• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Terhadap Pers Di Negara Yang Sedang Berkonflik Menurut Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Terhadap Pers Di Negara Yang Sedang Berkonflik Menurut Hukum Internasional"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DALAM MENDUKUNG KEDUDUKAN PERS MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

A. Pers Dan Teori Pers 1. Pengertian Pers

Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala. Secara

etimologis, kata Pers (Belanda), atau Press (inggris), atau presse (prancis), berasal dari

bahasa latin, perssare dari kata premere, yang berarti “Tekan” atau “Cetak”, definisi

terminologisnya adalah “media massa cetak” atau “media cetak”. Media massa, menurut

Gamle & Gamle adalah bagian komunikasi antara manusia (human communication), dalam

arti, media merupakan saluran atau sarana untuk memperluas dan memperjauh jangkauan

proses penyampaian pesan antar manusia.11

Melalui komunikasi yang terbuka pemerintah menjadi pertanda berlakunya suatu

pemerintahan yang demokratis sebab masyarakatpun menyampaikan pesan dan Pers dalam arti sempit, yakni media cetak dan pers dalam arti luas , yakni meliputi

semua barang cetakan yang ditujukan untuk umum sebagai penggati istilah printed mass

media. Berkembangnya media yang mampu menjangkau massa juga membuat istilah pers

semakin meluas. Kini orang juga lazim menyebut pelaku atas kegiatan yang berhubungan

dengan media massa elektronik, Pers Juga melaksanakan kontrol sosial (Social Control)

untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan keuasaan baik korupsi, kolusi dan nepotisme.

maupun penyelewengan dan penyimpangan lainnya.

11

(2)

mesukannya secara terbuka Pers sebagai lembaga control social dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara sangat berpengarauh dalampelaksanaan pemerintahan, bagi

pemerintah yang banyak melakukan kesalahan. Sedangkan control social pers terasa sangat

buruk. Sehingga kegiatan pemerintahannya pun terpengaruh. Pers melalui fungsinya

sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, control social dan lembaga ekonomi menjadi

pengontrol kehidupan masyarakat.12

a) Wilbur Schramm, dkk dalam bukunya “Four Theories of the Press”

mengemukakan 4 teori terbesar dari pers, yaitu the authoritarian, the libertarian,

the social responsibility, dan the soviet communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian pers sebagai pengamat, guru dan forum yang

menyampaikan pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka di

tengah-tengah masyarakat.

Berikut pengertian Pers menurut para ahli:

b) Mc. Luhan menuliskan dalam bukunya Understanding Media terbitan tahun 1996

mengenai pers sebagai the extended of man, yaitu yang menghubungkan satu tempat

dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada momen yang

bersamaan.

c) Bapak Pers Nasional, Raden Mas Djokomono, Pers adalah yang membentuk

pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang membakar

semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak-hak bangsa indonesia pada

masa penjajahan belanda.

12

(3)

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan

jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta

data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media

elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.13

Wartawan ialah seseorang yang melakukan kegiatan jurnalisme dengan menciptakan

laporan akan peristiwa dengan cara pandang objektif dan tidak memiliki pandangan dari Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium komunikasi

yang tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial

merupakan bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan

terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh lembaga- lembaga masyarakat lainnya.

Pers sangat erat kaitannya dengan wartawan yang dimana wartawan sebagai insan dari

pers.Wartawan yang dikenal juga sebagai kuli tinta, merupakan unsur penting dan pokok

dalam dunia pers. Pasalnya sebuah peristiwa dapat diabadikan dalam berita sebagaimana

masyarakat kita mengenalnya, tidak lahir begitu saja dengan sendirinya. Tetapi, ini berkat

kerja keras para wartawan dalam mencari berita, mengejar sumber berita dan mengemasnya

dengan prinsip 5 W + 1 H (What, Where, When, Who, Why, dan How). Tak jarang, dalam

salah satu jenis pencarian berita. Seorang wartawan dihadapkan untuk melakukan tugas

investigasi, dan menjadikannya berita eklusif. Gambaran singkat di atas, hanya sebatas

siapa wartawan itu?

13

(4)

sudut tertentu untuk melayani masyarakat, melalui publikasi dalam bentuk media massa

(televisi, radio, film dokumentar, koran, majalah, dan internet).14

Definisi wartawan versi PWI, adalah suatu kegiatan berhubungan dengan kegiatan tulis

menulis yang di antaranya mencari data (riset, liputan, verifikasi) untuk melengkapi

laporannya. Wartawan dituntut objektif, hal ini berbeda dengan penulis kolom yang bisa

mengemukakan subjektivitasnya.Sedangkan AJI memberikan definisi jurnalis sebagai

profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan isi media massa.

Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis lepas, fotografer, dan desain grafis editorial. Akan

tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis lebih mengacu pada definisi

wartawan. Kemudian secara yuridis, mengenai pengertian wartawan dapat ditilik pada

Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers dalam

Pasal 1 Ayat 3, berbunyi : “Kewartawanan ialah pekerjaan/kegiatan/ usaha yang

berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan dan penyiaran, dalam bentuk fakta,

pendapat, ulasan, gambar-gambar, dan lain-lain sebagainya untuk perusahaan pers, radio,

televisi, dan film”, dan ayat 4, “Wartawan ialah karyawan yang melakukan pekerjaan

kewartawanan seperti yang dimaksudkan dalam ayat (3) pasal ini secara kontinyu”.

Sementara pandangan tak jauh berbeda diungkapkan dua organisasi wartawan

terkemukan di Indonesia, yakni Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis

Independen (AJI).

15

14

“Wartawan,” Wikipedia Indonesia : Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia (Maret 2008),

wartawan ini menurut keterangan dalam Wikipedia terakhir di ubah pada 12 Maret 2008.

