• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING BIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING BIP"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ffi*,?.i:,"

l,lNASl

A DAl{

PROSIDING

S

ONAL

$A$TRI

(2)

r*

DAFTAR ISI

Pengantar

Editor

i

Daftar

Isi

vii

ILMU

BAHASA

Penyusunan Kamus Urban Indonesia

M. Abdul Khak

.

I

Effect of

Twitter

on CoIIege Students in Social Development and Language Use

Agung Wiranata Kusuma dan Eka Silvia

Budiani

8

An Analysis of Clipping in Some Business Articles

Eksi Wulan Juli dan Chatarini Septi

NL

Perkenalan Awal Bahasa Filantropis

(Bidal-bidal

beserta

Konstruksinya)

Iqbal

Nurul

Azhar

Wacana Humor Agama

di

Indonesia dalam Perspektif

Tindak

Tutur

D. Jupriono

Cermin Kearifan

Lokal

Budaya Jawa

Melalui

Makna

Figuratif

dalam Pemakaian Bahasanya Basuki

Cultural

Dimension in The Foreign Language Classsroom (sociolin guistics' view)

Pemberdayaan Bahasa Indonesia Sebagai Cermin ldentitas Bangsa (Upaya dan Problematiknya di Tengah

Krisis

ldentitas)

Dwi Imroatu Julaikah

...

60

Analyzing Speech Acts in Dramatic Poetry

MuzakkiAfifuddin

Makian dalarn Komentar Pembaca terhadap Berita Yahoo Indonesia

Mintowati

P e n. be rday aan B ah a so .d an Sastra

15

?2

32

43

65 75

(3)

The Power of c.rassic:

A

study of Intertextuarity in Jane Austen,s pride antr Prejudice and Contemporary

young

Adult

Fictjons

Tri

Pramesti...

30g

shino

(l-ar

sebagai Dewi padi

Jepang daram yometa No Hemashi

(wfraifi

dan Dervi Sri sebagai sewi padi lndonesia dararn

cerita

Rakyat

Calon Dewi

Zidawahyudin

""

...-320

v/

ppweeJARAN

BAHASA DAN

\ASTRA

Bipa sebagai ce.rmin ldentitas Bangsa: Sarah satu

program

pemberdayaan Bahasa Dan

Sastra

,/_1

\

Fauris

zuhri

'

...{

1J

lzs

r

The use of Engrish as a Foreign Language and Its phenomenon

in

\

Communication - --v'rvrrrvrrvrr rrr

Helping Children to Learn English Through

Literacy

Mohammad

Faisal

.. . .. . ..

Membangun Dasar Budaya Baca-Turi

Melalui

pemberajaran

Bahasa

Iierpendek atan ll/hole

Linguage

Arju

Muti'ah...

Teaching Engrish in an

EFL

vs ESL Context:

which

Gives the Most Influence

in

Students' Learning?

Mira Shartika ....

Pada

3s9

376

385

39s

405

369 The Benefits of Implementing

Digital

Storytelling

in rncreasing

EFL

Learners' setf

-

confidence in

orar

performance

Salwa

Pentingnya Pemahaman Komunikasi Lintas Budaya bagi pemberajar

Bahasa

Asing

-

----J

Bahasa

Guru untuk

Memberdayakan

Karakter

siswa daram Nover Madogiwa

No

Totto-C han

Karyi

Tetsu ko Kuroyanagi

NoviAndari

Pemahaman Skemata Budaya

Mahasiswa Bahasa Indonesia

untuk

Melalui

Penutur Pembelajaran peribahasaAsing (BIPA)

Rusdhianti Wuryaningrum

(4)

PENGA'ARAN

BATIASA

DAN

SASTTIA

38

BIPASEBAGAICERMINIDENTITASBANGSA;

SALAH

SATU

PROGRAM

PEMBERDAYAAN

BAHASA DAN SASTRA

Fauris

Zuhri

JurusanBahasadanSastralnggrisFakultasBahasadanSeni Universitas Negeri SurabaYa Pos-el : fauris. zuhri(@lanail.com

Abstrak:

Salah satu standar kompetensi BIPA adalah siswa BIPA mengenal bahasa Indonesia

sebagai larnbang identltas nasional Indonesia. Dan standar kompetensi tersebut

Oii.Ul*^

m.niiai salah satu kompetensi dasar adalah siswa B1PA mengenal dan

menikmati puisi prosa, da, drama Indonesia.Ruang lingkup BIPA meliputi kebahasaan, keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis), dan apresiasi

sastra.Sumber dan bahan ajar me'liputi sumber dan bahan ajar tertulis; sumber dan bahan u;u,

rir*.

