• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah Dalam Pemenuhan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah Dalam Pemenuhan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Sesuai dengan ketentuan

Pasal 1 angka 4 UUPT.4

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Undang-Undang menentukan dalam pasal 98 ayat (3) UU No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas,5

Hal ini berarti perbuatan hukum dapat dilakukan oleh satu orang anggota

Direksi mewakili Direksi untuk dan atas nama Perseroan, sepanjang anggaran

dasar tidak menentukan lain. Berkaitan dengan tanggungjawab direksi maka

pembahasan mengenai direksi berkaitan dengan:

dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1

(satu) orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi,

kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar. Dalam penjelasan pasal 98 ayat (2)

disebutkan, Undang-Undang ini pada dasarnya menganut sistem perwakilan

kolegial, yang berarti tiap-tiap anggota Direksi berwenang mewakili Perseroan.

Namun, untuk kepentingan Perseroan, anggaran dasar dapat menentukan bahwa

Perseroan diwakili oleh anggota Direksi tertentu.

6

4

Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 1 Hal 24

5Ibid

., Pasal 93 ayat 3

6

Rahmad Hendra,

(2)

1. Pengertian, Tugas dan Kewenangan Direksi

a. Pengertian Direksi

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mwakili Perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

b. Tugas Direksi

Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu :7

1) Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas pengurusan Perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas Perseroan

2) Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas Perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Perseroan

3) Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya untuk kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perseroan

4) Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara amanah dan transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan system pengendalian internal dan system manajemen resiko secara terstruktural dan komprehensif

5) Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi.

c. Kewajiban Direksi

Kewajiban Direksi di dalam perseroan, yaitu :8

1) Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk

kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam

maupun di luar pengadilan. Sebagai organ yang wajib bertanggungjawab,

Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusan itu kepada RUPS

2) Direksi wajib membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, Risalah

RUPS dan Risalah Rapat Direksi, menyelenggarakan pembukuan Perseroan;

7Op.Cit.,Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Pasal 97 Hal 26 8

(3)

melaporkan kepemilikan sahamnya dan keluarga yang dimiliki pada Perseroan

atau Perseroan lain.

3) Direksi wajib menyiapkan laporan tahunan (termasuk pertanggung jawaban

tahunan) untuk RUPS.

4) Direksi wajib memberikan keterangan kepada RUPS mengenai segala sesuatu

yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.

5) Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan atau RUPS lain yang dianggap perlu

(termasuk melakukan pemanggilan dan lain-lain).

6) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan

jaminan sebagian besar atau seluruh kekayaan Perseroan.

7) Direksi wajib menyiapkan rencana penggabungan, peleburan atau

pengambilalihan untuk diajukan kepada RUPS.

d. Kewenangan Direksi

Direksi memiliki kewenangan, yaitu :9

1) Direksi berwenang untuk mengusulkan kepada RUPS :

a) Perubahan anggaran dasar

b) Pembelian kembali saham dan pengalihan saham tersebut kepada pihak

lain

c) Penambahan modal

d) Pengurangan modal

e) Penggunaan laba dan pembagian deviden

f) Pembubaran perseroan

2) Direksi berwenang untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan usaha

Perseroan

3) Direksi berwenang mengelola kekayaan Perseroan

4) Direksi berwenang mewakili Perseroan di dalam dan di luar Pengadilan

5) Direksi berwenang untuk mendapatkan gaji dan tunjangan lainnya sesuai

Anggaran Dasar/Akte Pendirian

9

(4)

6) Direksi berwenang untuk membela diri dalam forum RUPS jika Direksi telah

diberhentikan untuk sementara waktu oleh RUPS/Komisaris

7) Direksi berwenang untuk mengajukan usul kepada Pengadilan Negeri agar

perseroan dinyatakan pailit setelah didahului dengan persetujuan RUPS

2. Tanggung Jawab Direksi

Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota Direksi bertanggung jawab

penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah

atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua)

anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku

secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat

(3) UUPT, anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian

sebagaimana yang dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan:10

1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan

4. Telah mengambil tindakan untuk mencagah timbul atau selanjutnya kerugian tersebut.

Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan

harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam

kepailitan tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) UUPT mengatur bahwa setiap

anggota Direksi secara tanggung-renteng bertanggung jawab atas seluruh

kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung jawab yang

dimaksud diatas, berlaku juga bagi Direksi yang salah atau lalai yang pernah

menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum

putusan pernyataan pailit diucapkan.