15

(5)

Undang-Undang di atas, selanjutnya dirubah dengan diundangkannya Undang-Undang

No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Di UU terbaru ini dalam Pasal 1 ayat 4, wartawan

diberikan definisi: “Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan

jurnalistik”16Dengan demikian dapat dikatakan wartawan atau jurnalis17

Pers selalu mengambil bentuk dan warna struktur-struktur social politik di dalam

mana ia beroperasi. Terutama, pers mencerminkan sistem pengawasan sosial dengan mana

hubungan antara orang dan lembaga diatur. Orang harus melihat pada sistem-sistem

masyarakat dimana pers itu berfungsi. Untuk melihat system-sistem social dalam kaitan adalah mereka

yang melakukan profesinya dalam ranah pemberitaan melalui proses-proses jurnalistik

untuk menghasilkan berita layak bagi pembaca/masyarakat/publik yang disebarluaskan atau

dipublikasikan melalui media massa seperti surat kabar dan media elektronik dengan

mengedepankan aspek etika dan estitika sebagaimana telah diatur dalam kode etik

wartawan sesuai peraturan-peraturan tentang pers di suatu Negara, dimana pers itu

berada.Guna memperlancar tugas profesinya, para wartawan oleh media ditempat dia

bekerja selalu dibekali kartu pengenal/identitas yang menunjukkan sebagai pers. Bahkan

seluruh media dalam aturan tertulisnya yang juga biasanya tercantum dalam kartu pers

menyebutkan bahwa kartu identitas dalam setiap praktik kewartawanan senantiasa wajib

dikenakan.

16

UU No.40 Tahun 1999, Ps. 1 ayat (4).

17 Istilah lain wartawan adalah juru warta, jurnalism, reporter, newsgatter, press-man, kuli tinta,

(6)

yang sesungguhnya dengan pers, orang harus melihat keyakinan dan asumsi dasar yang

dimiliki masyarakat itu : hakikat manusia, hakikat masyarakat dan Negara, hubungan antar

manusia dengan Negara, hakikat pengetahuan dan kebenaran. Jadi pada akhirnya perbedaan

pada system pers adalah perbedaan filsafat. Munculnya teori-teori pers dipicu oleh

dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab pers terhadap kondisi ruang sosial yang

ada. Oleh karenanya beberapa sarjana Amerika Serikat yaitu Fred S. Siebert, Theodore

Peterson, dan Wilbur Schramm membentuk “Four Theories of the press”. 2. Teori Pers Dunia

Empat teori pers di dunia ini terdiri dari:

1. Teori Pers Otoritarian

Teori ini menganggap Negara sebagai ekspresi tertinggi dari pada kelompok

manusia, yang mengungguli masyarakat dan individu atau dengan kata lain Negara yang

otoriter, Otoriter dapat diartikan sebagai kekuasaan mutlak dari suatu sistem. Dapat juga dikatakan

sebagai pemerintahan yang diktator (pemerintahan yang berkuasa secara penuh).. Dalam teori pers,

ada teori pers otoritarian. Tujuan utama dari teori ini ialah mendukung dan memajukan kebijakan

pemerintah yang berkuasa. Media massa pada teori atau sistem pers ini diawasi melalui paten dari

kerajaan atau izin lain yang semacam itu. Dan yang berhak menggunakan media ialah siapa saja

yang memiliki izin dari kerajaan. Kritik terhadap mekanisme politik dan para penguasa sangat

dilarang. Pada sistem pers otoritarian media massa dianggap sebagai alat untuk melaksanakan

kebijakan pemerintah walaupun tidak harus dimiliki pemerintah.

Teori ini hampir dipakai oleh semua negara, pada saat masyarakat dan teknologi telah

cukup maju dalam menghasilkan apa yang kita namakan media massa dalam komunikasi. Teori ini

(7)

tidak lagi menggunakannya, teori ini terus mempengaruhi praktek-praktek sejumlah pemerintahan

yang secara teoritis menyetujui prinsip-prinsip libertarian. Dalam sistem otoritarian, perilaku dan

kinerja politik dalam bentuk apa pun akan terawetkan karena memang tidak ada pintu politik untuk

perubahan. Berbagai perubahan hanya terjadi jika dikehendaki oleh sang penguasa otoriter dan tentu

saja bentuk-bentuk perubahan itu sesuai dengan kehendak dirinya. Analisisnya dalam teori ini pers

tidak sesuai dengan konsep dasarnya yaitu sebagai media yang menginformasikan secara fakta dan

bersifat netral. Dalam teori ini media terkesan sangat terkekang dan diatur semuanya oleh Negara

dan tidak boleh ada suatu informasi yang merugikan bagi Negara dan terkesan sangat berpihak.

System pers semacam ini tidak cocok diterapkan di Negara demokratis. 18

a. Media selamanya tunduk pada penguasa .

.

Teori ini lahir dan dikembangkan sejak abad 16-17 di Inggris yang merupakan

falsafah kekuasaan mutlak dari kerajaan atau kekuasaan mutlak dari pemerintah, atau

kedua-duanya. Bertujuan guna mendukung dan mengembangkan kebijaksanaan dari

pemerintah yang sedang berkuasa, dan untuk mengabdi kepada Negara.. Negara adalah hal

yang sangat penting yang dapat membuat manusia menjadi manusia seutuhnya anpa Negara

manusia menjadi primitif tidak mencapai tujuan hidupnya.Oleh karena itu pers adalat alat

penguasa untuk menyampaikan keinginannya kepada rakyat.

Prinsip-prinsipnya :

b. Sensor dibenarkan tak dapat diterima.

c. Kecaman terhadap penguasa dan penympangannya kebijakannya

d. Wartawan tidak memiliki kebebasannya

2. Teori Pers Libertarian

18

(8)

Teori ini berasal dari karya Milton, Locke, Mill dan falsafah umum rationalisme dan

hak alam yang dipraktikan di Inggris setelah tahun 1688, dan berkembang di Amerika dan

seluruh dunia. Berbeda halnya dengan teori sebelumnya, teori ini bertujuan memberikan

penerangan/pencerahan, menghibur, dan menjual terutama untuk mengecek dan

menemukan aspek kebenaran.19

a. Melayani kebutuhan ekonomi (iklan);

Hal ini, mempengaruhi fungsi kontrol pasar terhadap media. Yakni “pembenaran

sendiri ke kebenaran” dengan “pasaran bebas idea-idea”, dan dikontrol melalui pengadilan

jika terjadi pelanggaran hukum. Teori menganggap bahwa pers merupakan sarana penyalur

hati nurani rakyat untuk mengawasi dan menetukan sikap terhadap kebijakan pemerintah.