Sumber dan balian ajar tertulis meliputi: berbagai buku, majalah, surat kabar, dokumen, surat resmi, surat pe"rorangan, iklan, pellgumuman' novel' cerpen' syair lagu' dan sebagainya. Adapun ,urnl"I. dan-bahan a.lar iisan meliputi: pidato, sambutan, diskusi,

percakapln resmi dan tak resmi, siaran radio, siaran televisi, dan lain-lainnya'Penutur

uring b!.u."I dari berbagai tempat dengan bahasa pertama yang berb.eda-beda' latar i"-tuf,ung sosial ekonoml lung *ungkin b-erbeda, dan kapasitas intelektual yang

berbeda-beda oula.persamaan

*"..t

,

uautut mereka orang dewasa, bukan anak-anak lagi''A'da dua

il.

ffil.i;"t"t*rrt,un

progru* BIPA, laitu: inalisis kebutuhan dapat berfokus pada parameter program p"ngulu.-u, bahasa secara umum atau pada kebutuhan kornunikatif khusus para siswa dun unuiiri. kebutuhan komunikatifberhubungan dengan pengumpulan informasi tentang kebutuhan komunikatifsisrva akan bahasa target'

Kata-kata kunci: BIPA (Bahasa lndonesia untuk Penutur Asing), identitas bangsa,

PemberdaYaan bahasa dan sastra'

PENDAHULUAN

Oibagian pendahuluan ini berisi alasan-alasan keterlarikan penulis dengan pokok

bahasan BIPA sebagai cermin identitas bangsa: salah satu program pemberdayaan bahasa dan sastra. Alasan-alasan yang logis, rasional dan proporsional diutarakan di paragrap-paragrap berikut ini'

Dewasa ini banyak penutur asing yang belajar bahasa Indonesia' Mereka

berasal dari berbagai negara i"ngun bahasa pertama mer€ka masing-mas.ing' Latar

belakang mereka jrrgu-6"rU"aa-f,eda, tetapi yang clatang

ke

Indonesia irmumnya orang dewasu.

ruluan

dan keburuhan mereka bemacatn-macam' Lama belajar mereka

juga

berbeJu-i"au. Bekal

kemampuan berbahasa Indonesia mereka

bertingkat-ti.gkat;

il

tingkat pemula (mulai

dari nol)

sampai

tingkat

Pem.berdayaan Bahasa dan Sostro

(5)

mahir/lancar. Dengan demikian,

kiranya

tidak

mungkin

mereka nrempelajari

pokok

bahasan

)ang

sama dengan kedaraman dan ke,luasan yang sama pula. Kesulitan akan timbul apabila mereka datang bersama untuk belajar da{am waktu yang sama.

Unftrk

mendukung program kegiatan pembelajaran

BIpA

diperlukan

kurikulum

yang

memihak

siswa,

yang

memungkinkan

siswa

berbuat

aktif.Kurikulum

ini

harus menitikberatkan hrjuan siswa belajarsehingga kegiatan pembelajaran mencapai sasaran dan tujuan mereka belajar.Tujuan, program, dan bdhan pembelajarannya disusun sesuai dengan kebutuhan siswa.

Kurikulum

merupakan komponen yang sangat penting

di

samping kompetensi guru dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Dengan kurikulum je.laslah uraian tentang kompetensi yang akan dicapai, bahan pembelajaran yang akan diolah, program pembelajaran yang akan dilaksanakan, serta kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan untuk mencapai kompetensi tersebut.

Kurikulum

memberikan

pedoman kepada

guru untuk

menyusun

dan

melaksanakan program

pembelajaran.Standar tentang tinggi mutu keluaran juga dapat diperkirakan dari kurikulum yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

Untuk meningkatkan mufu pendidikan nasional di Indonesia tiap kali ada

penggantian kurikulum juga disertai dengan penggantian pendekatan yang sesuai

dalam

kegiatan pembelajaran

di

kelas. pada

tahun

1976,

Kurikulum

lgTs menggantikan kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini berorientasi pada tujuan dan

menggunakan pendekatan PPSI (Proscdur Pengembangan Sistem Instruksional) yang dikembangkan melalui satuan pelajaran. Pada t4hun 1984

Kurikulum

1975

diganti

dengan

Kurikulum

1984 yang menggunakan pendekatan keterampilan

proses yang pelaksanaannya menggunakan GBSA

(cara

Belajar Siswa

Akti0.

Khusus

untuk

pelajaran bahasa cligunakan pendekatan komunikatif dan untuk mendukung pendekatan

ini

dimasukkan pokok bahasan pragntatik.Selanjutnya

Kurikulurn 1984 diganti dengan Kurikulum l994.Kurikulum 1994 diganti a"ngin kurikulum 2006 yang berbasis kornpetensi dan sekarang masih berlaku kurikulum

tersebut sebelum diganti dengan kurikulum 2013.

Sehubungan dengan uraian di atas, persoalan pokok yang perlu dicarikan solusi adalah bagaimana mengembangkan kurikulum seperti yang diuraikan tadi untuk BIPA. Tulisan ini mencoba memecahkan persoalan itu dengan memberikan

uraian singkat mengenai kurikulum BIPA yang dimaksud.

Seperti uraian paragrap sebelumnya, tujuan belajar bahasa sejak dulu

adalah

agar siswa

dapat

menggdnakan

bahasa

yang

dipelajari

untuk

berkomunikasi, menerima dan rnenyampaikan pesan atau informasi. Komunikasi

dapat

dilakukan

baik

secara

lisan

maupun secara

tertulis.

Apa

yang

dapat

dikomunikasikan dalam kehidupan

ini

boleh dikatakan tidak ada batasnya, afan tetapi kebutuhan setiap orang untuk berkomunikasi terbatas. Kalau

siswi

bela;ar

bahasa kedua, tentu yang dipelajari terutama hanya bagian yang diperlukan unhrk

memenuhi kebutuhan siswa te sebut.