Anggota Direksi dapat tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan

sebagaimana dimaksud diatas, jika dapat membuktikan bahwa:

10

(5)

1. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan

Pentingnya PT (Perseroan Terbatas) melindungi kepentingan/hak-hak

pekerja, pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan

pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, di antaranya telah

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati

secara berkelanjutan, adil, dan merata menjangkau seluruh rakyat.

Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan

berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah

satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang

diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan

Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.11

Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara

yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO

Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan

perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja. Sejalan dengan ketentuan

tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam TAP

Nomor X/MPR/2001 menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan

Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh

dan terpadu.

11

(6)

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat

mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit,

mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau

pensiun.

Selama beberapa dekade terakhir ini, Indonesia telah menjalankan beberapa

program jaminan sosial. Undang-Undang yang secara khusus mengatur jaminan

sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), yang mencakup program

jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan

jaminan kematian.

Sanksi pidana yang ditentukan dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 3

Tahun 1992 berupa kurungan atau denda. Pasal 29 ayat (1) Undang-undang

tersebut selengkapnya menentukan. 12

12

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pasal 29 ayat (1).

“Barang siapa tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (1); Pasal 10 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3); Pasal 18 ayat (1), ayat

(2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5); Pasal 19 ayat (2); Pasal 22 ayat (1) dan Pasal

26, diancam dengan hukuman kurungan selama lamanya 6 (enam) bulan atau

denda setinggi tingginya Rp. 50.000 000,- (lima puluh juta rupiah).” Dalam ayat

(2) ditentukan”Dalam hal pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud

dalam ayat (12) untuk kedua kalinya atau lebih setelah putusan akhir telah

memperoleh kekuatan hukum tetap,maka pelanggaran tersebut dipidana kurungan

selama lamanya 8 (delapan) bulan.”

Tindak pidana sebagaimana tersebut dalam ayat (1) adalah pelanggaran.

Artinya tindak pidana tersebut tidak digolongkan kepada kejahatan, yang ancaman

(7)

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2), menurut Pasal 30 Undang-undang Nomor 3 Tahun

1992,13

Pada intinya Pasal 47 Peraturan Pemerintah tersebut menentukan:

terhadap pengusaha, tenaga kerja, dan Badan Penyelenggara yang tidak

memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya dikenakan

sanksi administrasi, ganti rugi, atau denda yang akan diatur dalam Peraturan

Pemerintah. Sanksi sebagaimana tersebut diatas diatur dalam Pasal 47 Peraturan

Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek

sebagaimana beberapa kali diubah terakir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84

Tahun 2010.

14

1. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 12 ayat (3), Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (2), Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dan Pasal 19 serta Pasal 20 ayat (1), dan telah diberikan peringatan tetapi tetap tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan ijin usaha.

2. Pengusaha yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dikenakan denda sebesar 2% untuk setiap bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar.

3. Badan Penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diamaksud dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 dikenakan ganti rugi sebesar 1% dari jumlah jaminan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini,untuk setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.

Gambaran Tentang hak-hak pekerja/buruh menurut Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 yang dimaksud dengan :15

a. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

b. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

c. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

13

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan. Pasal 1

14Ibid.,

Pasal 47.

15

(8)

Salah satu hak pekerja tersebut adalah hak untuk mendapat jaminan

keselamatan jiwa selama bekerja yang dulunya dikemas dalam 1 paket yang

dikenal dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang diatur dalam:16

16

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992. Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pasal 1

angka 6-9.

6. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan

dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena

hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan

yang biasa atau wajar dilalui.

7. Cacad adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota

badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang

atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.

8. Sakit adalah setiap gangguan kesehatan yang memerlukan

pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan.

9. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan

pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,

pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan

Gambaran tentang pentingnya asuransi jiwa bagi pekerja atas amanat

Undang-Undang Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang BPJS saat ini

perusahaan wajib memproteksi pekerja atau buruhnya dengan Jaminan

Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) dan Jaminan Kesehatan (BPJS

Kesehatan).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Jaminan sosial adalah salah

satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

(9)

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas

kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar

hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat

berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan

manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap atau meninggal dunia.

Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang berupa uang tunai diberikan sekaligus

kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia atau pekerja yang cacat sesuai

dengan tingkat kecacatan.

Untuk jenis-jenis pelayanan tertentu atau kecelakaan tertentu, pemberi kerja

dikenakan biaya.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 9, yaitu:17

a. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial; (1)BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a

berfungsi menyelenggarakan program jaminankesehatan.

(2)BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua

b. Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan

c. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat

B. Permasalahan

Adapun rumusan masalah yang akan penulis bahas pada skripsi ini antara

lain:

1. Bagaimana syarat dan mekanisme pemberian asuransi jiwa kepada

pekerja PT Daya Labuhan Indah?