Pers berhadapan dengan pemerintah Pers bukanlah alat kekuasaan pemerintah. Teori ini

menganggap sensor sebagai hal yang Inkonstitusional.

Tugas-tugasnya :

b. Melayani kehidupan politik;

c. Mencari keuntungan (kelangsungan hidupnya);

d. Menjaga hak warga Negara (control social);

e. Memberi hiburan.

Ciri-cirinya :

a. Publikasi bebas dari penyensoran;

b. Tidak memerlukan ijin penerbitan, pendistribusian;

c. Kecaman terhadap pejabat, partai politik tidak dipidana;

d. Tidak adak kewajiban untuk mempublikasikan segala hal;

19

(9)

e. Publikasi kesalahan dilindungi sama dengan publikasi kebenaran

sepanjang menyangkut opini dan keyakinan;

f. Tidak ada batas hukum dalam mencari berita;

g. Wartawan mempunyai otonomi professional.

3. Pers Tanggung Jawab Sosial

Mengemukakan bahwa kebebasan pers harus disertai dengan tanggung jawab kepada

masyarakat, kebebasan pers perlu dibatasi oleh dasar moral, etika dan hati nurani insan pers

sebab kemerdekaan pers itu harus disertai tanggung jawab kepada masyarakat. Hampir

sama dengan teori Libertarian, teori ini bertujuan memberi penerangan, menghibur,

menjual, tetapi mengutamakan untuk membangkitkan konflik ke forum diskusi.

Dengan tujuan seperti di atas, maka fungsi kontrol bukan hanya pasar dalam arti

pendapat masyarakat dan tindakan dari konsumen. Melainkan terdapat peran penting

etika-etika profesi. Jadi, media massa dilarang memberitakan tulisan-tulisan yang melanggar

hak-hak pribadi yang diakui oleh hukum dan dilarang melanggar kepentingan vital masyarakat.

Jika mengingkari, maka masyarakat akan membuat media tersebut mematuhinya20

4. Teori Pers komunis

Lahir pada era Uni Soviet Russia yang berkembang di negara-negara komunis

Eropa Timur dan dikembangkan pula oleh Adolf Hitler di Jerman dengan Nazinya dan oleh

Benito Mussolini di Italia dengan Fasismenya. Teori tersebut berdasar pada ajaran

Marxisme, Leninisme, Stalinisme dan pembauran pemikiran Hegel serta cara berberpikir

Russia abad 19.

20

(10)

Oleh karena ia merupakan produk dan alat penguasa soviet, maka tujuan media

diarahkan untuk membantu dan berlangsungnya sistem Sosialisme Soviet, khususnya

kelangsungan para diktator partai. Sehingga pengguna media massa hanya diperuntukkan

bagi para anggota partai yang setia dan ortodoks. Akibatnya, media massa pun dikontrol

dan diawasi dengan ketat seperti dilarang mengkritik tujuan partai dan

kebijakan-kebijakannya menyatakan pers adalah alat pemerintah atau partai yang berkuasa dan

bagian integral dari negara sehingga pers itu tunduk kepada negara.

Ciri-ciri pers Komunis adalah :

a. Media dibawah kendali kelas pekerja karena pers melayani kelas tersebut.

b. Media tidak dimiliki secara pribadi.

c. Masyarakat berhak melakukan sensor.21

B. Sejarah Lahirnya Pers Dunia

Dikisahkan oleh empunya kisah, bahwa: ada seorang ahli sejarah mengatakan

bahwa Nabi Nuh, yaitu seorang Nabi yang terkenal waktu ada banjir di dunia ini yang

menyelamatkan marga satwa dari kehancuran total dengan membuat perahu besar atas restu

Tuhan. Nabi Nuh Wartawan pertama di dunia ini setelah berhasil mengirimkan berita

dengan menggunakan burung merpati.

Oleh Van der Meulen dikatakan bahwa orangorang Babylon menurut catatan Flafius

– Josephus memiliki para penulis sejarah yang bertugas menyusun berita tentang kejadian

sehari-hari.

21

(11)

Syahdan ± 800 tahun Sebelum Masehi di tengah bangsa Habrew – purbakala di

Pantai Timur Laut Tengah, muncullah orang-orang yang dinamakan The Prothets yakni

mereka yang terang-terangan dan terbuka mengeluarkan kritik ke alamat golongan elite

yang memerintahkan mengendam kekurangan-kekurangan tertib sosial yang terdapat pada

masa itu. Mereka itu membacakan pendapat-pendapat mereka di jalan dan di pasar, di pintu

gerbang kota; di tempat-tempat di mana khalayak ramai berkumpul. Renan menamakan

mereka dengan “open air journalist”, wartawan~wartawan yang bekerja di bawah langit

dan di udara terbuka. Mereka tidak kenal takut untuk membela kebenaran dan keadilan.22

Pengumuman semacam ini diteruskan oleh Julius Caesar dengan nama Acta’ Diurna

ini tidak disebarkan seperti halnya suratkabar tetapi hanya ditulis pada papan pengumuman

yang diletakkan di tempat umum. yaitu di pusat kota Roma (Foroum Romanum). Acta

Diurna memuat berita-berita resmi dan setiap orang bisa membacanya bahkan boleh

mengutip untuk disebarkan di tempat lain, sehingga untuk penyebaran Acta Diurna ini

diserahkan pada usaha swasta. Orang-orang belian yang berkepentingan dengan Kerajaan Renan berkata; “Karangan pertama jurnalistik yang tidak mengenal damai telah

ditulis oleh Amos; seorang pengembala dari Tekoa kurang lebih tahun 800 SM. Itulah

Amos wartawan penegak keadilan dan berani mengkritik keadaan masyarakat sebagai

wartawan prototype, intektuil modern dan melihat kebenaran, kenyataan pertama di dunia.

Pada awal berdirinya Kerajaan Romawi, para pejabat tinggi Kerajaan Romawi sering

menuliskan segala kejadiannya pada papan muka rumahnya yang merupakan

pemberitahuan bagi setiap orang yang menghendakinya.

22

(12)

Romawi memiliki budak belian yang bertugas mengumpulkan berita.Budak-budak tersebut

sering mengikuti sidang-sidang senat untuk melaporkan hasil rapat di dewan baik secara

lisan maupun tertulis, maka timbullah istilah Diurnarius. Kemudian muncul lagi

orang-orang biasa yang melaksanakan tugas tersebut sebagai mata pencaharian. Ini merupakan

awal mula timbulnya Jurnalistik di dunia ini.

Budak-budak pencari berita itu telah mempunyai syarat-syarat terpilih untuk bertindak

sebagai wartawan, antara lain:23

1. Harus pandai bergaul dan tamilier.

2. Terpelajar dan bisa menulis, cekatan dengan baik dan dapat mengartikan pidato dari

para Senator.

3. Pandai menggali dan menyajikan berita dan peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam

masyarakat.

Acta Diurna memuat juga berita mengenai terjadinya gempa bumi, angin topan serta

kekejaman bajak laut atau perampokan bahkan kegiatan masyarakat sendiri di samping

berita tentang keputusan hakim, pengangkatan pejabat, dekrit serta undang-undang.

Ketika Kaisar Agustus berkuasa timbullah pemikiran baru mengenai penyajian berita.

Kaisar menyuruh memberitakan tentang hasil Rapat Senat di samping berita lain yang

berupa khayalan maupun yang sungguh-sungguh terjadi. Acta Diurna berdiri selama 5

abad. Setelah Kerajaan Romawi runtuh maka Acta Diurna lenyap dan tidak ada pemenuhan

kebutuhan akan berita, sehingga diisi dengan desas-desus. Pemberitaan terbatas pada

surat-menyurat, terutama para politisi, para cendekia dan para seniman serta pedagang.

Surat-menyurat antar pedagang dapat mencapai kemajuan yang amat pesat.

23

(13)

Para pedagang menghimpun surat-surat perdagangan, kemudian mengirimkan kepada

para langganannya. Begitulah seterusnya sampai dapat berhubungan dengan luar negeri.

Akhirnya muncullah perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai orang-orang yang

khusus ditugaskan untuk menyusun berita kemudian menyebarkan pada para langganannya.

Pada saat itulah muncul pusat-pusat pemberitaan di daerah Eropa. Kantor-kantor demikian

biasanya menggunakan berpuluh-puluh tenaga yang dibayar sesuai dengan jumlah baris

berita yang ditulisnya. Suratkabar tertulis hasil karya mereka muncul pertama kali di

Vanesia pada tahun 1536.

Sementara itu pada tahun 1450 telah diketemukan orang tentang cara-cara mencetak

buku, tetapi pada mulanya tidak mempengaruhi usaha pemberitaan karena suratkabar

tertulis lebih cepat daripada suratkabar tercetak dan oplagnya juga sangat terbatas. Di

samping itu, pihak penguasa lebih suka pada suratkabar tertulis karena lebih mudah dalam

mengadakan pengawasan terhadap suratkabar tersebut.24

Suratkabar tercetak di negara-negara Eropa di mulai dengan terbitan suratkabar di

negeri Belanda dan Jerman. Dalam bukunya yang berjudul “De Courant”. R. van der

Meulen mengatakan bahwa suratkabar tertua di dunia adalah suratkabar Cina yang bernama

King Pau, yang terbit pada tahun 911. Pada mulanya terbit secara tidak teratur. Tetapi

setelah tahun 1350 terbit sebagai suratkabar mingguan. Walaupun demikian kita tetap

mengakui bahwa suratkabar tercetak pertama muncul di Eropa, yaitu dengan terbitnya

mingguan Jerman yang bernama Relation dan Aviso pada tahun 1609.Berbicara mengenai

sejarah perkembangan Pers harus Kembali kepada istilah Diurnarie berarti harian dan

dilihat dari dasar filosofi perkembangan Pers tersebut yang setiap hari, kemudian diambil

24

(14)

dalam bahasa Belanda Journalistik dan bahasa lnggris Journalism yang bersumber pada

perkataan Journal. Tentang Jurnalistik setiap ahli memberikannya dalam pelbagai bentuk

tapi bisa dirangkum yaitu bahwa Journalist ialah suatu penggolongan laporan harian yang

menarik minat khalayak mulai dari peliputan sampai penyebarannya masyarakat, (Onong

Ucahyana, llmu Komunikasi, hal. 196), dari kata “Diuma”, di As berkembang menjadi

Diurnal, di lnggris terkenal istilah Journal, yang barangkali juga diangkat dari kata Romawi Diurna tersebut. Menurut Webston Dictionary Journal diartikan sebagai Diary atau catatan harian, atau buku yang berisi catatan tentang kejadian sehari-hari. Dari kata Journal

joumalism, yang boleh dikatakan sebagai lapangan pekerjaan. Orang yang melakukan tugas journalism disebut joumalist.25

C. PERANGKAT HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENDUKUNG

KEDUDUKAN PERS

1. Berdasarkan Deklarasi Talloires

Pendekatan Konstruktif Untuk A Global Information Pesanan , Pernyataan Prinsip

untuk Yang Independen Berita Media berlangganan, dan On Yang Ini Tidak Akan

Kompromi . Selama tujuh tahun perdebatan telah dilakukan di dewan dari UNESCO dan

organisasi internasional lainnya atas media dan trotoar diusulkan kebebasan pers. Mereka

yang menganjurkan kontrol ini telah menekan untuk menciptakan apa yang disebut

Informasi New World Order yang belum terdefinisi.

Menanggapi media dunia yang bebas memutuskan untuk mengambil inisiatif dan

mengumumkan prinsip-prinsip yang pers bebas berlangganan. Untuk mencapai hal ini

25

(15)

Voices konferensi Freedom dihadiri oleh para pemimpin media dari lima benua diatur oleh

Tuft University Fletcher School of hukum dan Diplomasi di pusat Eropa di Talloires,

Perancis, 15-17 Mei, 1981, bekerjasama dengan Komite Kebebasan Pers Dunia 26

Para delegasi menekankan pada kebutuhan terus media berkembang, yang telah

memberikan banyak bantuan selama bertahun-tahun. Mereka berjanji untuk memperluas

"aliran bebas informasi di seluruh dunia," dan mengatakan mereka akan mendukung upaya

oleh badan-badan internasional, pemerintah dan lembaga swasta untuk bekerja sama

dengan Dunia Ketiga dalam memperbarui fasilitas produksi, dan pelatihan. Deklarasi

tersebut menyatakan bahwa "kebebasan pers adalah hak asasi manusia" yang konferensi .

Pada sesi ini untuk pertama kalinya koran gratis Barat dan lainnya, majalah dan

penyiar mengambil sikap bersatu melawan kampanye oleh blok Soviet dan beberapa negara

Dunia Ketiga untuk memberikan UNESCO kewenangan untuk memetakan kursus media

masa depan. Dalam deklarasi bersama yang diadopsi dengan suara bulat oleh 63 delegasi

dari 21 negara, UNESCO didesak untuk meninggalkan upaya untuk mengatur informasi

global dan berusaha bukan untuk solusi praktis untuk Media Dunia Ketiga kemajuan. Tapi

UNESCO telah memberitahukan akan melanjutkan dengan program, diwajibkan untuk

mengizinkan diskusi dan kemungkinan tindakan pada proposal tidak dapat diterima ke

Barat. Mereka menghadiri konferensi bersejarah ini menyatakan bahwa mereka "sangat

prihatin dengan kecenderungan yang berkembang di banyak negara dan badan-badan

internasional untuk menempatkan kepentingan pemerintah di atas kepentingan individu,

terutama dalam hal informasi."

26

(16)

menjanjikan dukungannya. Deklarasi yang berikut adalah pernyataan dari prinsip-prinsip

yang diadopsi27

Juga sadar bahwa kita memiliki keyakinan yang sama, sebagaimana tercantum dalam

piagam PBB, "dalam martabat dan nilai pribadi manusia, dalam persamaan hak laki-laki

dan perempuan, dan bangsa-bangsa besar dan kecil," Mengingat apalagi bahwa

penandatangan tindakan terakhir Konferensi Keamanan dan Kerjasama di Eropa

menyimpulkan pada tahun 1975 di Helsinki, Finlandia, berjanji diri untuk mendorong :

(Berikut adalah teks dari Deklarasi Talloires, diadopsi oleh pemimpin organisasi berita independen dari 21 negara di Voices of Freedom Conference di Talloires, Prancis, 15-17 Mei, 1981 - pernyataan prinsip-prinsip mana suatu berlangganan media massa dunia bebas , dan yang tidak akan pernah berkompromi.)

Kami wartawan dari berbagai belahan dunia, wartawan, editor, fotografer, penerbit

dan penyiar, dihubungkan oleh dedikasi kita bersama untuk pers bebas, Pertemuan di

Talloires, Perancis, dari 15-17 Mei 1981, untuk mempertimbangkan cara-cara untuk

meningkatkan aliran bebas informasi di seluruh dunia, dan untuk menunjukkan tekad kita

untuk menolak perambahan apapun pada arus bebas ini,

Bertekad untuk menegakkan tujuan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang

dalam Pasal 19 menyatakan, "Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan

berekspresi; hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk

mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan ide-ide melalui media tanpa batas, "

Mengingat komitmen konstitusi United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization untuk "mempromosikan aliran bebas ide dengan kata dan gambar,"

27

(17)

"aliran bebas dan penyebaran informasi yang lebih luas dari semua jenis, untuk mendorong

kerja sama di bidang informasi dan pertukaran informasi dengan negara-negara lain, dan

untuk meningkatkan kondisi di mana wartawan dari satu negara yang berpartisipasi latihan

profesi mereka di negara lain yang berpartisipasi "dan menyatakan niat mereka secara

khusus untuk mendukung" peningkatan sirkulasi akses dan pertukaran informasi 28

28

teks dari Deklarasi Talloires, diadopsi oleh pemimpin organisasi berita

independen dari 21 negara di Voices of Freedom Conference di Talloires, Prancis, 15-17 Mei, 1981 - pernyataan prinsip-prinsip mana suatu berlangganan media massa dunia bebas , dan yang tidak akan pernah berkompromi.

, "

Menyatakan bahwa:

1. Kami menegaskan komitmen kami terhadap prinsip ini dan mengajak semua

badan-badan internasional dan negara-negara untuk mematuhi setia kepada mereka.

2. Kami percaya bahwa aliran bebas informasi dan ide-ide sangat penting untuk

saling pengertian dan perdamaian dunia. Kami menganggap pembatasan pada

pergerakan berita dan informasi bertentangan dengan kepentingan pemahaman

internasional, melanggar Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, konstitusi

UNESCO, dan babak terakhir dari Konferensi tentang Keamanan dan Kerjasama di

Eropa, dan tidak konsisten dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

3. Kami mendukung hak asasi manusia yang universal untuk diberi informasi yang

lengkap, yang tepat memerlukan sirkulasi bebas dari berita dan opini. Kami penuh

(18)

4. Kami bersikeras bahwa akses gratis, oleh rakyat dan pers, untuk semua sumber

informasi, baik resmi maupun tidak resmi, harus terjamin dan diperkuat.

Menyangkal kebebasan pers membantah semua kebebasan individu.

5. Kami menyadari bahwa pemerintah, di negara-negara maju dan berkembang,

sering membatasi atau mencegah pelaporan informasi yang mereka anggap

merugikan atau memalukan, dan bahwa pemerintah biasanya memanggil

kepentingan nasional untuk membenarkan kendala tersebut. Kami percaya,

bagaimanapun, bahwa kepentingan rakyat, dan oleh karena itu kepentingan bangsa,

lebih baik dilayani oleh pelaporan yang bebas dan terbuka. Dari kuat debat publik

tumbuh pemahaman yang lebih baik dari masalah yang dihadapi bangsa dan

rakyatnya, dan keluar dari pemahaman perubahan yang lebih besar untuk solusi.

6. Kami percaya dalam setiap masyarakat yang kepentingan umum terbaik dilayani

oleh berbagai media berita independen. Hal ini sering disarankan bahwa beberapa

negara tidak dapat mendukung banyaknya jurnal cetak, radio dan stasiun televisi

karena ada dikatakan kurangnya basis ekonomi. Dimana berbagai media independen

tidak tersedia untuk alasan apapun, saluran informasi yang ada harus mencerminkan

sudut pandang yang berbeda.

7. Kami mengakui pentingnya iklan sebagai layanan konsumen dan dalam

memberikan dukungan keuangan untuk pers yang kuat dan mandiri. Tanpa

kemandirian finansial, pers tidak bisa mandiri. Kami mematuhi prinsip bahwa

keputusan editorial harus bebas dari pengaruh iklan. Kami juga mengakui iklan

(19)

8. Kami menyadari bahwa teknologi baru telah memfasilitasi arus informasi

internasional dan bahwa media massa di banyak negara belum cukup manfaat dari

kemajuan ini. Kami mendukung semua upaya oleh organisasi internasional dan

badan-badan publik dan swasta lainnya untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini

dan untuk membuat teknologi ini tersedia untuk mempromosikan kemajuan dunia

pers dan media penyiaran dan profesi jurnalistik.

9. Kami percaya bahwa perdebatan tentang berita dan informasi dalam masyarakat

modern yang telah terjadi di UNESCO dan badan-badan internasional lainnya sekarang

harus dihukum tujuan konstruktif. Kami menegaskan kembali pandangan kita pada

beberapa pertanyaan khusus yang timbul dalam proses perdebatan ini, yang yakin

bahwa:

a. Sensor dan bentuk lain dari kontrol sewenang-wenang dari informasi dan pendapat

harus dihilangkan, hak rakyat untuk berita dan informasi tidak boleh dipersingkat.

b. Akses oleh wartawan untuk berbagai sumber berita dan opini, resmi atau tidak

resmi, harus tanpa pembatasan. Akses tersebut tidak terlepas dari akses masyarakat

terhadap informasi.

c. Tidak akan ada kode etik jurnalistik internasional, pluralitas pandangan membuat

hal ini mustahil. Kode etik jurnalistik, jika diadopsi dalam suatu negara, harus

dirumuskan oleh pers itu sendiri dan harus sukarela dalam aplikasi mereka. Mereka

tidak bisa dirumuskan, dipaksakan atau dipantau oleh pemerintah tanpa menjadi alat

kontrol resmi pers dan oleh karena itu penolakan kebebasan pers.

d. Anggota pers harus menikmati perlindungan penuh dari hukum nasional dan

(20)

menentang setiap proposal yang akan mengontrol wartawan atas nama melindungi

mereka.

e. Seharusnya tidak ada pembatasan kebebasan setiap orang untuk berlatih jurnalisme.

Jurnalis harus bebas untuk membentuk organisasi untuk melindungi kepentingan

profesional mereka.

f. Perizinan wartawan dengan menjadi pertanda nasional atau internasional tidak harus

dikenakan sanksi, atau harus persyaratan khusus dituntut wartawan sebagai

pengganti lisensi mereka. Tindakan tersebut mengirimkan wartawan untuk kontrol

dan tekanan tidak konsisten dengan kebebasan pers.

g. Tanggung jawab profesional Pers adalah mengejar kebenaran. Untuk mengatur atau

mandat tanggung jawab pers adalah untuk menghancurkan kemerdekaannya.

Penjamin akhir dari tanggung jawab jurnalistik adalah pertukaran bebas ide.

h. Semua kebebasan jurnalistik harus berlaku untuk media cetak dan siaran. Karena

media penyiaran adalah pemasok utama berita dan informasi di banyak negara, ada

kebutuhan khusus bagi negara-negara untuk menjaga saluran siaran mereka terbuka

untuk transmisi bebas dari berita dan opini.

10. Kami berjanji kerjasama dalam semua upaya tulus untuk memperluas arus informasi

yang bebas di seluruh dunia. Kami percaya waktunya telah tiba dalam UNESCO dan

badan-badan antar pemerintah lainnya untuk meninggalkan upaya untuk mengatur konten

berita dan merumuskan aturan untuk pers. Upaya harus diarahkan bukan untuk mencari

solusi praktis terhadap masalah sebelum kita, seperti meningkatkan kemajuan teknologi,

(21)

menghasilkan kertas yang lebih murah dan menghilangkan hambatan lain untuk

pengembangan kemampuan media berita.

Kepentingan kita sebagai insan pers, baik dari negara-negara maju atau berkembang, pada

dasarnya adalah sama: Kita adalah deklarasi bersama untuk paling bebas, informasi yang

paling akurat dan tidak memihak yang berada dalam kemampuan profesional kami untuk

memproduksi dan mendistribusikan. Kami menolak pandangan pers teoritisi dan para

pejabat nasional atau internasional yang mengklaim bahwa sementara orang-orang di

beberapa negara siap untuk kebebasan pers, orang-orang di negara lain cukup berkembang

untuk menikmati kebebasan itu. Kami sangat prihatin dengan kecenderungan yang

berkembang di banyak negara dan badan-badan internasional untuk menempatkan

kepentingan pemerintah di atas kepentingan individu, terutama dalam hal informasi. Kami

percaya bahwa negara ada untuk individu dan memiliki kewajiban untuk menegakkan

hak-hak individu. Kami percaya bahwa definisi akhir dari kebebasan pers tidak terletak pada

tindakan pemerintah atau badan-badan internasional, melainkan dalam profesionalisme,

semangat dan keberanian atau individu jurnalis. Kebebasan pers adalah hak dasar manusia.

Kami berjanji diri untuk aksi bersama untuk menegakkan hak ini. 29

2. Berdasarkan Piagam Untuk Kebebasan Pers

Pers yang bebas berarti orang bebas. Untuk tujuan ini, prinsip-prinsip berikut, dasar

aliran terkekang berita dan informasi baik di dalam dan lintas batas nasional, layak

29

(22)

dukungan dari semua pihak berjanji untuk memajukan dan melindungi lembaga-lembaga

demokratis.30

a. Sensor, langsung atau tidak langsung, tidak dapat diterima, sehingga hukum dan

praktek membatasi hak media berita secara bebas untuk mengumpulkan dan

mendistribusikan informasi harus dihapuskan, dan pemerintah, nasional atau lokal,

tidak boleh mengganggu isi cetak atau siaran berita, atau membatasi akses ke

sumber berita.

b. Media berita independen, baik cetak dan siaran, harus diizinkan untuk muncul dan

beroperasi secara bebas di semua negara.

c. Tidak boleh ada diskriminasi oleh pemerintah dalam pengobatan mereka, ekonomi

atau sebaliknya, media berita dalam suatu negara. Di negara-negara tempat media

pemerintah juga ada, media independen harus memiliki akses gratis yang sama

sebagai media resmi harus semua materi dan fasilitas yang diperlukan untuk

penerbitan atau penyiaran operasi.

d. Negara tidak harus membatasi akses ke kertas koran, fasilitas pencetakan dan sistem

distribusi, pengoperasian kantor berita, dan ketersediaan frekuensi siaran dan

fasilitas.

e. Hukum, teknis dan tarif praktek oleh otoritas komunikasi yang menghambat

distribusi berita dan membatasi aliran informasi dikutuk.

f. Media Pemerintah harus menikmati kemerdekaan editorial dan terbuka untuk

keragaman sudut pandang. Hal ini harus ditegaskan dalam hukum dan praktek.

30

(23)

g. Harus ada akses tidak terbatas oleh media cetak dan penyiaran dalam suatu negara

untuk berita luar dan layanan informasi, dan masyarakat harus menikmati

kebebasan yang sama untuk menerima publikasi asing dan siaran luar negeri tanpa

gangguan.

h. Batas negara harus terbuka kepada wartawan. Kuota tidak harus menerapkan, dan

aplikasi untuk visa, tekan kepercayaan dan diperlukan dokumentasi lain untuk

pekerjaan mereka harus disetujui segera. Wartawan asing harus diizinkan untuk

melakukan perjalanan secara bebas dalam suatu negara dan memiliki akses ke

sumber-sumber berita baik resmi maupun tidak resmi, dan diizinkan untuk impor

dan ekspor secara bebas semua bahan profesional yang diperlukan dan peralatan.

i. Pembatasan pada gratis masuk ke bidang jurnalisme atau atas praktek, melalui

prosedur sertifikasi lainnya lisensi atau, harus dihilangkan.

j. Jurnalis, seperti semua warga negara, harus aman dalam diri mereka dan diberikan

perlindungan penuh hukum. Jurnalis yang bekerja di zona perang diakui sebagai

warga sipil menikmati semua hak dan kekebalan yang diberikan kepada warga sipil

lainnya.31

Piagam ini untuk Free Press merupakan ketentuan yang disetujui oleh wartawan dari 34

negara di Voices of Freedom konferensi dunia tentang masalah sensor di London, 16-18

Januari, 1987. Konferensi ini diadakan oleh Komite Kebebasan Pers Dunia, bekerjasama

dengan Asosiasi Surat Kabar Dunia, International Press Institute, Inter American Press

Association, North American National Association Broadcasters dan Federasi Internasional Periodical Press.

31

(24)

Ketentuan mewujudkan konsensus yang luas pada prinsip-prinsip yang diperlukan

untuk memastikan bebas, media berita independen. Piagam tersebut telah dikutip setuju

pada OSCE dan pertemuan lainnya, resmi disahkan oleh Sekretaris Jenderal PBB dan

UNESCO Direktur Jenderal dan didukung oleh sejumlah organisasi jurnalistik di seluruh

dunia. Kami berharap Piagam ini akan sangat berguna di mana pun prinsip-prinsip

kebebasan dan pers yang bebas diperlukan.

3. Perspektif Kemerdekaan Pers

Istilah “Kemerdekaan Pers dan Kebebasan Pers” sering ditemui dalam berbagai

referensi untuk menyebut pada makna yang sama.Kalimat “Kemerdekaan Pers” merupakan

terjemahan dari the freedom of the press, yang dapat dianologkan dengan arti free from the

dom, atau bebas dari dari penguasa. Sedangkan, kalimat “Kebebasan Pers” merupakan terjemahan dari liberty to atau bebas untuk melakukan.Kebebasan pers juga harus diartikan

sebagai kebebasan untuk mempnuyai dan menyatakan pendapat melalui pers32

John C. Merrill dalam bukunya, The Dialetic in Journalism, Toward a

Responsibility Use of Press Freedom,33

32

Alex Sobur, Etika Pers : Profesionalisme Dengan Nurani, Cet 1, Maret 2001 (Bandung, Humaniora Utama Press), hal. 331. Alex mengambil sumber ini dari Hasim Nangtjik, Arti dan Konsep Kebebasan Pers : Kasus Indonesia” dalam Tidar, Herald, dan Suryadi, Petrus (ed.), Persuratkabaran Indonesia dalam Era Informasi : Perkembangan, Permasalahan dan Perspektifnya (Jakarta, Sinar Harapan : 1986)

33

Ibid, hal. 329. Alex mengambil sumber ini dari William Hachten, The World News Prism. Ames : Iowa State University Press.

menyebutkan bahwa kata-kata kebebasan pers,

sebenarnya memiliki pengertian sebagai suatu kondisi yang memungkinkan para pekerja

pers memilih, menentukan, dan mengerjakan tugasnya sesuai dengan keinginan mereka.

(25)

dari) dan kebebasan positif (bebas untuk). Secara filosofis, konsep “bebas dari” merupakan pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke, yg berarti “kondisi yang memungkinkan

seseorang tidak dipaksa untuk melakukan perbuatan tertentu”. Sementara konsep “bebas

untuk” merupakan pemikiran Jean Jasques Rousseau dan G.W.F. Hegel, yang berarti

“kondisi yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu untuk mencapai apa yang

diinginkannya”.34

Susanto-Sunario dalam Globalisasi dan Komunikasi, mengatakan bahwa dalam

analisis kebebasan sosial, biasanya diadakan penganalisaan berdasarkan nilai “positif” dan

“negatif”, perdebatan mana tidak akan berakhir karena nilai erat hubungnnya dengan

budaya dan tingkat pendidikan, serta latar belakang keluarga. Karenanya, sebaiknya

kebebasan nilai sosial dilihat dari segi : bebas untuk apa dan bebas dari apa.35 Konsep

bebas untuk apa? Ialah jenis kebebasan yang menunjukkan kepada kebebasan eksistensial,

yakni untuk memilih jenis pendidikan yang menurut diri adalah terbaik untuk dirinya.

Dengan demikian, kebebasan seseorang untuk memilih bidang kewartawanan (jurnalistik)

sebagai profesi dan sumber nafkahnya adalah kebebasan eksistensialnya. Tolak ukur “bebas

dari apa?” akan dijawab dengan segera oleh pers sebagai bebas dari sensor.36

34

Ibid, hal. 332

35

Ibid. Alex mengambil sumber dari Susanto, Globalisasi dan Komunikasi. 1993 (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan)

36

Ibid

Namun

demikian, kebebasan tanpa sensor, dimaknai tidak secara mutlak. Tetapi, tetap ada

pembatasan sesuai dengan etika profesionalisme jurnalistik yang dilakukan di pra

(26)

Albert Camus mengungkapkan, bahwa kemerdekaan pers tidak mati sendirin. Pada

waktu bersamaan, keadilan akan diasingkan selama-lamanya, bangsa mulai merintih sakit

dan yang tak bersalah akan disalibkan berkali-kali setiap hari. Dengan kata lain,

kemerdekaan pers adalah ekspresi pribadi paling asasi yang harus dijamin di manapun,

siapa pun, dan kapan pun. Ini artinya, ditiadakannya kebebasan pers merupakan

kemunduran dari permukaan bumi, berbagai tujuan ideal kehidupan pun akan ikut

terkubur.37

Penggunaan kedua istilah tadi secara yuridis pun masing-masing pernah digunakan,

misalnya dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pers dalam Pasal 5 Ayat (1) : “Kebebasan pers sesuai dengan hak asasi warga Negara di

jamin” dan Pasl 5 Ayat (2) : “Kebebasan pers ini didasarkan atas tanggungjawab nasional

dan pelaksanaan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang ini”.38

Undang-Undang ini selanjutnya mengalami penambahan melalui Undang-Undang

No. 4 tahun 1967 dan perubahan melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 1982. Kemudian

diganti dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999. Di ketentuan

perundang-undangan pers yang baru, istilah “kebebasan pers” tidak lagi digunakan. Tetapi

diganti dengan istilah “kemerdekaan pers”, ia diatur dalam Pasal 2 yang berbunyi bahwa

kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berdasarkan

prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum”, kemudian Pasal 4 Ayat (1)

menyebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga Negara, Pasal 4

37

Nurudin, Pers dalam Lipatan Kekuasaan : Tragedi Pers Tiga Zaman, Cet 1, Januari 2003 (Malang, UMM Pers), hal. 1.

38

(27)

Ayat (2) menerangkan bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,

pembredelan, atau pelarangan penyiaran”. Dalam Pasal 4 Ayat (3) disebutkan bahwa untuk

menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan

menyebarluaskan gagasan dan informasi, dan Pasal 4 Ayat (4), mengatakan bahwa dalam

mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai hak

tolak.39

Landasan hukum tentang kemerdekaan atau kebebasan pers di atas, diperkuat dalam

amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28 F sebagai berikut: Setiap orang

berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi

dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang

tersedia.

40

Wikrama dalam bukunya41

Sejalannya ide kemerdekaan pers dalam ranah hukum positif Negara kita, tidak

terlepas dari gagasan normatif yang diatur dalam Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi mengatakan, dari bunyi pasal di atas ada beberapa frase

kunci yang dapat ditafsirkan sebagai kemerdekaan pers, yaitu: hak untuk berkomunikasi

dan memperoleh informasi, dan hak mencari, mengolah, dan menyampaikan informasi

melalui saluran yang tersedia. Namun demikian, penyebutan kemerdekaan pers masih

sebatas implisit, bukan eksplisit. Sehingga ketika mengatakan kemerdekaan pers disini

hanyalah sebuah tafsiran saja, dan ini membuka peluang yang sama untuk lainnya

menafsirkan sesuai kepentingannya.

39

UU 40, Op. Cit, Ps. 1 Ayat (1), (2), (3), (4).

40

Perubahan Keempat Amandemen UUD 1945 yang disahkan pada 10 Agustus 2002.

41

(28)

Manusia (DUHAM), sebagai berikut: Setiap orang berhak atas kebebasan memiliki dan

mengeluarkan pendapat, dalam hal ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa

gangguan dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Maka setiap kegiatan anak didik, observasi dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang aktivitas

Disamping banyak hal-hal positip tentang apa yang berkembang saat ini keduanya merasa "kaget atas bayang- bayang kekeliruan yang menyelimuti daerah-daerah yang telah

Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja Melaksanakan prosedur K3 Menelaah prosedur K3 pada suatu jenis pekerjaan dan lingkungan tempat kerja proses perbaikan bodi

Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna informasi pada Bagian Air Condition PT Wisma Nusantara International untuk mendapatkan data dengan lebih

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik

To minimize the impact of the tree crowns represented in the raster on water flow modeling, we classified high vegetation and removed it from the point clouds using a

[r]

Instead of the available maximum potential which is 350 in this case (one agent can collect 7 additional land cover types, in addition to its original land cover type that has