Ada dugaan bahrva

di

lapangan banyak guru yang kurang paham tentang

konsep keterarnpilan proses sehingga pelaksanaan pendekatan

itu

belurn

."p".ti

yang diharapkan. cara belajar siswa

aktif

pun sesungguhnya bukan barang Laru karena salah satu prinsip didaktik adalah siswa harus

aktif.

Demikian

juga

apa

yang disebut pendekatan kourunikatif dalam pengajaran bahasa sebab sejak dulu

(6)

tujuan utama orang belajar bahasa adalah agar dapat menggunakan bahasa yang dipelaj ari untuk berkomunikasi.

Paradigma baru yang berkembang sejak tahun delapan puluhan adalah

bahwa mengajar adalah membuat siswa belajar.

(iuru

dianggap sebagai fasilitator

saja dan berkaitan dengan anggapan itu

di

tndonesia berlaku istilah pembelajaran sebagai ganti belajar-mengajar. Namun, kenyataannya guru tetap sebagai aktor

yang aktif dan faktor yang menentukan. Guru tidak hanya menyediakan perangkat keras, tetapi juga perangkat lunak.IJnfiik membuat siswa aktif belajar, guru harus

bekerja keras, memilih metode yang tepat, mengolah bahan dari GBPP, berusaha

menarik perhatian siswa, dan lain-lainnya.

Tujuan yang diharapkan dari tulisan

ini

adalah dapat berkontribusi dan

dijadikan salah satu bahan

pertimbangan

bagi

p€nyusun

kurikulum

untuk membuat

kurikulum yang

sesuai dengan perkembangan pembelajaran BIPA.

Sesuai dengan

judul

makalah

ini

BIPA

Sebagai Cermin Identitas Bangsa. Suatu

hal

yang wajar

apabila

di

jaman

sekarang pembelajaran Bahasa

dan

Sastra

Indonesia dapat berdiri dengan dua kaki yang sama kokohnya, yairu kaki internal

dan

eksternal.

BIPA

merupakan program pembelajaran Bahasa

dan

Sastra

Indonesia pada

sisi kaki

eksternal. Bagi pengajar

BIPA

khususnya, tulisan

ini

diharapkan

dapat menjadi salah

safu

acuan

untuk

menyusun

program pembelajarannya.Dan

bagi

siswa

BIPA,

makalah

ini

dapat

juga

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Mengingat adanya beberapa keterbatasan, pembahasan makalah

ini

hanya meliputi dua hal pokok, yaitu dasar-dasar penl,usunan kurikulum BIPA dan

kerangkanya. Pokok bahasan yang pertama mencakup kebutuhan siswa asing belajar bahasa Indonesia, uiaian singkat tentang perkembangan bahasa Indonesia,

beberapa

teori

belajar bahasa kedua,

dan

pendekatan

yang

tepat. Keraqgka

kurikulum meliputi

standar kompetensi dan kompetensi dasar, mang lingkup

bahan pengajaran, dan asesmen.

PEMBAHASAN

Bagian ini akan mencoba mengulas kebutuhan siswa BIPA, uraian singkat tentang

perkembangan bahasa Indonesia, terutama kekhususan dan perbedaannya dengan

bahasa lain,dan beberapa teori tentang belajar bahasa kedua.

1. Kebutuhan Siswa

BIPA

Untuk

mencapai kompetensi utama belajar bahasa Indonesia,

yaitu

agar siswa mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis, penuhrr asing

tidak

perlu

dan

juga

memang

tidak

mungkin

mempelajari bahasa Indonesia

keseluruhan, baik tata bunyi, kosakata, maupun tata bahasa. Mereka tentu harus

mempelajari apa-apa yang mereka bufuhkan, tetapi tidak harus mempelajari apa

yang tidak mereka butuhkan.

Hal

ini

sejalan dengan pendapat Mackey tentang

seleltsi dalam pembicaraan mengenai metode.Menurut Mackey tidak ada metode

yang dapat mengajarkan keseluruhan suatu bahasa.Tak ada penutur

asli

yang mengetahui keseluruhan bahasa mereka sendiri.Sejumlah

pokok

bahasan yang

diajarkan dengan beberapa metode mencakup banyak

hal

yang

tidak

pernah

dipakai

dan

segera dilupakan. Adapun

pemilihan pokok

bahasan dilakukan berdasarkan: (1) tujuan, tingkat, dan lama,

(2)

tipe, dan (3)

jumlali

yang dipilih,

yang semua dipengaruhi oleh

(4)

cara seleksi, dan menentukan

(5)

butir-butir
(7)

yang

diseleksi

dari

fonetik, tata

bahasa, kosakata

dan

semantik (Mackey, 1971:101-102)

Informasi tentang kebutuhan siswa

BIPA

itu

amat diperlukan untuk men)rusun

kurikulum

yang berpusat pada siswa dan

bagi guru

yang berperan

sebagai fasilitator.Untuk

itu

diperlukan analisis keburuhan komunikasi yang benar-trenar

dihutuhkan

oleh

siswa;

jadi,

bukan

kebutuhan

urnuln,

tetapi kebutuhan khusus.Pengkhususan kebutuhan komunikasi

ini

diutamakan untuk

menyeleksi

fungsi

ujaran atau

tindak

komunikasi yang

perlu dipelajari

oleh siswa.Dengan uraian

profil

kebutuhan komunikasi dapat ditenftrkan kompetensi dan bentuk-bentuk linguistik khusus yang perlu dipelajari siswa

(Munby,

1978:

24).Dalam

hal

ini

Nunan mengatakan bahwa para pendukung

kurikulum

yang belpusat pada siswa kurang tertarik pada siswa yang mau menguasai keseluruhan

suatu

bahasa.tetapi

lebih

tertarik

untuk

membantu

mereka

memperoleh

keterampilan

komunikatif

dan

kebahasaan

yang

mereka butuhkan

untuk melaksanakan tugas dalam kehidupan sehari-hari.

Ini

berarti

secara implisit

menyetujui pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa yang berpusat

pada siswa mengakui bahwa

tidak

ada seorang yang menguasai segala aspek

bahasa (Nunan, 1988 22).

Dalam

buku

yang berjudul

communicative syilabrts

Design (lg7g)

Munby

memberikan

model untuk

mengkhususkan kompetensi komunikatif

dengan parametemya dan bagaimana komponennya berinteraksi untuk mernproses

masukan menjadi keluaran.Dalam buku

itu

analisis kebutuhan diuraikan secara

teliti

dari berbagai segi.Profil kebutuhan komunikatif siswa (participant) dalam

model

itu

diinterpretasikan dalam hubungannya dengan keteiampilan berbahasa

dalam

kehidupan sehari-hari.

Munby

(1978)

tidak

menggunakan istilah

keterarnpilan bahasa yang

meliputi

empat macam: menclengarkan, ber.bicar.a,

mentbaca,

dan

nteruilis

sebagai

konsep

makro, tetapi istilah

keterarnpilan digunakan dalam konsep mikro yang tidak memisahkan keempat keterampilan itu.

Selanjutnya taksonomi keterampilan itu terdiri dari dua ratus enam puluh macam

keterampilan yang dimasukkan ke dalam lima puluh empat kelompok. (hal. I

l6

-r3r).

Analisis kebutuhan dapat berfokus pada parameter program pengajaran

bahasa secara umum atau pada kebutuhan komunikatif khusus para siswa. Yang pertama merujuk kepada analisis situasi yang berfokus pada beberapa macam peftanyaan:

Siapa siswanya?Apa

tujuan

dan

harapan mereka?Apa

gaya

(styles)

belajar

yang lebih

mereka sukai?Seberapa kemampuan

guru

dalam

bahasa

target?Siapa guru(-guru)nya?Apa

pelatihan

dan

pengalaman

),ang

dimiliki

guru?Apa pendekatan pengajaran yang mereka sukai?

Apa

yang

diharapkan

guru

dari

program ini?Apa konteks

administratif

programnya?Apa kendala (misalnya

waktu,

anggaran, surnber) yang ada?Apa

jenis tes dan ukuran penilaian yang dibutuhkan?

Pendekatan kedua, analisis kebutuhan komunikatif berhubungan dengan

pengumpulan informasi tentang kebutuhan komunikatif siswa akan bahasa target

dan melibatkan beberapa macam pertanyaan berikut:

Dalam latar (settings) apa saja siswa akan menggunakan bahasa target?

Apa

hubungan peran yang terlibat?Modalitas bahasa mana yang terlibat

(lnisalnya : lnembaca, .menulis, mendengarkan, berbicara) ?

(8)

Apa tipe kejadian komunikasi dan tinclak ujara,n yang terlibat? Apa tingtat kernampuan yang dituntut? (Richards, 1990 2)

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kedua kelornpok

ihr

membantu menentukan tipe keterampilan bahasa dan tingkat kernampuan bahasa yang akan

diberikan dalam program

pembelajaran

yang

berpusat

pada siswa.

Untuk mendapatkannya diperlukan kuesioner pada para siswa. Bagian kuesioner yang

dilampirkan

oleh

Richards

(1990)

antara

lain

mencakup pertanyaan tentang

bagaimana siswa senang belajar, misalnya:

l.

Di kelas, apakah Anda suka belajar

a)

sendiri

b) berpasangan

2.

Apakah Anda menginginkan pekerjaan rumah?

Jika demikian, berapa banyak waktu yang Anda gunakan

di

luar jarn sekolah?

---jam sehari

--- jaln serninggu

3.

Apakah Anda ingin

a)

menghabiskan seluruh waktu belajar Anda di kelas/atau b)

4.

Apakah Anda suka belajar

a) dengan menghafal?

b)

dengan memecahkan masalah? Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia dapat dilihat secara politis dan secara linguistis. Secara politis

bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara bagi seluruh warga negara Republik Indonesia. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

ini

telah dirumuskan dalam Politik Bahasa Nasional (Amran Halim, ed., 1976) dan telah banyak

dikutip.

Secara linguistis bahasa Indonesia adalah salah safu bahasa di

dunia yang

memiliki

sistem tersendiri seperti bahasa-bahasa

lain.

Sistem ejaan

telah

jelas

dengan adanya Pedoman

Ejaan

Bahasa

'Indonesia

yang Disempurnakan (Pedontan

EYD);

kosakatanya tergambar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; sedangkan sistem fonologi, morfologi, dan sintaksisnya dapat

dipelajari dalam

Tata Bahasa

Baku

Bahasa Indonesia

(TBBBI)

yang

edisi terakhirnya disusun oleh Hasan

Alwi

dkk.(1998) dan buku-buku tata bahasa yang

lain.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat pemakainya, bahasa Indonesia

terus berkembang

baik

ditinjau

dari

jumlah

pemakainya, luas pemakaiannya, maupun penambahan kosakatanya. Dalam pemakaiannya

itu

terdapat beraneka

ragam yang semuanya masih tetap disebut "bahasa Indonesia" karena rnasing-masing berbagi teras atau

intisari

bersama yang umum

(Alwi

dkk.,l998:

3).

Dalam

TBBBI

ragam bahasa

dikenali

menurut golongan penufur bahasa dan

menurut

jenis

pemakaian bahasa.Dari sudut pandangan penutur ragam bahasa

dapat

dirinci

menurut patokan daerah, pendidikan, dan sikap penutur. Ragam daerah dikenal dengan namalogat atau dialek; ragam bahasa orang berpendidikan

yang

pada

ulnumnya memperlihatkan pemakaian bahasa

yang

apik

lazim

digolongkan dan d.iterima sebagai ragam

baku;

ragam bahasa menurut sikap penutur yang dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada

sikap penutur terliadap orang yang diajak berbicara atau pembaca. Ragam bahasa

(9)

menurut jenis pemakaiannya dapat

dirinci

menjadi tiga macam: ragam dari sudut

pandangan bidang atau pokok percoalan, ragam rnenurut sarana,

dan ragam yang

mengalami Precambrian. Ragam menurut bidang atau pokok p".roulunniu

t"rtitui

dari kosakatanya; ragam menurut sarana

melipiti .ugu*

risan dan

,ugu*

*rir6

(hal. 3'7).

Gorys

Keraf

(1991:5-7) menggolongkan ragam bahasa berdasarkan bidang wacatla, cara benvacano,

peran,

dan

jormatitis

hubungan. Berdasarkan

bidang \,vacana dibedakan ragam

ilmiah

dan ragam populer; berdasarkan cara

berwacana secara

umum

dapat

dibedakan ragam -

tutis

dan ragam

lisan;

berdasarkan peran sosial atau fungsi, ragam bahaia dapat dibedakan"atas ragam

resmi dan ragam tak resmi, ragam teknis dan nonteknis, iagam prosa dan

lirik,

dan

ragam terbatas (misalnya telegram). Adapun berdasarkan formalitas hubungan dibedakan ragam netral, ragam sopan, dan ragam kasar.

Ragam baku atau bahasa standar merupakan bahasa yang dianggap dan

diterima

sebagai patokan umum atau

tolok

bagi

seluruh penutur. Ragam ini

memiliki

sifat kennntapan dinantis yang berupa kaidah dan aturan yurrg tJ,rp dun

sifat

kecendekiaan

yang

perwujudannya mengungkapkan .

penalaran

atau

pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Adanya t<aiaan dan norma dalam

bahasa standar

ini

menjadi

tolok ukur

bagi betut iidaknya pemakaian bahasa

perorangan atau golongan

(Alwi,

1998: l3_

l6:

Keraf,

l99l

: B).

walaupun

tidak

berdasarkan data penelitian, kiranya

dari

kenyataan

dapat dikatakan bahwa jumlah pemakai bahasa Indonesia awal abad dua puluh

satu

ini

sEngat besar dan"wilayah pemakaiarurya sangat luas mengingat jumlah

penduduk Indonesia yang

lebih dari

200

juta

orang dan sebagian

b".ui

t"luh

mengalami pendidikan. Kosakata bahasa Indonesia juga terus bertambah dengan

masuknya kata-kata dari bahasa daerah dan terutama dari bahasa asing.

Dari

kenyataan

juga

dapat dirasakan bahwa dewasa

ini

batas antara

ragam yang satu dengan yang

lain

kadang-kadang tidak

jelas. Dialek

Jakarta,

misalnya. telah "menular" ke mana-mana *uluupuniidak sepenuhnya, terutama di

kalangan

anak muda. Dalam

berbagai

peristiwa

yan;

seharusnya orang

menggunakarl ragam bahasa baku banyak terdapat penyimpangan terhadap kaida[

dan pemakaian kata yang

tidak

tepat. Kata

iito

yung melibatkan lawan bicara

sering dipakai dalam pengertian

kami

yang tidak melibatkan lawan bicara; kata

cttman yang

tidak baku

sering

dipakai

sebagai pengganri hanya yang

baku. Agaknya penyimpangan

itu

tidak dirasakan atau

tiaat

aipeoulikan

oiehlanyak

pemakai karena komunikasi tetap berjalan tanpa salah paham.

Perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing dalam hal ejaan,

kosakata, dan stnlktur cukup jelas karena bahasa Indonesia merupakan salah satu

bahasa

ya,g

berdiri sendiri,

memiliki

sistem tersendiri. Dalam

hal

ejaan yang

perlu dicatat adalah adanya dua huruf yang melambangkan satu bunyi, misalnyl

kh, ng,

ny, don

sy;

dan satu

huruf

yang

i,elambangkln

lebih

dari

satu bunyi, misalnya c dan

t.

Perbedaan yang rnenonjor rnungkin adanya ..ke{uwesan', dalam

penrakaian yang

tidak

dimiliki

bahasa lairr. Yang dimaksud keluwesan

di

sini yaitu variasi bebas dan penyimpangan yang tidak mengganggu proses komunikasi

atau tidak menitrtbulkan salah pahan bagipelakunya, terutama dalam ragam lisan.

Ucapan, aksetl, dan intonasi yarrg bervariasi dalam bahasa Indonesia

tidik

pernah

menimbulkan persoalan. Selain

itu,

banyaknya kata-kata asing masuk

ke

dalanr
(10)

t"-bahasa Indonesia dan mudahnya pembentukan akronim juga rnerupakan sesuatu

yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa lain.

Banyak pendapat yang mengira bahwa keluwesan dan banyaknya kata

yang berasal dari bahasa asing itu memudahkan pelajar BIPA, tetapi ternyata tidak

demikian. Pengalaman menunjukkan

bahna

di

antara para pelajar

BIPA

itu

mengeluh dan bingung dengan banyaknya penyimpangan dan banyakrrya kata-kata yang berasal dari bahasa lain itu.

Teori

Belajar Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua

Bagi penutirr asing bahasa Indonesia adilah bahasa asing. Beberapa teori tentang

belajar

bahasa

asing atau

bahasa kedua, terutama mengenai metode, telah dikemukakan para ahli tetapi di sini hanya akan diulas sekilas saja.

Belajar

dan

rhengajar

erat

kaitarurya.

Bila kita

memandang proses

mengajar sebagai fasilitasi belajar, Brown (1980:

2-4)

mengatakan bahwa kita akan sukses dalam mengajar bahasa asing apabila kita mengetahui sesuatu tentang

jaringan variabel yang rumit yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa belajar

bahasa kedua berhasil atau gagal. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar dan

mengajar bahasa asing guru harus mulai dengan beberapa pertanyaan: Siapa, Apa,

Bagaimana, Kapan,

Di

mana, dan Mengapa yang masing-masing dijabarkan lagi

dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan Siapa, misalnya, jawabannya jelas, yaitu

pelajar

dan guru; namun, masih banyak pertanyaan tentang pelajar itu: dari mana asal mereka, apa bahasa pertama, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. Mengenai

guru,

pertanyaan selanjutnya adalah: apa bahasa asli mereka, pengalaman dan pelatihan yang pernah dijalani, pengetahuan tentang bahasa kedua, kepribadian, dan yang paling penting bagaimana interaksi mereka dengan pelajar sebagai manusia diusahakan dalam kotnunitas bahasa.

Pertanyaan yang paling relevan unruk

kurikulum BIPA

adalah Siapa,

Apa,

dan Mengapa. Jawaban pokoknya masing-masing adalah peruttttr asing dan

pengajar,

bahasa Indonesia, dan

pelajar

ingin ruenggtrnakan bahaso

itu

untuk

berkomunikasi dalant berbagai keperluan. Penutur asing berasal

dari

berbagai

tempat dengan bahasa pertama yang berbeda-beda, latar belakang sosial ekonomi

yang

mungkin

berbeda,

dan

kapasitas intetrektual

yang

berbeda-beda pula.Persamaan mereka adalah mereka orang dewasa, bukan anak-anak lagi.

Brundage

dan

MacKercher

seperti

dikutip

Nunan (1988:

22'23) mengidentifikasi prinsip-prinsip

belajar orang

dewasa

di

antaranya sebagai

berikut:

(l)

Orang dewasa yang menilai pengalamannya sendiri sebagai sumber

untuk

belajarlebih

lanjut

atau yang pengalamannya

dinilai

orang

lain

adalah

pelajar yang

lebih baik.

(2)

Orang dewasd belajar

paling

baik

kalau

mereka

terlibat

dalam pengembangan tujuan belajar bagi mereka sendiri yang serupa

dengan konsep

diri

saat

ini

dan yang

diidamkan.(3)

Orang

dewasa telah mengembangkan cara-cara

yang

teratur

unruk

memusatkan pada pengolahan informasi.

(4)

Pelajar bereaksi terhadap semtta pengalaman sebagai apa yang ia

amati, bukan sebagai apa yang diberikan oleh guru.

{5)

Orang dewasa masuk ke

dalam kegiatan belajar dengan serangkaian gatnbaran dan perasaan yang teratttr

tentang

diripya yang

mempengaruhi proses belajar.

(6)

Orang dewasa lebih

berkepentingan

dengan apakah tnereka bembah

ke

arah

konsep-diriyang diidamkan mereka sendiri daripada apakah mereka menernukan standar dan tujuan

dari

orang lain.

(7)

Orang dewasa tidak belajar apabila terlalu dirangsang atau
(11)

mengalami tekanan

atau

kecemasan

berat.

(8)

orang

dewasa

yang

dapat

memproses inforntasi

melalui

berbagai

saluran

dan telah belajar 'bagaimana

belajar" adalah pelajar yang paling produktif.

(9) orang

dewasa betajar paling baik apabila bahan pelajaran secara pribadi relevan dengan pengalaman masa lalu atau kepentingan sekarang dan proses belajar relevan dengan pengalaman hidup. (10) Orang dewasa belajar paling baik apabila informasi baru

disajikan

rnelalui

suatu jenis

cara

yang berhubungan dengan pancaindera

dan

pengalaman dengan

ulangan dan variasi tema yang cukup.

Prinsip-prinsip

di

atas

menunjukkan

bahwa peldjar

dewasa sangat

dipengaruhi

oleh

pengalaman

belajar

masa

lalu,

kepentingan sekarang, dan

harapan masa depan. Mereka lebih tertarik pada belajar untuk mencapai tujuan langsung atau tidak terlalu jauh daripada belajar untuk kepentingan belajar.Da{am

pengajaran bahasa, hal itu mengisyaratkan bahwa pendekatan yang berpusat pada

pelajar lebih sesuai daripada pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran. Pendekatan yang sampai sekarang banyak diterapkan dalam pengajaran bahasa asing, bahkan untuk pengajaran bahasa Indonesia

di

sekolah-sekolah di Indonesia adalah pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan

ini

dimungkinkan siswa tidak hanya mengetahui dan menghasilkan bentuk-bentuk linguistik sesuai

dengan kaidah,

tetapi

terutama dapat menggunakannya

untuk

berkornunikasi

dalam berbagai situasi dan keperluan. Namun, ada kecurigaan bahwa konsep

pendekatan komunikatif

di

lapangan kurang dipahami atau sering diartikan 'yang penting komunikatif, lawan bicara tahu maksud yang disampaikan,

tidak

perlu mengikuti kaidah' sehingga kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dengan

baik dan benar yang diharapkan belum sepenuhnya

terpenuhi.

Dalam TBBBI

dikatakan

"...

anjuran agar kita'berbahasa Indonesia yang baik dan benar'dapat diarlikan

pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di sarnping

.

itu mengikuti kaidah yang betul. ungkapan 'bahasa Indonesia yang baik dan benar' nrengacu

ke

ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan

kebenaran dan kebaikan."

Itu

berarti

bahwa

baik dan

benar

merupakan kesatuan

yang

tak

dapat

dipisahkan walaupun baik dan benar dapat dibedakan. Anjuran atau harapan itu mestinya juga berlaku untuk penutur asing yang belajar bahasa Indonesia. Untuk

itu

pendekatan komunikatif diterapkan dengan catatan bahwa ungkapan baha.sa

Indonesia yang baik dan benar perlu ditekankan. Kerangka Kurikulum BIPA

Pada bagian

ini

akan diketengahkan kerangka

Kurikulum BIPA

secara

sederhana,

yang meliputi

kompetensi,

ruang lingkup pokok

bahasan dan

sumbernya, serta asesmen.

Kompetensi

Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran Bahasa

Indonesia Kurikulum

2006

tujuan pengajaran meliputi standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Standar kompetensi dirumuskan dalam

lima butir

rumusan

yang pada intinya siswa menghargai dan membanggakan, memaharni serta dapat

menggunakan bahasa Indonesia;

memiliki

disiplin dalam berpikir dan berbahasa;

serta mampu menikrnati

dan

mernanfaatkan

karya

sastra. Kompetensi dasar
(12)

l

meliputi

kebalursaan, pemaltantan, dan penggunaan. Kebahasaan berkenaan

dengan pemahaman dan penggunaan tata

bunyi,

ejaan, struktur, kosakata dan

apresiasi sastra.Pemahaman berkenaan dengan kemampuan reseptif, sedang

penggunaan berkenaan dengan kemampuan produktif.

Bagi penutur asing kompetensi berbahasa Indonesia tenfu

tidak

sama

dengan

bagi

siswa Indonesia karena kedudukan bahasa Indonesia

bagi

siswa Indonesia dan bagi penutur asing berbeda. Sikap siswa Indonesia dan penutur

asing

terhadap bahasa Indonesia

juga

berbeda.

OIeh

karena

itu,

mmusan

kompetensinya juga berbeda.

)'

1. Standar Kompetensi

(l)

Siswa

BIPA

mengenal bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional

Indonesia (2) Siswa BIPA memahami bahasa Indonesia secara linguistis (ejaan,

fonologi, morfologi,

sintaksis

dan

kosakata).

(3)

Siswa

BIPA

mampu

menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai ragamnya

baik

secara reseptif maupun produktif. (4) Siswa BIPA mampu mengapresiasi sastra Indonesia dalam

berbagai bentuknya (prosa, puisi, drama, syair lagu)

2. Kompetensi Dasar

Siswa

BIPA

mampu:

(1)

mengucapkan kata dan kalimat dengan ucapan yang

tepat dan intonasi yang sesuai dengan maksudnya, (2) menggunakan ejaan bahasa

Indonesia yang baku dengan tepat,

(3)

menggunakan berbagai bentuk imbuhan dengan maknanya,

(4)

rqenggunakan kata dengan maknanya,

(5)

mendapatkan dan menggunakan sinonim, antonim, dan homonym, (6) memahami bahwa pesan

yang

sama

dapat

diungkapkan

dalam

berbagai

bentuk

dan

dapat menggunakannya, (7) memahami bahwa bentuk yang sama dapat mengungkapkan berbagai makna, (8) mengenal dan menikmati puisi, prosa, dan drama Indonesia, (9) menerima pesan dan ungkapan perasaan orang lain dan menanggapinya secara

lisan

dan tertulis,

(10)

mengungkapkan perasaan, pendapat, angan-angan dan pengalaman secara lisan dan terlulis sesuai dengan medianya, (11) berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang

lain

secara lisan menurut keadaan, (12) menikmati keindahan dan menangkap pesan yang disampaikan dalam puisi, prosa, drama, dan syair lagu.

Ruang

Lingkup

Pokok Bahasan dan Sumbernya

Ruang

lingkup

BIPA

meliputi

kebahasaan,

keterampilan

berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis), apresiasi sastra.