17

(10)

2. Bagaimana Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah dalam hal

tidak dipenuhinya asuransi jiwa pekerja PT daya Labuhan Indah?

3. Apa akibat hukum bagi pekerja PT. Daya Labuhan Indah yang tidak

memiliki asuransi jiwa

C.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami secara menyeluruh tentang syarat dan

mekanisme pemberian asuransi jiwa kepada pekerja PT Daya Labuhan

Indah

2. Mengetahui dan mengerti tanggung jawab Direksi PT. Daya Labuhan

Indah apabila tidak terpenuhinya asuransi jiwa pekerja PT. Daya

Labuhan Indah

3. Mampu menguraikan dan menjelaskan apa saja akibat hukum yang di

timbulkan apabila pekerja PT. Daya labuhan Indah tidak memiliki

asuransi jiwa dalam hal ini asuransi sebagai pekerja

D.Manfaat Penulisan

Dengan menyelesaikan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi

manfaat manfaat sebagai berikut:

1. Dari segi teoritis

Diharapkan bahwa pembahasan terhadap masalah - masalah dalam penulisan

skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran serta informasi dan

pemahaman yang lebih mendalam untuk melaksanaan pemenuhan asuransi bagi

para pekerja pada Perseroan Terbatas, guna menciptakan regulasi yang jelas

terhadap semua Perseroan Terbatas pada umumnya.

2. Dari segi praktis

Dari segi praktis skripsi ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan

tuntunan/bahan rujukan bagi rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum,

pelaku bisnis, serta pemerintah dalam hal menambah khasanah ilmu pengetahuan

(11)

tentang Asuransi Jiwa (dasar hukum, jenis-jenis, prinsip, tujuan, fungsi dan

manfaat asuransi Jiwa) dalam hal ini pada para pekerja

E.Metode Penulisan

Agar penulisan skripsi ini dapat dilakukan secara sistematis dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka perlu ditentukan metode penulisan

sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab

permasalahan-permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah menggunakan penelitian

normatif-empiris. Penelitian normatif-empiris pada dasarnya merupakan

penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan

berbagai unsur empiris. Dimana langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian

hukum normatif-empiris ini

Penelitian ini memiliki sifat sebagai penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian

Deskriptif ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini

peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan

penelitian metode deskriptif, memungkinkan peneliti untuk melakukan hubungan

antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan

mengembangkan teori yang memiliki validitas universal18

18

Ridwan A.Z

.

Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian dimana

pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang

berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan

objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.

(12)

Pada umumnya tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang

diteliti secara tepat. Dalam perkembangannya, akhir-akhir ini metode penelitian

deskriptif banyak digunakan oleh peneliti karena dua alasan. Pertama, dari

pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan

dalam bentuk deskriptif.

Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi

permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku

manusia.

Di samping kedua alasan tersebut di atas, penelitian deskriptif pada

umumnya menarik bagi para peneliti muda, karena bentuknya sangat sederhana

dengan mudah dipahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks.

Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini

sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya

dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok

anak, maupun perkembangan individual.

Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian

naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam

atau dengan penelitian seting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick

description (deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan

hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT Daya Labuhan Indah, kecamatan bilah

hilir labuhan batu, Sumatera Utara.

3. Data dan Sumber Data

Bahan-bahan yang digunakan dalam skripsi ini meliputi data primer dan

(13)

a. Data Primer dengan cara wawancara pada PT. Daya Labuhan Indah

Yaitu data yang di peroleh dan di kumpulkan langsung dari responden

(penelitian) yang data primer ini di peroleh antara lain melalui wawancara

langsung dengan pihak PT. Daya labuhan Indah. Dalam hal ini narasumber yang

memiliki kewenangan dalam memberikan informasi dan data yang diperlukan

dalam melengkapi Skripsi.

b. Data Sekunder yang di dapat dari data pustaka buku, jurnal hsail

penelitian dan lain-lain.

Data sekunder adalah data yang di peroleh melalui data yang telah diteliti

dan di kumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Yang data nya antara lain di peroleh melalui studi kepustakaan.

a. Bahan hukum Primer, yaitu bahan hukum primer dalam penulisan skripsi

ini bersumber dari dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan

pihak yang berwenang, yang mana dalam penulisan skripsi ini dokumen

tersebut bersumber dari Undang-Undang.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang Undang

(RUU), hasil-hasil penelitian dan pendapat para ahli hukum.

c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum, ensiklopedia

4. Analisis Data

Penulis menggunakan penulisan kualitatif yaitu19

, merupakan metode baru

karena popularitasnya belum lama, metode ini juga dinamakan postpositivistik

karena berlandaskan pada filsafat post positifisme, serta sebagai metode artistic

karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut metode

interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi

(14)

terhadap data yang di temukan di lapangan.metode penelitian kuantitatif dapat di

artikan sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang teleh di tetapkan.

Metode penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik

karena penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), di

sebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak di

gunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.

Metode penelitian kualitatif juga merupakan metode penelitian yang lebih

menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah

dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian

ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu

mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa

sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.

Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul

berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata

yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek

yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data

yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll),

foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lainyang dapat memperkaya

data primer.

F. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Tanggung jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah

Dalam Pemenuhan Asuransi Jiwa Pekerja” ini disusun berdasarkan pengumpulan

(15)

berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa bahan pustaka,

undang-undang dan artikel-artikel terkait yang diperoleh dari perpustakaan, media cetak,

atau media elektronik.

Sehubungan dengan keaslian judul ini, penulis telah melakukan

pemeriksanaan pada perpustakaan fakultas hukum Universitas Sumatera Utara

sebagai bentuk pembuktian bahwa judul skripsi ini belum pernah di tulis oleh

orang lain di Fakultas Hukum USU ataupun di Fakultas Hukum Universitas atau

perguruan Tinggi lain di wilayah Republik Indonesia. Dengan demikian keaslian

penulisan skripsi ini dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.

G.Sistematika Penulisan

Penulisan karya ilmiah yang baik adalah karya ilmiah yang disusun secara

sistematis untuk mempermudah penulisan skripsi ini sehingga tersusun secara

sistematis maka penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang saling

berkaitan satu dengan yang lain.

Skripsi ini terdiri dari 5 BAB, dimana masing masing bab terdiri dari

beberapa sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan penulis dan pembahasan

sesuai yang dimaksudkan. Berikut ini garis besar / sistematika dari penulisan

skripsi ini, yaitu:

BAB I: Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan segala hal yang umum dalam

sebuah karya ilmiah yang merupakan kata pengantar dimana didalamnya terdiri

dari dan terurai mengenai Latar Belakang Penulisan Skripsi, Perumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan,

Keaslian Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Gambaran Umum Tentang Perseroan Terbatas, dimana di dalam

nya terdiri atas Pengertian dan Kedudukan Direksi pada Perseroan Terbatas, Tata

Cara pemilihan dan Kedudukan Direksi pada Perseroan Terbatas, Kewenangan

Ditreksi pada Perserosn Terbatas, Direksi Sebagai Pengurus dan Wakil Perseroan

(16)

BAB III: Tinjauan Jaminan Kematian pekerja, dimana pada bab III ini

terdapat sub judul antara lain Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Kematian,

BPJS sebagai pengelolahg Jaminan Kematian (Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2011, Jaminan Kematian sebagai bagian dari BPJS Ketenagakerjaan (PP No 44

Tahun 2015) dan Tujuan, Fungsi dan Manfaat Jaminan Kematian.

BAB IV: Tanggung Jawab Direksi dalam Pemenuhan Jaminan Kematian PT.

Daya Labuhan Indah Syarat dan mekanisme pemberian Jaminan Kematian pekerja

PT. daya Labuhan Indah, Tanggung jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah

dalam hal tidak dipenuhinya Jaminan Kematian PT. Daya labuhan Indah., Akibat

hukum apabila pekerja PT. daya Labuhan Indah tidak Jaminan Kematian.

BAB V: Kesimpulan dan Penutup bab ini merupakan bab akhir yang berisi

kesimpulan dan penutup dari segala rangkaian bab-bab sebelumnya, yang dibuat

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Penyedia Jasa yang merasa keberatan atas hasil pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan melalui aplikasi LPSE Provinsi Jawa Tengah kepada Panitia Pengadaan Konstruksi

Dengan membawa semua dokumen asli dari dokumen yang diupload / yang diisi dalam aplikasi isian kualifikasi LPSE Provinsi Jawa Tengah.. Demikian untuk menjadikan periksa,

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Dari hasil penelitian aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa dari 95 responden aktivitas belajar paling banyak adalah aktivitas belajar sedang yaitu sebanyak 85 responden

Perlakuan pengelolaan pupuk dengan pupuk organik dan anorganik pada tanaman Jagung Manado Kuning, tidak berpengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol

Informasi di atas hanya menyangkut bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan sebagai campuran dengan bahan lain atau dalam

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat