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya perubahan pola pikir dan gaya hidup dalam kehidupan bermasyarakat. Teknologi telah mampu mengubah orientasi masyarakat. Masyarakat kini mulai meninggalakan cara – cara konvensional dan mengantikannya dengan cara – cara yang praktis dan efisien, sesuai dengan segi kepraktisan dan kecepatan yang ditawarkan oleh teknologi.

Adanya lembaga

independen Otoritas Jasa Keuangan, Pendirian Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia berdasarkan pada Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI). Pemerintah diamanatkan membentuk lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen, selambat-lambatnya akhir tahun 2010 dengan nama Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga ini

bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat.

Adapun beberapa alasan dibentuknya OJK yaitu semakin kompleks dan bervariasinya produk dari jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Perkembangan yang

terjadi sekarang

(3)

97 karena nanti diharapkan

pengawasan ini lebih terkonsolidasi.

Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dikatakan bahwa, “OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini”.

Menurut penjelasan Pasal 34 Undang - Undang No 3 Tahun 2004 menyatakan bahwa, “OJK bersifat Independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)”.1

1

Fika Yumya Syahmi, Pengaruh Pembentukan Pengawasan Lembaga Perbankan Suatu Kajian Terhadap Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm 6

Peranan Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi lembaga keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga pengawasan jasa keuangan yang independen, sektor yang menjadi pengawasan dari OJK yakni perbankan , pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun, dan asuransi. Dengan adanya OJK fungsi pengawasan lembaga keuangan bank ataupun bukan bank akan diambil alih oleh OJK. Sementara Bank Indonesia peranannya hanya sebagai bank sentral yang peranannya sebagai regulator kebijakan moneter. Adapun fungsi dari Otoritas Jasa Keuangan adalah :

1. Mengawasi aturan main yang sudah dijalankan dari forum stabilitas keuangan.

2. Menjaga stabilitas sistem keuangan. 3. Melakukan

(4)

98 yang sama seperti

sekarang.

4. Pengawasan bank keluar dari otoritas BI dan dipegang oleh lembaga baru.2 Lembaga pembiayaan termasuk bagian dari lembaga keuangan. Dalam melakukan kegiatan usahanya, lembaga pembiayaan lebih menekankan pada fungsi pembiayaan. Istilah lembaga keuangan lebih luas dibandingkan dengan lembaga pembiyaan. Lembaga keuangan meliputi:

1. badan usaha yang mempunyai kekayaan dalam bentuk aset keuangan yang

disediakan untuk

menjalankan usaha dibidang jasa keuangan termasuk juga pembiayaan.

2. badan usaha yang hanya menjalankan usaha dibidang

jasa pembiayaan,

menyediakan dana dan

2

https://www.academia.edu/23978184/Peran an_OJK_dalam_mengawasi_Lembaga_keua ngan, di akses tgl 20/08/2017

barang modal tanpa menarik dana secara langsung dari masyarakat3

“Menurut Abdulkadir Muhamad, yang dimaksud dengan lembaga keuangan (financial institution) adalah badan usaha yang mempunyai kekayaan dalam bentuk asset keuangan (financial assets). Kekayaan dalam bentuk aset keuangan ini digunakan untuk menjalankan usaha dibidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha productif dan kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan”4

Kegiatan Perusahaan Pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan

3

Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi, Grafika Ilmu, Yogyakarta, 2009, hlm. 69

4

.Abdul Kadir Muhamad, Lembaga Keuangan

(5)

99 Nomor 84/PMK.012/2006

tentang Perusahaan Pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari Perusahaan Pembiayaan antara lain:

1. Sewa guna usaha (leasing) merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Kegiatan sewa guna usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi penyewa guna usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli barang tersebut. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang penyewa guna usaha yang kemudian disewaguna

usahakan kembali. Sepanjang perjanjian sewa guna usaha (leasing) masih berlaku, hak milik atas barang modal objek transaksi sewa guna usaha berada pada perusahaan pembiayaan. 2. Anjak Piutang (Factoring)

(6)

100 Perusahaan penerbit kartu

kredit seperti : Citibank, BCA, Bank Mandiri dan lainnya.

3. Pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk

pengadaan barang

berdasarkan kebutuhan

konsumen dengan

pembayaran secara angsuran. Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan

konsumen dengan

pembayaran secara angsuran. Kebutuhan konsumen yang dimaksud meliputi antara lain pembiayaan kendaraan bermotor, pembiayaan alat-alat rumah tangga, pembiayaan barang-barang elektronik, dan pembiayaan perumahan.

4. Modal Ventura (ventura capital) mulai dikenal sejak munculnya Keppres No. 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan disusul

dengan keluarnya SK.

Menkeu No.

2151/KMK.013/1988

mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Modal Ventura sesuai dengan Keppres No. 61 Tahun 1988 serta SK.

Menkeu No.

1251/KMK.013/1988, pada dasarnya adalah suatu usaha di bidang pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) untuk jangka waktu tertentu. Berbeda halnya dengan pembiayaan kredit melalui perbankan dimana resiko kegagalan pengembalian kredit ditanggung oleh pihak debitur, risiko kegagalan modal ventura ditanggung bersama antara Perusahaan Modal Ventura (PMV) dengan PPU. Di samping itu, perbedaan lain dengan pembiayaan melalui kredit

perbankan dengan

(7)

101 adanya jaminan (anggunan)

seperti yang disyaratkan oleh bank. Modal ventura bekerja bukan atas dasar jaminan yang diberikan tetapi atas dasar penilaian akan berhasil dan berkembangnya kemajuan usaha yang dijalankan5

Modal ventura pada hakekatnya bersedia membiayai pada tahap-tahap tertentu dari suatu usaha (Pasal 4 SK. Menkeu No. 1251/KMK.013/1988).

Disamping itu, pembiayaan yang dilakukan PMV pada PPU merupakan pembiayaan dalam bentuk khusus yakni ikut serta dalam bentuk penyertaan modal yang sifatnya sementara (Pasal 4 Ayat (2) SK. MENKEU No. 1251.013/1988). Keterlibatan PMV dan PPU didasarkan pada adanya suatu perjanjian yang disebut Perjanjian Modal Ventura. Perjanjian

5

Anna Maria Wahyu Setyowati, Tinjauan Yuridis Peranan Lembaga Modal Ventura Bagi

Pengusaha Kecil Menengah, Projustitia, Bandung 1998, hlm. 42

modal ventura dari segi hukum adalah perjanjian tentang kegiatan pembiayaan

dan pengembangan

perusahaan antara pihak pemberi dana (PMV) dan pihak penerima dana (PPU). Berdasarkan perjanjian tersebut pihak pemberi dana membiayai pendirian, pengembangan, perbaikan atau pengambil alih perusahaan penerima dana melalui penyertaan saham, pinjaman atau jenis pembiayaan lainnya. 6

5. Perdagangan surat berharga (securities company) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk surat berharga. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, kegiatan perdagangan surat berharga dikeluarkan dari

kegiatan lembaga

pembiayaan. Hal ini disebabkan kegiatan perdagangan surat berharga

6

(8)

102 lebih merupakan lembaga

penunjang pasar modal. Dalam lalu lintas perdagangan terdapat surat-surat berharga yang mudah diperdagangkan, yang mengandung suatu nilai dan oleh karenanya dapat berpindah-pindah tangan.7

Internet sebagai suatu perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial yang signifikan berlangsung demikian cepat. Internet telah membuat dunia menjadi terasa tanpa batas bagi para pelaku usaha dalam bidang perdagangan, melalui media online pelaku usaha dapat melakukan transaksi apapun dengan siapapun tanpa terbatas oleh batas geografis Negara. Setiap kegiatan dalam bidang perdagangan, seperti penawaran (promosi), pemesanan barang, permintaan barang dan sebagainya dapat dilakukan melalui media online. Para

7

R. Suryatin, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004, hlm. 98

pelaku bisnis, yaitu penjual dan pembelili, dapat melakukan transaksi perdagangan apapun tanpa perlu untuk bertemu secara tatap muka langsung, karena dengan melalui internet transaksi perdagangan dapat dilakukan hanya dengan menggunakan e-mail. Hal itu tentu saja sangat menguntungkan karena akan sangat menghemat waktu para pelaku bisnis yang biasanya sangat sibuk.

Transaksi pemasaran secara online merupakan transaksi perdagangan yang dilakukan dengan media internet, oleh karena itu pihak penerbit kartu kredit sebagai pihak pemberi jasa kartu kredit dan merchant

(9)

103 mengenai perlindungan hukum

bagi Customer pemegang kartu kredit. Tetapi dalam penjelasan Pasal 2 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diatur mengenai asas keamanan dan keselamatan bagi konsumen. Asas ini adalah asas yang tetap untuk digunakan sebagai perlindungan hukum bagi

customer pemegang kartu kredit dalam transaksi pemasaran melalui internet/online

B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah jaminan

perindungan hukum pemilik kartu kredit dalam transaksi melalui sistem pemesaran media online?

2. Dampak apa saja yang sering terjadi dalam transaksi penjualan melalui sistem pemasaran media online dengan mengunakan kartu kredit?

II. PEMBAHASAN

A. Jaminan perlindungan hukum pemilik kartu kredit dalam transaksi pemasaran media online

Dalam permasalahan pembayaran transaksi melalui sistem pemasaran media online yang menggunakan cha rge card atau credit ca rd, timbul pula permasalahan hukum, apakah pembayaran yang dilakukan dengan charge card/credit card merupakan pembayaran mutlak ataupun pembayaran bersyarat kepada penjual barang. Permasalahan itu muncul jika pemegang kartu (card holder) menolak bertanggung jawab atas pelaksanaan pembayaran atas beban charge card/credit card miliknya dengan berbagai alasan. Misalnya karena alasan barang yang dibeli mengandung cacat, ataupun karena alasan nomor kartu kredit tersebut dipergunakan oleh orang yang tidak berhak

Dengan cara

membelanjakannya di berbagai

(10)

104 yang telah dilakukannya,

dengan meminta supaya perusahaan penerbit kartu

(card issuer) tidak

melaksanakan pembayaran atas tagihan yang dilakukan oleh pedagang yang menerima pembayaran dengan kartu. Maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut, didalam transaksi pemasaran media online dibutuhkan suatu sistem keamanan.

Untuk menentukan apakah transaksi pemasaran media online tersebut adalah sah maka harus terlebih dahulu dilihat apakah transaksi pemasaran media online tersebut telah memenuhi syarat sahnya perjanjian. Syarat pertama dipenuhi apabilapara pihak dalam transaksi pemasaran melalui media online yaitu customer

(pembeli), dan merchant

(penjual) terlebih dahulu mencapai kata sepakat untuk melakukan transaksi tersebut. Kesepakatan tersebut harus terjadi tanpa adanya paksaan,

(11)

105 Perlindungan hukum bagi

pemilik kartu kredit dalam transaksi pemasaran media online dapat kita lihat dari peraturan hukum yang mengatur Kartu kredit yaitu:

1. Perjanjian Antara Para Pihak Sebagai Dasar Hukum

Sebagaimana diketahui, bahwa sistim hukum kita menganut asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

Pasal 1338 ayat (1) tersebut menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Dengan berlandaskan kepada Pasal 1338 ayat (1) ini, maka apabila perjanjian dibuat secara tidak

bertentangan dengan hukum atau kebiasan yang berlaku, maka setiap perjanjian

(lisan atau

tulisan)yang dibuat oleh para pihak yang terlibat dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak tersebut.

Ternyata ada perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh

mereka yang

berhubungan dengan penerbitan dan pengoprasian kartu kredit tersebut. Karena itu Pasal 1338 ayat (1) dapat menjadi salah satu

dasar hukum

(12)

106 berkenan dengan

kartu kredit.8

B. Dampak yang sering terjadi dalam transaksi penjualan melalui sistem pemasaran media online dengan menggunakan kartu kredit

Dampak Positif dan Negatif Pemsaran Media Online

Didalam dunia

pemasaran media online pasti terdapat dampak positif dan negativenya.

a. Dampak positifnya, yaitu :

1. Revenue Stream (aliran pendapatan) baru yang

mungkin lebih

menjanjikan yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional.

2. Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar).

3. Menurunkan biaya operasional(operating cost).

4. Melebarkan jangkauan (global reach).

8

Johannes Ibrahim, Kartu Kredit - Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, PT Refika Aditama, Bandung, 2004. Hlm 29

5. Meningkatkan customer loyality.

6. Meningkatkan supplier management.

7. Memperpendek waktu produksi.

8. Meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan).

b. Dampak negativenya, yaitu :

1. Kehilangan segi finansial secara langsung karena kecurangan. Seorang penipu mentransfer uang dari rekening satu ke rekening lainnya atau dia telah mengganti semua data finansial yang ada.

2. Pencurian informasi rahasia yang berharga. Gangguan yang timbul bisa menyingkap semua informasi rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban.

(13)

107 bersifat kesalahan

non-teknis seperti aliran listrik tiba-tiba padam.

4. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan seorang hacker yang berhasil membobol sebuah sistem perbankan. Setelah itu dia memindahkan sejumlah rekening orang lain ke rekeningnya sendiri.

5. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut.

6. Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan sengaja, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, kesalahan faktor manusia, kesalahan faktor manusia atau

kesalahan sistem elektronik.

III. PENUTUP A. Kesimpulan

1. Hukum memberikan perlindungan bagi konsumen dengan mewajibkan pelaku

usaha yang

memperdagangkan jasa, untuk memenuhi jaminan dan / atau garansi yang disepakati atau / yang diperjanjikan. pihak bank dan merchant

(14)

108 keuangan, penerbit kartu

kredit, atau kartu pembayaran atau yang mengandung data laporan nasabahnya.

Marchant dilarang

mengunakan dan atau mengakses dengan cara apapun kartu kredit atau kartu pembayaran milik orang lain secara tanpa hak dalam transaksi elektronik untuk memperoleh keuntungan. 2. Dampak yang sering

terjadi dalam transaksi melalui sistem pemasaran media online dalam prakteknya, berbelanja di web memerlukan koneksi ke internet dan browser yang mendukung transaksi elektronik yang aman, seperti Microsoft Internet Explorer dan Netscape Navigator. Microsoft dan Netscape, bekerja sama dengan

perusahaan kartu kredit (Visa dan MasterCard), bahkan Visa dan MasterCard menyediakan jaminan keamanan kepada pengguna credit cardnya yang menggunakan e-com, yang memiliki dampak positif dan negatifnya salah satu dampak positifnya ialah menurunkan biaya operasional, dan salah satu dampak negatifnya ialah kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan sengaja, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, kesalahan faktor manusia, kesalahan faktor manusia atau kesalahan sistem elektronik.

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Abdul Kadir Muhamad, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004,

(15)

109 Erman Rajagukguk, Beberapa Pemikiran Bagi Penyusunan Aturan Hukum Modal

Ventura,Makalah disampaikan, Airlangga, Surabaya, 1992

Fika Yumya Syahmi, Pengaruh Pembentukan Penga wa san Lembaga Perbankan Suatu Kajian Terhadap Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, 2004 Johannes Ibrahim, Kartu Kredit - Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, PT

Refika Aditama, Bandung, 2004.

Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi,

Yogyakarta: Grafika Ilmu, 2009

R. Suryatin, Hukum Dagang I dan II, Jakarta: Pradnya Paramita, 2004 Website

Referensi

Dokumen terkait

Dari pemakaian arus listrik dan waktu pengelasan yang berbeda selain membawa pengaruh langsung terhadap panas pengelasan, juga berpengaruh terhadap lebar manik las

Seluruh staff Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur dan seluruh staff Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, khususnya Bu Neneng yang dengan sabar dan baik

(tree) Harvest (ku) Kabupaten/Kota Regency/Municipality Produksi Snakefruit Tanaman Produksi Tanaman Produksi Kabupaten/ Regency Jawa Tengah Kota/ Municipality Cilacap

The aims of the present study were: (1) to purify MSMB protein and to develop specific antibodies against MSMB; (2) to investi- gate whether MSMB binds to the human sperm surface on

Salah satu tanaman di Indonesia yang sering digunakan sebagai bahan pengobatan alami yaitu daun kucai.Tanaman kucai (Allium schoenoprasum L.).daun dari tanaman kucai

Untuk merumuskan strategi pengelolaan wilayah pesisir yang akan dikembangkan dalam bentuk poinpoin untuk selanjutnya dianalisa proses hirarki AHP, setelah itu perkiraan dampak

Observasi yang dilakukan adalah observasi tidak terstruktur; dalam hal ini belum ditentukan mana buku cerita bergambar yang akan diobservasi, namun segala temuan

Untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis sebaiknya menambah periode tahun pengamatan atau mengganti variabel Arus Kas Operasi dengan variabel lain yang