Sumber pokok bahasan meliputi sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber terfulis mencakup: berbagai

buku,

majalah, surat kabar, dokumen, surat

resmi,

surat

perorangan,

iklan,

pengumuman,

novel,

cerpen,

syair

'lagu,

dan

sebagainya.

Adapun sumber tertulis meliputi: pidato, sambutan, diskusi, percakapan resmi dan

tak resmi, siaran radio, siaran televisi, dan lain-lainnya.

Asesmen

Asesmen merupakan masalah yang kompleks dalam pengajaran bahasa. Mulai

dari

membuat

alat,

kerumitan sudah

terasa,

belum

lagi

pelaksanaan dan

pengolahan hasillya.sebagai contoh, dalam kenyataan sering

dijumpai

pelajar

5,ang "berbakat berbicara" dan yang pendiam. Siswa yang pertama kata-kata dan

(13)

kalimatnya

banyak

tetapi tidak

karuan,

sedang

yang

kedua

kata-kata dan

kalimatnya sedikit tetapi baik dan benar. Mana yang

dinilai

lebih baik?Itu hanya

contoh

kecil

yang mungkin

mudah dipecahkan.

Banyak contoh

lain

yang menunjukkan kompleksitas hal asesmen.

Asesmen dapat dilakukan dalam berbagai tingkat, dari tingkat nasional atau bahkan intemasional seperti

TOEFL

sampai tingkat kelas yang dilakukan oleh guru. Makalah ini hanya akan membahasasesmen tingkat kelas yang biasanya

dilakukan oleh guru.

Asesmen tidak hanya dapat dilakukan secara sumatif, yaitu pada akhir

suatu program. Asesmen justru perlu dilakukan dalarn proses pembelajaran untuk mengetahui perubahan (kemajuan) siswa dan keefektifan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam asesmen

itu

paling baik apabila siswa diikutsertakan agar mereka dapat melihat kemajuan diri sendiri.

Asesmen untuk kemampuan komunikatif dapat menggunakan tes diskrit

dan tes terpadu. Tes diskrit sesuai untuk komponen kebahasaan dalam fonologi,

morfologi,

sintaksis,

dan

leksikon.

Untuk

keterampilan berbahasa tes terpadu

lebih sesuai.Termasuk tes terpadu adalah prosedur cloze.dikte, dan wawattcara

/isar

(Savignon, 1983: 249-265)

SIMPULAN

Sebagai simpulan perlu dikemukakan

di

sini bahwa untuk menyusun kurikulum

BIPA

yang berpusat pada siswa

atau

yang

ramah

terhadap siswadiperlukan

analisis kebutuhan mereka,Kata rantah diartikan siap melayani siswa dalam arti bahwa tujuan dan bahan yang disediakan tidak dipaksakan unhrk mereka, tetapi

mereka dapat mengambil sebagian atau seluruhnya sesuai dengan keinginan mereka.Selain itu mereka juga diikutsertakan dalam asesmen.

REFERENSI

Alwi,

Hasan dkk.1993. Tata Bahasa

Baht

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Brown,

H,

Douglas. 1980. Principle.r ctf Language

Learning

and

Teaching.

Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.

Depdiknas.2 006. Kurikulunt Tingkat Satuan Pe ndidikan

6fSP).

Jakarta

Halim, Antran, ed. 1976. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia.DalarnPolitik

Bahasa Nasional.Dihimpun oleh Pusat Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka

Keraf, Gorys.

1991. Tata

Bahasa

Rtliuknn

Bahasa Indonesia. .Iakarta: PT

Gramedia Widiasarana lndonesia

Mackey, W. F.

l97l

. Language Teaching Analysis. London: Longman Group Ltd. Munby, John. 1978. Comnrunicative Syllabus Design. Cambridge: CUP

Nunan, David. 1994. The Learner-Centrecl Curriculum. Cambridge: CUP Richards, Jack C. 1990. The Language Teaching Matrix. Cambridge: CUP

Savignon, Sandra

.I.

1983. Communicative Contpetence: Theory ancl Classroont Practice. Massachusetts: Addiso-Wesley Publishing Coqpany

Yalden, Janice. 1983. The Conmuuiicativc Sltllabus. Oxford: Pergamon Press

Referensi

Dokumen terkait

Secara amnya di dalam pembuatan biskut tepung, air, gula dan lemak merupakan bahan-bahan utamanya Arendt et al., 2003.Biskut digunakan untuk golongan ahli pelayaran adalah kerana

trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran makin besar kerusakan

Dengan pengetahuan dalam pengenalan komponen mesin pemecah batu diharapkan operator mesin pemecah batu akan lebih terarah dalam melaksanakan tugasnya melakukan

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapan untuk memulai

Daripada persoalan-persoalan tersebut, adakah dengan menggunakan konsep kerajaan perpaduan berteraskan Islam mampu membentuk kerjasama dalam kalangan parti

‣ Stroke Rehabilitation Assessment of Movement – Mobility Subscale ‣ Timed Up and Go ‣ Tinetti POMA ‣ Trunk Control Test ‣ Trunk Impairment Scale ‣ Wolf Motor

Efek panjang serat ijuk terhadap campuran beton dapat menurunkan nilai sifat mekanik (kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur) beton serat yang terendam

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction , (2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar